KEILMUAN Seni Rupa dan Desain
Jl. Tamansari 64 Bandung 40116 Telp. + 62-22-2500935 Fax. + 62-22-2500935 Homepage : www.itb.ac.id E-mail :
[email protected]
FSRD ITB 2010
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii. DAFTAR ISTILAH..............................................................................................iii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iv BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Dasar Pemikiran.................. ………………………………….....1 1.2 Sejarah Pendidikan Seni Rupa di ITB …………………………..2
BAB II
ILMU SENI .......................................................................................5 2.1 Terminologi Seni...........................................................................5 2.2 Proses Berkarya Sebagai Riset......................................................6
BAB III
KEILMUAN SENI RUPA DAN DESAIN DI ITB ........................7 3.1 Deskripsi Singkat Keilmuan Seni Rupa........................................7 3.1.1 Seni Rupa....................................................................................7 3.1.2 Desain.........................................................................................9 3.1.2.1 Desain Interior.......................................................................11 3.1.2.2 Desain Produk........................................................................12 3.1.2.3 Desain Komunikasi Visual.....................................................13 3.1.2.4 Kriya.......................................................................................14
BAB IV
RISET SENI RUPA DAN DESAIN.............................................. 15 ii
4.1 Riset dalam Konteks Teoritis.......................................................15 4.2 Riset Berbasis Keilmuan dalam Konteks Praksis........................16 4.3 Arah Riset.....................................................................................17 4.4 Arah Kepakaran Seni Rupa dan Desain........................................20 BAB V
PENUTUP.........................................................................................23
LAMPIRAN..............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Dasar Pemikiran Sejalan dengan pengembangan ITB BHMN menjadi universitas berbasis riset (research university) dan universitas kelas dunia (world class university), Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) memosisikan diri sesuai dengan rencana strategis tersebut. Upaya-upaya ke arah itu dijalankan secara bertahap. Upaya-upaya yang dimaksud adalah pengembangan program riset, pengembangan program penciptaan karya, dan penyelenggaraan pendidikan yang secara keseluruhan merupakan dasar keilmuan seni rupa dan desain. Semua usaha pengembangan yang dilakukan FSRD tersebut merujuk pada arah pengembangan fakultas/sekolah yang ada di ITB. Rujukan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Visi ITB yang dituangkan dalam Ketetapan Senat ITB No. 022/SK/K-01, Senat/1999, yaitu: “ITB menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi dan Pusat Pengembangan Sain, Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang unggul, handal dan bermartabat di dunia, yang bersama dengan Lembaga terkemuka bangsa menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat dan sejahtera”. 2. Misi ITB yang dituangkan dalam SK Senat Akademis No. : 023/SK/K01SA/2002 – MISI ITB 2000-2010, yaitu: “Memandu perkembangan dan perubahan yang dilakukan masyarakat melalui kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang inovatif, bermutu dan tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal”. 3. Kebijakan Pengembangan ITB 2001–2006 yang dituangkan dalam SKMWA NO. : 006 TAHUN 2002, yaitu: a. Melaksanakan pendidikan, mengembangkan inovasi dalam pendidikan terutama dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. Institut Teknologi Bandung harus melaksanakan pendidikan academic sciences bersama corporate sciences yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dari waktu ke waktu, sehingga para civitas academica
iii
menjadi terpercaya, memiliki kemampuan berusaha dengan baik. Para lulusan diharapkan bukan saja dapat menjadi profesional yang handal dan dipercaya, tetapi juga menjadi pemimpin yang adil, pengusaha yang jujur dan bermartabat, serta pendidik yang mumpuni dalam ilmunya; b. Melaksanakan penelitian untuk mengembangkan teknologi yang dapat diaplikasikan guna membangun kekuatan perekonomian nasional. Institut Teknologi Bandung diharapkan menghasilkan technopreneurs yang mampu mengembangkan industri dalam negeri yang kompetitif dalam era globalisasi; c. Melaksanakan penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang yang prospektif dan bersifat universal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat manusia. d. Memberdayakan institusi-institusi strategis nasional dan internasional. Institut Teknologi Bandung harus ikut berperan dalam menata kehidupan baru bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju masyarakat dunia yang adil dan sejahtera yang memungkinkan pemberdayaan budi daya semua bangsa-bangsa, demi pengecilan jurang kaya-miskin antara manusia dan antara negara-negara di seluruh dunia. 4. Peraturan Pemerintah tentang ITB BHMN (PP 155/th2000) 5. Nilai-nilai dalam ITB BHMN (SK Senat Akademik ITB No. 032/SK/K01-Senat/2002)...... Nilai edukatif, nilai ilmiah, nilai ekonomis, nilai ekologis, nilai etis, nilai estetis, nilai legal dan nilai keadilan. 6. ITB menjadi Universitas Berbasis Riset (2010) Telah dicanangkan oleh senat ITB bahwa arah pengembangan ITB dimasa yang akan datang sebagai Univerasitas Berbasis Riset, oleh karena itu perlu mensinergikan antara program pendidikan dan program riset (teaching based on research) disemua jenjang pelaksanaan akademis. Bertolak dari landasan normatif ITB dan menyadari keberadaan FSRD di dalam trilogi IPTEKS (Ilmu Pengetahuan-Teknologi-Seni), diperlukan deskripsi tentang keilmuan seni rupa dan desain sebagai dasar dan pedoman bagi sivitas akademika dalam mencapai cita-cita FSRD, yaitu menjadi lembaga pendidikan tinggi dan pusat pengembangan Seni (Seni Rupa, Desain, Kria) yang unggul, handal, tanggap perubahan, bermartabat. Buku ini disusun dalam kerangka untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Terkait dengannya, hal awal yang penting diuraikan secara singkat adalah sejarah dan pengembangan pendidikan seni rupa dan desain di ITB. Dari sejarah ini dimungkinkan sebuah pemetaan yang bisa dijadikan pijakan untuk pengembangan kedepan. 1.2 Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Seni Rupa dan Desain di ITB Keberadaan pendidikan seni rupa di ITB tidak dapat dilepaskan dari Technische Hogeschool, Bandung (TH Bandung) yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920.
iv
Ketika Jepang mengambil alih kepengurusan TH Bandung pada tahun 1942, TH berganti nama menjadi Kogjo Daigaku. Pada masa pendudukan Jepang ini, dua orang Belanda, yakni Simon Admiraal, seorang guru pada Lyceum (setingkat SMA) di Jakarta dan Ries Mulder, seorang pelukis bangsa Belanda yang sedang berpameran di Indonesia, dipenjarakan oleh pemerintah Jepang. Selama di dalam penjara keduanya sempat berdiskusi tentang pentingnya pendidikan kesenian bagi bangsa Indonesia dengan cara-cara seperti yang dilakukan di Eropa (Barat) yang nantinya dapat menghasilkan karya-karya bermutu. Melalui pendidikan tesebut, menurut mereka, nilai-nilai seni tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia selama berabad-abad akan dapat memperoleh identitas baru. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, seluruh tahanan dipulangkan ke negara masing-masing, termasuk Simon Admiraal. Setibanya di Belanda Admiral menyampaikan ide tersebut kepada Departemen Pendidikan, Kesenian dan Pengetahuan, Pemerintah Kerajaan Belanda (Ministerie van Onderwijs, Kusten en Wetenschappen) di Eropa. Sejak era kemerdekaan dan masa hijrah ke Yogyakarta, terjadi kekosongan pengelolaan TH di Bandung. Pada tahun 1947, ketika terjadi Agresi Militer Belanda, TH diambil alih kembali oleh Belanda. Bersamaan dengan itu, tanggal 1 Agustus 1947, cita-cita Simon Admiraal terwujud dengan didirikannya Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar (Universitaire Leergang voor de Opleiding van Tekenleraren). Pada tahun awal tercatat 8 orang mahasiswa sebagai peserta Pendidikan Guru Gambar ini dan Ries Mulder menjadi salah satu tenaga pengajarnya. Pada masa itu status TH telah berubah menjadi bagian dari Universiteit van Indonesie dengan dua fakultas, yakni Fakultas Ilmu Pengetahuan Teknik dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam. Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar sendiri ditempatkan pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Teknik (Faculteit voor de Technische Wetenschappen). Pada tahun 1950, Syafei Soemardja, pejabat tinggi di Departemen Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP&K) Republik Indonesia Serikat di Jakarta diangkat sebagai tenaga pengajar bangsa Indonesia pertama bidang seni rupa di Universiteit van Indonesie. Atas jasa Soemardja, pada tanggal 2 Februari 1959, dua fakultas ini disatukan dan di resmikan menjadi bagian dari Institut Teknologi di Bandung oleh Presiden Soekarno yang kemudian lebih dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Institut ini terdiri dari 3 Departemen yaitu, Departemen Ilmu Teknik (Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar berada di dalamnya), Departemen Ilmu Pasti dan Alam, dan Departemen Ilmu Kimia dan Ilmu Hayat. Pada tahun 1961, komposisi berkembang menjadi tujuh departemen, yaitu: Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (DIPIA). Departemen Kimia Biologi (DKB); Departemen Teknik Sipil (DTS); Departemen Mesin Elektro (DME); Departemen Teknologi Mineral (DTM) dan Departemen Perencanaan dan Seni Rupa (DPSR), yang terdiri dari 3 bagian yaitu Bagian Arsitektur, Bagian Planologi dan Bagian Seni Rupa. Pada tahun 1973 struktur organisasi di ITB beubah menjadi 3 Fakultas. Salah satunya adalah Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Selanjutnya istilah ’Bagian’ diganti menjadi Departemen. Demikian pula Bagian Seni Rupa menjadi “Departemen Seni Rupa” di bawah FTSP bersama Departemen Arsitektur, Departemen Teknik v
Sipil, Departemen Geodesi, Departemen Planologi, dan Departemen Teknik Penyehatan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1980, penggunaan istilah ’Departemen’ diganti menjadi ’Jurusan’. Jurusan Seni Rupa tetap dalam lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP-ITB). Melalui SK Rektor ITB No. 624/SK/Pers/1984, Jurusan Seni Rupa resmi menjadi Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (FSRD-ITB) dengan 3 Jurusan, yaitu Jurusan Seni Murni, Jurusan Desain, dan Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang dititipkan pengelolaannya di dibawah FSRD. Selanjutnya, istilah ’Jurusan’ berganti kembali menjadi ’Departemen’ sehingga nama-nama jurusan di FSRD pun berubah kembali menjadi departemen, yakni Departemen Seni Murni, Departemen Desain, dan Departemen Sosio-Teknologi (berasal dari Jurusan MKDU) . Departemen Seni Murni memiliki 4 jalur minat yaitu : Seni Lukis, Seni Patung, Seni Grafis, dan Seni Keramik. Sedangkan Departemen Desain memiliki 4 Program Studi, yaitu Desain Interior, Desain Produk, Desain Komunikasi Visual, dan Kria dengan dua sub-bagian, yakni Kriya Tekstil dan Kria Keramik. Departemen Kriya awalnya bernama Desain Tekstil yang berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No...kemudian berubah menjadi Kria Seni. Namun, atas berbagai pertimbangan penamaan Kria Seni tersebut diganti lagi dengan nama Kria. Seluruh departemen di FSRD itu telah terakreditasi dengan nilai A. Selanjutnya, sejak tahun 1989 FSRD menyelenggarakan pendidikan Program Magister yang terdiri ats Program Studi Seni Rupa dan Program Studi Desain dan sejak tahun 1996 dimulai pendidikan Program Doktor dalam bidang Ilmu Seni rupa dan Desain. Sejalan dengan kebijakan ITB dalam bidang riset maka didirikan sejumlah Kelompok Keilmuan (KK) yakni KK Ilmu Desain dan Budaya Visual, KK Estetika dan Ilmu Seni, KK Manusia dan Desain Interior, KK Manusia dan Desain Produk Industri, KK Multi Media dan Komunikasi Visual, KK Kria dan Tradisi dan KK Ilmu Kemanusiaan. Perkembangan di atas menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan Seni di ITB memiliki tradisi yang panjang seiring dengan pertumbuhan pendidikan Sains dan Teknologi di ITB.
vi