DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB

………………………………………………………………...……

i

………………………………………………………..…………………..…

ii

I Hasil-hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional A. Forum Multilateral

BAB

1

B. Forum Regional

................................................... 3

C. Forum Bilateral

...................................................

8

II Hasil-hasil Perundingan Kerja Sama Perdagangan Internasional A. Forum Multilateral

............................................

12

B. Forum Regional

.................................................

16

C. Forum Bilateral

.................................................

21

LAMPIRAN – LAMPIRAN

2

............................................

KATA PENGANTAR Hasil-hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional dalam perundingan internasional baik dalam forum multilateral, regional, dan bilateral selain dapat membuka akses pasar juga dapat mengamankan kebijakan perdagangan nasional serta mendapatkan capacity building dan technical assistance sesuai kepentingan nasional. Kebijakan–kebijakan perdagangan yang dibuat oleh Indonesia harus dapat dipertahankan di berbagai forum internasional dan agar tidak melanggar ketentuan perdagangan internasional. Dengan terjalinnya kerja sama perdagangan internasional dengan negara mitra dagang, Indonesia dapat menegosiasikan capacity building dan technical assistance dari negara tersebut sebagai salah satu kerja sama yang disepakati. Dari hasil perundingan yang telah dicapai selama ini disusunlah buku Hasil-hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Forum Multilateral, Regional, dan Bilateral Periode Januari – Juni 2010. Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelbagai pihak mengenai perkembangan perundingan-perundingan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan. Jakarta,

Juli 2010

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

1

BAB I HASIL-HASIL KESEPAKATAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI FORUM MULTILATERAL, REGIONAL, DAN BILATERAL PERIODE JANUARI - JUNI 2010 Pada periode Januari-Juni 2010, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah berpartisipasi di berbagai perundingan di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dari sejumlah perundingan tersebut telah menghasilkan beberapa kesepakatan berupa Memorandum of Understanding (MoU), Minutes of Meeting, Agreed Minutes, Declaration, Joint Statement, Agreed Conclusions, Agreement, dan Agreed Record, sementara perundingan lainnya masih berlanjut. Pada periode Januari – Juni 2010 diperoleh berbagai kesepakatan/ kerja sama yang secara garis besar disajikan dalam tabel berikut. A. FORUM MULTILATERAL TEMPAT/ NO SIDANG TANGGAL 1 Kuala Lumpur, Pertemuan Tingkat Malaysia Menteri International 19 Januari 2010 Tripartite Rubber Council (ITRC)

2

Bali, Indonesia 24-26 Februari 2010

11th Special Session of The United Nation Environment Programme (UNEP)

3

Jenewa, Swiss 6-12 Maret 2010

Sidang Agriculture Week Doha Development Agenda 1

HASIL SIDANG Minutes of Meeting of the Ministerial Committee of the International Tripartite Rubber Council between the Kingdom of Thailand, the Republic of Indonesia and Malaysia (Lampiran 1) Nusa Dua Declaration and Governing Council decisions adopted by the Governing Council/ Global Ministerial Environment Forum at its eleventh special session (Lampiran 2) Summary report

4

Jenewa, Swiss 8-12 Maret 2010

5

Jenewa, Swiss 29 April 2010

6

Jenewa, Swiss 30 April 2010

7

Jenewa, Swiss 13-14 Mei 2010

8

Jenewa, Swiss 17-20 Mei 2010

9

Medan, Indonesia 19-21 Mei 2010 Jenewa, Swiss 21-25 Juni 2010

10

11

Jenewa, Swiss 28-30 Juni 2010

Sidang Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF)

Revised draft consolidated negotiating text

Sidang Committee on Specific Commitments (CSC) WTO Sidang Council for Trade in ServicesSpecial Session (CTSSS) WTO Konsultasi Indonesia Amerika Serikat terkait kebijakan Family Smoking Prevention and Tobacco Control Sidang Negotiating Group on Non Agricultural Market Access (NG-NAMA) Sidang International Tripartite Rubber Council ke-17 Sidang United Nation Cocoa Conference

Report of the Meeting Held on 29 April 2010

Sidang Sesi ke-48 Committee on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS)

Summary report

B. FORUM REGIONAL 2

Report of the Meeting Held on 30 April 2010

Kesepakatan mengajukan sengketa ke sidang Panel Dispute Setlement Body - World Trade Organization

Chairperson remarks

Minutes of the 17th Meeting of ITRC International Cocoa Agreement (ICA)

NO 1

TEMPAT/ TANGGAL Hoi An, Vietnam 11-13 Januari 2010

2

Hoi An, Vietnam 14 Januari 2010

3

Hoi An, Vietnam 15-17 Januari 2010

4

Da Nang, Vietnam 18-21 Januari 2010

5

Singapura 19-21 Januari 2010

6

Jakarta, Indonesia 2-4 Februari 2010 Brunei Darussalam 5-6 Februari 2010

7

SIDANG

HASIL SIDANG

Pertemuan ke-33 The ASEAN Rules of Origin Task Force (33rd ROOTF) The 4th CCCA – Coordinating Committee on Customs (CCC) Joint Consultation on Self Certification Pertemuan ke-57 dari Coordinating Committee on the Implementation of the CEPT Scheme for AFTA (CCCA) The First ASEAN Senior Economic Officials’ Meeting of the 41st AEM (SEOM 1/41) Pertemuan ke-5 Working Group on Services dalam kerangka ASEAN – India Free Trade Agreement (AI-FTA) Pertemuan ke-24 ASEAN-India Trade Negotiations Committee Meeting High-Level Task Force on ASEAN Economic Integration (HLTF-EI) ke-17 3

Summary of Discussion







8

9

10

Hiroshima, Jepang 26-27 Februari 2010 Putrajaya, Malaysia 27-28 Februari 2010 Ho Chi Minh City, Vietnam 1-3 Maret 2010

11

Brunei Darussalam 3-5 Maret 2010

12


13

Manila, Filipina 8-12 Maret 2010

14


15

Jakarta, Indonesia 14-16 Maret 2010 Jakarta, Indonesia 17 Maret 2010

16

Pertemuan Pertama APEC Committee on Trade and Investment (CTI-1) ASEAN Economic Ministers (AEM) Retreat ke-16

CTI-1 chairs report to SOM

SEOM Preparatory Meeting pada rangkaian Joint Preparatory Meeting (JPM) The 47th Meeting of the Coordinating Committee on Investment (CCI) Pertemuan ke-34 The ASEAN–China Trade Negotiating Committee (AC-TNC)


Pertemuan ke-2 ASEAN Korea FTA Implementing Committee (AKFTA-IC) Pertemuan ke-60 ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) The 34th ASEAN rules of Origin Task Force (ROOTF)


The 5th Joint Consultative Session on Self Certification


4






17

Jakarta, Indonesia 17 Maret 2010

18

Bali, Indonesia 22-26 Maret 2010

19

Ha Noi, Vietnam 5-9 April 2010

20

Penang, Malaysia 21-23 April 2010

21

Kuala Lumpur, Malaysia 26-30 April 2010

22

Bali, Indonesia 3–5 Mei 2010

23

Bali, Indonesia 6 Mei 2010

24

Bali, Indonesia 3–9 Mei 2010

The 58th Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the CEPT Scheme for AFTA (CCCA) Pertemuan The Second ASEAN Senior Economic Officials' Meeting of the 41st AEM (SEOM 2/41) The 3rd AEC Council Meeting


The 48th Meeting of the Coordinating Committee on Investment (CCI) Pertemuan ke-25 ASEAN-India Trade Negotiating Committee (AITNC) The 35th ASEAN Rules of Origin Task Force (35th ROOTF)


The 6th Joint Consultative Session between CCCA and CCC on SelfCertification The 59th Coordinating Committee on the Implementation of the CEPT Scheme for AFTA (59th CCCA)


5






25

Pattaya, Thailand 11-13 Mei 2010

26

Singapura 20-21 Mei 2010

27

Makati City, Filipina 24-28 Mei 2010

28

Sapporo, Jepang 1-2 Juni 2010

29

Jakarta, Indonesia 2-3 Juni 2010

30

Sapporo, Jepang 5-6 Juni 2010

31

Tokyo, Jepang 7-10 Juni 2010

32

New Delhi, India 15-18 Juni 2010

Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Services ke-61 The 7th ASEAN-India Trade Negotiating Committee Working Group on Investment Pertemuan ke-1 Joint Committee ASEANAustralia-New Zealand (JCMAANZFTA) Pertemuan ke-2 APEC Committee on Trade and Investment


Pertemuan ke-49 ASEAN Coordinating Committee on Investment (CCI) Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC


Pertemuan ke-3 Joint Committee ASEANJapan Comprehensive Economic Partnership (JCM-AJCEP) Pertemuan ke-26 ASEAN – India Trade Negotiating Committee (AI-TNC)

6



CTI-2 chairs report to SOM

1) Statement on Supporting the Multilateral Trading System and Resisting Protectionism 2) Statement of the Chair of the Meeting of APEC Ministers Responsible for Trade Summary of Discussion


33

Singapura 22-24 Juni 2010

34

TengchongYunnan, China 28-30 Juni 2010

C. FORUM BILATERAL TEMPAT/ NO TANGGAL 1 Jakarta, Indonesia 12-14 Januari

Pertemuan ke-2 ASEAN-Plus Working Group on Rules of Origin (APWGROO) Pertemuan ke-35 ASEAN-China Trade Negotiating Committee (AC-TNC)

SIDANG



HASIL SIDANG

Pertemuan Indonesia-Mesir 7

Rekomendasi dan konklusi atas kunjungan Menteri Perdagangan dan Industri Mesir

2010 2

Jakarta, Indonesia 18 Januari 2010

Pertemuan Indonesia-Somalia

3

Jenewa, Swiss 20-26 Februari 2010

4


Pertemuan dengan Sekretariat European Free Trade Association (EFTA) Senior Official Meeting RI-RRT

5

Ankara, Turki 9-10 Maret 2010

Pertemuan Pertama Joint Study Group (JSG) Indonesia Turki dalam rangka pembentukan Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP)

6

Brussels, Belgia 22-28 Maret 2010

7

Seoul, Korea Selatan 23-26 Maret 2010

Pertemuan ke-2 Working Group on Trade and Investment (WGTI) Indonesia-Uni Eropa Pertemuan Joint Task Force Republik Indonesia-Republic of Korea ke-2

8

Joint Statement between the Minister of Trade of the Republic of Indonesia and the Minister of Commerce of the Republic of Somalia (Lampiran 3) Benefits of A Comprehensive EFTA - Indonesia Trade Agreement (CEITA) Pemarafan Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade Cooperation Minutes Of Meeting First Meeting of the Indonesia-Turkey Joint Study Group on Feasibility of a Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP) between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Turkey (Lampiran 4) Agreed conclusions and follow-up actions (Lampiran 5)

1) Agreed Minutes the Second Meeting of the Joint Task Force Between the Republic of Korea and the Republic of Indonesia (Lampiran 6) 2) Business Agreement on the Research Project to Asses Indonesian Shipbuilding Industry and Recommend Changes for Improvement

3) MoU kerja sama standardisasi antara Badan Standardisasi Nasional kedua Negara 8


The 3rd Joint Investment Promotion Committee RI-RRT

Agreed Minutes of the 3rd Meeting of the Joint Investment Promotion Committee between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the People’s Republic of China (Lampiran 7)

9

Yogyakarta, Indonesia 2-3 April 2010

Pertemuan ke-10 Joint Commission RIRRT

Agreed Minutes of the Meeting for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation between the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia and the Ministry of Commerce of the People’s Republic of China (Lampiran 8)

10

Malaka, Malaysia 6-9 April 2010 Bratislava, Slovakia 24 April - 1 Mei 2010

10th Meeting of the Sub Working Group on Palm Oil (SWGPO) Sidang Komisi Bersama ke-2 Indonesia - Slovakia

Agreed Minutes SWGPO

12

Darwin, Australia 31 Mei-3 Juni 2010

13

Kunming, RRT 3-8 Juni 2010

Sidang Working Group on Agriculture, Food and Forestry (WGAFFC) ke-15 Pertemuan ASEANChina FTA SMEs Development Forum

Agreed Record of 15th AustraliaIndonesia Working Group on Agriculture, Food, and Forestry Cooperation (Lampiran 10) Agreed record of the meeting

11

9

Agreed Minutes of the Second Session of the Joint Committee on Economic Cooperation between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Slovak Republic (Lampiran 9)

14

Jakarta, Indonesia 10–12 Juni 2010

15

Jakarta, Indonesia 8-12 Juni 2010

Sidang Komisi Bersama ke- 6 Indonesia – Irak

Pertemuan Bilateral Indonesia – Mozambique

10

Agreed Minutes of The Sixth Session of the Joint Commission Meeting on Economic, Scientific and Technical Cooperation between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Iraq (Lampiran 11) 1) Joint Statement between the Minister of Trade of the Republic of Indonesia and the Minister of Industry and Trade of the Republic of Mozambique (Lampiran 12) 2) Memorandum of Understanding between the Ministry of Industry of the Republic of Indonesia and the Ministry of Industry and Trade of the Republic of Mozambique on Industrial Technical Cooperation (Lampiran 13) 3) Memorandum of Understanding between the Ministry of Trade the Republic of Indonesia and the Ministry of Industry and Trade of the Republic of Mozambique on Trade Promotion Cooperation (Lampiran 14) 4) Memorandum of Understanding between the Ministry for Cooperatives and Small and Medium Enterprises of the Republic of Indonesia and the Ministry of Industry and Trade of the Republic of Mozambique Concerning Cooperatives, Small and

Medium Enterprises Development Cooperation (Lampiran 15) 16

Bali, Indonesia 16-17 Juni 2010

The Second Meeting of Joint Study Group for Trade and Economic Cooperation between Indonesia – Tunisia

Agreed Minutes of the Second Meeting of the Joint Study Group for Trade and Economic Cooperation between Indonesia and Tunisia (Lampiran 16)

Dari hasil-hasil kesepakatan yang telah diperoleh pada periode Januari - Juni 2010 diharapkan dapat segera diimplementasikan oleh kedua pihak. Untuk lebih jelasnya terlampir disampaikan hasil-hasil perundingan di forum multilateral, regional, dan bilateral.

11

BAB II HASIL-HASIL PERUNDINGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI FORUM MULTILATERAL, REGIONAL, DAN BILATERAL A. FORUM MULTILATERAL 1. Pertemuan Tingkat Menteri International Tripartite Rubber Council (ITRC) Tanggal 19 Januari 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia Pertemuan Tingkat Menteri (Ministerial Committee Meeting) International Tripartite Rubber Cooperation (ITRC) berlangsung pada tanggal 19 Januari 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia. Sebelum Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) tersebut, diadakan juga Joint Meeting antara ITRC dan Board of Directors International Rubber Consortium Limited (BoDs IRCo) pada tanggal 17-18 Januari 2010. Kesepakatan dalam PTM menghasilkan antara lain :  Pengaruh positif dari instrumen-instrumen yang dilakukan di tiap-tiap negara sesuai kesepakatan dalam ITRC yaitu Supply Management Scheme (SMS) dan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). Baik SMS maupun AETS terbukti memberikan pengaruh positif terhadap membaiknya harga karet alam, berdasarkan Daily Composite Price (DCP) ITRC.  Penghargaan kepada sektor swasta dalam mendukung kesepakatan ITRC terutama pada semester pertama tahun 2009 dengan tidak menawarkan karet alam untuk diekspor di bawah harga US$ 1.35 per kg. Para menteri menekankan perlunya untuk terus memantau situasi demand-supply karet alam dunia agar dapat mengatasi fluktuasi harga yang akan berpengaruh terhadap kehidupan dan pendapatan petani di ketiga negara. Selanjutnya, para menteri membahas pula tentang perlunya suatu skema pembiayaan khusus untuk mendukung implementasi AETS dan Strategic Market Operation (SMO) dan 12





menugaskan ITRC untuk menyelaraskan mekanisme pembiayaan tersebut sesuai dengan prosedur dan kebijakan di tiap-tiap negara. Mengundang Vietnam menjadi anggota ITRC dan IRCo. Dengan masuknya Vietnam menjadi anggota maka produksi dan ekspor karet alam akan meningkat masing-masing dari 70% menjadi 76%, dan 84% menjadi 93%. Melalui tindakan proaktif, produsen karet alam akan memperoleh harga yang menguntungkan dan di lain pihak konsumen mendapatkan jaminan suplai yang berkelanjutan dengan harga yang stabil.

2. Sidang 11th Special Session of the United Nation Environment Programme (UNEP) United Nation Environment Programme (UNEP) bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia menyelenggarakan Sidang 11th Special Session of the UNEP Governing Council/Global Ministerial Environment Forum dan Simultaneous Extraordinary Conference of Parties (ExCOP) Basel, Rotterdam, and Stockholm Conventions pada tanggal 22-26 Februari 2010 di Bali Pertemuan tersebut bertujuan untuk mengintegrasikan kepengurusan kesekretariatan tiga konvensi yakni konvensi Basel, Rotterdam, dan Stockholm dalam satu atap. Isu pokok yang dibahas antara lain Join activities, managerial functions, services, dan sinkronisasi anggaran termasuk audit kesekretariatan ketiga konvensi berikut review dan konsep struktur dari kesekretariatan yang baru. Menteri Negara Lingkungan hidup Indonesia selaku Presiden COP 9 Basel Convention memimpin negosiasi tingkat dunia ini bersamasama dengan Presiden COP 4 Rotterdam Convention, dan Presiden COP 4 Stockholm Convention. Indonesia telah menjadi bagian dari sejarah penting penanganan isu 13

lingkungan hidup internasional. Bali Roadmap hingga saat ini menjadi dasar utama negosiasi perubahan iklim dan Bali declaration on Waste Management and Human Health diadopsi sebagai resolusi World Health Organization (WHO), dan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia sangat rentan terhadap illegal trafficking dan illegal dumping bahan dan limbah kimia. Sidang Extraordinary of the Conference of the Parties (ExCOP) ini bersepakat untuk mengnyinergikan ketiga konvensi terkait perpindahan bahan dan limbah kimia antar negara yakni Konvensi Basel yang mengatur perpindahan lintas batas limbah B3, Konvensi Rotterdam yang mengatur perpindahan bahan kimia dan pestisida melalui mekanisme Prior Informed Consent (PIC) dan Konvensi Stockholm yang mengatur pengelolaan Persistent Organic Pollutants (POPs). Dengan adanya proses sinergi ini diharapkan proses perpindahan lintas batas atas bahan kimia berbahaya, pestisida, dan limbah B3 lainnya akan menjadi lebih ketat dan dapat mempercepat pemeriksaan barang di pelabuhan serta memperlancar perdagangan barang antar negara. Keberhasilan proses sinergi ini akan menjadi model bagi berbagai proses sinergi dari konvensi-konvensi lainnya yang berada di bawah koordinasi UNEP. Keputusan yang disepakati dalam 11th Special Session of the United Nation Environment Programme (UNEP) Governing Council/ Global Ministerial Environment Forum (GMEF) ini adalah program kebijakan sains antar pemerintah untuk keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem (IPBES), ketentuan tentang laut, pembiayaan untuk bahan-bahan kimia dan limbah, keputusan mengenai regulasi lingkungan hidup, tata pemerintah untuk lingkungan hidup dunia, dan meningkatkan koordinasi antarsistem di PBB, termasuk kelompok manajemen lingkungan hidup, serta deklarasi Nusa Dua. Tindak lanjut sidang tersebut adalah mengadakan Pertemuan Conference of the Parties (COP) ke-10 dari Convention on Bio Diversity yang dilaksanakan di Nagoya, Jepang pada bulan Oktober 14

2010. Indonesia menyatakan kesediaannya untuk memfasilitasi pertemuan-pertemuan menjelang konferensi perubahan ikim (COP16) yang diselenggarakan di Cancun, Meksiko pada bulan Desember 2010.

15

B. FORUM REGIONAL 1. Pertemuan SEOM 2/41 & Related Meetings Menuju ASEAN Economic Community 2015 Para Senior Economic Officials negara-negara ASEAN dan Mitra Dialog ASEAN (China, Korea, Jepang, Australia, New Zealand, India, USTR, EU, dan Kanada) bertemu pada ASEAN Senior Economic Officials Meeting (SEOM 2/41) and Related Meetings di Bali pada tanggal 21-26 Maret 2010. Pertemuan ini bertujuan untuk saling konsultasi di antara negara-negara dalam rangka mendukung tercapainya ASEAN Economic Community 2015 dan meningkatkan integrasi ekonomi dan kerja sama kawasan. Pertemuan diawali dengan SEOM Working Dinner pada tanggal 21 Maret 2010 dan dihadiri oleh SEOM Leaders negara-negara ASEAN dan para deputinya (SEOM+1). Isu yang dibahas antara lain rencana pemberlakuan secara efektif ASEAN Trade In Goods Agreement (ATIGA) yang diharapkan dapat diumumkan pada saat KTT ASEAN ke-16, penyelesaian ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) Paket ke-7 yang hanya menunggu komitmen dari Filipina, rencana pelaksanaan 2010 AEM Roadshow ke Amerika Serikat pada bulan Mei 2010, perkembangan ASEAN FTAs serta persiapan KTT ke16 yang berlangsung pada tanggal 6-9 April 2010, di Hanoi, Vietnam. Pada hari pertama SEOM 2/41, tanggal 22 Maret 2010, SEOM Leaders melakukan Pertemuan Konsultasi dengan Assistant United States Trade Representative (AUSTR), dan Pertemuan SEOM 2/41 yang membahas masalah internal ASEAN yaitu ASEAN Economic Community. Selain membahas enam inisiatif kerja sama ekonomi dalam kerangka ASEAN–US Trade and Investment Framework Arrangement (TIFA) yang mencakup (i) Trade Facilitation Agreement; (ii) Trade and Finance Dialogue; (iii) Trade and Environment Dialogue; (iv) Government- Business Dialogue; dan (v) Cooperation on Standard. Pertemuan kembali membahas rencana ASEAN 16

Economic Minister (AEM) Roadshow ke Amerika Serikat pada tanggal 3-5 Mei 2010 ke Seattle-Washington dan Washington DC. Kegiatan roadshow yang dikoordinasikan oleh Amerika Serikat dan Indonesia tersebut merupakan upaya dalam rangka memperkenalkan dan mempromosikan ASEAN kepada masyarakat dan sektor usaha di Amerika Serikat. Pada pembahasan isu terkait ASEAN Economic Community (AEC), para SEOM Leaders fokus pada upaya penyelesaian beberapa pending issues terkait rencana pelaksanaan mid-term review dari AEC Blueprint, ATIGA, ASEAN Single Window, penyelesaian AFAS Paket ke-7 dan penyusunan komitmen AFAS Paket ke-8, serta pemberlakuan secara efektif ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) yang diharapkan dapat tercapai pada bulan Agustus 2010. Selain itu dibahas juga perkembangan kerja sama Small and Medium Enterprises (SMEs), pilar ke-2 dari AEC Blueprint tentang competitive economic region, kerja sama ASEAN di bidang statistik, dan keterlibatan sektor swasta dalam menggerakkan perekonomian ASEAN. 2. Pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN dan ASEAN Economic Community (AEC) Council pada KTT ASEAN ke-16 di Vietnam Dalam rangka KTT ASEAN ke-16, para Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers/AEM) dan ASEAN Economic Community (AEC) Council mengadakan pertemuan pada tanggal 8 April 2010 di Ha Noi, Vietnam, guna membahas isu-isu internal ASEAN untuk mewujudkan ASEAN Community pada tahun 2015 di ketiga pilar kerja sama ASEAN, yakni politik-keamanan, ekonomi, dan sosialbudaya. Menteri Perdagangan sebagai wakil AEC Council Indonesia, mewakili Menko Perekonomian sebagai ketua dari AEC Council Indonesia.

17

Para Menteri membahas antara lain rencana pemberlakuan efektif dari ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) mulai bulan Mei 2010, ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) pada bulan Agustus 2010, dan rencana pelaksanaan AEM Road Show to US yang dijadwalkan pada awal bulan Mei 2010. Sementara dalam AEC Council, salah satu isu penting yang dibahas adalah tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan AEC Blueprint. Sebagaimana tercantum dalam AEC Scorecard, hampir semua negara anggota dalam tingkat beragam membukukan status nonimplementation atas berbagai perjanjian dan protokol yang telah ditandatangani. AEC Council mencatat bahwa sebagian besar masalah non-implementation berakar pada prosedur domestik yang berbeda di antara negara anggota untuk meratifikasi, menotifikasi dan selanjutnya melakukan penyesuaian kebijakan domestiknya dengan kesepakatan ASEAN yang telah disahkan. Dalam pertemuan ketiga AEC Council ini, dibahas pula laporan Chairman of the AEC Council kepada para Kepala Negara/Pemerintahan mengenai kemajuan dan tantangan dalam mewujudkan AEC 2015. Selain itu difinalisasikan pula Leaders’ Statement on Sustained Recovery and Development yang pada intinya bertujuan menjaga momentum pemulihan ekonomi di ASEAN. Perhatian khusus diberikan dengan memberi perhatian pada isu stabilitas sektor keuangan, penguatan proses integrasi ekonomi ASEAN, pembangunan infrastruktur, pembangunan berkelanjutan, penguatan jejaring sistem pengaman sosial, peningkatan kerja sama pendidikan, peningkatan dialog dengan sektor bisnis, dan pengurangan jurang perbedaan pembangunan di ASEAN.

18

3. Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC di Sapporo: Mendorong Momentum Perdagangan Dunia dan Regional Pertemuan tahunan para Menteri Perdagangan anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dilaksanakan pada tanggal 5 - 6 Juni 2010 di Sapporo, Jepang. Sebelum acara resmi Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC dimulai di Sapporo Convention Center, Menteri Perdagangan RI mengundang para Menteri Perdagangan anggota ASEAN yang juga adalah anggota ekonomi APEC (yakni Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) untuk melakukan pertemuan ASEAN Caucus Breakfast Meeting. Dalam pertemuan ini dilakukan tukar pikiran yang menyangkut topik-topik strategis yang akan dibahas dalam forum APEC, antara lain adalah perkembangan Perundingan Putaran Doha, penilaian pencapaian Bogor Goals 2010, gagasan pembentukan Free Trade Area of the Asia-Pacific atau FTAAP dan pertukaran informasi mengenai perkembangan perundingan Trans-Pacific Strategic Economic Partnership atau TPP, serta peningkatan daya dukung Sekretariat APEC. Dalam pertemuan Menteri Perdagangan APEC, para menteri sependapat bahwa perdagangan merupakan sektor yang sangat penting bagi semua ekonomi untuk dapat keluar dari situasi krisis dunia dan mendorong pertumbuhan serta menciptakan lapangan kerja. Untuk itu para menteri sepakat bahwa APEC yang mewakili lebih dari separuh perdagangan dunia harus ikut memberikan dorongan politik untuk menjembatani perbedaan yang masih menghambat kemajuan Perundingan Doha Development Agenda (DDA). Selain membahas agenda rutin seperti perkembangan pelaksanaan program kerja dan pengembangan prakarsa-prakarsa baru, para Menteri Perdagangan APEC juga membahas topik penting lainnya, yakni pencapaian Bogor Goals oleh ekonomi maju APEC pada tahun 19

2010. Tahun ini merupakan tahun penting bagi APEC karena bersamaan dengan diselesaikannya fase pertama Bogor Goals 2010/2020 untuk mewujudkan iklim perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di kawasan APEC. Secara umum disimpulkan bahwa ekonomi APEC secara individual maupun kolektif telah mencatatkan kemajuan dalam mewujudkan Bogor Goals. Kinerja APEC bukan saja merupakan hasil program kerja sama APEC di bidang liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi, tetapi juga ditunjang oleh program-program pengembangan dan peningkatan kapasitas anggota pada pilar ketiga kerja sama APEC, yakni Economic and Technical Cooperation atau ECOTECH. Kajian Bogor Goals mencatat bahwa antara tahun 1996 dan awal 2010 APEC telah mengimplementasikan dan menyetujui 1.274 proyek ECOTECH dengan nilai total US$ 58 juta. Final Pencapaian Bogor Goals disampaikan kepada para Pemimpin Ekonomi APEC dalam pertemuan puncak APEC pada bulan November 2010 di Yokohama, Jepang.

20

C. FORUM KERJA SAMA BILATERAL 1. Kunjungan Menteri Perdagangan Mohamed Abdi ke Indonesia

Somalia,

H.E.

Abdirashid

Kunjungan kerja Menteri Perdagangan Somalia, H.E. Abdirashid Mohamed Abdi dan para pengusaha Somalia ke Indonesia dilaksanakan pada tanggal 14-19 Januari 2010 dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dan Somalia, dan untuk menindaklanjuti hasil pertemuan antara Menteri Perdagangan Indonesia dan Somalia pada tanggal 6 April 2009 di Dubai, Uni Emirat Arab. a. Pertemuan Bilateral 1) Membahas upaya peningkatan perdagangan dan investasi kedua negara yang meliputi kerja sama di sektor: (1) perdagangan, (2) konstruksi, dan (3) perbankan. 2) Dalam rencana skema kerja sama perdagangan, Somalia mengusulkan agar Indonesia membeli bahan baku dari Somalia, yang selanjutnya akan diproses di Indonesia menjadi barang jadi untuk diekspor kembali ke Somalia dengan pengenaan tarif bea masuk sebesar nol persen. Untuk tahap awal kerja sama ini akan dimulai dari Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan kulit. Kedua negara sepakat membentuk suatu Tim Teknis untuk mengeksplorasi hal ini lebih lanjut. 3) Di bidang kerja sama konstruksi, Pemerintah Somalia akan membangun perumahan tipe sederhana dan berharap Indonesia dapat berpartisipasi dengan mengirimkan tenaga ahli pembangunan perumahan dan material bangunan. Indonesia meminta rincian tenaga ahli dan bahan bangunan yang dibutuhkan. 21

4) Untuk memfasilitasi transaksi perdagangan dan investasi kedua negara, disepakati pentingnya pembentukan kerja sama perbankan Indonesia dengan perbankan Somalia. Kementerian Perdagangan meminta kesediaan LPEI untuk mempelajari usulan kerja sama ini. b. Pertemuan Bisnis 1) Pertemuan bisnis pengusaha Indonesia-Somalia dihadiri kurang lebih dari 40 (empat puluh) perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang agriculture industry, cooking oil, textile, door and window frames, construction materials, furniture, tires, batteries and spare part, soap and detergent, packaging industry, medicine and herbal, fisheries equipment, oil machine, electronic, paper and stationary, dan jasa pembangunan low cost housing; 2) Indonesia berpendapat bahwa ini adalah momentum untuk meningkatkan hubungan dagang antara kedua negara dan juga mengundang pihak Somalia untuk menghadiri Trade Expo Indonesia ke-25 (TEI-2010) tahun ini. c. Kunjungan ke Sentra Industri 1) Delegasi Somalia telah melakukan kunjungan ke beberapa sentra industri di bidang tekstil dan garmen (PT Sandratex dan PT Sandrafine), UKM (Smesco) Kementerian Koperasi, Mustika Ratu, dan pabrik cooking oil (PT Sinar Meadow International Indonesia). 2) Menteri Perdagangan Somalia juga melakukan pertemuan dengan Kementerian Pertanian, untuk membicarakan mengenai kerja sama di bidang pertanian dan pertemuan dengan Kementerian Perindustrian membicarakan kerja sama di bidang industri tekstil dan kulit. 22

2. Pertemuan Pertama Joint Study Group antara Indonesia -Turki Pertemuan Pertama Joint Study Group (JSG) Indonesia-Turki pada tanggal 9-10 Maret 2010 di Ankara, Turki. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Prof. Dr. Djisman Simandjuntak yang berkedudukan sebagai Ketua JSG Indonesia dengan anggota delegasi yakni wakil dari Kementerian Perdagangan RI dan Kedutaan Besar RI untuk Turki di Ankara. Sementara itu, Delegasi Turki dipimpin oleh H.E. Husnu Dilemre, dan beranggotakan wakil dari Directorate General of EU Affairs, Directorate General of Agreements, Directorate General of Economic Research and Assessment, dan Directorate General of Imports - Undersecretariat for Foreign Trade. Pertemuan pertama JSG Indonesia – Turki merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kedua negara pada saat dilangsungkannya Joint Commission Meeting (JCM) Indonesia-Turki yang ke 7 (tujuh) di Ankara 18 September 2008, yakni membentuk technical working group (dalam hal ini dalam bentuk JSG) untuk mengetahui potensi perdagangan kedua negara melalui suatu kajian/ studi atas bidangbidang yang potensial untuk meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara atas dasar mutual interest. 3. Pertemuan ke-2 Working Group on Trade and Investment Indonesia - Uni Eropa Pertemuan ke-2 Working Group on Trade and Investment IndonesiaEuropean Union (WGTI) dilaksanakan pada tanggal 25-26 Maret 2010 di Brussels, Belgia. Pertemuan membahas masalah-masalah perdagangan dan investasi, dan untuk menyatukan visi dalam memperkuat kerja sama kedua negara. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, dan delegasi Uni Eropa dipimpin oleh Rupert Schlegelmilch, Head of Unit Trade Relations with South East Asia, Korea and ASEAN. 23

Isu penting dalam pertemuan ke-2 WGTI Indonesia-Uni Eropa ini

adalah peraturan perdagangan dan investasi yang dinilai sebagai hambatan perdagangan oleh masing-masing pihak. Indonesia mengangkat beberapa isu, di antaranya peraturan Komisi Eropa tentang energi terbarukan (Renewable Energy Directive/RED) No. 28/2009 yang menghambat masuknya produk kelapa sawit Indonesia ke Eropa, peraturan tentang batasan kandungan kimia produk No. 121/2006 atau dikenal dengan REACH (Registration, Evaluation, Authorization, and Restriction of Chemicals), peraturan impor produk perikanan (Illegal, Unregulated, and Unreported Fishing Regulation) dan masalah ekspor produk kakao Indonesia ke Uni Eropa. Sedangkan pihak Uni Eropa mengangkat beberapa isu yang dianggap sebagai hambatan perdagangan dan investasi oleh mereka, diantaranya Perpres Investasi No. 111/2007, Permendag yang mengatur impor produk tertentu No. 56/2009, Permenkes No. 1010/2008 tentang registrasi obat, dan HK.00.05.1.23.3516 tentang izin edar produk obat, kosmetik, dan suplemen makanan yang mengandung bahan tertentu dan alkohol. Beberapa kesepakatan yang dihasilkan dari pertemuan WGTI yang penting bagi Indonesia dan diharapkan dapat membangun kerja sama bilateral yang lebih baik dengan Uni Eropa antara lain adalah komitmen untuk membentuk Joint Study Group guna menyelesaikan perumusan visi bersama jangka panjang (Long Term Vision) Indonesia-UE. Kedua pihak akan mengupayakan perbaikan di dalam negeri terutama pada sektor-sektor strategis untuk meningkatkan perdagangan kedua negara, dan meningkatkan kerja sama bilateral pendukung perdagangan dan investasi, misalnya Fasilitas Kerja Sama Ekonomi dan Studi Akses Pasar. Untuk meningkatkan intensitas dan efektivitas pembahasan isu-isu yang menjadi fokus Indonesia dan Uni Eropa, kedua pihak sepakat untuk membentuk sectoral working groups, yaitu Working Groups on Investment, Working Groups on Food & Beverages (SPS issues), Working Groups on Pharmaceuticals, 24

dan Working Groups on Industry and Environment. Melalui sectoral working groups ini diharapkan pemahaman masing-masing pihak terhadap isu yang dianggap sebagai kendala perdagangan dan investasi bilateral dapat dibahas secara mendalam dan dicarikan solusi yang menguntungkan kedua negara. 4. Pertemuan Joint Task Force Republik Indonesia-Republic of Korea ke-2 Pertemuan diselenggarakan pada tanggal 25-26 Maret 2010 di Seoul, Korea Selatan. Pada JTF kedua ini telah ditandatangani dua kesepakatan, yaitu Business Agreement on the Research Project to Asses Indonesian Shipbuilding Industry and Recommend Changes for Improvement yang ditandatangani pada saat pertemuan Kelompok Kerja, serta MoU tentang Kerja Sama Standardisasi antara Badan Standardisasi Nasional kedua negara yang disaksikan langsung oleh kedua Menteri. Hasil-hasil yang disepakati dalam pembahasan 8 (delapan) kelompok kerja WG, yaitu sebagai berikut: 1) Kelompok Kerja Perdagangan dan Investasi a) Pertemuan dengan tujuan untuk memajukan bidang perdagangan dan investasi antara kedua negara. Pihak Korea menyampaikan beberapa hambatan dan kesulitan yang mereka hadapi di Indonesia terutama dalam hal ketentuan mengenai DNI, UU Pertambangan yang baru, dan pengakuan SKA dari negara-negara yang bukan merupakan pihak dalam ACFTA. b) Terkait dengan SNl yang diterapkan Indonesia, pihak Korea menyatakan bahwa SNI tersebut mempersulit perusahaanperusahaan baja Korea dikarenakan mensyaratkan dokumen-dokumen dan inspeksi-inspeksi pre-shipment. Sedangkan dalam hal konstruksi POSCO integrated construction mill di Indonesia, pihak Korea meminta Indonesia untuk dapat menyediakan insentif untuk investasi 25

dan dukungan POSCO sehingga akan menjamin suplai yang stabil atas bahan-bahan mentah seperti biji besi dan batu bara. c) Telah dilakukan penandatanganan MOU antara Korea Trade and Investment Agency (KOTRA) dan KADIN Indonesia mengenai industri perkapalan. 2) Kelompok Kerja Energi dan Sumber Daya Mineral Kedua belah pihak mendiskusikan mengenai kerja sama-kerja sama yang telah dilaksanakan antara Indonesia dan Korea, baik proyek kerja sama yang telah selesai, seperti kerja sama antara Kodeco dan Pertamina dalam mengembangkan Madura Barat dan Blok Poleng, proyek kerja sama yang perlu dinegosiasikan lebih lanjut, seperti Circle One, Korea Western Power dan PLN dalam pengembangan Mine Mouth IPP di Jambi maupun proyek kerja sama yang belum ada perkembangan Iebih lanjut, seperti kerja sama antara Medco dengan Korea Hydro dan Nuclear Power CO. Ltd, Kedua belah pihak juga mendiskusikan mengenai potensi untuk mengembangkan kerja sama seperti: a) Pengembangan Dimethyl Eter (DME) sebagai bahan bakar baru; b) Pengembangan minyak marginal dan gas filed; c) Pengembangan Coal Bed Methane (CBM). 3) Kelompok Kerja Infrastruktur dan Konstruksi Kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan MoU terkait dana untuk investasi di bidang infrastruktur dan juga meningkatkan proyek-proyek kerja sama dalam pembangunan fasilitas infrastruktur, termasuk perumahan, fasilitas water supply, transportasi, dan bandara. 4) Kelompok Kerja Teknologi Informasi Kedua belah pihak membahas kerja sama jangka panjang dan komprehensif antara Indonesia-Korea di sektor teknologi 26

informasi dan komunikasi (ICT). Kedua belah pihak juga sepakat untuk menetapkan target tahunan pengembangan ICT terutama di bidang BWA, Digital Broadcast, IPTV, e-commerce, egovemement, software dan content development. Dalam kaitan ini, kedua delegasi sepakat untuk membentuk "Joint Committee" yang akan terdiri dari "Steering Committee" dan "Focus Group" dalam kegiatan seperti kerja sama penelitian, pengembangan SDM, maupun kerja sama pengembangan produk. Kedua pihak menyepakati untuk memperbaharui MoU antara Kementerian Kominfo dengan Kementerian Knowledge Economy dalam pertemuan mendatang. 5) Kelompok Kerja Industri Pertahanan Kedua belah pihak sepakat untuk menandatangani MoU terkait pengembangan bersama mengenai fighter jets dan mendiskusikan cara pengembangan untuk mempromosikan kerja sama di sektor pertahanan dan kebutuhan alat-alat militer. 6) Kelompok Kerja Kehutanan, Pertanian, dan Perikanan Pertemuan membahas perkembangan kegiatan Komisi Kerjasama Ekonomi Korea-Indonesia, investasi di bidang kehutanan, pendirian "Korea-Indonesia Forest Center" yang akan dibicarakan lebih lanjut dalam The Next 4th Indonesia Korea Forestry Forum (IKFF) yang diadakan pada bulan Juni 2010 di Jakarta. Kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama lebih lanjut dalam pengembangan Pest Risk Analysis (PRA) produkproduk pertanian Indonesia ke Korea. Pihak Korea menjelaskan mengenai produk-produk buah-buahan Indonesia yang dapat masuk ke Korea tanpa melalui PRA seperti pisang, nanas, dan kelapa muda, sedangkan mangga dan manggis harus melalui PRA terlebih dahulu.

7) Kelompok Kerja Riset dan Pengembangan 27

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan tambahan proyek-proyek kerja sama, penggunaan nuklir untuk energi dan pengobatan, bio dan nano teknologi, pusat pengembangan penelitian ilmiah, dan pengembangan taman pengetahuan dan teknologi. Disepakati untuk menetapkan Joint Committee Meeting, termasuk peraturan dan prosedur, dan dasar program kerja sama. 8) Kelompok Kerja Dukungan Kebijakan Kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan proyek the East Asia Climate Change Partnership (EACCP); Study on Optimization of the Waterway Development of Karian Multipurpose Dam dan Electronic Government Procurement Infrastructure Development Technical Advisory. Kedua belah pihak menyatakan bahwa bantuan hibah dan pinjaman Economic Development Cooperation Fund (EDCF) memiliki peran penting bagi perkembangan sosial dan ekonomi Indonesia. Terkait hal ini pemerintah Korea bermaksud untuk meningkatkan volume hibah kepada Indonesia pada periode berikutnya. Menyangkut program bantuan pinjaman EDCF, kedua belah pihak sepakat untuk menyusun Framework Agreement untuk periode 20102013. Mengenai Knowledge Sharing Program (KSP), Indonesia dan Korea menyepakati untuk melakukan penyusunan standard operating procedure untuk menunjang kegiatan KSP dan menyeleksi proyek KSP. 5. Pertemuan The 3rd Joint Investment Promotion Committee (JIPC) between Indonesia and China Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2010. Agenda pembahasan dari pertemuan the 3rd JIPC ini sebagaimana telah disetujui oleh kedua belah pihak adalah sebagai berikut: 1) Isu bahasan RRT 28

a) Untuk menciptakan mekanisme kerja dalam bidang infrastruktur, RRT mengharapkan agar perjanjian tersebut kiranya dapat segera ditandatangani, dengan tujuan untuk memperlancar masuknya investasi dari RRT dalam rangka pembangunan infrastruktur di Indonesia. Indonesia akan menindaklanjuti sesegera mungkin mengenai penandatanganan perjanjian ini, akan tetapi dikarenakan isi dari draf perjanjian ini bersifat lintas sektoral, maka kordinator pembahasan draf perjanjian tersebut dikoordinasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. b) Pemerintah RRT memberikan pinjaman sebesar US$ 1,8 milyar dalam bentuk preferential buyer’s credit untuk pembangunan pembangkit listrik, jembatan, dan lain sebagainya. Saat ini masih ada sisa anggaran sekitar US$ 580 juta. Sehingga RRT mengharapkan agar Indonesia dapat menyiapkan daftar proyek besar (seperti sebelumnya yaitu jembatan Suramadu) untuk penggunaan sisa anggaran tersebut. Indonesia menyampaikan bahwa saat ini Bappenas sedang mempersiapkan beberapa proyek untuk penggunaan sisa anggaran tersebut. c) Dengan ditandatanganinya "The Agreement on Expanding and Deepening the Bilateral Economic and Trade Cooperation", dibentuk working group kerja sama ekonomi bilateral dengan membuat rencana 5 (lima) tahun perkembangan ekonomi dan perdagangan Indonesia dan RRT. Indonesia mengharapkan agar working group tersebut dapat juga mencakup bidang investasi. d) RRT mengharapkan agar para pekerja RRT di Indonesia dapat mematuhi segala hak dan kewajiban serta peraturan yang berlaku. Selain itu, RRT juga mengharapkan agar kedua 29

negara dapat memperkuat kerja sama dan membuka saluran standar dan menghapus jalur illegal. Indonesia menyambut baik hal tersebut dan perlu diciptakan suatu saluran komunikasi untuk dapat dilakukannya pertukaran informasi dan mensosialisasikan peraturan-peraturan yang berlaku agar terciptanya transparansi. 2) Isu bahasan Indonesia a) Indonesia mengharapkan agar RRT dapat mengembangkan ataupun memindahkan industri ke Indonesia terutama industri permesinan dan menciptakan basis produksinya di Indonesia. Saat ini RRT sedang mengembangkan industrinya dan telah memiliki high technology, serta mendorong industri high technology untuk berinvestasi di luar RRT. Akan tetapi masih banyak investor RRT yang kurang mendapakan informasi untuk menanamkan investasi RRT di daerah dan provinsi di Indonesia. Oleh karena itu perlu dibentuk mekanisme untuk menghubungkan antara investor RRT dengan pemerintah Indonesia. b) Indonesia mengusulkan kerja sama yang lebih luas, terutama menyangkut promosi investasi tidak hanya berupa seminar, tetapi juga pertemuan bisnis, pertukaran kunjungan misi investasi, pertukaran informasi menyangkut kebijakan investasi dan pameran sehingga bisa diseminasikan kepada pelaku usaha antar kedua negara. RRT menyambut baik ide Indonesia dan perlu dibicarakan lebih lanjut mekanisme dari pelaksanaan kerja sama promosi tersebut. c) Indonesia berencana untuk mendirikan kantor Indonesian Investment Promotion Center Office (IIPC) di Shanghai, di mana saat ini BKPM sudah mendirikan enam kantor IIPC di negara lain, yaitu: AS, London, Singapura, Taiwan, Tokyo dan Australia. Menanggapi usulan tersebut, pihak RRT 30

menyambut baik dan akan memberikan bantuan semaksimal mungkin untuk pendirian kantor IIPC tersebut. d) Indonesia menawarkan pihak RRT untuk mendirikan China Desk yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mempromosikan kepada investor RRT untuk berinvestasi di Indonesia. Saat ini BKPM telah memiliki Japan Desk dan Korean Desk. BKPM sendiri akan menyediakan tempat bagi China Desk tersebut, sementara biaya operasi akan ditanggung oleh pemerintah RRT. Hal ini masih dipertimbangkan oleh RRT. e) Untuk meningkatkan hubungan mutual antar kedua negara, Indonesia mengusulkan agar dilakukan pertukaran data dan informasi bidang investasi kedua negara. Pihak RRT menyampaikan bahwa Ministry of Commerce (MOFCOM) RRT telah memperbaharui data investasi di website setiap bulannya dan jika diperlukan data tersebut dapat juga dipertukarkan sesuai dengan permintaan. 3) Isu dan harapan RRT di bidang investasi a) Harapan yang diajukan ZTE Corporation yaitu agar pemerintah Indonesia dapat membentuk pelayanan satu pintu bagi investor asing untuk mencari dan memeriksa kepemilikan lahan resmi serta kebijakan pajak. Berdasarkan UU investasi No. 25/2007, seluruh pelayanan di pusat maupun di daerah dilakukan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). Diharapkan dengan sudah diterapkannya PTSP semua permasalahan dan hambatan di bidang investasi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi.

31

b) Diharapkan agar persyaratan mitra lokal dalam pembentukan konsorsium dan jaminan finansial dari institusi lokal bisa ditinjau. c) Agar segera diberlakukannya pelayanan satu pintu tersebut, dan agar pemerintah Indonesia dapat segera membuat kawasan khusus (bonded zone). Sebagai catatan Indonesia menyampaikan bahwa sepanjang lokasi yang digunakan memenuhi syarat sebagai kawasan khusus maka hal tersebut dapat diusulkan kepada Kementerian Keuangan sebagaimana tertuang dalam UU No. 39/2009. 4) Isu dan harapan Indonesia di bidang investasi Pada intinya tidak ada permasalahan dari investor Indonesia, dengan mengundang RRT datang ke Indonesia guna memberikan penjelasan mengenai investasi baik terkait dengan transparansi, perizinan maupun ketentuan-ketentuan lainnya. 6. Joint Commission Meeting Indonesia-RRT ke-10 Pada tanggal 3 April 2010 Menteri Perdagangan RI memimpin delegasi Indonesia pada Pertemuan Komisi Bersama (Joint Commission Meeting/ JCM) dengan RRT yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan RRT, Chen Deming. JCM Indonesia-RRT ke-10 yang dilaksanakan di Yogyakarta ini merupakan wadah antara instansi pemerintah dari kedua belah pihak untuk membahas isu perdagangan investasi, kerja sama keuangan dan pembangunan. Beberapa isu yang dibahas adalah finalisasi dari Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade Cooperation, kerja sama di bidang standar produk, capacity building atau bantuan teknis di bidang industri perkapalan, dan juga kemungkinan kerja sama di sektor tekstil dan produk tekstil dan mesin; finalisasi dan persetujuan pembukaan cabang Bank Mandiri 32

di RRT; implementasi Preferential Export Buyer’s Credit; partisipasi perusahaan RRT di pembangkit listrik 10.000 MW tahap kedua; dan partisipasi Indonesia dalam World Expo Shanghai China (WESC) 2010; dan Country of Honor di ASEAN-China Expo Nanning serta implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement. Pada pertemuan tersebut, kedua Menteri telah menandatangani Agreed Minutes of The Meeting for Further Strenghtening Economic and Trade Cooperation untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh sektor-sektor tertentu di Indonesia yang terkena dampak oleh ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). JCM ke-10 menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, antara lain: (1) Pihak RRT sepakat untuk memfasilitasi akses pasar bagi beberapa buah-buahan tropis (pisang, nanas, rambutan) dan sarang burung walet Indonesia untuk dapat memasuki pasar RRT; (2) Kedua pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Resolusi Perdagangan (Working Group on Trade Resolution/ WGTR), yang bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan yang lancar di antara kedua negara dan juga memfasilitasi pembukaan Cabang Bank Mandiri di RRT demi memperkuat hubungan transaksi langsung perbankan; (3) Atas permintaan Indonesia, dalam JCM ini RRT menyetujui pembukaan cabang Bank Mandiri di RRT, sehingga akan memperkuat hubungan langsung transaksi perbankan kedua negara; (4) Kerja sama antara Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan China Exim Bank di mana kedua pihak menandatangani perjanjian pinjaman sebesar US$ 100 juta dari CEB kepada LPEI. LPEI juga saat ini dalam tahap finalisasi MoU dan Industrial & 33

Commercial Bank of China (ICBC) untuk penyediaan kredit sebanyak US$ 250 juta kepada LPEI. Pinjaman tersebut akan digunakan oleh LPEI untuk fasilitas kredit guna mendukung perusahaan-perusahaan di kedua negara terkait dengan proyekproyek perdagangan dan investasi dalam berbagai sektor-sektor prioritas yang disetujui oleh kedua belah pihak, termasuk perdagangan dan investasi barang modal, proyek-proyek sektor infrastruktur, energi, dan konstruksi; (5) Kedua pihak setuju untuk memaksimalkan penggunaan Pinjaman Kredit Ekspor Preferensial (Preferential Export Buyers Credit) sebesar US$ 1,8 miliar dan Pinjaman Konsesi Pemerintah (Government Concessional Loan) sebesar 1,8 miliar RMB untuk dapat dipergunakan oleh Indonesia dalam mengembangkan berbagai proyek infrastruktur. Adapun proyek-proyek yang telah diselesaikan adalah proyek Jembatan Suramadu dan pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Labuhan Angin. Sedangkan, pembangunan Waduk Jati Gede masih dalam proses pembangunan. Terdapat pula enam proyek baru yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu: pembangkit Listrik Tenaga Uap Parit Baru (Kalimantan Barat) dan pengadaan material untuk jalur sepanjang 1.000 km dan 200 unit turn out yang masih dalam proses pengadaan; serta konstruksi Jalan Tol antara Medan dan Kuala Namu (Sumatera Utara); Jembatan Tayan (Kalimantan Barat); Pengembangan Jalan Tol Tahap I: Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat); dan Jembatan Kendari (Sulawesi Tenggara); (6) Kedua belah pihak telah menyelesaikan Perjanjian Perluasan dan Pendalaman Kerja Sama Bilateral Ekonomi dan Perdagangan (Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic Cooperation). Perjanjian yang akan menjadi kerangka kerja bagi kedua belah pihak diharapkan akan menetapkan target ke depan di bawah payung Kemitraan Strategis, antara lain: 34

a) Mencapai hubungan perdagangan bilateral yang kuat, berimbang dan berkelanjutan; b) Meningkatkan arus investasi antara kedua negara, di mana investasi RRT di Indonesia akan difokuskan pada sektor infrastruktur, energi, manufaktur, dan industri berbasis sumber daya alam yang bernilai tambah; c) Memperkuat kerja sama antar lembaga keuangan kedua negara untuk menyediakan kredit dan fasilitas keuangan lainnya guna mendukung hubungan bilateral perdagangan, investasi, dan pariwisata; d) Meningkatkan kerja sama yang telah ada antara instansiinstansi terkait bidang pengawasan keamanan produk dan kualitas untuk dapat lebih mendorong hubungan perdagangan dan ekonomi; dan e) Memanfaatkan keberadaan kelompok-kelompok kerja dalam Komisi Bersama untuk mengawasi pencapaian tujuan dan rencana aksi yang telah disepakati. (7) JCM juga membahas Agreed Minutes of the Meeting for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation yang antara lain berisi: a) Deklarasi Bersama antara Indonesia dan RRT mengenai Kemitraan Strategis yang telah ditandatangani oleh kedua pimpinan negara pada bulan April 2005 menjadi dasar untuk lebih memperkuat kerja sama perdagangan dan ekonomi antara kedua negara; b) Berdasarkan Deklarasi ini, kedua belah pihak akan mengembangkan perspektif strategis dalam mengatasi kepentingan jangka panjang dan membawa hubungan ke tingkat yang baru untuk kepentingan kedua bangsa dan negara; 35

c) Untuk mencapai tujuan tersebut, Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) tetap menjadi dasar strategis di mana masing-masing pihak harus mengimplementasikan perjanjian tersebut secara menyeluruh dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak; d) Kedua pihak akan menetapkan pertumbuhan perdagangan bilateral yang tinggi dan berkelanjutan, di mana jika terdapat ketidakseimbangan perdagangan, pihak yang mengalami surplus perdagangan berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan termasuk mendorong impor lebih lanjut dan memberikan dukungan yang diperlukan; 7. Sidang Komisi Bersama (SKB) Ke-2 RI-Slovakia Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 RI – Slovakia diselenggarakan di Bratislava pada tanggal 29 April 2010. Pertemuan SKB ke-2 RlSlovakia ini membahas beberapa bidang antara lain yaitu : a) Di bidang energi, Slovakia tertarik untuk mengembangkan kerja sama hydro power, sementara di bidang pertanian, untuk menindaklanjuti MoU mengenai kerja sama teknik yang telah ditandatangani oleh kedua Menteri Pertanian pada Januari 2009, Kementerian Pertanian Indonesia dengan OSIVO A.S. Dibahas pula kerja sama pembiakan benih gandum di Indonesia dan pengembangan kerja sama lainnya di bidang pertanian. Selama ini telah dijajaki kerja sama ekspor nanas Indonesia ke Slovakia. b) Di bidang perdagangan, kedua negara mengalami pertumbuhan rata-rata 13% dari tahun 2005-2009. Di tengah krisis keuangan pada tahun 2008-2009, perdagangan kedua negara masih tetap menunjukkan peningkatan sekitar 15%. Walaupun tren perdagangan selalu meningkat, namun dari sisi volume masih dinilai kecil (2009=USD 73,38 juta) dan masih terdapat ruang yang cukup untuk meningkatkan perdagangan bilateral. 36

c) Indonesia menganggap tentang pentingnya investasi Slovakia bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai upaya untuk meningkatkan kerja sama investasi kedua negara telah dilakukan pembahasan di bidang promosi dan perlindungan investasi (P4M), dan dapat diselesaikan pada akhir tahun 2010. Indonesia menyambut baik keinginan Slovakia untuk melakukan investasi di bidang pembangunan pabrik semen di Aceh, konstruksi hydro/thermal power plant dan partisipasi dalam tender pembangunan jembatan di Kalimantan Timur. Sebelum Sidang Komisi Bersama, telah dilaksanakan Roundtable Business Meeting Rl-Slovakia yang dihadiri oleh 14 (empat belas) perusahaan Indonesia dan 38 (tiga puluh delapan) perusahaan Slovakia dan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke hydro power plant di Trencin, pembangkit listrik tenaga nuklir di Jaslovske Bohunice, lembaga pendidikan dan penelitian energi Vuje A.S. di Trnava dan pabrik semen Pio Keramoprojekt, A.S. Kedua delegasi sepakat bahwa pada SKB mendatang di Indonesia, akan disertakan juga delegasi pelaku usaha dari kedua negara. 8. Pertemuan Working Group on Agriculture, Food and Forestry Cooperation (WGAFFC) ke-15 Pertemuan Working Group on Agriculture Food and Forestry Cooperation (WGAFFC) ke-15 diselenggarakan pada tanggal 31 Mei – 3 Juni 2010 di Darwin. a. Quarantine and Trade Dialog Dalam pertemuan ini dibahas mengenai: 1) Capacity building bagi petugas karantina Indonesia; 2) Penjelasan peraturan perkarantinaan tumbuhan Indonesia; 37

3) Peluang akses pasar buah tropis Indonesia; 4) RUU pelabelan produk kelapa sawit Indonesia; 5) Tarif jeruk Mandarin Australia di Indonesia; 6) Skim akreditasi penanganan fumigasi oleh Australia; 7) Penyampaian informasi dikeluarkannya Indonesia dari List Giant African Snail Country; 8) Penjelasan mengenai izin impor sapi hidup, sapi bibit, dan jeroan; 9) Penjelasan mengenai implementasi UU no. 18 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; dan 10) Penjelasan mengenai pemeriksaan/ audit daging Australia di Indonesia. Beberapa isu yang mendapatkan tanggapan positif dari pihak Australia adalah: 1) Akan dilakukan percepatan untuk memberikan prioritas pemasaran buah manggis asal Indonesia setelah penyelesaian strategi mitigasi risiko dan verifikasi di lapangan; 2) Mempertimbangkan keberatan Indonesia untuk diperjuangkan ke parlemen dalam pemberlakuan labelling terhadap minyak sawit Indonesia pada produk makanan; 3) Adanya komitmen untuk melakukan ekspor buah segar berasal dari area bebas lalat buah atau memberikan perlakuan pendinginan selama transit dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Badan Karantina Pertanian;

38

4) Akan segera menindaklanjuti beberapa kegiatan peningkatan kemampuan (capacity building) petugas karantina Indonesia melalui pelatihan fumigasi dengan ethylene oxide, laboratory diagnosis dan study tour terkait Invasive Allien Species (IAS); 5) Kerja sama Australia-Indonesia dalam program pengendalian Emerging Infectious Disease 2010-2015. b. Isu umum Adanya keinginan untuk mendorong peran aktif sektor swasta kedua negara dalam memberikan saran masukan bagi peningkatan kerja sama perdagangan komoditas pertanian kedua negara. Selain itu adanya keinginan Indonesia untuk memperluas cakupan kerja sama dalam WGAFFC di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui kegiatan pertukaran pemuda petani dan diusulkan agar WGAFFC dapat mendukung rencana investasi swasta Australia bidang peternakan di Indonesia dalam bentuk Technical Assistance. Selanjutnya Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) menjelaskan tentang proyek penelitian yang dilakukan di Indonesia dan penjelasan dari AusAID tentang kegiatan dan pendanaan untuk sektor pertanian di Indonesia untuk capacity building. c. Task Force on Livestock and Animal Products Pihak Indonesia mengusulkan agar Meat and Livestock Australia (MLA) yang selama ini hanya bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Feedloter Indonesia (APFINDO) berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam menetapkan pemasangan slaughter box. Terkait dengan UU No. 18/2009, Indonesia masih menunggu disampaikannya dokumen aplikasi perusahaan susu Australia yang akan mengekspor ke Indonesia sedangkan waktu 39

pemberlakuan efektif UU tersebut akan dikonsultasikan lebih lanjut. Pihak Indonesia telah menyampaikan 3 (tiga) proposal kegiatan dalam rangka mendukung investasi di bidang peternakan di Indonesia, yaitu: (i) Beef and Dairy Investment Pre Feasibility Study; (ii) Beef and Dairy Industry Investment Workshop; dan (iii) Small Scale Abbatoirs. Pihak Australia menyatakan akan mempelajari dan menelaah ketiga proposal tersebut dengan lembaga-lembaga yang relevan. d. Task Force on Crops and Plant Products Indonesia menyampaikan keinginan untuk terbukanya peluang pasar komoditas buah rambutan, mangga, dan salak dengan mengharapkan agar lima proposal hasil Scooping Study tahun 2009 dapat diimplementasikan secepatnya. Indonesia juga mengusulkan lima kegiatan baru, yaitu: (i) Feasibility Study untuk persiapan investasi Vapour Heat Treatment (VHT) untuk disinfektasi lalat buah; (ii) Penguatan sistem perlindungan tanaman hortikultura dalam pemenuhan persyaratan SPS-WTO; (iii) Magang bagi pemuda-pemuda Indonesia pada usaha tani hortikultura di Australia; (iv) Kerja sama bisnis antara eksportir buah Indonesia dengan importir buah Australia; dan (v) Bantuan tenaga ahli Australia di bidang pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pascapanen hortikultura. e. Task Force on Forestry Indonesia memperkenalkan sistem verifikasi dan legalitas kayu (SVLK) sebagai salah satu pedoman dalam perdagangan kayu secara legal yang telah dituangkan dalam Permenhut No. 38 Tahun 2009.

40

Sebagai tindak lanjut dari Letter of Intent, Indonesia dan Australia sepakat untuk menyelesaikan draft MoU antara Kementerian Kehutanan Indonesia dan Department of Agriculture, Fisheries and Forestry (DAFF) untuk mempromosikan perdagangan kayu legal dan ditandatangani pada pertemuan Indonesia-Australia Ministerial Forum yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 2010 di Jakarta. Australia sedang mempertimbangkan proposal yang diajukan oleh Kementerian Kehutanan tentang Forestry Capacity Building di bawah The Asia-Pacific Forestry Skills and Capacity Building Program. Indonesia dan Australia sepakat untuk menyusun Subsidiary Arrangement sebagai implementasi kerja sama. 9. Sidang Komisi Bersama ke- 6 Indonesia – Irak Sidang Komisi Bersama ke-6 Indonesia – Irak diselenggarakan pada tanggal 10 – 12 Juni 2010 di Jakarta. Sidang bertujuan untuk membahas upaya-upaya peningkatan hubungan kerja sama antara Indonesia dan Irak di bidang ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan teknik. Sidang membahas dua bidang kerja sama, yaitu: (i) Kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan, meliputi hubungan perdagangan bilateral, KADIN, investasi, industri, perbankan, kesehatan, perumahan dan konstruksi; dan (ii) Kerja sama di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknik meliputi energi dan sumber daya mineral, kelistrikan, lingkungan, pendidikan dan ilmu pengetahuan, pertanian, perhubungan, dan telekomunikasi. Indonesia dan Irak menyadari bahwa nilai perdagangan kedua negara belum mencerminkan potensi yang terdapat di kedua negara. Untuk itu, kedua negara menetapkan target perdagangan menjadi dua kali lipat atau melipatgandakan nilai perdagangan tertinggi pada lima tahun terakhir yaitu tahun 2008 sebesar US$ 265,6 juta. 41

Untuk mencapai target tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan Joint Task Force dalam jangka waktu tiga bulan setelah penyelenggaraan Sidang Komisi Bersama ini. Joint Task Force memiliki fungsi untuk melakukan pertukaran informasi, memonitor, mengidentifikasi, dan mencarikan solusi bagi hambatan dan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan hasil kesepakatan pada Sidang Komisi Bersama Indonesia - Irak. Untuk menghimpun dan membantu pelaku usaha Indonesia yang melakukan kegiatan perdagangan ke dan dari Irak, Kamar Dagang dan Industri Indonesia telah mendirikan Indonesian-Iraqi Business Council. Selanjutnya, untuk memperlancar transaksi dagang antar kedua negara, Indonesian Business Council bekerja sama dengan Trading House di Bahgdad telah menandatangani Memorandum of Understanding tentang Pendirian Indonesia Trading House di Baghdad. Indonesia dan Irak memahami perlunya meningkatkan pengenalan terhadap produk dari kedua negara. Untuk itu Indonesia berpartisipasi pada pameran International Baghdad Fair pada bulan November 2010 dan Irak mengirimkan pelaku usahanya pada Indonesian Trade Expo di Jakarta bulan Oktober 2010. Dalam rangka meningkatkan kerja sama investasi, Indonesia dan Irak sepakat, dengan melalui saluran diplomatik akan mempertukarkan draft Agreement of Promotion and Protection of Investment untuk dipelajari dan ditanggapi. Dua perusahaan Indonesia telah menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di Irak dengan mendirikan pabrik pengemasan teh dan pabrik ban, dan akan memberikan technical assistance kepada pelaku usaha pabrik ban Irak. Untuk menindaklanjuti rencana investasi dan pemberian technical assistance tersebut, kedua perusahaan tersebut telah menyampaikan kesiapannya untuk mengirimkan draft Memorandum of Understanding kepada pihak Irak. 42

Di bidang perbankan, kedua pihak menyadari bahwa kerja sama antarbank sentral kedua negara yang ditandatangani tahun 2000 belum berjalan sesuai yang diharapkan. Untuk itu, Bank Indonesia menawarkan kepada pihak Irak untuk meningkatkan kerja sama dan bertukar pengalaman mengenai moneter, sistem pembayaran dan perbankan, termasuk pengetahuan tentang kredit Usaha Kecil dan Menengah. Menindaklanjuti keinginan Irak, Indonesia menyampaikan minatnya untuk memasok obat-obatan dan peralatan medis ke Irak. Indonesia juga mengusulkan untuk membentuk kerja sama di bidang kesehatan dan mengirimkan draft Memorandum of Understanding (MoU) kepada Irak untuk ditanggapi. Dalam rangka membangun kembali pemukiman dan gedung-gedung yang rusak akibat perang, Irak mengharapkan kesediaan Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam program pembangunan sejumlah besar kompleks perumahan yang disubsidi oleh pemerintah Irak. Pemerintah Irak menjanjikan akan memberikan bantuan yang dibutuhkan bagi pelaku usaha Indonesia yang berminat, yang ditanggapi positif oleh Indonesia. Di bidang energi dan sumber daya alam, Irak menyampaikan undangan kepada perusahaan minyak Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam eksplorasi ladang minyak di Irak dengan mengikuti proses tender yang diselenggarakan oleh Kementerian Perminyakan Irak. Selain itu juga menawarkan minyak mentah kepada Indonesia. Di bidang lingkungan, Indonesia menyampaikan bahwa keinginan untuk menyelesaikan Memorandum of Understanding on Environment belum dapat diwujudkan karena Indonesia masih membutuhkan waktu untuk mempelajari bidang-bidang yang akan dikerjasamakan. Menindaklanjuti keinginan Irak agar pelajar Irak dapat memperoleh 43

kesempatan belajar di Indonesia, pihak Indonesia menyampaikan kesanggupannya untuk memberikan bea siswa bagi pelajar Irak. Indonesia meminta agar dapat mengindentifikasi bidang ilmu pengetahuan, training dan capacity building yang dibutuhkan Irak. Untuk itu, Indonesia telah mengundang dua peserta dari Irak untuk ikut ambil bagian dalam program pelatihan di bidang business incubator for SMEs Development yang difokuskan pada industri kreatif dan dua peserta lainnya untuk program International Workshop on Democratization yang dilaksanakan pada tahun 2010. Untuk meningkatkan hubungan diplomatik kedua negara, Kementerian Luar Negeri Indonesia membiayai satu orang diplomat Irak untuk mengikuti kursus diplomatik pada bulan Oktober 2010 atau April 2011. Selain itu, Indonesia juga mengundang satu orang diplomat Irak untuk berpartisipasi dalam program pelatihan bahasa Indonesia. Irak mengusulkan perlunya kerja sama pembebasan visa bagi pemegang paspor diplomatik. Indonesia dan Irak menyepakati untuk melakukan penelitian dan pengembangan bidang yang diinginkan pihak Irak dengan sumber pembiayaan dari negara ketiga. Untuk mendukung kelancaran arus barang dan jasa kedua negara, Irak mengharapkan agar maskapai penerbangan Indonesia dapat segera membuka jalur penerbangan ke Irak. Indonesia menyambut baik keinginan tersebut dan mengusulkan untuk melakukan kerja sama transportasi udara dalam bidang pertukaran tenaga ahli dan pelatihan engineering dan teknisi. Irak juga menawarkan partisipasi Indonesia pada program rehabilitasi pelabuhan udara, kereta api, dan kapal laut di Irak. Dalam bidang telekomunikasi, Indonesia menginformasikan bahwa walaupun tiga perusahaan telepon selular Indonesia telah melakukan kerja sama roaming international dengan operator 44

telepon selular Irak sejak tahun 2007, meskipun belum memiliki kerja sama di bidang telekomunikasi. Untuk itu, Indonesia menyampaikan minatnya untuk memperluas kerja sama telekomunikasi dengan pihak Irak dalam bidang lainnya dalam rangka kerja sama. 10. Kunjungan Menteri Industri dan Perdagangan Mozambik, HE Antonio Fernando ke Jakarta Kunjungan dilaksanakan pada tanggal 8-12 Juni 2010 dan dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dan Mozambik serta untuk menindaklanjuti hasil pertemuan antara Menteri Perdagangan Indonesia dan Mozambik tanggal 24 Mei 2006 di Maputo, Mozambik. Pemerintah Indonesia dan Mozambik sepakat untuk berusaha mempromosikan perdagangan dan skema investasi termasuk melalui pemrosesan bahan baku. Kerja sama ini akan dibentuk berdasarkan pengaturan preferensi. Dan untuk tahap awal, kedua negara sepakat untuk berkolaborasi di bidang kapas, tekstil dan pakaian jadi, dan membentuk Tim Teknis guna membicarakan prosedur secara spesifik. Pemerintah Mozambik akan membangun konstruksi mega proyek dan berharap Indonesia dapat berpartisipasi dengan mengirimkan tenaga ahli pembangunan mega proyek dan material bangunan. Yang ditanggapi positif oleh Indonesia dengan meminta rincian tenaga ahli dan bahan bangunan yang dibutuhkan. Selanjutnya untuk memfasilitasi transaksi perdagangan dan investasi kedua negara, disepakati pentingnya pembentukan kerja sama perbankan Indonesia dengan perbankan Mozambik. Pertemuan bisnis pengusaha Indonesia dengan delegasi Mozambik dikoordinasi oleh Kadin Indonesia Komite Afrika dan dihadiri 30 (tiga puluh) perusahaan Indonesia yang antara lain bergerak di bidang 45

telecommunication, textile, food & beverages, electricity, industrial plant engineering, shipping, mining, water equipment, milk, detergent pulp, rubber, gas & pipe, nickel & bauxite, battery, tea, herbal, dan banks. Menteri Industri dan Perdagangan Mozambik mengharapkan partisipasi para pengusaha Indonesia untuk dapat menghadiri pameran FACIM di Maputo yang diselenggarakan pada tanggal 20 Agustus sampai dengan 5 September 2010. Delegasi Mozambik telah melakukan kunjungan ke beberapa sentra industri di bidang UKM (Smesco) Kementerian Koperasi dan UKM di Jakarta Selatan, pengembangan pabrik/ industri kota JABABEKA di Cikarang, industri kemasan, industri minyak goreng, dan industri tekstil. Menteri Industri dan Perdagangan Mozambik juga melakukan pertemuan dengan Menteri Negara Koperasi dan UKM, untuk membicarakan mengenai kerja sama di bidang Usaha Kecil dan Menengah, dan pertemuan dengan Menteri Perindustrian membicarakan kerja sama di bidang industri teknik. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan perdagangan melalui kerja sama bahan baku (tekstil dan produk tekstil) dan bidang perbankan. Kedua pihak akan membentuk tim teknis untuk mengimplementasikan kesepakatan dalam Joint Statement. 11. Pertemuan ke-2 Joint Study Group Bidang Ekonomi dan Perdagangan Indonesia – Tunisia Indonesia-Tunisia telah melakukan pertemuan ke-2 Joint Study Group Bidang Ekonomi dan Perdagangan pada tangggal 16-17 Juni 2010 di Bali. Delegasi Tunisia dipimpin oleh Mrs. Saida Hachicha, General Director of the Economic and Commercial Cooperation for the Ministry of Commerce and Handicraft of the Republic of Tunisia, sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Head of Trade Research and Development Agency for the Ministry of Trade of the Republic of 46

Indonesia. Isu penting dalam pertemuan tersebut membahas tentang kebijakan perdagangan, hambatan perdagangan dan investasi, produk potensial yang akan diperdagangkan kedua negara, penurunan tarif bea masuk, dan kerja sama lainnya seperti, investasi, promosi perdagangan, customs, special economic zone, perikanan, industri, dan handicraft. Indonesia mengangkat beberapa isu, diantaranya tarif bea masuk di Tunisia yang masih tinggi, produk potensial yang menjadi interest Indonesia, kebijakan dan hambatan perdagangan, dan bidang kerja sama lain; seperti kerja sama di bidang investasi, trade promotion, customs, special economic zones, fishery, industrial cooperation, dan handicraft. Sedangkan pihak Tunisia mengangkat isu di antaranya struktur tarif, kebijakan investasi, kerja sama antar Kadin, dan menyampaikan draft MoU Preferential Trade Agreement untuk dibahas oleh pihak Indonesia. Beberapa kesepakatan yang dihasilkan dan penting bagi Indonesia diharapkan dapat membangun kerja sama bilateral yang lebih baik dengan Tunisia antara lain adalah komitmen untuk menghapus hambatan perdagangan dan investasi, penurunan tarif bea masuk di Tunisia dan Preferential Trade Agreement (PTA). Disepakati untuk mendiskusikan lebih lanjut hasil studi PTA yang dilakukan oleh pihak Indonesia. Kedua pihak akan melakukan perbaikan di dalam negeri terutama pada sektor-sektor strategis untuk meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara, serta meningkatkan kerja sama bilateral yang dapat mendukung perdagangan dan investasi.

47

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii

Recommend Documents