Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i Daftar Isi ....................................................................................................................... 1 BAB I
PENGANTAR ................................................................................................. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ........................... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.................................................................. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini ............................................................ 3 1.4 Pengertian-pengertian / Istilah .............................................................. 4
BAB II
STANDAR KOMPETENSI............................................................................... 6 2.1 Peta Paket Pelatihan ............................................................................ 6 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi .................................................... 6 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari .......................................................... 7
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ....................................................... 12 3.1 Strategi Pelatihan ................................................................................. 12 3.2 Metode Pelatihan ................................................................................. 13 3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan .......................................... 13 BAB IV PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN IRIGASI ....................................... 26 4.1 Umum .................................................................................................. 26 4.2 Persiapan Pengumpulan Data Perencanaan......................................... 26 4.3 Pelaksanaan Sosialisasi Tentang Ke-Irigasian Kepada Masyarakat ........................................................................................... 48 4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Konsultasi Dengan Masyarakat (PKM) ................................................................................ 51 4.5 Pengorganisasian Data Perencanaan ................................................... 53 4.6 Penetapan Data Perencanaan .............................................................. 56 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ................................................................................................ 74 5.1 Sumber Daya Manusia ......................................................................... 74 5.2 Sumber-sumber Perpustakaan ............................................................. 74 5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...................................................... 76
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 1 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
BAB I PENGANTAR
1.1
Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. 1.1.2 Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
1.2
Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1
Desain materi pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur.
1.2.2 Isi Materi pelatihan 1)
Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan.
2)
Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 2 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
3)
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
1.2.3 Penerapan materi pelatihan
1.3
1)
Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.
2)
Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.
Pengakuan Kompetensi Terkini 1.3.1
Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current CompetencyRCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.
1.3.2. Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 3 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
1) 2) 3)
1.4
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.
Pengertian-pengertian / Istilah 1.4.1 Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. 1.4.2 Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menerapkan suatu standar tertentu. 1.4.3
menetapkan
serta
Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.
1.4.4 Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. 1.4.5 Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. 1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 4 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
1.4.7
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1.4.9 Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. 1.4.10 Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 5 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
BAB II STANDAR KOMPETENSI
2.1
Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi - Kode Unit F45 AMPI 02 002 01, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air Perencanaan Layout Daerah Irigasi Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Perencanaan Bangunan Utama (Bendung) Parameter Standar Penggambaran Irigasi Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi
2.2
Pengertian Unit Standar Kompetensi 2.2.1 Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu. 2.2.2
Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi”.
2.2.3
Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.
2.2.4
Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 6 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
2.3
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian. 2.3.1
Judul Unit Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi
2.3.2
Kode Unit F45 AMPI 02 002 01
2.3.3
Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk melakukan pengumpulan data perencanaan irigasi melalui sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat.
2.3.4 Kemampuan Awal Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksidan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L).
Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air terpadu. 2.3.5
Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
Elemen Kompetensi 1.
Menyiapkan pengumpulan data perencanaan
Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1.1
Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik teknis maupun non teknis diidentifikasi dengan cermat.
1.2
Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik teknis maupun non teknis dirangkum dengan cermat.
1.3
Metode pengumpulan data perencanaan ditentukan sesuai dengan jenis dan karakteristik data.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 7 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Elemen Kompetensi 2.
3.
4.
Melaksanakan sosialisasi tentang keirigasian kepada masyarakat
Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan masyarakat (PKM)
Mengorganisasi data perencanaan
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 2.1
Materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian disusun dengan cermat.
2.2
Informasi tentang keirigasian dijelaskan secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami pada saat sosialisasi.
2.3
Saran dan masukan dari masyarakat terkait dengan keirigasian dicatat sebagai data
2.4
Laporan hasil sosialisasi dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan.
3.1
Bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket (daftar pertanyaan) kepada pemilik kepentingan (Stakeholder), disusun dengan cermat sesuai tujuan pertemuan.
3.2
Tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM serta wakil pemilik kepentingan yang akan diundang, direncanakan dengan cermat .
3.3
Semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait, termasuk hal-hal yang telah disepakati dicatat dengan cermat.
3.4
Laporan hasil kegiatan PKM dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan.
4.1 Data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan masyarakat diperiksa dengan cermat. 4.2 Hasil pemeriksaan data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan masyarakat dipilah sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi. 4.3 Semua data hasil pemilahan dirangkum secara cermat.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 8 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Elemen Kompetensi 5.
Menetapkan data perencanaan
2.3.6
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 5.1
Data teknis perencanaan (hidroklimatologi, hidrogeologi, hidrometri, geologi, geoteknik, kapabilitas tanah, peta dan hasil pengukuran, demografi dan sosial ekonomi) hasil analisis diperiksa dengan teliti
5.2
Data hasil analisis hidrologi berupa water balance, kebutuhan air disawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum diperiksa dengan benar dan teliti.
5.3
Semua data hasil pemeriksaan diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan sebagai data perencanaan definitif.
Batasan Variabel 1)
Kontek Variabel a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi utamanya pada perencanaan irigasi. b. Unit kompetensi ini berlaku dalam mengumpulkan data perencanaan irigasi melalui sosialisasi c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas perencanaan irigasi, meliputi: (1) Data hasil survey dan investigasi lapangan. (2) Hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat (3) Data hasil analisis
2)
Perlengkapan dan Peralatan a. Peralatan: Komputer dan software dalam menyelesaikan tugas individual dan kelompok b. Bahan: form questioner dan form wawancara c. Fasilitas: Ruangan dan Tempat pertemuan/Balai
3) Tugas-tugas yang harus dilakukan : a. Menyiapkan pengumpulan data perencanaan b. Melaksanakan sosialisasi tentang ke-irigasi-an kepada masyarakat c. Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan masyarakat (PKM) d. Mengorganisasi data perencanaan e. Menetapkan data perencanaan.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 9 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan : a. Pedoman atau peraturan tentang Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat dalam Perencanaan Irigasi b. Kode Etik Profesi. 2.3.7
Panduan Penilaian 1) Kondisi Pengujian a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan (wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode lain yang relevan; 2)
Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait. a.
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi: (1) F45 AMPI 01 001 01
Menerapkan
Peraturan
perundang-undangan Jasa
yang
Konstruksidan
Manajemen Kesehatan
dan terkait Sistem
Keselamatan Kerja
dan
&
Lingkungan
(SMK3L). (2) F45 AMPI 02 001 01
Menerapkan
prinsip-prinsip
pengelolaan sumber daya air
b.
Unit kompetensi yang terkait, meliputi: . (1) F45 AMPI 02 003 01 Merencanakan Layout Daerah Irigasi (2) F45 AMPI 02 004 01
Merencanakan
Saluran
dan
Bangunan
Utama
Bangunan Irigasi (3) F45 AMPI 02 005 01
Merencanakan (Bendung)
(4) F45 AMPI 02 006 01
Menerapkan parameter perencanaan, dan standar penggambaran Irigasi
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 10 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
(5) F45 AMPI 02 007 01
Menyusun
Panduan
Pemeliharaaan
Operasi
Irigasi
dan
berdasarkan
Kriteria Perencanaan (6) F45 AMPI 03 001 01
Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi
3) Pengetahuan yang dibutuhkan : a. Data Perencanaan Irigasi b. Dampak pengembangan daerah irigasi c. Metode sosialisasi dan PKM d. Investigasi lapangan e. Data hasil análisis (Hidrologi, kebutuhan air di sawah, wáter balance, dll) f. Data hasil survei g. Data hasil investigasi. 4) Keterampilan yang dibutuhkan : a. Melakukan koordinasi dalam Tim Kerja b. Melakukan sosialisasi terhadap masyarakat c. Menjelaskan maksud dan tujuan dikembangkannya daerah irigasi d. Melakukan investigasi lapangan e. Menginventarisasi dan mengelola data perencanaan 5)
Aspek Kritis Aspek kritis yang harus diperhatikan : a. Kecermatan dalam menjelaskan secara detail dan jelas tentang rencana pengembangan daerah irigasi, termasuk peran masyarakat dalam kegiatan tersebut b. Kecermatan dalam mengelola dan menetapkan jenis data yang dibutuhkan dalam perencanaan irigasi
2.3.8 Kompetensi kunci No
Kompetensi Kunci
Tingkat 3
2.
Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi Mengomunikasikan informasi dan ide-ide
3.
Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan
3
4.
Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok
3
5.
Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis
2
6.
Memecahkan masalah
2
7.
Menggunakan teknologi
3
1.
2
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 11 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
3.1
Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 3.1.1 Persiapan / perencanaan 1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. 2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. 4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan. 3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran 1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki. 3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek 1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan. 3.1.4 Implementasi 1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh. 3.1.5 Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 12 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
3.2
3.3
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1
Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
3.2.2
Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.
3.2.3
Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:
Unit Kompetensi
: Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Elemen Kompetensi 1
: Menyiapkan pengumpulan data perencanaan
No 1.1
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik teknis maupun non teknis diidentifikasi dengan cermat 1) Dapat menyebutkan jenis data yang dibutuhkan dalam
Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Mengidentifika si Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik teknis maupun non teknis dengan cermat
Metode Sumber/ Tahapan Pelatihan yang Referensi yang Pembelajaran Disarankan Disarankan 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 2. Diskusi tentang jenis Perencanaan data yang Irigasi 01 s.d. dibutuhkan 07 dan B01dalam 02. perencanaan b. Undangirigasi undang 2. Menjelaskan tentang tata cara Pengelolaan mengumpulka SDA. n berbagai c. Peraturan jenis data Pemerintah untuk tentang Irigasi
Jam Pelajaran Indikatif 10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 13 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
1.2
1.3
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja perencanaan irigasi 2) Dapat menjelaskan cara mengumpulkan berbagai jenis data untuk perencanaan irigasi 3) Mampu menyusun daftar kebutuhan data untuk perencanaan irigasi 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengidentifikasi kebutuhan data untuk perencanaan irigasi Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik teknis maupun non teknis dirangkum dengan cermat 1) Dapat menjelaskan data yang diperoleh melalui sosialisasi dengan masyarakat 2) Mampu mengumpulkan data melalui sosialisasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti terkait dengan pengumpulan data melalui sosialisasi dengan masyarakat Metode pengumpulan data perencanaan ditentukan sesuai dengan jenis dan
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
perencanaan irigasi 3. Menjelaskan tata cara menyusun daftar kebutuhan data untuk perencanaan irigasi 4. Menjelaskan tata cara mengidentifika si kebutuhan data untuk perencanaan irigasi
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu Merangkum Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik teknis maupun non teknis dengan cermat
1.Menjelasakan a. Kriteria tentang data Perencanaan yang diperoleh Irigasi 01 s.d. melalui 07 dan B01sosialisasi 02. dengan b. Undangmasyarakat undang 2. Menjelaskan tentang tentang cara Pengelolaan mengumpulka SDA. n data melalui c. Peraturan sosialisasi Pemerintah dengan tentang Irigasi masyarakat sesuai kebutuhan 3. Menjelaskan tentang tata cara pengumpulan data melalui sosialisasi dengan masyarakat
10 menit
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu Menentukan Metode pengumpulan
1. Menjelaskan data yang dapat diperoleh melalui pertemuan konsultasi
10 menit
a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B0102. b. Undangundang
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 14 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja karakteristik data 1) Dapat menjelaskan data yang dapat diperoleh melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat 2) Dapat menjelaskan pemangku kepentingan yang hadir dalam pertemuan konsultasu masyarakat 3) Mampu menyusun data yang dikumpulkan melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti terkait dengan pengumpulan data melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
data perencanaan sesuai dengan jenis dan karakteristik data
Tahapan Pembelajaran dengan masyarakat 2.Menjelaskan tentang pemangku kepentingan yang hadir dalam pertemuan konsultasu masyarakat 3.Menjelaskan tentang data yang dikumpulkan melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan 4.Menjelaskan tentang pengumpulan data melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat
Sumber/ Referensi yang Disarankan tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi
Jam Pelajaran Indikatif
Diskusi: Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Unit Kompetensi
: Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Elemen Kompetensi 2
: Melaksanakan sosialisasi tentang keirigasian kepada masyarakat
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
2.1 Materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang
Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Menyusun
Metode Pelatihan Tahapan yang Pembelajaran Disarankan 1. Ceramah 1.Menjelaskan 2. Diskusi tentang tujuan kegiatan sosialisasi kepada
Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B0102.
Jam Pelajaran Indikatif 10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 15 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja keirigasian disusun dengan cermat 1) Dapat menjelaskan tujuan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang ke-irigasian 2) Mampu mengidentifikasi materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat 3) Mampu menyusun materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang ke-irigasian 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menyiapkan materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang ke-irigasian
2.2 Informasi tentang keirigasian dijelaskan secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami pada saat sosialisasi 1) Dapat menetapkan tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi 2) Mampu menyusun jadwal yang tepat untuk melakukan sosialisasi 3) Mampu menetapkan tempat yang sesuai untuk melakukan sosialisasi 4) Harus mampu bersikap konsisten dan taat terhadap
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
Materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian dengan cermat
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
masyarakat b. Undangtentang keundang irigasi-an tentang 2. Menjelaskan Pengelolaan tentang tata SDA. cara c. Peraturan mengidentifikas Pemerintah i materi untuk tentang Irigasi kegiatan sosialisasi kepada masyarakat 3. Menjelaskan tentang cara menyusun materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasi-an 4. Menjelaskan tentang tata cara menyiapkan materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasi-an
Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan pembelajaran 2. Diskusi tentang sesi ini, pesermenetapkan ta dapat tempat dan Menjelaskan waktu Informasi pelaksanaan tentang sosialisasi keirigasian 2. Menjelaskan secara rinci tentang cara dengan bahasa menyusun yang mudah jadwal yang dipahami pada tepat untuk saat sosialisasi melakukan sosialisasi 3. Menjelaskan tentang cara penetapan tempat yang sesuai untuk melakukan sosialisasi
a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B0102. b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi
10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 16 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi 2.3 Saran dan masukan dari masyarakat terkait dengan keirigasian dicatat sebagai data 1) Dapat menjelaskan kriteria yang termasuk keirigasian dari saran dan masukan masyarakat 2) Mampu memilah saran dan masukan yang terkait dengan keirigasian 3) Harus mampu bersikap cermat dalam mencatat saran dan masukan dari masyarakat terkait dengan keirigasian 2.4 Laporan hasil sosialisasi dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan 1) Dapat menjelaskan isi laporan 2) Dapat menjelaskan format laporan yang digunakan 3) Mampu menyusun laporan hasil sosialisasi sesuai format dan prosedur 4) Harus mampu bersikap vermat dan teliti dalam menyusun laporan hasil sosialisasi
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria pembelajaran 2. Diskusi tentang kriteria Perencanaan sesi ini, peseryang termasuk Irigasi 01 s.d. ta dapat keirigasian dari 07 dan B01Mencatat Saran saran dan 02. dan masukan masukan b. Undangdari masyarakat masyarakat undang terkait dengan 2. Menjelaskan tentang keirigasian cara memilah Pengelolaan sebagai data saran dan SDA. masukan yang c. Peraturan terkait dengan Pemerintah keirigasian tentang Irigasi 3. Menjelaskan cara mencatat saran dan masukan dari masyarakat terkait dengan keirigasian
5 menit
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Membuat Laporan hasil sosialisasi sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan
10 menit
1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 2. Diskusi tentang isi Perencanaan laporan Irigasi 01 s.d. sosialisasi 07 dan B012. Menjelaskan 02. format laporan b. Undangsosialisasi yang undang digunakan tentang 3. Menjelaskan Pengelolaan cara menyusun SDA. laporan hasil c. Peraturan sosialisasi Pemerintah sesuai format tentang Irigasi dan prosedur
Diskusi: Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 17 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Unit Kompetensi
: Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Elemen Kompetensi 3
: Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan masyarakat (PKM)
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
3.1 Bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket (daftar pertanyaan) kepada pemilik kepentingan (Stakeholder), disusun dengan cermat sesuai tujuan pertemuan 1) Dapat menjelaskan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM 2) Mampu menyusun angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan 3) Dapat menjelaskan tujuan pelaksanaan PKM 4) Harus mampu bersikap cermat menyiapkan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket 3.2 Tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM serta wakil pemilik kepentingan yang akan diundang, direncanakan dengan cermat 1) Dapat menjelaskan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM 2) Mampu merencanakan tempat yang sesuai untuk penyelenggaraan PKM 3) Mampu
Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu Menyusun Bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket (daftar pertanyaan) kepada pemilik kepentingan (Stakeholder), dengan cermat sesuai tujuan pertemuan
Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu Merencanakan Tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM serta wakil pemilik kepentingan yang akan diundang, dengan cermat
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
1.Menjelaskan a. Kriteria tentang bahan Perencanaan yang akan Irigasi 01 s.d. dilaporkan 07 dan B01dalam PKM 02. 2. Menjelaskan b. Undangcara menyusun undang angket yang tentang ditujukan Pengelolaan kepada pemilik SDA. kepentingan c. Peraturan 3. Menjelaskan Pemerintah tujuan tentang Irigasi pelaksanaan PKM 4. Menjelaskan cara menyiapkan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket
10 menit
1.Menjelaskan a. Kriteria tempat, waktu Perencanaan dan panitia Irigasi 01 s.d. penyelenggara 07 dan B01PKM 02. 2. Menjelaskan b. Undangcara undang merencanakan tentang tempat yang Pengelolaan sesuai untuk SDA. penyelenggara c. Peraturan an PKM Pemerintah 3. Menjelaskan tentang Irigasi cara merencanakan waktu yang tepat untuk penyelenggara an PKM 4. Menjelaskan cara mengidentifikas i kebutuhan
10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 18 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
merencanakan waktu yang tepat untuk penyelenggaraan PKM 4) Mampu mengidentifikasi kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan PKM 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merencanakan penyelenggaraan PKM 3.3 Semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait, termasuk hal-hal yang telah disepakati dicatat dengan cermat 1) Dapat menjelaskan tujuan melakukan pencatatan terhadap semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait 2) Mampu mengumpulkan semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait dengan cermat 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mencatat semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait 3.4 Laporan hasil kegiatan PKM dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan 1) Dapat menjelaskan kegunaan laporan hasil kegiatan PKM 2) Mampu
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
personal panitia untuk penyelenggara an PKM
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu Mencatat Semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait, termasuk halhal yang telah disepakati, dengan cermat
1.Menjelaskan a. Kriteria tujuan Perencanaan melakukan Irigasi 01 s.d. pencatatan 07 dan B01terhadap 02. semua b. Undangmasukan dari undang masyarakat tentang dan instansi Pengelolaan terkait SDA. 2. Menjelaskan c. Peraturan cara Pemerintah mengumpulkan tentang Irigasi semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait dengan cermat
5 menit
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu membuat laporan hasil kegiatan PKM sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan
1.Menjelaskan a. Kriteria kegunaan Perencanaan laporan hasil Irigasi 01 s.d. kegiatan PKM 07 dan B012. Menjelaskan 02. cara b. Undangmengaplikasika undang n laporan hasil tentang kegiatan PKM Pengelolaan dalam SDA. perencanaan c. Peraturan irigasi Pemerintah
10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 19 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
mengaplikasikan laporan hasil kegiatan PKM dalam perencanaan irigasi 3) Mampu memilah laporan hasil kegiatan PKM yang akan digunakan sebagai data perencanaan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menggunakan laporan hasil kegiatan PKM pada perencanaan irigasi
Tahapan Pembelajaran 3. memilah laporan hasil kegiatan PKM yang akan digunakan sebagai data perencanaan
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
tentang Irigasi
Diskusi: Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Unit Kompetensi
: Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Elemen Kompetensi 4
: Mengorganisasi data perencanaan
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
4.1 Data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan masyarakat diperiksa dengan cermat 1) Dapat menjelaskan data dan informasi yang dihasilkan dari survei lapangan 2) Dapat menjelaskan data dan informasi yang dihasilkan dari
Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memeriksa data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan masyarakat, dengan cermat
Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
1.Menjelaskan a. Kriteria tentang data Perencanaan dan informasi Irigasi 01 s.d. yang dihasilkan 07 dan B01dari survei 02. lapangan b. Undang2. Menjelaskan undang data dan tentang informasi yang Pengelolaan dihasilkan dari SDA. investigasi c. Peraturan lapangan Pemerintah 3. Menjelaskan tentang Irigasi cara mengoleksi data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan
Jam Pelajaran Indikatif 10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 20 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
investigasi lapangan 3) Mampu mengoleksi data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan 4) Mampu memilah data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memilih data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan 4.2 Hasil pemeriksaan data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan masyarakat dipilah sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi irigasi 1) Dapat menjelaskan jenis data dan hasil pemilihan dari informasi maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi 2) Mampu
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
perencanaan 4. Menjelaskan cara memilah data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu memilah hasil pemeriksaan data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi irigasi
1.Menjelaskan a. Kriteria jenis data dan Perencanaan hasil pemilihan Irigasi 01 s.d. dari informasi 07 dan B01maupun 02. investigasi b. Undanglapangan undang sesuai dengan tentang kebutuhan Pengelolaan perencanaan SDA. irigasi c. Peraturan 2. Menjelaskan Pemerintah cara tentang Irigasi mengoleksi hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi 3. Menjelaskan cara menyusun hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun
10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 21 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
mengoleksi hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi 3) Mampu menyusun hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi 4) Harus dapat bersikap cermat dan teliti dalam Menyiapkan hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi 4.3 Semua data hasil pemilahan dirangkum secara cermat 1) Dapat menjelaskan data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan perencanaan irigasi 2) Mampu memilah data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi 4. Menjelaskan cara menyiapkan hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu merangkum semua data hasil pemilahan, secara cermat
1.Menjelaskan data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan perencanaan irigasi 2. Menjelaskan cara memilah data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan perencanaan irigasi 3. Menjelaskan
a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B0102. b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi
10 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 22 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
kebutuhan perencanaan irigasi 3) Mampu menyusun data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat hasil sosialisasi dan pertemuan sesuai kebutuhan perencanaan irigasi 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam Menyiapkan data dan informasi
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
cara menyusun data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat hasil sosialisasi dan pertemuan sesuai kebutuhan perencanaan irigasi 4. Menjelaskan cara menyiapkan data dan informasi dengan cermat dan teliti
Diskusi: Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Unit Kompetensi
: Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Elemen Kompetensi 5
: Menetapkan data perencanaan
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
5.1 Data teknis perencanaan (hidroklimatologi, hidrogeologi, hidrometri, geologi, geoteknik, kapabilitas tanah, peta dan hasil pengukuran, demografi dan sosial ekonomi) hasil analisis diperiksa dengan teliti 1) Dapat menjelaskan data perencanaan hasil analisis 2) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis hidroklimatologi 3) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis hidrogeologi
Metode Sumber/ Pelatihan Tahapan Referensi yang yang Pembelajaran Disarankan Disarankan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria pembelajaran 2. Diskusi tentang data Perencanaan sesi ini, peser-ta perencanaan Irigasi 01 s.d. mampu hasil analisisis 07 dan B01memeriksa data 2. Menjelaskan 02. teknis cara b. Undangperencanaan mengidentifik undang (hidroklimatologi, asi data hasil tentang hidrogeologi, analisis Pengelolaan hidrometri, hidroklimatolo SDA. geologi, gi c. Peraturan geoteknik, 3. Menjelaskan Pemerintah kapabilitas tata cara tentang Irigasi tanah, peta dan mengidentifik hasil asi data hasil pengukuran, analisis demografi dan hidrogeologi sosial ekonomi) 4. Menjelaskan hasil analisis, cara dengan teliti mengidentifik asi data hasil analisis hidrometri 5. Menjelaskan tata cara mengidentifik Tujuan Pembelajaran
Jam Pelajaran Indikatif 45 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 23 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
4) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis hidrometri 5) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis geoteknik 6) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis kapabilitas tanah 7) Mampu mengidentifikasi data hasil pengukuran 8) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis demografi 9) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis sosial ekonomi 10) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengidentifikasi semua data perencanaan 5.2 Data hasil analisis hidrologi berupa water balance, kebutuhan air disawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum diperiksa dengan benar dan teliti 1) Dapat menjelaskan data hasil analisis hidrologi 2) Mampu menunjukkan data water balance 3) Mampu menunjukkan data kebutuhan air disawah 4) Mampu menunjukkan data pola tanam dan tata tanam yang optimum 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengidentifikasi data hasil analisis
Tujuan Pembelajaran
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
Jam Pelajaran Indikatif
asi data hasil analisis geoteknik 6.Menjelaskan tentang data hasil analisisis kapabilitas tanah 7. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil pengukuran 8. Menjelaskan tata cara mengidentifik asi data hasil analisis demografi 9. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil analisis sosial ekonomi
Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi sesi ini, peserta mampu memeriksa data hasil analisis hidrologi berupa water balance, kebutuhan air di sawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum, dengan benar dan teliti
1.Menjelaskan a. Kriteria tentang data Perencanaan hasil analisis Irigasi 01 s.d. hidrologi 07 dan B012. Menjelaskan 02. tentang data b. Undangwater balance undang 3. Menjelaskan tentang tata cara Pengelolaan menerapkan SDA. ekosistem c. Peraturan dalam Pemerintah pengelolaan tentang Irigasi SDA sesuai ketentuan 4. Menjelaskan tentang data data pola tanam dan tata tanam yang optimum 5. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil analisis hidrologi dengan cermat dan teliti
20 menit
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 24 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
No
Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja
hidrologi 5.3 Semua data hasil pemeriksaan diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan sebagai data perencanaan definitif 1) Dapat menjelaskan semua jenis data hasil identifikasi sebagai data perencanaan 2) Dapat menjelaskan cara mengklasifikasikan data hasil identifikasi 3) Mampu mengelompokkan data sesuai kebutuhaan rancangan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengklasifikasikan data hasil identifikasi
Tujuan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengklasifikasi kan semua data hasil pemeriksaan, sesuai dengan kebutuhan sebagai data perencanaan definitif
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan
1.Menjelaskan a. Kriteria tentang Perencanaan semua jenis Irigasi 01 s.d. data hasil 07 dan B01identifikasi 02. sebagai data b. Undangperencanaan undang 2. Menjelaskan tentang cara Pengelolaan mengklasifika SDA. sikan data c. Peraturan hasil Pemerintah identifikasi tentang Irigasi dengan cermat dan teliti 3.Menjelaskan cara mengelompok kan data sesuai kebutuhaan rancangan
Jam Pelajaran Indikatif 10 menit
Diskusi: Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 25 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
BAB IV PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN IRIGASI
4.1
Umum Bab ini berisi uraian mengenai kegiatan persiapan pengumpulan data perencanaan, pelaksanaan sosialisasi tentang keirigasian kepada masyarakat, pelaksanaan kegiatan Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat (PKM), pengorganisasian data perencanaan, serta penetapan data perencanaan.
4.2
Persiapan Pengumpulan Data Perencanaan Kegiatan-kegiatan Tahap Perencanaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: - Tahap perencanaan pendahuluan, dan - Tahap perencanaan akhir. Dalam kedua tahap tersebut, dilakukan pengukuran dan penyelidikan guna memperoleh data yang diperlukan untuk membuat perencanaan pendahuluan hingga perencanaan akhir. Sedangkan secara umum, tahapan perencanaan irigasi akan meliputi beberapa kegiatan seperti: a. Identifikasi b. Pengukuran situasi c. Studi pengenalan (recognition) d. Kelayakan (feasibility study) e. Desain petak-petak f. Penyelidikan (investigasi) g. Desain jaringan 4.2.1 Data Perencanaan Irigasi Dalam bab ini hanya akan dirinci data-data yang diperlukan untuk Tahap Perencanaan. Untuk tahap-tahap perencanaan data-data yang dibutuhkan adalah yang berhubungan dengan informasi mengenai hidrologi, topografi dan geologi teknik. a. Data Hidrometeorologi 1). Parameter Parameter-parameter hidrologi yang sangat penting untuk perencanaan jaringan irigasi adalah: 1. Curah hujan 2. Evapotranspirasi 3. Debit puncak dan debit harian 4. Angkutan sedimen.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 26 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Sebagian besar parameter-parameter hidrologi di atas akan dikumpulkan; dianalisis dan dievaluasi di dalam Tahap Studi proyek. Pada Tahap Perencanaan, hasil evaluasi hidrologi akan ditinjau kembali dan mungkin harus dikerjakan dengan lebih mendetail berdasarkan data-data tambahan dari lapangan dan hasil-hasil studi perbandingan. Ahli irigasi sendiri harus yakin bahwa parameter hidrologi itu benarbenar telah memadai untuk tujuan-tujuan perencanaan. Dalam Tabel 4.1. diringkas parameter perencanaan terkait data-data hidrologi dan kriteria perencanaan. Tabel 4.1. Parameter Perencanaan
2). Pencatatan data Catatan informasi mengenai analisis hidrologi terdiri dari peta-peta, aliran sungai dan meteorologi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari instansi-instansi yang berwajib. Adalah penting bagi perencana untuk memeriksa tempat-tempat pencatatan data, memeriksa data-data yang terkumpul dan metode pemrosesannya, memastikan bahwa tinggi alat ukur adalah nol sebelum dilakukan evaluasi dan analisis data. Perencana hendaknya yakin bahwa perencanaannya dibuat berdasarkan data-data yang andal. Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 27 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
3). Penyelidikan lokasi Penyelidikan di daerah aliran sungai dan irigasi akan lebih melengkapi catatan data dan lebih memperdalam pengetahuan mengenai gejalagejala hidrologi. Tempat-tempat pencatatan akan dikunjungi dan metode yang digunakan diperiksa. Penyelidikan lapangan dipusatkan pada keadaan aliran sungai dan daerah pembuangan. Data-data yang akan dikumpulkan berkenaan dengan tinggi muka air maksimum, peluapan tanggul sungai, penggerusan, sedimentasi dan erosi tanggul. Potongan melintang tinggi tanggul (bankfull cross-sections) akan diperkirakan; -koefisien kekasaran saluran dan kemiringan dasar diukur di mana perlu. Wawancara mengenai keadaan setempat dapat mengorek informasi yang sangat berharga tentang hidrologi historis. Orang-orang yang akan diwawancarai harus diseleksi, yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasinya secara objektif dan kebenarannya dapat diandalkam. Tinggi muka air penggenangan, lokasi dan besarnya pelimpahan tanggul sungai, dan frekuensi kejadiannya sering diketahui dengan baik oleh penduduk setempat. a.1.1. Curah hujan Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan: a) Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman. b) Curah hujan lebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung kebutuhan pembuangan/drainase dan debit (banjir). Untuk analisis curah hujan efektif, curah hujan di musim kemarau dan penghujan akan sangat penting artinya. Untuk curah hujan lebih, curah hujan di musim penghujan (bulan-bulan turun hujan) harus mendapat perhatian tersendiri. Untuk kedua tujuan tersebut data curah hujan harian akan dianalisis untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang dapat diterima. Data curah hujan harian yang meliputi periode sedikitnya 10 tahun akan diperlukan. Analisis curah hujan yang dibicarakan di sini juga disajikan pada Tabel 4.1 a.1.2. Evaportanspirasi Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi tanaman yang kelak akan dipakai untuk menghitung kebutuhan air irigasi dan, kalau perlu untuk studi neraca air di daerah aliran sungai. Studi ini mungkin dilakukan bila tidak tersedia data aliran dalam jumlah yang cukup. Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 28 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang berkenaan dengan : a) Temperatur: harian maksimum, minimum dan rata-rata b) Kelembaban relatif c) Sinar matahari: lamanya dalam sehari d) Angin: kecepatan dan arah e) Evaporasi: catatan harian Data-data klimatologi di atas adalah standar bagi stasiun-stasiun agrometerologi. Jangka waktu pencatatan untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal adalah sekitar sepuluh tahun. Tabel 4.2. Parameter perencanaan evaportanspirasi
a.1.3. Banjir Rencana Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunanbangunan. Presentase kemungkinan tak terpenuhi (rata-rata) yang dipakai untuk perencanaan irigasi adalah: a) Bagian atas pangkal bangunan 0,1% b) Bangunan utama dan bangunan-bangunan di sekitarnya 1% c) Jembatan jalan Bina Marga 2% d) Bangunan pembuang silang, pengambilan di sungai 4% e) Bangunan pembuang dalam proyek 20% f) Bangunan sementara 20% - 4%
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 29 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Jika saluran irigasi primer bisa rusak akibat banjir sungai, maka perentase kemungkinan tak terpenuhi sebaiknya diambil kurang dari 4%, kadang-kadang turun sampai 1%. Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit puncak, dan biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal, catatan data yang dipakai harus paling tidak mencakup waktu 20 tahun. Persyaratan ini jarang bisa dipenuhi (lihat juga Tabel 4.4) Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan tinggi muka air (debit) puncak dari catatan data yang tersedia. Data debit puncak yang hanya mencakup jangka waktu yang pendek akan mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si pengamat. Harga–harga debit rencana sering ditentukan dengan menggunakan metode hidrologi empiris, atau analisis dengan menghubungkan harga banjir dengan harga curah hujan. Pada kenyataannya bahwa ternyata debit banjir dari waktu kewaktu mengalami kenaikan, semakin membesar seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air. Pembesaran debit banjir dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan desain bangunan kurang besar. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 110%-120% untuk debit banjir. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS. Perhitungan debit rencana diringkas pada Tabel 4.3.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 30 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Tabel 4.3. Banjir Rencana
a.1.4. Debit Andalan Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah–bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar analisisnya cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 20 tahun. Jika persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 31 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Dalam menghitung debit andalan, kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan dari sungai di hilir pengambilan. Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air. Penurunan debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 80% - 90%. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 32 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Tabel 4.4. Debit Andalan
b. Data Topografi Studi Awal dan Studi ldentifikasi didasarkan pada peta-peta yang ada. Pengukuran pemetaan merupakan kegiatan yang dimulai di dalam Studi ldentifikasi sampai tahap perencanaan pendahuluan suatu proyek. Pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran medan (terestris) penuh yang sudah menghasilkan peta-peta garis topografi lengkap dengan garis-garis konturnya. lni adalah cara pemetaan yang relatif murah untuk daerah-daerah kecil. Pemetaan fotogrametri, walaupun lebih mahal, jauh lebih menguntungkan karena semua detail topografi dapat dicakup di dalam peta. Ini sangat bermanfaat khususnya untuk perencanaan petak tersier. Yang paling tidak menguntungkan adalah apabila diperlukan foto udara dan biaya-biaya yang tinggi. Untuk proyek-proyek kecil pembuatan foto udara akan terlalu mahal dan kurang praktis perencanaannya. Kemudian pemecahan yang mungkin
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 33 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
adalah pada waktu yang bersamaan mengambil potret untuk proyekproyek yang bersebelahan/di dekatnya. Proyek seluas 10.000 ha atau lebih biasanya didasarkan pada peta foto udara. Untuk itu (kalau dianggap perlu) akan dibuat foto udara yang baru, dengan skala foto 1:10.000. Peta-peta yang dihasilkan dari pemetaan fotogrametri biasanya petapeta foto; peta-peta garis yang dihasilkan dari foto akan banyak kehilangan detail topografi. Peta-peta ortofoto dihasilkan untuk daerahdaerah dengan kemiringan tanah di atas 0,5 persen. Untuk daerahdaerah datar mosaik foto yang direktifikasi dan lebih murah, dapat dipakai. Sudah menjadi kebiasaan umum untuk mendasarkan penetuan garis kontur pada intepretasi pengukuran terestris. Pengukuran titik rinci ketinggian terestris dengan pembuatan peta foto ini dilakukan dengan densitas yang lebih kecil daripada yang diperlukan untuk pengukuran terestris penuh. Bila peta itu dibuat dengan cara pemetaan ortofoto, pada umumnya skala peta diambil 1:5000. Jika tidak, skala peta harus 1:2000 agar peta tersebut dapat dipakai. untuk tujuan-tujuan perencanaan tersier. Jika tidak, skala peta sebaiknya 1:2000. Persyaratan Teknis untuk Pengukuran Topografi (Bagian PT-02) dan Standar Penggambaran (KP - 07) memberikan detail-detail yang lebih terinci. Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci sebagai berikut: a) Potret bentuk tanah (landform), relief mikro dan bentuk fisik harus jelas : ini akan langsung menentukan tata letak dan lokasi saluran irigasi, saluran pembuang dan jalan. b) Ketelitian elevasi tanah: Di daerah-daerah datar kemiringan saluran mungkin kurang dari 10 cm/km; ketepatan dalam hal ketinggian adalah penting sekali karena hal ini akan menunjukkan apakah suatu layanan irigasi dan pembuang yang memadai akan dapat dicapai. Di daerah yang bermedan curam layanan irigasi dan pembuang jarang merupakan masalah relief mikro lokal adalah lebih penting daripada ketepatan ketinggian. a) interval garis kontur - tanah datar < 2 % Interval 0,5 m - tanah berombak dan randai/rolling 2-5 % Interval 1,0 m - berbukit-bukit 5 - 20 % Interval 2,0 m - bergunung-gunung >20 % Interval 5,0 m
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 34 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
b) Ketelitian planimetris: Identifikasi lapangan dilakukan relatif sampai titik yang sudah ditentukan di lapangan dan ketepatan peta sekitar 1 mm dapat diterima. c) Jaringan irigasi dan pembuang : Bila jaringan irigasi yang baru akan dibangun pada jaringan yang sudah ada, maka jaringan lama ini juga harus ikut diukur. d) Beberapa titik di sungai pada lokasi bendung akan dicakup dalam pengukuran topografi. e) Batas-batas administratif kecamatan dan desa akan digambar. f) Data-data dasar tanah seperti misalnya tipe medan, jenis utama vegetasi dan cara pengolahan tanah, daerah-daerah berbatu singkapan, atau daerah-daerah yang berpasir dan berbatu-batu akan dicatat. g) Kalau peta-peta topografi yang dibuat juga akan dipakai untuk perencanaan tersier, saluran-saluran kecil yang ada akan diukur pula. 1). Pengukuran Sungai dan Lokasi Bendung Untuk perencanaan bangunan utama di sungai diperlukan informasi topografi mendetail mengenai sungai dan lokasi bendung. Bersamasama dengan pengukuran untuk peta topografi umum, akan diukur pula beberapa titik di sungai. Hasil-hasilnya akan digunakan dalam perencanaan pendahuluan jaringan irigasi. Pengukuran ini mencakup unsur-unsur berikut: a) Peta bagian sungai di mana bangunan utama akan dibangun. Skala peta ini adalah 1:2.000 atau lebih besar, yang meliput 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir bangunan utama dan melebar hingga 250 m ke masing-masing sisi sungai. Daerah bantaran harus terliput semuanya. Kegiatan Pengukuran ini juga mencakup pembuatan peta daerah rawan banjir. Peta itu harus dilengkapi dengan garisgaris kontur pada interval 1,0 m, kecuali di dasar sungai dimana diperlukan garis-garis kontur pada interval 0,50 m. Peta itu juga harus memuat batas-batas penting seperti batas-batas desa, sawah dan semua prasarananya. Di situ harus pula ditunjukkan tempat-tempat titik tetap (benchmark) di sekeliling daerah itu lengkap dengan koordinat elevasinya. b) Potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50 m. Panjang potongan memanjang serta skala horisontalnya akan dibuat sama dengan untuk peta sungai di atas skala vertikalnya 1: 200 atau 1 : 500, bergantung kepada kecuraman medan. Skala. potongan melintangnya 1 : 200 horisontal dan 1 : 200 vertikal. Panjang potongan melintang adalah 50 m ke masing-masing sisi Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 35 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
sungai. Elevasinya akan diukur pada jarak maksimum 25 m atau untuk beda tinggi 0,25 m mana saja yang bisa dicapai lebih cepat. c) Pengukuran detail lokasi bendung yang sebenarnya harus dilakukan, yang menghasilkan peta berskala 1: 200 atau 1: 500 untuk areal seluas kurang lebih 50 ha (1000 x 500 m2). Peta ini akan menunjukkan lokasi seluruh bagian bangunan utama termasuk lokasi kantong pasir dan tanggul penutup. Peta ini akan dilengkapi dengan titik rincik ketinggian dan garis-garis kontur setiap 0,25 rn. Persyaratan penggambaran detail topografi adalah sarna dengan penggarnbaran untuk peta topografi umum. Uraian yang lebih rinci diberikan pada bagian PT–02 Persyaratan Teknis untuk Pengukuran Topografi, KP – 07 Standar Penggambaran dan KP – 02 Bangunan Utama. 2). Pengukuran Trase Saluran Setelah tata letak pendahuluan selesai (yang didasarkan dan digambarkan pada peta topografi umum) trase saluran akan diukur dan, dipetakan pada peta baru. Pengukuran ini merupakan dasar topografis untuk perencanaan potongan memanjang saluran. Sebelum membuat konsep persyaratan (spesifikasi) pengukuran saluran, ahli irigasi akan melakukan pencekan lapangan, didampingi oleh ahli geodetik dan ahli geoteknik. Tujuan pencekan lapangan ini adalah menentukan lokasi yang tepat untuk trase saluran dan bangunan-bangunan pelengkap. Merancang persyaratan pengukuran akan menjadi tanggung jawab ahli irigasi lagi karena dia sudah terbiasa dengan kepekaan dalam perencanaan pendahuluan dan dialah yang tahu keadaan lapangan. Pengukuran trase saluran biasanya mencakup jaringan irigasi maupun pembuang. Pengukuran trase saluran. (pengukuran strip) akan sebanyak mungkin mengikuti trase saluran yang diusulkan pada tata letak pendahuluan. Pengukuran ini akan meliputi jarak 75 m dari as saluran, atau bisa kurang dari itu, menurut petunjuk ahli irigasi. Pengukuran dan pemetaan ini meliputi pembuatan: a) Peta trase saluran dengan skala 1:2.000 dengan garis-garis kontur pada interval 0,5 m untuk daerah datar, dan 1,0 m untuk tanah berbukit bukit; b) Profil memanjang dengan skala horisontal 1:2000 dan skala vertikal 1:200 (atau 1:100 untuk saluran-saluran kecil); Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 36 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
c) Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1:200 atau 1:100 untuk saluran-saluran kecil pada interval 50 m pada ruasruas lurus dan 25 m pada tikungan. 3). Pengukuran lokasi bangunan Untuk lokasi-lokasi bangunan besar, seperti bangunan pembuang silang, diperlukan peta lokasi detail. Skalanya adalah 1:100 dengan skala garis kontur 0,25 m. c. Data Geologi Teknik 1). Tahap Studi Pada tahap studi proyek data geologi teknik dikumpulkan untuk memperoleh petunjuk mengenai keadaan geologi teknik yang dijumpai di proyek. Sebelum dilakukan penyelidikan lokasi, semua informasi mengenai geologi permukaan dan tanah di daerah proyek dan sekitarnya akan dikumpulkan. Banyak informasi berharga yang dapat diperoleh dari : a) Laporan-laporan dan peta-peta geologi daerah tersebut b) Hasil-hasil penyelidikan mekanika tanah untuk proyek-proyek di dekatnya c) Foto-foto udara d) Peta-peta topografi. Termasuk foto-foto lama. Khususnya dengan pengccekan foto udara yang diperkuat lagi dengan hasil-hasil pemeriksaan tanah, maka akan diperoleh gambaran daerah itu, misalnya : a) Perubahan kemiringan b) Daerah yang pembuangnya jelek c) Batu singkapan d) Bekas-bekas tanah longsoran e) Sesar f) Perubahan tipe tanah g) Tanah tidak stabil h) Terdapatnya bangunan-bangunan buatan manusia. Peninjauan lokasi akan lebih banyak memberikan informasi mengenai : a) Pengolahan tanah dan vegetasi yang ada sekarang b) Tanah-tanah yang strukturnya sulit (gambut dan lempung berplastisitas tinggi) c) Bukti-bukti tentang terjadinya erosi dan parit d) Terdapatnya batu-batu bongkah di permukaan e) Klasifikasi tanah dengan, jalan melakukan pemboran tanah dengan tangan
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 37 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Untuk pembuatan tata letak dan perencanaan saluran, adalah penting untuk mengetahui hal-hal berikut: a) Batu singkapan b) Lempung tak stabil berplastisitas tinggi c) Pasir dan kerikil d) Bahan-bahan galian yang cocok. Dari hasil-hasil kunjungan pemeriksaan lokasi, diputuskanlah cocok tidaknya pembuatan saluran tanpa pasangan. Uji lapangan dari contohcontoh pemboran dan sumuran uji akan dilakukan untuk mengetahui sifat -sifat tanah. Lokasi bangunan utama akan diperiksa untuk menilai: a) Morfologi dan stabilitas sungai b) Stabilitas dasar sungai untuk pondasi c) Keadaan dasar sungai untuk pondasi d) Keadaan pondasi untuk tanggul banjir bahan-bahan galian untuk tanggul e) Kecocokan batu sebagai bahan bangunan f) Pengukuran dasar sungai g) Terdapatnya batu singkapan. Yang disebut terakhir ini tidak hanya terbatas sampai pada bangunan utama saja, tetapi harus dilakukan sampai hulu dan hilir dari lokasi ini. Seluruh informasi akan dievaluasi dan dituangkan pada peta pendahuluan dengan skala 1:50.000, atau lebih besar lagi. Aspek-aspek geologi teknik dalam tahap studi pengenalan ditangani oleh ahli irigasi yang berpengalaman. Hanya dalam pembuatan waduk atau bangunan-bangunan utama yang besar yang melibatkan keadaankeadaan geologi teknik yang kompleks saja maka seorang ahli geologi diikutsertakan. Ahli irigasi hendaknya cukup memiliki pengalaman yang memadai di bidang geologi dan mekanika tanah untuk tujuan-tujuan teknik. Konsultasi dengan seorang ahli geologi yang sudah berpengalaman sangat dianjurkan, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan-keadaan geologi. Perumusan detail penyelidikan geologi teknik akan didasarkan pada hasil-hasil studi pengenalan. 2). Penyelidikan Detail Pada tahap ini lokasi pekerjaan yang direncanakan ditentukan oleh perencanaan pendahuluan. Perencanaan penyelidikan detail akan didasarkan pada peta geologi. Kadang-kadang informasi tambahan mengenai tanah sudah bisa dikumpulkan dari penelitian tanah Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 38 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
pertanian. Pengarnatan dari pengukuran topografi yang berkenaan dengan batu singkapan. tata guna tanah. dan bentuk topografi yang tidak teratur (terjadinya parit-parit, longsoran) akan lebih memperjelas gambaran geologi teknik. Penyelidikan geologi teknik detail memungkinkan dilakukannya evaluasi karakteristik tanah dan batuan untuk parameter perencanaan bangunan seperti disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Karakreristik perencanaan tanah/ batuan
Parameter-parameter yang menentukan sifat-sifat tanah tersebut didapat dari hasil-hasil penyelidikan di lapangan dan di laboratorium. Pengetahuan tentang sifat-sifat di atas diperlukan dari lapisan permukaan sampai lapisan bawah hingga kedalaman tertentu, bergantung pada tipe bangunan. Pada sumuran dan paritan uji, penyelidikan dapat dilakukan sampai pada kedalaman tertentu tergantung pada kondisi geologi. Untuk penyelidikanlapisan tanah bawah yang lebih dalam (lebih dari 5 m), Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 39 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
akan diperlukan pemboran. Jumlah lubang bor (jarak yang diperlukan) sangat bergantung pada keseragaman keadaan tanah dan batuan. Penyelidikan geologi teknik detail pada trase saluran yang direncanakan akan terdiri dari sekurang-kurangnya satu titik (pemboran tanah atau pembuatan sumuran uji) per km jika kondisi tanah tidak teratur. Petunjuk indikasi kualitas dari sifat-sifat batuan dan tanah diperoleh dari bagan Klasifikasi Batuan dan Tanah. Cara ini akan cukup memadai untuk konstruksi saluran biasa (gali/ timbunan sampai 5,0 m) dan untuk kondisi tanah pada umumnya. Untuk pembuatan bangunanbangunan irigasi, khususnya bangunan utama di sungai, diperlukan pengetahuan yang mendetail mengenai parameter perencanaan geologi teknik demi tercapainya hasil perencanaan yang aman dan ekonomis. Dalam Bagian PT-03 Persyaratan Teknis untuk Penyelidikan Geoteknik dibedakan penjelasan mendetail mengenai tata letak, ketentuan jarak dan kedalaman pemboran. Kiranya dapat dimaklumi bahwa hanya harga persyaratan-persyaratan minimum saja yang dapat dirinci. Bergantung kepada ketidakteraturan dan kompleksnya keadaan tanah, diperlukan lebih banyak penyelidikan detail. Hal ini hanya dapat diputuskan di lapangan oleh seorang ahli geologi teknik yang telah berpengetahuan banyak. d. Data Pertanian (Agronomi) Data pertanian pada wilayah yang akan dikembangkan meliputi peta tanah/ data tanah dan data pertanian. Berdasarkan peta topografi berskala 1:25.000 atau fotofoto udara, harus dilakukan penelitian kemampuan tanah pada tingkat semidetail, sekurang-kurangnya satu pengamatan per 25-50 Ha. Penelitian ini akan menghasilkan data-data mengenai kecocokkan/ kesesuaian tanah, struktur tanah, kelulusan/perkolasi dan data kedalaman muka air tanah yang kurang dari 2 meter. Data-data tersebut akan dianalisa dan diplot pada peta topografi berskala 1:25.000 guna memperoleh klasifikasi yang bisa dipakai sebagai dasar tata letak. Data-data yang harus diperlukan adalah: a. Peta tata guna tanah yang ada sekarang, skala 1:25.000 b. Peta tanah semidetail, skala 1:25.000 c. Peta klasifikasi tanah, skala 1:25.000 d. Peta tata guna tanah yang dianjurkan, skala 1:25.000 Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 40 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Lahan pertanian ditinjau dari ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu: a. Lahan pertanian basah, dan b. Lahan pertanian kering. Antara kedua kelompok lahan pertanian tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga pengelolaannya harus berbeda sehingga pengelolaannya harus berbeda pula agar memberikan hasil yang optimal. Lahan pertanian basah lazim disebut dengan sawah. Ciri-ciri umum dari sawah adalah sebagai berikut: a. Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang. Pematang tersebut ada yang lurus ada pula yang berbelok. b. Permukaannya selalu datar atau topografinya rata meskipun di daerah bergunung-gunung atau berbukit. c. Biasa diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh air atau berair. d. Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering sehingga memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penurunan produktivitas yang drastis. e. Secara umum produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering f. Sawah umumnya mempunyai sumber perairan yang relatif teratur kecuali sawah tadah hujan. Tanaman yang utama diusahakan adalah padi sawah. Ditinjau dari sistem irigasinya lahan pertanian basah (sawah), dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut: a. Sawah irigasi teknis b. Sawah irigasi setengah teknis c. sawah irigasi perdesaan (sawah irigasi sederhana) d. Sawah tadah hujan e. Sawah rawa f. Sawah rawa pasang surut g. Sawah lebak h. Tambak i. Kolam Lahan pertanian kering secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Produktivitas tanah umumnya rendah; b. Topografi bervariasi dari datar, berbukit dan bergunung; c. Tidak dibatasi oleh pematang antarsatu petak dengan petak lainnya.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 41 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
d. Tingkat erosi umumnya tinggi, terutama jika tidak ada upaya pelestarian yang berupa sengkedan atau tidak ada tumbuhan (vegetasi); e. Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali untuk lahan kering yang dekat dengan sumber air dapat diusahakan secara terus-menerus; f. Umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau dibedakan. Lahan pertanian kering dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut: 1) Pekarangan 2) Tegalan 3) Kebun 4) Ladang (perladangan atau shifting cultivation) 5) Penggembalaan ternak. 6) Hutan; tipe-tipenya seperti: a. Hutan lindung b. Hutan produksi c. Hutan margasatwa d. Hutan raya e. Hutan rakyat e. Data Kependudukan (demografi) dan Sosial Penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal pada suatu negara atau daerah tertentu pada waktu tertentu. Ilmu yang mempelajari penduduk dengan karakteristiknya yang khusus disebut demografi. Demografi adalah ilmu tentang jumlah, komposisi, persebaran, dan perubahan penduduk yang disebabkan oleh faktor–faktor kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), dan migrasi. a. Demografi murni atau demografi formal, mempelajari secara matematis dan statistis hubungan antara unsur-unsur utama demografi yaitu: kelahiran, kematian, migrasi, persebaran, jenis kelamin, umur atau komposisi penduduk serta kepadatannya. b. Demografi sosial atau kependudukan, berusaha menjelaskan prosesproses yang terjadi tentang penduduk. melalui sosio-demografi, kita dapat mempelajari (misalnya) dampak masalah-masalah kependudukan (seperti ledakan penduduk atau kepadatan penduduk) terhadap struktur sosial, terhadap bentuk interaksi sosial (seperti interstruktur sosial, interaksi masyarakat perkotaan dan interaksi masyarakat pedesaan), terhadap diferensiasi Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 42 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
sosial, terhadap kelembagaan masyarakat, dan lain-lain.
sosial,
terhadap
pembangunan
f. Data Land Use dan Tata Ruang Perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan pembangunan/ pemanfaatan ruang wilayah, yang intinya adalah perencanaan pembangunan lahan (land use planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut. Perencanaan ruang wilayah pada dasarnya adalah menetapkan ada bagian–bagian wilayah (zona) yang tidak diatur penggunaannya (jelas peruntukannya) dan ada bagian–bagian wilayah yang kurang tidak diatur penggunannya. Bagi bagian wilayah yang tidak diatur penggunaannya maka pemanfaatannya diserahkan kepada mekanisme pasar. Perencanaan pemanfaatan ruang wilayah dimaksudkan agar pemanfaatan itu dapat memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk menunjang daya pertahanaan dan terciptannya keamanaan. Dalam pelaksanaannya, perencanaan ruang wilayah ini disinonimkan dengan hasil akhir yang hendak dicapai, yaitu tata ruang. Dengan demikian kegiatan itu disebut perencanaan ata penyusunaan tata ruang wilayah. Berdasarkan materi yang dicakup, perencanaan ruang wilayah ataupun penyusunan tata ruang wilayah dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu perencanaan yang mencakup keseluruhaan wilayah perkotaan dan non perkotaan (wilayah belakang) dan perencanaan yang khusus untuk wilayah perkotaan. Perencanaan tata ruang yang menyangkut keseluruhan wilayah misalnya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP), dan Rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK). Perbedaan utama dari kedua jenis perencanaan tersebut adalah pada perbedaan kegiatan utama yang terdapat pada wilaya perencanaan. Landasan penataan ruang wilayah di Indonesia adalah Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang wilayah dilakukan pada tingkat Nasional, Provinsi Kabupaten/Kota, setiap rencana tata ruang harus mengemukakan kebijakan makro pemanfaatan ruang berupa: a. Tujuan pemanfaatan ruang; b. Struktur dan pola ruang, dan; c. Pola pengendalian pemanfaatan ruang. Tujuan pemanfaatan ruang adalah menciptakan hubungan yang harmonis diantara berbagai subwilayah, sehingga dapat mempercepat Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 43 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
proses tercapainya lingkungan hidup.
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
kemakmuran
dan
terjaminnya
kelestarian
RTRW tingkat nasional berisikan: a. Penggambaran struktur tata ruang nasional. b. Penetapan kawasan yang perlu dilindungi; c. Pemberian indikasi penggunaan ruang budi daya dan arahan permukiman dalam skala nasional; d. Penentuan kawasan yang diprioritaskan; e. Penentuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional; f. Perencanaan jaringan penghubung dalam skala nasional. RTRW tingkat Provins adalah penjabaran RTRWN berisikan: a. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya; b. Arahan pengelolaan kawasan pedesaan, perkotaan dan kawasan tertentu; c. Arahan pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata, dll; d. Arahan pengembangan sistem pusat permukiman pedesaan dan perkotaan; e. Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah; f. Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan; Arahan kebijakan pada dasrnya meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya. Terkait dengan penetapan kawasan pada RTRW Kabupaten, maka untuk perencanaan irigasi termasuk ke dalam Sistem Prasarana Wilayah dalam hal penyediaan jaringan/ saluran irigasi. Dalam analisis tata guna lahan, satuan lahan atau unit lahan merupakan satuan ekologi yang unik dan dapat berfungsi sebagai dasar segmentasi dalam ruang. Suatu satuan lahan dibedakan dengan yang lainnya melalui satuan pemetaan (peta) lahan (land mapping unit). Pada saat akan dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan untuk proyek irigasi detail, misalnya, maka pada tahap awal kegiatan perlu dilakukan pembagian areal perencanaan ke dalam satuan-satuan lahan, dimana setiap satuan memiliki homogenitas dalam hal variabel pembatas, misalnya jarak dari sumber air, lereng-lereng tunggal, drainase, tekstur tanah, pH, dan SAR (sodium absorption ratio). Delineasi satuan peta lahan sangat diperlukan untuk menggambarkan satuan-satuan lahan yang masing-masing memiliki kekhususan dalam hal kualitas sebagai prasyarat irigasi. Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 44 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Penggunaan lahan (land use) berkaitan dengan jenis pengelolaan lahan yang diterapkan pada suatu satuan lahan. Ini dapat berupa grup utama (major kinds of land use) seperti pertanian irigasi, tanaman tahunan, lahan penggembalaan, hutan rekreasi, hutan produksi, budidaya lahan pesisir, dan lain-lain. Penggunaan lahan juga dapat berupa grup yang lebih khusus misalnya, sawah tadah hujan, perkebunan kelapa sawit, plot pembibitan, plot percobaan erosi, blok perumahan, tambak udang, dan lain-lain.
Secara umum untuk mengumpulkan atau mendapatkan berbagai jenis untuk perencanaan irigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang meliputi cara langsung (data primer) maupun cara tidak langsung (data sekunder). Sebagai contoh untuk mendapatkan data debit aliran sungai bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a) Cara empiris, dengan analisis data hujan b) Pengukuran langsung di lapangan c) Berdasarkan data sejarah Instansi-instansi yang terkait dimana data-data untuk perencanaan irigasi dapat diperoleh, antara lain dari: a) BAKOSURTANAL: untuk peta-peta topografi umum dan foto-foto udara. b) Direktorat Geologi: untuk peta-peta topografi dan peta-peta geologi. c) Badan Meteorologi dan Geofisika: untuk data-data meteorologi dan peta-peta topografi. d) Puslitbang Sumber Daya Air, Seksi Hidrometri: untuk catatan-catatan aliran sungai dan sedimen, data meteorologi dan peta-peta topografi. e) DPUP: untuk peta-peta topografi, catatan mengenai aliran sungai, pengelolaan air dan catatan-catatan meteorologi, data-data jalan dan jembatan, jalan air. f) Dinas Tata Ruang Daerah: informasi mengenai tata ruang. g) PLN, Bagian Tenaga Air: untuk peta daerah aliran dan data-data aliran air. h) Puslit Tanah: Peta Tata Guna Lahan i) Departemen Pertanian: untuk catatan-catatan mengenai agrometeorologi serta produksi pertanian. j) Balai Konservasi lahan dan hutan : informasi lahan kritis k) Biro Pusat Statistik (BPS): untuk keterangan-keterangan statistik, kementerian dalam negeri, agraria, untuk memperoleh data-data administratif dan tata guna tanah. l) Balai Wilayah Sungai: informasi kebutuhan air multisektor. m) Bappeda: untuk data perencanaan dan pembangunan wilayah. n) Kantor proyek (kalau ada) Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 45 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Dari sekian banyak data yang ada, kebutuhan akan suatu data sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan perencanaan irigasi yang akan dikerjakan. Untuk memudahkan dalam menggunakan data, maka para perencana perlu menyusun daftar kebutuhan data apa saja yang dibutuhkan untuk perencanaan suatu bangunan irigasi. Sebagai contoh, untuk keperluan perencanaan irigasi yang umum, maka data teknis yang perlu disiapkan/ disusun antara lain adalah debit aliran sungai, lokasi daerah irigasi, dan data curah hujan. Sedangkan data pokok yang sangat dibutuhkan dan perlu disiapkan dalam perencanaan irigasi, antara lain: curah hujan, data klimatologi, dan peta topografi. Mengingat tiap kegiatan perencanaan bangunan irigasi akan memerlukan data yang berbeda, dan ketersediaan data juga akan mempengaruhi hasil perhitungan dan analisis, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi kebutuhan data untuk perencanaan irigasi. 4.2.2 Pengumpulan data melalui sosialisasi dengan masyarakat Sesuai dengan Pasal 11, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30 /PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif, maka Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya menyelenggarakan sosialisasi dan konsultasi publik sebelum melaksanakan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi. Sosialisasi yang dimaksud merupakan penjelasan mengenai rencana Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota yang meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat, serta tahap pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi. Data yang diperoleh melalui sosialisasi dengan masyarakat, diantaranya berupa: a) Jumlah petani penggarap b) Pengetahuan tentang pengelolaan air irigasi c) Pengetahuan tentang pola tanam Cara mengumpulkan data melalui sosialisasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan, antara lain melalui feedback maupun komentar yang diberikan oleh masyarakat selama maupun setelah kegiatan sosialisasi berlangsung. Usulan, saran, persetujuan atau penolakan dari masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk catatan rapat yang ditandatangani oleh wakil Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota dan wakil
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 46 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A sebagai dasar pelaksanaan tahap berikutnya. Indikasi diperolehnya data melalui sosialisasi dengan masyarakat, diantaranya terkumpulnya informasi tentang kepemilikan lahan pertanian yang dimiliki masyarakat Untuk mendapatkan data yang mewakili dari berbagai kalangan masyarakat, petani, maupun kelompok petani maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian terkait dengan pengumpulan data melalui sosialisasi dengan masyarakat. 4.2.3
Pengumpulan data melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat (PKM) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30 /PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif, merupakan forum terbuka masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A guna menyampaikan usulan, saran, persetujuan atau penolakan terhadap rencana pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang disampaikan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Data yang dapat diperoleh melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat, diantaranya: a) Adanya kesepakatan dalam pengelolaan air irigasi b) Keterlibatan masyarakat (kelompok petani penggarap) dalam O&P Sedangkan daftar pemangku kepentingan yang diharapkan dapat hadir dalam pertemuan konsultasi masyarakat, setidaknya berasal dari: a) Dinas pengairan b) Pemerintah daerah c) Kelompok petani Cara mengumpulkan data melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan, antara lain melalui feedback maupun komentar yang diberikan oleh masyarakat selama maupun setelah kegiatan sosialisasi berlangsung. Usulan, saran, persetujuan atau penolakan dari masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk catatan rapat yang ditandatangani oleh wakil Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota dan wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A sebagai dasar pelaksanaan tahap berikutnya.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 47 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Indikasi terkumpulnya data melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat, diantaranya berupa tersusunnya data hasil sosialisai dan konsultasi dengan masyarakat baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pengelolaan air irigasi (O&P). Untuk mendapatkan data yang mewakili dari berbagai kalangan masyarakat, petani, maupun kelompok petani maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian terkait dengan pengumpulan data melalui konsultasi dengan masyarakat. 4.3
Pelaksanaan Sosialisasi Tentang Keirigasian Kepada Masyarakat Sosialisasi pada dasarnya adalah bentuk penyampaian informasi atas suatu rencana program atau kegiatan sebelum program atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Umumnya dari pihak pemerintah memberikan penjelasan tentang rencana program kerja/ kegiatan, dan masyarakat sebagai penerima sekaligus menyampaikan aspirasi terhadap program tersebut. Kedua pihak kemudian disinkronkan untuk mencapai persetujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat demi lancarnya program kerja rencana. Pelaksanaan sosialisasi tentang keirigasian kepada masyarakat merupakan tahap yang penting sebagai salah satu bentuk penyebarluasan rencana kegiatan pembangunan bidang irigasi dan metode untuk mendapatkan dukungan, masukan dan respon dari masyarakat petani setempat terhadap rencana yang akan dilakukan. 4.3.1 Penyiapan materi sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian Tujuan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian adalah Untuk memberikan penjelasan secara rinci tentang peran masyarakat dalam pengelolaan irigasi, sehingga para petani tidak hanya terlibat dalam proses pertaniannya saja tetapi juga terlibat dalam operasi dan pemeliharaan irigasi. Salah satu materi penting untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, adalah adanya partisipasi masyarakat khususnya petani dalam mengelola irigasi terutama dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Secara umum materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian, diantaranya: a) Perubahan sistem pengairan yang biasanya tradisional menjadi irigasi teknis b) Manfaat irigasi teknis yang dikelola pemerintah bersama masyarakat petani (P3A) c) Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan irigasi
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 48 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Supaya kegiatan sosialisasi dapat berjalan lancar dan mudah serta dapat dipahami oleh masyarakat petani maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian. 4.3.2 Pelaksanaan Sosialisasi Sebelum pelaksanaan sosialisasi, tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi keirigasian harus ditetapkan terlebih dahulu karena kedua hal tersebut sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan kegiatan sosialisasi. Tempat yang relatif mudah dijangkau (akses) serta pemilihan waktu yang tepat akan sangat mendukung masyarakat dan pihak-pihak terkait dapat menghadiri pertemuan tersebut. Sebagai contoh salah satu tempat yang cocok untuk melakukan sosialisasi tentang keirigasian, adalah di balai desa/ kelurahan. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut umumnya sudah dikenal dan mudah dijangkau oleh masyarakat setempat. Lokasi di atas bisa dipilih jika di wilayah yang bersangkutan belum terbentuk komisi irigasi. Sedangkan untuk wilayah yang komisi irigasinya sudah terbentuk, maka segala keperluan untuk kegiatan sosialisasi akan difasilitasi oleh komisi irigasi, termasuk masalah tempat/ lokasi sosialisasi. Hal berikutnya yang juga mempunyai arti penting dan bakal suksesnya sosialisai adalah peserta sosialisasi terutama dari petani setempat. Perwakilan petani, setidaknya untuk 1 calon blok tersier harus diwakili 1-2 petani. Sehingga aspirasi dan suara dari pemanfaat irigasi (petani) bisa terwakilkan. Selanjutnya, jadwal (rundown acara) untuk kegiatan sosialisasi perlu disusun agar pelaksanaan sosialisasi bisa lebih efektif dan efisien, karena umumnya waktu yang tersedia tidak terlalu banyak akibat kesibukan dari masyarakat dan juga pihak-pihak terkait lainnya. Setelah kedua hal tersebut diperoleh dan ditetapkan, maka perlu konsistensi dan ketaatan terhadap tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi, sehingga kegiatan yang diharapkan dapat berjalan lancar. 4.3.3 Saran dan masukan dari masyarakat terkait dengan keirigasian Saran dan masukan dari masyarakat terkait keirigasian sangatlah diperlukan sebagai imbal balik dari rencana keirigasian yang akan dijalankan. Berdasarkan saran dan masukan dari masyarakat, maka tambahan data baik teknis dan non teknis terkait dengan perencanaan irigasi bisa diperoleh. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana peran serta masyarakat petani terhadap perencanaan irigasi. Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 49 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Salah satu contoh saran dan masukan dari masyarakat yang termasuk keirigasian adalah mengenai keterlibatan petani penggarap dalam pengelolaan air irigasi. Hal ini bisa berupa saran dan masukan mengenai lokasi bendung, arah saluran, posisi bangunan bagi/ bangunan sadap, overall layout, saluran pembuang, dan lain-lain. Saran juga dapat berua solusi terhadap program yang akan dilaksanakan; apakah bisa difasilitasi (oke), tidak bisa difasilitasi, atau harus melalui kompromi, misalnya ½ difasilitasi dan ½ tidak difasilitasi. Saran dalam bentuk teknis, apakah pembangunan saluran irigasi dan bendung, sert a bangunan lain dilakukan secara bertahap atau sekaligus. Sedangkan contoh saran yang berupa non-teknis dapat berupa alternative pengalihan saluran yangmelewati jalur yang tidak disetujui masyarakat (kuburan, petilasan, dll). Tujuan pemilahan saran dan masukan yang terkait dengan keirigasian adalah untuk memilah data mana yang dapat dijadikan data non teknis terkait dengan perencanaan irigasi, misalnya keberadaan kelompok petani penggarap, kepemilikan lahan pertanian, dan sebagainya. Mengingat pentingnya data yang akan diperoleh, maka perlu adanya kecermatan dalam mencatat berbagai saran dan masukan dari masyarakat terkait dengan keirigasian. 4.3.4 Penyusunan Laporan Hasil Sosialisasi Sebagai bentuk dokumentasi dan pertanggungjawaban, maka hasil dari kegiatan sosialisasi harus disusun dan dirangkum dalam bentuk laporan. Laporan ini sangat penting terutama untuk menindaklanjuti hasil maupun saran dari peserta sosialisasi terhadap suatu perencanaan irigasi. Isi laporan hasil sosialisasi yang paling umum adalah terangkumnya informasi berupa masukan ataupun saran yang konstruksif yang dapat dijadikan data baik teknis maupun non teknis terkait dengan perencanaan irigasi. Format laporan hasil sosialisasi yang digunakan harus tergambarkan, dan berisi tentang: 1) Latar belakang dilakukannya sosialisasi keirigasian 2) Maksud dan tujuan 3) Tempat dan waktu penyelenggaraan 4) Materi sosialisasi berupa rencana pembuatan daerah irigasi, dsbnya. 5) Sistem perwakilan pemanfaat irigasi (petani) 6) Para pihak yang menghadiri 7) Saran dan masukan dari peserta sosialisasi, termasuk kesepakatan yang dicapai dituangkan dalam berita acara Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 50 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
8) Kesimpulan 9) Dokumentasi 10) Lampiran atau data pendukung lainnya. Mengingat laporan hasil sosialisasi akan mempunyai peran yang penting sebagai referensi atau contoh untuk pelaksanaan sosialisasi serupa di tempat dan waktu yang lain, maka dalam menyusun laporan hasil sosialisasi diperlukan kecermatan dan ketelitian. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam penyusunan laporan hasil sosialisasi adalah harus dibuat sesuai dengan format dan prosedur yang sudah ditetapkan. 4.4
Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat (PKM) Pelaksanaan kegiatan pertemuan konsultasi dengan masyarakat merupakan tahap berikutnya yang juga penting sebagai salah satu bentuk penyebarluasan rencana kegiatan pembangunan bidang irigasi dan metode untuk mendapatkan dukungan, masukan dan respon dari masyarakat petani setempat terhadap rencana yang akan dilakukan. 4.4.1
Penyiapan Materi PKM Bahan atau materi yang akan disampaikan dalam kegiatan PKM secara inti, bahwa bahan yang disampaikan dalam kegiatan PKM adalah adanya rencana pembuatan daerah irigasi, yang mana kemungkinan ada beberapa data yang diperlukan dari masyarakat ataupun pihak terkait. Sebagian dari bahan atau materi pendukung PKM dapat dibuat dalam bentuk kuesioner atau angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan untuk mendapatkan respon dan masukan terkait rencana keirigasian. Salah satu materi pokok yang terdapat dalam angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan dapat berupa kesepakatan terhadap rencana perubahan kawasan menjadi daerah irigasi. Tujuan dilaksanakan PKM antara lain adalah: 1) untuk membahas penyusunan rancangan daerah irigasi 2) untuk membahas penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Mengingat hasil PKM akan mempunyai peran yang penting sebagai media untuk memperoleh data tambahan dalam penyusunan rancangan daerah irigasi dan pola pengelolaan sumber daya air di suatu wilayah sungai, maka diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket.
4.4.2
Perencanaan Tempat, Waktu dan Panitia PKM Sebelum pelaksanaan PKM, terlebih dahulu harus ditentukan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM karena kedua hal tersebut sangat
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 51 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
menentukan keberhasilan dan kesuksesan kegiatan PKM. Tempat yang relatif mudah dijangkau (akses) serta pemilihan waktu yang tepat akan sangat mendukung masyarakat dan pihak-pihak terkait dapat menghadiri pertemuan tersebut. Tujuan penetapan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM adalah agar kegiatan PKM dapat dilaksanakan secara efektif sesuai dengan tujuan PKM itu sendiri yaitu pertemuan konsultasi dengan masyarakat sehingga diperoleh masukan dan informasi yang dapat dijadikan data perencanaan dari segi non teknis. Salah satu tujuan dari merencanakan tempat yang sesuai untuk penyelenggaraan PKM adalah agar diperoleh tempat yang representatif untuk kegiatan PKM. Untuk hal ini bisa direncanakan kegiatan PKM di balai desa ataupun kelurahan. Di lain sisi, dengan merencanakan waktu yang tepat untuk penyelenggaraan PKM maka diharapkan pertemuan tersebut dapat dihadiri oleh masyarakat dan pihak/instansi yang terkait dengan perencanaan irigasi dan kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Agar diperoleh hasil PKM sesuai dengan yang diharapkan maka kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan PKM menjadi faktor penentu. Seberapa banyak personil yang akan dilibatkan bisa ditentukan melalui identifikasi jenis kegiatan dan ketersediaan personil. Hasil identifikasi tentang kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan PKM yang tepat antara lain ditunjukkan dengan terbentuknya panitia dengan jumlah personal yang proposional sesuai kebutuhan pertemuan. Supaya kegiatan PKM dapat berjalan lancar dan memberikan masukan/ data untuk mencapai tujuan PKM maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian dalam merencanakan penyelenggaraan PKM. 4.4.3
Membuat catatan atas masukan dari masyarakat dan instansi terkait Masukan dari masyarakat dan instansi terkait pada saat kegiatan PKM sangatlah penting dan oleh karena itu perlu dicatat dengan rapi. Tujuan dilakukannya pencatatan terhadap semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait adalah agar setiap masukan atau saran dari masyarakat dan instansi terkait dapat didokumentasi dan dikumpulkan untuk keperluan analisis berikutnya. Hal ini dikarenakan masukan dari masyarakat merupakan data dan informasi yang sangat berguna dalam perencanaan irigasi. Cara untuk mengumpulkan semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait dapat dilakukan melalui pencatatan manual (notulen), maupun
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 52 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
dengan menggunakan media elektronik seperti rekaman kaset tape, maupun video kamera. Indikasi terkumpulnya semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait, diantaranya dapat berupa terseleksinya data atau informasi yang masuk dalam kriteria keirigasian sehingga menjadi data pendukung perencanaan irigasi. Mengingat masukan dari masyarakat merupakan data dan informasi yang sangat berguna dalam perencanaan irigasi, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam mencatat semua masukan dari masyarakat dan instansi terkait. 4.4.4
Laporan hasil kegiatan PKM Sebagai bentuk dokumentasi dan pertanggungjawaban, maka hasil dari kegiatan PKM harus disusun dan dirangkum dalam bentuk laporan. Laporan ini sangat penting terutama untuk menindaklanjuti temuan maupun saran dari peserta PKM terhadap suatu perencanaan irigasi. Laporan hasil kegiatan PKM walalupun bersifat non teknis namun sangat berguna dalam penyusunan O&P perencanaan irigasi.
Selanjutnya, berdasarkan laporan hasil kegiatan PKM beberapa masukan dan saran dapat diterapkan dalam suatu perencanaan irigasi. Indikasi penerapan laporan hasil kegiatan PKM dalam perencanaan irigasi diantaranya berupa adanya kesepakatan tentang rencana proyek daerah irigasi. Salah satu data penting sebagai laporan hasil kegiatan PKM yang dapat digunakan sebagai data perencanaan, adalah: 1) Kondisi eksisting daerah pertanian yang dimiliki masyarakat. 2) Keberadaan masyarakat yang bisa dilibat dalam pelaksanaan (tenaga kerja) dan petani penggarap 3) Batas wilayah desa/ kecamatan yang jelas dan tegas berdasarkan informasi yang jeals dari masyarakat dan pemerintah setempat Mengingat laporan hasil PKM mempunyai peran yang penting dalam penyusunan kegiatan O&P perencanaan irigasi, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam menggunakan laporan hasil kegiatan PKM pada perencanaan irigasi. 4.5
Pengorganisasian Data Perencanaan Sebelum melaksanakan desain pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder, penanggung jawab kegiatan melaksanakan survei penelusuran lapangan baik sendiri maupun bekerja sama dengan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai kondisi di lapangan.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 53 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Berdasarkan hasil survei penelusuran lapangan, penanggung jawab kegiatan melaksanakan pembuatan desain partisipatif jaringan irigasi baik sendiri maupun bekerja sama dengan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A. Pengorganisasian data sangat penting dan secara umum dapat disamakan dengan proses pengaturan data yang meliputi: tahap kompilasi, screening, dan pengecekan (diperkisa), dipilih dan dirangkum. Pada tahap pengecekan, data yang perlu diperiksa adalah terkait dengan; a. Autentik (kaslian) data b. Instrument penghasil data c. Crosscek data antar instansi-instansi yang mengumpulkan data d. Besarnya kewajaran (reliabilitas) data e. Kontinuitas (besaran) data f. Menentukan data dari institusi yang terpercaya (memilih sumber data yang akan dipakai) g. Membuang data ekstrim yang tidak wajar Sedangkan pada tahap merangkum, dibuat cek list terhadap data yang diperlukan dan data yang sudah dikumpulkan, dan termasuk catatan mengenai kualitas dan kuantitas (panjang data) ketersediaan datanya.
4.5.1 Identifikasi Data dan informasi Data dan informasi yang dihasilkan dari survei lapangan, diantaranya: 1) Sumber air irigasi, baik secara kualitas maupun kuantitas 2) Kondisi existing daerah pertanian 3) Lokasi penempatan bangunan utama 4) Data tanah, baik untuk struktur bangunan maupun untuk daerah pertanian 5) Material yang dapat dimanfaatkan untuk konstruksi 6) Morfologi sungai 7) Dan sebagainya. Data dan informasi yang dihasilkan dari investigasi lapangan, diantaranya adalah : 1) Kondisi topografi daerah irigasi 2) Data tanah khususnya untuk peletakan bangunan irigasi 3) Daerah-daerah yang tidak dapat diairi 4) Batas wilayah 5) Bangunan-bangunan existing 6) Dan sebagainya Data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan harus dikumpulkan sesuai kebutuhan perencanaan. Sebagai contoh, yang dapat Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 54 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
dimasukkan sebagai data hidrologi yang dibutuhkan dalam perencanaan, adalah data curah hujan dan klimatologi. Berbagai data dan informasi yang dikumpulkan baik dari hasil survei maupun investigasi lapangan dapat dipilih dan dipilah sesuai kebutuhan perencanaan irigasi. Sebagai contoh, salah satu data dan informasi hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan adalah kondisi topografi daerah irigasi. Mengingat pentingnya data dan informasi untuk kegiatan perencanaan irigasi, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam memilih data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan irigasi. 4.5.2 Menyiapkan data dan informasi hasil survey Berbagai jenis data dari informasi maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi perlu disiapkan untuk kegiatan analisis berikutnya. Salah satu data yang merupakan data hasil investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan lapangan adalah lokasi penempatan bendung. Pengumpulan hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan dapat dilakukan/ dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi. Tujuan pengumpulan data hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi adalah untuk memilah data, mana yang termasuk data non teknis dan mana yang teknis, sehingga dengan mudah dapat digunakan untuk kegiatan analisis dalam perencanaan. cara menyusun data hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi antara lain penyusunan data dilakukan berdasarkan kebutuhan perancangan, misalnya untuk pembuatan layout daerah irigasi dibutuhkan data peta topografi, kondisi existing bangunan, dan sebagainya. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan irigasi, sehingga dapat mendukung kegiatan analisis dan memberikan hasil yang sesuai.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 55 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
4.5.3 Menyiapkan Data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat Jenis data yang dihasilkan dari kegiatan sosialisasi dan PKM, diantaranya adalah batas wilayah desa/ kecamatan yang jelas dan tegas berdasarkan informasi yang jelas dari masyarakat dan pemerintah setempat. Cara memilah data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan perencanaan irigasi dapat dikelompokkkan apakah sebagai data teknis maupun non teknis. Pada prinsipnya data yang dihasilkan dari kegiatan sosialisasi dan PKM cenderung bersifat non teknis, sehingga lebih mengarah sebagai data pendukung. Data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat perlu disusun sesuai kebutuhan perencanaan irigasi yang akan dilakukan. Tujuan penyusunan data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat sesuai kebutuhan perencanaan irigasi, adalah: 1) Sebagai laporan hasil pertemuan 2) Sebagai data non teknis yang dapat dijadikan input dalam penyusunan panduan O&P 3) Melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan, mulai dari tahap perencanaan sampai pada pelaksanaan Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan data dan informasi hasil sosialisasi dan PKM sesuai kebutuhan perencanaan irigasi sehingga mendukung tujuan perencanaan irigasi. 4.6
Penetapan Data Perencanaan Data-data perencanaan yang yang terkait dengan perencanaan irigasi perlu ditetapkan untuk kegiatan analisis/ hitungan sesuai yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Data tersebut antara lain: data inventarisasi tpografi, hidrogrologi, geoteknik, mekanika tanah, pertanian, geologi, dan sosial ekonomi. 4.6.1 Mengidentifikasi Data perencanaan hasil analisis Salah satu contoh data yang merupakan data perencanaan hasil analisis adalah debit banjir rencana. Data hasil analisis hidroklimatologi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis hidroklimatologi, adalah debit andalan. Data hasil analisis hidrogeologi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis hidrogeologi, adalah karakteristik air tanah.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 56 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Data hasil analisis hidrometri perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis hidrometri, adalah debit aliran. Data hasil analisis geoteknik perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis geoteknik, adalah daya dukung tanah. Data hasil analisis kapabilitas tanah perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis kapabilitas tanah adalah daya dukung tanah. Data hasil analisis hasil pengukuran perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa contoh data yang termasuk data hasil analisis hasil pengukuran, adalah: 1) Kondisi topografi 2) Panjang saluran 3) Morfologi sungai Data hasil analisis demografi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa contoh data yang termasuk data hasil analisis demografi, adalah: 1) Jumlah penduduk 2) Sosial budaya 3) Pendidikan Data hasil analisis sosial ekonomi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa contoh data yang termasuk data hasil analisis sosial ekonomi, adalah pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi semua data perencanaan irigasi sehingga memudahkan kegiatan analisis berikutnya. 4.6.2 Mengidentifikasi Data hasil analisis hidrologi Beberapa data hasil analisis hidrologi yang penting dan umumny dipakai dalam perencanaan irigasi antara lain berupa neraca air (water balance), kebutuhan air di sawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum. a) Perhitungan Neraca Air Penghitungan neraca air dilakukan untuk mencek apakah air yang tersedia cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 57 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
proyek yang bersangkutan. Perhitungan didasarkan pada periode mingguan atau tengah bulanan. Dibedakan adanya tiga unsur pokok: 1) Tersedianya Air 2) Kebutuhan Air 3) Neraca Air. Perhitungan pendahuluan neraca air dibuat pada tahap studi proyek. Pada taraf perencanaan pendahuluan ahli irigasi akan meninjau dasardasar perhitungan ini. Kalau dipandang perlu akan diputuskan mengenai pengumpulan data-data tambahan, inspeksi dan uji lapangan. Ahli irigasi harus yakin akan keandalan data-data tersebut. Perhitungan neraca air (Tabel 4.6) akan sampai pada kesimpulan mengenai: 1) Pola tanam akhir yang akan dipakai untuk jaringan irigasi yang sedang direncakan dan 2) Penggambaran akhir daerah proyek irigasi Tabel 4.6. Perhitungan neraca air
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 58 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
a.1. Tersedianya Air Analisis debit sungai dan penentuan debit andalan telah disajikan dalam sub bab sebelumnya. Debit andalan didefinisikan sebagai debit minimum rata-rata mingguan atau tengah-bulanan. Debit minimum ratarata mingguan atau tengah-bulanan ini didasarkan pada debit mingguan atau tengah bulanan rata-rata untuk kemungkinan tak terpenuhi 20%. Debit andalan yang dihitung dengan cara ini tidak sepenuhnya dapat dipakai untuk irigasi karena aliran sungai yang dielakkan mungkin bervariasi sekitar harga rata-rata mingguan atau tengah-bulanan; dengan debit puncak kecil mengalir di atas bendung. Sebagai harga praktis dapat diandaikan kehilangan 10%. Hasil analisis variasi dalam jangka waktu mingguan atau tengah bulanan dan pengaruhnya terhadap pengambilan yang direncanakan akan memberikan angka yang lebih tepat. Untuk proyek-proyek irigasi yang besar di mana selalu tersedia data-data debit barian, harus dipertimbangkan studi simulasi. Pengamatan di bagian hilir dapat lebih membantu memastikan debit minimum hilir yang harus dijaga. Para pengguna air irigasi di daerah hilir harus sudah diketahui pada tahap studi. Hal ini akan dicek lagi pada tahap perencanaan. Kebutuhan mereka akan air irigasi akan disesuaikan dengan perhitungan debit dan waktu. Juga di daerah irigasi air mungkin saja dipakai untuk keperluan selain irigasi. a.2. Kebutuhan air Di sini dibedakan tiga bidang utama kebutuhan air. Bidang-bidang yang dimaksud adalah: - Meteorologi - Agronomi dan tanah serta - Jaringan irigasi Dalam memperhitungkan kebutuhan air harus dipertimbangkan kebutuhan untuk domestik dan industri. Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat di bawah ini. h.
Evaporasi Pada sub bab sebelumnya telah diuraikan cara penentuan evaporasi dan merinci data-data yang dibutuhkan.
i.
Curah hujan efektif Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan diambil 70% dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengahbulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%. Untuk proyek-
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 59 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
proyek irigasi besar di mana tersedia data-data curah hujan harian, hendaknya dipertimbangkan studi simulasi. Hal ini akan mengarah pada diperolehnya kriteria yang lebih mendetail. j.
Pola tanam Pola tanam seperti yang diusulkan dalam Tahap Studi akan ditinjau dengan memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil survei. Kalau perlu akan diadakan penyesuaian-penyesuaian.
k.
Koefisien tanaman Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi (ETo) dengan evapotranspirasi tanaman acuan (ETtanaman) dan dipakai dalam rumus Penman. Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman yang terus menerus proyek irigasi di daerah itu.
l.
Perkolasi dan rembesan Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek, maka pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hr. Di daerah-daerah miring perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan di atas 5 persen, paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
m. Penyiapan lahan Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu bulan dapat dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah; pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi. Angka 200 mm di atas mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum bera (tidak ditanami) selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian. n.
Efisiensi Irigasi
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 60 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
o.
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Rotasi / Golongan
a.3. Neraca air Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkannya untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan. debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah proyek irigasi adalah tetap karena luas maksinum daerah layanan (command area) dan proyek akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit maka ada 3 pilihan yang bisa dipertimbangkan: 1) luas daerah irigasi dikurangi: bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum daerah layanan) tidak akan diairi 2) melakukan modifikasi dalam pola tanam: dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha) agar ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia. 3) rotasi teknis golongan: untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk proyek irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih. Data hasil analisis neraca air (water balance) dapat disajikan dalam bentuk tabulasi yang menampilkan hasil perhitungan ketersediaan air dan hasil perhitungan kebutuhan air, serta imbangan air yang terjadi. Indikasi hasil analisis water balance, antara lain dengan diketahuinya debit yang tersedia di sumber dengan debit yang dibutuhkan. b. Data kebutuhan air di sawah Perhitungan kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor– faktor berikut : 1) Penyiapan lahan 2) Penggunaan air konsumtif 3) Perkolasi dan rembesan 4) Penggantian lapisan air 5) Curah hujan efektif 6) Efisiensi irigasi Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 61 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif. Kebuituhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari atau l/dt/ha/ tidak disediakan kelonggaran untuk efisiensi irigasi di jaringan tersier dan utama. Efisiensi juga dicakup dalam memperhitungkan kebutuhan pengambilan irigasi (m3/ dt). b.1.1 Penyiapan Lahan untuk Padi Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor–faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah : a) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan b) Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan 1. Jangka Waktu Penyiapan Lahan Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah: 1) Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk 2) menggarap tanah 3) Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan. Kondisi sosial budaya yang ada di daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk daerah-daerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah-daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil satu bulan. Perlu diingat bahwa transplantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier di mana pengolahan lahan sudah selesai. 2. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 62 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
sawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
dimana : PWR : Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm Sa : Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan lahan dimulai, % Sb : Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, % N : Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah d : Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan mm Pd : Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm F1 : Kehilangan air di sawah selama 1 hari, mm Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjai 250 mm untuk menyiapkan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai. Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih), maka laposan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi. Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, hargaharga kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di lapangan. Walau pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju perlokasi tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun. Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri sebelum harga-harga kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut ketentuan di atas. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk kebutuhan air di atas.
dalam
harga-harga
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 63 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
3. Kebutuhan air selama penyiapan lahan Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
dimana : IR : Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari M : Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (M = Eo + P), mm/ hari Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama penyiapan lahan, mm/ hari P : Perkolasi k = MT/S T : jangka waktu penyiapan lahan, hari S : Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan laposan air 50 mm, mm yakni 200+50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan di atas. Untuk menyikapi perubahan iklim yang selalu berubah dan juga dalam rangka penghematan air maka diperlukan suatu metode penghematan air pada saat pasca konstruksi. Pada saat ini perhitungan kebutuhan air dihitung secara konvensional yaitu dengan metode genangan, yang berkonotasi bahwa metode genangan adalah metode boros air. Metode perhitungan kebutuhan air yang paling menghemat air adalah metode Intermitten yang di Indonesia saat ini dikenal dengan nama SRI atau System Rice Intensification. SRI adalah metode penghematan air dan peningkatan produksi dengan jalan pengurangan tinggi genangan disawah dengan system pengaliran terputus putus (intermiten). Metode ini tidak direkomendasi untuk dijadikan dasar perhitungan kebutuhan air, tetapi bisa sebagai referensi pada saat pasca konstruksi. Tabel 4.7 memperlihatkan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan yang dihitung menurut rumus di atas
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 64 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Tabel 4.7 Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR)
b.1.2. Penggunaan air Konsumtif Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut
dimana; ETc : evapotranspirasi tanaman, mm/ hari Kc : Koefisien tanaman ETo : evapotransirasi tanaman acuan, mm/ hari a. Evapotranspirasi Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan, yakni rerumputan pendek. ETo adalah kondisi evaporasi berdasarkan keadaan-keadaan meteorologi seperti : 1) Temperatur 2) Sinar matahari (atau radiasi) 3) Kelembapan 4) Angin Evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus-rumus teoritis-empiris dengan mempertimbangkan faktor-faktor meterologi di atas. Bila evaporasi diukur di stasiun agrometeorologi, maka biasanya digunakan pan Kelas A. harga-harga pan evaporasi (Epan) dikonversi ke dalam angka-angka ET0 dengan menerapkan faktor pan Kp antara 0,65 dan 0,85 bergantung kepada kecepatan angin, kelembapan relatif serta elevasi. ETo = KP. Epan Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 65 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Harga-harga faktor pun mungkin sangat bervariasi bergantung kepada lamanya aingin bertiup, vegetasi di daerah sekitar dan lokasi pan. Evaporasi pan diukur secara harian, demikian pula harga-harga ETo. Untuk perhitungan evaporasi, diajurkan untuk menggunakan rumus Penman yang sudah dimodifikasi, Temperatur, Kelembapan, angin dan sinar matahari (atau radiasi) merupakan parameter dalam rumus tersebut. Data-data ini diukur secara harian pada stasiun-stasiun (agro) metereologi hitung ETo dengan rumus Penman. Untuk rumus Penman yang dimodifikasi ada 2 metode yang dapat digunakan : 1) Metode Nedeco/ Prosida yang lihat terbitan Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985 2) Metode FAO lebih umum dipakai dan dijelaskan dalam terbitan FAO Crop Water requirments, 1975. Harga-harga ET0 dari rumus penman menunjuk pada tanaman acuan apabila digunakan albedo 0,25 (rerumputan pendek). Koefisienkoefisien tanaman yang dipakai untuk penghitungan ETc harus didasarkan pada Eto ini dengan albedo 0,25. Seandainya data-data meteorologi untuk daerah tersebut tidak tersedia maka harga-harga ETo boleh diambil sesuai dengan daerah-daerah di sebelahnya. Keadaan-keadaan meteorologi hendaknya diperiksa dengan seksama agar transposisi data demikian dapat dijamin keandalannya. Keadaan-keadaan temperatur, kelembapan, aingin dan sinar matahari diperbandingkan. Pengguna komsumtif dihitung secara tengah bulanan, demikian pula harga-harga evapotranspirasi acuan. Setiap jangka waktu setengah bulan harga ETo ditetapkan dengan analisis frekuensi. Untuk ini distribusi normal akan diasumsikan. b. Koefisien Tanaman Harga-harga koefisien tanaman padi yang akan dipakai diberikan pada tabel berikut.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 66 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Tabel 4.8. Harga-harga koefisien1 tanaman padi
b.1.3 Perkolasi Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanahtanah lempung berat dengan karakteristik pengelolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/ hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan; laju perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. b.1.4 Penggantian Lapisan air a) Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan b) Jika tiak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/ hari selama ½ Bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. b.1.5 Curah hujan efektif Untuk irigasi pada curah hukan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 67 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
dimana : Re : curah hujan efektif, mm/ hari R (setengah bulan)5 : curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun/ mm Di daerah-daerah proyek yang besar di mana tersedia data-data curah hujan harian, harus dipertimbangkan untuk diadakan studi simulasi untuk menghasilkan kriteria yang lebih terinci. b.1.6 Perhitungan kebutuhan air di sawah untuk petak tersier Pada Tabel 4.9 dan 4.10 diberikan contoh perhitungan dalam bentuk tabel untuk kebutuhan air di sawah bagi dua tanaman padi varietas unggul di petak tersier. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan di atas adalah berikut : 1) Dengan rotasi (alamiah) di dalam petak tersier, kegiatan-kegiatan penyiapan lahan di seluruh petak dapat diselesaikan secara berangsur-angsur. Untuk Tabel 4.9. jangka waktu penyiapan lahan ditentukan satu bulan untuk periode satu mingguan dan untuk Tabel 4.10 dengan periode dua mingguan. Rotasi alamiah digambarkan dengan pengaturan kegiatan-kegiatan setiap jangka waktu setengah bulan secara bertahap. Oleh karena itu kolomkolomnya mempunyai harga-harga koefisien tanaman yang bertahap-tahapnya mempunyai harga koefisien tanaman yang bertahap-tahap 2) Transplantasi akan dimulai pada pertengahan bulan kedua dan akan selesai dalam waktu setengah bulan sesudah selesainya penyiapan lahan. 3) Harga-harga evapotranspirasi tanaman acuan ET0, laju perkolasi P dan curah hujan efektif Re adalah harga-harga asumsi/andaian. 4) Kedua penggantian lapisan air (WLR) di asumsikan seperti pada bagian b.1.4 dan masing-masing WLR dibuat bertahap.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 68 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Tabel 4.9. Kebutuhan air di sawah untuk petak tersier jangka waktu penyiapan lahan 1 bulan (satu mingguan)
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 69 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Tabel 4.10. Kebutuhan air di sawah untuk petak tersier jangka waktu penyiapan lahan 1 bulan (dua mingguan)
c. Data pola tanam dan tata tanam yang optimum Terkait data pola tanam dan tata tanam, perlu diketahui pola dan tata tanam yang optimum untuk perencanaan irigasi. Contoh mengetahui data pola tanam dan tata tanam yang optimum adalah dengan melihat debit andalan yang minimal mampu mengairi luas sawah yang maksimum dengan tanaman padi menggunakan bibit unggul.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 70 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
c.1. Rotasi Teknis Keuntungan–keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem rotasi teknis adalah : 1) berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak 2) kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur–angsur pada awal waktu pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan), seiring dengan makin bertambahnya debit sungai; kebutuhan pengambilan puncak dapat ditunda. Sedangkan hal–hal yang tidak menguntungkan adalah : 1) timbulnya komplikasi social 2) eksploitasi lebih rumit 3) kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi 4) jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya 5) lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua 6) daur/siklus gangguan serangga; pemakaian insektisida Untuk membentuk sistem rotasi teknis, petak tersier dibagi-bagi menjadi sejumlah golongan, sedemikian rupa sehingga tiap golongan terdiri dari petak–petak tersier yang tersebar di seluruh daerah irigasi. Petak–petak tersier yang termasuk dalam golongan yang sama akan mengikuti pola penggarapan tanah yang sama; penyiapan lahan dan tanam akan dimulai pada waktu yang sama. Kebutuhan air total pada waktu tertentu ditentukan dengan menambahkan besarnya kebutuhan air di berbagai golongan pada waktu itu. Berhubung petak–petak dalam golongan 1 terletak pada posisi yang menguntungkan, maka diperkenalkanlah sistem rotasi tahunan. Hasil panen dari golongan ini akan pertama kali sampai di pasaran, dengan demikian harga beras tinggi. Jika tahun itu dimulai dari golongan 1, maka tahun berikutnya dimulai dari golongan 2, tahun berikutnya lagi golongan 3, dan seterusnya, sedangkan golongan yang pada tahun sebelumnya menempati urutan pertama, sekarang menempati urutan terakhir. Di dalam petak tersier tidak ada rotasi, oleh sebab itu seluruh petak termasuk dalam satu golongan. Petak–petak tersier, yang tergabung dalam satu golongan, biasanya tersebar di seluruh daerah irigasi. Praktek ini memanfaatkan tenaga kerja, ternak penghela dan air yang tersedia. Untuk menyederhanakan pengelolaan air, dianjurkan agar tiap golongan mempunyai jumlah hektar yang sama.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 71 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Kadang–kadang rotasi teknis hanya diterapkan di petak sekunder saja. Seluruh petak tersier yang dilayani oleh satu saluran sekunder termasuk dalam golongan yang sama. Sistem rotasi teknis semacam ini eksploitasinya tidak begitu rumit, tetapi kurang menguntungkan dibanding sistem rotasi pada petak tersier, karena : 1) tidak ada dampak pengurangan debit rencana pada saluran sekunder 2) kesempatan untuk berbagi tenaga kerja dan ternak penghela di antara petak tersier terbatas karena seluruh petak sekunder mulai menggarap tanah dalam waktu yang bersamaan. Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi harus dibagi-bagi menjadi sekurang-kurangnya tiga atau empat golongan. Dengan sendirinya hal ini agak mempersulit eksploitasi jaringan irigasi. Lagi pula usaha pengurangan debit puncak mengharuskan diperkenalkannya sistem rotasi. Jumlah golongan umumnya dibatasi sampai maksimum 5. Dalam menilai apakah sistem rotasi teknis diperlukan, ada beberapa pertanyaan penting yang harus terjawab, yakni : 1) dilihat dari pertimbangan-pertimbangan sosial, apakah sistem tersebut dapat diterima dan apakah pelaksanaan dan eksploitasi secara teknis layak 2) jenis sumber air 3) sekali atau dua kali tanam 4) luasnya areal irigasi Persyaratan-persyaratan serta kesimpulan-kesimpulan mengenai penerapan rotasi teknis disajikan pada Tabel 4.11. Harga-harga koefisien pengurangan kebutuhan air puncak di jaringan sekunder dan tersier bisa berbeda-beda. Hal ini bergantung kepada sistem rotasi teknis yang diterapkan, pada petak tersier atau sekunder. Kebutuhan air untuk masing-masing petak akan dihitung sendiri-sendiri. Tabel 4.11. Persyaratan untuk rotasi teknis
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 72 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi data hasil analisis hidrologi. 4.6.3 Mengklasifikasikan Data Secara umum beberapa data yang ada dapat diklasifikasikan sesuai peruntukannya, maupun sesuai dengan sumber perolehan datanya (hasil survey atau hasil perhitungan/ analisis). Berikut ini beberapa contoh jenis data hasil identifikasi yang akan dipakai sebagai data perencanaan, antara lain: a) Data hasil survey, diantaranya: 1. Sosial ekonomi 2. Demografi 3. Kapabilitas tanah 4. Pengukuran b) Data hasil analisis, diantaranya: 1. Hidroklimatologi 2. Hidrometri 3. Hidrogeologi 4. Geoteknik 5. Water balance 6. Pola tanam 7. Kebutuhan air di sawah 8. dan sebagainya Cara mengklasifikasi data hasil identifikasi dapat didasarkan pada: a) Data non teknis b) Data teknis, yang terdiri dari data: 1. Hasil survey dan investigasi lapangan 2. Hasil analisis Contoh cara pengelompokan data sesuai dengan kebutuhan rancangan, dapat dibedakan sebagai berikut: a) Data untuk merancang bangunan utama dan bangunan lainnya b) Data untuk menghitung kapasistas saluran c) Data untuk membuat layout daerah irigasi d) Data untuk menghitung kebutuhan air di sawah Pengelompokan data tersebut dapat dilakukan dengan membuat matriks atau cek-list. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengklasifikasikan data hasil identifikasi.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 73 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 5.1
Sumber Daya Manusia 5.1.1
Instruktur Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur adalah untuk : 1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar. 2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. 3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar. 4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. 5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. 6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.
5.1.2 Penilai Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan : 1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta. 2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta. 3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta. 5.1.3 Teman kerja / sesama peserta pelatihan Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta. 5.2
Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi ) 5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini. Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 74 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Buku referensi (text book)/ buku manual servis Lembar kerja Diagram-diagram, gambar Contoh tugas kerja Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi. Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada. 5.2.2 Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan: Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit
: : : :
Pedoman Kriteria Perencanaan 01-07 dan B01-02 2006
Judul Pengarang/Penghimpun Penerbit Tahun terbit
: Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu :-
Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit
: : : :
Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit
: Peraturan Pemerintah No. 20 tentang Irigasi : : :
::Undang-undang tentang Pengelolaan SDA -
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 75 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi
5.3
Kode Modul F45 AMPI 02 002 01
Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 5.3.1
Peralatan yang digunakan: 1) Naskah Undang-undang tentang SDA; 2) Naskah PP dan Perda tentang Irigasi 3) Naskah irigasi air tanah
5.3.2
Bahan yang dibutuhkan: 1) Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B01-02; 2) Undang-undang tentang Pengelolaan SDA 3) Peraturan Pemerintah tentang Irigasi
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 76 dari 76 Buku Informasi
Edisi: 1-2012