Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009 - 2011 BAB I
BAB II
i iii v
BAB III
vi vii
2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
67
2.9 Sektor Jasa-Jasa
85
TINJAUAN EKONOMI KOTA SAMARINDA TAHUN 2008 - 2011
91
3.1 Kondisi Umum Ekonomi
91
3.2 Pertumbuhan Ekonomi
94
3.3 Struktur Ekonomi
102
PENDAHULUAN
1
3.4 PDRB Dan Pendapatan Per Kapita
107
1.1. Umum
1
1.2. Konsep dan Definisi Umum Yang Digunakan
111
4
3.5 Indeks Implisit PDRB Dan Indeks Harga Konsumen (IHK) 3.6 Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral
120
1.3. Metode Penghitungan Pendapatan Regional
11
1.4. Cara Penyajian dan Angka Indeks
14
1.5. Penghitungan Seri Pendapatan Nasional/ Regional Atas Dasar Harga Konstan
16
URAIAN SEKTORAL
19
2.1 Sektor Pertanian
19
2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
27
2.3 Sektor Industri Pengolahan
30
2.4 Sektor Listrik dan Air
36
2.5 Sektor Bangunan/Konstruksi
40
2.6 Sektor Perdagangan, Restoran dan Perhotelan
48
2.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi
54
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
iii
iv
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR TABEL
Grafik 3.1
PDRB Kota Samarinda Tahun 2000, 2008 – 2011
Grafik 3.2
Struktur Sektor Ekonomi Tahun 2000, 2008 – 2011
102
Tabel 3.2 Struktur Sektor Ekonomi Tahun 2000, 2008 - 2011 (Persen)
106
Grafik 3.3
PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita ADHK Tahun 2000, 2008 – 2011
110
Tabel 3.3 PDRB Per Kapita Kota Samarinda Tahun 2000, 2008 - 2011
108
Grafik 3.4
Perkembangan Laju Inflasi Dan Implisit PDRB Tahun 2000 – 2011
119
113
Grafik 3.5
Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2000 dan 2011
123
Tabel 3.4 Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2008 – 2011 (2007 = 100) Tabel 3.5 Perkembangan Indeks Harga Produsen (Implisit PDRB) Kota Samarinda Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 - 2011 (2000 = 100)
114
Tabel 3.6 Perkembangan Laju Inflasi/Deflasi Kota Samarinda Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2008 - 2011
118
Tabel 3.7 Produktivitas Rata-Rata Tenaga Kerja dan Laju Pertumbuhan Tahun 2000 dan 2011
121
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
95
v
Tabel 3.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2000, 2008 - 2011
vi
97
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
DAFTAR TABEL POKOK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SAMARINDA TAHUN 2009 – 2011 Tabel 1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
125
Tabel 2
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
127
Tabel 3
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
129
Tabel 4
Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
131
Tabel 5
Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
133
Tabel 6
Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
135
Tabel 7
Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
137
Tabel 8
Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
139
Tabel 9
Indeks Implisit PDRB Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
141
Tabel 10
Agregat PDRB Kota Samarinda, Tahun 2009 – 2011
143
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
vii
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
(Lanjutan)
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Juta Rupiah)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
(1)
(2)
(3)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4.
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
2011*) (4)
449 828,67
515 777,86
562 981,39
241 784,76
288 277,65
316 061,48
16 731,05
19 827,56
21 497,15
184 035,68
199 675,42
215 793,64
716,39 6 560,79
769,52 7 227,72
796,61 8 832,50
1 578 011,03
2 030 541,55
2 376 473,67
31 995,87
44 999,61
75 118,71
1 335 743,09
1 760 452,87
2 059 418,48
210 272,08
225 089,07
241 936,47
4 209 562,62
4 778 344,62
5 297 809,82
0,00 4 209 562,62
0,00 4 778 344,62
0 00 5 297 809,82
257 408,64
277 215,56
298 887,86
223 610,32 33 798,32
241 055,94 36 159,62
260 469,02 38 418,84
1 118 885,84
1 227 388,76
1 333 179,88
6 164 727,26
7 285 662,14
8 436 954,24
4 928 601,07 320 422,11 915 704,09
5 854 351,56 353 571,21 1 077 739,37
6 801 297,33 392 759,56 1 242 897,35
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
119
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
2 134 109,12
2 289 111,17
2 490 201,46
1 788 946,63
1 903 957,18
2 072 064,66
349 711,20
376 747,94
410 213,19
238 383,62 514 425,83 20 399,17
252 698,43 527 649,64 23 107,17
272 950,83 562 683,47 27 042,06
666 026,81
723 754,00
799 175,11
345 162,50
385 153,98
418 136,80
331 594,08
370 982,82
403 398,79
13 568,42
14 171,17
14 738,01
2 656 181,70
2 910 845,15
3 430 309,58
1 218 307,80
1 334 413,08
1 619 878,43
44 513,03
48 259,98
53 674,52
198,13
228,96
252,09
1 183 089,44 210 073,29
1 304 008,12 223 935,01
1 512 460,29 244 044,25
2 508 703,15
2 799 445,86
3 200 436,23
2 052 475,76 456 227,39
2 293 649,02 505 796,84
2 628 546,30 571 889,93
162 423,25
179 452,98
208 068,20
24 813,20
28 818,23
32 327,48
268 990,95
297 525,63
331 494,25
21 077 418,03
24 114 332,67
27 427 234,13
21 045 422,16 PDRB tanpa Migas Keterangan: r) Angka Revisi *) Angka Sementara
24 069 333,06
27 352 115,42
9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga PDRB dengan Migas
120
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
(Lanjutan)
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011(Juta Rupiah)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
(1)
(2)
(3)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
(4)
261 284,71
268 452,24
143 452,53
155 349,59
159 110,54
7 285,64
7 935,20
7 992,62
90 734,69
94 590,92
97 709,98
376,97 2 947,84
359,18 3 049,83
355,26 3 283,83
654 480,84
764 799,39
807 305,56
29 502,65
39 875,02
54 186,38
510 018,05
603 913,70
627 837,54
114 960,14
121 010,67
125 281,64
2 335 401,27
2 428 865,59
2 537 855,47
0,00 2 335 401,27
0,00 2 428 865,59
0,00 2 537 855,47
134 754,07
138 315,32
144 958,24
117 130,01 17 624,06
119 753,65 18 561,67
125 708,51 19 249,73
646 287,98
677 085,98
711 141,09
3 026 653,89
3 275 633,83
3 578 978,29
2 477 457,82 167 657,83 381 538,24
2 679 118,00 180 113,77 416 402,05
2 935 248,47 190 869,10 452 860,73
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
2011*)
244 797,67
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi
1 288 368,72
1 348 556,86
1 413 249,03
1 025 435,37 227 051,30 133 454,19 314 108,77 13 070,00
1 064 486,55 240 988,87 139 696,04 318 822,33 13 466,32
1 108 011,50 257 194,20 146 832,75 325 364,48 15 337,61
337 751,11
351 512,99
363 282,46
262 933,35
284 070,31
305 237,53
253 705,57
274 688,74
295 497
9 227,78
9 381,57
9 740,43
1 348 275,95
1 437 931,73
1 531 071,56
a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan
498 402,07
529 618,48
574 685
26 616,31
26 961,54
28 859,64
119,95
123,61
130,67
d. Sewa Bangunan
692 073,47
745 524,52
e. Jasa Perusahaan
131 064,14
135 703,58
787 633, 20 139 763,09
1 392 750,46
1 471 541,93
1 590 613,54
1 102 921,54 289 828,92
1 160 533,75 311 008,17
1 259 862,66 330 750,88
94 432,58
99 631,04
108 939,20
16 622,10
18 029,99
19 371,90
178 774,24
193 347,15
202 439,78
PDRB dengan Migas
11 071 770,84
11 804 015,34
12 583 625,01
PDRB tanpa Migas
11 042 268,19
11 764 140,32
12 529 438,63
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga
Keterangan:
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
121
122
Angka Revisi *) Angka Sementara r)
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda (Lanjutan)
Tabel 3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Persen)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
(1)
(2)
(3)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4.
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
2011*) (4)
2,13
2,14
2,05
1,15 0,08
1,20 0,08
1,15 0,08
0,87
0,83
0,79
0,00 0,03
0,00 0,03
0,00 0,03
7,49
8,42
8,66
0,15
0,19
0,27
6,34
7,30
7,51
1,00
0,93
0,88
19,97
19,82
19,32
0,00 19,97
0,00 19,82
0,00 19,32
1,22
1,15
1,09
1,06 0,16
1,00 0,15
0,95 0,14
5,31
5,09
4,86
29,25
30,21
30,76
23,38 1,52 4,34
24,28 1,47 4,47
24,80 1,43 4,53
123
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan a. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga PDRB Keterangan:
124
r) *)
10,13
9.49
9.08
8,49 1,66 1,13 2,44 0,10
7.90 1.56 1.05 2.19 0.10
7.55 1.50 1.00 2.05 0.10
3,16
3.00
2.91
1,64 1,57
1.60 1.54
1.52 1.47
0,06
0.06
0.05
12,60
12.07
12.51
5,78
5.53
5.91
0,21
0.20
0.20
0,00 5,61 1,00
0.00 5.41 0.93
0.00 5.51 0.89
11,90
11.61
11.67
9,74 2,16
9.51 2,10
9.58 2,09
0,77
0,74
0,76
0,12
0,12
0,12
1,28
1,23
1,21
100,00
100,00
100,00
Angka Revisi Angka Sementara
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda (Lanjutan)
Tabel 4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Persen)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
(1)
(2)
(3)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4.
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
2011*) (4)
2,21
2,21
2,13
1,30 0,07
1,32 0,07
1,26 0,06
0,82
0,80
0,78
0,00 0,03
0,00 0,03
0,00 0,03
5,91
6,48
6,42
0,27
0,34
0,43
4,61
5,12
4,99
1,04
1,03
1,00
21,09 0,00 21,09
20,58 0,00 20,58
20,17 0,00 20,17
1,22
1,17
1,15
1,06 0,16
1,01 0,16
1,00 0,15
5,84
5,74
5,65
27,34
27,75
28,44
22,38 1,51 3,45
22,70 1,53 3,53
23,33 1,52 3,60
125
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga PDRB Keterangan:
126
r) *)
11,64
11,42
11,23
9,26 2,05 1,21 2,84 0,12
9,02 2,04 1,18 2,70 0,11
8,81 2,04 1,17 2,59 0,12
3,05
2,98
2,89
2,37 2,29
2,41 2,33
2,43 2,35
0,08
0,08
0,08
12,18
12,18
12,17
4,50
4,49
4,57
0,24
0,23
0,23
0,00 6,25 1,18
0,00 6,32 1,15
0,00 6,26 1,11
12,58
12,47
12,64
9,96 2,62
9,83 2,63
10,01 2,63
0,85
0,84
0,87
0,15
0,15
0,15
1,61
1,64
1,61
100,00
100,00
100,00
Angka Revisi Angka Sementara
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
(Lanjutan)
Tabel 5. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Tahun 2000=100)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
(1)
(2)
(3)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Tanpa Migas b. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4.
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
2011*) (4)
310,64
356,18
388,77
323,84 312,80
386,12 370,69
423,33 401,91
293,53
318,48
344,18
250,43 361,26
269,00 397,98
278,47 486,34
481,90
620,10
725,74
495,16
652,60
763,42
364,47
390,16
419,36
217,13
246,47
273,26
0,00 217,13
0,00 246,47
0,00 273,26
272,50
293,47
316,41
266,31 322,01
287,09 344,51
310,21 366,03
442,55
485,46
527,31
469,75
555,16
642,89
495,59 422,86 378,26
588,68 466,60 445,19
683,90 518,32 513,42
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi
318,74
341,89
371,93
311,93 305,43 300,33 327,96 234,31
331,98 329,04 318,37 336,39 265,41
361,29 358,27 343,88 358,73 310,61
311,12
338,08
373,31
359,43 364,78
401,08 408,11
435,42 443,77
264,67
276,43
287,48
340,21
372,83
439,36
458,54
502,24
609,69
267,71
290,24
322,80
257,12
297,12
327,14
287,35 242,50
316,72 258,51
367,35 281,72
9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga
450,73
502,96
575,01
479,39 355,19
535,72 393,78
613,94 445,24
126,45
139,71
161,99
281,71
327,18
367,02
339,07
375,04
417,86
PDRB dengan Migas
346,81
396,78
451,29
PDRB tanpa Migas
346,28
396,04
450,06
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
Keterangan:
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
127
128
Angka Revisi *) Angka Sementara r)
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
(Lanjutan)
Tabel 6. Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Tahun 2000=100)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Pertambangan Tanpa Migas b. Penggalian 3.
4.
INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
169,05
180,43
185,38
192,14 136,21
208,07 148,36
213,11 149,43
144,72
150,87
155,84
131,77 162,32
125,56 167,93
124,19 180,82
199,87
233,56
246,54
189,06
223,87
232,74
199,26
209,75
217,16
120,46
125,28
130,90
0,00 120,46
0,00 125,28
0,00 130,90
142,66
146,43
153,46
139,50 167,91
142,62 176,85
149,72 183,40
255,62
267,81
281,28
230,63
249,60
272,72
249,12 221,26 157,61
269,40 237,69 172,01
295,15 251,89 187,07
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi
192,43
201,42
211,08
178,80 198,30 168,13 200,25 150,13
185,61 210,47 176,00 203,26 154,68
193,20 224,63 184,99 207,43 176,17
157,77
164,20
169,70
273,80 279,09
295,81 302,18
317,86 325,07
180,00
183,00
190,00
172,69
184,17
196,10
187,59
199,34
216,30
160,07
162,15
173,56
155,66 168,09 151,30
160,41 181,07 156,65
169,57 191,30 161,34
9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga
250,23 257,61 225,64
264,39 271,06 242,13
285,78 294,26 257,50
234,29
247,19
270,28
188,71
204,70
219,93
225,35
243,72
255,18
PDRB dengan Migas
182,18
194,22
207,05
PDRB tanpa Migas
181,69
193,57
206,16
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
Keterangan:
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
129
130
Angka Revisi *) Angka Sementara r)
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
(Lanjutan)
Tabel 7. Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Tahun sebelumnya=100)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3.
4.
INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
110,42 108,46 107,29
114,66 119,23 118,51
109,15 109,64 108,42
113,56
108,50
108,07
104,09 107,29
107,42 110,17
103,52 122,20
115,87
128,68
117,04
69,56
140,64
166,93
119,01
131,80
116,98
108,68
107,05
107,48
106,71 0,00 106,71
113,51 0,00 113,51
110,87 0,00 110,87
109,68
107,69
107,82
109,36 111,87
107,80 106,99
108,05 106,25
108,62
109,70
108,62
116,85
118,18
115,80
118,10 111,05 112,52
118,78 110,35 117,70
116,18 111,08 115,32
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi
111,47
107,26
108,78
111,57 110,87 106,23 113,31 120,64
106,43 107,73 106,00 102,57 113,28
108,83 108,88 108,01 106,64 117,03
112,36
108,67
110,42
111,00 111,11
111,59 111,88
108,56 108,74
108,33
104,44
104,00
109,65
109,59
117,85
113,19
109,53
121,39
107,04
108,42
111,22
106,59
115,56
110,10
106,31 109,80
110,22 106,60
115,99 108,98
9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga
114,93 116,55 108,17
111,59 111,75 110,87
114,32 114,60 113,07
106,96
110,48
115,95
116,39
116,14
112,18
108,21
110,61
111,42
PDRB dengan Migas
112,27
114,41
113,74
PDRB tanpa Migas
112,37
114,37
113,64
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
Keterangan:
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
131
132
r) *)
Angka Revisi Angka Sementara
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
(Lanjutan)
Tabel 8. Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Tahun sebelumnya=100)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4.
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
104,59 103,25 102,32
106,73 108,29 108,92
102,74 102,42 100,72
107,14
104,25
103,30
96,39 100,62
95,28 103,46
98,91 107,67
110,98
116,86
105,56
89,78
135,16
135,89
113,83
118,41
103,96
105,65
105,26
103,53
100,84 100,84
104,00 104,00
104,49 104,49
101,60
102,64
104,80
101,30 103,62
102,24 105,32
104,97 103,71
104,94
104,77
105,03
104,29
108,23
109,26
104,29 103,83 104,51
108,14 107,43 109,14
109,56 105,97 108,76
133
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan a. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi
107,49
104,67
104,80
106,71 106,15 102,70 109,02 109,72
103,81 106,14 104,68 101,50 103,03
104,09 106,72 105,11 102,05 113,90
106,51
104,07
103,35
110,65 110,83
108,04 108,27
107,45 107,58
105,88
101,67
103,83
105,22
106,65
106,48
108,56
106,26
108,51
105,35
101,30
107,04
103,66 102,77 106,10
103,05 107,72 103,54
105,71 105,65 102,99
9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga
105,12 104,76 106,48
105,66 105,22 107,31
108,09 108,56 106,35
105,50
105,50
109,34
116,11
108,47
107,44
106,19
108,15
104,70
PDRB dengan Migas
104,49
106,61
106,60
PDRB tanpa Migas
104,54
106,54
106,51
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
Keterangan:
134
Angka Revisi *) Angka Sementara r)
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
(Lanjutan)
Tabel 9. Indeks Implisit PDRB Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011 (Persen)
1.
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
(1)
(2)
(3)
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan & HasilHasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4.
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih
5.
BANGUNAN
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan b. Hotel c. Restoran
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
2011*) (4)
183,76 168,55 229,64
197,40 185,57 249,87
209,71 198,64 268,96
202,83
211,09
220,85
190,04 222,56
214,24 236,99
224,24 268,97
241,11
265,50
294,37
108,45
112,85
138,63
261,90
291,51
328,02
182,91
186,01
193,11
180,25 0,00 180,25
196,73 0,00 196,73
208,75 0,00 208,75
191,02
200,42
206,19
190,91 191,77
201,29 194,81
207,20 199,58
173,12
181,28
187,47
203,68
222,42
235,74
198,94 191,12 240,00
218,52 196,30 258,82
231,71 205,77 274,45
LAPANGAN USAHA
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan a.1 Angkutan Jalan Raya a.2 Angkutan Sungai a.3 Angkutan Laut a.4 Angkutan Udara a.5 Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi b.1 Pos & Telekomunikasi b.2 Jasa Penunjang Komunikasi
165,64
169,75
176,20
174,46 154,02 178,63 163,77 156,08
178,86 156,33 180,89 165,50 171,59
187,01 159,50 185,89 172,94 176,31
197,19
205,90
219,99
131,27 130,70
135,58 135,06
136,99 136,52
147,04
151,05
151,31
197,01
202,43
224,05
244,44
251,96
281,87
167,24
179,00
185,98
165,18
185,23
192,92
170,95 160,28
174,91 165,02
192,03 174,61
9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta b.1 Jasa Hiburan & Rekreasi b.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan b.3 Jasa Perorangan & Rumahtangga
180,13 186,09 157,41
190,24 197,64 162,63
201,21 208,64 172,91
172,00
180,12
190,99
149,28
159,83
166,88
150,46
153,88
163,75
PDRB dengan Migas
190,37
204,29
217,96
PDRB tanpa Migas
190,59
204,60
218,30
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
Keterangan:
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
135
136
r) *)
Angka Revisi Angka Sementara
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda
Tabel Pok ok PDRB Kota Samarinda (Lanjutan)
Tabel 10. Agregat Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009 – 2011
I.
Uraian
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
ATAS DASAR HARGA BERLAKU 1. Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) 2. Penyusutan (Juta Rupiah) 3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Juta Rupiah)
21 077 418,03
24 114 332,67
27 427 234,13
Uraian
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 1. Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)
11 071 770,84
11 804 015,34
12 583 625,01
427 962,90
441 680,42
454 032,29
10 643 807,94
11 362 334,92
12 129 592,72
4. Pajak Tidak Langsung (Juta Rupiah)
344 395,90
352 687,02
360 717,87
5. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Faktor Produksi (Juta Rupiah)
10 299 412,04
11 009 647,90
11 768 874,86
706 316
727 500
755 628
7. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita (Rupiah)
15 675 378,78
16 225 450,64
16 653 201,06
8. Produk Domestik Regional Netto per Kapita (Rupiah)
14 581 875,59
15 133 536,63
15 574 958,65
2. Penyusutan (Juta Rupiah) 719 228,30
20 358 189,73
4. Pajak Tidak Langsung (Juta Rupiah)
589 951,30
5. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Faktor Produksi (Juta Rupiah)
19 768 238,43
6. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa)
706 316
7. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita (Rupiah)
29 841 343,01
8. Produk Domestik Regional Netto per Kapita (Rupiah)
27 987 810,59
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
748 160,84
23 366 171,83
630 290,54
22 735 881,29
727 500
33 146 849,03
31 252 070,50
778 357,90
26 648 876,23
643 554,22
26 005 322,01
755 628
36 297 270,79
34 415 508,70
137
3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Juta Rupiah)
6. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa)
Keterangan:
138
r) *)
Angka Revisi Angka Sementara
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan (resources) yang ada di daerahnya secara lebih optimal bagi
BAB I
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
PENDAHULUAN
Lebih lanjut, PP No. 38 Tahun 2007 Pasal 7 tentang 1.1
Pembagian
UMUM
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari
Kabupaten/Kota menyatakan bahwa urusan pemerintahan
beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur
yang
kinerja
memberikan
kabupaten/kota diantaranya adalah pelayanan dasar yang
gambaran mengenai nilai barang dan jasa yang dapat
mencakup kegiatan statistik dan perencanaan pembangunan.
diproduksi oleh suatu ekonomi. Pemanfaatan indikator PDRB,
Selain itu, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
seperti pertumbuhan ekonomi, dengan indikator ekonomi dan
Pembangunan Nasional juga mendasari kegiatan penyusunan
sosial lainnya dapat memberikan gambaran yang lebih
perencanaan di tingkat daerah, dimana sesuai dengan definisi
komprehensif mengenai perkembangan kesejahteraan manusia
perencanaan, Pemerintah Daerah perlu menyelenggarakan
dalam suatu wilayah.
suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
perekonomian.
Indikator
tersebut
wajib
diselenggarakan
oleh
pemerintahan
daerah
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber Penerapan Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
serta
Undang-undang
No.
25/1999
daya yang tersedia.
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah berimplikasi
Perencanaan pembangunan yang baik didasarkan pada data
pada munculnya hak, wewenang, serta kewajiban daerah untuk
dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
Dengan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan
komprehensif hanya dapat diwujudkan apabila setiap tahapan
implementasi kedua undang-undang tersebut, diharapkan
perencanaan dilengkapi dengan data yang akurat. Demikian
bahwa pemerintah daerah dapat memanfaatkan sumber daya
halnya dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu
kata
lain,
perencanaan
yang
sistematis
dan
daerah, akan memerlukan data statistik sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-
PDRB Kota Samarinda menerut Lapangan Usaha 2011
1
2
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan
Pendahuluan
hasil pembangunan yang telah dicapai. Kebijaksanaan dan
baik secara umum maupun secara masing-masing sektor
strategi yang telah dilakukan perlu dimonitor dan dilihat
ekonomi.
hasilnya, sehingga data statistik yang memberikan ukuran kuantitas ekonomi secara makro, mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran keadaan masa lalu dan masa kini serta sasaran yang hendak dicapai pada masa yang akan datang.
1.2
KONSEP DAN DEFINISI UMUM YANG DIGUNAKAN
1.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar
Untuk itu dibutuhkan ketersediaan data ekonomi yang cukup
Angka Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar
representatif sebagai suatu indikator, seperti PDRB. Terdapat perhatian besar berkaitan dengan pengembangan sistem data untuk memantau perkembangan kemajuan di seluruh sektor, khususnya disektor ekonomi, baik untuk daerah propinsi maupun untuk daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, tuntutan akan ketersediaan data PDRB sebagai salahsatu indikator ekonomi daerah semakin meningkat, terutama di era otonomi daerah. Pemerintah
daerah
keberadaan
data
Kota PDRB
(gross
value
added)
yang
timbul
dari
seluruh
sektor
perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (biaya produksi). Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah & gaji, bunga, sewa tanah & keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari
Samarinda sebagai
dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto
menyadari
bahan
bahwa
evaluasi
dan
perencanaan pembangunan di daerah sangat penting. Oleh karena itu, Bappeda Kota Samarinda bekerja sama dengan
seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar. 1.2.2 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Samarinda melakukan penghitungan PDRB Menurut Lapangan Usaha. Diharapkan
Perbedaan antara konsep netto dan konsep bruto ialah karena
data yang dihasilkan dapat memberikan gambaran yang
pada konsep bruto di atas, penyusutan masih termasuk
representatif bagi perkembangan ekonomi Kota Samarinda,
didalamnya,
sedangkan
pada
konsep
netto
komponen
penyusutan telah dikeluarkan. Dengan demikian, produk
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
3
4
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan
Pendahuluan
domestik regional bruto atas dasar harga pasar dikurangi
merupakan produk domestik regional netto atas dasar biaya
penyusutan akan memperoleh produk domestik regional netto
faktor.
atas dasar harga pasar. Penyusutan (depresiasi) yang dimaksud disini adalah nilai susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Jika susutnya barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan “penyusutan” yang dimaksud di atas.
1.2.4 Pendapatan Regional Dari konsep-konsep yang diterangkan di atas dapat diketahui bahwa produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di wilayah tersebut. Produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor
1.2.3 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar
merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah & gaji,
Biaya Faktor
bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul, atau
Perbedaan antara konsep biaya faktor dengan konsep harga
merupakan pendapatan yang berasal dari wilayah tersebut.
pasar di atas adalah karena adanya pajak tidak langsung yang
Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi ternyata tidak
dipungut
oleh
seluruhnya menjadi pendapatan penduduk regional, sebab ada
Pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini
sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk region
meliputi pajak penjualan, bea ekspor, cukai dan lain-lain pajak,
(wilayah) lain, seperti suatu perusahaan yang modalnya dimiliki
kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tak
oleh orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi diwilayah
langsung dari unit-unit produksi biasanya dapat mengakibatkan
tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu
kenaikan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi
sebagian akan menjadi milik orang luar, yaitu milik orang yang
mempunyai pengaruh terhadap harga barang-barang, hanya
mempunyai modal tadi. Sebaliknya kalau ada penduduk
saja yang satu berpengaruh menaikan harga sedang yang lain
wilayah ini menanamkan modal diluar wilayah maka sebagian
menurunkan harga, sehingga apabila pajak tidak langsung
keuntungan perusahaan tadi akan mengalir kedalam wilayah
dikurangi subsidi akan diperoleh pajak tidak langsung netto.
tersebut, dan menjadi pendapatan pemilik modal tadi. Apabila
Selanjutnya produk domestik regional netto atas dasar harga
produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor
pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto akan
dikurangi dengan pendapatan yang mengalir tadi, maka
Pemerintah
dan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Subsidi
yang
diberikan
5
6
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan hasilnya
akan
merupakan
produk
regional
netto
Pendahuluan
yaitu
(2). Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga
merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima
pasar (NRDP at market prices), kemudian apabila dikurangi
(income received) oleh seluruh penduduk yang tinggal di region
dengan pajak tidak langsung netto akan sama dengan ;
dimaksud. Produk regional netto inilah yang seharusnya merupakan Pendapatan Regional (Regional Income). Akan tetapi untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan yang mengalir keluar/ masuk wilayah (income transfer) masih sangat sukar diperoleh maka produk wilayah tersebut terpaksa belum dapat dihitung dan untuk sementara dalam penghitungan ini Produk Domestik Regional Netto “dianggap” sebagai pendapatan regional. Bila pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut, maka akan diperoleh rata-rata pendapatan perkapita.
pendapatan netto yang mengalir dari/ke daerah akan sama dengan ; (4). Pendapatan Regional (Regional Income) dan kemudian apabila dikurangi pajak pendapatan perusahaan (corporate
income
taxes),
keuntungan
yang
tidak
dibagikan
(undistributed profit), iuran kesejahteraan sosial (social rumah tangga, bunga netto atas bunga pemerintah, akan sama dengan ;
Pendapatan Siap Dibelanjakan (Disposable Income) Dari yang diutarakan sebelumnya, maka konsep-konsep yang dipakai dalam pendapatan regional, sehingga dapat diperoleh
income) dan
pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) diuraikan sebagai berikut : (1). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar (GRDB at market prices), dikurangi penyusutan akan sama dengan;
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
faktor (NRDP at factor cost), kemudian apabila ditambah
security contribution), ditambah transfer yang diterima oleh
1.2.5 Pendapatan Orang Seorang ( Personal Income) dan
angka pendapatan orang seorang (personal
(3). Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya
(5). Pendapatan orang perorang (personal income) yang apabila dikurangi pajak rumah tangga, transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga akan sama dengan ; (6). Pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income). Dengan susunan ini terlihat bahwa pendapatan orang seorang merupakan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Ternyata tidak seluruh pendapatan regional diterima oleh rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian tidak
7
8
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan
Pendahuluan
dibayar kepada rumah tangga akan tetapi pajak pendapatan
produksi di wilayah lain. Hal ini akan mempengaruhi nilai
perusahaan diterima oleh pemerintah, keuntungan yang tidak
produksi domestik yang diterima penduduk wilayah tersebut.
dibagikan ditahan oleh perusahaan-perusahaan, dan dana
Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar wilayah
jaminan sosial dibayarkan kepada instansi-instansi yang
ini (termasuk juga dari/ke luar negeri) yang pada umumnya
berwenang. Tetapi sebaliknya, rumah tangga masih menerima
berupa upah & gaji, deviden dan keuntungan, maka timbul
tambahan yang merupakan transfer baik dari pemerintah
perbedaan antara produk domestik dan regional.
maupun perusahaan dan bunga netto atas hutang pemerintah. Bila pendapatan orang seorang ini dikurangi dengan pajak yang
1.2.7 Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
langsung dibebankan kepada rumah tangga, maka hasilnya merupakan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable
income).
regional antara lain dapat dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat pendapatan, dimana kenaikan itu dapat disebabkan oleh
1.2.6 Produk Domestik dan Produk Regional
dua faktor :
Seluruh produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah
domestik,
tanpa
memperhatikan
apakah
faktor
produksinya berasal dari/atau dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut,
Seperti telah diuraikan sebelumnya, angka-angka pendapatan
merupakan
produk
domestik
regional
yang
bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pedapatan domestik. Yang dimaksud dengan wilayah domestik atau regional adalah meliputi wilayah yang berada didalam batas geografis wilayah
(1). Kenaikan pendapatan yang betul-betul dapat menaikkan daya beli penduduk/kenaikan riil. (2). Kenaikan pendapatan yang disebabkan karena adanya inflasi (merosotnya nilai uang). Jenis kenaikan pendapatan ini tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan kenaikan semu (tidak riil).
tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor
Oleh
produksi yang melakukan kegiatan produksi disuatu wilayah
sebenarnya, faktor inflasi ini terlebih dahulu harus dikeluarkan,
berasal dari wilayah lain, demikian juga sebaliknya faktor
yang kemudian disebut pendapatan regional atas dasar harga
produksi yang dimiliki wilyah tersebut ikut pula dalam proses
konstan. Pendapatan regional dengan faktor inflasi yang masih
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
9
10
karena
itu
untuk
mengetahui
pendapatan
yang
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan
Pendahuluan
ada didalamnya merupakan pendapatan regional atas dasar
Sedangkan metode tidak langsung antara lain dengan cara
harga berlaku. Dengan alasan inilah, maka pendapatan
alokasi,
regional perlu disajikan dalam dua bentuk, yaitu atas dasar
nasional menjadi pendapatan regional dengan memakai
harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Sejak tahun 2004,
berbagai macam indikator produksi sebagai alokatornya.
harga konstan yang digunakan adalah harga tahun 2000. 1.3
1.3.1
METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN
1.3.1.1
REGIONAL Pendapatan regional dapat dihitung melalui dua metode pendekatan yaitu :
penghitungan PDRB dengan mempergunakan data di daerah data
nasional
propinsi
dan
Metode Langsung Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi ini bermaksud menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi
Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai
Yang dimaksud dengan metode langsung adalah metode dengan
pendapatan
masing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau sub sektor.
(2). Metode tidak langsung (Indirect Method)
terpisah
mengalokasikan
dengan cara mengurangkan biaya antara/produksi dari masing-
(1). Metode langsung (Direct Method)
secara
yaitu
sehingga
hasil
penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah tersebut.
tambah dari kegiatan-kegiatan produksi yang berbentuk barang,
seperti
pertanian,
pertambangan,
industri
dan
sebagainya. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam
Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) macam pendekatan yaitu :
proses produksi. 1.3.1.2 Pendekatan Pendapatan
(1). Pendekatan produksi (production approach) (2). Pendekatan pendapatan (income approach)
Dalam pendekatan pendapatan maka nilai tambah dari setiap
(3). Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)
kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
11
12
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan
Pendahuluan
usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Dalam hal
dalam negeri/daerah saja, maka dari jumlah penyediaan diatas
sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari
perlu dikeluarkan kembali nilai impornya.
untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang dimaksud surplus disini adalah bunga netto, sewa tanah dan keuntungan. Metode pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa jasa seperti sektor pemerintah. Hal ini terutama disebabkan oleh tidak tersedianya dan kurang lengkapnya data mengenai nilai produksi dan biaya antara (production account).
dari
segi
Metode tidak langsung adalah semacam cara mengalokasikan Produk Domestik Bruto Indonesia ke tiap Propinsi atau Kabupaten/Kota
dengan
menggunakan
alokator
tertentu,
alokator yang dapat didasarkan atas : (1). Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/sub sektor (2). Jumlah produksi fisik
1.3.1.3 Pendekatan Pengeluaran Pendekatan
1.3.2 Metode Tidak Langsung
pengeluaran
bertitik
tolak
pada
penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri. Jadi kalau dilihat dari segi penggunaan, maka total supply dari barang dan jasa itu digunakan untuk :
(4). Penduduk (5). Jumlah pengguna/pengunjung, dan (6). Alokator tidak langsung. 1.4
(1). Konsumsi rumah tangga (2). Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
CARA PENYAJIAN DAN ANGKA INDEKS
Agregat-agregat pendapatan seperti yang telah diuraikan di
(3). Konsumsi pemerintah
atas, secara series juga selalu disajikan dalam angka indeks
(4). Pembentukan modal tetap bruto
pada dua bentuk yaitu atas dasar harga yang berlaku dan atas
(5). Perubahan stok (inventori)
dasar harga konstan suatu tahun dasar.
(6). Ekspor netto Dipakainya istilah ekspor netto disini adalah karena yang dihitung hanya nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
(3). Tenaga Kerja
13
Pendapatan agregat juga disajikan dalam bentuk angka indeks yaitu indeks perkembangan, indeks berantai, dan indeks implisit, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
14
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan (1). Indeks Perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-
Pendahuluan 1.5
nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya.
PENGHITUNGAN SERI PENDAPATAN NASIONAL/ REGIONAL ATAS DASAR HARGA KONSTAN
Seperti
telah
diuraikan
sebelumnya,
penghitungan
seri
pendapatan nasional/regional atas dasar harga konstan 2000 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke
(2). Indeks Berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada
tahun dari setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang
masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya
dimaksud dapat merupakan produk domestik bruto secara
dikalikan 100. Jadi disini tahun sebelumnya selalu
keseluruhan, dari nilai tambah sektoral atas dasar harga
dianggap
konstan, yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:
100.
Indeks
ini
menunjukkan
tingkat
perkembangan agregat pendapatan setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. (3). Indeks Implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga yang berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahunnya, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Yang disebut juga perkembangan indeks harga produsen (IHP) sektoral/sub sektor. Selanjutnya bila dari indeks implisit ini dibuatkan
indeks
perkembangan
berantainya,
harga/harga
akan
produsen
terlihat setiap
tingkat tahun
terhadap tahun sebelumnya.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
1.5.1 Revaluasi Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 1993, dan hasilnya merupakan output dan biaya antara hasil penghitungan diatas. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang terlalu banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas masingmasing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
15
16
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Pendahuluan
Pendahuluan
1.5.2 Ekstrapolasi
1.5.4 Deflasi Berganda
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan
2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada
biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih
tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi
antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks
sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-
harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan
masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai
output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks
indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan
harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai
lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang
dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk
dihitung.
terhadap
biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
perhitungan output atas dasar harga konstan, kemudian
Kenyataan sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya
dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output
antara disamping karena komponen dan komoditinya juga
akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga
terlalu banyak disamping indeks harganya belum tersedia
konstan.
secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga
Ekstrapolasi
dapat
juga
dilakukan
konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Walaupun
1.5.3 Deflasi
penghitungan komponen penggunaan produk domestik bruto
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masingmasing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara diatas, menyesuaikan dengan data yang tersedia di masing-masing daerah, maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai.
perdagangan besar dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
17
18
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral BAB II
dan perikanan adalah melalui pendekatan dari sudut produksi.
URAIAN SEKTORAL
Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan ketersediaan data produksi dan data harga dari masing-masing komoditi
Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor, sub-sektor dan komoditinya, sumber datanya serta cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000. 2.1
SEKTOR PERTANIAN
Yang
dicakup
dalam
Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output diibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Total output suatu subsektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah
segala
dengan nilai pelengkapnya. NTB suatu sub sektor diperoleh
pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-
dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari
barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan
pengurangan nilai output atas dasar harga produsen terhadap
untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain,
seluruh biaya-biaya antara, yang didalam prakteknya biasa
tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja.
dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output
Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam,
komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas
pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, pengambilan hasil
dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode
laut, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta
revaluasi yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-
perburuan binatang liar. Sektor Pertanian meliputi lima sub
biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000.
sektor yaitu : sub sektor Tanaman Bahan Makanan (Tanaman
Khusus
Pangan),
produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi
Tanaman
sektor
pertanian.
pertanian
Perkebunan,
adalah
Peternakan
dan
hasil-
hasilnya, Kehutanan dan Perikanan. Pendekatan
yang
digunakan
dalam
subsektor
Peternakan,
penghitungan
diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan memperkirakan nilai
tambah bruto (NTB) sektor pertanian, peternakan, kehutanan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
untuk
19
tiga peubah, yakni : banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih antara ekspor dan impor ternak.
20
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral 2.1.1 Tanaman Bahan Makanan
Uraian Sektoral kelapa, kopi, teh, tebu, tembakau, cengkeh, pala, kakao, lada,
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan
kayu manis, jarak dan kapas.
seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang
Data
tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran, buah-
Perkebunan dan Dinas Perkebunan Kota Samarinda. Data
buahan dan tanaman bahan makanan lainnya. Data produksi
harga perdagangan besar diperoleh dari Dantor Perkebunan
diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota
dan BPS Kota Samarinda.
Samarinda, sedangkan harga produsen yang dipergu-nakan bersumber dari Survei Harga Perdagangan Besar dan sebagian bersumber dari instansi yang bersangkutan.
produksi
dapat diperoleh
dari
Direktori
Jenderal
Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan
produksi
dengan
harga
pada
tahun
yang
bersangkutan, kemudian dikurangi dengan biaya pengangkutan
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan
dan margin perdagangan. Nilai tambah bruto atas dasar harga
cara pendekatan produksi, yaitu mengalikan jumlah produksi
berlaku diperoleh dengan cara mengurangi output tersebut
dengan harga masing-masing komoditi. Kemudian hasilnya
dengan biaya antaranya (metode produksi). Sedang output atas
dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada
dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi.
setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi.
perkebunan yang mempunyai bentuk badan hukum dan dilakukan secara profesional. Komoditi yang dicakup meliputi:
a. Tanaman Perkebunan Rakyat
karet, kopi, teh, kelapa sawit, rami, serat manila, serta tanaman
Tanaman perkebunan rakyat mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat (tidak
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tanaman perkebunan besar mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan
2.1.2 Tanaman Perkebunan
berbadan hukum). Komoditi yang dihasilkan meliputi
b. Tanaman Perkebunan Besar
perkebunan lainnya. Produk ikutannya sama seperti pada tanaman perkebunan rakyat.
karet,
21
22
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
Data produksi dan harga perdagangan besar diperoleh dari
Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang
Dinas Perkebunan setempat atau dari BPS Kota Samarinda.
dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor
Rasio biaya antara dan rasio biaya pengangkutan dan margin
ternak netto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong,
perdagangan diperoleh dari survei khusus.
populasi, produksi telur dan hasil ikutan lainnya diperoleh dari
Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku menggunakan pendekatan produksi, sedang penghitungan output atas dasar harga konstan menggunakan cara revaluasi.
dengan tujuan untuk dikembangkan, dibesarkan, digemukkan, baik untuk bibit serta dimanfaatkan untuk dipotong dan keperluan lainnya. Jenis ternak meliputi ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ikutan lainnya termasuk kulit, tulang dan tanduk Data yang digunakan berupa data populasi (yang dianggap sebagai stok awal dan akhir tahun), dapat diperoleh dari Dinas Peternakan Kota Samarinda. Karena data ekspor dan impor antar daerah masih sulit diperoleh maka ekspor neto dengan
nol.
Peternakan Kota Samarinda.
perkalian antara jumlah produksi dengan harga produsen. Nilai
Sub sektor peternakan meliputi kegiatan pemeliharaan ternak
sama
dari survei harga perdagangan besar dan sebagian dari Dinas
Nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari
2.1.3 Peternakan dan Hasil-hasilnya
diasumsikan
Dinas Peternakan Kota Samarinda. Harga produsen diperoleh
Sedang
data
harga
perdagangan besar perkomoditi bisa diperoleh dari Dinas Peternakan Kota Samarinda dan BPS Kota Samarinda.
produksi atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi. Nilai tambah bruto baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya antara dari nilai produksi bruto. 2.1.4 Kehutanan dan Hasil-hasilnya Subsektor ini mencakup semua kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk kegiatan perburuan. Hasil penebangan yang utama adalah kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), sedangkan hasil penebangan lainnya meliputi kayu bakar, arang dan bambu. Pemungutan hasil hutan antara lain damar, kopal dan nipah. Kegiatan perburuan meliputi penangkapan binatang liar seperti buaya, babi hutan, biawak, menjangan, dan harimau, baik untuk
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
23
24
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
dikonsumsi dagingnya maupun diambil kulit, bulu, dan
dan binatang berkulit keras lainnya, cumi-cumi dan binatang
tanduknya (tidak termasuk rusa). Termasuk juga hasil buruan
lunak lainnya, rumput laut serta tumbuhan lainnya.
lainnya seperti pengambilan sarang burung, telur dan tanduk. Akan tetapi perburuan yang lebih menekankan unsur hobi tidak dimasukkan sebagai kegiatan perburuan.
Secara umum, sub sektor ini terbagi menjadi: (1). Penangkapan dan pengumpulan ikan darat (2). Penangkapan dan pengumpulan ikan laut
Sumber data adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Pere-daran
(3). Pengolahan ikan basah laut maupun darat
Hasil Hutan (UPTD-PPH) Samarinda, yaitu berupa data
Pada kegiatan penangkapan dan pengumpulan ikan darat dan
produksi dan harga produsen. Penghitungan nilai tambah sub
ikan laut serta hasil-hasilnya adalah berupa ikan dan binatang
sektor ini dilakukan melalui pendekatan produksi sama seperti
air dengan kualitas basah dan segar. Sedangkan kegiatan
yang dilakukan pada sub sektor lain sebelumnya. Nilai tambah
pengolahan meliputi pengeringan dan penggaraman ikan.
bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara
Proses
pendekatan produksi. Biaya antaranya diperoleh dari Survei
memanaskan/ pengeringan melalui sinar matahari.
Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Nilai tambah brutto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi.
sektor
disini
adalah
dilakukan
dengan
Data produksi diperoleh melalui Dinas Perikanan Kota Samarinda. Rasio biaya antara dan penyusutan diperoleh melalui Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota
2.1.5 Perikanan Sub
pengasinan
ini
Samarinda. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga meliputi
semua
kegiatan
penangkapan,
pembenihan, dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya (kerang, siput, dan udang), baik yang berada di air tawar maupun air asin. Termasuk juga kegiatan pengambilan
berlaku dengan jalan mengalikan jumlah produksi dengan ratarata harga masing-masing komoditi. Sedang nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi.
hasil-hasil binatang air seperti telur ikan, telur penyu, sirip ikan, bibit ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya, ikan mas dan jenis ikan darat lainnya, ikan bandeng dan ikan payau lainnya, udang
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
25
26
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral 2.1.6 Jasa Pertanian
mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik berupa
Kegiatan jasa pertanian dikategorikan sebagai jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat pengelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah oleh orang lain (contohnya: pelelangan ikan, penyemprotan hama dan lain-lain). Kegiatan ini pada umumnya masih banyak dilakukan oleh rumah tangga tani dan sulit untuk memisahkan datanya dari kegiatan lainnya di bidang pertanian. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masimg-masing sub-sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub-sektor peternakan, jasa memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum dapat diperoleh informasi yang lengkap mengenai jasa pertanian, maka untuk praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besaran persentase mark-up tiap-tiap subsektor pertanian. 2.2
Uraian Sektoral
benda padat, benda cair maupun gas. Kegiatan ini dapat dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sektor ini dikelompokkan dalam tiga sub sektor, yaitu sub sektor Pertambangan Migas, sub sektor Pertambangan Tanpa Migas, serta sub sektor Penggalian. 2.2.1 Pertambangan Migas Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak bumi dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual dan dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi kondensat dan gas bumi. Metode
penghitungan
yang
digunakan
adalah
melalui
pendekatan produksi. Output utama diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi, ditambah nilai barang dan jasa lainnya yang merupakan produk sampingan perusahaan pertambangan.
SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Untuk beberapa komoditi tambang, harga produsen dianggap
Kegiatan pertambangan dan Penggalian adalah kegiatan yang
sama dengan harga ekspor (f.o.b) dengan alasan bahwa
mencakup penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian,
sebagian besar barang tambang yang dihasilkan dipasarkan ke
pemilihan dan pengambilan segala macam barang tambang,
luar negeri (di ekspor). Nilai tambah bruto atas dasar harga
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
27
28
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
berlaku diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya antara dari
karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir
nilai produksi bruto. Sedangan output atas dasar harga konstan
kwarsa, kaolin, tanah liat dan sebagainya.
2000, diperoleh dengan cara revaluasi. Kemudian melalui perkalian antara output dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000.
tanpa
migas
meliputi
jumlah tenaga kerja diperoleh dari Bagian Perekonomian pengambilan
dan
persiapan untuk pengolahan lanjutan dari benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil kegiatan ini di Kota Samarinda adalah batubara. Sumber data mengenai produksi dan harga serta penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku dan konstan sama seperti penghitungan sub sektor Pertambangan Migas.
Pemda dan Dinas Pertambangan Kota Samarinda. Data mengenai rata-rata output dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh setelah mengeluarkan komponen biaya antara terhadap output sub sektor ini. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 1993 dipeoleh dengan cara revalusi. 2.3
SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Kegiatan industri adalah kegiatan merubah bentuk baik secara
2.2.3 Penggalian
mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik
Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi dan biasa disebut dengan Galian Golongan C. Hasil kegiatan ini antara lain batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
tenaga kerja, yaitu melalui hasil perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Data mengenai
2.2.2 Pertambangan Tanpa Migas Pertambangan
Perkiraan output sub sektor ini dihitung dengan pendekatan
29
menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mesin atau dengan tangan, baik di buat di pabrik atau pada rumah tangga, termasuk perakitan bagian-bagian suku cadang barang-barang industri di pabrik seperti perakitan mobil dan alat elektronik.
30
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral Menurut kegiatan utama yang dihasilkan kegiatan sektor Industri pengolahan dikelompokan menjadi sembilan kelompok komoditi sebagai berikut:
Uraian Sektoral (4). Industri kerajinan rumah tangga adalah dengan tenaga kerja 1-4 orang. Tidak selamanya barang yang diolah segera menjadi barang
31. Industri makanan, minuman, dan tembakau
yang selesai dalam waktu singkat. Banyak contoh barang yang
32. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
memerlukan waktu penyelesaian yang cukup lama. Seperti
33. Industri kayu, bambu, rotan dan perabot rumah tangga
pembuatan kapal yang membutuhkan waktu tahunan dari mulai
34. Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan
persiapan hingga tahap penyelesaian akhir. Berkaitan dengan
dan penerbitan
contoh ini, tidak jarang pada akhir periode tahun kapal tersebut
35. Industri kimia dan barang-barang dari bahan-bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik
masih dalam proses pengerjaan.
36. Industri barang-barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
perabot rumah tangga, dimasukkan sebagai output dari
38. Industri barang dari logam dan peralatannya
kegiatan industri. Penilaiannya adalah sebesar nilai barang
39. Industri pengolahan lainnya
pada komoditi setengah jadi tersebut. Pengolahan bahan penghitungan
mentah menjadi makanan dan minuman yang dilakukan oleh
pendapatan regional ini dikelompokkan menjadi 4 (empat)
rumah tangga dan langsung dijual pada konsumen akhir
golongan yaitu:
dimasukkan ke dalam kegiatan perdagangan (restoran).
(1). Industri
kegiatan
Secara prinsip, pengerjaan yang dilakukan oleh kegiatan industri, seperti pembuatan kapal, perakitan mobil, radio,
37. Industri logam, mesin dan peralatannya
Pengelompokkan
belum selesai dikerjakan atau dengan kata lain barang tersebut
besar
adalah
industri
dalam
perusahaan
industri
yang
Misalnya membuat pisang goreng dan rempeyek. Tetapi bila
menggunakan tenaga kerja lebih besar atau mencapai 100
makanan tersebut dititipkan ke warung-warung maka kegiatan
orang.
tadi tetap dimasukkan ke dalam sektor industri. Sedangkan
(2). Industri sedang adalah dengan tenaga kerja 20-99 orang.
pengolahan bahan mentah menjadi bukan makanan dan
(3). Industri kecil adalah dengan tenaga kerja 5-19 orang.
minuman walaupun langsung di jual kepada konsumen akhir
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
31
32
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
tetap di masukkan kedalam kegiatan industri, misalnya
seperti pada waktu pembelian; dan penerimaan lain dari jasa
membuat mainan anak-anak.
non industri.
Metode penghitungan yang digunakan dalam sektor ini adalah
Biaya antara sektor industri meliputi segala jenis pengeluaran
pendekatan produksi, yaitu nilai tambah diperoleh dari output
yang bukan merupakan balas jasa faktor produksi dan
dikurangi dengan biaya antara. Output kegiatan industri dapat
penggunaan barang tersebut habis pakai dalam suatu proses
berbentuk barang dan dapat berbentuk jasa atau keduanya.
produksi, usia pemakaiannya kurang dari satu tahun, dan nilai
Output berbentuk barang adalah barang jadi dan barang dalam
per
pengerjaan setengah jadi. Output berbentuk jasa antara lain
perusahaan industri, maka biaya antara juga dapat berupa
adalah industri yang di berikan oleh pihak lain yaitu dengan
barang atau jasa. Biaya antara yang berupa barang terutama
jalan melakukan proses kegiatan industri dengan memakai alat
adalah bahan baku, bahan bakar, dan bahan penolong,
produksi yang ada dalam perusahan sendiri, sedangkan bahan
sedangkan yang berbentuk jasa misalnya
mentahnya milik perusahaan industri lain, dan setelah diolah
penyewaan, ongkos angkutan, listrik dan telepon. Rincian biaya
hasilnya
perusahaan
antara lain terdiri dari : bahan baku; bahan bakar; tenaga listrik
pemesan tadi. Disamping penerimaan jasa yang ada kaitannya
dan gas; barang lainnya (selain bahan baku/penolong); jasa
dengan kegiatan industri ada juga penerimaan jasa yang tidak
industri; sewa gedung, mesin dan alat-alat; dan jasa non
ada kaitannya dengan kegiatan industrinya. Jasa seperti ini
industri lainnya.
akan
diserahkan
kembali
kepada
misalnya keuntungan dari perdagangan (misalnya menjual kembali kelebihan bahan baku) dan penerimaan penyewaan ruangan milik perusahaan. Rincian yang dicakup dalam output perusahaan industri terdiri dari: barang yang dihasilkan; jasa industri yang diberikan pada pihak lain; selisih nilai stok barang setengah jadi; tenaga listrik yang dijual; keuntungan dari penjualan barang-barang yang dijual dalam bentuk yang sama
unitnya
relatif
kecil.
Sama
halnya
dengan
output
jasa industri dan
Sering juga ditemui pada pembukuan perusahaan industri, pengeluaran-pengeluaran lainnya yang seharusnya merupakan balas jasa faktor industri, misalnya upah dan gaji serta pengeluaran oleh perusahaan pada pihak lain yang sifatnya cuma-cuma, misalnya sumbangan dimasukan dalam kelompok biaya antara. Untuk kedua jenis pengeluaran seperti upah dan gaji serta pemberian cuma-cuma tidak boleh dikelompokkan sebagai biaya antara, akan tetapi merupakan bagian dari nilai
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
33
34
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
tambah bruto. Untuk mendapatkan nilai biaya antara sektor
bruto diperoleh melalui hasil pengurangan antara nilai output
industri diperoleh dengan jalan mengalikan kuantum barang
dengan biaya antaranya. Baik rata-rata output per tenaga kerja
yang dipergunakan untuk proses produksi dengan harga per
maupun rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus
unit masing-masing barang tersebut. Khusus untuk jasa yang
Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Nilai tambah
biasanya sukar untuk mengukur kuantumnya, maka nilai jasa
bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara
sebagai biaya antara diperoleh langsung dari sejumlah nilai
deflasi.
yang yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pihak lain untuk jasa yang dipergunakan perusahaan tersebut. Dalam penghitungan ini, untuk kelompok industri besar dan sedang
disatukan,
rumahtangga
sedangkan
dipisahkan.
Data
untuk
industri
yang
kecil
diperlukan
dan untuk
penghitungan nilai tambah sektor ini diperoleh dari Dinas Perindustrian, Indeks Harga Perdagangan Besar Sektor Industri, hasil Survei Industri Besar dan Sedang, serta Survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga oleh BPS.
bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil survei tahunan industri besar dan sedang Badan Pusat Statistik. Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan menggunakan cara deflasi. Sedangkan untuk industri kecil dan kerajinan rumahtangga, atas
dasar
harga
berlaku
diperkirakan
SEKTOR LISTRIK DAN AIR
2.4.1 Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan non PLN seperti pembangkitan listrik oleh perusahaan pemerintah daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan),
Untuk industri besar dan sedang, output maupun nilai tambah
output
2.4
dengan
mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah
dengan
tujuan
untuk
dijual.
Listrik
yang
dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang di curi. Kegiatan listirk non PLN dapat digolongkan menjadi dua yaitu : listrik non PLN 1 dan non PLN 2. Listrik non PLN 1 adalah listrik yang di bangkitkan oleh perusahaan listrik non PLN yang hasil/produksinya dibeli dan disalurkan oleh PLN. Sedangkan Listrik non PLN 2 adalah listrik yang dibangkitkan oleh
tenaga kerja masing-masing tahun. Sedangkan nilai tambah
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
35
36
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
perusahaan listrik non PLN yang hasilnya dijual dan disalurkan
yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang
secara langsung oleh perusahaan itu sendiri ke konsumen.
dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang di
Sering ditemukan adanya kelebihan arus listrik yang dihasilkan sebagai hasil ikutan dari proses produksi barang utama, misalnya pada perusahaan produksi industri, perusahaan gas negara, perusahaan air minum dan perusahaan pertambangan. Apabila sebagian atau keseluruhan dari kelebihan arus listrik ini dijual secara komersial kepada pihak lain, seperti rumah tangga
curi.
Disamping
itu,
perusahaan
mungkin
mempunyai
pendapatan lainnya dan kegiatan operasional atau kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pelistrikan dan tidak dapat dipisahkan
dengan
kegiatan
utama
pelistrikan
tersebut.
Misalnya hasil penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain seperti penyewaan ruangan.
atau perusahaan, maka kegiatan ini dimasukkan sebagai
Biaya antara kegiatan pelistrikan adalah segala pengeluaran
kegiatan sektor listrik, tetapi apabila kelebihan tersebut
atas penggunaan barang dan jasa yang habis terpakai dalam
digunakan sendiri tidak dimasukkan kedalam sub sektor listrik.
sekali proses produksi, usia pemakaiannya kurang dari setahun
Data produksi, harga dan biaya antara subsektor ini dapat diperoleh dari laporan perusahaan listrik negara PLN dan perusahaan lain yang mengusahakan listrik (non PLN), Sensus Ekonomi 1996 (listrik non PLN), indikator ekonomi dan bulletin bulanan (data IHK) dan hasil Survei Industri Besar/Sedang (data listrik yang dijual oleh perusahaan industri) oleh Badan Pusat Statistik.
berdasarkan listrik yang dibangkitkan, maka biaya antara termasuk listrik yang dipakai sendiri dalam proses produksi, hilang dalam transmisi dan distribusi, di samping biaya operasi dan pemeliharaan mesin dan alat pengeluaran operasional lainnya. Nilai tambah bruto diperoleh dengan mengurangkan output
Metode penghitungan yang dilakukan untuk subsektor ini adalah pendekatan produksi, yaitu NTB yang diperoleh dari nilai output dikurangi dengan biaya antara. Nilai produksi kegiatan pelistrikan ini diperoleh dari perkalian antara kuantum listrik yang di bangkitkan dengan harga per unit listrik tersebut. Listrik
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
dan biaya per unit relatif kecil. Oleh karena output dihitung
37
terhadap biaya antara. Perhitungan atas dasar harga konstan menggunakan metode revaluasi, yaitu output diperoleh dari perkalian antara produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Cara lain adalah menggunakan metode deflasi yaitu dengan menggunakan indeks tarif listrik gabungan tertimbang dari masing-masing jenis tarif tiap tahun sebagai
38
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
deflator atau bisa juga dengan cara ekstrapolasi, dimana indeks
yang diterima perusahaan yang berasal dari kegiatan lain
produksi gabungan tertimbang masing-masing jenis produksi
seperti pemeriksaan kualitas tanah dan penyewaan ruangan.
tiap tahun digunakan sebagai ekstrapolator.
Biaya antara adalah pemakaian bahan bakar dan bahan penolong yang habis dipakai dalam proses pembersihan dan
2.4.2 Air Minum Kegiatan
subsektor
permunian. Bahan baku utama adalah bahan kimia yang ini
mencakup
proses
pembersihan,
pemurnian dan proses kimiawi lainnya yang menghasilkan air minum serta pendistribusian dan penyaluran ke rumah tangga, instansi pemerintah dan instansi swasta, baik yang dilakukan oleh perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM. Kegiatan ini mencakup usaha air bersih melalui sumur artesis yang dikomersilkan. Pembotolan air mineral dan air yang mengandung karbonat tidak termasuk dalam subsektor ini tetapi dimasukkan dalam sektor Industri Pengolahan.
memenuhi syarat higienis, juga bahan bakar dan pelumas lainnya yang dipakai untuk mesin penggerak termasuk biaya pemeliharaan mesin dan pengeluaran opersional lainnya. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian jumlah produksi dengan harga masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan mengalikan rasio nilai tambah terhadap output,
Data produksi, harga dan biaya antara sub sektor ini diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Samarinda dan perusahaan lainnya yang mengusahakan air minum, dan Indikator Ekonomi. Metode penghitungan yang digunakan untuk subsektor ini adalah pendekatan produksi yaitu NTB diperoleh dari nilai output dikurangi biaya antara. Nilai produksi kegiatan ini diperoleh dari perkalian antara kuantum air minum yang disalurkan dengan harga per unitnya, termasuk output lainnya
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
banyak dipakai untuk menyaring air menjadi bersih dan
39
begitu juga halnya dalam memperkirakan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku. 2.5.
SEKTOR BANGUNAN/KONSTRUKSI
Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah domestik suatu daerah yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai .
40
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral Kegiatan
konstruksi
meliputi
pembuatan,
Uraian Sektoral
pembangunan,
pendapatan, sumber data yang digunakan adalah hasil sensus
pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis
atau survei perusahaan konstruksi mengenai data rasio struktur
konstruksi seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan
input dan rata-rata nilai produksi (output) per perusahaan atau
tempat tinggal, jalan, jembatan, pelabuhan (laut atau udara),
tenaga kerja.
terminal, monumen dan instalansi jaringan listrik, gas air dan jaringan komunikasi serta bangunan lainnya. Sub kontraktor yang mengerjakan sebagian dari suatu pekerjaan yang lebih besar, misalnya pemasangan instalasi listrik dari suatu gedung, pemasangan saluran telepon, pemasangan
pipa
minyak
dan
pembuatan
pondasi
diklasifikasikan sebagai sektor konstruksi. Demikian juga unitunit yang terutama melakukan kegiatan konstruksi untuk perusahaan induknya dan dapat melaporkan data dari semua kegiatannya secara terpisah.
a.
Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi dipakai untuk memperoleh nilai tambah sektor bangunan dengan cara output sektor dikurangi biaya antaranya. Untuk mengestimasi output sektor ini ada dua alternatif : (i) meneliti perusahaan bangunan/konstruksi yang berdomisili di suatu daerah; dan (ii) meneliti perusahaan bangunan/konstruksi yang membangun mengerjakan proyekproyek di daerah tersebut. Pada alternatif pertama output didefinisikan sebagai jumlah nilai pendapatan dari seluruh perusahaan konstruksi yang bertempat tinggal di daerah
Untuk menghitung nilai tambah sektor bangunan, ada tiga
tersebut. Hasil dari kedua cara perhitungan tersebut dapat
pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan produksi,
berbeda, disebabkan adanya perusahaan konstruksi di luar
pendekatan
daerah yang melakukan kegiatan didaerah tersebut atau
pendapatan
dan
pendekatan
arus
barang
(commodity flow). Untuk pendekatan arus barang, sumber data yang dapat di gunakan antara lain: kayu dan bambu dari dinas kehutanan, bahan bangunan dalam daerah dari publikasi statistik tahunan industri dan untuk bahan bangunan impor didapat dari Seksi Statistik industri, sedang struktur ongkos biaya lainnya dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Untuk pendekatan produksi dan pendekatan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
41
sebaliknya. Output dari kegiatan konstruksi pada satu tahun atas dasar berlaku adalah nilai semua pekerjaan yang telah dilaksanakan disuatu daerah selama tahun tersebut tanpa memperhatikan bangunan yang dikerjakan tersebut telah selesai atau belum. Jadi dari kegiatan konstruksi yang kadang-kadang memakan
42
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
waktu lebih dari satu tahun, harus dapat ditentukan output dari
kegiatan selama satu tahun kalender. Prinsipnya biaya antara
satu tahun tertentu. Sebagai gambaran dapat dicontohkan
di sini sama seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya
sebagai berikut : Nilai bangunan tempat tinggal tahun 2005
dalam pendekatan arus barang. Secara umum dapat juga
adalah nilai bangunan tempat tinggal yang pembuatannya
digolongkan sebagai bahan pokok atau bahan baku untuk
dilaksanakan seluruhnya dalam tahun 2005 mulai dikerjakan
bangunan, bahan penolong, bahan bakar, bahan-bahan lainnya
sampai selesai (A). Nilai bangunan kantor tahun 2005 adalah
termasuk alat tulis untuk keperluan administrasi, jasa-jasa dan
nilai bangunan kantor yang pembuatannya mulai dari tahun
sewa alat dan ongkos-ongkos lainnya.
2004 sampai dengan tahun 2005 dikurangi dengan nilai pekerjaan yang dikerjakan pada tahun 2004 (B). Nilai jalan 2005
adalah
pekerjaan
bangunan
jalan
yang
sudah
dilaksanakan sampai dengan akhir tahun 2005. Output jalan pada tahun 2005 yaitu bangunan yang masih dalam proses pengerjaan barang setengah jadi (C). Output dari bangunan irigasi tahun 2005 yang pembuatannya dimulai tahun 2004 dan masih terus dikerjakan untuk diselesaikan sampai jadi pada
Output dan NTB atas dasar harga konstan bisa diperkirakan dengan
metode
ekstrapolasi
dengan
indeks
banyaknya
perusahaan/tenaga kerja sebagai ekstrapolator atau dengan metode deflasi dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) sebagai deflator. b.
Pendekatan Pendapatan
tahun berikutnya adalah nilai bangunan dalam keadaan belum
Menurut pendekatan pendapatan, NTB sektor bangunan
selesai pada akhir tahun dikurangi nilai bangunan tersebut pada
merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi
awal tahun (D). Output kegiatan konstruksi pada tahun 2005
yang ikut dalam proses produksi. Balas jasa yang dimaksud
meliputi bangunan yang sudah jadi maupun yang masih dalam
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
proses pengerjaan. Dalam contoh diatas output konstruksi
keuntungan. Semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan
tahun 2005 meliputi A, B, C dan D pada tahun yang
dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian NTB, kecuali
bersesuaian.
faktor diatas termasuk pula komponen penyusutan barang
Biaya antara sektor bangunan terdiri dari nilai pemakaian barang dan jasa yang telah digunakan dalam melakukan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
43
modal dan pajak tidak langsung neto. Upah dan gaji sektor ini dapat diestimasi dengan jalan mengalikan jumlah tenaga kerja dengan rata-rata jumlah hari kerja dalam setahun dan rata-rata
44
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral upah/gaji sektor bangunan. Tenaga kerja dapat dirinci menjadi tenaga kerja administrasi, tenaga kerja lapangan termasuk tenaga
kerja
lepas/harian
dan
pekerja
bebas/pemilik/pengusaha. Lapangan usaha bangunan yang berbentuk badan usaha atau perusahaan dapat dengan jelas memisahkan tenaga kerja administrasi dan operasi, sehingga dapat diperhitungkan dengan cermat balas jasa tenaga kerjanya.
Lain
halnya
dengan
pekerja
bebas
atau
pemborong/pengusaha di bidang konstruksi yang biasanya langsung bertindak sebagai pekerja lapangan akan sulit memisahkan balas jasa dan surplus usahanya.
Uraian Sektoral c . Pendekatan Arus Barang. Pendekatan ini adalah suatu metode penghitungan nilai output berdasarkan input yang digunakan dalam sektor tersebut yang diperoleh dari output sektor lain. Input dapat dibedakan menjadi dua yaitu input primer dan input antara dan jumlah keduanya akan sama dengan output. Input antara sektor bangunan dikelompokkan menjadi: bahan-bahan dari sektor pertanian seperti kayu gelondongan, bambu dan sebagainya; bahanbahan hasil penggalian seperti pasir, tanah uruk dan batu; bahan bangunan produksi industri dalam negeri; bahan bangunan impor, aspal dan bahan lain-lain. Output dan NTB
Ketiga komponen yaitu sewa tanah, modal dan keuntungan
dihitung setelah penggunaan masing-masing komoditi biaya
dikenal sebagai operating surplus
atau surplus usaha.
lain-lain diperoleh nilainya. Nilai bahan bangunan impor yang
Penyusutan merupakan perkiraan susutnya barang modal tetap
dipakai sebagai input diperoleh dari hasil perkalian antara rasio
yang digunakan dalam proses produksi. Pajak tidak langsung
alokasi komoditi ke sektor bangunan dengan nilai impor. Nilai
merupakan pajak yang dikenakan kepada produsen atas
komoditi impor merupakan jumlah cost, insurance and freight
produksinya,
bantuan
(CIF), bea masuk, pajak penjualan (ppn) dan pajak-pajak
pemerintah untuk menambah pendapatan produsen atau
lainnya. Penilaian yang digunakan adalah nilai di lokasi
kegiatan produksi. Pajak tidak langsung neto adalah nilai pajak
penggunaan, oleh karena itu nilai perkalian antara rasio alokasi
yang dibayarkan dikurangi dengan subsidi yang diterima. Nilai
komoditi impor dengan nilai impor masih harus ditambah
output dan NTB atas dasar harga konstan dapat diestimasi
dengan margin perdagangan dan biaya pengangkutan serta
dengan metode deflasi atau ekstrapolasi .
biaya lainnya. Rasio alokasi dan margin tersebut diperoleh dari
sedangkan
subsidi
merupakan
SKPR Kota Samarinda. Nilai input menurut harga konstan diperoleh dengan mendeflasikan nilai menurut harga berlaku.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
45
46
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral Deflator yang digunakan adalah rata-rata tertimbang indeks
Uraian Sektoral 2.6
harga perdagangan besar atau indeks nilai unit. Nilai bahan bangunan produksi dalam negeri yang dipakai sebagai input diperoleh dari hasil perkalian antara rasio alokasi komoditi domestik atas dasar harga pembeli. Seperti halnya bahan bangunan impor, nilai yang digunakan adalah nilai di lokasi penggunaan
maka
masih
ditambah
dengan
margin
perdagangan dan biaya pengangkutan serta biaya lainnya yang di peroleh dari SKPR. Nilai input menurut harga konstan diperoleh dengan mendeflasikan nilai menurut harga berlaku.
SEKTOR PERDAGANGAN, RESTORAN DAN PERHOTELAN
2.6.1 Perdagangan Subsektor perdagangan mencakup kegiatan menjual dan membeli barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran atau pendistribusian tanpa merubah bentuk barang tersebut. Subsektor perdagangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: perdagangan besar dan eceran.
Deflator yang digunakan adalah rata-rata tertimbang indeks
Perdagangan
besar
mencakup
kegiatan
pembelian
dan
harga perdagangan besar bahan bangunan produksi dalam
penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari
negeri. Kedua pendugaan tersebut di lakukan apabila data
produsen atau importir pedagang besar lainnya, pedagang
tersedia secara series, bila data tidak tersedia pendugaan
eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung.
dihitung berdasarkan tahun dasar. Pendugaan tahun-tahun lain
Sedangkan pedagang eceran mencakup kegiatan pedagang
di buat dengan cara ekstrapolasi terhadap nilai bahan.
yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah
Pendugaan atas dasar harga berlaku diperoleh dengan
tangga tanpa merubah bentuk, baik barang baru maupun
menginflasikan nilai yang di peroleh dengan cara tersebut.
bekas. Bila menggunakan metode arus barang, ouput sektoral yang diperoleh pada saat menghitung nilai tambah sektor yang bersangkutan. Rasio margin perdagangan dan rasio barang yang diperdagangkan dapat di peroleh dari Survei Khusus Pendapatan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
47
48
Regional
(SKPR)
Kota
Samarinda
atau
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
berdasarkan Tabel Input-Output, serta dinas/instansi terkait
diperdagangkan (marketed surplus ratio). sedangkan NTB-nya
seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan total output.
Bila menggunakan metode pendekatan produksi, banyaknya
Secara sistematis perhitungan output dan NTB dengan
perusahaan/tenaga kerja di estimasi berdasarkan hasil Sensus
pendekatan arus barang adalah sebagai berikut :
Ekonomi atau dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
1. Menghitung output (baik konstan maupun berlaku) untuk
Rasio biaya antara dan NTB dapat di peroleh dari SKPR Kota
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan
Samarinda.
impor.
Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Sedangkan biaya antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti perlengkapan tulis
2. Menghitung output (baik konstan maupun berlaku) dengan cara mengalikan output sektoral dengan rasio barang yang diperdagangkan. 3. Menghitung NTB (baik konstan maupun berlaku) dengan cara mengalikan total output sektoral dengan rasio NTB nya.
menulis, bahan mengepak dan pembungkus, rekening listrik
Untuk penghitungan regional, output dan NTB atas dasar harga
dan telepon, serta biaya iklan. Pada umumnya perhitungan
berlaku dapat diestimasi dengan cara lain yaitu menggunakan
output
PDB
metode/pendekatan produksi. Banyaknya perusahaan/tenaga
Nasional) dilakukan dengan cara pendekatan arus barang yaitu
kerja merupakan indikator produksi dan rata-rata output per
dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-
indikator produksi sebagai indikator harganya. Perkalian
barang
pertanian,
banyaknya indikator produksi dengan rata-rata output per
pertambangan, dan penggalian, industri pengolahan (tidak
indikator produksi merupakan output. NTB diperoleh dengan
termasuk LNG, methanol dan sebagian hasil pengilangan yaitu
mengurangkan
bahan bakar avtur) serta barang-barang dari impor yang
mendapatkan nilai atas dasar harga konstan digunakan cara
diperdagangkan. Sehingga dalam pendekatan ini dibutuhkan
revaluasi atau deflasi dimana Indeks Harga Perdagangan Besar
rasio margin perdagangan, dan rasio jumlah barang yang
(IHPB)
subsektor
yang
perdagangan
diperdagangkan
(untuk
dari
perhitungan
sektor
atau
output
Indeks
dengan
Harga
biaya
antaranya.
Konsumen
(IHK)
Untuk
sebagai
deflatornya.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
49
50
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral 2.6.2 Hotel
Uraian Sektoral output per tenaga kerja, dan rata-rata output tamu yang
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang
menginap.
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat
Output atas dasar harga berlaku subsektor hotel dapat
penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel
diperoleh dengan mengalikan indikator produksi dan indikator
berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk
harganya. NTB diperoleh dengan mengalikan output dengan
menginap seperti losmen, motel, dan hostel. Termasuk pula
rasio nilai tambahnya. Sedangkan output dan NTB atas dasar
penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap
harga konstan dapat diperoleh dengan menggunakan metode
dimana kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan
ekstrapolasi atau metode deflasi dengan indeks tarif hotel
manajemen dengan penginapan yang datanya sulit dipisahkan.
tertimbang sebagai deflatornya.
Penyediaan penginapan yang diusahakan oleh yayasan atau pemerintah juga dikelompokkan disini bila segala macam keterangan dan data mengenai kegiatan ini dapat dipisahkan dengan kegiatan utamanya
instansi/asosiasi
yang
Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di
Data mengenai indikator produksi dan harga dapat diperoleh dari
2.6.3 Restoran
terkait
atau
Survei
Khusus
Pendapatan Regional (SKPR) atau dari Tabel Input Output.
tempat penjualan baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap, termasuk pedagang makanan/minuman keliling. Kegiatan yang termasuk dalam subsektor ini adalah rumah makan, warung nasi, warung sate, warung kopi, katering, kantin, tukang bakso,
NTB dapat diperoleh dengan pendekatan produksi. Indikator
tukang rujak dorongan dan tukang es. Penyediaan makanan
produksi yang dapat digunakan dalam jumlah malam kamar,
dan minuman jadi serta usaha katering, pelayanan restoran
jumlah tempat tidur, jumlah hotel atau penginapan, jumlah
kereta api dan kantin yang merupakan usaha sampingan,
tenaga kerja dan jumlah tamu yang menginap. Indikator
sejauh datanya dapat dipisahkan, masuk dalam kategori
harganya adalah rata-rata tarif per malam kamar, rata-rata
subsektor ini.
output per tempat tidur, rata-rata output perhotel, rata-rata
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
51
52
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
Data mengenai indikator produksi dapat diperoleh dari sensus
dianggap
atau asosiasi yang terkait, sedangkan indikator harga dan rasio
pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar
NTB dapat diperoleh dari SKPR, survei khusus atau Tabel Input
rumah atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara
Output. Untuk konsumsi makanan dan minuman jadi di luar
mengalikan pengeluaran bahan makanan dan minuman per
rumah dapat diperoleh dari hasil SUSENAS dan jumlah
kapita selama setahun dengan jumlah penduduk pertengahan
penduduk dapat diperoleh dari hasil Sensus Penduduk.
tahun. Atau dengan kata lain jumlah penduduk sebagai
NTB dapat diperoleh dengan pendekatan produksi. Indikator produksi yang dapat digunakan adalah jumlah tenaga kerja, jumlah restoran atau jumlah pengunjung yang datang ke restoran. sedangkan indikator harga yang digunakan adalah rata-rata output per tenaga kerja, rata-rata output per restoran, atau rata-rata output per pengunjung. Output atas dasar harga berlaku dapat diperoleh berdasarkan
sebagai
output
dari
restoran.
Penghitungan
indikator produksi dan rata-rata pengeluaran makanan dan minuman per kapita sebagai indikator harga. Sedangkan untuk harga konstannya diperoleh dengan metode deflasi, dimana IHK kelompok makanan sebagai deflatornya, sedangkan NTBnya dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan output. 2.7
SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
perkalian antara indikator produksi dan indikator harga.
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk
Sedangkan NTB-nya dihitung berdasarkan perkalian rasio NTB
barang dan penumpang baik melaui darat, laut dan udara,
dengan outputnya. Output dan NTB atas dasar harga konstan
termasuk jasa penunjang angkutan dan komunikasi.
dapat diperoleh dengan metode ekstrapolasi dengan indeks produksi (sesuai dengan indikator produksi yang dipakai) sebagai ekstrapolatornya.
Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan
Selain cara di atas, output subsektor restoran atas dasar harga berlaku
dapat
pula
diperkirakan
berdasarkan
indikator
konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah. Dalam cara ini konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
2.7.1 Angkutan Jalan Raya
53
penumpang dengan menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor. Jenis kegiatan bermotor antara lain meliputi bus, taksi, truk, mikrolet, dan sejenisnya, sedangkan kendaraan tidak bermotor meliputi
54
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral becak,
delman/dokar,
gerobak/pedati
dan
sebagainya.
Kendaraan tersebut dapat merupakan kendaraan wajib uji baik yang memakai plat nomor kuning (umum) maupun plat hitam (pribadi) yang tujuannya untuk usaha komersial. Kegiatan penyewaan/charter
kendaraan
baik
dengan
atau
tanpa
pengemudi juga termasuk dalam kegiatan ini. Tetapi kegiatan
Uraian Sektoral yaitu persentase output kendaraan tidak bermotor terhadap kendaraan bermotor. Output atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa metode, yaitu : i.
yang beroperasi dengan rata-rata output per armada tahun
kendaraan operasi perusahaan yang diusahakan sebagai satu satuan usaha dalam kegiatan perusahaan tersebut (seperti truk mengangkut pasir dalam usaha penggalian, jasa bongkar muat) tidak termasuk dalam kegiatan ini.
Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), dan Dinas Pendapatan
Daerah.
Sedangkan
rata-rata
output
per
kendaraan dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) terhadap perusahaan angkutan jalan raya (termasuk pengemudi).
harga berlaku untuk kendaraan bermotor atau tidak bermotor perkalian
indikator
produksi
(jumlah
armada/kendaraan) dengam indikator harga (rata-rata output per armada) untuk masing-masing jenis angkutan. Jika data kendaraan tidak bermotor tidak tersedia maka outputnya dapat diperkirakan dengan menggunakan hasil pengolahan SKPR
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
ii.
metode
ekstrapolasi
(indeks
tertimbang
jumlah
armada/kendaraan sebagai ekstrapolator). metode deflasi (indeks harga konsumen komponen pengangkutan sebagai deflator) Selanjutnya NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. Jika struktur input tahun perjalanan relatif sama dengan tahun dasar, maka metode ekstrapolasi ataupun metode deflasi bisa digunakan langsung terhadap NTB.
Dengan metode produksi, output angkutan jalan raya dasar merupakan
dasar)
iii.
Data mengenai jumlah kendaraan bermotor diperoleh dari
metode revaluasi (mengalikan jumlah armada/ kendaraan
55
2.7.2 Angkutan Sungai , Danau dan Penyeberangan. Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan/kapal sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk juga di sini kegiatan penyewaan (charter) kapal baik dengan maupun tanpa kemudi. Tidak termasuk disini kegiatan lain yang
56
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti pelabuhan
beroperasi didalam dan keluar daerah. Kegiatan yang dikenal
sungai, perbaikan dan pemeliharaan kapal, baik yang dilakukan
dengan nama pelayaran ini hanya mencakup perusahaan
dibawah satu satuan usaha dengan angkutan sungai maupun
pelayaran nasional. Menurut daerah operasinya dibedakan atas
secara terpisah.
pelayaran samudera (antar region), pelayaran nusantara (antar
Data mengenai jumlah armada kapal sungai baik yang bermotor maupun tidak bermotor dapat diperoleh dari Kantor Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP). Data mengenai rata-rata output per kapal dan rasio NTB diperoleh dari hasil survei
khusus
(SKPR)
terhadap
perusahaan/pengusaha
angkutan sungai dan penyeberangan.
pulau/daerah) dan pelayaran khusus, pelayaran perintis, pelayaran lokal dan pelayaran rakyat. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang dari kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit dipisahkan, misalnya tanker-tanker Pertamina
Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah armada) dengan indikator harga (rata-rata output per armada). Untuk menjaga konsisten hasil penghitungan antar daerah, digunakan data jumlah penumpang dan barang yang berangkat dari daerah/tempat penyeberangan asal. Output atas dasar
untuk
angkutan
dalam
negeri,
kapal
milik
perusahaan ikan dan angkutan khusus lainnya. Data mengenai indikator produksi diperoleh dari laporan setiap pelabuhan, sedangkan data mengenai rata-rata output per indikator produksi dan rasio NTB diperoleh dari survei khusus terhadap perusahaan angkutan laut.
harga konstan dapat diperoleh dengan metode revaluasi
Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku
ataupun metode ekstrapolasi. NTB diperoleh dengan perkalian
diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah
antara rasio NTB dengan outputnya.
barang dan penumpang yang diangkut) dengan indi-kator harga (rata-rata output per indikator produksi). Untuk menjaga
2.7.3 Angkutan Laut Kegiatan
yang
mencakup
konsistensi hasil penghitungan antar daerah, diguna-kan data subsektor
ini
pengangkutan
penumpang barang dengan menggunakan kapal laut yang
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
57
jumlah penumpang dan barang yang berangkat dari setiap pelabuhan muat. Output atas dasar harga konstan dapat di
58
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
peroleh dengan metode ekstrapolasi. NTB di peroleh dengan
Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku
perkalian antara rasio NTB dengan outputnya.
merupakan jumlah penerimaan perusahaan angkutan udara di daerah tersebut baik yang mempunyai klasifikasi operasi
2.7.4 Angkutan Udara
berjadwal
Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut (perusahaan penerbangan nasional). Menurut wilayah operasinya dibedakan atas penerbangan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (internasional). Termasuk juga penggunaan pesawat terbang untuk di charter/disewa baik secara kegiatan
sebagian lainnya
maupun yang
keseluruhan. diusahakan
Termasuk oleh
disini
perusahaan
penerbangan yang datanya sulit dipisahkan, seperti Ekspedisi Muatan
Kapal
Udara
(EMKU)
baik
untuk
angkutan
penerbangan yang sifatnya tidak komersial, yang hanya digunakan untuk kepentingan suatu organisasi/perkumpulan
maupun
tidak
berjadwal
(charter).
ini
bisa
diperkirakan dengan mengalikan indikator produksi dengan indikator harga. Indikator produksi adalah jumlah muatan penumpang dan barang yang dimuat yang dirinci menurut berat dan jarak tempuhnya. Indikator harga adalah rata-rata output per unit indikator produksi dari muatan dan barang. Pedapatan lain yang diperoleh dari sewa dan dari usaha lain yang bukan dari kegiatan angkutan diestimasi dengan menggunakan rasio terhadap pendapatan utama. Output atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan metode revaluasi ataupun metode ekstrapolasi. NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. 2.7.5 Jasa Penunjang Angkutan
seperti penerbangan milik misionaris dan perkumpulan terbang
Jenis kegiatan yang dicakup disini adalah kegiatan yang
layang.
bersifat menunjang dan memperlancar usaha pengangkutan
Data mengenai indikator produksi dan harga dapat diperoleh dari laporan pengusaha dan pengelola pelabuhan udara. Rasio NTB diperoleh dari survei khusus terhadap perusahaan penerbangan.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
59
dan
jasa
penyediaan
fasilitas
yang
berkaitan
dengan
pengangkutan, yang meliputi pelayanan jasa terminal dan parkir, keagenan, ekspedisi, bongkar muat, pergudangan, jalan tol dan kegiatan lainnya yang belum tercakup.
60
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral 1.
Terminal dan Parkir
jumlah kapal yang dilayani dengan rata-rata uang labuh, tambat
Kegiatan ini meliputi jasa pelayanan untuk muatan barang dan penumpang termasuk pelayanan kendaraannya. Jasa terminal dan parkir merupakan fasilitas berlabuh untuk menaikkan/menurunkan muatan pada: stasiun (untuk angkutan rel dan angkutan
darat),
pelabuhan
Uraian Sektoral
(angkutan
laut),
pelabuhan
sungai/laut (angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan angkutan laut) dan pelabuhan udara (angkutan udara). Jasa penunjang ini pada umumnya dilaksanakan oleh pemerintah melalui lembaga/badan usaha yang ditunjuk seperti Perum Angkasa Pura, PD Parkir Jaya dan BPP Pelabuhan Laut.
dan penyediaan fasilitas lainnya. Pada pelabuhan laut, output diperoleh dari jasa pelayanan kapal laut beserta muatannya termasuk penyediaan fasilitas pelabuhan lainnya, sehingga pendapatannya berasal dari uang labuh, uang tambat, uang demarga, uang pandu, angkutan bandar, penjualan air tawar dan fasilitas lain di pelabuhan laut. Pada pelabuhan udara, output di peroleh dari jasa pelayanan pesawat udara yang berlabuh
baik
datang
maupu
berangkat,
sehingga
pendapatannya berasal dari bea pendapatan, bea penempatan, bea lampu landasan, bea pelayanan penerbangan dan penyediaan fasilitas lain di pelabuhan udara.
Data mengenai indikator produksi dan pendapatan berupa laporan keuangan (rugi laba) didapat dari dinas/badan yang
2.
Keagenan
menangani kegiatan-kegiatan tersebut seperti terminal dan
Keagenan merupakan kegiatan jasa penghubung antara
parkir dari Dinas Perhubungan, pelabuhan sungai dari ASDP,
produsen dan konsumen/pemakai angkutan. Menurut jenisnya
pelabuhan laut dari PT Pelindo, pelabuhan udara dari Perum
kegiatan ini dibedakan menjadi tiga yaitu keagenan kendaraan/
Angkasa Pura atau dari Pemda, sedangkan data indikator
armada,
harga dan rasio struktur input didapat dari survei khusus.
Keagenan barang pada umunya berkaitan dengan kegiatan
Pada umumnya output atas dasar harga berlaku diperkirakan berdasarkan pendekatan produksi yang sesuai. Pada terminal dan parkir, output diperoleh dengan mengalikan jumlah
keagenan
penumpang
dan
keagenan
barang.
pengangkutan laut dan udara, sedangkan kegiatan (keagenan penumpang dan barang) sudah tercakup pada kegiatan angkutan utamanya masing-masing.
armada/kendaraan dengan tarif karcis retribusi yang dikenakan. Pada pelabuhan sungai, output diperoleh dengan mengalikan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
61
62
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral Guna memperoleh data berupa laporan keuangan (rugi/laba) perusahaan, perlu dilakukan survei khusus untuk mendapatkan indikator serta rasio yang diperlukan.
Uraian Sektoral 4.
Bongkar Muat
Jasa penunjang ini meliputi kegiatan membongkar dan memuat barang dari/ke kendaraan angkutannya. Jasa ini adakalanya
Output merupakan perkalian antara jumlah indikator produksi
dilakukan oleh tenaga manusia ataupun dengan menggunakan
yang berupa jumlah armada, jumlah penumpang, jumlah
peralatan khusus dan beroperasi di batas wilayah pelabuhan.
barang yang dilayani dengan rata-rata pendapatan yang di
Kegiatan ini dipisahkan menjadi bongkar muat angkutan darat,
terima (contohnya komisi).
bongkar muat angkutan sungai, angkutan laut dan angkutan
3.
udara. Bila kegiatan ini menjadi satu dengan kegiatan angkutan
Ekspedisi
utamanya (sulit untuk dipisahkan) maka tidak dimasukkan
Ekspedisi merupakan kegiatan pelayanan muatan barang yang berhubungan
dengan
pengurusan
surat
atau
dokumen
termasuk jasa pengirimannya. Kegiatan ini dikenal dengan nama EMKA untuk muatan kereta api, EMKL untuk muatan kapal laut dan EMKU untuk muatan kapal udara.
dalam jenis kegiatan ini. Data mengenai indikator produksi diperoleh dari lapangan kegiatan perusahaan bongkar muat sedang data mengenai indikator harga (rata-rata output per ton barang), rasio pengeluaran bongkar muat oleh angkutan jalan raya dan rasio
Data mengenai indikator produksi diperoleh dari kegiatan masing-masing pelabuhan sedang data mengenai indikator harga dan rasio struktur input diperoleh dari survei khusus.
struktur input diperoleh dari survei khusus. Output bisa diestimasi dari hasil perkalian jumlah muatan barang yang dilayani (dibongkar dan muat) dengan rata-rata output per unit indikator produksinya.
Output bisa diperoleh dengan mengalikan indikator produksi yang berupa banyaknya muatan barang yang dilayani dengan rata-rata output per unit indikator produksinya.
5.
Pergudangan
Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan penyediaan fasilitas penyimpanan dan penggudangan yang disewakan kepada umum, baik untuk gudang terbuka maupun gudang tertutup
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
63
64
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
yang berada di wilayah pelabuhan laut dan pelabuhan udara.
PT.Telekomunikasi dan PT. Indosat. PT. Telekomunikasi
Usaha pergudangan tersebut untuk melayani muatan barang
melayani kegiatan ini untuk wilayah domestik, sedangkan PT.
pelayaran dan penerbangan domestik maupun asing. Gudang
Indosat untuk pelayanan internasional. Jenis kegiatan PT
terbuka misalnya berupa lapangan terbuka sedangkan gudang
Posindo meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal
tertutup adalah gudang yang dibatasi dinding (dalam suatu
pengiriman
bangunan tertutup), misalnya gudang-gudang pendingin (cold
Termasuk di sini pemberian jasa kepada pihak ketiga seperti
storage).
jasa giro, jasa tabungan, pemungutan iuran radio dan televisi
Data mengenai indikator produksi dapat diperoleh dari kegiatan
surat,
wesel,
paket
pos
dan
sebagainnya.
dan lainnya yang diusahakan oleh PT Posindo.
pergudangan sedang data mengenai indikator harga dan rasio
Output dan struktur input Pos & Giro diperoleh dari laporan
struktur input diperoleh dari survei khusus.
keuangan tahunan Perum Pos & Giro. Output telekomunikasi
Output bisa diperoleh dengan mengalikan indikator produksi (jumlah barang yang digudangkan) dengan indikator harga (rata-rata output per unit indikator produksinya).
telekomunikasi (oleh PT. Telekomunikasi dan PT. Indosat). Metode estimasi menggunakan pendekatan produksi melalui pendekatan perusahaan, output atas dasar harga berlaku
2.7.6 Komunikasi
kegiatan ini merupakan penjumlahan dari penerimaan atas
Subsektor ini dibagi menjadi dua kegiatan utama yaitu Telekomunikasi dan PT Posindo serta Jasa Penunjang Komunikasi.
kegiatan pos dan giro. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi.
a . Telekomunikasi dan PT Posindo
b.
Jenis kegiatan telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telepon, telex, telegram dan kegiatan lain yang diusahakan oleh
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
merupakan penjumlahan dari penerimaan atas kegiatan
65
Jasa Penunjang Komunikasi
Kegiatan ini mencakup jasa kegiatan lain yang menunjang kegiatan telekomunikasi dan pos dan giro yang belum tercakup
66
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
dari kegiatan tersebut, antara lain penjualan benda pos dan
bank,
usaha telekomunikasi yang dilakukan oleh perorangan/badan
keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
usaha tertentu lainnya (wartel). Kegiatan tersebut berupa usaha perantara/penghubung
antara
produsen
dan
konsumen/pemakai jasa pos dan telekomunikasi.
lembaga
keuangan
tanpa
bank,
jasa
penunjang
2.8.1 Bank Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa
Data output, indikator produksi, indikator harga dan struktur input dapat diperoleh dari survei khusus terhadap pengusahapengusaha tersebut.
keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan jangka panjang, mengirim uang, memberi dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto
Output kegiatan ini bisa diestimasi melalui pendekatan produksi
surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya,
dengan memperoleh laporan keuangan perusahaan, output
menyewakan
tersebut berupa pendapatan dari hasil komisi atas pelayanan
sebagainya.
yang di berikan. NTB diperoleh dari pengurangan output dengan biaya antaranya. Output dan NTB atas dasar harga konstan diestimasi dengan metode ekstrapolasi 2.8
tempat
menyimpan
barang
berharga
dan
Output, struktur input dan NTB atas dasar harga berlaku setiap tahun diperoleh dari laporan Bank Indonesia (BI) dan dibedakan menurut pendekatan produksi dan pendekatan pendapatan.
SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA
Output adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank
PERUSAHAAN
yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi
Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya disebut juga
atas transaksi dengan bank, biaya pengiriman wesel dan
sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya
sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa
berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan berupa
bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang
penarikan dana dari masyarakat dan penyalurannya. Dalam
diterima dengan bunga yang dibayarkan karena apabila output
klafisifikasi baru, sektor ini berubah menjadi sektor keuangan,
hanya didasarkan pada jasa pelayanan yang benar-benar
persewaan dan jasa perusahaan yang terdiri atas subsektor
diterima bank maka bank tidak akan mampu menutupi biaya
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
67
68
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
operasioanalnya. Dalam penghitungan BI, output bank terdiri
musibah/kecelakaan
dari:
mengakibatkan terjadinya kematian. Jasa asuransi ini dapat
- imputasi jasa,
dibedakan menjadi jasa asuransi jiwa, asuransi sosial serta
- penerimaan neto dari transaksi devisa,
asuransi kerugian (termasuk agen/broker, unit pengatur dana
- provisi dan komisi
pensiun yang berdiri sendiri, adjuster dan sejenisnya).
- pendapatan operasional lainnya.
Asuransi
jiwa
atas
adalah
barang
jasa
atau
orang,
perasuransian
sehingga
yang
khusus
NTB atas dasar harga konstan diperkirakan dengan metode
menanggung resiko kematian, kecelakaan atau sakit, termasuk
deflasi, dimana komponen biaya tenaga kerja menggunakan
juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung. Nilai
deflator Indeks Harga Konsumen (IHK) umum, sedangkan
pertanggungan ditentukan dan disetujui oleh kedua pihak yang
komponen biaya lainnya seperti surplus usaha, pajak dan
dicantumkan dalam surat perjanjian.
penyusutan menggunakan deflator Indeks Harga Implisit PDRB subsektor bank
menanggung resiko atas dasar kerugian, kehilangan atau
2.8.2 Lembaga Keuangan Tanpa Bank
kerusakan harta benda/milik termasuk juga tanggung jawab
Subsektor lembaga keuangan bukan bank mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam dan lembaga pembiayaan (sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan kartu kredit). a.
Asuransi kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus
hukum pada pihak ketiga yang mungkin saja terjadi terhadap harta benda/milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui oleh kedua pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian.
Asuransi
Asuransi sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup
Asuransi adalah salah satu jenis usaha keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya kerugian menanggung resiko atas terjadinya kerugian finansial
usaha asuransi jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/segolongan masyarakat
terhadap sesuatu barang atau jiwa yang disebabkan terjadinya
untuk
69
70
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
tujuan
sosial.
Pihak
asuransi
ini
akan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari
sosial
masyarakat
ekstrapolatornya
yang
menggunakan
jasa
kesehatan,
menggunakan
metode
adalah
ekstrapolasi
jumlah
peserta;
dan
sebagai
untuk asuransi
jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan
kerugian menggunakan metode deflasi dan sebagai deflatornya
pelayan hari tua.
adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum.
Data mengenai output dan NTB dapat diperoleh dari asosiasi
b.
atau masing-masing kantor asuransi dan survei khusus. Jika datanya tidak tersedia, dapat digunakan metode alokasi regional Provinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan berbagai alokator seperti jumlah polis, jumlah premi yang diterima, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Dana pensiun
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun normal, manfaat
Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari
pensiun dipercepat, manfaat pensiun tertunda. Jenis data
output asuransi jiwa, asuransi sosial, asuransi dan reasuransi
pensiun dibedakan menjadi dua yaitu dana pensiun pemberi
kerugian serta broker asuransi. Biaya antara yang dikeluarkan
kerja dan dana pensiun lembaga keuangan.
dalam
kegiatan
asuransi
berupa
biaya
umum
(seperti
pembelian alat tulis kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan, sewa gedung dan biaya administrasinya.
Data dapat diperoleh dari laporan Departemen Keuangan (Dirjen Lembaga Keuangan Bukan Bank). Output dan NTB dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan kegiatan tersebut. Sedangkan estimasi output dan
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih
NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan
antara output dan biaya antara yang diperoleh dari laporan
cara
keuangan perusahaan. Sedangkan untuk NTB atas dasar harga
deflatornya/ektrapolatornya adalah IHK umum atau jumlah
konstan di peroleh dengan cara sebagai berikut: untuk asuransi
peserta.
jiwa
menggunakan
metode
ekstrapolasi
dan
deflasi/ekstrapolasi
dan
sebagai
sebagai
ektrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk asuransi
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
71
72
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral c.
Pegadaian
Uraian Sektoral d.
Lembaga Pembiayaan
Pegadaian mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di
yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan
sektor keuangan dengan melakukan kegiatan pembiayaan
undang-undang,
membina
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan
perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas
tidak menarik dana langsung dari masyarakat. Lembaga
dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman dan
kegiatan ini mencakup kegiatan sewa guna usaha, modal
hemat. Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman uang
ventura, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan konsumen.
yang
tugasnya
antara
lain
kepada semua golongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai penggunaan dananya.
Data dapat diperoleh dari Departemen Keuangan. Output dan struktur input atas dasar harga berlaku lembaga pembiayaan diperoleh
dari
Direktorat
Perbankan
dan
Usaha
Jasa
Pembiayaan Departemen Keuangan. Sedangkan output dan
Data dapat diperoleh dari laporan keuangan Perum Pegadaian.
NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan
Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan
metode ektrapolasi dan sebagai ektrapolatornya adalah jumlah
pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan
perusahaan.
(Neraca dan Rugi/Laba) Perum Pegadaian. Outputnya terdiri dari sewa modal, bunga deposito dan lain-lain (sewa rumah). NTB diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah nasabah.
e.
Koperasi
Kegiatan ini hanya meliputi koperasi simpan pinjam. Data mengenai pendapatan koperasi simpan pinjam diperoleh dari Dinas Koperasi Kota Samarinda. Sedangkan rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei kKhusus Pendapatan Regional (SKPR). Output dasar harga berlaku diperoleh dengan cara menjumlahkan semua hasil usaha dari kegiatan koperasi simpan pinjam. Sedangkan NTB atas dasar harga berlaku
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
73
74
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral diperoleh setelah mengeluarkan biaya antara terhadap output. NTB atas dasar harga konstan tahun dasar 1993 dihitung dengan cara deflasi, dengan indeks harga konsumen (IHK) umum sebagai deflatornya.
Uraian Sektoral b.
Pasar modal
Pasar modal adalah tempat atau sistem yang mempertemukan penjual dan pembeli modal/dana jangka panjang. Modal yang diperjualbelikan secara konkrit diwakili oleh bentuk-bentuk efek
2.8.3 Jasa Penunjang Keuangan
(surat berharga).
Subsektor ini mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar
Data pasar modal diperoleh dari laporan keuangan perusahaan
modal dan jasa penunjangnya, manajer investasi, penasehat
pasar modal. Output dan NTB atas dasar harga ber-laku
investasi, reksa dana, biro administrasi efek, tempat penitipan
diperoleh dari laporan tahunan perusahaan (BEJ, BES dan
harta sejenisnya.
BPI). Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan di
a.
peroleh dengan menggunakan metode deflasi.
Pedagang valuta asing
Pedagang valuta asing adalah suatu badan usaha/perusahaan
c.
Perantara perdagangan efek/pialang/broker
yang memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan
Perantara perdagangan efek/pialang/broker adalah perusahaan
transaksi valuta asing serta membeli travel check, dan
perantara perdagangan efek yang berperan mempertemukan
perusahaan tesebut tidak boleh melakukan pengiriman uang
antara penjual dan pembeli efek, menyediakan informasi bagi
dan menagih sendiri keluar negeri.
kepentingan para pemodal dan lain-lain. Yang bertindak
Data mengenai pedagang valuta asing bersumber dari Bank Indonesia. Output dari pedagang valuta asing merupakan selisih penjualan valuta asing dengan pemberian valuta asing. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian rasio NTB terhadap outputnya. Sedangkan NTB atas dasar harga konstan di peroleh dengan menggunakan metode deflasi.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
sebagai perantara perdagangan efek yang dapat dilakukan oleh perorangan atau institusi badan hukum. d.
Undewriter (penjamin emisi)
Adalah suatu lembaga yang berfungsi menilai kewajaran harta kekayaan
emiten.
Penilaian
khususnya
meliputi
tanah,
bangunan, mesin-mesin dan sarana pelengkap lainnya. Di
75
76
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral samping itu juga meneliti apakah harta kekayaan-kekayaan tersebut digunakan sesuai dengan tujuan semula serta mempunyai manfaat secara teknis dan ekonomis. e.
Lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan
Biro Administrasi Efek
Biro Administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan melaksanakan
kliring dan penyelesaian transaksi di bursa efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain.
pembukuan,
transfer
dan
pencatatan,
pembayaran deviden, pembagian hak opsi, emisi sertifikat atau laporan tahunan untuk emiten. i.
Reksa dana
Reksa dana adalah emiten yang kegiatan utamanya melakukan Manajer investasi
investasi, investasi kembali atau perdagangan efek.
Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
porto
polio
efek
untuk
nasabah,
termasuk
perusahaan asuransi, dana pensiun atau bank berdasarkan izin yang diperoleh dari bank. g.
h.
kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa
Lembaga ini adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan
f.
Uraian Sektoral
j.
Tempat penitipan harta
Tempat
penitipan
harta
adalah
perusahaan
yang
menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. NTB untuk
Penasehat investasi
jasa penunjang keuangan ini belum dihitung secara terpisah,
Penasehat investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya memberi nasehat, membuat analisa, dan membuat laporan mengenai efek tak terkecuali kepada sekurang-kurangnya 15 (lima belas) pihak lain, tetapi tidak termasuk: pinjaman emisi efek, pihak penyelenggara perusahaan yang kegiatannya bukan dalam bidang efek dan setiap profesi yang tidak
dikarenakan belum tersedia datanya. NTB dianggap dicakup di dalam mark-up sektor ini. 2.8.4 Sewa Bangunan Subsektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan
memerlukan izin usaha sebagai penasehat investasi.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
77
78
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
tempat
tinggal
maupun
bukan
tempat
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
tinggal
b.
seperti
perkantoran, pertokoan, usaha persewaan tanah persil. a.
Sewa bangunan tempat tinggal mencakup kegiatan atas
Sewa bangunan bukan tempat tinggal
penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tempat tinggal
Jenis kegiatan ini mencakup kegiatan usaha persewaan jual beli barang-barang tidak bergerak (bangunan dan tanah), termasuk agen real estate, broker dan marker yang mengurus persewaan,
pembelian,
penjualan
dan
Sewa bangunan tempat tinggal
penaksiran
nilai
tanah/bangunan atas dasar harga balas jasa atau kontrak.
oleh rumahtangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau disewa, dikontrak, sewa beli atau rumah dinas. Oleh sebab itu, output sewa rumah adalah besarnya nilai sewa suatu rumah (termasuk biaya pemeliharaan dan perbaikan kecil), sedangkan biaya perbaikan besar bangunan tempat tinggal yang dilakukan oleh rumah tangga dimasukkan dalam
Data mengenai perusahaan yang bergerak dalam persewaan bangunan bukan tempat tinggal dapat diperoleh dari asosiasi atau instansi terkait. Rata-rata ouput per perusahaan dan rasio nilai tambah diperoleh dari survei khusus (SKPR).
sektor Bangunan. Kontrak
adalah
jika
tempat
tinggal
tersebut
disewa
rumahtangga atau salah seorang anggota rumahtangga dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara
Perkiraan output atas dasar harga berlaku dapat menggunakan pendekatan produksi, yaitu banyaknya perusahaan atau tenaga kerja dikalikan dengan rata-rata output per perusahaan atau tenaga kerja. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara ekstrapolasi dimana jumlah perusahaan atau tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya, atau dengan cara deflasi dimana IHK sebagai deflatornya. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara output dengan rasio NTB.
pemilik dengan pemakai, misalnya satu atau dua tahun. Cara pembayaran sewa biasanya sekaligus dimuka atau diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami, tetapi kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang dengan mengadakan perjanjian kontrak baru. Sewa adalah jika tempat tinggal tersebut disewa oleh rumah tangga atau salah seorang anggota rumah tangga dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batas waktu tertentu.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
79
80
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
Uraian Sektoral
Sewa beli adalah jika tempat tinggal tersebut pada mulanya
baikan dengan jumlah penduduk daerah tersebut. Output atas
berstatus sewa, tetapi setelah jangka waktu tertentu menjadi
dasar harga berlaku dapat pula diperkirakan dengan perkalian
milik sendiri.
jumlah rumah tangga dan rata-rata pengeluaran untuk sewa
Rumah dinas adalah jika tempat tinggal tersebut disediakan oleh instansi pemerintahaan atau swasta, baik dengan membayar sewa, sewa beli maupun tanpa membayar sewa.
keluarga setiap tahunnya diperoleh dari BPS Kota Samarinda yang dapat di perkirakan dari hasil Sensus Penduduk, sedangkan data mengenai rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita untuk sewa, kontrak dan perbaikan dapat diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) yang kemudian di-
inflate dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) komponen biaya tempat tinggal untuk memperkirakan rata-rata pengeluaran sewa rumah untuk tahun yang bersangkutan. Data rata-rata tarif sewa rumahtangga dan rasio NTB diperoleh melalui hasil survei sewa rumah atau survei khusus.
harga berlaku diperkirakan berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sewa rumah, kontrak rumah serta ongkos pemeliharaan dan perbaikan rumah. Output dengan
cara
mengalikan
pengeluaran
konsumsi rumahtangga per kapita untuk sewa, kontrak dan per-
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
dengan outputnya. Sedangkan output dan NTB atas dasar atau deflasi dengan IHK komponen biaya tempat tinggal sebagai deflator. 2.8.5 Jasa Perusahaan a.
Jasa hukum (Advokat/pengacara, notaris )
Yang dimaksud dengan advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. Sedangkan notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh
departemen
kehakiman
untuk
mensyahkan
dan
menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya.
Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal atas dasar
dihitung
berlaku diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB harga konstan dapat diperkirakan dengan metode revaluasi
Data mengenai jumlah penduduk dan rumahtangga atau kepala
tersebut
rumah tangga per kepala keluarga. NTB atas dasar harga
81
b.
Jasa akuntansi dan pembukuan
Jasa akuntansi dan pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan.
82
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral c.
Jasa pengolahan dan penyajian data
Uraian Sektoral f.
Jasa persewaan mesin dan peralatan
Jasa pengolahan dan penyajian data adalah usaha jasa
Jasa persewaan mesin dan peralatan adalah usaha persewaan
pengolahan dan penyajian data yang bersifat umum baik
mesin
secara elektronik, komputer maupun manual atas dasar balas
pertambangan dan ladang minyak, industri pengolahan,
jasa atau kontrak. Termasuk di dalamnya adalah jasa
konstruksi, dan mesin-mesin keperluan kantor.
pembuatan program komputer dan sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan komputer. d.
dan
peralatannya
untuk
keperluan
pertanian,
Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan atau tenaga kerja)
Jasa bangunan, arsitek dan teknik
dengan indikator harga (rata-rata output per perusahaan atau
Jasa bangunan, arsitek dan teknik adalah usaha jasa konstruksi
per tenaga kerja).
bangunan, jasa survei geologi, penyelidikan/pencarian komoditi
Subsektor ini mencakup kegiatan jasa pengacara, jasa
pertambangan dan jasa penyelidikan serta sejenisnya.
angkutan, notaris, jasa arsitektur, jasa pengolahan data, jasa
e.
periklanan dan sebagainya.
Jasa perikanan dan riset pemasaran
Jasa perikanan dan riset pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada pihak lain dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada
konsumen
tentang
produk
dari
suatu
Perkiraan output dan NTB didasarkan pada jumlah tenaga kerja serta rata-rata output dan rasio biaya antara yang bersumber dari Survei Khusus Pendapatan Regional. Perkiraan NTB atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 dihitung dengan cara deflasi menggunakan IHK umum sebagai deflatornya.
perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui berbagai media massa.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
83
84
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral 2.9
SEKTOR JASA –JASA
jasa studio radio dan lainnya yang dikelola oleh swasta. Output masing-masing kegiatan diperoleh dengan cara mengalikan
2.9.1 Pemerintahan Umum
masing-masing indikator produksi denga rata-rata output
Perkiraan nilai tambah untuk sub sektor ini adalah merupakan penjumlahan seluruh komponen belanja pegawai baik pegawai Pemerintah Pusat yang diperbantukan di daerah maupun pegawai pemerintah daerah itu sendiri, perkiraan komponen upah belanja pembangunan dan belanja barang ditambah perkiraan penyusutan. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku untuk Pemerintah Pusat dihitung dengan cara estimasi berdasarkan indeks pegawai. Sedangkan perkiraan nilai tambah dari pemerintah daerah dan pertahanan dihitung dengan
penjumlahan
komponen-komponen
yang
telah
disebutkan di atas. Data mengenai jumlah belanja pegawai, belanja barang, belanja pembangunan untuk pemerintah daerah
diperoleh
dari
kantor-kantor
Uraian Sektoral
perwakilan
seluruh
masing-masing indikator. Sedangkan perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output. Data mengenai jumlah masing-masing pendekatan
indikator
langsung
ke
diperoleh
dengan
melakukan
perusahaan-perusahaan
yang
melakukan usaha seperti yang telah diuraikan di atas. Selanjutnya untuk memperoleh informasi mengenai rata-rata output per indikator produksi dan rasio biaya antara per indikator didapat melalui Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi. 2.9.3 Jasa Sosial Kemasyarakatan
angkatan dan polri yang berada di Kota Samarinda. Perkiraan
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, jasa
nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh
kesehatan serta jasa kemasyarakatan lainnya, seperti panti
dengan cara deflasi.
asuhan, rumah ibadah dan sebagainya terbatas yang dikelola oleh lembaga swasta lainnya.
2.9.2 Jasa Hiburan dan Kebudayaan Sub sektor ini mencakup kegiatan perusahaan/lembaga swasta yang bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, seperti jasa bioskop, bilyard, jasa video, klub malam, diskotik,
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
85
86
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral a.
Jasa pendidikan
terhadap output. Data mengenai jumlah tempat tidur rumah
Yang termasuk kedalam jasa pendidikan swasta adalah segala macam lembaga pendidikan swasta mulai dari taman kanakkanak sampai dengan perguruan tinggi, termasuk kursus menjahit, montir, mengemudi dan lain-lainnya yang sejenis. Perkiraan output pada kegiatan ini adalah dengan cara mengalikan jumlah murid/mahasiswa dengan rata-rata output per murid/mahasiswa. Data mengenai jumlah murid diperoleh dari Dinas Pendidikan Nasional Kota Samarinda dan data mengenai jumlah mahasiswa diperoleh dari masing-masing perguruan tinggi yang ada di Kota Samarinda. Sedangkan ratarata output per unit produksi di dapat dari hasil SKPR Kota Samarinda. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara mengeluarkan biaya antara dan outputnya. Sedangkan perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi. b.
sakit, jumlah dokter praktek dan jumlah dukun/bidan bayi didapat dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda. Selanjutnya untuk mendapatkan informasi mengenai rata-rata output per indikator dan rasio biaya antara per indikator diperoleh dari hasil Survei
Khusus
Pendapatan
Regional
Kota
Samarinda.
Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasinya. c.
Jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya
Mencakup kegiatan panti asuhan dan rumah ibadah. Perkiraan output atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara mengalikan rata-rata output per anak asuh dan rata-rata output per rumah ibadah dengan jumlah anak asuh dan jumlah rumah ibadah. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output. Data mengenai jumlah anak asuh diperoleh dari Dinas
Jasa kesehatan
Sosial Kota Samarinda. Sedangkan data mengenai jumlah
Mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek, dukun dan bidan bayi serta jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output masing-masing kegiatan didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah indikator masing-masing kegiatan dengan rata-rata output per indikator. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada rasio nilai tambah
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral
87
rumah ibadah didapat dari kantor Departemen Agama Kota Samarinda. Sementara itu data mengenai rata-rata output per unit produksi dan rasio biaya antara per unit produksi diperoleh melalui Survei Khusus Pendapatan Regional Kota Samarinda. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi.
88
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Uraian Sektoral 2.9.4 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sub sektor ini
meliputi
segala jenis
kegiatan jasa yang
melayani perorangan dan rumah tangga, seperti reparasi dan pemeliharaan alat-alat rumah tangga, binatu, tukang cukur, pembantu rumah tangga dan sebagainya. Namun berhubung adanya kesulitan dalam memperoleh data mengenai kegiatankegiatan tersebut, maka untuk menghitung output sub sektor ini dihitung dengan menggunakan pendekatan tenaga kerja, yaitu merupakan hasil perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Data mengenai jumlah tenaga kerja diperoleh dari SUSEDA. Sedangkan data mengenai ratarata output per tenaga kerja dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Kota Samarinda. Perkiraan nilai tambah atas dasar harga berlaku didapat
setelah
mengeluarkan
komponen
biaya
antara
terhadap output. Selanjutnya untuk memperkirakan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
89
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 BAB III
Pertumbuhan pembangunan yang dialami Kota Samarinda juga
TINJAUAN EKONOMI KOTA SAMARINDA
tidak terlepas dari peranan Pemerintah dalam mengelola
TAHUN 2008 – 2011
anggaran publik. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2001, Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab yang lebih besar
3.1
KONDISI UMUM EKONOMI
dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan, termasuk
Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda hampir sama jika dibandingkan dengan tahun 2010. Besaran pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 6,60 persen, dimana angka ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai 6,61 persen. Apabila diamati secara rinci, percepatan pertumbuhan terjadi di sektor-sektor ekonomi dominan, seperti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta sektor Jasa-Jasa. Hal ini juga tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
kegiatan
pembangunan
dibidang
ekonomi.
Hal
tersebut
tercermin pada peningkatan total nilai APBD Kota Samarinda sejak tahun 2001 yang mengindikasikan kemandirian daerah dalam membangun ekonominya. Percepatan yang telah tercipta tersebut selanjutnya diharapkan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. Sehingga selain menciptakan pertumbuhan,
yang
lebih
penting
adalah
kemampuan
Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan anggaran secara tepat
guna
pembangunan
menjamin secara
terciptanya adil,
serta
distribusi
hasil-hasil
memanfaatkan
hasil
Selain kedua sektor dominan tersebut, semua sektor juga
pertumbuhan ekonomi tersebut bagi peningkatan kesejahteraan
mengalami percepatan ekonomi pada tahun 2011. Sektor-
masyarakat.
sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi antara lain sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Sektor-sektor tersebut berpotensi untuk dikembangkan dan diupayakan sehingga dapat berperan sebagai sektor pendorong dan penggerak ekonomi di masa yang akan datang.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
PDRB, yang dilengkapi dengan beberapa data turunan, merupakan suatu indikator ekonomi yang digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi daerah. PDRB adalah indikator yang menunjukkan kemampuan semua faktor produksi di dalam suatu wilayah dalam menghasilkan barang dan jasa atau menciptakan pendapatan dalam periode atau tahun tertentu.
91
92
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 Beberapa indikator yang dapat diturunkan dari nilai PDRB adalah perkembangan ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, gabungan inflasi produsen dan konsumen (indeks
implisit),
perkembangan
PDRB
per
kapita
dan
pendapatan perkapita, serta produktivitas tenaga kerja secara rinci dan lain sebagainya. Secara bersama-sama keseluruhan data tersebut dapat memberikan pemahaman mengenai makro ekonomi Kota Samarinda.
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 3.2
PERTUMBUHAN EKONOMI
Selama kurun waktu empat tahun terakhir, perekonomian Kota Samarinda berkembang cukup pesat. Ini ditunjukkan oleh besaran nilai PDRB atas dasar harga yang terus meningkat sejak tahun 2008 hingga 2011. Selama periode tersebut, Kota Samarinda mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,90 persen per tahun. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan yang konsisten terjadi selama periode yang sama di hampir
Sebagai data ekonomi yang disajikan secara tahunan, PDRB dapat menjelaskan perkembangan kondisi ekonomi makro Kota Samarinda. Melalui data tersebut, secara historis dapat terlihat perubahan jumlah nilai tambah (value added) dari produksi barang dan jasa pada suatu periode tertentu. Lebih lanjut, data tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan kajian ekonomi regional, karena berdasarkan data tersebut dapat diperoleh informasi mengenai perubahan ekonomi dari tahun ke tahun. Hasil kajian tersebut selanjutnya dapat berguna sebagai dasar dalam menentukan strategi dan arah kebijakan perencanaan pembangunan di semua sektor ekonomi suatu wilayah sesuai dengan perkembangan waktu.
seluruh sektor ekonomi di Kota Samarinda. Terjadi kenaikan pada besaran pertumbuhan atau percepatan ekonomi selama tahun 2008-2011. Pada tahun 2008, besaran pertumbuhan
adalah
4,82
persen.
Percepatan
tersebut
sebagian bersumber dari aktivitas Pekan Olahraga Nasional (PON)
di
tahun
perekonomian
2008.
Kota
Kemudian,
Samarinda
pada
mengalami
tahun
2009
perlambatan
ekonomi, dimana terjadi penurunan besaran pertumbuhan ekonomi menjadi 4,49 persen, yang disebabkan terutama oleh perlambatan yang terjadi di sektor dominan Kota Samarinda, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda mengalami peningkatan menjadi 6,61 persen. Percepatan di tahun 2010 ini disebabkan
adanya
peningkatan
produksi
di
sektor
Pertambangan dan Penggalian, khususnya pada minyak bumi dan pertambangan batu bara. Pada tahun 2011 ini, sektor
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
93
94
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
dominan yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta
Berdasarkan Grafik 3.1 terlihat bahwa selama kurun waktu 11
sektor Jasa-Jasa kembali mengalami percepatan ekonomi. Di
(sebelas) tahun, terdapat kecenderungan peningkatan pada
samping
Jasa
nilai PDRB baik itu harga berlaku maupun harga konstan.
besaran
Selama periode 2000-2008, rata-rata pertumbuhan ekonomi
itu
Perusahaan pertumbuhan
sektor juga
Keuangan,
memberikan
ekonomi
di
Persewaan, andil
Kota
dan
terhadap Samarinda.
Sektor
kota Samarinda sebesar 7,20 persen per tahun.
Bila
Pertambangan dan Penggalian mengalami perlambatan jika
dibandingkan dengan periode berikutnya, yaitu tahun 2008-
dibandingkan dengan tahun lalu. Walaupun tidak sebesar tahun
2011, perekonomian wilayah mengalami perlambatan (rata-rata
lalu namun pertumbuhan yang dihasilkan di sektor ini juga
pertumbuhan sebesar 5,90 persen per tahun).
masih cukup tinggi.
Perlambatan yang terjadi di tahun 2009, dimana besaran
Perkembangan ekonomi Kota Samarinda selama tahun 2000
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, dari 4,82 persen
dan 2008-2011 dapat dilihat pada Grafik 3.1.
pada tahun 2008 menjadi 4,49 persen pada tahun 2009 (Tabel 3.1). Pada tahun 2009, terjadi perlambatan yang cukup tinggi di
Grafik 3.1 PDRB Kota Samarinda Tahun 2000, 2008 – 2011 ( Milyar Rupiah )
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Hal ini disebabkan adanya perlambatan di sektor perhotelan, hal ini merupakan dampak tidak langsung dimana pada tahun 2008 terdapat aktivitas Pekan Olahraga Nasional (PON), dimana di tahun 2008 sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dan kemudian melambat di tahun berikutnya.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
95
96
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 Tabel 3.1
PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2000, 2008 – 2011 PDRB ( Juta Rp ) Harga Konstan Harga Berlaku 2000 (2) (3)
Tahun (1)
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 di tahun 2000, sebesar 6,08 trilyun rupiah. Kenaikan pada nilai PDRB atas dasar harga berlaku berlanjut hingga tahun 2011
Laju Pertumbuhan per tahun (%)
nilainya mencapai 27,43 trilyun rupiah atau lebih dari empat kali
(4)
menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang konsisten
lipat dibandingkan nilai PDRB di tahun 2000. Hal ini
2000
6.077.497
6.077.497
2008
18.773.923
10.595.535
4,82
2009
21.077.418
11.071.771
4,49
2010r)
24.114.333
11.804.015
6,61
pada tahun 2011 mencapai 12,58 trilyun rupiah. Hal tersebut
2011*)
27.427.234
12.583.625
6,60
terjadi karena adanya peningkatan terjadi di hampir seluruh sub
6,84
sektor ekonomi. Kenaikan tersebut menciptakan pertumbuhan
2000-2011 Keterangan :
r) *)
selama kurun waktu 12 (dua belas) tahun terakhir. Secara riil, pada tahun 2011 terdapat kenaikan sekitar 779,61 milyar rupiah, sehingga nilai nominal atas dasar harga konstan
sebesar 6,60 persen. Dibandingkan tahun 2010, besaran
Angka Revisi Angka Sementara
kenaikan tersebut tidak jauh berbeda jika dibandingkan
Pertumbuhan ekonomi 6,61 persen berasal dari peningkatan
kenaikan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2009, sebesar
aktivitas di hampir seluruh sub sektor ekonomi di Kota
732,24 milyar rupiah. Hal tersebut menunjukkan kondisi yang
Samarinda. Percepatan pertumbuhan terjadi terutama di sektor
sama yang terjadi pada perekonomian Kota Samarinda di tahun
dominan, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta
2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010.
sektor-sektor jasa lainnya dengan kontribusi yang cukup besar. Besaran pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran mencapai 9,26 persen, sektor Jasa-Jasa mencapai 8,09 persen, dan sektor Industri Pengolahan mencapai 4,49
Pada tahun 2011, sektor dominan yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami percepatan. Sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan
persen.
sektor lain, yakni 9,26 persen. Pada tahun 2008, sektor ini
Pada tahun 2008, besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku
bahkan percepatan ekonomi. Pelaksanaan PON Juli 2008
sebesar 18,73 trilyun rupiah atau lebih dari tiga kali lipat PDRB
berpengaruh
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
sangat signifikan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi,
97
98
sangat
signifikan
dalam
menciptakan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan selesainya pelaksanaan
Sektor Listrik, Gas, dan Air pada tahun 2011 ini mengalami
PON, walaupun terjadi pertumbuhan yang positif, aktivitas
pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 4,80 presen.
sektor tersebut menjadi bergerak lebih lambat dibandingkan
Besaran ini lebih tinggi jika dibandingkan pada tahun 2010,
periode sebelumnya.
yakni hanya 2,64 persen. Hal ini dikarenakan mulai banyaknya
Sektor
Jasa-Jasa
juga
mengalami
kenaikan
besaran
persentase pertumbuhan atau terjadi percepatan yang cukup tinggi, yaitu dari 5,66 persen di tahun 2010 menjadi 8,09 persen di tahun 2011.
persen)
pemasangan listrik prabayar untuk penduduk di wilayah Kota Samarinda. Sektor Industri Pengolahan juga mengalami pertumbuhan yang
Pada tahun 2011, besaran pertumbuhan di sektor Bangunan (5,03
pemasangan listrik baru, dimana PLN mulai menggalakkan
lebih
tinggi
jika
dibandingkan
besaran
pertumbuhan pada tahun 2010 (4,77 persen). Hal ini menunjukkan bahwa geliat sektor tersebut masih cukup signifikan. Pergerakan ekonomi yang cukup signifikan di wilayah Kota Samarinda adalah kegiatan pembangunan
positif
yakni
sebesar
4,49
persen.
Walaupun
memiliki
pertumbuhan yang relatif kecil dibanding sektor lainnya, namun karena peranan sektor tersebut signifikan dalam kegiatan ekonomi Kota Samarinda, maka pertumbuhan yang terjadi di sektor tersebut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda secara keseluruhan.
properti yang cukup meningkat. Ini ditandai dengan munculnya
Sektor lain yang juga mengalami perlambatan jika dibandingkan
perumahan baru, serta ruko dan mall yang tersebar di wilayah
dengan tahun 2010 adalah sektor Keuangan, Persewaan,
Kota Samarinda.
maupun
Sementara di sektor Pengangkutan dan Komunikasi, besaran pertumbuhan di tahun 2011 sebesar 4,80 persen. Besaran ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 4,67 persen.
Jasa
Perusahaan.
Sektor
tersebut
mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi di tahun 2010 yaitu 6,65 persen, kemudian mengalami penurunan besaran pertumbuhan menjadi 6,48 persen pada tahun 2011. Walaupun mengalami penurunan besaran pertumbuhan, namun sektor ini masih berpotensi untuk terus dikembangkan, hal ini terlihat dari kecilnya besaran penurunan yang terjadi.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
99
100
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 Sektor
Pertambangan
dan
Penggalian
ini
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
mengalami
ekonominya di Kota Samarinda. Sehingga kedepan, perlu
pertumbuhan sebesar 5,56 persen di tahun 2011. Besaran ini
sinergi serta kerjasama dari kedua pihak dalam menjamin
jauh lebih kecil jika dibandingkan tahun 2010, yakni sebesar
kelangsungan pertumbuhan ekonomi di Kota Samarinda yang
16,86 persen. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan lifting yang
dapat
cukup signifikan pada produksi minyak bumi jika dibandingkan
kesejahteraan masyakarat.
tahun 2009. Hal ini disebabkan adanya perkembangan teknologi dalam meningkatkan produksi minyak bumi. Selain meningkatnya produksi minyak bumi, di tahun 2010 produksi batu bara juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2011 ini, produksi batubara di Kota Samarinda mengalami penurunan jumlah produksi.
ekonomi jika dibandingkan tahun 2010, yakni sebesar 6,73 persen di tahun 2010 menjadi 2,74 persen di tahun 2011 ini. Perlambatan yang terjadi di sektor ini, bersumber menurunnya produksi sub sektor Tanaman Bahan Makanan dan Tanaman Perkebunan. Sementara di sektor Kehutanan mengalami perlambatan minus 1,09 persen.
merupakan salah satu dampak positif dari otonomi daerah, peran
Pemerintah
Daerah
dalam
pembangunan. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi tersebut juga tidak terlepas dari peran swasta dalam melakukan aktivitas
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
lapangan
kerja
serta
STRUKTUR EKONOMI
Selama periode tahun 2000 hingga 2011, terjadi perubahan dalam struktur perekonomian Kota Samarinda. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya dinamika perubahan
struktur tersebut adalah perkembangan teknologi, adanya serta perkembangan dan ketersediaan sumber daya atau faktor produksi suatu sektor usaha. Selain itu, perubahan struktur ekonomi dapat juga disebabkan oleh adanya perbedaan laju pertumbuhan antar sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang tingkat pertumbuhannya lebih tinggi akan memiliki kontribusi yang semakin besar, sebaliknya sektor dengan pertumbuhan yang kecil akan mengalami
Pertumbuhan ekonomi yang dirasakan selama periode tersebut peningkatan
penciptaan
perbedaan insentif yang diterima atas investasi yang dilakukan,
Di tahun 2011, sektor Pertanian juga mengalami perlambatan
melalui
3.3
meningkatkan
101
penurunan kontribusi terhadap total nilai tambah wilayah. Perubahan tersebut berimplikasi pada perubahan distribusi pendapatan sektoral dari para pelaku ekonomi.
Akibatnya
adalah sektor dengan kontribusi yang semakin menurun pada beberapa tahun terakhir akan menjadi kurang menarik
102
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
dibandingkan sektor ekonomi lain yang pertumbuhan dan
kontribusi sebesar 54,62 persen pada tahun 2000, kemudian
kontribusinya semakin besar. Akibatnya adalah akan terjadi
terus meningkat hingga menjadi 64,02 persen di tahun 2011. Ini
pergeseran faktor produksi ke sektor-sektor yang semakin
berdampak pada penurunan peranan di sektor Produksi
berkembang dengan potensi pendapatan yang lebih tinggi.
(manufacture) yaitu dari 43,00 persen pada tahun 2000,
Peranan sektor dan sub sektor ekonomi sangat mempengaruhi karakteristik ekonomi suatu daerah. Hal tersebut terkait dengan potensi
masing-masing
memberikan
kontribusi
sektor bagi
atau
sub
sektor
dalam
perkembangan/pertumbuhan
menjadi hanya 33,93 persen pada tahun 2011. Sedangkan kontribusi sektor Pertanian (agriculture) cenderung tetap dan sangat kecil dibanding kedua sektor yang lain, yaitu dari 2,38 persen pada tahun 2000 menjadi 2,05 persen pada tahun 2011.
ekonomi daerah. Beberapa sektor atau sub sektor mungkin
Grafik 3.2 Struktur Sektor Ekonomi Tahun 2000, 2008 – 2011 (persen)
memiliki potensi pertumbuhan tinggi, sedangkan yang lain memiliki potensi pertumbuhan lambat. Secara umum, kegiatan perekonomian dapat dibagi kedalam 3 (tiga)
kelompok
yaitu
Pertanian
(agriculture),
Produksi
(manufacturing) dan Jasa (services). Grafik 3.2 menunjukkan bahwa selama tahun 2000-2009 telah terjadi pergeseran kontribusi dalam pembentukan nilai tambah (added value) barang dan jasa. Seperti pada umumnya wilayah perkotaan, sektor Jasa sangat mendominasi perekonomian di Kota Samarinda, yang kemudian diikuti oleh sektor Produksi. Sejak tahun 2000, terjadi pergeseran pada peranan masingmasing sektor dalam perekonomian Kota Samarinda (Tabel 3.2.). Peranan sektor Jasa (services) terhadap pembentukan total PDRB terus meningkat. Sektor tersebut memberikan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
103
104
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Berdasarkan klasifikasi 9 (sembilan) sektor ekonomi atau
Selain kedua sektor di atas, lapangan usaha atau sektor
lapangan usaha, pada tahun 2011 sektor yang mempunyai
ekonomi lain yang juga cukup signifikan (memiliki kontribusi di
sumbangan tertinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel dan
atas 10 persen) dalam perekonomian Kota Samarinda adalah
Restoran dengan kontribusi sebesar 30,76 persen. Peranan
sektor Keuangan (12,51 persen) dan sektor Jasa-jasa (11,67
sektor tersebut selama sebelas tahun terakhir terus meningkat,
persen. Sedangkan kontribusi yang relatif kecil diberikan oleh
dari sekitar 21,59 persen pada tahun 2000 menjadi 30,76
sektor Listrik dan Air Minum yang berkisar antara 1,09 persen
persen pada tahun 2011. Sektor yang mempunyai kontribusi
dari total nilai tambah bruto Kota Samarinda, dan sektor
terbesar
Pertanian sebesar 2,05 persen pada tahun 2011.
kedua
adalah
sektor
Industri
Pengolahan.
Pertumbuhan sektor tersebut belum mampu tumbuh di atas
Tabel 3.2
lima persen sepanjang kurun waktu 2000-2010, sehingga kontribusi relatif menurun dari 31,90 persen pada tahun 2000 menjadi menjadi 19,32 persen pada tahun 2011. Kondisi tersebut disebabkan oleh sulitnya memperoleh bahan baku, terutama untuk sektor industri kayu lapis (plywood) yang
Struktur Sektor Ekonomi Tahun 2000, 2008 – 2011 (persen)
Lapangan Usaha
2000
2008
2009
2010r)
2011*)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Sektor A
2,38
2,17
2,13
2,14
2,05
1. Pertanian
2,38
2,17
2,13
2,14
2,05
43,00
35,00
33,99
34,48
33,93
mengalami kesulitan pasokan hingga membuat beberapa
Sektor M
perusahaan melakukan efisiensi tenaga kerja di awal tahun
5,39
7,25
7,49
8,42
8,66
kayu lapis yang terpaksa menghentikan kegiatan produksinya.
2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Minum 5. Kontruksi/Bangunan
31,90 1,55 4,16
21,01 1,25 5,49
19,97 1,22 5,31
19,82 1,15 5,09
19,32 1,09 4,86
Namun mulai tahun 2009 sampai sekarang, industri pengolahan
Sektor S
54,61
62,83
63,88
63,38
64,02
di Kota Samarinda mulai menggeliat kembali. Makin banyaknya
6. Perdagangan, Restoran & Hotel 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan 9. Jasa-Jasa
21,59
28,10
29,25
30,21
30,76
11,02
10,20
10,13
9,49
9,08
12,85 9,16
12,90 11,63
12,60 11,90
12,07 11,61
12,51 11,67
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
2008. Bahkan di akhir tahun 2008, terdapat 2 (dua) industri
industri
mikro
kecil
dan
industri
rumahtangga
yang
berkembang, menyebabkan percepatan ekonomi yang cukup tinggi di sektor industri Pengolahan ini.
JUMLAH Keterangan :
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
105
106
r) *)
Angka Revisi Angka Sementara
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 3.4
PDRB DAN PENDAPATAN PER KAPITA
sebesar 1,46 persen dan kemudian mengalami perlambatan
Keberhasilan pembangunan tidak cukup hanya memperhatikan kenaikan
PDRB
secara
total,
tetapi
perlu
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
juga
dilihat
perkembangan PDRB per kapita, khususnya pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. Tabel 3.3 menyajikan perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 untuk periode 2000-2011.
walaupun tidak terlalu besar di tahun 2009 yaitu sebesar 1,16 persen. Pada tahun 2010, PDRB per Kapita mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 3,20 persen. Di tahun2011, PDRB per Kapita mengalami sedikit perlambatan yakni sebesar 2,64 persen. Sehingga rata-rata pertumbuhan per tahun selama periode 2008-2011 menjadi sebesar 1,82 persen. Tabel 3.3
Perlu dipahami bahwa angka PDRB per kapita ini masih bersifat kotor
(bruto).
Karena
angka
tersebut
ini
PDRB Per Kapita Kota Samarinda Tahun 2000, 2008 – 2011
belum
memperhitungkan pendapatan yang keluar atau masuk antar daerah. Secara teknis, dibutuhkan pendataan khusus atau
PDRB per Kapita Tahun
Harga Berlaku (Rupiah)
US$
(1)
(2)
(3)
survei khusus untuk mengetahui besarnya transfer dari pendapatan penduduk dan perusahaan yang ada di Samarinda.
Perkembangan PDRB per kapita, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, selama periode 20082011 menunjukkan adanya peningkatan. Selama periode 2007
(5)
11.585.917
1.208
11.585.917
-
2008
27.455.765
2.446
15.495.352
1,46
2009
29.841.343
3.159
15.675.379
1,16
2010*)
33.146.849
3.668
16.225.451
3,51
2011r)
36.297.271
3.983
16.653.201
2,64
Namun demikian, PDRB per kapita masih banyak digunakan di satu indikator kemakmuran atau potensi ekonomi daerah.
Pertumbuhan /tahun (%)
2000
Akan tetapi hingga saat hal tersebut belum pernah dilakukan. berbagai daerah dan dianggap cukup memadai sebagai salah
Harga Konstan 2000 (Rupiah) (4)
2008-2011
1,82
Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara
hingga 2011, PDRB per Kapita mengalami pertumbuhan positif. Pada tahun 2008, PDRB per Kapita mengalami pertumbuhan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
107
108
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Apabila dicermati, terdapat peningkatan yang konsisten pada
Grafik 3.3 PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita ADHK Tahun 2000, 2008 – 2011
nilai PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku. Dimana selama 11 (sebelas) tahun terakhir, nilai PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku meningkat dari dari 11,59 juta rupiah tahun 2000 menjadi 36,30 juta rupiah tahun 2011. Hal yang sama juga terjadi pada nilai PDRB per Kapita atas dasar konstan, dimana pada periode yang sama juga terus mengalami peningkatan hingga mencapai lebih dari 16 juta rupiah, atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,35 persen per tahun. Gambaran yang sama diperoleh pada besaran Pendapatan per Kapita (Grafik 3.3). Selama 2008 hingga 2011, terjadi peningkatan yang kontinyu pada nilai Pendapatan per Kapita yaitu rata-rata sebesar 1,99 persen per tahun. Hal ini menggambarkan
perkembangan
pendapatan
masyarakat
dimana terdapat kecenderungan peningkatan pendapatan riil. Kondisi ini mengimplikasikan adanya peningkatan kemampuan pada daya beli masyarakat di masa yang akan datang. Untuk itu, perlu diteliti faktor-faktor penyebab serta bagaimana cara yang tepat guna semakin meningkatkan daya beli masyarakat lebih lanjut.
Walaupun terdapat kecenderungan fluktuasi pada nilai tukar rupiah, akan tetapi hal tersebut tidak berdampak secara negatif terhadap besaran nilai PDRB per Kapita. Ini ditunjukkan oleh kecenderungan nilai PDRB per Kapita Kota Samarinda (dalam dollar Amerika) yang terus meningkat selama tahun 2000-2011. Pada tahun 2011, PDRB per Kapita mencapai US$ 3.983 atau lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun 2000 yang hanya sebesar US$ 1.208.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
109
110
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 3.5
INDEKS IMPLISIT DAN INDEKS HARGA KONSUMEN
indeks harga tertinggi yaitu 160,352, sedangkan indeks
(IHK)
kelompok Makanan Jadi, Rokok dan Tembakau adalah 146,36.
Inflasi merupakan salah satu indikator untuk mengukur stabilitas ekonomi suatu wilayah (region) dengan melihat perubahan harga barang dan jasa secara umum. Selain itu, inflasi juga dapat digunakan untuk melihat kestabilan nilai tukar uang terhadap barang dan jasa. Perkembangan inflasi dapat dilihat dari dua indikator statistik. Pertama, Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diterbitkan secara bulanan, sedangkan yang kedua adalah Indeks Implisit PDRB (dengan melihat harga berlaku dan harga konstan PDRB di tahun yang bersangkutan) yang diterbitkan setiap tahun oleh BPS
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Kota
Samarinda.
Indeks
implisit
secara
umum
menggambarkan “tingkat harga” produsen, sedangkan IHK menggambarkan tingkat harga yang harus dibayar konsumen. Pada tahun 2011, IHK gabungan atau umum sebesar 138,22 (2007=100). Dengan angka indeks tersebut, maka IHK Kota Samarinda berada di atas angka IHK Nasional (gabungan dari 66 kabupaten/kota) yakni sebesar 129,18.
Nilai tersebut
merupakan akibat kenaikan yang terjadi selama kurun waktu satu tahun sebesar 6,23 persen. Apabila dicermati, kenaikan IHK di tahun 2011 tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan di seluruh kelompok komoditi. Kelompok Bahan Makanan memiliki
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
111
Indeks kelompok Perumahan dan Sandang masing-masing adalah 140,01 dan 156,31. Sedangkan indeks komoditi Kesehatan,
komoditi
Pendidikan
dan
komoditi
Transpor
masing-masing adalah sebesar 131,41, 129,01 dan 102,42 (Tabel 3.4). Kenaikan yang terjadi pada IHK disebut sebagai inflasi. Inflasi dapat berdampak secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Apabila inflasi suatu daerah atau negara tidak dapat dikendalikan, maka yang menerima dampak langsung dari kondisi tersebut adalah masyarakat yang menerima penghasilan tetap dan masyarakat penerima penghasilan rendah. Untuk itu laju inflasi perlu terus diamati, sehingga perubahannya dapat terus diantisipasi atau dikendalikan. Secara umum, Kota Samarinda masih memiliki suasana ekonomi yang baik dan kondusif, terutama dalam hal inflasi. Hal ini tidak terlepas dari partisipasi dan peran para pelaku perdagangan yang tidak melakukan spekulasi penimbunan barang, serta kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan pembelian secara berlebihan. Kondisi tersebut perlu terus dijaga dan diantisipasi oleh Pemerintah Kota Samarinda serta aparat terkait agar keberadaan stok, khususnya kebutuhan pokok selalu terjaga. Pada tahun 2011, harga komoditi di Kota
112
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Samarinda mengalami inflasi yang moderat, yaitu sebesar 6,23
Perkembangan indeks implisit PDRB tahun 2008-2011 disajikan
persen.
pada Tabel 3.5. Indeks implisit sangat identik dengan indeks
Tabel 3.4
Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2008 – 2011 (Th 2007=100)
Kelompok Komoditi (1)
2008
2009
2010
harga produsen makro di wilayah Kota Samarinda. Tabel 3.5
2011
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Bahan Makanan
128,22
135,87
151,92
160,35
2. Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau
119,09
128,11
138,02
146,36
3. Perumahan
118,04
123,55
129,84
140,01
4. Sandang
118,85
125,44
139,06
156,31
5. Kesehatan
113,16
120,67
127,75
131,41
6. Pendidikan & Olah Raga
111,56
113,07
117,23
129,01
7. Transportasi, Komunikasi, & Jasa Keuangan
102,63
99,56
101,14
102,42
Gabungan/Umum Kota Samarinda
116,86
121,60
130,11
Gabungan Kalimantan Timur
116,63
121,65
Gabungan Nasional
102,52
117,03
Perkembangan Indeks Harga Produsen (Implisit PDRB) Kota Samarinda Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 – 2011 (Tahun 2000 = 100)
Lapangan Usaha (1)
2008 (2)
2009 (3)
2010r) (4)
2011*) (5)
1. Pertanian
174,05
183,76
197,40
209,71
2. Pertambangan dan Penggalian
230,94
241,11
265,50
294,37
3. Industri Pengolahan
170,32
180,25
196,73
208,75
4. Listrik, Air Minum
176,95
191,02
200,42
206,19
5. Kontruksi/Bangunan
167,25
173,12
181,28
187,47
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
181,78
203,68
222,42
235,74
138,22
7. Angkutan & Komunikasi
159,72
165,64
169,75
176,20
130,50
138,78
125,17
129,18
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
189,04
197,01
202,43
224,05
9. Jasa-Jasa
164,74
180,13
190,24
201,21
177,19
190,37
204,29
217,96
Catatan: Untuk Kaltim merupakan gabugan 3 Kota Untuk Nasional merupakan gabungan 66 Kota Sumber : BPS Kota Samarinda
Gabungan/Umum Keterangan :
Angka Revisi Angka Sementara Sumber : BPS Kota Samarinda
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
113
114
r)
*)
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Perkembangan indeks implisit menunjukkan perubahan harga
Laju inflasi berdasarkan harga konsumen di Kota Samarinda
barang dan jasa pada tingkat produsen dibandingkan terhadap
pada
tahun dasar. Dari Tabel 3.5 diperoleh gambaran peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2010 yakni sebesar 7,00 persen.
indeks harga gabungan semua sektor ekonomi dari 204,29 di
Inflasi Kota Samarinda hanya sedikit lebih rendah jika
tahun 2010 menjadi 217,96 pada tahun 2011. Berarti selama
dibandingkan inflasi Provinsi Kalimantan Timur, namun lebih
periode 2010-2011 telah terjadi kenaikan harga barang dan
tinggi dibandingkan inflasi nasional. Inflasi yang cukup tinggi di
jasa di tingkat produsen untuk wilayah Samarinda rata-rata
Kota Samarinda ini akibat ketergantungan barang dari luar
sebesar 6,69 persen. Sedangkan untuk periode yang sama
daerah, yakni Jawa dan Sulawesi untuk komoditi bahan pangan
kenaikan harga konsumen adalah sekitar 6,23 persen.
pokok seperti beras, minyak goreng, gula, daging dan telur.
Berdasarkan klasifikasi 9 (sembilan) lapangan usaha,
pada
tahun 2011 masing-masing sektor memberi sumbangan yang cukup tinggi bagi pembentukan indeks implisit. Sektor-sektor dengan indeks implisit yang tinggi adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Sektor Pertanian masing-masing sebesar 294,34, 135,74, 224,05, dan 209,71.
tahun
2011
sebesar
6,23
persen,
lebih
rendah
faktor inflasi dari luar daerah juga menjadi faktor penentu yang cukup signifikan bagi terjadinya inflasi di Kota Samarinda. Ditambah lagi dengan ongkos transportasi dari daerah asal ke Kota Samarinda cukup tinggi. Hal ini diperparah bahwa Kota Samarinda
bukanlah
penghasil
barang,
sehingga
kapal
pembawa barang dari luar daerah akan kembali tanpa membawa muatan dari Kota Samarinda. Namun dibalik tingginya angka inflasi yang terjadi di Kota
Perubahan pada kedua angka indeks tersebut memberikan informasi mengenai laju inflasi yang terjadi di wilayah Kota Samarinda, baik itu inflasi atas dasar harga konsumen maupun harga produsen (berdasarkan perubahan indeks implisit PDRB). Perlu diketahui bahwa komoditi/sektor yang mencatat
Samarinda, kondisi inflasi yang terjaga juga merupakan indikasi cukup baiknya upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Pemerintah, sehingga hal tersebut berdampak positif bagi masyarakat baik itu dari aspek ekspektasi inflasi maupun sisi daya beli masyarakat.
angka indeks tinggi tidak selalu mencerminkan angka inflasi
Inflasi memberikan dampak yang cukup luas terhadap
yang tinggi pula.
kebijakan dan perencanaan pembangunan, terutama terkait
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
115
116
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011
penyediaan anggaran dan daya beli masyarakat. Oleh karena
Tabel 3.6
itu angka inflasi sangat diperlukan dalam setiap penyusunan perencanaan dan kebijakan pembangunan agar hasil yang diperoleh dapat lebih realistis dan tajam. Inflasi sangat dipengaruhi
oleh
kondisi
penawaran
dan
permintaan
barang/jasa dalam suatu wilayah. Beberapa kondisi yang memungkinkan terjadinya inflasi adalah: pertama, faktor jumlah persediaan barang/jasa tetap, sedangkan permintaan naik;
Perkembangan Laju Inflasi/Deflasi Kota Samarinda Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2008 – 2011 (Persen)
Kelompok Komoditi
2008
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
( 5)
1. Bahan Makanan
20,38
5,97
11,81
5,55
2. Makanan jadi, minuman, Rokok dan tembakau
12,94
7,57
7,74
6,04
3. Perumahan
15,91
4,67
5,09
7,83
4. Sandang
7,85
5,54
10,86
12,40
kedua, jumlah persediaan barang/jasa berkurang tetapi pada
5. Kesehatan
7,64
6,64
5,87
2,86
saat yang sama jumlah permintaan naik; ketiga, jumlah
6. Pendidikan dan Olah Raga
8,50
1,35
3,68
10,05
barang/jasa naik karena adanya kebijakan di bidang keuangan.
7. Transpor dan Komunikasi
3,53
-2,99
1,59
1,27
Perkembangan inflasi Kota Samarinda disajikan pada Tabel
Gabungan Samarinda
12,69
4,06
7,00
6,23
Kaltim
13,06
4,31
7,28
6,35
Nasional
11,06
2,78
6,96
3,79
3.6. Dengan membandingkan perkembangan inflasi dan laju implisit, terlihat bahwa perubahan harga produsen dan konsumen relatif
Catatan: Untuk Kaltim merupakan gabungan 3 Kota Untuk Nasional merupakan gabungan 66 Kota Sumber : BPS Kota Samarinda
sejalan. Ini ditunjukkan oleh pola gerakan perubahan kedua
Berdasarkan grafik, terlihat bahwa secara umum perekonomian
jenis harga tersebut
yang sejalan yang mengindikasikan
Samarinda relatif stabil selama 11 tahun. Pada tahun 2005,
keterkaitan yang cukup tinggi antara kedua indeks tersebut
terjadi inflasi yang sangat tinggi baik di Samarinda maupun
(Grafik 3.4).
nasional. Inflasi 2005 Kota Samarinda mencapai 16,64 persen. Hal ini disebabkan adanya peningkatan harga BBM secara drastis yang mengakibatkan kenaikan harga pada komoditikomoditi lain, misalnya transportasi dan bahan makanan. Pada tahun 2008, juga terjadi inflasi yang cukup tinggi. Kejadian ini mirip dengan kejadian di tahun 1998 pada saat krisis ekonomi
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
117
118
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 berlangsung. Ini menunjukkan bahwa kondisi Nasional sangat berpengaruh terhadap perekonomian suatu daerah. Keterkaitan yang sama ditunjukkan melalui inflasi pada tahun 2008, dimana pada saat krisis finansial global terjadi yang berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah, mengakibatkan laju inflasi mencapai dua dijit atau 12,96 persen.
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 3.6
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTORAL
Produktivitas tenaga kerja diperoleh dengan menggunakan pendekatan penghitungan rasio antara nilai tambah dengan jumlah tenaga kerja. Indikator tersebut menunjukkan besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap tenaga kerja. Semakin tinggi nilai produktivitas, maka tenaga kerja dinilai semakin
Grafik 3.4 Perkembangan Laju Inflasi dan Implisit PDRB Tahun 2000 – 2011
produktif.
Peningkatan
pada
produktivitas
tenaga
kerja
diharakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sehingga manfaat ekonomi yang diperoleh dapat lebih banyak. Terdapat pergeseran struktur ekonomi wilayah Kota Samarinda dari tahun ke tahun. Perekonomian Kota Samarinda terus berkembang dari ekonomi agraris tradisional menjadi struktur ekonomi yang lebih maju, yaitu ekonomi yang didukung oleh sektor jasa-jasa dan industri yang makin kuat. Selain itu, sektor pertanian yang juga semakin tangguh, sehingga mempunyai daya serap tenaga kerja akan semakin meningkat. Kondisi tersebut
pada
akhirnya
mampu
mengurangi
angka
pengangguran. Situasi penguatan pemulihan ekonomi Kota Samarinda yang semakin membaik juga didukung oleh adanya pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang baik sepanjang periode 2000-2011 (Tabel 3.7).
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
119
120
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 Tabel 3.7
Produktivitas Rata-Rata Tenaga Kerja dan Laju Pertumbuhan Tahun 2000 & 2011 Produktivitas Tenaga Kerja (000 Rp)
Lapangan Usaha (1)
2000
2011
(2)
(3)
Laju Pertumbuhan per Tahun (%) (4)
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 penggalian, industri pengolahan, gas, listrik dan air, serta konstruksi), dan Services (sektor S, terdiri dari perdagangan, transportasi, lembaga keuangan dan jasa-jasa). Sektor padat karya seperti sektor pertanian dan bangunan cenderung bersifat
massal
dalam
menyerap
tenaga
kerja
yang
berpendidikan rendah dengan teknologi yang sederhana. Hal
SEKTOR (A)
7.907
31.626
13,43
tersebut menyebabkan terdapat kesulitan dalam memacu
SEKTOR (M)
40.094
104.363
9,09
tingkat produktivitas yang tinggi. Sebaliknya sektor padat
SEKTOR (S)
25.295
80.305
11,07
GABUNGAN
28.305
84.233
10,42
modal, yang diasumsikan sebagai sektor modern, mempunyai kecenderungan melibatkan investasi
yang besar dengan
menyerap jumlah tenaga kerja sedikit dan berkualitas dengan latar
belakang
pendidikan
yang
sesuai
dan
biasanya
Secara umum produktivitas tenaga kerja sektoral dapat
menggunakan teknologi tinggi dalam operasional kegiatannya.
dibedakan berdasarkan sektor dengan produktivitas serta
Beberapa sektor yang termasuk sektor modern adalah sektor
penyerapan tenaga kerja tinggi. Dari hal tersebut dapat
Keuangan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, sektor
diketahui sektor mana saja yang padat karya dan sektor padat
Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan,
modal. Dari gambaran Tabel 3.7 dapat diketahui peningkatan
dan sektor Listrik, Gas dan Air Minum. Secara rinci, tenaga
rata-rata laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja antara
kerja di sektor-sektor tersebut memiliki tingkat produktivitas
tahun
tinggi ini ditunjukkan oleh tingginya nilai tambah yang dihasilkan
2000
dengan
tahun
2011.
Artinya
perubahan
produktivitas dihitung dari PDRB atas dasar harga berlaku
oleh setiap tenaga kerja.
terhadap jumlah tenaga kerja. Dengan menggunakan klasifikasi 3 (tiga) kelompok besar sektor PDRB, yaitu Agriculture (sektor A atau pertanian),
Manufacturing (sektor M, terdiri dari pertambangan dan
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
121
122
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
Tinjauan Ekonomi Kota Samarinda 2008 – 2011 Grafik 3.5 Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2000 dan 2011
Berdasarkan ilustrasi Grafik 3.5, tampak kekuatan masingmasing sektornya. Selama periode 2000-2011 produktivitas tenaga kerja di Kota Samarinda meningkat rata-rata 10,42 persen per tahun. Dengan rincian sektor Agriculture (A) sebesar 13,43 persen, sektor Manufacturing (M) 9,09 persen dan sektor
Services (S) sebesar 11,07 persen.
PDRB Kota Samarinda menurut Lapangan Usaha 2011
123