ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta)
Oleh : FAUZIA HERLIN A14204041
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN FAUZIA HERLIN. Analisis Tangung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat. (Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN).
Isu mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) hingga saat ini merupakan isu yang sedang banyak diperbincangkan oleh berbagai aktivis maupun civitas akademika. Salah satu definisi mengenai CSR yaitu definisi yang dikemukakan oleh The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 (dalam Wibisono, 2007). Terkait dengan hal tersebut, CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. CSR penting untuk dilakukan oleh perusahaan terutama oleh perusahaan yang kegiatan operasinya menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar. CSR tersebut dianggap penting karena pada kenyataannya terdapat perusahaan yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan masyarakat (konflik) karena masyarakat atau komunitas lokal merasa terganggu dengan aktivitas perusahaan. Akan tetapi, selain terdapat perusahaan yang memiliki hubungan yang tidak harmonis, terdapat pula perusahaan yang memiliki hubungan yang cukup harmonis dengan masyarakat karena perusahaan tersebut telah menerapkan CSR dengan baik. Penerapan CSR tersebut dilakukan sebagai
pembuktian dari adanya fenomena tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengungkap fenomena tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perushaan. Fenomena tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terdapat di perusahaan dapat digambarkan dengan menjawab tiga pertanyaan yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian yaitu pandangan perusahaan terhadap CSR, strategi perusahaan dalam melaksanakan program CSR, serta manfaat yang dirasakan oleh perusahaan maupun masyarakat yang menerima program. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan studi kasus berupa studi kasus instrinsik. Studi kasus intrinsik dipilih karena peneliti ingin mengkaji suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau sebagai pendukung yang membantu peneliti dalam memahami konsep tanggung jawab sosial PT Antam Tbk. Kegiatan CSR dilakukan oleh PT Antam Tbk sejak tahun 2005. Program yang menjadi studi kasus pada penelitian ini adalah Program Kemitraan sebagai program untuk meningkatkan perekonomian lokal. Program Kemitraan ini merupakan program yang memiliki tujuan untuk menjadikan mitra binaan mandiri dan meningkat skala usahanya. Salah satu kegiatan yang dibahas pada program kemitraan ini yaitu kegiatan pameran hasil karya mitra binaan Antam yang berlangsung di Jakarta. CSR PT Antam Tbk pada Program Kemitraan dapat dikatakan belum berbasis pada pemberdayaan. Hal tersebut dikarenakan belum adanya partisipasi dari mitra binaan dalam tahap-tahap penerapan CSR. Karakteristik CSR yang
terdapat pada Program Kemitraan PT Antam Tbk berada pada posisi Corporate Citizenship karena karakteristik kedermawanan sosial yang terdapat pada kegiatan CSR PT Antam Tbk mencakup misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi serta inspirasi. Cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR tergolongkan menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), karena terdapat suatu regulasi pada Program Kemitraan PT Antam Tbk yang mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 tentang pelaksanaan Program Kemitraan. Kategori kedua adalah sebagai dorongan tulus dari perusahaan karena terdapatnya kebijakan PT Antam Tbk dalam bentuk misi dan komitmennya untuk berbagi dengan masyarakat. Strategi yang dijalankan oleh PT Antam Tbk pada Program Kemitraan telah mengacu pada tahap-tahap penerapan CSR yang terwujud dalam bentuk Standar Kerja Program Kemitraan PT Antam Tbk. Penerapan CSR yang dilakukan PT Antam Tbk memiliki manfaat bagi PT Antam Tbk maupun bagi penerima program. Manfaat yang diperoleh PT Antam Tbk yaitu keberlanjutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan, perolehan social license, perolehan penghargaan melalui CSR Award tahun 2006, serta terwujudnya hubungan yang baik antara perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat yang menerima program. Manfaat yang diperoleh 3 mitra binaan PT Antam Tbk yaitu peningkatan keuntungan dari segi ekonomi, penambahan pengetahuan mengenai cara pembukuan melalui pelatihan dari segi pengetahuan, serta meningkatkan peluang untuk meraih kegiatan usaha yang lebih maju dari segi promosi.
ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta)
Oleh: Fauzia Herlin A14204041
SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2008
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama No. Pokok Judul
: : :
Fauzia Herlin A14204041 Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS NIP. 131 475 577
Menyetujui, Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal kelulusan:_____________________
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT” (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT Antam Tbk di Tanjung Barat, Jakarta) INI BENARBENAR
MERUPAKAN
HASIL
KARYA
YANG
BELUM
PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI SERTA TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA
DAN
SAYA
BERSEDIA
MEMPERTANGGUNG-
JAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Juni 2008
Fauzia Herlin
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 1986 dari Ayah bernama Hefrizal dan Ibu Nuraeli. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dengan kakak bernama Nisafitri Amalia. Pendidikan formal yang dilalui penulis yaitu tahun 1992 SDN 06 Petang Kelapa Gading Timur Jakarta Utara dan lulus pada tahun 1998, SLTPN 123 Kelapa Gading Jakarta Utara dan lulus tahun 2001, SMU Negeri 45 Kelapa Gading Jakarta Utara dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis masuk di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, menulis pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) MAX!! pada tahun 2005. Selain itu penulis juga mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti kegiatan masa orientasi/perkenalan mahasiswa baru “PERMEN KPM”. Pelatihan yang pernah diikuti oleh penulis adalah pelatihan dalam bidang juralistik dengan nama “English Journalistic Training”. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan seni musik dalam bentuk band di beberapa kegiatan IPB seperti Hari Pelepasan Sarjana (HPS) dan dalam Pekan Olahraga Mahasiswa Sosial Ekonomi (POROS 2006) dengan nama grup band “Proximity”.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan
(Corporate
Social
Responsibility/CSR) Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat”. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas bimbingan, motivasi, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Dr. Ninuk Purnaningsih sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi. 3. Martua Sihaloho, Msi sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan. 4. Keluarga tercinta (mamah, papah dan uni) yang selalu setia menemani dengan motivasi, semangat, doa, perhatian dan kasih sayangnya yang begitu besar. 5. Mpok-mpok DR’ers (Green House C11), Anyu, Amie, Yoyo, Meita, Mira, Yundhe, Oline, Wulan, Marisa, Resty, serta temanku Andhini, Dewi dan Uchie. Terimakasih atas perhatiannya yang begitu besar, semangat dan dukungannya, dan semua cerita yang pernah dilalui bersama. 6. Dini Andriani dan Ria Ariyanti, rekan seperjuangan dalam skripsi.
7. Mbak Sinta dan seluruh pihak PT Antam Tbk yang telah membantu penulis selama penelitian. 8. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, bantuan dan doanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.
Bogor, Juni 2008
Fauzia Herlin
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ i DAFTAR TABEL...............................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................
9
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 11 2.1 Pendekatan Teoritis......................................................................................... 11 2.1.1 Konsep CSR (Corporate Social Responsibility)....................................
11
2.1.2 Konsep Pengembangan masyarakat (Community Development)........... 23 2.1.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat.......................................................
26
2.1.4 CSR dalam BUMN................................................................................
29
2.2 Kerangka Pemikiran........................................................................................ 31 2.3 Hipotesis Pengarah.......................................................................................... 34 BAB III METODE PENELITIAN....................................................................
35
3.1 Pendekatan Penelitian.....................................................................................
35
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................
35
3.3 Pemilihan Subyek Penelitian..........................................................................
36
ii 3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................................
37
3.4.1 Wawancara Mendalam........................................................................... 38 3.4.2 Pengamatan Berperanserta....................................................................
39
3.4.3 Penelusuran Dokumen...........................................................................
39
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................................
40
3.5.1
Reduksi Data.......................................................................................
40
3.5.2
Penyajian Data....................................................................................
41
3.5.3
Penarikan Kesimpulan........................................................................
41
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI.........................................................
42
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan............................................................................
42
4.2 Visi dan Misi PT Antam Tbk..........................................................................
42
4.3 Struktur Organisasi PT Antam Tbk................................................................
46
4.4 CSR PT Antam Tbk........................................................................................
48
4.5 Mitra Binaan PT Antam Tbk..........................................................................
53
4.6 Ikhtisar............................................................................................................
55
BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)…………………………………………………. 58 5.1 Kebijakan PT Aneka Tambang TBk Mengenai CSR (Corporate Social 58 Responsibility)................................................................................................. 5.2 Pandangan PT Antam Tbk terhadap CSR (Corporate Social Responsibility) 60 5.3 Ikhtisar............................................................................................................
66
BAB VI STRATEGI DAN MANFAAT PROGRAM KEMITRAAN............ 69 6.1 Prosedur Pelaksanaan Program Kemitraan PT Antam Tbk............................
69
6.2 Strategi PT Antam Tbk dalam Menjalankan Program Kemitraan..................
73
iii 6.3 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat Bagi 78 Perusahaan...................................................................................................... 6.4 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Perekonomian 80 Lokal Bagi Penerima Program Kemitraan PT Antam Tbk............................. 6.5 Ikhtisar............................................................................................................
85
BAB VII TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE 89 SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS......................... BAB VIII PENUTUP..........................................................................................
98
8.1 Kesimpulan.....................................................................................................
98
8.2 Saran................................................................................................................ 101 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
102
iv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan................................................ 16 Tabel 2. Fase Pergeseran Paradigma CSR........................................................................ 20
v
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 32 Gambar 2. Struktur Organisasi PT Antam Tbk................................................................ 47 Gambar 3. Struktur Koordinasi CSR Group PT Antam Tbk........................................... 50 Gambar 4. Fase Pergeseran Paradigma CSR.................................................................... 65
vi DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian................................................................................ Lampiran 2 Konsep Pemilihan Subyek Tineliti..................................................... Lampiran 3 Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data bagi Penelitian....... Lampiran 4 Panduan Pertanyaan sebagai Pedoman Wawancara........................... Lampiran 5 Kasus-Kasus Mitra Binaan PT Antam Tbk........................................ Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian...................................................................... Lampiran 7 Sebaran Lokasi Daerah Operasi PT Antam Tbk……………………. Lampiran 8 Peta Jakarta Selatan (Daerah Kantor Pusat PT Antam Tbk)………..
103 104 105 108 114 119 121 122
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dalam dunia usaha memiliki tujuan yang berorientasi pada pencapaian laba semaksimal mungkin. Jika dilihat secara sepintas, maka tujuan tersebut memang merupakan salah satu hal yang dapat membangkitkan atau mengembangkan posisi perusahaan di kalangan bisnis atau dunia usaha. Akan tetapi, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh setiap perusahaan tersebut menimbulkan tanggung jawab bagi perusahaan untuk menjaga
keseimbangan
dengan
lingkungannya,
misalnya
perusahaan
pertambangan yang berlokasi dekat dengan pemukiman suatu komunitas. Perusahaan pertambangan tersebut, harus melakukan tanggung jawabnya tidak hanya pada lingkungan alam yang dieksploitasi, tetapi juga pada masyarakat sekitar (komunitas lokal) yang secara langsung atau tidak langsung terkena dampak dari aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan penting untuk dilakukan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas (The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Wibisono, 2007). Menurut Sukada, dkk (2007) CSR merupakan segala upaya manajemen yang dijalankan entitas
2
bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Perusahaan di Indonesia melakukan kegiatan terencana untuk sampai kepada tujuan yang telah mereka tentukan. Pencapaian tujuan tersebut dapat melewati
berbagai
proses
pelaksanaan
kegiatan
dimana
tidak
hanya
mengikutsertakan satu pihak saja (dalam hal ini perusahaan itu sendiri), tetapi juga secara langsung ataupun tidak langsung terkait dengan pihak luar. Pihak luar tersebut misalnya pemerintah, negara asing, masyarakat dan lembaga-lembaga sosial. Tak lepas dari pihak luar tersebut, maka perusahaan-perusahaan banyak melakukan kerjasama dengan pihak yang mendukung pada mencapaian tujuan, khususnya menyangkut kepentingan perusahaan. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dapat memiliki kendala yang dapat disebabkan oleh kekurangsigapan perusahaan dalam menangani permasalahannya. Perusahaan-perusahaan tersebut harus mampu menjaga keseimbangannya dengan memperhatikan pihak lain yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan yang salah satunya yaitu masyarakat. Masyarakat merupakan salah satu pihak yang terkait dengan berbagai kegiatan pembangunan, termasuk kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Masyarakat (dalam hal ini komunitas lokal), memegang peranan sebagai pihak yang dapat terkena dampak sosial, politik, ekonomi maupun dampak lingkungan dari kegiatan perusahaan. Untuk itu pentingnya dilakukan CSR untuk menjaga keharmonisan antar stakeholder maupun meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
3
Salah satu permasalahan perusahaan yang menyangkut tanggung jawab sosialnya yaitu masalah yang terjadi antara pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar sebagai komunitas lokal. Komunitas lokal merasa bahwa kedatangan perusahaan ke wilayah mereka tidak memberikan kompensasi yang berarti atau bahkan merugikan masyarakat (misalnya dengan terjadinya kerusakan alam dan pencemaran lingkungan tempat tinggal komunitas lokal akibat kegiatan operasi perusahaan). Alasan yang memicu terjadinya masalah yaitu tidak terdapatnya wujud tanggung jawab sosial perusahaan yang mampu membangun kondisi sosial yang harmonis antara komunitas lokal dengan pihak perusahaan. Sebagai pelaku bisnis dalam dunia usaha, maka terdapat hal menarik yang dapat mendukung penelitian mengenai CSR atau dalam istilah di Indonesia dikenal dengan tangung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan data yang didapat melalui penelusuran dari berbagai sumber tertulis dapat diketahui bahwa terdapat perusahaan di Indonesia pada saat ini telah melakukan tanggung jawab sosialnya, bahkan terdapat beberapa perusahaan yang telah mendapatkan penghargaan atas program CSR yang dilakukannya. Salah satu contohnya yaitu perusahaan yang berproduksi di bidang kimia yang memperoleh penghargaan CSR (CSR Award) karena dianggap telah memiliki komitmen CSR yang kuat yang akan berdampak pada lancarnya operasional perusahaan, serta perolehan citra dan reputasi yang positif (Wibisono, 2007). Selain itu terdapat pula salah satu perusahaan pertambangan di Indonesia yang berhasil memperoleh lima penghargaan sekaligus
4
memperoleh nilai tertinggi untuk semua kategori dari seluruh program yang dilombakan pada tahun 20051. Sumbangan sosial perusahaan memiliki dua dimensi (Saidi,dkk 2003). Dimensi tersebut adalah karitas (charity) dan filantropi. Karitas adalah memberi bantuan yang sifatnya sesaat, sedangkan filantropi adalah sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh PIRAC terhadap 226 perusahaan di Indonesia terkait dengan sumbangan sosial perusahaan menyatakan bahwa secara umum sumbagan yang diberikan perusahaan tidak dilakukan secara terencana dan terfokus serta lebih bersifat insidentil atau hanya sekedar merespon permintaan sumbangan (Saidi,dkk 2003). Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sumbangan sosial perusahaan belum berdimensi filantropi. Hal ini dibuktikan dengan beberapa temuan dari penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Proporsi perusahaan yang memiliki kebijakan formal mengenai sumbangan tergolong kecil. Hal tersebut ditunjuukan oleh hasil survey bahwa dari 226 perusahaan, hanya 18 persen yang memiliki kebijakan tertulis mengenai sumbangan. 2. Hanya sedikit perusahaan yang menyediakan staf khusus untuk menangani sumbangan sosial. Hal tersebut ditunjuukan dari hasil survey
1
. 2007. Penanaman Pohon Bakau Aneka Tambang. www.duaberita.com. Diakses
tanggal 2 Maret 2008.
5
bahwa hanya empat persen (10 perusahaan) yang mengaku memiliki staf khusus untuk menangani sumbangan. 3. Proporsi perusahaan yang membentuk divisi khusus atau yayasan yang menangani sumbangan juga sangat kecil (hanya tiga persen dari seluruh responden). 4. Perusahaan yang menyumbang hanya sekedar respon permintaan lebih banyak daripada mendesain suatu rencana aktivitas sosial (60 persen hasil survey menyatakan bahwa perusahaan selalu memberikan sumbangan secara insidentil). 5. Sekitar satu dari lima perusahaan atau 21 persen menentukan target jumlah sumbangan sejak awal tahun fiskal, sebaliknya 62 persen lainnya menyatakan tidak ada target tertentu untuk itu. Program CSR yang dijalankan perusahaan beserta penghargaan CSR yang diperoleh perusahaan dan hasil penelitian PIRAC di atas menimbulkan pemikiran dan memotivasi penelitian ini untuk mengkaji mengenai pandangan perusahaan dalam rangka penerapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), strategi yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan tanggung jawab sosialnya, manfaat yang diperoleh perusahaan maupun stakeholder terkait (dalam hal ini komunitas lokal) dari program CSR yang dijalankan pada studi kasus yang berbeda. Hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan di atas yaitu bagaimana fenomena tanggung jawab sosial perusahaan di kalangan dunia usaha (perusahaan).
6
1.2 Perumusan Masalah Hingga saat ini telah banyak diungkapkan berbagai teori mengenai CSR yang merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dalam mewujudkan citra positifnya. CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk bertindak secara etis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau komunitas lokal. CSR telah diterapkan oleh beberapa perusahaan dalam bentuk suatu program yang ditujukan untuk kepentingan perusahaan maupun masyarakat atau komunitas lokal yang berada di sekitar berdirinya perusahaan. Salah satunya yaitu kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan melalui kegiatan CSRnya dengan melakukan penanaman 10.000 pohon bakau bersama dengan masyarakat setempat di kawasan Jakarta pada akhir tahun 2007. Program tersebut terselenggara sebagai wujud nyata dari pihak perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya dengan turut memberdayakan masyarakat. Berdasarkan wujud konkret dari CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, maka dapat diangkat suatu kasus mengenai tanggung jawab sosial yang terjadi pada perusahaan dalam lingkup BUMN. Hal yang menarik perhatian untuk dikaji terkait dengan hal tersebut yaitu, bagaimana fenomena tanggung jawab sosial perusahaan sebagai upaya pengembangan masyarakat? Fenomena tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dengan cara perusahaan dalam memandang konsep CSR itu sendiri. Cara pandang perusahaan terhadap CSR terdiri dari beberapa jenis yaitu external driven, environmental driven, reputation driven, compliance, internal driven. External driven merupakan cara pandang perusahaan yang terkait dengan faktor di luar perusahaan. External driven ini terdiri dari environmental driven yang berari
7
bahwa perusahaan melakukan CSR karena ada dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan perusahaan. External driven juga terdiri dari reputation driven yang berarti bahwa perusahaan melakukan CSR karena ingin mendongkrak citra perusahaan. Compliance merupakan cara pandang perusahaan yang berarti bahwa perusahaan melakukan CSR karena ada peraturan atau hukum yang mengaturnya, sedangkan internal driven berarti bawha perusahaan melakukan CSR karena ada dorongan tulus dari perusahaan untuk melakukan CSR. Teori mengenai cara pandang perusahaan terhadap CSR tersebut dapat mengemukakan
pertanyaan
selanjutnya
yaitu
bagaimana
pandangan
perusahaan mengenai CSR?. Pertanyaan tersebut terkait dengan pandangan perusahaan terhadap konsep CSR. Berdasarkan pandangan tersebut dapat dijabarkan dan diketahui apakah perusahaan yang akan diteliti telah mengenal CSR dan apakah perusahaan tersebut telah menjalankan CSR. Pertanyaan ini penting untuk dikaji mengingat seberapa besar CSR telah terinternalisasi dan berlaku di perusahaan. Strategi dalam penerapan CSR penting untuk memantapkan tujuan dan mencapai program yang bermanfaat. Strategi perusahaan yang telah terbentuk, dilakukan
berdasarkan
kebijakan
perusahaan
terhadap
program
yang
diselenggarakan. Pelaksanaan dari strategi perusahaan, kemudian dapat dijalankan secara tersrtuktur ataupun disesuaikan dengan keadaan apabila terjadi perubahan pada saat program berjalan. Agar dapat terstruktur dengan baik, maka dalam strategi dapat dilibatkan tahap-tahap CSR, dimana pada tahap tersebut terdiri dari tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Terkait dengan hal
8
tersebut, setiap perusahaan tentu memiliki kebijakan yang tidak sama karena tergantung pada kesepakatan yang dibuat oleh masing-masing perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan berikutnya yaitu bagaimanakah strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam melakukan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat? Pertanyaan ini mencakup bagaimana strategi perusahaan dari segi perencanaan, implementasi, evaluasi sampai pada tahap pelaporan. Selain pertanyaan-pertanyaan di atas, manfaat yang diperoleh perusahaan maupun komunitas lokal juga merupakan hal yang dapat dijadikan bukti secara nyata bahwa perusahaan telah melakukan program CSR karena dalam hal ini perusahaan maupun komunitas lokal merupakan stakeholder (pemangku kepentingan) yang sangat terkait dengan pelaksanaan program CSR. Dalam melakukan tanggung jawab sosialnya, perusahaan tentu menginginkan agar programnya dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakannya. Setiap program yang dijalankan memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa manfaat yang diperoleh komunitas lokal, misalnya peningkatan pengetahuan melalui pelatihan, seminar ataupun iklan (reklame) yang dibuat perusahaan sebagai wujud program CSRnya. Selain itu, dari sisi internal perusahaan juga memungkinkan untuk menginginkan terjadinya penambahan keuntungan maupun perolehan citra positif dari program CSR. Masyarakat sebagai penerima program CSR tentu harus dapat merasakan manfaat dari program CSR yang dijalankan perusahaan agar program tersebut mampu mengusung hal-hal positif. Di pihak perusahaan, program CSR dapat bermanfaat untuk mempertahankan usaha perusahaan dengan membangun citra positif kepada
9
masyarakat secara umum dan komunitas lokal pada khususnya. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan terakhir yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu apa manfaat yang diperoleh perusahaan maupun masyarakat pada penerapan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat? Manfaat dari terselenggaranya CSR dari perusahaan dapat diperoleh masyarakat sebegai penerima program maupun perusahaan itu sendiri. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menjawab satu pertanyaan yang menjadi pokok kajian peneliti. Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menggambarkan bagaimana fenomena tanggung jawab sosial perusahaan di kalangan dunia usaha atau perusahaan yang dalam hal ini adalah PT Antam Tbk. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan penelitian ini yaitu: 1. Mendeskripsikan pandangan perusahaan mengenai CSR. 2. Memahami strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam melakukan program pengembangan msyarakat untuk mewujudkan tanggung jawab sosialnya. 3. Membahas manfaat yang diperoleh baik bagi perusahaan maupun masyarakat pada penerapan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat.
10
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang menjadi bahasan utama dan dapat dijadikan salah satu acuan penerapan CSR dengan kondisi sejenis yang terjadi pada lokasi atau waktu yang berbeda. Selain itu juga diharapkan untuk menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam mengkaji program CSR yang dilakukan perusahaan sesuai dengan fakta di lapangan, sekaligus sebagai bahan perbaikan bagi peneliti untuk penulisan selanjutnya. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan bahan evaluasi atau rekomendasi bagi perusahaan agar dapat menjalankan aktivitas CSRnya secara lebih baik dan lebih berhasil serta bermanfaat bagi banyak pihak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teoritis 2.1.1
Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) Wacana mengenai isu CSR kini telah menjadi isu sentral. CSR yang
merupakan tanggung jawab sosial perusahaan pada awalnya diimplementasikan hanya sebatas karikatif (charity). Pada tahun 1980-an semakin banyak perusahaan yang menggeser konsep CSR ke arah pengembangan masyarakat (community development) yang pada awalnya hanya sebagai sumbangan perusahaan yang dianggap sebagai beban. Pada tahun 1997, terdapat suatu keluaran yang cukup berpengaruh dalam konteks CSR yang dikemukakan oleh John Elkington dalam Wibosono (2007) melalui bukunya yang berjudul “Canibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. John Elkington mengemukakan konsep “3P” yaitu profit, people dan planet. Dalam konsep 3P terdapat makna yang terkandung bahwa perusahaan sebaiknya tidak hanya memburu keuntungan (profit), tetapi juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep 3P inilah yang kemudian diimplementasikan oleh berbagai perusahaan bahkan dicantumkan pula dalam agenda-agenda perusahaan dalam upaya melakukan tanggung jawab sosialnya. Definisi dari CSR telah banyak dikemukakan oleh berbagai pihak atau instansi, salah satunya yaitu definisi yang diungkapkan oleh The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah lembaga internasional
12
yang berdiri tahun 19952. Dalam lembaga tersebut, CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Definisi lainnya dikemukakan oleh World Bank3 yang memandang sebagai komitmen dunia usaha yang mengkontribusikan keberlanjutan usaha pembangunan ekonomi melalui peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas untuk meningkatkan kualitas hidup demi kemajuan bisnis maupun kemajuan pembangunan. Menurut Sukada, dkk (2007) CSR merupakan segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Dalam versi Indonesia, secara etimologis CSR diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usaha. CSR memiliki kaitan dengan konsep pembangunan berkelajutan yang didefinisikan sebagai pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Sejak istilah pembangunan berkelanjutan mulai populer, banyak dilakukan konferensi yang menunjukkan kepedulian masyarakat 2
Yusuf Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility. Gresik : Fascho Publishing 3
Ibid.hlm7.
13
dunia
akibat
kecenderungan
semakin
menurunnya
kualitas
lingkungan.
Konferensi tersebut yaitu konferensi lingkungan hidup di Stockholm, Swedia, yang menghasilkan resolusi monumental dengan membentuk badan khusus di PBB untuk masalah lingkungan. Dengan latar belakang yang sama, dilakukan pula KTT Bumi di Rio de Janeiro yang menghasilkan tiga dokumen hukum terikat (legally binding) dan tiga dokumen yang secara hukum tidak mengikat (nonlegally binding) (Wibisono, 2007). Selain definisi, CSR juga memiliki prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh sejumlah institusi international. Prinsip CSR tersebut salah satunya dikemukakan oleh Porf. Alyson Warhurst dari University of Bath Inggris (Wibisono, 2007). Adapun prinsip-prinsip CSR yaitu : 1. Prioritas korporat; mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. 2. Manajemen terpadu; mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai suatu unsur manajeman. 3. Proses perbaikan; secara bersinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja sosial korporat. 4. Pendidikan karyawan; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan. 5. Pengkajian; melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. 6. Produk dan jasa; mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial.
14
7. Informasi publik; memberi informasi yang diperlukan. 8. Fasilitas dan operasi; mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial. 9. Penelitian; melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial untuk mengurangi dampak negatif. 10. Prinsip
pencegahan;
memodifikasi
manufaktur,
pemasaran
atau
penggunaan produk atau jasa sejalan dengan penelitian mutakhir untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. 11. Kontraktor dan pemasok; mendorong penggunaan prinsip-prinsip tangung jawab sosial korporat yang dijalankan. 12. Siaga
menghadapi
darurat;
menyusun
dan
merumuskan
rencana
menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul. 13. Transfer best practice; berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik. 14. Memberi sumbangan; untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial.
15
15. Keterbukaan; menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respon terhadap potencial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa. 16. Pencapaian dan pelaporan; mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik. Prinsip-prinsip CSR tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan strategi yang terdapat pada perusahaan yang menjalankan CSR. Strategi yang digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan CSR dapat berbeda-berbeda terkait dengan kebijakan yang ada pada perusahaan. Menurut Widyahartono4, agar mencapai suatu tujuan yang tepat maka beberapa langkah strategis perlu diresapi sebagai panduan untuk dikerjakan dengan time line (jadwal waktu yang tegas) oleh masing-masing kelompok bisnis secara sektoral. Langkah-langkah srategis tersebut yaitu: 1. Ada komitmen dari puncak ke bawah, dalam arti perilaku bertanggung jawab dalam setiap area bisnisnya. Hal ini berat, karena menuntut kesadaran diri yang mendalam. 2. Pimpinan perusahaan harus secara terbuka membangun kemitraan (building meaningful partnership) dengan para stakeholders.
4
Bob, Widyahartono. 2007. Tanggung Jawab http://mirifica.net/wmview.php?ArtID=4231. Diakses tanggal 6 Desember 2007.
Sosial.
16
3. Informasi tentang cost benefit CSR perlu dijabarkan dengan tutur kata yang menarik dan kredibel, sesuai daya tangkap mitra yang diajak berdialog secara reguler. 4. Dalam menyampaikan informasi, sampaikan apa yang menjadi citra organisasi secara visual atau tertulis yang gamblang, dan bukan membohongi. 5. Komitmen termasuk memvisualisasikan "merek atau logo" (brand or logo) yang komunikatif dan bernada kebenaran dan yang menarik memantapkan citra dan termasuk meningkatnya laba (return on investment). Menurut Saidi (20004) dalam Mulyadi (2007), terdapat karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial perusahaan yang digambarkan pada tabel 1. Tabel 1. Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan Tahapan
Charity
Philantropy
Motivasi
Agama, adat
Misi
Mengatasi masalah sesaat
Pengelolaan
Jangka pendek, Terencana, menyelesaikan terorganisir, maslaah sesaat terprogram
Corporate Citizenship
tradisi, Norma etika, Pencerahan diri dan hukum universal; rekonsiliasi dengan redistribusi keterlibatan sosial. kekayaan.
Pengorganisasian Kepanitiaan
Mencari dan Memberikan kotribusi mengatasi masalah kepada masyarakat. Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
Yayasan/Dana Abadi, profesionalisasi
Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain.
Penerima Manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat perusahaan
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Hibah (sosial maupun pembnagunan) dan keterlibatan sosial
Inspirasi
Kewajiban
Sumber: Zaim Saidi (2004) dalam Mulyadi (2007)
luas
dan
Kepentingan bersama
17
CSR sebagai tanggung jawab sosial perusahaan memiliki lingkup dalam penerapannya. Adapun lingkup penerapan CSR menurut gagasan dari Prince of Wales International Forum terdiri dari lima pilar (Wibisono, 2007). Pertama, upaya perusahaan untuk menggalang dukungan SDM, baik internal (karyawan) maupun eksternal (masyarakat sekitar) dengan cara melakukan pengembangan dan memberikan kesejahteraan kepada mereka. Kedua, memberdayakan ekonomi komunitas. Ketiga, menjaga harmonisasi dengan masyarakat sekitar agar tidak terjadi konflik. Keempat, mengimplementasikan tata kelola yang baik. Kelima, memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun tahap-tahap dalam penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya (Wibisono, 2007) yaitu: 1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, perencanaan merupakan inti dalam memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi konsumen perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
18
2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Menurut Wibisono (2007) tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dialami oleh unit penyelenggara. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan roadmap yang telah disusun. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen kinerja, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya. Melalui upaya ini dapat dinyatakan bahwa penerapan CSR bukan sekedar kosmetik namun telah menjadi strategi perusahaan, bukan lagi sebagai upaya untuk compliance, tapi sudah beyond compliance. 3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dapat berguna untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan suatu program dan dapat pula dilakukan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi
19
dapat dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang dilakukan. 4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan memiliki beberapa faktor (Wibisono, 2007). Faktor-faktor tersebut yaitu komitmen kepemimpinan dalam perusahaan yang tanggap akan masalah sosial, ukuran dan kematangan perusahaan, serta regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Terkait dengan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, maka dapat ditunjukkan bahwa semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat, demikian juga sebaliknya. Selain faktor-faktor tersebut, perusahaan juga memiliki berbagai cara dalam memandang CSR atau dapat dikatakan pula sebagai alasan perusahaan dalam melaksanakan CSR. Beberapa cara perusahaan dalam memandang CSR yaitu : 1. Sekedar
basa
basi
atau
keterpaksaan,
dimana
perusahaan
mempraktekan CSR hanya karena faktor eksternal (external driven), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). 2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya.
20
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain ketiga cara pandang perusahaan terhadap CSR, terdapat paradigma CSR yang dinyatakan telah mengalami pergeseran. Pergeseran paradigma tersebut dikemukakan oleh Alyson Warhurst dalam Sukada, dkk (2007) dalam tiga fase paradigma yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
PERISTIWA PENTING
FASE
Tabel 2. Fase Pergeseran Paradigma CSR FASE : 1960-1983 (TIMBULNYA KESADARAN TERHADAP MASALAH SOSIAL POST FACTO)
FASE 2 : 1984-1994 (HUBUNGAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH DAMPAK NEGATIF)
FASE 3 : 1995SEKARANG (HUBUNGAN UNTUK MENCEGAH MASALAH DI MASA DATANG)
•
• • • •
• •
• • • •
Aberfan, Wales, 1966 Seveso, 1974 Wankie Colliery, 1975 Amoco Cadiz Oil, 1978 Nasionalisasi di Amerika Selatan, `60-`70an
• • •
Bhopal, 1984 Strava, Italy, 1985 Chernobyl, 1986 Exxon Valdez, 1989 Wheal Jane, 1992 Summitville, 1992 Ok Tedi dan Fly Rivers, PNG 1994
• • • • •
Shell : Brent Spar, 1995 Eksekusi Saro-Wiwa, 1995 Omai, 1995 Grasberg, 1995 Marcopper, 1996 Los Frailes, Spanyol, 1998 Remin dan Esmeralda, Romania, 2000
Sumber: Sony Sukada dkk (2007) dalam buku Membumikan Bisnis Berkelanjutan ; memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta: Indonesia Business Links.
Dari tabel Warhurst dapat dilihat bahwa sejumlah perusahaan memiliki reaksi positif terhadap musibah-musibah yang terjadi dengan memperbaiki hubungan yang buruk dengan masyarakat. Menurut Sukada, dkk (2007) sebagian
21
besar program yang dilakukan perusahaan ekstraktif (perusahaan yang menanfaatkan kekayaan alam dalam kegiatan operasinya) dalam hubungannya dengan masyarakat di negara-negara berkembang masih berada pada fase 1 atau paling jauh pada fase 2. Akan tetapi dapat diakui pula bahwa terdapat perusahaan di Indonesia yang telah berada pada fase 3. Semakin besar suatu perusahaan dan semakin besar munculnya dampak dari kegiatan operasi perusahaan, maka semakin kuat pula tuntutan perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosialnya (CSR) terutama kepada pihak-pihak yang terkena dampak secara langsung. Berdasarkan program yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya, maka terdapat tiga kategori bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (Rudito dkk, 2007) yaitu: 1. Public relations; usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang perusahaan (brand image) kepada komunitas. Kegiatan yang dilakukan biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. 2. Strategi defensif; usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk melawan `serangan` negatif dari anggapan komunitas atau komunitas yang sudah telanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan sasaran
22
yang berbeda dengan anggapan yang telah berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di komunitas pada umumnya. 3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan itu; melakukan program untuk kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Dibalik semua faktor yang
mempengaruhi,
tentunya perusahaan
menginginkan perolehan keuntungan sebagai hasil dari penerapan CSR. Adapun benefits dan drivers tersebut (Wibisono, 2007) yaitu: 1. Mempengaruhi dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan. Dengan kontribusi yang positif, maka pasti reputasi dan image positif perusahaan akan meningkat. 2. Layak mendapat social license to operate. Program CSR diharapkan akan menjadi bagian dari asuransi sosial yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan. 3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan dengan melakukan langkah antisipatif dan preventif. 4. Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang
23
dapat membantu untuk melancarkan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan. 5. Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan untuk program CSR dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka lebar, termasuk di dalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan membentuk pangsa pasar baru. 6. Mereduksi biaya. Terdapat beberapa contoh yang dapat menggambarkan keuntungan perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari implementasi dari penerapan program tanggung jawab sosialnya. Salah satu contohnya yaitu upaya untuk mereduksi limbah dengan proses daur ulang ke dalam siklus produksi. 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder. 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang menerapkan program CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai regulator. 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Kesejahteraan yang diberikan pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan, sehingga wajar apabila karyawan menjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. 10. Peluang mendapatkan penghargaan. 2.1.2 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) Konsep pengembangan masyarakat hingga saat ini telah dirumuskan dan dijabarkan oleh banyak pihak. Salah satu konsep yang berbicara mengenai definisi
24
pengembangan masyarakat diungkapkan oleh Johnson (1984) dalam Wibisono (2007) bahwa pengembangan masyarakat merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice). Maksud konsep tersebut yaitu pengembangan masyarakat tidak hanya dapat dilakukan oleh pekerja sosial saja, akan tetapi dapat pula dilakukan oleh para pekerja dalam profesi lain. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pengembangan masyarakat memiliki pelaku dari berbagai bidang (tidak hanya dalam bidang atau pekerjaan sosial). Definisi lain mengenai pengembangan masyarakat yaitu yang diungkapkan oleh AMA (1993) dalam Wibisono (2007) sebagai metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memberbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Konsep pengembangan masyarakat selanjutnya yaitu konsep yang dijelaskan oleh Jack Rothman (1968) dalam Wibisono (2007) pada suatu karyanya. Ia menjelaskan konsep pengembangan masyarakat melalui 3 model praktek pengorganisasian komunitas (Three Models of Community Organizaton Practice), yaitu pengembangan
masyarakat
lokal,
perencanaan
sosial
dan
aksi
sosial.
Pengembangan masyarakat lokal diartikan proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Berikutnya adalah konsep pengembangan masyarakat yang dijelaskan oleh Brokensha dan Hodge (1969) dalam Rukminto (2003). Mereka mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan,
25
berdasarkan inisiatif dari masyarakat. Menurut Budimanta dalam Rudito dkk (2007), pengembangan masyarakat adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses komunitas guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya. Menurut Budimanta dalam Rudito dkk (2007), ruang lingkup programprogram pengembangan masyarakat (community development) dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secara keseluruhan akan bergerak secara bersamasama yang terdiri dari : 1. Community Relation; yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan. Dari hubungan ini maka dapat dirancang pengembangan hubungan yang lebiih mendalam dan terkait dengan bagaimana mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang ada di komunitas lokal sehingga perusahaan dapat menerapkan program selanjutnya. 2. Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum. Dalam kategori ini, program dilakukan dengan adanya pembangunan secara fisik sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi dan sebagainya yang berupa puskesmas, sekolah, rumah ibadah, jalan raya, sumber air minum, dan sebagainya. Inti dari kategori ini
26
adalah memberikan kebutuhan yang ada di komunitas dan pemecahan tentang masalah yang ada di komunitas dilakukan oleh komunitas sendiri dan perusahaan hanya sebagai fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di komunitas. Kebutuhan-kebutuhan yang ada di komunitas dianalisis oleh para community development officer, dengan menggunakan metode yang bersifat kualitatif. 3. Community
Empowering;
merupakan
program-program
yang
berkaitan dengan pemberian akses yang lebih luas kepada komunitas untuk menunjang kemandiriannya, misalnya pembentukan koperasi. Pada dasarnya, kategori ini melalui tahapan-tahapan kategori lain seperti melakukan community relation pada awalnya, yang kemudian berkembang pada community services dengan segala metodologi penggalian data dan kemudian diperdalam melalui ketersediaan pranata sosial yang sudah lahir dan muncul di komunitas melalui program kategori ini. 2.1.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat Konsep pemberdayaan juga menjadi penting dalam mengkaji programprogram pengembangan masyarakat untuk meningatkan kualitas hidup manusia. Menurut Ife dalam Suharto 2005, pemberdayaan memiliki dua pengertian kunci yaitu kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:
27
a) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan. b) Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya. c) Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. d) Lembaga-lembaga:
kemampuan
menjangkau,
menggunakan
dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan. e) Sumber-sumber:
kemampuan
memobilisasi
sumber-sumber
formal,
informal dan kemasyarakatan. f) Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa. g) Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi. Berdasarkan hal-hal tersebut, terdapat kesimpulan mengenai pemberdayaan masyarakat yang menujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan dan dapat menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan, serta agar dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Selain hal tersebut, dapat dikatakan pula bahwa
28
pemberdayaan memegang kunci kekuasaan pada banyak hal, tidak hanya dalam berpolitik dan berorganisasi, tapi juga menyangkut kegiatan-kegiatan dan kebutuhan hidup manusia. Konsep ini juga terkait dengan tujuan dari pemberdayaan. Seseorang dapat dikatakan berdaya ketika apa yang diharapkan, dinginkan maupun dibutuhkannya tercapai. Parson
et.al
(1994)
dalam
Suharto
(2005),
mengatakan
bahwa
pemberdayaan dapat dilakukan dengan tiga aras pemberdayaan yang terdiri dari aras mikro, aras mezzo dan aras makro. Dalam konsep ini, pembedayaan dijelaskan dalam konteks cakupan sasarannya yang terdiri dari individu pada aras mikro, kelompok pada aras mezzo dan sistem lingkungan yang lebih luas pada aras makro. Konsep ini lebih menekankan pada kesempatan dan prosesnya dalam mencapai
tujuan
pemberdayaan.
Proses
tersebut
dilakukan
dengan
mengidentifikasi program sesuai dengan sasaran yang ingin dituju. Sasaran tersebut terkait dengan konteks mikro, mezzo atau makro yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan program pemberdayaan yang perlu dilakukan. Konsep
pemberdayaan
lainnya
yaitu
konsep
pemberdayaan
yang
disimpulkan berdasarkan dua konsep pemberdayaan di atas. Kesimpulan dari konsep ini dikemukakan oleh Edi Suharto (2005) bahwa pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan dikatakan sebagai serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya,
29
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik fisik, ekonomi maupun sosial. Terkait dengan berdirinya suatu perusahaan di sekitar komunitas lokal, maka perusahaan diharapkan untuk meningkatkan peran serta komunitas dalam kegiatan perusahaan atau untuk menghindar dari munculnya ketidaksetaraan terhadap kondisi sosial ekonomi komunitas dengan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu wadah program yang berguna untuk menciptakan kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial ekonomi mereka sendiri dengan diciptakan suatu wadah yang berbasis pada komunitas yang sering disebut dengan community development yang tujuannya untuk pemberdayaan komunitas (empowerment) (Rudito dkk, 2007). 2.1.4 CSR dalam BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional (Wibisono, 2007). Terkait dengan hal tersebut, BUMN memiliki peran dalam menghasilkan barang dan/ atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan kemakmuran bagi rakyat. Selain itu, BUMN juga memiliki peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan swasta besar, serta turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. Sebagai salah satu pelaku bisnis, BUMN dituntut untuk dapat menghasilkan laba seperti pada perusahaan bisnis lainnya. Akan tetapi di sisi lain BUMN juga dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan berperan sebagai institusi sosial (Wibisono, 2007). Menurut Undang-Undang No. 19 tahun 2003 sebagai ketentuan perundangan terbaru mengenai BUMN, maka dikenal dua bentuk badan usaha
30
milik negara yaitu perusahaan perseroan (Persero) dan perusahaan umum (Perum). Persero merupakan bentuk BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki negara dan bertujuan utama untuk mencari keuntungan. Perum merupakan BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa sekaligus mengejar keuntungan. Terkait dengan tanggung jawab sosialnya, maka peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep236/MBU/2003. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, perlu ditingkatkan partisipasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan sekitarnya, melalui Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan. Keputusan tersebut pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraaan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Program kemitraan merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan usaha kecil dalam bentuk pinjaman dana yang digunakan baik sebagai modal ataupun pembelian peralatan penunjang bagi kegiatan produksi agar usaha kecil menjadi usaha yang mandiri. Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat untuk tujuan yang memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah BUMN yang bersangkutan. Sebagai petunjuk dari Kep-236/MBU/2003, terdapat Surat Edaran
31
Menteri BUMN No SE-433/MBU/2003 yang berisi bahwa setiap BUMN disyaratkan membentuk unit tersendiri yang bertugas secara khusus menangani PKBL. 2.2 Kerangka Pemikiran Sesuai dengan perkembangan pembangunan pada berbagai bidang, muncul suatu konsep yang disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) dimana perusahaan memiliki kearifan lokal dengan melakukan tanggung jawab sosialnya. Sebagai pembuktian terhadap berbagai konsep CSR, maka perusahaan menerapkan tanggung jawab sosialnya melalui program-program pengembangan masyarakat. Sasaran dari program tersebut adalah komunitas lokal yang bertempat tinggal di daerah sekitar berdirinya perusahaan secara khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Selain hal tersebut, dalam memahami pengaplikasian CSR oleh suatu perusahaan tentunya diperlukan beberapa hal untuk menunjukkan terdapatnya wujud tanggung jawab sosial perusahaan secara nyata, sesuai dengan kebijakan yang telah resmi disepakati. Pandangan perusahaan terhadap CSR mempengaruhi bagaimana perusahaan membuat kebijakan mengenai CSR. Cara pandang perusahaan terhadap CSR dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, yang pertama yaitu sekedar basa basi atau keterpaksaan yang terdiri dari external driven, environmental driven dan reputation driven. Kategori kedua yaitu sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance) dan yang ketiga yaitu CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
32
Pandangan perusahaan terhadap CSR : • External driven,environmental driven, reputation driven. • Compliance • Internal driven
Fase pergeseran paradigma menurut Alyson Warhurst :
Kebijakan CSR Perusahaan
Kebijakan Pemerintah (KEPMEN BUMN)
1. Fase 1 2. Fase 2 Strategi perusahaan.
3. Fase 3
Tahap-tahap CSR: 1. Perencanaan 2. Implementasi 3. Evaluasi 4. Pelaporan Masyarakat Manfaat CSR Perusahaan
Keterangan: : Mempengaruhi : Dalam satu cakupan Gambar 1. Kerangka Pemikiran
33
Untuk mengetahui keberadaan perusahaan dalam suatu fase pada paradigma CSR, maka terdapat tiga fase yang terkait dengan kebijakan CSR yang terdapat di perusahaan. Fase tersebut terdiri dari Fase 1 (timbulnya kesadaran terhadap masalah sosial post facto), fase 2 (hubungan untuk menyelesaikan masalah dampak negatif), serta fase 3 (hubungan untuk mencegah masalah di masa datang). Kebijakan yang tertera pada perusahaan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dapat pula mencakup strategi perusahaan dalam menjalankan CSRnya, dimana dalam pelaksanaannya setiap perusahaan tentu memiliki rencana dan standar tertentu agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan. Kebijakan yang telah disepakati perusahaan dalam merancang strategi dapat dilihat dari bagaimana pada tahap perencanaan sampai pada tahap pelaporan. Selain berhubungan dengan tahap-tahap penerapan CSR, strategi dalam pelaksanaan suatu program CSR juga akan mempengaruhi cara pandang persahaan terhadap CSR. Bagaimana perusahaan memandang CSR dapat dilihat dari kebijakan CSR maupun strategi penerapan CSRnya. Selanjutnya, dari hasil yang didapatkan, maka program yang diselenggarakan oleh perusahaan juga harus memiliki manfaat, karena dari manfaat tersebut dapat dilihat sejauh mana perusahaan telah membangun citra positifnya. Manfaat yang dirasa diharapkan untuk diperoleh masyarakat atau komunitas lokal sebagai penerima program. Dengan manfaat tersebut, selain masyarakat dapat menikmati keuntungan dari program, masyarakat dapat pula merasakan keberadaan perusahaan disekitarnya dan mendukung serta memberi opini positif bagi perusahaan.
34
2.3 Hipotesis Pengarah Konsep CSR yang meliputi konsep cara pandang perusahaan mengenai CSR diduga akan mempengaruhi kebijakan perusahaan tentang CSR. Selain berhubungan dengan cara pandang perusahaan mengenai CSR, dari pandangan perusahaan juga diduga akan diketahui keberadaan perusahaan pada fase dalam pergeseran paradigma CSR menurut Warhurst yang terdiri dari 3 fase yaitu fase timbulnya kesadaran terhadap masalah sosial, fase hubungan untuk menyelesaikan masalah dampak negatif, dan fase hubungan untuk mencegah masalah di masa datang. Kemudian kebijakan yang ada pada perusahaan diduga akan mencakup strategi dalam melaksanakan tanggung jawab sosial. Satategi perusahaan dalam menerapkan CSR akan memengaruhi bagaimana cara pandang perusahaan terhadap CSR. Kebijakan perusahaan terhadap strategi penerapan CSR juga akan berhubungan dengan tahap-tahap CSR yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Setiap tahap tersebut akan menjadi suatu analisis melalui penyesuaian dengan kebijakan real (konkret) yang terdapat di perusahaan mengenai strategi penerapan CSR (pada salah satu programnya),
dalam arti
bagaimana strategi penerapan CSR oleh perusahaan dalam masing-masing tahap penerapan CSR tersebut. Dari strategi perusahaan, kemudian akan dilanjutkan dengan penerapan CSR yang dilakukan perusahaan. Pelaksanaan CSR selanjutnya akan menghasilkan manfaat baik bagi perusahaan maupun masyarakat atau komunitas lokal.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif
dalam
upaya
menggambarkan fenomena tanggung jawab sosial perusahaan sebagai upaya pengembangan masyarakat melalui metode studi kasus pada PT Aneka Tambang (Antam)
Tbk.
Pendekatan
kualitatif
digunakan
untuk
mengembangkan
pemahaman yang mendalam dan rinci tentang tahap-tahap penerapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdapat di Antam, strategi yang digunakan perusahaan dalam penerapan tanggung jawab sosialnya, dan manfaatnya bagi perusahaan dan masyarakat. Strategi penelitian yang dipilih adalah studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu strategi dalam penelitian yang berarti memilih suatu kejadian atau gejala khusus untuk diteliti dengan menerapkan berbagai metode (Stake dalam Sitorus 1998). Studi kasus yang dipilih berupa studi kasus instrinsik, yaitu studi kasus yang dilakukan karena peneliti ingin mengkaji atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau sebagai pendukung untuk membantu peneliti dalam memahami konsep tanggung jawab sosial PT Antam Tbk. Studi kasus intrinsik ini dipilih oleh peneliti karena katertarikan peneliti terhadap CSR. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di PT ANTAM Jl. Letjen TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
36
secara sengaja (purposive). Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti telah melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan surat kabar, buku, hasil penelitian dari beberapa peneliti, internet, serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai perusahaan yang telah melakukan tanggung jawab sosialnya. Setelah dilakukan penelusuran melalui kepustaaan, akhirnya peneliti memilih Antam sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2008. Penelitian yang dimaksud mencakup waktu semenjak peneliti intensif di lapangan hingga pengolahan dan analisis data. 3.3 Pemilihan Subyek Penelitian Subyek tineliti terdiri dari informan dan responden. Informan merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya, sedangkan responden merupakan pihak yang memberi keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakan. Dalam hal ini, informan adalah pihak perusahaan (Antam) selaku pemberi informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan sebagai upaya pengembangan masyarakat dan responden adalah masyarakat (pihak luar) dan pihak Antam yang terkait dengan program tanggung jawab sosial yang dilakukan Antam. Pemilihan subyek tineliti (responden) dipilih secara purposif (sengaja), sedangkan pemilihan informan dilakukan dengan teknik “bola salju” (snow ball sampling). Penentuan responden dan informan akan dilakukan di lapangan. Pada penentuan informan dilakukan dengan mencari informan kunci atau orang yang dianggap paham mengenai program CSR perusahaan. Pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah salah satu staf Public Relations (PR) PT Antam Tbk. Penentuan informan ini merupakan hasil rekomendasi dari seorang staf CSR Group PT Antam Tbk. Informan tersebut
37
ditentukan agar peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai profil perusahaan. Informan dalam penelitian ini juga terdiri dari seorang warga yang tinggal di sekitar kantor Antam. Penentuan informan ini merupakan hasil rekomendasi dari seorang staf CSR Group Antam. Informan ini adalah pihak yang pernah terlibat dalam program CSR yang dilakukan di sekitar wilayah Tanjung Barat. Tujuan penetuan informan untuk mendapat gambaran mengenai tanggapan masyarakat terhadap program CSR yang dilakukan oleh Antam. Pihak yang menjadi responden adalah dua orang staf CSR Group PT Antam Tbk dan tiga orang mitra binaan Antam yang mengikuti salah satu acara pameran seni kerajinan tangan yang diikuti Antam di Jakarta. Penentuan responden ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai pandangan perusahaan terhadap CSR, strategi yang dijalankan perusahaan pada Program Kemitraan, serta manfaat yang dapat diperoleh baik bagi perusahaan maupun bagi penerima program. 3.4 Metode Pengumpulan Data Peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman tentang penerapan program tanggung jawab sosial Antam. Metode pengumpulan data yang digunakan digambarkan dengan metode triangulasi. Metode triangulasi dalam penelitian ini terdiri dari metode pengumpulan data kualitatif berupa wawancara mendalam, pengamatan berperanserta dan penelusuran dokumen. Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder yang berguna dalam menjawab pertanyaan penelitian. Data primer diperoleh dari subyek tineliti yang terdiri dari informan dan responden melalui
38
wawancara mendalam dan pengamatan berperanserta. Data sekunder merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan kebijakan dan strategi Antam dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, profil perusahaan dan kebijakan perusahaan. Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan dalam pengambilan data yaitu penelusuran kepustakaan melalui buku, artikel, dan internet terkait dengan kajian penelitian, kemudian wawancara mendalam kepada pihak manajeman Antam, pelaksana program dan informan. Tahap terakhir yaitu pengamatan berperan-serta yang dilakukan selama penelitian berlangsung. 3.4.1 Wawancara Mendalam Wawancara mendalam dilakukan untuk memperkenalkan peneliti, mengenal subyek tineliti, dan memperoleh data tentang program tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. Selain itu, wawancara mendalam juga dilakukan untuk mengetahui strategi yang digunakan perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan masyarakat dari program tanggung jawab sosial perusahaan. Wawancara mendalam dilakukan dengan berkunjung secara resmi ke perusahaan yang ditujukan pada pihak manajemen perusahaan, yakni pihak Public Relation PT Antam Tbk, dua orang staf CSR Group PT antam Tbk serta tiga mitra binaan Antam selaku penerima program. Wawancara dilakukan dengan mendatangi informan dan responden. Wawancara dengan staf PT Antam Tbk dilakukan dengan mendatangi staf tersebut di kantor Antam. Wawancara dengan salah satu warga yang bertempat tinggal di sekitar kantor Antam dilakukan dengan mendatangi tempat tinggalnya. Wawancara dengan mitra binaan dilakukan dengan mengunjungi mitra binaan
39
tersebut pada pekan acara pameran seni dan kerajinan tangan yang diikuti Antam di Jakarta. Frekuensi wawancara tertinggi dilakukan peneliti pada pihak manajemen perusahaan dan pelaksana program sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian. 3.4.2 Pengamatan Berperanserta Pengamatan berperanserta adalah proses penelitian yang mensyaratkan interaksi sosial antara peneliti dan tineliti dalam lingkungan sosial tineliti. Dalam hal ini peneliti akan ikut serta pada kegiatan yang dilakukan pihak pelaksana dan penerima program. Pengamatan ini dilakukan agar peneliti dapat melihat, merasakan dan memaknainya, serta memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama oleh peneliti dan tineliti. Pengamatan berperanserta dilakukan peneliti dengan membantu mitra binaan yang sedang menjual produk-produk mereka pada acara pameran dan mempersilahkan para pengunjung untuk melihatlihat produk mitra binaan. Pengamatan berperanserta ini dilaksanakan pada acara “IT”, yakni sebuah acara pameran dan penjualan produk usahawan kecil yang berlangsung selama satu minggu di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. PT Antam Tbk berperan sebagai partisipan yang mengikutsertakan tiga mitra binaan dari kantor pusat PT Antam Tbk untuk menjadi peserta. Dalam metode ini, peneliti tidak merahasiakan identitasnya sehingga tineliti dapat mengetahui tujuan peneliti. 3.4.3 Penelusuran Dokumen Penelusuran dokumen dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai konsep tanggung jawab sosial menurut perusahaan, kebijakan-kebijakan
40
perusahaan yang terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) serta sejauh mana perusahaan telah menerapkan tanggung jawab sosial perusahaannya. Selain itu, penelusuran dokumen juga dilakukan untuk memahami strategi yang digunakan perusahaan dalam mewujudkan program tanggung jawab sosial. Dokumen tersebut terdiri dari laporan tahunan (Annual Report) Antam 2006, Standar Kerja Program Kemitraan serta contoh pengajuan proposal untuk mitra binaan pada Program Kemitraan Antam. Peneliti juga melakukan penelusuran dokumen dengan pencarian data dan informasi dari internet, buku, karya ilmiah (hasil penelitian), dan surat kabar untuk memperoleh informasi yang membantu peneliti dalam merumuskan dan menjawab pertanyaan penelitian. 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai fenomena tangggung jawab sosial perusahaan sebagai upaya pengembangan
masyarakat,
bagaimana
pandangan
perusahaan
mengenai
Corporate Social Responsibility (CSR), strategi yang digunakan perusahaan dalam menerapkan program, serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan masyarakat yang menerima program. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga jalur ananlisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. 3.5.1
Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan dan berlangsung selama
41
penelitian berlangsung. Reduksi data dilakukan dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasi data sedemikian rupa hingga dapat ditarik kesimpulankesimpulan akhir. Peneliti melakukan reduksi data dengan cara membuat catatan lapang berdasarkan hasil wawancara dengan informan maupun responden.
Pemusatan
perhatian
dilakukan
dengan
memfokuskan
pertanyaan pada pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian. 3.5.2
Penyajian Data Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapangan yang kemudian diperkuat dan/atau dilengkapi dengan bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan. Bentuk matriks dan bagan merupakan hasil dari gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu, sehinggga memudahkan untuk melihat kejadian yang terjadi.
3.5.3
Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan selama penelitian dihasilkan dengan cara memikir ulang selama penulisan, meninjau kembali catatan lapangan harian, meninjau kembali dan bertukar pikiran dengan teman dan pembimbing skripsi.
BAB IV PERUSAHAAN DAN KONDISI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Antam Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan logam Indonesia yang didirikan pada tangal 5 Juli 1968 sebagai hasil dari penggabungan beberapa Perusahaan Negara yang bergerak di bidang pertambangan. Antam memiliki operasi dan lokasi deposit bijih tambang di seluruh Indonesia dan bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, proses manufaktur dan pemasaran bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit dan pasir besi. Antam pertama kali menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Jakarta ketika Pemerintah Indonesia menjual 35 persen sahamnya kepada publik di tahun 1997. Pada tahun 1999, Antam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Australia sebagai “foreign exempt listing” dan kemudian menjadi anggota penuh Bursa Efek Australia pada tahun 2002. Saham publik perusahaan sebesar 35 persen yang secara aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan sebagian besar dimiliki oleh lebih dari 100 investor institusi dari Inggris dan Amerika Serikat. Dalam kepemilikannya, PT Antam Tbk dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia sebesar 65 persen dan sisanya dimiliki oleh publik sebesar 35 persen. 4.2 Visi dan Misi PT Antam Tbk PT Antam Tbk memiliki visi dan misi dimana visi dan misi tersebut dinyatakan sebagai tujuan akhir perusahaan. Berdasarkan visi Antam 2010 yaitu menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global, Antam mempunyai aspirasi untuk menjadi
43
suatu perusahaan pertambangan yang jauh lebih baik, berorientasi ke masa depan serta lebih menguntungkan. Adapun misi Antam bertujuan untuk memenuhi semua komitmen dan kewajiban Antam kepada para stakeholders. Misi Antam terdiri dari lima hal yaitu: 1. Menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi, yaitu nikel, emas dan mineral lain, dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta memperhatikan kelestarian lingkungan. 2. Beroperasi secara efisien (dengan biaya rendah) 3. Memaksimalkan shareholders dan stakeholders value. 4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan. 5. Berpartisipasi di dalam upaya menyejahterakan masyarakat di sekitar daerah operasi pertambangan. Tujuan utama Antam adalah untuk meningkatkan nilai pemegang saham berdasarkan strategi yang terdiri dari : 1. Fokus pada bisnis inti Antam akan terus menempatkan fokus pada segmen bisnis yang Antam paling ketahui dan kuasai yaitu nikel, emas dan bauksit. 2. Menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan Pada
strategi
ini,
Antam
merencanakan
untuk
menciptakan
pertumbuhan yang berkesinambungan melalui beberapa tindakan sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas cadangan
44
Suatu perusahaan pertambangan tidak dapat beroperasi secara berkesinambungan tanpa secara terus menerus memperbarui cadangannya. Terkait dengan hal tersebut, Antam menanamkan “modal yang beresiko” kira-kira tiga sampai lima persen dari pendapatan sebelumnya dalam kegiatan eksplorasi melalui unit Geomin (salah satu unit PT Antam Tbk). b. Menciptakan nilai tambah dengan mengurangi penjualan bahan mentah dan meningkatkan aktivitas-aktivitas pemrosesan di bidang hilir. Untuk meningkatkan nilai, Antam berencana untuk bergerak lebih jauh ke bidang hilir dengan melakukan lebih banyak aktivitas-aktivitas pemrosesan dan pemurnian dibandingkan dengan aktivitas penjualan barang mentah. c. Penambahan
kapasitas
yang
berkesinambungan
untuk
meningkatkan penghasilan kas dan menurunkan biaya per unit. Manajemen Antam berkonsentrasi pada hal-hal yang dapat dikendalikan yaitu volume produksi dan biaya. d. Usaha yang terus menerus untuk mengefisienkan biaya. Antam berusaha menurunkan biaya dengan cara menurunkan pengeluaran rutin. Untuk menanggulangi kenaikan biaya bahan bakar, Antam telah mengganti bahan bakar untuk pembangkit listriknya dengan menggunakan bahan bakar Marine Fuel Oil (MFO).
45
e. Kerjasama strategis dan akuisisi. Antam membantu kerjasama strategis dengan perusahaanperusahaan internasional untuk mengelola resiko eksplorasi dan mendapatkan akses keuangan dan teknologi. Dalam melakukan akuisisi, Antam mempertimbangkan untuk membeli kepemilikan pemerintah Indonesia sebesar 9.36 persen. f. Kesinambungan lingkungan dan sosial. Antam mencegah gangguan usaha dan memastikan operasi yang aman dan berkesinambungan dengan menerapkan tata kelola lingkungan dengan upaya pengurangan polusi melalui sistem manajemen lingkungan berstandar internasional ISO 14001. Salah satu wujud konkret upaya pengurangan polusi dilakukan oleh Antam dengan menyelenggarakan penghijauan terhadap lingkungan melalui penanaman 10.000 pohon bakau di Kapuk, Jakarta.
Dalam
meningkatkan
bidang
penerimaan
sosial,
Antam
stakeholder
berupaya melalui
untuk
kegiatan-
kegiatannya. Salah satu kegiatan sosial yang dilakukan Antam di kantor pusat adalah kerja sama dengan salah satu yayasan sosial yang menampung anak jalanan di sekitar kawasan PT Antam Tbk. 3. Mempertahankan kekuatan dan kesehatan keuangan. Dengan menghasilkan sebanyak mungkin kas, Antam memastikan bahwa Antam memiliki cukup dana untuk membayar hutang dan membayar deviden. Selain itu, dengan posisi kas yang kuat dan
46
didukung oleh fasilitas modal kerja akan memberikan perlindungan dari tekanan-tekanan eksternal dan dari keadaan dimana harga-harga komoditas tidak mendukung misalnya karena naiknya harga bahan mentah seperti minyak yang digunakan untuk proses operasi Antam, maka Antam saat ini sedang berupaya untuk mengkonversi dengan bahan lain. 4.3 Struktur Organisasi PT Antam Tbk Struktur organisasi Antam didasarkan pada sistem yang berlaku di Indonesia, dimana organ pengelola (Direksi) dibedakan dari organ pengawas (Komisaris). Dengan demikian peran Komisaris Utama dan Direkir Utama tidak dijalankan oleh satu orang yang sama. Direksi Antam bertanggung jawab untuk menentukan arah strategis perusahaan, dengan persetujuan komisaris. Dengan demikian, Direksi juga bertangung jawab untuk menerapkan strategi yang sudah disetujui dan menjalankan aktivitas perusahaan secara efisien, termasuk melakukan sistem pengendalian dan akuntabilitas. Komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi dan menyetujui rencana strategis dan tahunan perusahaan. Komisaris juga bertanggung jawab untuk memantau penerapan praktek-praktek GCG (Good Corporate Governance) yang dilakukan oleh Direksi. Komisaris memiliki lima komite, masing-masing diketuai oleh seorang komisaris, sebagai dukungan teknis dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggungjawabnya, yakni bidang Audit, Manajemen Resiko, Good Corporate Governance (GCG), Nominasi, Remunerasi, dan Pengembangan SDM, serta Komite Lingkungan Hidup dan Pasca Tambang. Komisaris PT Antam Tbk terdiri dari dua orang pejabat dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, serta
47
tiga orang profesional yang berlatar belakang teknik, pertambangan dan manajemen. Direksi terdiri dari lima orang Direktur, empat diantaranya memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di Antam, dan yang satu lagi berasal dari Departemen Keuangan. Para anggota Komisaris dan Direksi tersebut ditunjuk melalui pemilihan oleh para pemegang saham pada Rapat Umum Tahunan untuk masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk lima tahun berikutnya. Adapun struktur organisasi dalam PT Antam Tbk dapat dilihat pada bagan berikut ini :
RUPS
Komite Good Corporate Governance
Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM
Komisaris
Manajemen Resiko
Direksi Tim CGC
Komite
Komite Lingkungan dan Pasca Tambang
Tim Manajemen Resiko
Komite Audit
Tim Pasca Tambang
Tim SDM
(CORSEC)
Internal Audit
Auditor Eksternal
Unit-unit Bisnis
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Antam Tbk Keterangan: Koordinasi Struktur Komando
48
Upaya peningkatan kinerja karyawan dilakukan oleh Antam dengan mendirikan sebuah Pusat Pembelajaran sejak Bulan Oktober 2006 yang terletak di Kantor Pusat di Jakarta. Pusat Pembelajaran tersebut memiliki tiga program penting yaitu program pengembangan kompetensi, program peningkatan produktivitas dan program pengembangan karir. Pelatihan yang dilakukan oleh Antam selain diperuntukan bagi para karyawan Antam juga diperuntukan bagi pihak non staf atau masyarakat. Salah satu contohnya yaitu pelatihan yang menjadikan mitra binaan Antam sebagai peserta pelatihan yang membahas mengenai cara pembukuan. Pelatihan tersebut dilakukan dalam waktu satu hari dengan pelatih berasal dari luar perusahaan (outsourcing). 4.4 CSR PT Antam Tbk PT Antam Tbk telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sejak tahun 2005. Penerapan CSR PT Antam Tbk dilakukan berdasarkan suatu komitmen Antam mengenai kepeduliannya kepada komunitas sekitar lokasi perusahaan maupun masyarakat luas. Hal yang mendukung adanya penerapan CSR tersebut adalah diperolehnya surplus atau laba perusahaan yang meningkat dari tahun sebelumnya. Laba tersebut diperoleh Antam dari salah satu hasil penambangannya, yaitu nikel. CSR Group PT Antam Tbk dibagi menjadi Comdev (Community Development) dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan).
Comdev
(Community
Development)
atau
pengembangan
masyarakat merupakan kegiatan yang diterapkan Antam dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya secara sukarela kepada masyarakat diluar regulasi yang dibuat oleh Pemerintah. PT Antam Tbk melakukan program pengembangan masyarakat sebagai wujud kepeduliannya kepada masyarakat. Hal tersebut
49
tercantum
dalam
laporan
tahunan
Antam
yang
menyatakan
bahwa
mensejahterakan masyarakat merupakan komitmen bagi Antam. Penerapan CSR Antam juga diwujudkan melalui Program Kemitraan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Program Kemitraan ini dilakukan di kantor pusat PT Antam Tbk dengan salah satu acara yang diikuti oleh mitraan yaitu acara pameran produk mitra binaan yang bernama ”IT”. Program Bina Lingkungan (BL) Antam merupakan program untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh PT Antam Tbk yang dilakukan di wilayah operasi PT Antam Tbk melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Salah satu penerapan Program BL dilakukan oleh PT Antam Tbk di daerah Kapuk, Jakarta dengan melakukan penanaman 10.000 pohon bakau. PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) merupakan penerapan CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk sesuai dengan ketentuan dari pemerintah yaitu Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003. Dalam penerapan CSRnya, PT Antam Tbk juga telah memiliki bagian (divisi) khusus yaitu CSR Group yang dikepalai oleh seorang Senior Manajer yang langsung bertanggung jawab kepada Direksi PT Antam Tbk. Senior Manajer CSR Group PT Antam Tbk bertanggung jawab kepada Direktur Sumber Daya Manusia (SDM). CSR Group tersebut terdapat di kantor pusat PT Antam Tbk yang terdiri dari staf Comdev dan staf PKBL. Untuk struktur organisasi CSR di lokasi pertambangan (unit) dikelola oleh manajer CSR yang bertanggung jawab kepada Senior Manajer CSR Group di Jakarta.
50
Adapun struktur koordinasi yang terdapat dalam CSR Group PT Antam Tbk yaitu seperti yang terlihat pada gambar berikut :
SM CSR GROUP
Tata Usaha CSR Group
ASM COMDEV DAN PKBL
ASM GENERAL AFFAIRS
Staf Comdev
Staf R. Tangga
Staf PKBL
Staf Perwismaan
Staf External Relation
Staf Keprotokolan
Tata Usaha Comdev dan PKBL Staf Kendaraan Tata Usaha General Affairs
Keterangan : SM : Senior Manager CSR Group ASM : Asisten Senior Manager CSR Group
Gambar 3. Struktur Koordinasi CSR Group PT Antam Tbk
PT Antam Tbk memiliki beberapa sebaran lokasi (unit) dan satu kantor pusat (sebaran unit operasi penambangan PT Antam dapat dilihat pada lampiran). Kantor pusat PT Antam Tbk terletak di Jalan Letjen TB Simatupang No.1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta. Kantor pusat PT Antam Tbk ini berada di Gedung Aneka Tambang (Antam) yang merupakan gedung bertingkat yang terdiri dari
51
lobi, admisnitrasi, lantai untuk divisi PR, lantai untuk direksi, serta lantai khusus untuk CSR Group. Lantai lainnya digunakan untuk perusahaan lain. Lokasi kantor pusat PT Antam Tbk ini terletak di dekat kawasan pemukiman penduduk (penduduk di sekitar Kelurahan Tanjung Barat) dengan jalan utama dekat dengan jalan tol. Kawasan pemukiman penduduk tersebut terletak di belakang kantor Antam berada. Di depan kantor Antam adalah jalan tol yang dilalui oleh kendaraan-kendaran bermotor, sedangkan di sebelah kanan kantor Antam merupakan pertigaan jalan. Di dekat kantor Antam terdapat warung kecil yang terletak di trotoar jalan. PT Antam Tbk yang terletak berdampaingan dengan kawasan tempat tinggal penduduk, selain menjalankan organisasi dan koordinasi unit Antam secara menyeluruh juga dilakukan program-program dalam bidang sosial dan ekonomi sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satu contoh kegiatan Antam yang dilakukan di bidang sosial adalah dukungan yang diberikan kepada satu rumah singgah yang letaknya dekat dengan kantor Antam. Rumah singgah tersebut merupakan tempat belajar untuk anak-anak jalanan. Dalam hal ini Antam menyelenggarakan lomba menggambar yang diperuntukan bagi anakanak jalanan tersebut. Contoh kegiatan lain di bidang sosial yang telah dilakukan Antam adalah pemberian bantuan dana untuk pembangunan jalan dan pembangunan mesjid di salah satu wilayah dekat kantor PT Antam Tbk yang dilaksanakan pada akhir tahun 2005. Bantuan dana untuk pembangunan jalan dilakukan PT Antam Tbk berdasarkan informasi dari seorang warga mengenai kerusakan jalan yang menyebabkan jalan menyebabkan jalan sering tergenang oleh air sehingga dapat menimbulkan lingkungan yang tidak sehat.
52
PT Antam Tbk memiliki kerjasama dengan stakeholder terkait yang dianggap penting oleh perusahaan yaitu para pemegang saham, pembeli, komunitas investor, karyawan (serikat pekerja), kontraktor, masyarakat setempat, lembaga penelitian dan pengembangan yang secara langsung terkena dampak dari cara Antam menjalankan usahanya. Terkait dengan stakeholder tersebut, Antam melakukan pendekatannya yang berlangsung melalui tiga aktivitas utama yaitu : 1. Program Pengembangan Masyarakat; yang didanai dari anggaran operasional Antam. Program pengembangan masyarakat memiliki wujud kegiatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, penyembuhan penyakit dan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. 2. Program Kemitraan; berkolaborasi dengan pengusaha setempat. 3. Program Bina Lingkungan; didanai dari hasil laba bersih perusahaan. Masyarakat yang tinggal di sekitar kantor Antam terdiri dari pemuda yang sebagian besar tidak memiliki pekerjaan. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan penuturan dari seorang warga di sekitar kantor Antam sebagai berikut: ”Di daerah ini banyak pemuda yang pengangguran tapi tanpa pendidikan yang tidak tinggi”.
Penuturan dari warga tersebut merupakan suatu kondisi sosial masyarakat di sekitar kantor pusat PT Antam Tbk. Kondisi sosial tersebut mengacu kepada kebutuhan masyarakat yang tinggal di sekitar kantor pusat PT Antam Tbk akan suatu program pengembangan masyarakat. Program pengembangan masyarakat (misalnya
pelatihan
komputer
untuk
pemuda)
diharapkan
akan
dapat
53
meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pemuda sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan. 4.5 Mitra Binaan PT Antam Tbk Karakteristik dari mitra binaan maupun warga sekitar kantor Antam yang telah menerima berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk sebagian besar dapat dikatakan sebagai masyarakat perkotaan. Hal tersebut pertama dapat dilihat berdasarkan lokasi tempat tinggal mereka yang berada di kawasan DKI Jakarta. Kehidupan yang terdapat di sekitar lokasi kantor Antam berada terdiri dari tempat tinggal penduduk yang merupakan warga komunitas yang sebagian besar dapat mengurus dirinya tanpa harus bergantung kepada orang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda di antara masing-masing anggota komunitas. Mereka memiliki profesi yang berbeda-beda. Selain memiliki ciri masyarakat perkotaan, warga sekitar lokasi kantor Antam juga memiliki karakteristik yang merupakan ciri dari masyarakat desa, yaitu adanya kesatuan antar warga. Hal tersebut terlihat dari kedekatan antar tetangga satu dengan yang lainnya, bahkan tetangga yang berbeda RT sekalipun dikenal dengan baik oleh warga yang berasal dari RT lain.
Mitra binaan Antam selain memiliki karakteristik masyarakat perkotaan, juga memiliki ciri khas yang homogen yang disebabkan karena terdapat ketentuan yang berlaku bagi setiap mitra binaan. PT Antam Tbk telah mensyaratkan beberapa hal yaitu telah memiliki usaha yang telah berjalan minimal satu tahun dan tidak mitra binaan Badan Usaha atau perusahaan lain. Mitra binaan Antam dikategorikan sebagai pengusaha yang memiliki skala usaha kecil atau menengah
54
yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,(satu milyar rupiah). Selain itu mitra binaan Antam merupakan suatu bentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Mitra binaan Antam memiliki bidang usaha yang beragam, mulai dari kerajinan tangan sampai dengan usaha makanan. Pada penelitian ini mitra binaan yang menjadi fokus kajian adalah mitra binaan yang terlibat dalam salah satu acara yang diikuti oleh Antam yang terdiri dari tiga mitra binaan. Acara tersebut yaitu pameran produk usahawan yang didalamnya termasuk mitra binaan PT Antam Tbk. Mitra binaan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini berjumlah tiga mitra binaan, karena mitra binaan PT Antam Tbk di kantor pusat yang mengikuti acara tersebut berjumlah tiga mitra binaan. Mitra binaan Antam tidak hanya berasal dari wilayah sekitar kantor Antam saja, tetapi juga berasal dari wiayah lain di Jakarta, bahkan di luar Jakarta. Mitra Binaan Antam yang mengikuti salah satu kegiatan dari Antam yaitu pameran hasil kerajinan mitra binaan yang berlangsung dalam acara ”IT” di Jakarta terdiri dari tiga mitra binaan yaitu dua mitra binaan kerajinan batik dan satu mitra binaan yang memproduksi sepatu dan tas untuk wanita. Mitra binaan batik terdiri dari ”Batik Sangadji” yang memiliki lokasi usaha di Solo, Jawa Tengah, mitra binaan ”Batik Sukarwan” memiliki lokasi usaha di Tanjung Barat, Jakarta (dekat kantor pusat Antam) dan mitra binaan yang memproduksi sepatu dan tas wanita ”Denia Ponti” yang memiliki lokasi usaha di salah satu pusat pertokoan di daerah Kuningan, Jakarta.
55
CSR yang ada di PT Antam Tbk dilakukan karena adanya komitmen penuh dari perusahaan untuk saling berbagi dengan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar wilayah operasi penambangan PT Antam Tbk. Salah satu kegiatan CSR yang ada di Antam adalah program kemitraan. Program ini dilakukan oleh Antam dalam rangka mengembangkan usaha mitra binaan agar menjadi maju dan mandiri. Selain itu, Antam memiliki suatu komitmen penuh mengenai konsep tanggung jawab sosial perusahaaan. Antam berkomitmen untuk berbagi dengan masyarakat sekitar demi tercapainya suatu kesejahteraan bagi masyarakat. 4.6 Ikhtisar PT Antam Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan logam Indonesia yang didirikan pada tangal 5 Juli 1968 sebagai hasil dari penggabungan beberapa Perusahaan Negara yang bergerak di bidang pertambangan. Sebagai salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara), saham PT Antam Tbk dimiliki oleh pemerintah Republik Indonsesia sebesar 65 persen dan sisanya dimiliki oleh publik sebesar 35 persen. PT Antam Tbk memiliki visi sampai tahun 2010 yaitu menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global. Adapun misi Antam bertujuan untuk memenuhi semua komitmen dan kewajiban Antam kepada para stakeholders. Struktur organisasi Antam didasarkan pada sistem yang berlaku di Indonesia, dimana organ pengelola (Direksi) dibedakan dari organ pengawas (Komisaris). Dengan demikian peran Komisaris Utama dan Direkir Utama tidak dijalankan oleh satu orang yang sama.
56
PT Antam Tbk telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sejak tahun 2005. CSR Group PT Antam Tbk dibagi menjadi Comdev (Community Development) dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan).
Comdev
(Community
Development)
atau
pengembangan
masyarakat. PT Antam Tbk melakukan program pengembangan masyarakat sebagai wujud kepeduliannya kepada masyarakat. Hal tersebut tercantum dalam laporan tahunan Antam yang menyatakan bahwa mensejahterakan masyarakat merupakan komitmen bagi Antam. Tujuan pada Program Kemitraan adalah untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Program Bina Lingkungan (BL) bertujuan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh PT Antam Tbk yang dilakukan di wilayah operasi PT Antam Tbk melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. PT Antam Tbk juga telah memiliki bagian (divisi) khusus yaitu CSR Group yang dikepalai oleh seorang Manajer yang langsung bertanggung jawab kepada Direksi PT Antam Tbk. CSR Group tersebut terdapat di kantor pusat PT Antam Tbk yang terdiri dari staf Comdev dan staf PKBL. Lokasi PT Antam Tbk (kantor pusat) berada di Jalan Letjen TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta. PT Antam Tbk ini berada di Gedung Aneka Tambang (Antam) dan dekat dengan kawasan tempat tinggal penduduk. Kawasan tempat tinggal penduduk terletak di belakang kantor Antam dan di depan kantor Antam adalah jalan raya yang dilanjuti oleh jalan tol. Di sebelah kantor Antam merupakan pertigaan jalan. Di dekat kantor Antam terdapat warung kecil yang terletak di trotoar jalan. Melihat lokasi PT Antam Tbk di kantor pusat ini yang
57
berada di sekitar kawasan tempat tinggal penduduk, maka Antam telah melakukan kegiatan-kegiatan CSRnya. Mitra binaan maupun warga sekitar kantor Antam yang telah menerima berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk merupakan masyarakat perkotaan. Mitra binaan Antam selain memiliki karakteristik masyarakat perkotaan, juga memiliki ciri khas yang seragam, karena untuk menjadi mitra binaan PT Antam Tbk telah mensyaratkan beberapa hal yaitu telah memiliki usaha yang telah berjalan minimal satu tahun dan tidak mitra binaan Badan Usaha atau perusahaan lain. Mitra binaan Antam merupakan pengusaha yang memiliki skala usaha kecil atau menengah yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Bidang usaha yang dimiliki oleh mitra binaan Antam beragam dan pada penelitian ini dikaji tiga mitra binaan yang berpartiipasi dalam salah satu acara pameran hasil kerajinan/seni yang diikuti oleh PT Antam Tbk. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh Antam didasarkan pada suatu komitmen Antam yaitu komitmen untuk berbagi dengan masyarakat. Selain itu, pada salah satu misi Antam juga dinyatakan bahwa Antam berupaya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Komitmen dan misi tersebut merupakan maksud Antam dalam upaya menjalankan tanggung jawab sosialnya. Bahkan, dengan adanya surplus yang diperoleh Antam dari hasil penambangannya maka upaya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan semakin mendapat dukungan karena sebagian dari surplus tersebut dialokasikan untuk kegiatan CSR PT Antam Tbk.
BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) 5.1 Kebijakan PT Aneka Tambang TBk Mengenai CSR (Corporate Social Responsibility) CSR yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk tidak hanya dilakukan di wilayah operasi saja, akan tetapi juga dilakukan di Kantor Pusat yang berada di Jakarta. Melihat posisinya yang berdekatan dengan tempat tinggal masyarakat (yakni masyarakat Tanjung Barat, Jakarta), maka terdapat beberapa aktivitas bentuk kerja sama dilakukan oleh PT Antam Tbk sebagai wujud dari penerapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). CSR yang terdapat di PT Antam Tbk dibagi menjadi tiga bagian yaitu program kemitraan, bina lingkungan dan pengembangan masyarakat. Program kemitraan dan bina lingkungan dilaksanakan dengan menggunakan dana yang berasal dari laba perusahaan sebesar satu persen untuk program bina lingkungan dan satu sampai tiga persen untuk program kemitraan (sesuai dengan ketentuan dalam peraturan keputusan menteri BUMN mengenai program kemitraan dan bina lingkungan). Program pengembangan masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan
dana operasional perusahaan
dalam artian perusahaan telah menyiapkan dana khusus untuk pelaksanaan pengembangan masyarakat. Kegiatan CSR yang salah satunya diterapkan melalui Program Kemitraan PT Antam Tbk dijalankan berdasarkan kebijakan perusahaan yang tercantum dalam Standar Kerja Program Kemitraan PT Antam Tbk. Kebijakan PT Antam Tbk mengenai Program Kemitraan mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 yang menyatakan bahwa dalam rangka mendorong kegiatan
59
dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, perlu ditingkatkan partisipasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan sekitarnya, melalui Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan. Hingga tahun 2008 ini, mitra binaan PT Antam Tbk bejumlah 180 mitra binaan. Laporan Tahunan (Annual Report) PT Antam TBk merupakan suatu bukti yang menyatakan bahwa Antam memiliki komitmen untuk berbagi, dalam arti bahwa Antam memiliki semangat untuk berbagi dengan masyarakat sekitar (khususnya masyarakat di sekitar daerah operasi penambangan). Komitmen tersebut diterapkan oleh Antam melalui berbagai kegiatan di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Di bidang pendidikan, Antam telah memberikan beasiswa kepada siswa tingkat SD yang meraih prestasi di sekolahnya. Dalam bidang sosial, Antam memberikan bantuan kepada korban bencana misalnya korban bencana tsunami yang terjadi di Aceh. Dalam
bidang
ekonomi,
Antam
membantu
masyarakat
dengan
memberikan bantuan pinjaman dana untuk para pengusaha kecil dan menengah agar pengusaha tersebut dapat mengembangkan usaha bisnisnya. Selanjutnya dalam bidang lingkungan Antam melakukan reklamasi setelah melakukan penambangan dan Antam juga turut melestarikan lingkungan di kawasan yang bukan menjadi wilayah operasinya, misalnya dengan melakukan penanaman pohon bersama dengan masyarakat sekitar.
60
Selain komitmen untuk berbagi yang terdapat dalam Laporan Tahunan Antam, juga terdapat misi Antam yang salah satunya berisi “berpartisipasi di dalam
upaya
menyejahterakan
masyarakat
di
sekitar
daerah
operasi
pertambangan”. Berdasarkan misi tersebut, Antam telah memiliki suatu kebijakan sebagai upaya tanggung jawab sosialnya dengan masyarakat sekitar wilayah operasi penambangan. Akan tetapi, berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan, ternyata PT Antam Tbk tidak hanya melakukan upaya ini di daerah operasi penambangan saja, melainkan juga di kantor pusat Antam di Jakarta. Misi Antam tersebut telah memperkuat suatu komitmen yang dimiliki Antam yaitu komitmen untuk berbagi. Salah satu strategi PT Antam Tbk dalam tujuan utamanya untuk meningkatkan nilai pemegang saham adalah strategi untuk menciptakan pertumbuhan
yang
berkesinambungan.
Dalam
strategi
tersebut
Antam
mencantumkan suatu kebijakan yaitu “Kesinambungan lingkungan dan sosial”. Kebijakan ini diterapkan sebagai upaya untuk mencegah gangguan usaha dan memastikan operasi yang aman dan berkesinambungan dengan menerapkan tata kelola lingkungan dengan upaya pengurangan polusi melalui sistem manajemen lingkungan berstandar internasional ISO 14001.
5.2
Pandangan PT Responsibility)
Antam
Tbk
terhadap
CSR
(Corporate
Social
Berdasarkan penuturan dari salah satu staf CSR Group PT Antam Tbk, maka menurut Antam CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan di sekitar lokasi perusahaan. Definisi tersebut dikemukakan oleh salah satu staf CSR Group PT Antam Tbk sebsgai berikut:
61
CSR itu merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan di sekitar wilayah lokasi kami, baik di lokasi pertambangan maupun di kantor pusat.
Sesuai dengan kebijakan yang tercantum dalam Laporan Tahunan Antam yaitu komitmen untuk berbagi dan salah satu misi Antam mengenai partisipasi dalam rangka menyejahterakan masyarakat, maka Antam telah memiliki pandangan terhadap Corporate Social Responsibiliy (CSR). Antam memandang CSR sebagai suatu upaya perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Antam juga memiliki pandangan bahwa CSR itu penting dilakukan karena selain dapat membangun citra positif bagi perusahaan juga dilakukan untuk menyejahterakan masyarakat sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat karena masyarakat merupakan bagian dari stakeholder Antam. Hal ini diperkuat dengan suatu penuturan dari salah satu staf CSR Group PT Antam Tbk sebagai berikut: Masyarakat merupakan bagian dari stakeholders Antam sehingga perlu adanya kerjasama antara Antam dengan masyarakat seperti dalam kegiatan CSR................................... Menurut kami, pelaksanaan CSR tidak hanya dilakukan untuk membangun citra positif perusahaan semata. CSR Antam dilakukan karena ingin agar masyarakat sejahtera dan dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi aktivitas masyarakat maupun bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya.
Selain untuk membangun citra positif, menyejahterakan masyarakat, serta menjaga hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat, maka sebagai salah satu BUMN Antam melakukan CSR karena adanya regulasi dari pemerintah mengenai salah satu penerapan CSR dalam wujud Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (KEPMEN BUMN No. 236/MBU/2003). Jadi, Antam memiliki pandangan bahwa CSR memang penting dilakukan karena demi tercapainya suatu keberlanjutan kegiatan perusahaan dan citra positif perusahaan serta keharmonisan hubungan masyarakat dengan perusahaan yang diperkuat
62
dengan adanya peraturan dari pemerintah untuk penyelenggaraan suatu program dalam upaya tanggung jawab sosial perusahaan. CSR juga dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap tejadinya konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat. Tiga cara pandang perusahaan dalam memandang CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai upaya dalam pengembangan masyarakat yaitu : 1. Sekedar
basa
basi
atau
keterpaksaan,
dimana
perusahaan
mempraktekan CSR hanya karena faktor eksternal (external driven), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). 2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. 3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berdasarkan kebijakan yang terdapat di PT Antam Tbk (misi dan komitmen Antam serta standar kerja program kemitraan), maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan dalam memandang Corporate Social Responsibility (CSR) termasuk ke dalam kategori 2 dan 3 yaitu sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (complience) dan sebagai wujud pelaksanaan CSR yang berasal dari
63
dorongan yang tulus dalam perusahaan (internal driven). Cara pandang PT Antam Tbk dalam melakukan program CSR sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (compliance) dibuktikan dari adanya peraturan atau regulasi pemerintah mengenai pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan yang kemudian diwujudkan oleh PT Antam Tbk. Selain upaya memenuhi kewajiban sebagai salah satu BUMN, PT Antam Tbk juga telah membantu pemerintah dalam rangka pengembangan masyarakat melalui pengembangan perekonomian masyarakat lokal melalui program kemitraan. Dengan mengikuti program kemitraan maka masyarakat dapat terbantu dan dapat mengembangkan usahanya. Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori ketiga (internal driven) pada PT Antam Tbk dapat dibuktikan dari program-program CSR seperti bantuan dana dalam pembangunan jalan, pelatihan pembukuan keuangan bagi mitra binaan, sunatan masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja sama dan bantuan kepada suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam dan bantuan dana dari program kemitraan. PT Antam Tbk memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang staf program kemitraan CSR PT Antam Tbk: ”Tujuan yang paling utama bagi Antam dalam kegiatan CSRnya adalah untuk ikut berperan serta mensejahterakan masyarakat dan memandirikan masyarakat agar mereka tidak bergantung lagi di kemudian hari..............”
Hal serupa juga dikemukakan oleh salah satu staf Community Development CSR PT Antam Tbk yaitu: ”......................Sebenarnya kita tidak terlalu mengarah ke materi, yang menjadi keinginan dari pelaksanaan program CSR adalah untuk mendapatkan social license..........”
64
Kedua ungkapan tersebut menguatkan cara pandang perusahaan dalam kategori internal driven. Kategori ini berarti bahwa perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. PT Antam Tbk tidak atau belum pernah mengalami konflik dengan warga sekitar yang di tinggal di dekat kantor pusat PT Antam Tbk selama menjalankan aktivitas dan berbagai kegiatan admistrasinya. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan tidak terdapatnya data atau dokumentasi yang menunjukkan adanya konflik antara masyarakat sekitar dengan pihak Antam. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh salah satu staf Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Antam Tbk, dikatakan bahwa hingga saat ini tidak pernah terjadi konflik antara warga sekitar kantor pusat Antam dengan pihak Antam. Pernyataan bahwa tidak pernah adanya konflik antara masyarakat dengan pihak Antam di kantor pusat Antam yaitu berdasarkan penuturan sebagai berikut: “Terkait dengan masalah CSR selama ini belum ada masalah dengan masyarakat dalam pelaksanaan CSR di kantor pusat ini”
Komitmen Antam yang tercantum pada laporan tahunan keberlanjutan Antam menyatakan bahwa semangat untuk berbagi dengan masyarakat merupakan komitmen penuh Antam. Hal tersebut menunjukkan bahwa Antam telah menjadikan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sebagai suatu komitmen yang perlu diterapkan sekaligus mendukung suatu upaya internalisasi CSR di PT Antam Tbk.
65
Pergeseran paradigma CSR Antam dapat dilihat berdasarkan cara pandang
perusahaan terhadap CSR. Pergeseran paradigma tersebut dikemukakan oleh Alyson Warhurst dalam Sukada, dkk (2007) dalam tiga fase paradigma yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : FASE : 1960-1983 (TIMBULNYA KESADARAN TERHADAP MASALAH POST SOSIAL FACTO)
FASE : 1960-1983 (TIMBULNYA KESADARAN TERHADAP MASALAH SOSIAL POST FACTO)
FASE : 19601983 (TIMBULNYA KESADARAN TERHADAP MASALAH SOSIAL POST FACTO)
Gambar 4. Fase Pergeseran Paradigma CSR Sumber: Sony Sukada dkk (2007) dalam buku Membumikan Bisnis Berkelanjutan; memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta: Indonesia Business Links.
Berdasarkan paradigma tersebut dan jika dilihat dari cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR maka PT Antam Tbk berada pada fase 3 (tahun 1995sekarang). Hal tersebut dikarenakan adanya suatu komitmen yaitu komitmen berbagi dari Antam dan keputusan menteri BUMN bahwa pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam upaya pengembangan masyarakat perlu dilakukan. Secara tidak langsung (tanpa pernyataan dari Antam), Antam telah melakukan upaya untuk mencegah terjadinya masalah di masa yang akan datang. Oleh karena itu Antam menjaga hubungan dengan masyarakat yang salah satunya dilakukan melalui Program Kemitraan PT Antam Tbk.
66
5.3 Ikhtisar Kegiatan CSR yang terdapat di PT Antam Tbk dibagi menjadi 3 bagian yaitu program kemitraan, bina lingkungan dan pengembangan masyarakat. Masing-masing pembagian tersebut dilakukan berdasarkan sumber dana untuk penerapan setiap program. Program Kemitraan yang terdapat di PT Antam Tbk selain diatur berdasarkan standar kerja perusahaan juga mengacu pada kewajiban yang berasal dari pemerintah. Kewajiban dari pemerintah tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003 mengenai pentingnya partisipasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan sekitarnya, melalui Program Kemitraan BUMN dan Program Bina Lingkungan. Selain regulasi dari Menteri BUMN, Antam juga memiliki suatu komitmen yaitu komitmen untuk berbagi bersama masyarakat sekitar. Antam juga memiliki suatu misi yaitu berpartisipasi dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Konsep CSR yang terdapat di PT Antam Tbk tertuang dalam komitmen dan misi Antam bahwa pandangan PT Antam Tbk terhadap CSR yaitu sebagai suatu komitmen penuh dalam rangka menyejahterakan masyarakat dan sebagai upaya untuk menjaga hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat. PT Antam Tbk memiliki pandangan tersebut karena dengan hubungan yang harmonis dengan masyarakat, maka Antam dapat menjalankan aktivitasnya secara berkelanjutan dan masyarakatpun dapat turut menjalankan aktivitasnya tanpa merasa terganggu oleh keberadaan perusahaan. Cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR tertuang dalam Laporan Tahunan PT Antam Tbk tahun 2006, akan tetapi cara pandang tersebut belum diformulakan dalam bentuk
67
kebijakan perusahaan. Kebijakan yang telah disusun oleh PT Antam Tbk mengenai CSR adalah kebijakan pada Program Kemitraan. Cara perusahaan dalam memandang Corporate Social Responsibility (CSR) jika dikaitkan dengan teori menurut Wibisono (2007), maka cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR termasuk ke dalam dua kategori yaitu sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (complience) dan sebagai wujud pelaksanaan CSR yang berasal dari dorongan yang tulus dalam perusahaan (internal driven). Cara pandang PT Antam Tbk dalam melakukan program CSR sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (compliance) dibuktikan dari adanya peraturan atau regulasi pemerintah
(Keputusan
Menteri
BUMN
No
236/MBU/2003)
mengenai
pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan yang kemudian diwujudkan oleh PT Antam Tbk. Selain sebagai upaya memenuhi kewajiban sebagai salah satu BUMN, PT Antam Tbk juga telah membantu pemerintah dalam rangka pengembangan masyarakat melalui pengembangan perekonomian masyarakat lokal melalui program kemitraan. Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori lainnya adalah adanya dorongan yang tulus dari perusahaan (internal driven). PT Antam Tbk membuktikannya pada program kemitraan dengan memberikan pinjaman dana usaha untuk mitra binaan dan memberikan kemudahan dalam mempromosikan produk mitra binaannya melalui salah satu acara seperti acara pameran yang dilakukan setiap tahun, serta pemberian pelatihan pembukuan untuk mitra binaan tanpa memungut biaya dari mitra binaan. Selain dengan program kemitraan, PT Antam Tbk juga melakukan kegiatan CSR lainnya seperti bantuan dana dalam pembangunan jalan, sunatan masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja
68
sama dan bantuan kepada suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam. Setelah cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR telah terbentuk, maka dapat disimpulkan bahwa paradigma CSR yang dianut oleh PT Antam Tbk berada dalam fase 3 (tahun 1995-sekarang). Pada fase ini, Antam telah melakukan suatu upaya untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat yang salah satunya dilakukan melalui program kemitraan untuk mencegah masalah pada waktu yang akan datang.
BAB VI STRATEGI DAN MANFAAT PROGRAM KEMITRAAN 6.1 Prosedur Pelaksanaan Program Kemitraan PT Antam Tbk Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003 dan Keputusan Menteri No.SE-433/MBU/2003 merupakan referensi yang digunakan PT Antam Tbk dalam menjalankan program kemitraan. Dalam standar kerja PT Antam Tbk terdapat prosedur pengajuan program kemitraan yang salah satunya mencakup ketentuan pokok. Ketentuan pokok tersebut yaitu: 1. Calon mitra binaan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). 3. Milik warga negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. 6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 7. Pemberian pinjaman diberikan dalam bentuk:
70
a. Pinjaman untuk modal kerja dan atau untuk pembelian barangbarang modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin dan alat produksi, alat bantu produksi, dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk mitra binaan. b. Pinjaman khusus yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan bersifat jangka pendek dengan waktu maksimum 1 (satu) tahun serta dengan nilai pinjaman yang cukup material bagi mitra binaan. 8. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan bunga) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh PT Antam Tbk. 9. Lulus seleksi (kelayakan usaha dan kemampuan membayar kembali). 10. Masa pembinaan untuk Mitra Binaan dapat dilakukan terus menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri dan bankable. 11. Apabila Mitra Binaan melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo pelunasan, maka untuk beban/sisa bunga pinjaman tidak diperhitungkan. 12. Bilamana mitra binaan tidak dapat melunasi pinjaman sesuai dengan perjanjian maka dapat dilakukan rescheduling atau rekondisi berdasarkan pertimbangan kondisi usaha Mitra Binaan. Selain itu, tercantum pula mekanisme dan prosedur pelaksanaan program kemitraan yang berisi sebagai berikut: a) Calon Mitra Binaan mengajukan proposal yang ditujukan kepada Manajer Community Development (Comdev) dan PKBL setempat sesuai dengan form yang ada atau membuat proposal sendiri sesuai kebutuhannya. b) Manajer Comdev dan PKBL melakukan pencatatan dan evaluasi awal secara administratif sesuai sektor usahanya.
71
c) Apabila dari hasil evaluasi awal, calon Mitra Binaan tidak memenuhi syarat secara administratif sesuai sektor usahanya atau harus melengkapi proposalnya, maka kepada calon Mitra Binaan akan diinformasikan secara tertulis atau melalui telepon. Bagi calon Mitra Binaan yang memenuhi syarat, maka Manajer Comdev dan PKBL akan menjadwalkan survey ke tempat usaha calon mitra binaan, sedangkan untuk calon mitra binaan yang tidak memenuhi persyaratan dibuatkan surat penolakan. Penentuan jadwal survey dilakukan atas pertimbangan biaya survey (lebih dari satu calon Mitra Binaan perdaerah serta melakukan monitoring Mitra Binaan di sekitar daerah itu) dan pertimbangan dana yang tersedia. d) Sesuai jadwal, Manajer Comdev dan PKBL dan/atau PKBL Officer melakukan survey ke calon Mitra Binaan sesuai dengan Prosedur Survey Calon Mitra Binaan. e) Berdasarkan hasil survey, dibuat Resume Evaluasi besarnya pinjaman yang layak diberikan dan membuat laporan kepada Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi yang merupakan atasan langsung dari Manajer Comdev dan PKBL yang bersangkutan. f) Selanjutnya Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi bersama-sama dengan Manajer Comdev dan PKBL mengadakan pembahasan hasil Resume Evaluasi calon Mitra Binaan dan hasil keputusan pembahasan dimaksud dituangkan dalam format FORMULIR PERSETUJUAN USULAN PENYALURAN PINJAMAN. g) Bagi calon Mitra Binaan yang mendapat persetujuan, oleh Manajer Comdev dan PKBL disiapkan Surat Perjanjian Kerjasama rangkap 2 (dua)
72
Asli untuk ditandatangani oleh Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi dan Calon Mitra Binaan. h) Untuk calon Mitra Binaan yang tidak mendapatkan persetujuan dari Tim Pembina, Unit PKBL akan membuatkan surat jawaban penolakan sebagai mitra binaan dan dikirimkan kepada calon mitra binaan. i) Berdasarkan surat perjanjian kerja sama yang sudah ditandatangani, Manajer Comdev dan PKBL menyiapkan bukti pengeluaran (cek) dengan nilai sesuai yang tercantum dalam surat perjanjian untuk ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan ketentuan: I. Nilai sampai dengan Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) ditandatangani oleh Manajer Comdev dan PKBL. II. Nilai di atas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) ditandatangani oleh Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi yang merupakan atasan langsung dari Manajer Comdev dan PKBL. j) Untuk pemrosesan penandatanganan cek oleh Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi, Surat Perjanjian Kerjasama Asli harus disertai dengan form pengajuan/proposal, resume evaluasi dan formulir persetujuan usulan penyaluran pinjaman. k) Cek yang sudah ditandatangani diserahkan kepada calon Mitra Binaan disertai dengan tanda terima cek (kwitansi) bermaterai. l) Surat Perjanjian Kerjasama asli 1 (pertama) dan tanda terima cek (kwitansi) diarsipkan oleh Manajer Comdev dan PKBL serta Surat Perjanjian asli 2 (kedua) diserahkan kepada Mitra Binaan.
73
6.2 Strategi PT Antam Tbk dalam Menjalankan Program Kemitraan PT Antam Tbk berupaya untuk menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosialnya. Salah satu penerapan CSR tersebut dilakukan dalam Program Kemitraan. Program Kemitraan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal serta meningkatkan kemandirian dalam skala usaha kecil dan menengah. Dalam proses pelaksanaan Program Kemitraan, maka dapat disimpulkan bahwa program kemitraan PT Antam Tbk memiliki strategi yang secara tertulis telah tertuang dalam mekanisme dan prosedur pelaksanaan program kemitraan yang didukung oleh ketentuan pokok program kemitraan. Beberapa hal dalam mekanisme dan prosedur pelaksanaan yang menjadi strategi PT Antam Tbk dalam melaksanakan program kemitraan yaitu : 1. Pengajuan proposal oleh setiap calon mitra binaan yang ditujukan kepada Manajer Comdev dan PKBL setempat sesuai dengan form yang ada atau membuat proposal sendiri sesuai kebutuhannya. 2. Pencatatan dan evaluasi awal secara administratif sesuai sektor usahanya oleh Manajer CSR PT Antam Tbk. 3. Pemberian informasi hasil evaluasi dari PT Antam Tbk kepada calon mitra binaan. 4. Survey ke calon Mitra Binaan sesuai dengan Prosedur Survey Calon Mitra Binaan dilakukan oleh manajer CSR atau staf Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. 5. Pembuatan Resume Evaluasi besarnya pinjaman yang layak diberikan.
74
6. Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi bersama-sama dengan Manajer Comdev dan PKBL mengadakan pembahasan hasil Resume Evaluasi calon Mitra Binaan. 7. Penyiapan Surat Perjanjian Kerjasama rangkap 2 (dua) Asli untuk ditandatangani oleh Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi dan Calon Mitra Binaan. 8. Persetujuan dan Penandatanganan kesepakatan calon mitra binaan dengan PT Antam Tbk. Selain strategi di atas, selama masa pembinaan PT Antam Tbk kepada mitra binaan maka Antam melakukan beberapa kegiatan yang mendukung peningkatan skala usaha mitra binaan. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu kegiatan pelatihan pembukuan keuangan untuk mitra binaan Antam dan kegiatan dalam bentuk pameran sekaligus penjualan produk-produk usaha dari mitra binaan. Sebelum kegiatan pameran diselenggarakan maka semua mitra binaan Antam diikutkan dalam pelatihan pembukuan agar mereka dapat memahami tata cara pencatatan keuangan yang baik dan nantinya dapat dijadikan laporan keuangan yang diserahkan kepada Antam sekaligus untuk dimiliki oleh mitra binaan itu sendiri. Pada kegiatan pameran seni dan kerajinan tangan hasil karya mitra binaan (“IT”), mitra binaan hanya dipilih beberapa orang saja untuk dapat mengikuti pameran. Penentuan mitra binaan yang dapat mengikuti acara pameran dilakukan oleh PT Antam Tbk secara bergiliran agar dapat merata kepada seluruh mitra binaan Antam. Acara pameran tersebut dilakukan satu tahun sekali yang diikuti tidak hanya dari Antam saja, akan tetapi dari beberapa pengusaha (baik sebagai
75
mitra binaan maupun usahawan yang berdiri sendiri dan tidak terikat dengan perusahaan). Strategi yang terdapat di PT Antam Tbk dalam menjalankan kegiatan CSRnya jika dikaitkan dengan teori tahap-tahap penerapan CSR (tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan) yang dikemukakan oleh Wibisono (2007), tahap-tahap CSR PT Antam Tbk dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan, pada tahap ini PT Antam Tbk telah melakukan suatu perencanaan dengan membangun kesadaran mengenai arti penting CSR. Hal ini terlihat dari komitmen Antam yang dinyatakan dalam laporan tahunan (annual report) yang berisi “Menerapkan CSR bagi Antam berarti memberikan komitmen penuh kami”. Penyadaran terhadap pentingnya penerapan CSR dapat dikatakan merupakan tahap Awareness building dalam perencanaan. Selain itu PT Antam Tbk dalam menjalankan aktivitas CSRnya, khususnya pada penerapan Program Kemitraan telah memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian. Hal ini terlihat dari strategi perusahaan melalui rapat kordinasi dengan staf CSR dan strategi dalam Program Kemitraan yaitu melakukan pencatatan dan evaluasi awal secara administratif sesuai sektor usahanya oleh Manajer CSR PT Antam Tbk. Strategi tersebut dapat dikatakan sebagai CSR Assessement karena terdapat suatu skala pengidentifikasian terhadap penerapan Program Kemitraan pada tahap perencanaan. Untuk Program Kemitraan, PT Antam Tbk telah memiliki suatu standar kerja Program
76
Kemitraan yang berisi tentang prosedur dan ketentuan dalam menjalankan program. Standar kerja tersebut dibuat oleh manajer dan staf CSR Antam yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Program Kemitraan. Berdasarkan hal tersebut maka terdapatnya suatu pedoman dalam pelaksanaan program dapat dinyatakan sebagai CSR manual PT Antam Tbk dalam tahap perencanaan. 2. Tahap Implementasi, pada tahap ini Program Kemitraan PT Antam Tbk dijalankan oleh staf dan manajer PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) yang merupakan bagian dari CSR group PT Antam Tbk. Program Kemitraan dijalankan bersama dengan mitra binaan yang telah lolos seleksi penerimaan mitra binaan PT Antam Tbk. Sebelum program kemitraan berjalan, para staf CSR PT Antam Tbk mengadakan rapat dalam rangka persiapan penyelenggaraan program kemitraan. Dalam rapat tersebut dibahas mengenai pemilihan calon mitra binaan dan jadwal pelaksanaan program serta pembagian tugas untuk penyelenggaraan program. Selain adanya persiapan tersebut, staf CSR PT Antam Tbk melakukan sosialisasi atas apa yang dilakukan melalui program kemitraan melalui rapat koordinasi yang dihadiri oleh staf PT Antam Tbk di luar staf CSR. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahap implementasi, PT Antam Tbk melakukan sosialisasi kepada staf PT Antam Tbk. PT Antam Tbk telah melakukan suatu upaya untuk memperkenalkan CSR kepada seluruh unit PT Antam Tbk pada setiap kegiatan bisnisnya. Upaya tersebut terlihat dari adanya Annual Report atau laporan tahunan PT
77
Antam Tbk yang disusun dan kemudian dicetak agar seluruh karyawan dapat membacanya. Dengan upaya tersebut, bagi karyawan di luar staf CSR yang membacanya akan mengetahui kegiatan CSR yang selama ini telah berjalan di PT Antam Tbk. Selain itu pembaca tersebut juga dapat menyadari pentingnya penerapan CSR dan secara tidak langsung dapat memotivasi pembaca tersebut untuk turut mendukung segala bentuk kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk. Dengan adanya laporan tahunan ini maka PT Antam Tbk saat ini sedang berupaya untuk melakukan internalisasi CSR kepada seluruh karyawannya. 3. Tahap Evaluasi. Pada program kemitraan, PT Antam Tbk melakukan evaluasi pada saat pemilihan mitra binaan dan setelah selesai program. Pada pemilihan program, setelah menyeleksi berkas calon mitra binaan yang memenuhi syarat, selanjutnya PT Antam Tbk melakukan survey ke lokasi usaha calon mitra binaan. Hal yang dilihat dalam sutvey adalah kelayakan usaha dan analisis usaha (apakah usaha tersebut termasuk usaha kecil/menengah atau tidak), perkiraan kemajuan dan kemandirian usaha, serta kesanggupan dari mitra binaan untuk melunasi pinjaman yang akan diberikan. Setelah survey dilakukan, kemudian diadakan suatu evaluasi untuk menentukan calon mitra binaan yang layak menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Hasil evaluasi tersebut kemudian diumumkan kepada setiap calon mitra binaan untuk menginformasikan pihak yang terpilih menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Untuk calon mitra binaan yang tidak terpilih menjadi mitra binaan Antam, diberi penjelasan mengenai syarat yang tdak memenuhi calon mitra binaan untuk menjadi
78
mitra binaan Antam. Setelah program kemitraan selesai, evaluasi dilakukan kembali. Evaluasi ini merupakan evaluasi dari segi keuangan dan dana pinjaman, yaitu mengenai ketepatan waktu pengembalian dana pinjaman. Selain itu, mitra binaan Antam juga menyerahkan pembukuan hasil penjualannya kepada Antam untuk mengetahui kemajuan usaha mitra binaan. 4. Tahap Pelaporan. Setelah program kemitraan dilaksanakan, dilakukan rapat staf pelaksana program kemitraan PT Antam Tbk dimana dalam rapat tersebut dibahas mengenai pelaksanaan program yang telah berjalan dan
bagaimana
proses
pengembalian
dana
pinjaman
dilakukan.
Selanjutnya, staf tersebut membuat suatu laporan yang kemudian diserahkan kepada manajer CSR Group PT Antam Tbk.
6.3 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat Bagi Perusahaan Laporan tahunan PT Antam Tbk tahun 2006 menyebutkan bahwa faktor kunci keberhasilan penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di Antam merupakan komitmen penuh, dalam arti bahwa menerapkan CSR bagi Antam berarti memberikan komitmen penuh Antam. Komitmen Antam mengenai tanggung jawab sosialnya adalah komitmen untuk berbagi. Sebagai hasil dari kinerja CSR Antam maka pada tahun 2006 Antam memperoleh beberapa penghargaan yang di antaranya berasal dari Bussiness Review Awards. Dalam pengahargaan tersebut, PT Antam Tbk memperoleh sekretaris perusahaan terbaik, Program Kemitraan, UMKM dan Bina Lingkungan Terbaik, Kinerja Keuangan Terbaik II, Kinerja Saham Terbaik II, Dewan Komisaris Terbaik II, serta
79
Korporasi Terbaik III. Diantara sejumlah penghargaan yang diperoleh PT Antam Tbk tersebut, salah satunya adalah Program Kemitraan, UMKM dan Bina Lingkungan yang merupakan hasil dari penerapan CSR PT Antam Tbk. Penghargaan tersebut berada pada tingkat nasional yang diperuntukan bagi CSR PT Antam di Pomalaa dan CSR PT Antam di kantor pusat. Rekomendasi calon peraih penghargaan sebelumnya dilakukan dengan meminta persetujuan dari perusahaan yang bersangkutan. Selain pembuktian terhadap komitmen penuh Antam dalam melakukan CSR dengan diperolehnya penghargaan, Antam hingga saat ini mampu untuk mempublikasikan keberadaannya sehingga hubungan yang baik dengan stakeholder (dalam hal ini adalah masyarakat) dapat terwujud. Dengan surplus devisa yang diperoleh Antam pada tahun 2006 yang terutama berasal dari hasil tambang nikel, Antam memberikan modal yang lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya dalam upaya menjalankan kegiatan bersama masyarakat. Hal ini diperkuat dengan penuturan dari salah seorang staf PR PT Antam Tbk: ” Sebelum tahun 2000, di kantor pusat memang belum dilakukan banyak kegiatan dengan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan devisa yang diperoleh Antam yang masih terbilang kecil.................... Antam mulai banyak melakukan kegiatan yang dikarenakan Antam mengalami surplus pendapatan...................... Sejak Antam melakukan program sosial, maka masyarakat sekitar mulai aware dengan keberadaan Antam”
Penghargaan dan kesadaran akan keberadaan Antam mulai meningkat juga diperkuat dengan adanya social license yang diperoleh Antam. Dengan lancarnya segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan menunjukkan bukti bahwa masyarakat mampu memberikan kepercayaannya kepada Antam untuk tetap
80
menjalankan usahanya. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak pernah terjadinya konflik antara masyarakat sekitar dengan kantor pusat PT Antam Tbk. Tujuan utama Antam melakukan kegiatan CSR yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sebagai penerima program. Akan tetapi, selain hal tersebut Antam juga berorientasi kepada social license sebagai tujuan dari penerapan CSR. Pernyataan ini diperkuat dengan penuturan dari salah seorang staf Program Kemitraan CSR Antam yang diugkapkan sebagai berikut: ”Dengan adanya kegiatan CSR diharapkan masyarakat akan mendukung perusahaan dalam aktivitas-aktivitas perusahaan. Selain itu, perusahan mendapatkan social license dari masyarakat sehingga perusahaan tenang dalam menjalankan kegiatannya”
Manfaat lain yang juga diperoleh perusahaan adalah memperbaiki hubungan atau menjaga hubungan baik dengan regulator. Dalam hal ini regulator merupakan pihak pemberi aturan terkait dengan pelaksanaan CSR perusahaan, yaitu pemerintah. Sesuai dengan regulasinya yang tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 mengenai pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka hubungan baik antara pihak perusahaan dengan pemerintah telah terbentuk karena secara tidak langsung pihak perusahaan telah membantu pemerintah untuk menjalankan salah satu upaya pengembangan masyarakat. 6.4 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Perekonomian Lokal Bagi Penerima Program Kemitraan PT Antam Tbk Kegiatan CSR yang diterapkan oleh PT Antam Tbk terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu pengembangan masyarakat, program kemitraan dan bina lingkungan. Ketiga penerapan CSR tersebut tidak hanya dilakukan di unit (lokasi operasi penambangan), tetapi juga diterapkan di kantor pusat yang lebih banyak
81
menjalankan aktivitas policy (kebijakan) dan administrasi. Program kemitraan yang menjadi tinjauan secara mendalam pada penelitian ini merupakan program yang secara kontinu dijalankan di kantor pusat. Hal tersebut dikarenakan program kemitraan terdiri dari mitra binaan dimana mitra binaan tersebut memiliki keterikatan kerjasama dengan Antam terutama dari segi peminjaman dana dalam waktu satu sampai tiga tahun. Program
pengembangan
masyarakat
di
kantor
pusat,
mayoritas
penerapannya hanya sebatas charity karena kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan belum bersifat pmberdayaan. Contoh program yang bersifat filantropi tersebut yaitu pembangunan jalan dan pembangunan masjid yang terletak di lingkungan tempat tinggal penduduk dekat kantor pusat Antam berada. Sedangkan bina lingkungan dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar (masyarakat Jakarta Barat misalnya dalam penanaman pohon di daerah Muara Angke Jakarta pada tahun 2006). Program kemitraan yang diterapkan oleh PT Antam Tbk merupakan salah satu program CSR Antam yang termasuk ke dalam program pengembangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan program kemitraan memberikan pinjaman dana kepada mitra binaan yang dalam jangka waktu yang telah disepakati harus dikembalikan kepada pihak perusahaan sebagai upaya untuk meningkatkan dan memandirikan kegiatan usaha mitra binaan. Program kemitraan yang diterapkan oleh PT Antam Tbk didasari oleh peraturan pemerintah yakni KEPMEN BUMN No 236/MBU/2003. Selain dengan adanya regulasi, Antam melakukan program kemitraan dan menganggapnya sebagai
bagian
dari
Corporate
Social
Responsibility
(CSR).
Antam
mendefinisikan Program Kemitraan (PK) sebagai program untuk meningkatkan
82
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Bagi Antam, PK bermanfaat untuk meningkatkan kemajuan usaha dari pengusaha mikro, kecil, menengah, termasuk koperasi, yang menjadi mitra binaan PT Antam Tbk, sehingga mitra binaan tersebut dapat tumbuh dan berkembang. Hal tersebut tercantum dalam sebuah leaflet yang ditayangkan oleh PT Antam Tbk pada sebuah acara pameran ”IT” di Jakarta Convention Center (JCC) yang diselenggarakan pada akhir bulan April tahun 2008 sebagai wujud penyelenggaraan Program Kemitraan. Pada acara tersebut terdapat tiga stand mitra binaan kantor pusat PT Antam Tbk yang terdiri dari mitra binaan dalam usaha batik bernama ”Batik Sangadji”, mitra binaan dalam usaha produk wanita seperti sepatu dan tas dengan nama usahanya adalah ”Denia Ponti” dan mitra binaan dalam usaha batik dengan nama ”Batik Sukarwan”. Ketiga mitra binaan tersebut berada pada stand Antam yang terletak secara berurutan. Pada acara ”IT”, Antam menampilkan lima stand (terdiri dari lima mitra binaan) dimana tiga stand merupakan stand yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Batik Sangadji, Batik Sukarwan dan Denia Ponti. Dua stand lainnya merupakan mitra binaan Antam pada daerah operasi (kantor unit Antam di Pongkor) yang terdiri dari peralatan wanita seperti sepatu dan tas, dan stand lainnya diisi dengan beragai lukisan dan kerajinan dan ukiran keramik. Batik Sangadji merupakan salah satu mitra binaan Antam yang memiliki lokasi usaha di Solo. Kerajinan batik tersebut merupakan hasil karya dari pemilik ”Batik Sangadji” dan teman-teman atau pegawainya. Selain bersumber dari hasil karyanya, produk ”Batik Sangadji” ini juga diperoleh dari masyarakat di sekitar lokasi usaha Batik Sangadji di Solo. Jadi, masyarakat sekitar juga turut
83
menyumbang produk batik tersebut yang kemudian hasilnya diberikan sesuai dengan kesepakatan antara masyarakat dengan pihak ”Batik Sangadji”. Usaha batik ini telah menjadi mitra binaan Antam sejak bulan Januari 2008. Terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan usaha ”Batik Sangadji” untuk menjadi mitra binaan Antam. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha ”Batik Sangadji” maka tujuan menjadi mitra binaan Antam terlihat melalui penuturan sebagai berikut: ”Yang ingin saya peroleh dengan mengikuti Program Kemitraan Antam adalah yang pertama dari segi permodalan. Antam memberikan bantuan pinjaman dana untuk kemajuan usaha kami. Yang kedua dari segi promosi, untuk mencapai brand yang bagus, karena Antam sangat membantu kami terutama dalam hal promosi, sehingga usaha kami ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat Solo yang tinggal di dekat lokasi kami tapi juga dikenal oleh masyarakat di tempat-tempat lain seperti di Jakarta ini. Yang ketiga dari segi marketing, bisa diangkat di luar pameran, misalnya dengan adanya buyer di pameran ini bisa menjadi pelanggan kami” (Lampiran 5, Kasus I)
Selain tujuan yang dicapai dengan mengikuti program kemitraan Antam, terdapat pula beberapa manfaat yang diperoleh usaha batik ini terutama dengan mengikuti kegiatan pameran. Manfaat yang pertama adalah pemilik usaha batik ini dapat mengetahui pasar dengan melihat pengunjung yang datang ke stand pada acara pameran, kemudian dapat pula membandingkannya dengan para konsumen yang berada di Solo. Manfaat yang kedua adalah dapat mengetahui harga. Setelah dapat melihat konsumen batik dari berbagai kalangan dan melihat harga yang ditawarkan pada usaha batik lain dalam pameran ini, maka pemilik batik Sangadji ini dapat menentukan harga yang sesuai. Selain itu, keuntungan yang diperoleh lainnya adalah meningkatnya omzet (penjualan) batik pada saat menjadi mitra binaan Antam karena Antam membantu mitra binaan ini dalam hal promosi.
84
Mitra binaan yang kedua yaitu usaha sepatu dan tas yang bernama ”Denia Ponti”. Usaha ini juga telah menjadi mitra binaan Antam sejak awal tahun 2008. Usaha ini berlokasi di Jakarta. Produk yang dihasilkan merupakan hasil kerjajinan dari usaha ini sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada salah satu pegawai ”Denia Ponti” maka manfaat yang diperoleh dengan menjadi mitra binaan Antam khususnya pada acara pameran ”IT” adalah perolehan keuntungan dan banyaknya pembeli yang datang. Mitra binaan PT Antam Tbk yang ketiga yaitu usaha kerajinan batik yang bernama ”Batik Sukarwan”. Usaha batik ini telah menjadi mitra binaan Antam sejak bulan Desember 2006. ”Batik Sukarwan” telah berdiri sejak tahun 1990. usaha ini terletak di kawasan Tanjung Barat, Jakarta (dekat lokasi kantor pusat PT Antam Tbk). Manfaat yang diperoleh dengan menjadi mitra binaan Antam bagi mitra binaan ini yaitu berkembangnya usaha batik karena dana pinjaman yang diberikan oleh Antam dapat digunakan untuk membeli bahan dasar untuk pembuatan batik. Selain itu, dengan promosi yang diberikan PT Antam Tbk kepada masyarakat maka usaha batik ini dapat diketahui oleh masyarakat tidak hanya di sekitar lokasi usaha ini berada, tetapi juga dapat diketahui oleh masyarakat lain (khususnya ketika mengikuti acara ”IT” 2008). Pemaparan mengenai ketiga mitra binaan Antam tersebut menyimpulkan beberapa hal yang menjadi manfaat dengan menjadi mitra binaan Antam (terutama pada saat mengikuti acara ”IT”). Manfaat tersebut yaitu mitra binaan dapat mengetahui pasar dengan melihat konsumen yang membeli produk mereka. Selain itu, mereka juga dapat memperluas jangkauan usahanya karena PT Antam Tbk tidak hanya memberikan bantuan pinjaman dana untuk mengembangkan
85
kualitas produknya, tetapi juga membantu dalam hal promosi. PT Antam Tbk telah menyediakan stand gratis yang dapat ditempati mitra binaan untuk menjual dan mempromosikan produknya pada acara ”IT”. Mitra binaan Antam dapat meningkatkan penjualannya sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Manfaat lain yang dapat diperoleh mitra binaan adalah dari segi pengetahuan. Mitra binaan Antam diberikan pelatihan secara gratis. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan pembukuan dengan tujuan agar mitra binaan Antam dapat melakukan pembukuan keadaan keuangan usahanya dengan baik. Pelatihan ini dilakukan selama satu hari dengan pelatih berasal dari pihak di luar pihak PT Antam Tbk yang bekerja sama dengan PT Antam Tbk (outsourcing). 6.5 Ikhtisar Strategi yang dilakukan oleh PT Antam Tbk dalam menerapkan program kemitraan dapat dilihat berdasarkan tahap-tahap dalam penerapan CSR. Tahaptahap tersebut terdiri dari tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi dan tahap pelaporan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa strategi yang terdapat di PT Antam Tbk dalam menerapkan CSRnya melalui Program Kemitraan dengan kebijakan yang tercantum dalam Standar Kerja Program Kemitraan PT Antam Tbk dapat dikatakan telah terdiri dari tahap-tahap CSR mulai dari perencanaan sampai pelaporan. Pada tahap perencanaan, PT Antam Tbk melakukan rapat koordinasi yang diikuti oleh staf CSR Group PT Antam Tbk. PT Antam Tbk telah memiliki suatu standar kerja Program Kemitraan yang berisi tentang prosedur dan ketentuan dalam menjalankan program. Standar kerja tersebut dibuat oleh manajer dan staf CSR Antam yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Program Kemitraan. Tahap implementasi
86
pada Program Kemitraan dijalankan bersama dengan mitra binaan yang telah lolos seleksi penerimaan mitra binaan PT Antam Tbk. Selanjutnya staf Program Kemitraan CSR Group Antam menentukan pihak yang memenuhi syarat untuk menjadi mitra binaan dan melihat lokasi usaha mitra binaan tersebut (survey). Setelah mitra binaan telah ditentukan, PT Antam Tbk melaksanakan penyaluran dana kepada masing-masing mitra binaan. Selain itu, pada tahap implementasi PT Antam Tbk telah melakukan suatu upaya untuk memperkenalkan CSR kepada seluruh unit PT Antam Tbk pada setiap kegiatan bisnisnya. Upaya tersebut terlihat dari adanya Annual Report atau laporan tahunan PT Antam Tbk yang disusun dan kemudian dicetak agar seluruh karyawan dapat membaca dan mempelajarinya. Tahap evaluasi pada Program Kemitraan PT Antam Tbk dilakukan pada saat pemilihan mitra binaan dan setelah selesai program. Evaluasi yang dilakukan pada saat pemilihan berupa penyusunan laporan dari staf Program Kemitraan kepada Manajer CSR Group PT Antam Tbk. Laporan tersebut berisi seputar hasil survey yang dilakukan oleh staf Program Kemitraan PT Antam Tbk. Evaluasi yang dilakukan setelah masa pembinaan selesai (setelah program kemitraan selesai) diwujudkan dalam suatu laporan keuangan berupa penyaluran dana peminjaman dan pengembalian mitra binaan. Selain laporan yang disusun oleh pihak perusahaan, setiap mitra binaan juga menyerahkan pembukuan hasil penjualannya kepada Antam untuk mengetahui kemajuan usaha mitra binaan. Pada tahap pelaporan, para staf pelaksana Program Kemitraan melakukan suatu rapat yang membahas mengenai pelaksanaan program yang telah berjalan dan bagaimana proses pengembalian dana pinjaman dilakukan. Laporan tersebut
87
kemudian dibuat dalam bentuk dokumentasi sebagai bukti penyelenggaraan dan sebagai bahan evaluasi program. CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk juga memiliki manfaat yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun oleh masyarakat (komunitas lokal) sebagai penerima program. Manfaat yang diperoleh PT Antam Tbk khususnya pada program kemitraan yaitu diperolehnya penghargaan yang berasal dari Bussiness Review Awards. Salah satu penghargaan yang diperoleh PT Antam Tbk dalam Bussiness Review Awards adalah Program Kemitraan UMKM dan Bina Lingkungan Terbaik. Penghargaan ini merupakan penghargaan pada tingkat nasional. Selain penghargaan, Antam juga mendapatkan Social License dari masyarakat yang dibuktikan oleh adanya dukungan warga sekitar kantor pusat Antam di Jakarta. Antam dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan tenang karena tidak ada gangguan dari masyarakat, bahkan masyarakat sekitar telah aware (menyadari) dengan keberadaan Antam sebagai salah satu perusahaan. Pemerintah sebagai salah satu stakeholder yang membuat peraturan dalam Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003 juga dapat terbantu dengan adanya penerapan CSR oleh Antam. Terkait dengan hal tersebut maka hubungan yang baik dengan stakeholder (masyarakat) dan hubungan yang baik dengan regulator (Pemerintah) dengan perusahaan dapat terwujud. Manfaat yang diperoleh tiga mitra binaan PT Antam Tbk pada acara “IT” 2008 yaitu memperoleh pinjaman dana yang diberikan Antam dan dapat mereka gunakan untuk menambah jumlah komoditi (produk) yang mereka jual, mendapatkan promosi secara cuma-cuma (tanpa pungutan biaya kepada mitra binaan) dari Antam untuk melebarkan skala usaha mereka, dapat mengetahui
88
pasar dengan membandingkan para pengunjung yang datang ke acara pameran dengan para pembeli atau konsumen mereka di lokasi usaha mereka sehingga para mitra binaan tersebut dapat menentukan harga bagi setiap konsumennya. Selain itu, tambahan pendidikan juga diperoleh mitra binaan Antam melalui pelatihan pembukuan yang diselenggarakan Antam untuk mitra binaannya dalam rangka menambah keterampilan dalam perhitungan dan mencegah terjadinya kekeliruan dalam perhitungan keuangan, serta agar para mitra binaan Antam dapat membuat suatu laporan pada akhir masa menjadi mitra binaan yang diserahkan untuk Antam dan untuk mitra binaan itu sendiri.
BAB VII TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS Kegiatan CSR PT Antam Tbk diterapkan sejak tahun 2005. CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk didasari oleh kesadaran Antam akan pentingnya menjaga hubungan dengan stakeholdernya. Salah satu stakeholder PT Antam Tbk yaitu masyarakat. Dengan adanya kesadaran akan pentingnya menjalin hubungan baik dengan masyarakat, maka CSR dilakukan agar masyarakat menjadi sejahtera. Hal tersebut tercantum dalam salah satu misi PT Antam Tbk yang menyatakan bahwa berpartisipasi dalam rangka menyejahterakan masyarakat merupakan hal yang perlu dilakukan. Selain dari kesadaran, kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk juga didukung oleh kondisi finansial perusahaan yang meningkat (mengalami surplus) pada tahun 2006. Perolehan keuntungan yang besar (surplus) tersebut berasal dari salah satu komoditi hasil penambangan PT Antam Tbk, yaitu nikel. Masyarakat yang terdapat di sekitar kantor Antam merupakan masyarakat perkotaan. Hal tersebut dikarenakan letak kawasan tempat tinggal masyarakat yang berada di Jakarta. Mereka dicirikan telah memiliki kemandirian dalam menjalankan kehidupannya, karena mereka memiliki kepentingan dan profesi yang berbeda-beda. Masyarakat sebagai penerima program yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah mitra binaan PT Antam Tbk yang berpartisipasi dalam acara pameran hasil kerajinan atau produk dari mitra binaan. Mitra binaan dari kantor pusat Antam yang mengikuti acara tersebut berjumah tiga mitra binaan. Mitra binaan pertama memiliki lokasi usaha di Jakarta (di daerah Tanjung
90
Barat, dekat lokasi kantor Antam). Mitra binaan kedua memiliki lokasi usaha di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, sedangkan mitra binaan Antam yang ketiga memiliki lokasi usaha di Solo, Jawa Tengah. Ketiga mitra binaan tersebut telah lolos seleksi untuk menjadi mitra binaan Antam dan kemudian diikutsertakan dalam acara pameran dan penjualan produk mereka di Jakarta. Kondisi dari ketiga mitra binaan tersebut dapat dikatakan seragam dari segi persyaratan yang harus mereka miliki untuk menjadi mitra binaan Antam, yaitu telah memilki usaha minimal satu tahun, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Mereka juga dapat dikatakan memiliki inisiatif untuk mengembangkan dan memandirikan usahanya dengan menjadi mitra binaan Antam. Keseragaman kondisi mitra binaan tersebut secara tidak langsung sebenarnya telah ditentukan berdasarkan persyaratan yang ada pada PT Antam Tbk untuk menjadi mitra binaan. Selain kondisi yang bersifat homogen, ketiga mitra binaan tersebut juga memiliki keragaman. Hal tersebut dapat dilihat dari segi usaha yang mereka jalankan. Dua dari tiga mitra binaan memiliki usaha di bidang pakaian batik dan mitra binaan yang satu lagi memiliki usaha di bidang barang untuk wanita seperti sepatu dan tas. Keragaman lainnya juga dapat dilihat dari segi lokasi ketiga mitra binaan yang tidak berdekatan. Mitra binaan yang berlokasi usaha di Jakarta memilki ciri sebagai masyarakat perkotaan sedangkan mitra binaan Antam yang berlokasi usaha di Jawa Tengah dapat dikatakan memiliki ciri masyarakat semi perkotaan. Hal tersebut dikarenakan mitra binaan Antam yang berlokasi di Jawa Tengah selain usahanya mandiri, mereka juga memiliki keterkaitan dengan
91
masyarakat sekitar yang berada dekat dengan lokasi usaha mereka. Keterkaitan tersebut dapat dibuktikan dengan keterlibatan masyarakat sekitar dalam pembuatan pakaian batik. Dengan kondisi keinginan untuk mengembangkan usahanya, maka ketiga usahawan tersebut berupaya untuk menjadi mitra binaan Antam. Fenomena tanggung jawab sosial yang terdapat di PT Antam Tbk merupakan hal yang dapat digambarkan melalui pandangan perusahaan terhadap CSR, strategi program CSR perusahaan serta manfaat yang dapat diperoleh baik bagi perusahaan maupun masyarakat. Berdasarkan hasil penelusuran dokumen pada Laporan Tahunan PT Antam Tbk terdapat komitmen perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya, yaitu komitmen untuk berbagi. Melalui komitmen tersebut, dalam misinya, Antam berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat sekitar daerah operasi Antam. Pandangan Antam terhadap CSR itu sendiri yaitu sebagai komitmen perusahaan yang dilakukan dalam rangka membangun citra positif perusahaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menjaga hubungan yang harmonis antara pihak perusahaan dengan masyarakat. Laporan Tahunan PT Antam Tbk merupakan suatu bukti nyata dari bagaimana Antam memandang CSR. Selain terdapat komitmen dan misi Antam, pandangan terhadap CSR juga muncul dari suatu fakta berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf CSR Grup PT Antam Tbk bahwa masyarakat merupakan bagian dari stakeholder Antam sehingga perlu adanya kerjasama antara Antam dengan masyarakat seperti dalam kegiatan CSR. Berdasarkan pernyataan tersebut maka Antam memiliki pandangan bahwa masyarakat sebagai
92
salah satu pemangku kepentingan perusahaan, sehingga perlu melakukan upaya dengan tujuan menjaga hubungan baik dengan masyarakat beserta meningkatkan kesejahteraannya. Regulasi yang terdapat di PT Antam Tbk juga membuat Antam berkeyakinan bahwa CSR penting untuk dilakukan. Regualsi tersebut merupakan Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 mengenai pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Kebjakan perusahaan terhadap CSR selain mengandung makna pandangan perusahaan terhadap CSR juga terdiri dari strategi pelaksanaan program. Pada penelitian ini, yang menjadi studi kasus adalah Program Kemitraan. Pada program ini, perusahaan memiliki suatu kebijakan yang berisi tentang strategi perusahaan dalam menjalankan Program Kemitraan. Jika dikaitkan dengan teori tahap-tahap penerapan CSR (Wibisono, 2007) maka dapat diakatakan strategi Program Kemitraan telah sesuai dengan penahapan pada teori tersebut mulai dari tahap perencanaan, tahap implemenatasi, tahap evaluasi dan tahap pelaporan. Bukti dari tahap-tahap yang dinyatakan dalam strategi Program Kemitraan tersebut terdapat dalam standar kerja Program Kemitraan PT Antam Tbk. Manfaat CSR yang dilakukan PT Antam Tbk dalam Program Kemitraan meliputi manfaat bagi perusahaan dan manfaat bagi mitra binaan. Perusahaan mendapatkan penghargaan (CSR Award) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan terbaik tingkat nasional pada tahun 2006. Masyarakat sebagai penerima program (dalam hal ini adalah mitra binaan) memperoleh tambahan pengetahuan melalui pelatihan bagi mitra binaan Antam serta keuntungan dari usaha mereka dapat meningkat.
93
Ketiga hal di atas (pandangan perusahaan terhadap CSR, strategi dalam program kemitraan dan manfaat program kemitraan) dapat menyimpulkan fenomena tanggung jawab sosial perusahaan yang terdapat di PT Antam Tbk. Fenomena tersebut menyatakan bahwa PT Antam Tbk memiliki pandangan tersendiri dalam memandang CSR. Cara pandang perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu upaya untuk memenuhi kewajiban (complience), dimana CSR dilakukan karena terdapatnya suatu aturan yaitu Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003. Selain kategori tersebut, cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR juga tergolong kategori internal driven (karena adanya dorongan yang tulus dari dalam perusahaan). Dalam hal ini perusahaan telah menyadari pentingnya melakukan CSR yang tertuang dalam kebijakan perusahaan (komitmen dan misi Antam). CSR PT Antam Tbk juga dapat dikatakan telah berada pada fase 3 (menurut paradigma Alyson Warhurst) yakni fase dimana perusahaan telah melakukan CSR dikarenakan untuk mencegah masalah di masa datang. Strategi yang dilakukan oleh PT Antam Tbk dalam menerapkan CSRnya melalui Program Kemitraan termasuk strategi yang sesuai dengan cara pandang Antam terhadap CSR. Strategi yang tertuang dalam standar kerja Program Kemitraan tersebut dibuat oleh Antam dan mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003. Cara pandang perusahaan terhadap CSR dengan strategi Program Kemitraan memiliki hubungan yang saling terkait. Hubungan tersebut yaitu keduanya (baik pandangan strategi) mengacu kepada kebijakan perusahaan yaitu Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003. Selain dengan Keputusan Menteri BUMN, kebijakan yang menghasilkan suatu pandangan dan strategi
94
tersebut juga berasal dari PT Antam TBk sendiri yaitu misi, komitmen dan standar kerja Program Kemitraan. Kemudian kebijakan yang menyimpulkan suatu pandangan dan strategi perusahaan tersebut terwujud dalam pelaksanaan program yang akhirnya membuahkan manfaat baik bagi perusahaan maupun masyarakat sebagai penerima program (mitra binaan). PT Antam Tbk mendapatkan beberapa manfaat dalam pelaksanaan CSRnya melalui penerapan Program Kemitraan terkait dengan teori yang dikemukakan oleh Wibisosno (2007) mengenai benefit dan driver yaitu social license to operate, memperbaiki hubungan dengan stakeholder, memperbaiki hubungan dengan regulator, serta peluang mendapatkan penghargaan. Fakta dari pernyataan tersebut dapat diketahui dari penghargaan yang diperoleh PT Antam Tbk sebagai pelaksana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan terbaik tingkat nasional tahun 2006, adanya kesadaran dari masyarakat akan keberadaan PT Antam Tbk karena adanya berbagai kegiatan CSR seperti pemberian beasiswa, pembinaan melalui program kemitraan, dan bimbingan serta dukungan untuk salah satu yayasan sosial yang menampung anak-anak jalanan di sekitar daerah Tanjung Barat, Jakarta (dekat dengan lokasi kantor Antam). Masyarakat sebagai penerima program (dalam penelitian ini adalah mitra binaan Antam yang mengikuti acara “IT”) juga mendapatkan manfaat sebagai mitra binaan Antam. Mitra binaan tersebut memperoleh pinjaman dana sehingga usahanya dapat berkembang, dapat mengetahui harga dan mengetahui berbagai kalangan konsumen, serta penambahan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan pembukuan keuangan.
Dari manfaat yang diperoleh baik diperoleh pihak
perusahaan maupun penerima program, maka dapat menjadi bukti sekaligus
95
menguatkan suatu fenomena tanggung jawab sosial yang terjadi di PT Antam Tbk. Pernyataan yang menyebutkan bahwa telah terjadinya penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di PT Antam Tbk menunjukkan bagaimana penerapan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut sebagai upaya pengembangan masyarakat. Jika dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Ife (1995) dalam Nasdian (2006), maka tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan belum berbasis pemberdayaan. Hal tersebut dikarenakan Program Kemitraan tersebut belum mewujudkan adanya partisipasi dari penerima program (mitra binaan). Partisipasi yang dimaksud dalam hal ini adalah partisipasi mitra binaan pada tahap-tahap penerapan CSR (tahap perencanaan sampai tahap pelaporan). Pada tahap perencanaan, mitra binaan tidak dilibatkan untuk melakukan perencanaan program. Hal ini dikarenakan prosedur yang terdapat di PT Antam Tbk dalam Program Kemitraan telah disusun oleh CSR Group PT Antam Tbk yang berbasis pada Keputusan Menteri BUMN No. 236/ MBU/2003. Pada tahap implementasi, yakni tahap dimana terjadi proses sosialisasi program di perusahaan, pihak penerima program juga tidak terlibat. Hal ini dikarenakan sosialisasi tersebut dilakukan dalam rapat PT Antam Tbk dan kemudian didokumentasikan dalam suatu laporan tahunan (Annual Report) PT Antam Tbk. Pada tahap evaluasi maupun pelaporan juga dilakukan oleh staf CSR Group PT Antam Tbk. Akan tetapi, sebenarnya pihak penerima program (mitra binaan) juga diperkenankan untuk melakukan suatu evaluasi mengenai pelaksanaan Program Kemitraan, hanya saja tidak diwajibkan. Mitra binaan Antam dapat mengajukan
96
pendapat mereka mengenai Program Kemitraan sebagai masukan dan perbaikan pelaksanaan program. Hal ini dibuktikan oleh penuturan dari salah seorang staf Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Antam Tbk sebagai berikut: “Kita juga melakukan evaluasi yang dihasilkan dengan monitoring dan melihat dampak dari program. Selain itu, evalausi juga didapatkan dari report yang dilakukan oleh masyarakat yang mengikuti program. Tetapi tidak dipaksakan, jadi kalau masyarakat mau mengevaluasi silahkan jika tidak juga tidak dipaksakan”.
Penuturan dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya PT Antam Tbk telah membuka peluang berpartisipasi dalam evaluasi program, hanya saja skala patisipasi tersebut masih pada tahap pelaksanaan saja sehingga belum dapat membentuk suatu partisipasi dari mitra binaan secara utuh. PT Antam Tbk juga telah melakukan beberapa kegiatan terkait dengan program CSRnya. Salah satu bentuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk adalah pemberian bantuan dana untuk pembangunan jalan dan mesjid pada salah satu wilayah di dekat kantor PT Antam Tbk yang dilakukan pada akhir tahun 2005. Kegiatan sosial ini dapat dikatakan sebagai Charity karena sumbangan yang dilakukan hanya bersifat sesaat yang berarti belum memberdayakan komunitas di wilayah tersebut. Akan tetapi, sumbangan sosial yang bersifat charity tersebut boleh dilakukan oleh pihak perusahaan karena masih terdapat keterbatasan komunitas untuk mengatasi masalah kerusakan jalan sebagai fasilitas umum di wilayah tersebut. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa karakeristik tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan berada pada posisi Corporate Citizenship. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya misi
97
Antam dalam menyejahterakan masyarakat, pengelolaan yang terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan (standar kerja Program Kemitraan), pengorganisasian yang melibatkan keterlibatan dana dan sumber daya lain (dalam hal ini sumber daya staf CSR Group Antam), penerima manfaat yang terdiri dari masyarakat maupun perusahaan, kontribusi melalui hibah dan keterlibatan sosial, serta insirasi untuk kepentingan bersama.
BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan PT Antam Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan (dalam bentuk BUMN) di Indonesia yang telah memiliki divisi khusus untuk CSR yang bernama CSR Group. CSR PT Antam Tbk dimulai sejak tahun 2005 yang didasari oleh kesadaran pentingnya berbagi dengan masyarakat yang tertuang dalam komitmen dan misi Antam. Akan tetapi, tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan belum berbasis pemberdayaan. Hal tersebut dikarenakan Program Kemitraan tersebut belum mewujudkan adanya partisipasi dari penerima program (mitra binaan). Selain itu, karakeristik tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan berada pada posisi Corporate Citizenship. Hal tersebut dibuktikan dengan tahapan karakteristik kedermawanan sosial perusahaan yang terdiri dari misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi serta inspirasi. PT Antam Tbk memandang CSR sebagai suatu kewajiban sehingga dapat diartikan bahwa cara pandang PT Antam terhadap CSR adalah sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). Selain itu, kebijakan PT Antam Tbk yang terdapat dalam Laporan Tahunan Antam menyatakan CSR sebagai semangat untuk berbagi dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Upaya untuk menyejahterakan masyarakat merupakan misi dari Antam dan komitmen untuk berbagi dengan Antam juga merupakan suatu komitmen penuh Antam yang tercantum dalam Laporan Tahunan. CSR di PT Antam Tbk (kantor pusat) diperkuat oleh upaya untuk menerapkan CSR. Salah satu bentuk kegiatan CSR
99
yang terdapat di PT Antam Tbk yaitu Program Kemitraan. Program Kemitraan memiliki acuan baik dari KEPMEN BUMN maupun dari pihak perusahaan. Perwujudan kegiatan CSR selain Program Kemitraan adalah bantuan dana dalam pembangunan jalan, pelatihan pembukuan keuangan bagi mitra binaan, sunatan masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja sama dan bantuan kepada suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam Hal tersebut berarti bahwa cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR yaitu karena ada dorongan tulus dari dalam (internal driven), karena selain dengan kebijakan dari pemerintah dalam KEPMEN BUMN, Antam melakukan CSR juga karena niat dari Antam sendiri. Dengan kedua cara pandang tersebut, dapat dikatakan CSR PT Antam Tbk berada pada fase 3 dalam paradigma penerapan CSR, yakni fase dimana perusahaan melakukan CSR dikarenakan untuk mencegah masalah di masa yang akan datang. PT Antam Tbk memiliki kebijakan yang berisi mengenai strategi PT Antam Tbk dalam melaksanakan Program Kemitraan sebagai upaya peningkatan ekonomi lokal. Strategi yang dilakukan PT Antam Tbk terlihat dan tercantum secara jelas dalam Standar Kerja Program Kemitraan yang disusun oleh CSR Group PT Antam Tbk dengan mengacu pada KEPMEN BUMN No 236/MBU/2003. Strategi yang terdapat dalam Standar Kerja Program Kemitraan tersebut
terdiri
dari
tahap-tahap
pelaksanaan
mulai
dari
perencanaan,
implemenatasi, evaluasi hingga tahap pelaporan. CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk dalam Program Kemitraan terdiri dari manfaat bagi perusahaan dan manfaat bagi penerima program. Manfaat bagi perusahaan adalah keberlanjutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan,
100
perolehan social license, perolehan penghargaan melalui CSR Award tahun 2006, serta terwujudnya hubungan yang baik antara perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat yang menerima program. Manfaat yang diteima oleh mitra binaan (3 mitra binaan Antam yang mengikuti penyelenggaraan acara pameran dan penjualan hasil karya mitra binaan) yaitu peningkatan keuntungan dari segi ekonomi, penambahan pengetahuan mengenai cara pembukuan melalui pelatihan dari segi pengetahuan, serta meningkatkan peluang untuk meraih kegiatan usaha yang lebih maju dari segi promosi. 8.2 Saran Upaya tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT AntamTbk telah dijalankan berdasarkan kebijakan yang ada pada perusahaan dan didukung oleh peraturan dari Menteri BUMN mengenai pelaksanaan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Sesuai dengan fenomena tanggung jawab sosial yang terjadi di PT Antam Tbk, maka adapun hal yang dapat dijadikan saran yaitu : 1. Kebijakan mengenai CSR PT Antam Tbk sebaiknya tidak hanya tercantum dalam suatu misi dan komitmen Antam, akan tetapi perlu didukung oleh suatu standar atau prosedur khusus mengenai CSR. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya spesifikasi dan pembuktian bahwa CSR memang perlu mendapat suatu perhatian. 2. Kebijakan tersebut sebaiknya juga perlu mencantumkan strategi atau upaya yang dilakukan PT Antam Tbk dalam menerapkan CSR. Jadi, suatu standar atau prosedur CSR dapat menggeneralisir 3 kegiatan utama CSR yaitu Program Kemitraan, Bina Lingkungan dan Pengembangan Masyarakat.
101
3. Melihat kondisi komunitas di salah satu wilayah sekitar kantor PT Antam Tbk, ternyata komunitas tersebut terdiri dari sebagian pemuda yang tidak bekerja sehingga dapat diupayakan suatu kegiatan pemberdayaan (misalnya pelatihan menoperasikan komputer) untuk meningkatkan kemampuan para pemuda tersebut. 4.
Penghargaan yang telah diperoleh perusahaan dalam penerapan CSR, dapat dijadikan suatu prestasi yang membanggakan dan tentunya dapat dijadikan sebagai motivasi agar pencapaian tersebut dapat bertahan bahkan meningkat.
102
DAFTAR PUSTAKA Rudito, Bambang, dkk. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains. Mulyadi, Devi. Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam Usaha Pengembangan Masyarakat, skripsi sarjana (Boor : Institut Pertanian Bogor. 2007). Rukminto, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saidi, Zaim, dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan”, Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia: Survei 226 Perusahaan di 10 Kota oleh PIRAC. Jakarta : Ford Foundation. Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor : Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat ; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta : Refika Aditama Sukada, Sony, dkk. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan ; memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta : Indonesia Business Links. Wibisono. Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility. Gresik : Fascho Publishing.
Lampiran 1 Jadwal Penelitian Februari Kegiatan
Maret
April
Mei
Juni
Lokasi 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
I. PROPOSAL DAN KOLOKIUM 1. Menyusun Draft dan Revisi 2. Konsultasi Proposal 3. Orientasi Lapang 4. Kolokium
Kampus IPB Kampus IPB PKBM Santika Kampus IPB
II. STUDI LAPANG 1. Pengumpulan Data 2. Analisis Data
PKBM Santika Jakarta
III. PENULISAN LAPORAN 1. Analisis Lanjutan 2. Penyusunan Draft dan Revisi 3. Konsultasi Laporan
Kampus IPB Kampus IPB Kampus IPB
IV. UJIAN SKRIPSI 1. Sidang 2. Perbaikan Skripsi
Kampus IPB Kampus IPB
103
104
Lampiran 2 Konsep Pemilihan Subyek Tineliti Responden untuk menjawab cara pandang perusahaan tentang CSR 1. Staf CSR Group PT ANTAM 2. Staf PR (Public Relation) PT AntamTbk Responden untuk menjawab strategi perusahaan dalam menerapkan CSR 1. Staf CSR Group PT ANTAM Responden untuk menjawab manfaat yang diperoleh perusahaan karena menjalankan CSR 1. Staf CSR Group PT ANTAM Informan untuk menjawab manfaat yang diperoleh perusahaan karena menjalankan CSR 1. Staf CSR atau pihak manajemen perusahaan yang terlibat dalam penerapan CSR. 2. Staf CSR atau pihak manajemen perusahaan yang tidak terlibat langsung dalam penerapan CSR. Responden untuk menjawab manfaat yang dieroleh masyarakat (komunitas lokal) dari penerapan CSR 1. Penerima program kemitraan dari PT ANTAM 2. Masyarakat sekitar PT ANTAM (yang menerima program Pengemas dari ANTAM) Responden untuk memberikan deskripsi atau gambaran perusahaan (PT ANTAM) secara umum 1. Staf PR PT ANTAM TBK
Lampiran 3 Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data bagi penelitian Rumusan Masalah 1. Fenomena tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk kegiatan CSR
• •
•
2. Pandangan perusahaan mengenai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/CSR
• • •
Data yang Diperlukan Pandangan perusahaan mengenai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/CSR Strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam melakukan program pengembangan masyarakat untuk mewujudkan tanggung jawab sosialnya/CSR Manfaat yang diperoleh perusahaan maupun masyarakat pada program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial
• •
• • •
Kebijakan perusahaan terhadap CSR • Konsep CSR bagi perusahaan Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam • menerapkan CSR (eksternal, environmental, reputasi, tuntutan/kewajiban, internal)
Sumber Data Data Primer Satf CSR Group PT Antam Tbk Masyarakat (pihak penerima program CSR) Data Sekunder Laporan Tahunan CSR PT Antam Tbk Data jumlah dan jenis penghargaan PT Antam Tbk atas penerapan CSR Dokumentasi kegiatan CSR
Data Primer Staf CSR Group PT Antam Tbk
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah No 2,3, dan 4, yaitu : • Wawancara mendalam • Analisis data sekunder dari arsip dan/atau dokumen PT Antam Tbk. • Pengamatan berperanserta
• •
Wawancara mendalam Analisis data sekunder dari arsip dan/atau dokumen PT Antam Tbk.
Data Sekunder Regulasi atau aturan atau kebijakan perusahaan tentang CSR.
105
• • •
3. Strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam melakukan program pengembangan masyarakat untuk mewujudkan tanggung jawab sosialnya/CSR
4. Manfaat yang diperoleh perusahaan maupun masyarakat pada program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan dalam mewujudkan tanggung
• Kebijakan perusahaan mencakup strategi CSR • Strategi perusahaan pada tahap perencanaan program • Strategi perusahaan pada tahap implementasi • Strategi perusahaan pada tahap evaluasi • Strategi perusahaan pada tahap pelaporan
• Image perusahaan di mata masyarakat. • Resiko yang terjadi sebelum dan setelah menerapkan CSR. • Kualitas sumber daya manusia yang unggul dan diperlukan perusahaan.
• •
• •
•
•
Peraturan pemerintah tehadap penerapan CSR bagi perusahaan. Dokumentasi kasus atau peristiwa masalah lingkungan terkait aktivitas perusahaan. Laporan berkelanjutan (Annual report) perusahaan. Data Primer Staf CSR PT Antam Tbk Komunitas atau masyarakat yang berpartisipasi dalam program.
• • •
Wawancara mendalam Pengamatan berperanserta Analisis data sekunder dari arsip dan/atau dokumen PT Antam Tbk.
• • •
Wawancara mendalam Pengamatan berperanserta Analisis data sekunder dari arsip dan/atau dokumen PT Antam Tbk.
Data Sekunder Data kebijakan perusahaan tertuang dalam peraturan perusahaan. Laporan berkelanjutan (Annual report) perusahaan. Data Primer Ketua penyelenggara kegiatan pengembangan masyarakat sebagai wujud dari CSR PT Antam Tbk Staf CSR atau pihak manajemen perusahaan yang
106
jawab sosial
• Hubungan dengan stakeholder (dalam hal ini masyarakat yang menerima atau terkait dalam penerapan CSR Antam) • Penghargaan yang diraih perusahaan. • Pengembangan usaha masyarakat dari program kemitraan. • Opini masyarakat yang berpartisipasi dalam programprogram pengembangan masyarakat sebagai wujud CSR Antam.
•
•
• •
terlibat dalam penerapan CSR. Staf CSR atau pihak manajemen perusahaan yang tidak terlibat langsung dalam penerapan CSR. Komunitas atau masyarakat yang berpartisipasi dalam program. Data Sekunder Penerima program kemitraan dari PT Antam Tbk Masyarakat sekitar kantor pusat PT Antam Tbk (yang menerima program Pengembangan Masyarakat)
107
108
Lampiran 4 Panduan pertanyaan sebagai pedoman wawancara Bagian Pertama : Cara pandang perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) ditujukan untuk pihak Antam. 1. Bagaimanakah definisi CSR menurut perusahaan Antam? 2. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai lingkungan alam dalam kaitannya dengan aktivitas perusahaan pertambangan? 3. Menurut perusahaan, bagaimanakah opini tentang masyarakat sebagai salah satu stakeholder yang terdapat di sekitar berdirinya perusahaan? 4. Apakah terdapat kebijakan perusahaan yang membahas mengenai CSR? Jika ya, maka bagaimanakah peraturan CSR tersebut dapat dicantumkan dalam kebijakan perusahaan? 5. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai membangun citra positif perusahaan dengan kegiatan CSR? 6. Bagaimanakah Antam menanggapi perusahaan lain yang juga bergerak di bidang pertambangan dalam kaitannya dengan pelaksanaan CSR? 7. Bagaimanakah
menanggapi
masalah-masalah
atau
isu-isu
yang
mengakibatkan menurunnya citra perusahaan akibat konflik dengan masyarakat? 8. Bagaimanakah Antam menanggapi masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan lain (terutama perusahaan pertambangan) yang melakukan kesalahan sehingga menyebabkan kerusakan pada alam? 9. Apakah terdapat anggaran khusus dari perusahaan yang diperuntukan bagi pelaksanaan CSR?
109
10. Mengapa Antam melakukan CSR? 11. Apakah CSR dilakukan karena ada regulasi yang mengaturnya (di bawah peraturan pemerintah)? 12. Faktor apakah yang mendorong Antam untuk melakukan CSR? 13. Apakah Antam melakukan CSR karena telah terjadi masalah lingkungan sebagai akibat dari aktivitas perusahaannya? 14. Apakah terdapat posisi yang jelas mengenai staf CSR di Antam? 15. Apakah terdapat kerugian yang dirasakan oleh perusahaan (baik dari segi materil maupun SDM) dalam menjalankan program CSR? Bagian Kedua : Strategi perusahaan dalam melakukan CSR terkait dengan tahap-tahap CSR ditujukan untuk pihak manajemen Antam yang terlibat dalam program pelaksanaan CSR. 1. Dalam Kebijakan perusahaan, apakah tercantum strategi CSR? 2. Siapakah pihak yang berhak untuk membuat dan memutuskan strategi yang digunakan dalam pelaksanaan CSR? Bagaimanakah mekanisme pengambilan keputusan dan kesepakatan dalam menentukan strategi tersebut? 3. Apakah strategi yang digunakan bersifat insidental yang berarti akan disepakati ketika program sedang berjalan? 4. Terkait dengan tahap perencanaan sebelum program dimulai, maka strategi apakah yang dilakukan pada tahap ini? Apakah melalui rapat staf perusahaan atau melibatkan beberapa pihak sebagai perwakilan dari sasaran program?
110
5. Jika dilihat pada pelaksanaannya, maka strategi spesifik apakah yang digunakan yang berbeda dengan situasi pada saat perencanaan? 6. Apakah terdapat evaluasi terhadap program yang dijalankan? Jika ya, maka bagaimanakah proses evaluasi tersebut berjalan? 7. Setelah program dijalankan, maka adakah laporan dari hasil yang didapatkan? Jika ada, maka seperti apakah mekanisme laporan tersebut? 8. Dalam perencanaan, maupun evaluasi dan pelaporan, apakah ada pihak sasaran yang terlibat dalam menyusun strategi program? 9. Dengan siapakah pihak pembuat program mempertanggungjawabkan programnya? 10. Bagaimanakah cara yang dilakukan Antam dalam menarik simpati sasaran untuk bergabung dalam program yang diselenggarakan? Bagian Ketiga : Manfaat program pengembangan masyarakat dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan bagi perusahaan ; ditujukan untuk pihak Antam yang terlibat dalam program pelaksanaan CSR. 1. Apakah tujuan utama perusahaan dalam melakukan CSR? 2. Manfaat seperti apakah yang ingin diperoleh perusahaan dengan menjalankan CSR? 3. Dalam kenyataannya, manfaat apa saja yang telah didapatkan Antam dengan menerapkan CSR? 4. Bagaimanakah perolehan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari segi materi? 5. Dari segi sosial, apakah citra positif perusahaan dapat terbangun? Jika ya, maka bagaimakah citra positif tersebut terbangun?
111
6. Dilihat dari segi karyawannya, apakah terdapat kepuasan bagi karyawan maupun penyeleggara program terhadap kegiatan CSR? 7. Dari sisi masyarakat, apakah perusahaan merasakan bahwa masyarakat memperleh manfaat yang cukup signifikan? 8. Dengan kegiatan CSR yang telah dijalankan, apakah perusahaan pernah mendapatkan pengahargaan? Jika ya, bagaimanakah penghargaan tersebut diperoleh? Bagian Keempat : Manfaat proram pengembangan masyarakat dalam mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarkat ; ditujukan untuk masyarakat atau komunitas lokal sebagai pihak yang terlibat dalam program pelaksanaan CSR Antam. 1. Mengapa Anda mengikuti program CSR yang diselenggarakan oleh PT Antam? 2. Apa yang ingin Anda peroleh dengan mengikuti program tersebut? 3. Dari segi materi, apakah Anda mendapatkan keuntungan? 4. Apakah Anda merasa dirugikan dengan adanya CSR? Jika ya, bagaimana Anda mengatasi kerugian tersebut? 5. Bagaimanakah program CSR Antam memberikan pelayanan kepada sasarannya selama program berjalan? 6. Dari segi kemitraaan, apakah terdapat beberapa kemudahan bagi Anda untuk melakukan suatu usaha? 7. Adakah penghargaan yang diberikan Antam kepada sasaran programnya dalam bentuk yang resmi? Jika ada seperti apakah mekanisme pemberiannya?
112
8. Dari segi pengetahuan, bagaimanakah Antam memberi tambahan informasi bagi Anda sebagai sasaran program? 9. Apakah ada perubahan opini Anda terhadap Antam dari sebelum terlibat dalam program sampai akhirnya berpartisipasi dalam program? 10. Setelah program selesai berjalan, apakah Anda masih dapat merasakan manfaatnya? Jika ya, maka apayang menjadi penyebab hal tersebut? Bagian Kelima : Panduan pertanyaan untuk deskripsi perusahaan ; ditujukan untuk pihak manajemen Antam. 1. Apakah Antam itu? 2. Kapankah Antam berdiri dan diresmikan? 3. Baimanakah Antam lahir dan berdiri di tengah-tengah negara? 4. Hal apakah yang menjadi visi dan misi Antam? 5. Apakah yang menjadi tujuan utama Antam dari berbagai aktivitas usahanya? Dan apakah terdapat tujuan-tujuan lain di samping tujuan utama tersebut? Jika ya, maka hal apa sajakah yang menjadi tujuan-tujuan pendukung tersebut? 6. Dalam menjalankan kelangsungan usahanya, apakah Antam memiliki prosedur yang jelas mengenai struktur jabatan disertai dengan peran dan tanggung jawabnya? Jika ya, bagaimanakah prosedur tersebut dapat disepakati oleh seluruh pihak manajemen Antam? 7. Bagaimanakah Antam merumuskan rencana jangka pendek dan jangka panjangnya? 8. Apakah terdapat strategi khusus dari Antam dalam menjalankan kegiatan usahanya?
113
9. Siapakah pemegang jabatan tertinggi dalam Antam? 10. Dimanakah lokasi Antam? 11. Apakah terdapat unit lain dari Antam yang memiliki lokasi berbeda? Jika ya, ada berapa unitkah kantor Antam tersebut? 12. Apakah Antam memiliki mitra kerja sama dalam menjalankan usahanya? Jika ya, dengan siapa Antam memiliki hubungan kemitraan dan bagaimana Antam menjalankan hubungan kemitraan tersebut?
114
Lampiran 5 Kasus-Kasus Mitra Binaan PT Antam Tbk Kasus I Mitra binaan “Batik Sangadji” Batik Sangadji merupakan nama usaha dari salah satu mitra binaan PT Antam Tbk. Batik Sangadji ini berada di Solo, Jawa Tengah. Usaha ini dimulai sejak tahun 2004 dengan pemilik bernama ”FA”. Batik Sangadji merupakan anak atau cabang dari usaha batik yan bernama ”Batik Sekartadji”. Produk yang dihasilkan dari usaha ini adalah pakaian, sandal dan tas yang terbuat dari batik. Produk ”Batik Sangadji” 70 persen dihasilkan oleh pemilik maupun pegawai ”Batik Sangadji”, sedangkan 30 persen dibuat oleh warga yang tinggal di sekitar usaha ini yang memiliki kemampuan untuk membuat kerajinan batik. Batik Sangadji menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sejak awal tahun 2008 yang diawali dengan adanya informasi mengenai Program Kemitraan oleh staf PT Antam Tbk. Setelah FA mengetahui Program Kemitraan yang diselenggarakan PT Antam Tbk, maka ia mengajukan proposal sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Tahap-tahap pelaksanaan dalam pemilihan mitra binaan PT Antam Tbk dijalani oleh FA dan pada akhirnya Batik Sangadji terpilih untuk menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Mitra binaan ”Batik Sangadji” memiliki alasan untuk menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Alasan tersebut yaitu karena pemilik usaha ini (FA) merasa bahwa PT Antam Tbk memberikan pelayanan yang bagus kepada mitra binaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pinjaman dana dan penyediaan stand untuk acara pameran produk mitra binaan yang berlangsung di Jakarta
115
Convention Center (JCC), Jakarta. Stand yang disediakan untuk mitra binaan ini diberikan tanpa pungutan biaya. Manfaat yang diperoleh mitra binaan ini terdiri dari beberpa hal. Manfaat yang pertama adalah dari segi permodalan, PT Antam Tbk memberikan pinjaman dana untuk mengembangkan usaha mitra binaannya. Hal ini duingkapkan oleh FA bahwa menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sangat menguntungkan karena pinjaman dana dapat dilunasi dengan dicicil. Pelunasan pinjaman dana memiliki jatuh tempo sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara pihak PT Antam Tbk dengan mitra binaan. Manfaat yang kedua adalah dari segi promosi. Manfaat yang diterima dari segi promosi yaitu usaha batik ini dapat dikenal tidak hanya di daerah sekitar lokasi usaha batik ini berada (yaitu di Solo), tetapi juga dapat dikenal oleh masyarakat yang berada di wilayah lain, seperti di Jakarta. Hal ini didasarkan oleh penuturan dari FA sebagai berikut: “Antam sangat membantu kami terutama dalam hal promosi, sehingga usaha kami ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat Solo yang tinggal di dekat lokasi kami tapi juga dikenal oleh masyarakat di tempat-tempat lain seperti di Jakarta ini”.
Manfaat yang ketiga adalah dari segi marketing. Mitra binaan ini dapat menambah pelanggannya dengan mengikuti acara pameran yang berlangsung selama satu minggu di Jakarta.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan
mengikuti acara tersebut bahkan dapat meningkat. Hal tersebut dinyatakan oleh FA bahwa penjualan dapat meningkat dengan mengikuti pameran ini, sehingga keuntungan yang didapatkan juga meningkat. Fa menambahkan bahwa keuntungan yang diperoleh usaha ini biasanya sebesar Rp 15.000.000,- per bulan,
116
akan tetapi dengan mengikuti acara pameran ini keuntungan yang dapat diperoleh bisa mencapai Rp 70.000.000,- selama satu minggu. Manfaat yang keempat adalah dari segi pengetahuan. FA mengatakan bahwa ia dapat mengetahui pasar, artinya ia dapat mengetahui orang-orang yang menyukai batik serta dapat melihat berbagai kalangan-kalangan konsumen. FA juga dapat menentukan harga yang cocok untuk setiap kalangan-kalangan atau para pembeli yang telah diketahuinya tersebut. Kasus II Mitra Binaan ”Batik Sukarwan” Batik Sukarwan nama usaha batik yang dimiliki oleh Bapak Sukarwan. Usaha ini dimulai dari tahun 1990 dan menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sejak tahun 2006. ”Batik Sukarwan” berada di dekat kantor pusat PT Antam Tbk, yakni di wilayah Tanjung Barat, Jakarta. Usaha batik ini tidak memiliki toko, akan tetapi menyatu dengan tempat tinggal pemiliknya. Produk yang dihasilkan oleh mitra binaan ini adalah pakaian batik yang terdiri dari kemeja, baju koko (pakaian muslim untuk pria), serta beberapa model baju batik untuk wanita. Alasan pemilik batik ini mengikuti Program Kemitraan adalah karena adanya ajakan dari teman yang mengetahui bahwa terdapat Program Kemitraan yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk. Pemilik batik ini mengajukan proposal untuk menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sampai akhirnya diterima menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Batik Sukarwan ini sebelumnya tidak pernah menjadi mitra binaan baik di PT Antam Tbk ataupun di perusahaan lain. Setelah menjadi mitra binaan PT Antam Tbk, Pak Sukarwan mendapatkan pinjaman dana untuk jangka waktu selama dua sampai tiga tahun.
117
Program Kemitraan yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk ini menghasilkan manfaat bagi usaha ini. Hal tersebut dibuktikan dengan penuturan dari pemilik batik ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat pelaksanaan acara pameran produk mitra binaan di Jakarta. Penuturan tersebut yaitu sebgai berikut: ”Terus terang saya tidak merasa rugi sama sekali dengan ikut program kemitraan Antam, malah malah untung sekali. Misalnya dalam acara ini, saya disediakan stand untuk berjualan. Kemudian ada dana transportasi yang diberikan Antam untuk mengangkut barang-barang saya dari rumah sampai ke JCC ini”.
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Program Kemitraan memiliki manfaat bagi mitra binaan pada usaha ini. Manfaat tersebut dapat terlihat pada acara pameran produk mitra binaan di Jakarta. PT Antam Tbk memberikan kemudahan bagi mitra binaan untuk melakukan penjualan produkproduk mitra binaan tanpa adanya pungutan biaya. Manfaat lain yang diperoleh mitra binaan ini pada acara pameran tersebut yaitu mitra binaan dapat mengetahui pasar. Mitra binaan dapat mengetahui harga yang sesuai untuk dipasarkan dengan melihat pengunjung yang datang. Mitra binaan PT Antam Tbk juga mendapatkan tambahan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan pembukuan keuangan yang diperuntukan bagi mitra binaan PT Antam Tbk. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada akhir tahun 2007 selama satu hari di Jakarta. Kasus III Mitra Binaan ”Denia Ponti” Denia Ponti adalah nama usaha dari salah satu mitra binaan PT Antam Tbk. Usaha ini dimulai sekitar tahun 2007 dan menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sejak awal tahun 2008. Usaha ini menghasilkan produk untuk wanita seperti
118
tas dan sepatu. Usaha ini memiliki toko yang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Setelah mengajukan proposal kepada PT Antam Tbk dan menjalankan tahap-tahap penyeleksian Program Kemitraan, maka usaha ini terpilih menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Hasil wawancara didapatkan melalui wawancara dengan salah satu pegawai dari usaha ini pada saat berlangsungnya acara pameran produk mitra binaan di Jakarta. Salah satu pegawai dari dua orang pegawai usaha ini mengatakan bahwa dengan mengikuti acara ini mereka bisa mendapatkan untung dari hasil penjualan produk-produknya. Pegawai tersebut mengatakan bahwa paling tidak usaha ini dapat membalikan modal mereka.
119 Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian 1. Usaha Batik milik Bapak Sukarwan
2. Usaha Sepatu dan Tas (Denia Ponti)
120
3. Usaha Batik Sangadji
Lampiran 7 Sebaran Lokasi Daerah Operasi PT Antam Tbk
121
122
Lampiran 8 Peta Jakarta Selatan (Daerah Kantor Pusat PT Antam Tbk) Kantor Pusat PT Antam Tbk: Jl. Letjen TB Simatupang No.1 Tanjung Barat, Jakarta.