PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT REKAYASA INDUSTRI DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
MUHAMMAD REZA MAULANA I34052510
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERANAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT REKAYASA INDUSTRI DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Oleh: MUHAMMAD REZA MAULANA (I34052510)
SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh Nama : Muhammad Reza Maulana NIM : I34052510 Judul : Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Rekayasa Industri dalam Upaya Pengembangan Masyarakat Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS NIP. 19580214 198503 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001
Tanggal Pengesahan: _________________
LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERANAN
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY
REKAYASA
INDUSTRI
DALAM
RANGKA
(CSR)
PT
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT” INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT
DENGAN
SESUNGGUHNYA
DAN
SAYA
BERSEDIA
MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Agustus 2009
MUHAMMAD REZA MAULANA I34052510
ABSTRACT MUHAMMAD REZA MAULANA. The Role of Corporate Social Responsibility PT Rekayasa Industri in Order to Community Development (Supervised by: FREDIAN TONNY NASDIAN) Corporate Social Responsibility (CSR) is one of the efforts to maintain the existence of the company. One of the CSR program is in community development. Community development program will only be done by using the approach and implementation strategies that the empower the community. This empowerment will only occur if there is participation from the community. If CSR is implemented by a company will have an impact on the company and the community. The impact of the company image can be good while for the community impact can be the sustainable of the the social-istitutional. Keywords: Corporate Social Responsibility, Community Development, Impact.
RINGKASAN MUHAMMAD REZA MAULANA. Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Rekayasa Industri dalam Upaya Pengembangan Masyarakat (Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN) Setiap perusahaan akan melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun tujuan umum yang telah mereka tentukan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan umumnya akan melibatkan berbagai macam pihak, baik dari dalam perusahaan itu sendiri, maupun dari pihak luar, seperti pemerintah, pihak asing, masyarakat, dan sebagainya. Kegiatan inilah yang dapat membantu mempercepat pembangunan di Indonesia. Selain itu, jalinan kerjasama dirajut untuk mencapai kepentingan perusahaan, agar perusahaan dapat menjaga eksistensinya dan menjadi Good Bussiness. Dalam rangka menjaga eksistensi suatu perusahaan, maka perusahaan itu harus dapat menjaga keseimbangan hubungan dengan pihak lain yang dapat mempengaruhi eksistensi perusahaan dan mencapai Good Bussiness. Keseimbangan dapat dijaga dengan menerapkan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam menjalankan usahanya. Penelitian ini membahas mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) PT Rekayasa Industri (REKIND) dalam rangka pengembangan masyarakat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana strategi pendekatan dan implementasi CSR PT Rekayasa Industri telah memberdayakan masyarakat. Tujuan tersebut dapat diketahui dengan melihat pada implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND, melihat sejauh mana pelaksanaan CSR PT REKIND telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat ataukah masih sebatas pemberian dari korporasi dan melihat dampak yang diperoleh perusahaan dan masyarakat dari pelaksanaan program CSR tersebut. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan studi kasus, sedangkan pendekatan kuantitatif berjenis penelitian survei. Teknik pemilihan responden dilakukan dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Sedangkan teknik pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan teknik bola salju (snowball sampling). Berdasarkan hasil penelitian, PT REKIND sebenarnya sudah menjalankan CSR sejak didirikan pada tahun 1981, yaitu dengan menjalankan Community Development. Sedangkan PT REKIND mulai mengimplementasikan CSR sejak tahun 2007. Kebijakan PT REKIND mengenai CSR turut dipengaruhi oleh Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL), sehingga bidang-bidang CSR yang diprioritaskan oleh CSR PT REKIND terdiri dari bidang pendidikan, kesehatan, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial, lingkungan hidup, pengembangan usaha kecil dan konversi. PT REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven). PT REKIND memandang CSR tidak sekedar diimplementasikan
karena menghormati peraturan yang ada, tetapi telah menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan. Penelitian ini mengambil studi kasus implementasi CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis jika dilihat prinsip-prinsip pengembangan masyarakat menurut Ife (2002 : 200-225) belum dapat dikatakan berbasiskan pengembangan masyarakat. Hal ini dikarenakan strategi pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND belum melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Mayoritas partisipasi masyarakat hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaan program saja. Selain itu partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih berada pada tingkat Placation. Strategi pendekatan PT REKIND dapat dianalogikan dengan strategi Rational Empirical menurut Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006). PT REKIND menjadi inovator yang menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat dengan penggunanya. Namun implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas. Program tersebut hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja dan belum memberdayakan masyarakat secara penuh agar tercipta keberlanjutan program. Bukti belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pada prinsip pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari dampak yang terjadi pada masyarakat. Dari berbagai program yang dilaksanakan, hanya program bantuan pembangunan penyelesaian pos ronda dan pemberian gerobak sampah saja yang berkelanjutan, sedangkan program bantuan bibit Rosella, pembuatan kolam untuk budidaya belut, Gebyar REKIND, pembuatan sumur dan pompa mushola Miftakhul Jannah, serta pembuatan sumur dan pompa untuk 20 rumah tangga tidak berkelanjutan karena kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dan hanya sekedar pemberian korporasi saja.
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Rekayasa Industri dalam Rangka Pengembangan Masyarakat”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Dr. Saharudin sebagai Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi di IPB. 3. Ir Said Rusli, MA sebagai dosen penguji utama. 4. Ir Anna Fatchiya sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Bapak Eko selaku GM Legal and Corporate Communications PT Rekayasa Industri. 6. Bapak Faizur M. Reza selaku Manager CSR Departement dan Ibu Irmahayati selaku Staff CSR Departement yang senantiasa membantu penelitian penulis. 7. Keluarga tercinta, terutama Mama, Papa, Bi Lilis Sundari dan ade Avira yang selalu mendoakan penulis, memberi motivasi, kasih sayang, perhatian dan lain-lainnya yang tidak mungkin disebutkan semuanya. 8. Lurah Lomanis beserta staf, PKK Kelurahan Lomanis, Dasawisma seKelurahan Lomanis dan pihak-pihak lainnya di Kelurahan Lomanis yang membantu penelitian penulis. 9. Bapak Budi Sanyoto, Ibu Istikomah, Mbah Putri, Oom Bangun, Kiki dan Roni yang banyak membantu penulis selama penelitian di Cilacap. 10. Astatin Fitriani yang selalu menyemangati, memberi perhatian, kasih sayang dan doa kepada penulis sehingga penulis selalu semangat untuk cepat lulus kuliah. 11. Ricky, Andi, Sani, Wulan, Aida, Furkon, Agustina, Lusi, Arya, Tari dan teman-teman KPM angkatan 42 lainnya yang tidak bisa disebutkan semua. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan masukan amat penulis nantikan. Semoga skripsi ini dapat dapat diterima oleh pihak yang terkait dalam penelitian ini serta bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan semua pihak yang membaca skripsi ini pada umumnya.
Bogor, Agustus 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Agustus 1986 dari ayah bernama Drs. H. Ludi Mauludi, MS dan ibu Dra. Hj. Euis Juariah. Penulis merupakan anak kedua dari 3 (tiga) bersaudara dengan kakak bernama M.Lucky Maulana, S.Pt dan adik M. Rizki Mauludi. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada SMAN 5 Bogor pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam pelatihan tingkat sekolah, Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat. Diantaranya adalah Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) tingkat SMP dan SMA, serta tingkat kota Bogor saat SMA, Pelatihan Jurnalistik tingkat Kota Bogor saat SMA, Pelatihan Kesadaran Berpolitik tingkat provinsi Jawa Barat, Pelatihan Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) tingkat provinsi Jawa Barat, dan sebagainya. Selain itu penulis pun pernah mengikuti berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler, diantaranya adalah OSIS SMPN 4 Sebagai Ketua 1, Pramuka Gudep 05 Pangkalan SMPN 4 sebagai Seksi Latihan, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) SMPN 4 sebagai anggota, Pasanggiri Mojang Jajaka Kota Bogor sebagai anggota, OSIS SMAN 5 sebagai Kabid.6, GS Harian Radar Bogor sebagai Redaksi, Paskibra Pasopati SMAN 5 sebagai Anggota, Perkumpulan Jurnalis Pelajar Bogor sebagai Pendiri dan Ketua Umum, Majalah Pelajar Basis Q-ta sebagai Pendiri dan Ketua Umum, Forum Komunikasi OSIS Se-Bogor (FKOB) sebagai pengurus, Ormas Purna Bakti Mahardhika sebagai Kadiv. Sosial Seni dan Budaya, Dewan Formatur Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Himpunan Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai Staf Divisi Riset dan Pengembangan Masyarakat, Yayasan Sajogyo Institute (SA!NS) sebagai Pegiat Kaji Tindak Partisipatori, BEM KM IPB Kabinet Totalitas Perjuangan sebagai Manager Public Relation, dan sebagainya.
DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................
1 1 4 6 7
BAB II. PENDEKATAN KONSEPTUAL............................................................... 2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 2.1.1 Corporate Social Responsibiliy (CSR) ................................................... 2.1.1.1 Sejarah dan definisi Corporate Social Responsibiliy (CSR) ............ 2.1.1.2 Tahapan-Tahapan CSR ..................................................................... 2.1.1.3 Pandangan Perusahaan terhadap CSR............................................... 2.1.1.4 Kebijaksanaan Perusahaan dalam CSR............................................. 2.1.1.5 Karakteristik CSR ............................................................................. 2.1.1.6 Implementasi CSR ............................................................................ 2.1.1.7 Manfaat CSR..................................................................................... 2.1.2 Konsep Pengembangan Masyarakat ....................................................... 2.1.2.1 Komunitas sebagai Basis Pemberdayaan Masyarakat ...................... 2.1.2.2 Definisi Pengembangan Masyarakat................................................. 2.1.2.3 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat................................... 2.1.2.4 Tujuan Pengembangan Masyarakat .................................................. 2.1.2.5 Strategi Pengembangan Masyarakat ................................................. 2.1.2.6 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat ....................................... 2.1.2.7 Tingkat Partisipasi Masyarakat ......................................................... 2.1.3 CSR dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .................................. 2.2 Kerangka Pemikiran...................................................................................... 2.3 Hipotesa ........................................................................................................ 2.3.1 Hipotesa Pengarah................................................................................... 2.4 Definisi Operasional......................................................................................
8 8 8 8 10 11 11 12 12 13 14 14 15 16 21 22 23 23 25 26 27 27 28
Halaman BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 30 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30 3.2 Pendekatan Penelitian ................................................................................... 30 3.3 Teknik Pemilihan Responden dan Informan................................................. 31 3.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data................................................... 32 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 33 BAB IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN ...................... 4.1 Profil Perusahaan .......................................................................................... 4.2 Visi dan Misi PT Rekayasa Industri (PT REKIND) ..................................... 4.3 Departemen CSR PT REKIND..................................................................... 4.4 Profil Lokasi Penelitian................................................................................. 4.4.1 Konteks Lokasi ....................................................................................... 4.4.2 Profil Masyarakat Kelurahan Lomanis ................................................... 4.4.3 Kelompok Dasawisma Kelurahan Lomanis............................................
36 36 36 37 38 38 39 40
BAB V. IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ............. 5.1 Kebijakan PT REKIND Mengenai CSR ....................................................... 5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR........................................................... 5.3 Implementasi CSR ........................................................................................ 5.3.1 Pemberian Bantuan Tujuh Buah Gerobak Sampah................................. 5.3.2 Pemberian Bibit Rosella.......................................................................... 5.3.3 Pembuatkan Kolam untuk Budidaya Belut ............................................. 5.3.4 Penyelesaian Pembangunan Pos Ronda .................................................. 5.3.5 Penyelesaian Pembangunan Mushola ..................................................... 5.3.6 Pemberian Bantuan Sumur dan Pompa................................................... 5.3.7 Gebyar REKIND`.................................................................................... 5.4 Ikhtisar ..........................................................................................................
43 43 44 45 45 46 47 48 48 49 49 50
BAB VI. PEMBERDAYAAN DALAM IMPLEMENTASI CSR.......................... 6.1 Pemberdayaan Masyarakat............................................................................ 6.2 Partisipasi Masyarakat .................................................................................. 6.3 Ikhtisar ..........................................................................................................
53 53 54 58
BAB VII. DAMPAK PROGRAM CSR TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DAN PROGRAM BERKELANJUTAN ................................... 60 7.1 Dampak Program CSR terhadap Citra Perusahaan....................................... 60 7.2 Dampak Program CSR terhadap Program Berkelanjutan di Masyarakat .................................................................................................... 62
ii
7.3 Ikhtisar .......................................................................................................... 65 BAB VIII. STRATEGI PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI CSR DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS .................................................................................................................. 67 BAB IX. PENUTUP .................................................................................................. 72 9.1 Kesimpulan ................................................................................................... 72 9.2 Saran.............................................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 74
iii
DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1. Metamorfosis CSR......................................................................................... 12 Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat ...................................................................... 24 Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...................... 39 Tabel 4. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Lomanis .......................................................................................................... 40 Tabel 5. Bentuk dan Sifat Program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis........... 57 Tabel 6. Penghitungan Citra Perusahaan ..................................................................... 60
iv
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran................................................................................... 26 Gambar 2. Persentase Tingkat Pendidikan Responden................................................ 41 Gambar 3. Persentase Kondisi Pekerjaan Responden.................................................. 41 Gambar 4. Dokumentasi Penggunaan gerobak Sampah .............................................. 46 Gambar 5. Kondisi Tempat Penanaman Rosella Saat Program Berlangsung (kiri) dan Kondisi Saat Ini (kanan)............................................................. 46 Gambar 6. Kondisi Kolam Belut Saat Program Berlangsung (kiri) dan Kondisi Saat Ini (kanan)............................................................................. 47 Gambar 7. Penyelesaian Pembangunan Pos Ronda RT 03 RW 04 Lomanis............... 48 Gambar 8. Penyelesaian Pembangunan Mushola Miftakhul Jannah ........................... 48 Gambar 9. Pemberian Bantuan Sumur dan Pompa...................................................... 49 Gambar 10. Dokumentasi Gebyar REKIND................................................................ 50 Gambar 11. Persentase Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Budidaya Rosella ....................................................................................... 54 Gambar 12. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Implementasi CSR ..................................................................................... 57
v
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1. Panduan Pertanyaan................................................................................. 76 Lampiran 2. Hasil Perhitungan Tingkat Partisipasi Responden................................... 82 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Citra Perusahaan ........................................................ 84 Lampiran 4. Sketsa Lokasi Kelurahan Lomanis .......................................................... 86
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder
pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun tujuan umum yang telah mereka tentukan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan umumnya akan melibatkan berbagai macam pihak, baik dari dalam perusahaan itu sendiri, maupun dari pihak luar, seperti pemerintah, pihak asing, masyarakat, dan sebagainya. Kegiatan inilah yang dapat membantu mempercepat pembangunan di Indonesia. Selain itu, jalinan kerjasama dirajut untuk mencapai kepentingan perusahaan, agar perusahaan dapat menjaga eksistensinya dan menjadi Good Bussiness. Dalam rangka menjaga eksistensi suatu perusahaan, maka perusahaan itu harus dapat menjaga keseimbangan hubungan dengan pihak lain yang dapat mempengaruhi
eksistensi
perusahaan
dan
mencapai
Good
Bussiness.
Keseimbangan dapat dijaga dengan melakukan Corporate Sosial Responsibility (CSR). Penerapan CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas (The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Wibisono, 2007). Sejalan dengan itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin bervariasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun 2001 menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia mencapai
2
lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar 11.5 juta dollar AS dari 180 perusahaan yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial yang terekam oleh media massa. Meskipun dana ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan dana CSR di Amerika Serikat, dilihat dari angka kumulatif tersebut, perkembangan CSR di Indonesia
cukup
menggembirakan.
Angka
rata-rata
perusahaan
yang
menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR adalah sekitar 640 juta rupiah atau sekitar 413 juta per kegiatan. Sebagai perbandingan, di AS porsi sumbangan dana CSR pada tahun 1998 mencapai 21.51 miliar dollar dan tahun 2000 mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah (Saidi, 2004:64)1. Perihal penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan keputusan menteri. Pelaksanaan CSR bagi Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007. Undang-Undang ini berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Dalam Pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Penjelasan dari Pasal 74 ayat (1) dijelaskan bahwa kewajiban CSR ini bertujuan untuk menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Namun sayangnya dari peraturan tersebut tidak dijelaskan mengenai bentuk pelanggaran terhadap CSR. Tanggung jawab sosial bagi BUMN diatur oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Mewajibkan CSR merupakan salah satu upaya pemerintah dan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi. Pemerintah berharap CSR tidak hanya sekedar kegiatan sukarela saja akan tetapi menjadi sebuah tanggung jawab legal dan bersifat wajib serta dapat berkesinambungan. Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR.
1
Penelitian dilakukan oleh Bing Bedjo Tanudjaja pada tahun 2006. Hasil penelitian lebih lanjut dapat diakses pada http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV.
3
Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak positif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan. Berbagai macam dampak negatif dapat diminimalisir dengan
menerapkan
CSR,
misalnya
dengan
melakukan
pemberdayaan
masyarakat, bantuan pendidikan, bakti lingkungan, dan sebagainya. Apabila CSR tidak dilakukan dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan. Kasus-kasus konflik sosial yang pernah terjadi pada perusahaan di Indonesia misalnya, konflik sosial diduga diakibatkan suatu perusahaan kurang peduli dengan masyarakatnya dan tidak mengimplementasikan CSR dengan baik. Beberapa konflik sosial yang pernah terjadi antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya diantaranya terjadi pada PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, PT.Freeport di Jaya Pura, PT Exon Mobil di Lokseumawe Aceh, dan PT New Mont di Sulawesi Utara. Sedangkan CSR yang dilakukakan dengan baik oleh suatu perusahaan memungkinkan terciptanya upaya pengembangan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan kelestarian lingkungan. PT Rekayasa Industri merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi (EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. PT Rekayasa Industri (REKIND) saat ini merupakan salah satu perusahaan terkemuka di bidangnya di Indonesia. PT Rekayasa Industri adalah sebuah perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan berbasis proyek, sehingga akan banyak berhubungan dengan berbagai pihak/stakeholder dalam menjalankan usahanya. Menjaga hubungan baik dengan stakeholder perlu dibina oleh PT Rekayasa Industri untuk menjaga eksistensi usahanya. Dalam menjaga hubungan baik dengan masyarakat sebagai salah satu stakeholder, PT
Rekayasa Industri telah menjalankan beberapa
program CSR, diantaranya adalah sunatan masal, bantuan mudik dan fogging di sekitar perusahaan serta program-program CSR lainnya disekitar proyek PT Rekayasa Industri, sebagai contoh lomba kesenian daerah di sekitar proyek
4
Lahendong-3 Geothermal, program perbaikan jalan dan sunatan masal di wayang windu-2 Geothermal, dan sebagainya. PT Rekayasa Industri memiliki visi dalam menjalankan CSR, yaitu untuk menjadi
Perusahaan
EPCC
(Engineering
Procurement
Construction
Commisioning) termaju yang bertanggung jawab secara sosial di Indonesia. Dan memiliki misi untuk mengembangkan kepekaan massa terhadap CSR, mengambil andil dalam melestarikan lingkungan alam, menciptakan mitra strategis dan keterikatan emosional dengan stakeholders penting, membangun komunitas yang mandiri (penduduk lokal) dan membantu menjaga kesinambungan PT. Rekayasa Industri. Atas dasar latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui dan menganalisis sampai sejauh mana strategi pendekatan dan implementasi CSR PT Rekayasa Industri telah memberdayakan masyarakat?
1.2
Perumusan Masalah Hingga
saat
ini,
banyak
perusahaan
di
Indonesia
yang
telah
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Terlebih setelah pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan yang mengatur mengenai pelakasanaan CSR. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang ini menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Bahkan untuk pelaksanaan CSR bagi perusahaan milik negara (BUMN) pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri (Kepmen) BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Kepmen BUMN tersebut berisikan kewajiban BUMN menjalankan CSR untuk membantu usaha kecil dan membina kelestarian lingkungan. PT Rekayasa Industri adalah salah satu perusahaan milik negara (BUMN) yang telah mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Berbagai program CSR telah dilaksanakan PT Rekayasa Industri kepada masyarakat di
5
daerah sekitar proyek yang dijalankan. Sebagai contoh CSR yang pernah dilaksanakan PT Rekayasa Industri adalah lomba kesenian daerah di sekitar proyek Lahendong-3 Geothermal, program perbaikan jalan dan sunatan masal di wayang windu-2 Geothermal, dan sebagainya Program-program tersebut dilaksanakan sebagai wujud nyata dari pihak perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya dengan melibatkan masyarakat. Berdasarkan wujud nyata dari CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, maka dapat diangkat suatu penelitian mengenai tanggung jawab sosial yang terjadi pada perusahaan dalam lingkup BUMN. Hal yang menarik perhatian untuk dikaji terkait hal tersebut dan dijadikan pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana strategi pendekatan
dan
implementasi
CSR
PT
Rekayasa
Industri
telah
memberdayakan masyarakat? Hal ini penting diangkat dan dikaji karena untuk mengetahui apakah CSR yang dilakukan oleh perusahaan telah berbasiskan pengembangan masyarakat salah satunya dapat dilihat dari strategi pendekatan dan implementasi program CSR apakah melibatkan partisipasi aktif masyarakat ataukah tidak. Partisipasi aktif masyarakat merupakan prasyarat utama dalam menyukseskan program pengembangan masyarakat, karena tanpa partisipasi aktif masyarakat program pengembangan masyarakat tidak akan berkelanjutan. Untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah dibahas diatas maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana implementasi CSR yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri? Implementasi CSR yang tepat dan terencana perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam melaksanakan program CSR. Namun saat mengkaji implementasi program CSR yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri akan dilihat juga strategi pendekatan yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri dalam menjalankan program CSR bersama masyarakat. Setelah mengkaji implementasi program CSR yang dilakukan leh PT Rekayasa Industri maka pertanyaan spesifik kedua adalah akan dilihat dan dikaji sejauh mana pelaksanaan CSR PT Rekayasa Industri telah berbasiskan pemberdayaan
masyarakat
ataukah
masih
sebatas
pemberian
dari
korporasi? Disini akan mulai dikaji apakah pelaksanaan CSR yang dijalankan PT
6
Rekayasa Industri telah berbasiskan pengembangan masyarakat atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi dan kemandirian masyarakat. Pelaksanaan CSR yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan akan memiliki dampak kepada pihak-pihak yang terlibat. Dampak ini dapat terasa langsung atau pun tidak kepada pihak-pihak yang terlibat. Maka pertanyaan spesifik ketiga adalah bagaimana dampak yang diperoleh PT Rekayasa Industri dan masyarakat dari pelaksanaan program CSR tersebut? Pada penelitian ini pihak–pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program CSR dibatasi hanya perusahaan dan masyarakat saja. Karena dalam implementasi program CSR pengembangan masyarakat, perusahaan dan masyarakat adalah dua pihak yang terlibat penuh didalamnya. Dalam penelitian ini akan dilihat dan dikaji apakah CSR yang dijalankan memiliki dampak terhadap perusahaan dan masyarakat.
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas. Maka
tujuan diadakan penelitian ini dapat dibagai menjadi dua, yaitu tujuan utama dan tujuan spesifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan utama dari penelitian ini. Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menggambarkan sampai sejauh mana strategi pendekatan dan implementasi CSR PT Rekayasa Industri telah memberdayakan masyarakat. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan penelitian ini, yaitu memahami dan mengkaji: 1. Pengimplementasian CSR yang dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri 2. Pelaksanaan CSR yang dijalankan telah berbasis pemberdayaan masyarakat atau masih sebatas pemberian dari korporasi 3. Dampak program CSR yang dilaksanakan bagi PT Rekayasa Industri dan masyarakat.
7
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam rangka pengembangan masyarakat 2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam mengkaji CSR 3. Kalangan non-akademisi, pemerintah dan swasta dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam penerapan CSR yang berbasiskan pengembangan masyarakat.
BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) CSR yang kini kian marak diimplementasikan berbagai macam perusahaan, mengalami evolusi dan metamorphosis dalam rentang waktu yang cukup lama. Konsep ini tidak lahir begitu saja, akan tetapi melewati berbagai macam tahapan terlebih dahulu. Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada saat itu, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Buku yang bertajuk Social Responsibility of the Businessman karya Howard R.Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Bowen dijuluki “Bapak CSR” karena karyanya tersebut. Setelah itu, gema CSR diramaikan dengan terbitnya “Silent Spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, ia mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa betapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih dahulu sebelum berdampak menuju kehancuran. Sejak itu, perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas. Pemikiran mengenai CSR dibahas lagi pada tahun 1966 dalam “The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow, dilanjutkan pada tahun 1970-an terbitlah “The Limits to Growth” yang merupakan buah pemikiran cendekiawan dunia yang tergabung dalm Club of Rome, buku ini terus diperbaharui hingga saat ini (Wibisono, 2007). Menurut Wibisono (2007), sejalan dengan bergulirnya wacana tentang kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan Philanthropy serta Community Development (CD). Pada era 1980an makin banyak perusahaan menggeser konsep Philanthropy kearah Community Development. Pada dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beraneka ragam pendekatan, seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder
9
maupun pendekatan civil society. Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi di Rio de Jenario Brazil, pertemuan ini menegaskan konsep pembangana berkelanjutan (Sustinable Development) yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang mesti dilakukan. Terobosan terbesar CSR dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” (Profit, People dan Planet) yang dituangkan dalm buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business pada tahun 1998. Gaung CSR kian bergema setelah dselenggarakannnya World Summit on Sustainable Development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak saat itulah definisi CSR kian berkembang. Definisi CSR telah banyak dikemukakan berbagai pihak. Konsep CSR yang banyak dijadikan rujukan oleh berbagai pihak sebagaimana yang dikemukakan oleh Teguh S. Pambudi dalam tulisannya di majalah SWA edisi Desember 2005 adalah pemikiran Elkington, yakni tentang tripel bottom line. Menurutnya CSR adalah segitiga kehidupan stakeholder yang harus diberi atensi oleh korporasi di tengah upayanya mengejar keuntungan atau profit, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Hubungan itu diilustrasikan dalam bentuk segitiga. Sejalan dengan itu, Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan. Sukada, dkk (2006) mendefinisikan CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Sementara itu, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menjelaskan bahwa CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan
10
dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas.
2.1.1.2 Tahapan-Tahapan CSR Menurut Wibisono (2007), terdapat empat tahapan CSR, yaitu: 1.
Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komeitmen manajeman, upaya ini dapat berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola piker dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisian. 2.
Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. 3.
Tahap evaluasi. Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
11
4.
Pelaporan. Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan inforrmasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.1.3 Pandangan Perusahaan terhadap CSR Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR yaitu: 1.
Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).
2.
Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya.
3.
CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial dan lingkungan.
2.1.1.4 Kebijaksanaan Perusahaan dalam CSR Menurut Steiner (1997) dalam Mulyadi (2007) kebijakan umumnya dianggap sebagai pedoman untuk bertindak atau saluran untuk berfikir. Secara lebih khusus kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan. Kebijakan mencakup seluruh bidang tempat tindakan atau yang dilakukan. Kebijakan biasanya berlangsung lama serta cenderung memiliki jangka waktu yang lama tanpa peninjauan dan penyempuranaan. Kebijakan menjelaskan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan menentukan petunjuk yang harus diikuti. Kebijakan dirancang untuk menjamin konsistensi tujuan dan untuk menghindari keputusan yang berwawasan sempit dan berdasarkan kelayakan.
12
2.1.1.5 Karakteristik CSR Dalam aktualisasi Good Corporate Governance, kontribusi suatu perusahaan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
mengalami
metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan (Ambaddar, 2008). Metamorfosis kontribusi perusahaan tersebut diungkapkan oleh Za’im Zaidi (2003) dalam Ambaddar (2008), yaitu dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Metamorfosis CSR Paradigma
Charity
Good Corporate Citizenship (GCG)
Philantropy
Motivasi
Agama, adaptasi
tradisi, Norma, etika hukum universal
dan Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial
Misi
Mengatasi masalah setempat
Pengelolaan
Jangka pendek, Terencana, mengatasi terorganisasi masalah sesaat terperogram
Pengorganis asian
Kepanitiaan
Yayasan/dana abadi/profesionalitas
Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain
Penerima manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Hibah (sosial dan pembangunan serta keterlibatan sosial)
Inspirasi
Kewajiban
Kepentingan bersama
Mencari dan mengatasi Memberikan kontribusi terhadap akar masalah masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan dan perusahaan
Sumber: Za’im Zaidi, Sumbangan Sosial Perusahaan (2003) dalam Ambaddar (2008)
2.1.1.6 Implementasi CSR Implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah komitmen pimpinannya, ukuran atau kematangan perusahaan, regulasi atau sistem perpajakan yang diatur pemerintah dan sebagainya (Wibisono, 2007). Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
13
1.
Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri menyerahkan
sumbangan
ke
masyarakat
kegiatan sosial tanpa
atau
perantara.untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2.
Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan dinegara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
3.
Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasai non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4.
Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat :hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
2.1.1.7 Manfaat CSR CSR mendatangkan berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social
14
licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya,
membentangkan
akses
menuju
market,
mereduksi
biaya,
memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Sementara menurut Sukada, dkk (2006), manfaat CSR diantaranya bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki CSR yang baik berkesempatan mendapatkan sumberdaya manusia terbaik, produktivitas pekerja di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang bereputasi lebih rendah selain juga jauh lebih loyal, mendapatkan kesempatan investasi yang lebih tinggi di masa depan, dan sebagainya. Sedangkan manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat.
2.1.2 Konsep Pengembangan Masyarakat 2.1.2.1 Komunitas sebagai Basis Pemberdayaan Masyarakat Komunitas menurut Nasdian (2006) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dalam aktivitas suatu komunitas dicirikan dengan pertisipasi dan keterlibatan langsung anggota komunitas dalam kegiatan tersebut, dimana semua usaha swadaya masyarakat diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat untuk meningkatkan taraf hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta pembentukan pelayanan teknis, sifat berswadaya dan kegotongroyongan sehingga proses pembangunan berjalan efektif. sSecara umum, Syahyuti (2006) mendefinisikan komunitas (community) sebagai sekelompok orang yang hidup bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka telah berkembang menjadi sebuah “kelompok hidup” (group lives) yang diikat oleh kesamaan kepentingan (common interests).
15
2.1.2.2 Definisi Pengembangan Masyarakat Pengembangan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial (Ambaddar, 2008). Pengembangan masyarakat menurut Giarci (2001) dalam Subejo dan Supriyanto (2004) adalah suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung
dengan
dukungan
collective
action
dan
networking
yang
dikembangkan masyarakat. Sejalan dengan itu, Payne (1995:165) dalam Ambadar (2008) menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, dengan mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya pengertian community development dan community empowerment, secara sederhana, Subejo dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja
untuk
memfasilitasi
masyarakat
lokal
dalam
merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Sementara itu Ambadar (2008), menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain community relation. Hal ini disebabkan pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan. Budimanta dalam Rudito,dkk (2003) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik
16
apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya, sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan dapat menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik.
2.1.2.3 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat Menurut Ife (1995), pengembangan masyarakat sebagai perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu: komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas. Ife (2002) membagi prinsip-prinsip Community Development dalam tiga bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial, nilai-nilai lokal, proses, serta global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut: a. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah ekologi, yaitu : 1) Holistik, di mana prinsip ini melandaskan pada falsafah yang berorientasikan
pada
lingkungan
dengan
memperhatikan
pada
kehidupan dan alam atau lingkungan. 2) Keberlanjutan, dalam konteks ini pembangunan masyarakat ditujukan pada upaya meminimalkan ketergantungan terhadap sumberdaya alam yang tidak terbarukan dan menggantikan dengan sumberdaya alam yang terbarukan. 3) Keanekaragaman, merupakan salah satu aspek penting prinsi ekologis, di mana di alam keanekaragaman akan menjaga siklus kehidupan. Pada pembangunan masyarakat prinsip dalam ini menekankan penghargaan terhadap nilai-nilai perbedaan, tidak adanya jawaban tunggal terhadap permasalahan yang ada, desentralisasi, jejaring dan komunikasi yang setara, serta teknologi yang mudah untuk diterapkan pada tingkat yang rendah.
17
4) Pembangunan organis, pada dasarnya pembangunan organis menjadi konsep yang berlawanan dengan pembangunan yang sifatnya mekanistis. Dalam pembangunan masyarakat mengandung pengertian bahwa terdapat hubungan yang kompleks antara warga masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, tidak dianjurkan dengan teknik yang sifatnya sederhana, akan tetapi melalui proses yang kompleks dan dinamis. 5) Keseimbangan, di alam keseimbangan dinamis akan menjaga keseimbangan alam secara keseluruhan, di mana merubah keseimbangan ini akan mengubah tatanan kehidupan. Dalam sebuah sistem, kehilangan keseimbangan akan menimbulkan resiko kegagalan lingkungan, dalam perspektif pembangunan masyarakat prinsip keseimbangan diarahkan pada keseimbangan antara kepentingan global dan lokal, keadilan gender, responsibilitas, dan keadilan dalam hukum b. Prinsip keadilan sosial 6) Menghilangkan ketimpangan struktural, pembangunan masyarakat harus
mampu
merubah
adanya
ketimpangan
kelas
maupun
ketimpangan gender dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat, untuk itulah harus dipahami betul tentang komplesitas tekanan terhadap kelas, gender, ras, dan harus kritis terhadap latar belakang kelas, gender, dan ras 7) Memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing discourses of disadvantage). Wacana kekuasaan dan penindasan perlu menjadi perhatian dalam community development. Worker perlu untuk memiliki kemampuan mengidentifikasi dan menguraikan wacana kekuasaan dan untuk memahami bagaimana wacana tersebut secara efektif mengistimewakan dan memberdayakan sebagian orang, sekaligus juga memarginalkan dan mentidakberdayakan sebagian orang yang lainnya. Penguraian wacana ini merupakan komponen kritis dalam prinsip meningkatkan kesadaran. 8) Pemberdayaan, konsep ini menjadi basis utama dalam pembangunan masyarakat.
Pemberdayaan
mempunyai
makna
membangkitkan
18
sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya. 9) Mendefiniskan
kebutuhan,
prinsip
ini
sangat
penting
dalam
menentukan prioritas kebutuhan pembangunan masyarakat. Ada dua hal dalam penentuan kebutuhan, (1) pembangunan masyarakat dilakukan atas dasar kesepakatan dari berbagai elemen, (2) memperhatikan preseden yang ditimbulkannya dan memperhatikan prinsip keadilan sosial dan keseimbangan ekologis. 10) Menjunjung tinggi hak asasi manusia, dalam hal ini perlu adanya aturan yang memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap hak asasi manusia, seperti hak mendapatkan pendidikan, hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan kultural komunitasnya, hak untuk berkembang secara mandiri, dan hak untuk mendapatkan perlindungan keluarga. c. Menghargai Nilai-nilai lokal 11) Pengetahuan lokal, prinsip ini mendasarkan pada pentingnya untuk memperhatikan pengetahuan lokal dalam pembangunan masyarakat, di mana masyarakat sampai dengan kelas bawah mampu mengidentifikasi dan melakukan validasi tentang pengetahuan tersebut. 12) Budaya lokal, globalisasi budaya telah mengambil identitas budaya masyarakat di seluruh dunia, bahwa budaya lokal dapat menunjukkan kemampuannya dalam mendukung pembangunan masyarakat, ini mengingat ternyata budaya lokal tidaklah statis namun dinamis, bahkan prinsip ini sesuai dengan hak asasi manusia, inklusif, berkelanjutan, dan juga diarahkan oleh masyarakat dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. 13) Sumberdaya lokal, pemanfaat sumberdaya lokal lebih baik daripada menggunakan sumberdaya atau bantuan dari pihak luar. Penggunaan
19
ini mencakup seluruh bentuk, meliputi keuangan, teknis, sumberdaya alam
akan
dapat
mendorong
bermacam-macam
cara
dalam
pembangunan masyarakat (ada keanekaragaman bentuk pembangunan masyarakat). 14) Ketrampilan lokal, dalam pembangunan masyarakat, ”pihak luar” harus mengetahui ada ketrampilan lokal yang dapat dimanfaatkan, memaksimalkan ketrampilan lokal lebih baik dalam pembangunan masyarakat. Untuk itulah dalam melakukan pembangunan masyarakat, harus berjalan secara dua arah antara pihak luar dan masyarakat. 15) Menghargai proses lokal, pemaksaan solusi spesifik, struktur atau proses dari luar komunitas, jarang dapat bekerja. Ini menjadi salah satu rasionalitas dari community development, bahwa segala sesuatu tidak dapat bekerja dengan baik jika dipaksakan dari luar komunitas. Oleh karena
itu,
pendekatan
community
development
tidak
dapat
dipaksakan, tetapi harus terbangun dengan sendirinya dalam komunitas, dengan cara yang sesuai dengan konteks spesifik dan sensitif terhadap kebudayaan masyarakat lokal, tradisi dan lingkungan. d. Proses 16) Proses, hasil, dan visi. Penekanan pada proses dan hasil menjadi isu utama dalam pembangunan masyarakat. Pendekatan pragmatis cenderung akan melihat hasil, sehingga bagaimana upaya untuk memperoleh hasil tersebut tidaklah begitu penting. Namun pendapat ini ditentang oleh banyak pihak, karena proses dan hasil pada hakekatnya merupakan dua hal yang saling berkaitan. Proses pada dasarnya harus merefleksikan hasil, demikian juga hasil juga merupakan refleksi dari proses. Dalam konteks ini, moral dan etika dalam memperoleh hasil akan menjadi pusat perhatian. 17) Keterpaduan proses, proses yang digunakan untuk mencapai tujuan harus disesuaikan dengn hasil yang diharapkan, perihal keberlanjutan dan keadilan sosial.
20
18) Peningkatan kesadaran, prinsip ini membantu anggota masyarakat dalam
melakukan
pencarian
potensi
dalam
kehidupan
dan
menghubungkan dengan struktur yang ada dan mendiskursus kekuatan dan tekanan. Ada empat aspek atau tahap, yaitu menghubungkan anggota masyarakat dan politik, membangunan hubungan dialogis, berbagi pengalaman dalam menghadapi tekanan, dan membuka kesempatan untuk aksi. Prinsip ini merupakan bagian penting dalam pemberdayaan dan juga pembangunan masyarakat. 19) Partisipasi, pembangunan masyarakat harus selalu melihat partisipasi maksimal dengan tujuan setiap anggota masyarakat dapat secara aktif terlibat. 20) Kooperasi dan konsensus, problematika yang ada di masyarakat harus dihadapi
oleh
seluruh
anggota
secara
bersama-sama
dengan
mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota masyarakat. 21) Tahapan pembangunan, pembangunan masyarakat dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan ia lebih mengutamakan keaktifan dan partisipasi anggota masyarakat. 22) Perdamaian dan anti kekerasan, pada konteks ini pembangunan masyarakat menghendaki sebuah proses pendekatan yang anti kekerasan. Oleh karena itu, pendekatan yang bersifat koersif ataupun pendekatan dengan tekanan terhadap sesama merupakan hal yang harus dihindari. 23) Inklusif, aplikasi prinsip inklusif dalam pembangunan masyarakat membutuhkan
proses
adanya
keterlibatan
masyarakat
untuk
mengambil bagian dalam proses pelaksanaan pembangunan. Proses pembangunan haruslah bersifat terbuka dan menjaring aspirasi dari seluruh warga masyarakat, bahkan sampai kelompok paling bawah. 24) Membangun komunitas, semua pembangunan masyarakat seharusnya bertujuan untuk membangun komunitas. Pembangunan masyarakat meliputi semua interaksi sosial dengan komunitas dan membantu
21
mereka untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi jalan untuk menuju dialog yang murni, pemahaman, dan aksi sosial. e. Prinsip global dan lokal 25) Hubungan antara global dan lokal, saat ini seluruh dunia tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh globalisasi, sehingga tidak bisa lagi mengabaikan isu-isu global tentang pembangunan dan lingkungan hidup, namun juga lokalitas menjadi fokus dalam pembangunan. Gerakan global akan berdampak pada seluruh komunitas dan memberikan kontribusi dalam permasalahan dan isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat. Sehingga, setiap community worker harus bisa memahami kondisi global dengan baik sebagaimana dia memahami kondisi lokal, serta bagaimana keduanya berinteraksi. 26) Praktik Anti Penjajah (Anti-colonialist practice), Penjajahan (kolonialisme) dapat mempengaruhi community worker di segala situasi. Penjajahan dapat menjadi suatu ideologi ekstrim yang menggiurkan, karena hanya dengan tahapan yang pendek dengan mempercayai bahwa community worker adalah seseorang yang mempunyai sesuatu untuk ditawarkan, dan dengan menghargai satu latar belakang kebudayaan yang dimiliki dan pengalaman praktik menjajah. Ini akan mengabadikan dominansi penjajah.
2.1.2.4 Tujuan Pengembangan Masyarakat Menurut Budimanta dalam Rudito,dkk (2003), pengembangan masyarakat suatu perusahaan terhadap lingkunganya memiliki tujuan. Tujuan pengembangan masyarakat suatu perusahaan, yaitu: 1.
Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosialekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah kegiatan perusahaan.
2.
Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.
3.
Membantu pemerintah daerah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah.
22
2.1.2.5 Strategi Pengembangan Masyarakat Dalam melaksanakan suatu program pengembangan masyarakat terdapat berbagai macam strategi pengembangan masyarakat. Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) memperkenalkan tiga strategi yang dapat dijadikan strategi pengembangan masyarakat, yaitu rational-empirical, normative-reeducative, dan power-coersive. Penjelasan ketiga strategi tersebut adalah sebagai berikut: a. Power coercive (strategi pemaksaan). Strategi ini cenderung memaksakan kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan, sedangkan pelaksanaan yang sebenarnya objek utama dari inovasi itu sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksaannya. b. Rational Empirical (empirik rasional). Strategi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi dasar bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat dengan penggunanya. c. Normatif Re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). Suatu strategi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis, dan beberapa pakar yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan hasil perubahan itu sendiri.
2.1.2.6 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Peran serta masyarakat selama ini hanya dilihat dalam konteks yang sempit, yaitu manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat hanya sebatas pada implementasi atau penerapan program; masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang
23
sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis” (Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Sementara itu, Paul (1987) dalam Nasdian (2006) memberikan pengertian mengenai partisipasi sebagai berikut: “.....participation refers to an active process whereby beneficiaries influence the direction and execution of development projects rather than mercly receive a share of project benefits”.
Pengertian di atas melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980 dalam Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi, maka pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian, 2006). Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam Nasdian (2006), yaitu: “empowerment is road to participation”.
2.1.2.7 Tingkat Partisipasi Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)menjelaskan ada delapan tangga partisipasi masyarakat yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein. Delapan tingkat partisipasi masyarakat menurut Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)dapat dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat 8 7
Citizen control Delegated power
6
Partnership
5
Placation
4
Consultation
3
Information
2
Therapy
1
Manipulation
Degree of citizen power
Degree of tokenism Non participation
Manipulation, bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog; Therapy berarti ada komuniksi namun masih bersifat terbatas, inisiatif dari pemerintah dan hanya satu arah; Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak terjadi tetapi masih bersifat satu arah; Consultation bermakna bahwa komunikasi telah berjalan dua arah; Placation berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dan pemerintah, masyarakat dapat memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan keputusan (partisipasi semu); Partnership berarti suatu kondisi pemerintah dan masyaakat merupakan mitra sejajar; Delegated Power berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya; dan Citizen Control berarti bahwa masyarkat menguasai kebijakan public mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan control. Dua tangga ke bawah di kategorikan sebagai Non-partisipasi; tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan sebagai tingkat tokenism (pertanda) yaitu tingkat peran serta di mana masyarakat di dengar dan berpendapat, tetapi tidak ada jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan. Peran serta pada tingkat ini memilki kemungkinan yang sangat kecil menghasilkan perubahan dalam masyarakat; tiga tangga teratas dikategorikan dalam tingkat kekuasaan masyarakat dalam mempengaruhi dan proses pengambilan keputusan (Arnstein, 1969 dalam Wazdy, 2009).
25
2.1.3 CSR dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Praktek tanggung jawab sosial (CSR) oleh BUMN sungguh menarik untuk dikaji. Salah satunya disebabkan oleh faktor pembeda dibandingkan perusahaan non-BUMN yang secara normatif mendukung kegiatan kedermawanan sosial. Faktor pembeda itu adalah terdapatnya instrumen pemaksa berupa kebijakan pemerintah. Melalui instrumen yang bersifat imperatif ini suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau, implementasi CSR merupakan hal yang mandatory bagi BUMN. Bahkan, sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial perusahaan BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan swasta (Wibisono, 2007). Peran sosial BUMN dituangkan melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara BUMN pada 27 April 2007 ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitaraan dan Program Bina Lingkungan atau biasa disingkat PKBL. Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan melalui pemanfaatan dana dari sumber yang sama. Kedua jeins program ini wajib dilaksanakan oleh BUMN baik berbentuk Persero maupun Perum (Nursahid, 2006). Lebih lanjut, Nursahid (2006) menjelaskan bahwa meskipun sama-sama bersumber dari pemanfaatan dana bagian laba BUMN, pemanfaatan dan peruntukan dana kedua program ini berbeda. Dana kemitraan (sebesar 1% sampai dengan 3% dari penyisihan laba BUMN setelah pajak) diperuntukan bagi usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik untuk modal usaha maupun pembelian perangkat-perangkat penunjang produksi, dan sebagian kecil lainnya (maksimal 20% dari dana kemitraan yang disalurkan) berbentuk hibah-misalnya untuk biaya pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan sejenisnya. Sementara dana Bina Lingkungan (sebesar maksimal 1% dari penyisihan laba setelah pajak), digunakan untuk tujuan yang memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha dalam bentuk bantuan: korban bencana alam,
26
pendidikan
dan
atau
pelatihan,
peningkatan
kesehatan,
pengembangan
prasarana/sarana umum, dan sarana ibadah.
2.2
Kerangka Pemikiran Implementasi CSR yang dilakukam oleh suatu perusahaan akan
berdampak pada perusahaan itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di lokasi pelaksanaan CSR. Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya adalah program berkelanjutan. Sedangkan dampak yang akan dirasakan oleh perusahaan adalah peningkatan citra perusahaan di mata masyarakat. Pandangan Perusahaan terhadap CSR: 1. External driven, environmental driven, reputation driven 2. Compliance 3. Internal driven
Kebijakan CSR perusahaan
Kebijakan Pemerintah (manifest)
Bentuk strategi pengembangan masyarakat: 1. Rational-empirical 2. Normative-reeducative 3. Power-coersive
UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tingkat partisipasi Terbatas. masyarakat 1. Tahap perencanaan 2. Tahap pelaksanaan 3. Tahap evaluasi 4. Tahap pelaporan
1. 2. 3. 4.
Implementasi CSR Perusahaan terlibat langsung Melalui yayasan/organisasi sosial Bermitra dengan pihak lain Membentuk atau bergabung dalam suatu konsorsium
Dampak bagi perusahaan: Peningkatan citra perusahaan
Keterangan: : Mempengaruhi : Saling mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Dampak bagi masyarakat: Program berkelanjutan
27
Implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat berupa keterlibatan perusahaan secara langsung, melalui yayasan/organisasi sosial, bermitra dengan pihak lain, maupun membentuk atau bergabung dalam suatu konsorsium. Implementasi CSR dipengaruhi oleh bentuk strategi pengembangan masyarakat yang digunakan. Bentuk strategi tersebut dibagi dalam tiga strategi, yaitu Power coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional) dan Normatif Re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). Bentuk strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan saling mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat dilihat dari peran serta masyarakat dalam tahapan pelaksanaan CSR, yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Selain saling mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat, strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan sangat dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan tersebut mengenai CSR. Karena suatu perusahaan akan melaksanakan CSR apabila memiliki kebijakan atau peraturan mengenai implementasi CSR dalam menjalankan usahanya. Kebijkan perusahan mengenai CSR dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kebijakan pemerintah dan pandangan
perusahaan
mengenai
CSR.
Kebijakan
pemerintah
yang
mempengaruhi kebijakan perusahaan terkait penerapan CSR diatur dalam beberapa peraturan dan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep236/MBU/2003. Sedangkan pandangan perusahaan terhadap CSR dapat dibagi tiga, yaitu external driven, environmental driven, reputation driven; Compliance; Internal driven.
2.3 Hipotesa 2.3.1 Hipotesa Pengarah 1. Pandangan perusahaan mengenai CSR dan kebijakan pemerintah mengenai CSR diduga telah mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam mengimplementasikan CSR.
28
2. Implementasi
CSR
yang
dilaksanakan
perusahaan
diduga
telah
berbasiskan pengembangan masyarakat jika dalam program tersebut menggunakan strategi pengembangan masyarakat yang tepat sehingga masyarakat berpartisipasi aktif dalam program tersebut dan menunjang kemandirian masyarakat. 3. Implementasi CSR perusahaan diduga memberikan dampak meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan memberikan dampak kepada masyarakat berupa program berkelanjutan.
2.4 Definisi Operasional 1. Tingkat partisipasi adalah jenjang peran serta masyarakat terhadap implementasi CSR perusahaan. Tingkat partisipasi akan dilihat dari peran serta masyarakat dalam tahapan CSR. Penghitungan tingkat partisipasi sebagai berikut: Max= 60
Min= 12
∑k= 3
N= Max - Min = 60 – 12 = 48 = 16 ∑k 3 3 Keterangan : N
= batas selang
Max
= nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor
Min
= nilai minimum yang diperoleh dari skor
∑k
= jumlah kategori
Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut : Rendah/kurang
: x≤ skor min + interval kelas
Sedang
: skor min + interval kelas ≤ x’ ≤ skor min + 2 interval kelas
Tinggi/baik
: x’’ ≥ skor minimum + 2 interval kelas.
Sehingga skor tingkat pastisipasi masyarakat dibagi menjadi tiga kategori, dengan skor sebagai berikut: Rendah
: x ≤ 27
29
Sedang
: 28 ≥ x ≥ 43
Tinggi
: 44 ≤ x ≤ 60
2. Dampak bagi perusahaan adalah efek yang terjadi pada perusahaan setelah mengimplementasikan CSR, efek ini meliputi tingkat citra perusahaan di mata masyarakat. Penghitungan tingkat partisipasi sebagai berikut: N Max= 50
N Min= 10
N= Max - Min = 50 – 10 = 40 = 13 ∑k 3 3 Keterangan : N
= batas selang
Max
= nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor
Min
= nilai minimum yang diperoleh dari skor
∑k
= jumlah kategori
Sehingga skor tingkat citra perusahaan dibagi dalam tiga kategori, dengan skor sebagai berikut: a. Kurang baik
: x ≤ 13
b. Baik
: 14 ≤ x ≤ 26
c. Sangat baik
: 27 ≤x ≤ 50
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Cilacap. Hal ini disebabkan lokasi PT Rekayasa Industri berada di Kalibata Timur I No.36 Jakarta dan ntudi kasus implementasi CSR yang diambil berada di Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan sejak bulan April 2009 hingga Juni 2009. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). PT Rekayasa Industri dipilih menjadi lokasi penelitian setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing dan diperkuat setelah mengetahui PT Rekayasa Industri telah menerapkan CSR dalam menjalankan usahanya. Selain itu, ketertarikan peneliti dalam menetapkan lokasi penelitian karena PT Rekayasa
Industri
Procurement
adalah
Construction
sebuah
Perusahaan
Commisioning),
EPCC
sehingga
(Engineering peneliti
ingin
mengetahui dan menganalisis apakah perusahaan EEPC yang Based Project mengimplementasikan CSR yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat di lokasi proyeknya.
3.2 Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab
sosial
(CSR)
berbasiskan
pemberdayaan
masyarakat
ini
menggunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai sejauhmana CSR PT Rekayasa Industri berbasiskan pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan konteks yang relevan. Menurut Moleong (2006), pendekatan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial tertentu melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman
yang mendalam, mengetahui pengaruh
kebijakan pemerinah dan pandangan perusahaan mengenai CSR terhadap
31
kebijakan CSR perusahaan tersebut, mengetahui strategi pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan, serta untuk mengetahui program berkelanjutan yang ada di masyarakat tersebut dengan memilih kelompok milik warga pada level komunitas (mikro) untuk dianalisis. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan berjenis penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penelitian survei dilakukan untuk mengetahui mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri. Selain itu penelitian survei juga digunakan untuk mengetahui tingkat citra perusahaan di mata masyarakat.
3.3 Teknik Pemilihan Responden dan Informan Subyek dalam penelitian ini dibedakan menjadi responden dan informan. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Jawa Tengah yang merupakan lokasi pelaksanaan CSR oleh PT Rekayasa Industri. Informan adalah pihak PT Rekayasa Industri sebagai perusahaan yang menjalankan CSR dan juga pihak lain yang terkait, yaitu pihak Kelurahan Lomanis dan masyarakat Lomanis. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 80 orang, sedangkan jumlah informan tidak dibatasi guna menambah gambaran yang lebih mendalam. Responden dipilih menggunakan teknik pengambilan cluster random sampling. Responden diambil dari kelompok dasawisma di kelurahan lomanis. Kelompok dasawisma dipilih menjadi responden karena anggota Kelompok Dasawisma adalah penerima bantuan bibit Rosella, beberapa anggota merupakan istri dari penerima bantuan kolam untuk budidaya belut, beberapa anggota mengikuti Gebyar REKIND, selain itu
32
juga sebagai pihak yang paling banyak merasakan manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari program CSR PT Rekayasa Industri lainnya di Kelurahan Lomanis. Kelompok Dasawisma dipilih secara acak dan anggota dasawisma yang diambil diteliti semuanya. Kelompok Dasawisma yang terpilih adalah kelompok dasawisma Melati 3, Lestari 11, Lestari 12, Kantil 10 dan Kantil 11. Sedangkan informan dalam penelitian ini dipilih secara secara sengaja (purposive) dengan teknik bola salju (snowball sampling). Infroman terdiri dari Bapak FMR, Ibu IR, Bapak BS, Bapak TU, Ibu IS, Ibu AF dan Bapak WAR.
3.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif kepada para informan dan responden. Instrumen pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara mendalam, pengamatan berperanserta dan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan meliputi: 1. Pengaruh peraturan pemerintah terhadap kebijakan CSR PT REKIND 2. Pandangan PT REKIND terhadap implementasi CSR 3. Model implementasi CSR PT REKIND 4. Program CSR yang dijalankan PT REKIND 5. Strategi pendekatan CSR PT REKIND 6. Tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan CSR PT REKIND 7. Kehidupan sosial masyarakat Kelurahan Lomanis 8. Dampak CSR terhadap perusahaan dan masyarakat kelurahan Lomanis Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan kebijakan dan data-data bentuk kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. Rekayasa Industri, yaitu meliputi:
33
1. Profil perusahaan PT REKIND 2. Kondisi demografi masyarakat Kelurahan Lomanis 3. Peraturan pemerintah mengenai CSR, yaitu Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN No-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Untuk mendapatkan data primer dan sekunder digunakan berbagai metode
pengumpulan
data.
Metode
pengumpulan
data
kualitatif
digambarkan dengan metode triangulasi berupa wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang representatif, pengamatan berperan serta dan penelusuran dokumen PT Rekayasa Industri, dokumen Kelurahan Lomanis, maupun dokumen lainnya yang berhubungan dengan program CSR yang dijalankan PT Rekayasa Industri di Kelurahan Lomanis. Sedangkan metode pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan metode survei dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan diberikan kepada 80 responden dari lima kelompok Dasawisma yang terpilih.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992 dikutip Sitorus 1998). Penjabaran tahapan analisis data kualitatif tersebut adalah sebagai berikut: (1) reduksi data,
merupakan
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari beberapa catatan tertulis di lapangan. Reduksi dalam proses pengumpulan data mencakup kegiatan meringkas data yang ada di dalam catatan lapangan, mengkode hasil catatan lapang dikaitkan dengan pertanyaan penelitian, membuat gugus-gugus pembahasan dalam matriks kasar untuk mempermudah analisis, membuat partisi dan menulisi memo di dalam
catatan
lapang.
Reduksi
ditujukan
untuk
menajamkan,
menggolongkan, mengeliminasi yang tidak diperlukan serta mengorganisir
34
data untuk memperoleh kesimpulan akhir, (2) penyajian data, data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan penyusunan sekumpulan informasi sehingga memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk: tabel, gambar, serta berbagai kutipan penjelasan dari subyek penelitian, (3) penarikan kesimpulan, dalam hal ini juga meliputi verifikasi atas kesimpulan tersebut. Artinya, selama proses pengumpulan data dengan tetap meninjau data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk memastikan bahwa data yang dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul. Data kuantitatif mengenai tingkat partisipasi masyarakat dan citra tingkat citra perusahaan hasil penyebaran kuesioner kepada responden terlebih dahulu dilakukan editing, selanjutnya dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah disiapkan. Pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entrying, cleaning, serta analyzing dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel for Windows. Data yang didapatkan dilakukan editing, untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner, setelah itu dilakukan coding di buku kode untuk mempermudah pengolahan data, sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan dan selanjutnya data mengenai tingkat partisipasi dan tingkat ctra perusahaan di mata masyarakat dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara normatif yang dikategorikan berdasarkan interval kelas (Slamet 1993): N= Max - Min ∑k Keterangan : N
= batas selang
Max
= nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor
Min
= nilai minimum yang diperoleh dari skor
∑k
= jumlah kategori
Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut :
35
Rendah/kurang
: x< skor min + interval kelas
Sedang
: skor min + interval kelas ≤ x’ ≤ skor min + 2 interval kelas
Tinggi/baik
: x’’ ≥ skor minimum + 2 interval kelas.
Setelah scoring data dilakukan entrying, cleaning, serta analyzing secara deskriptif dan statistik. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dan tingkat citra perusahaan di mata masyarakat.
BAB IV PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Perusahaan PT Rekayasa Industri (REKIND) merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi (EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. PT REKIND saat ini merupakan salah satu perusahaan terkemuka di bidangnya di Indonesia. Bidang usaha rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji coba operasi ini (EPCC), meliputi pabrik-pabrik pada industri: gas, panas bumi, kilang, petrokimia, mineral, pengelolaan lingkungan, dan infrastruktur. Selain itu, perusahaan inipun menyediakan jasa untuk studi kelayakan proyek/pabrik dan perawatan pabrik. Saat ini PT REKIND di pimpin oleh Bapak Triharyo Indrawan Soesilo sebagai Direktur Utama.
4.2 Visi dan Misi PT Rekayasa Industri (PT REKIND) PT REKIND memiliki visi, misi dan tata nilai (budaya) perusahaan dalam menjalankan usahanya. Visi PT REKIND yaitu menjadi perusahaan rancang bangun dan perekayasaan industri kelas dunia PT REKIND memiliki misi untuk mencapai visi perusahaan. Misi PT REKIND terdiri dari empat hal, yaitu: 1.
Memberikan jasa rancang bangun dan perekayasaan yang lengkap dan kompetitif dengan mengutamakan keunggulan mutu dan inovasi teknologi.
2.
Meningkatkan kompetensi dan mengembangkan organisasi yang responsif dan tangkas.
3.
Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.
4.
Memberikan nilai tambah lebih bagi pelanggan, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan perusahaan.
37
Selain memiliki visi dan misi, PT REKIND juga memiliki Tata Nilai atau Budaya perusahaan, Tata nilai tersebut terdiri dari empat hal, yaitu: 1.
Profesionalisme Bekerja
dengan
penuh
integritas,
etika
tanggung
jawab
dan
mengedepankan kerjasama kelompok 2.
Kualitas Mengutamakan mutu, ketepatan waktu, efektivitas dan efisiensi dalam setiap aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan.
3.
Pembelajaran Senantiasa belajar untuk meningkatkan kompetensi, mengembangkan inovasi agar selalu siap menyesuaikan diri terhadap semua perubahan yang terjadi
dan
mengupayakan
melakukan
sharing
terhadap
hasil
pembelajaran. 4.
Tanggung Jawab Sosial Mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang: baik karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan hidup
4.3 Departemen CSR PT REKIND PT REKIND memiliki sebuah Departemen CSR yang di bentuk pada bulan Agustus tahun 2007. Kegiatan sosial perusahaan sebenarnya sudah dijalankan perusahaan sejak berdiri pada tahun 1981 melalui Community Development. Saat ini Departemen CSR dipimpin oleh Bapak Faizur M.Reza sebagai Manager CSR Departement dan memiliki 2 (dua) orang staf, yaitu Ibu Irmahayati dan Bapak Danis. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah untuk menjadi Perusahaan EPCC (Engineering Procurement Construction Commisioning) termaju yang bertanggung jawab secara sosial di Indonesia. Sedangkan misi Departemen CSR terdiri dari lima hal, yaitu: 1.
Mengembangkan kepekaan massa terhadap CSR
2.
Mengambil andil dalam melestarikan lingkungan alam
38
3.
Menciptakan mitra strategis & keterikatan emosional dengan stakeholders penting
4.
Membangun komunitas yang mandiri ( penduduk lokal )
5.
Membantu menjaga kesinambungan PT. Rekayasa Industri Selain memiliki visi dan misi, Departemen CSR PT REKIND juga
memiliki slogan, yaitu Caring’s Simple Relevant, yang memiliki arti peduli itu sudah paling relevan. Departemen CSR mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap hampir seluruh kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri. Scope pekerjaan Departemen CSR ini meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation.
4.4 Profil Lokasi Penelitian 4.4.1. Konteks Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dalam dua lokasi penelitian, yaitu di Jakarta dan di Cilacap. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Cilacap. Hal ini disebabkan, lokasi PT Rekayasa Industri berada di jalan Kalibata Timur I No.36 Jakarta. Studi kasus implementasi CSR yang diambil berada di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Lomanis sebagai berikut: Sebelah utara
: Kelurahan Karangtalun
Sebelah selatan
: Kelurahan Donan
Sebelah barat
: Bengawan Donan
Sebelah timur
: Kelurahan Donan
Kelurahan Lomanis berada di Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Lomanis hanya berjarak 3km ke pusat pemerintahan kecamatan dan berjarak 3,5km dari pusat pemerintahan Kabupaten Cilacap. Luas wilayah kelurahan Lomanis adalah 1.085.715 hektar, terdiri dari jalan 9 ha, sawah dan lading 10.700 ha, bangunan umum 1.900 ha,
39
pemukiman 52.905 ha dan lain-lain 238.400 ha. Wilayah kelurahan Lomanis mayoritas adalah wilayah industri, yaitu sebanyak 203.998 ha.
4.4.2. Profil Masyarakat Kelurahan Lomanis Berdasarkan Data Demografi Kelurahan Lomanis tahun 2008, penduduk Kelurahan Lomanis terdiri dari 1.323 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk mayoritas adalah laki-laki, yaitu 51,46% sedangkan perempuan sebanyak 48,54% dari total keseluruhan penduduk. Untuk data lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Selain itu, mayoritas penduduk Kelurahan Lomanis menganut agama Islam, yaitu sebanyak 4.942 orang dan hanya 2 orang yang menganut agama khatolik. Namun dari 4944 jiwa hanya 22,43% atau 1109 jiwa saja yang merupakan kelompok umur usia produktif, yaitu antara 15-56 tahun. Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
2544
51,46
2
Perempuan
2400
48,54
4944
100
Total
Sumber: Data Demografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008.
Penduduk usia produktif di Kelurahan Lomanis berjumlah 1109 jiwa. Namun hanya 435 jiwa yang tercatat memiliki pekerjaan tetap, sedangkan 674 jiwa lainnya adalah pekerja serabutan. Mayoritas mata pencaharian penduduk Kelurahan Lomanis yang memiliki pekerjaan tetap adalah karyawan swasta. Hal ini dikarenakan banyaknya industri yang berada di sekitar wilayah Cilacap. Sebanyak 29,65% dari total penduduk Kelurahan Lomanis bermata pencaharian karyawan swasta. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
40
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Lomanis No 1
Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
Persentase
Karyawan, terdiri dari: - PNS = 22 orang - ABRI = 3 orang - Swasta = 129 orang
22 3 129
5 0,7 29,65
2
Wiraswata (pedagang)
49
11,36
3
Petani
43
9,9
4
Pertukangan
72
16,5
5
Buruh tani
94
21,6
6
Pensiunan
12
2,75
7
Nelayan
2
0,45
8
Pemulung
2
0,45
9
Jasa
7
1,65
Total
435
100
Sumber: Data Monografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008
4.4.3. Kelompok Dasawisma Kelurahan Lomanis Kelompok dasawisma adalah kelompok yang terdiri dari 10-20 kepala keluarga di dalam 1 (satu) RT, diketuai oleh salah seorang diantara anggota kelompok dasawisma tersebut. Kelompok dasawisma di bentuk untuk membantu kelancaran tugas Tim Penggerak PKK Kelurahan dan melalui kelompok PKK RT yang bersangktuan dalam melaksanakan program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga di lingkungannya. Pembentukkan dan pengangkatan pengurus kelompok dasawisma di tetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan atas usul ketua Kelompok PKK RT melalui kelompok PKK RW yang bersangkutan dengan persetujuan Pembinan PKK kelurahan. Kelurahan Lomanis memiliki 75 kelompok dasawisma, dengan jumlah anggota lebih kurang 800 orang. Setiap kelompok memiliki kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Seluruh anggota dasawisma berjenis kelamin perempuan. Anggota Kelompok Dasawisma yang menjadi responden
41
dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang bermacam-macam. Penggambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan anggota Dasawisma yang menjadi responden, yaitu yang tidak pernah mengenyam pendidikan sebanyak 9 orang, berpendidikan hanya sampai Sekolah Dasar sebanyak 36 orang, SMP sebanyak 14 orang, SMA sebanyak 20 orang dan sarjana 1 orang. anggota Kelompok Dasawisma sangat beragam, namun mayoritas tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Penggambaran kondisi pekerjaan anggota Kelompok Dasawisma dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Persentase Kondisi Pekerjaan Responden
42
Dari 80 orang anggota Dasawisma yang menjadi responden, mayoritas anggota Kelompok Dasawisma, yaitu sebanyak 73 orang tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Sedangkan 7 orang lainnya bekerja.
BAB V IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
5.1 Kebijakan PT REKIND Mengenai CSR CSR yang diimplementasikan oleh PT REKIND merupakan bagian integratif dari proses bisnis PT REKIND. PT REKIND telah memiliki kebijakan yang mengatur mengenai implementasi CSR. Kebijakan CSR PT REKIND ini turut dipengaruhi oleh Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003. Meskipun menurut Bapak EK dan Bapak FMR saat ini secara de jure PT REKIND bukanlah BUMN, karena pemerintah hanya memiliki 5% saham PT REKIND, 90% saham dimiliki Pupuk Sriwijaya, dan sisanya pihak lain. Namun karena Pupuk Sriwijaya merupakan BUMN, PT REKIND masih mengimplementasikan CSR seperti BUMN. Hal ini dapat dilihat dari masih berlakunya PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya. Semenjak tahun 1992 PT REKIND telah menjalankan PKBL dan sejak tahun 2007 PKBL telah bekerjasama dengan Departemen CSR dalam menjalankan CSR. PT REKIND memiliki sembilan bidang program CSR, bidang program CSR PT REKIND masih mengacu pada PKBL, yaitu menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial, lingkungan hidup, serta pengembangan usaha kecil. Namun PT REKIND menambahkan satu bidang lagi, yaitu konversi atau penghematan energi. Selain dipengaruhi oleh Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, kebijakan PT REKIND pun dipengaruhi oleh UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007 yang selaras dengan Tata Nilai Budaya Perusahaan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak FMR. ”Dalam melaksanakan usahanya, PT REKAYASA INDUSTRI berinisiatif memperhatikan kepentingan sosial dan berkontribusi pada kemajuan hidup bersama melalui pembangunan ekonomi dan sosial, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Kegiatan CSR selaras dengan Tata Nilai Budaya Perusahaan yakni perihal Tanggung Jawab Sosial, yaitu mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang; baik karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan.” (Bapak FMR)
44
CSR diimplementasikan di setiap lokasi proyek yang dieksekusi oleh PT REKIND. Selain di lokasi proyek, CSR juga diimplementasikan di Head Office (HO) yang berada di Jakarta. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND di lokasi proyek sebagai contoh adalah ketika membangun tangki kilang minyak di Kelurahan Lomanis, Cilacap pada tahun 2006-2008. Pada saat itu PT REKIND menjalankan beberapa program sebagai bukti implementasi CSR, program yang dijalankan yaitu program pemberian bantuan bibit Rosella, pemberian tujuh buah gerobak sampah, pembuatan sumur bor dan pompanya, pembuatan kolam untuk budidaya belut, penyelesaian pembangunan pos ronda dan mushola, dan Gebyar REKIND. Sedangkan untuk di Head Office program yang dijalankan diantaranya adalah pembagian sembako, fogging, program beasiswa internal dan external, donor darah, sunatan massal, buka bersama, dan sebagainya.
5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR PT REKIND mengimplementasikan CSR karena disebabkan oleh dua hal, yaitu karena adanya regulasi dari pemerintah dan juga karena adanya keinginan dari perusahaan untuk melakukan kegiatan sosial. Apabila dikaitkan dengan teori Wibisono (2007) mengenai pandangan perusahaan, maka PT REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven). Menurut Bapak FMR, PT REKIND memandang CSR tidak sekedar diimplementasikan karena menghormati peraturan yang ada, tetapi telah menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan. PT REKIND berupaya agar setiap pegawainya mengimplementasikan social responsibility dalam kehidupan sehari-harinya, terutama ketika di lingkungan PT REKIND atau di lokasi proyek PT REKIND. Selain itu, dalam setiap menjalankan proyek bisnisnya PT REKIND pasti mengimplementasikan CSR kepada masyarakat sekitar proyek.
45
5.3 Implementasi CSR Kesembilan bidang program yang diprioritaskan dalam bidang CSR PT REKIND tidak selalu dijalankan di semua lokasi proyek PT REKIND. Program yang akan dijalankan disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masyarakat di lingkungan masing-masing. Selain itu juga disesuaikan dengan anggaran dana yang dimiliki. Sumber anggaran CSR berasal dari beban usaha, beban jasa dan sebagian alokasi anggaran Bina Lingkungan PKBL yang memiliki peruntukkan yang sama dengan program CSR. Penggunaan anggaran dialokasikan untuk programprogram CSR di Head Office dan Lokasi-lokasi Proyek, yang jumlahnya disesuaikan berdasarkan kebutuhan. PT REKIND memiliki mekanisme pengajuan program CSR, yaitu untuk program di Head Office, Departemen CSR membuat proposal dan mengajukannya ke GM Legal and Corporate Communications (LCC). Sedangkan untuk program di lokasi proyek, tim proyek mengajukan proposal kepada Departemen CSR terlebih dahulu, lalu Depertemen CSR akan mengajukannya kepada GM LCC. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND apabila dikaitkan dengan teori menurut Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), adalah model atau pola CSR dengan keterlibatan langsung perusahaan. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Hal ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation. Berikut ini akan dipaparkan program CSR yang dijalankan oleh PT REKIND di Kelurahan LOmanis, Cilacap sebagai salah satu contoh bentuk implementasi CSR PT REKIND di lokasi proyek. Program tersebut, yaitu:
5.3.1 Pemberian Bantuan Tujuh Buah Gerobak Sampah Pemberian gerobak ini untuk membantu masyarakat dalam mengumpulkan sampah ke tempat pembuangan sampah, karena pada awalnya masyarakat merasa
46
kesulitan saat akan membuang sampah mereka yang telah menumpuk. Pembelian gerobak dilakukan oleh PT REKIND dan diserahkan kepada pihak Kelurahan Lomanis untuk pengelolaan gerobak sampah tersebut. Gerobak yang diberi disebarkan masing-masing satu buah ke enam RW di Kelurahan Lomanis dan satu buah untuk Kecamatan Cilacap Tengah. Hingga saat ini gerobak yang diberikan oleh PT REKIND masih digunakan oleh warga Kelurahan Lomanis untuk mengambil sampah di rumah-rumah warga dan dikumpulkan ke tempat pembuangan sampah untuk dipilah dan diolah. Dokumentasi penggunaan gerobak sampah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Dokumentasi Penggunaan Gerobak Sampah 5.3.2 Pemberian Bibit Rosella Pada tanggal 9 Juli 2008, PT REKIND memberikan bibit Rosella sebanyak 3000 buah kepada PKK Kelurahan Lomanis untuk disebarkan kepada 75 kelompok dasawisma yang ada di Kelurahan Lomanis. Setiap kelompok mendapatkan 30 bibit Rosella, sisanya bibit Rosella ditanam di tanah bengkok, tanah milik pemerintah yang dikelola oleh pejabat Kelurahan, sepanjang jalan kelurahan Lomanis, serta di sekitar pagar tempat tangki kilang minyak dibangun.
Gambar 5. Kondisi Tempat Penanaman Rosella Saat Program Berlangsung (kiri) dan Kondisi Saat Ini (kanan)
47
Saat ini di wilayah Kelurahan Lomanis hanya sedikit saja tanaman Rosella yang masih ditanam oleh warga. Menurut Ibu AF mayoritas warga tidak merasa memiliki terhadap tanaman Rosella tersebut, karena diberi cuma-cuma oleh PT REKIND dan banyak yang tidak paham cara budidaya Rosella. Sehingga setelah program dilaksanakan dan PT REKIND meninggalkan lokasi proyek warga tidak lagi merawat dengan baik tanaman Rosella yang telah mereka tanam dan banyak tanaman yang mati. Dokumentasi kondisi rempat penanaman Rosella saat program berlangsung dan kondisi saat ini dapat dilihat pada Gambar 5.
5.3.3 Pembuatan Kolam untuk Budidaya Belut Pada tanggal 7 juli 2008, PT REKIND membantu memberi bantuan untuk pembuatan 6 (enam) buah kolam sebagai media budidaya belut di wilayah tanah bengkok. Perencanaan pembuatan kolam melibatkan Bapak A dalam musyawarah bersama PT REKIND, Pihak Kelurahan Lomanis dan PKK Kelurahan Lomanis. Bapak A dan Bapak W adalah pengurus kolam belut dan tempat pengolah sampah. Bapak W mengatakan bahwa pembuatan kolam melibatkan warga sekitar dan PT REKIND memberikan dana untuk membayar tenaga kerja, menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, dan memberi bantuan bibit belut. Namun sebelum kolam di isi, PT REKIND telah habis masa proyeknya, sehingga tidak sempat terlibat penanaman belut di kolam tersebut. Dokumentasi kondisi kolam darat untuk budidaya belut dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kondisi Kolam Belut Saat Program Berlangsung (kiri) dan Kondisi saat ini (kanan)
48
5.3.4 Penyelesaian Pembangunan Pos Ronda PT REKIND membantu menyelesaikan pembangunan pos ronda di RT 03 RW 04 Kelurahan Lomanis. Selain itu juga memberikan 1 (satu) buah meja dan 1 (satu) buah kursi untuk perlengkapan di dalam pos ronda. Proses perencanaan program Penyelesaian Pembangunan pos ronda PT REKIND melibatkan tokoh masyarakat wilayah RT 03 RW 04. Tenaga kerja untuk mengerjakan pos ronda berasal dari warga Kelurahan Lomanis, namun segala kebutuhan dana dan bahanbahan yang diperlukan di siapkan oleh PT REKIND.
Gambar 7. Program Penyelesaian Pos Ronda RT 03 RW 04 Lomanis 5.3.5 Penyelesaian Pembangunan Mushola PT REKIND membantu menyelesaikan pembangunan mushola Miftakhul Jannah di RT 01 RW 05 Kelurahan Lomanis. Selain itu juga dibuatkan sumur, pompa, penampungan air, serta papan nama mushola. Proses perencanaan program Penyelesaian Pembangunan mushola Miftakhul Jannah PT REKIND melibatkan tokoh masyarakat wilayah RT 01 RW 05.
Gambar 8. Penyelesaian Pembangunan Mushola Miftakhul Jannah
49
Tenaga kerja untuk mengerjakan mushola berasal dari warga Kelurahan Lomanis, namun segala kebutuhan dana dan bahan-bahan yang diperlukan di siapkan oleh PT REKIND. Dokumentasi kondisi mushala saat ini dapat dilihat pada Gambar 8.
5.3.6 Pemberian Bantuan Sumur dan Pompa PT REKIND memberikan bantuan 20 sumur beserta pompanya kepada warga di wilayah RW 04 yang merupakan daerah terdekat lokasi proyek PT REKIND. Dokumentasi pompa dan sumur pemberian PT REKIND dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.
Gambar 9. Pompa dan Sumur Bantuan PT REKIND 5.3.7 Gebyar REKIND PT REKIND melaksanakan acara pertandingan olah raga voli seKelurahan Lomanis di GOR Loka Jaya. Acara ini melibatkan beberapa warga sebagai panitia pelaksana. Proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan dilakukan PT REKIND dengan warga yang menjadi panitia. Dokumentasi acara Gebyar REKIND dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Dokumentasi Gebyar REKIND
50
Dalam mengimplementasikan program CSR, PT REKIND menerapkan strategi yang dimilikinya, yaitu dengan membantu menyelesaikan permasalahan utama masyarakat yang sifatnya mendesak, dan/atau pengembangan potensi masyarakat. Namun menurut Bapak FMR, PT REKIND lebih memprioritaskan pengembangan potensi masyarakat dibandingkan menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. PT REKIND memberikan bantuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan atau kualitas hidup masyarakat tersebut. Strategi PT REKIND dapat di analogikan dengan strategi Rational Empirical menurut Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006). PT REKIND menjadi inovator yang menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat dengan penggunanya. Contoh inovasi PT REKIND adalah memberikan bibit Rosella kepada PKK Kelurahan Lomanis pada saat menjalankan proyek pembangunan tangki kilang minyak Pertamina di Cilacap. PT REKIND melihat anggota PKK yang tidak bekerja sebagai sumber daya manusia yang melimpah untuk dapat membudidayakan tanaman Rosella sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraannya. Tanaman Rosella dipilih karena tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah yang panas dan cocok ditanam di daerah Kelurahan Lomanis yang memiliki suhu cukup panas karena dekat dengan pantai.
5.4
Ikhtisar Kebijakan PT REKIND mengenai CSR dipengaruhi oleh Kepmen BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan PT REKIND mengenai bidang program CSR yang sama dengan bidang dalam PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), yaitu menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial, lingkungan hidup dan pengembangan usaha kecil, serta konversi atau penghematan energi. Selain itu kebijakan CSR PT REKIND juga dipengaruhi oleh UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007 yang selaras dengan Tata Nilai Budaya Perusahaan, yakni perihal Tanggung Jawab Sosial, yaitu mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang; baik karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan.
51
Cara pandang perusahaan dalam memandang CSR jika dikaitkan dengan teori menurut Wibisono (2007), maka cara pandang PT REKIND terhadap CSR termasuk ke dalam dua kategori, yaitu sebagai usaha untuk memnuhi kewajiban (complience) dan sebagai wujud pelaksanaan CSR yang bersala dari dorongan tulus dalam perusahaan (internal driven). Cara pandang PT REKIND dalam mengimplementasikan CSR sebagai usaha memenuhi kewajiban (complience) dibuktikan dari adanya kebijakan atau peraturan pemerintah, yaitu Kepmen BUMN No.236/MBU/2003 mengenai pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) dan UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007. Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori lainnya adala adanya dorongan yang tulus dari perusahaan (internal driven). PT REKIND telah menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan. PT REKIND menimplementasikan CSR di setiap lokasi proyeknya dan juga di Head Office. Selain itu PT REKIND juga berupaya agar setiap pegawainya mengimplementasikan social responsibility dalam kehidupan sehari-harinya, terutama ketika di lingkungan PT REKIND atau di lokasi proyek PT REKIND. PT REKIND memiliki mekanisme pengajuan program CSR, yaitu untuk program di Head Office, Departemen CSR membuat proposal dan mengajukannya ke GM Legal and Corporate Communications (LCC). Sedangkan untuk program di lokasi proyek, tim proyek mengajukan proposal kepada Departemen CSR terlebih dahulu, lalu Depertemen CSR akan mengajukannya kepada GM LCC. Dalam mengimplementasikan CSR, PT REKIND terlibat langsung sebagai pelaksana dalam setiap tahapan CSR. Hal ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation. PT
REKIND
mengimplementasikan
menerapkan CSR,
yaitu
strategi dengan
yang
dimilikinya
membantu
dalam
menyelesaikan
permasalahan utama masyarakat yang sifatnya mendesak, dan/atau pengembangan potensi masyarakat. Strategi PT REKIND apabila dikaitkan dengan teori menurut Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) dapat di analogikan dengan strategi Rational Empirical. PT REKIND menempatkan diri menjadi inovator yang
52
menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat dengan penggunanya.
BAB VI PEMBERDAYAAN DALAM IMPLEMENTASI CSR
6.1 Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan masyarakat menurut Giarci (2001) dalam Subejo dan Supriyanto (2004) adalah suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung
dengan
dukungan
collective
action
dan
networking
yang
dikembangkan masyarakat. Implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat perlu berlandaskan pada asas-asas pengembangan masyarakat. Menurut Ife (1995), pengembangan masyarakat sebagai perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu: komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas. Selain itu, implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat juga perlu memiliki prinsip pengembangan masyarakat, salah satunya adalah prinsip pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini menjadi basis utama dalam pengembangan masyarakat. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan sumberdaya,
kesempatan,
pengetahuan,
dan
ketrampilan
mereka
untuk
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya (Ife, 2002).
54
Pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND untuk membantu masyarakat keluar dari masalah yang sedang dihadapinya atau pun untuk membantu meningkatkan kesejateraan masyarakat.
Proses pemberdayaan
masyarakat dilakukan PT REKIND setiap kali mengimplementasikan CSR, karena menurut Bapak FMR, CSR PT REKIND adalah participatory based. Partisipasi masyarakat umumnya dilakukan semenjak tahap perencanaan program, pada tahap ini PT REKIND melakukan survey dan musyawarah dengan masyarakatt, agar PT REKIND dapat mengetahui potensi masyarakat dan permasalahan yang terdapat di lokasi tersebut. Pada tahap pelaksanaan PT REKIND bersama-sama masyarakat menjalankan program yang telah di setujui oleh manajemen. Masyarakat diajak berpartisipasi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki. Pada saat atau setelah program berlangsung, PT REKIND bersama masyarakat melakukan monitoring dan evaluasi program tersebut. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan sebagai proses pembelajaran guna memperbaiki permasalahan yang ada dalam program tersebut dan akan menjadi laporan PT REKIND dalam menjalankan CSR di lokasi tersebut.
6.2
Partisipasi Masyarakat Apabila melihat definisi, asas-asas dan prinsip pengembangan masyarakat,
maka partisipasi masyarakat dalam program pengembangan masyarakat adalah suatu keharusan. Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi masyarakat dalam program CSR PT REKIND dapat dilihat dari kasus CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Pada tahap perencanaan PT REKIND mengadakan musyawarah dengan pihak Kelurahan Lomanis, PKK Kelurahan Lomanis dan beberapa tokoh masyarakat. Menurut Ibu AF, salah satu tokoh masyarakat yang diundang untuk musyawarah, PT REKIND mendiskusikan program-program yang akan dijalankan di Kelurahan Lomanis dan meminta beberapa masukkan dari warga. Namun tingkat dan macam partisipasi masyarakat dalam setiap programnya berbeda-beda.
55
Pada program pemberian bantuan tujuh buah gerobak sampah masyarakat dilibatkan dalam tahap perencanaan saja, setelah pemberian gerobak sampah diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk mengelolanya dan warga tidak harus memberikan laporan mengenai penggunaan gerobak, sehingga tahap evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh PT REKIND. Demikian juga pada program bantuan pembuatan kolam budidaya belut, Gebyar REKIND, penyelesaian pembangunan pos ronda dan pembuatan sumur dan pompa untuk mushola Miftakhul Jannah, masyarakat dilibatkan hanya pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program saja, untuk tahap evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh PT REKIND. Sedangkan pada program pemberian bibit Rosella, partisipasi masyarakat cukup beragam. Berdasarkan hasil penelitian kepada 80 orang responden penerima bantuan bibit Rosella didapat hasil sebagai berikut: responden yang tingkat partisipasinya “tinggi” pada penelitian ini hanya berjumlah 3 (tiga) orang, mereka adalah warga yang diundang untuk ikut bermusyawarah dengan PT REKIND, pihak Kelurahan Lomanis dan PKK Kelurahan Lomanis. Responden yang tingkat partisipasi “sedang” berjumlah 2 (dua) orang, sedangkan yang tingkat partisipasinya “rendah” berjumlah 75 (tujuh puluh lima) orang. Mayoritas dari masyarakat memiliki tingkat partisipasi “rendah”, karena mayoritas hanya dilibatkan pada saat pelaks anaan program saja. Tingkat partisipasi masyarakat secara umum dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Persentase Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Budidaya Rosella
56
Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program CSR dapat dilihat pada Gambar 12. Pada tahap perencanaan tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 96,25%, “sedang” 1,25% dan “tinggi” 2,5%. Pada tahap pelaksanaan tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 0%, “sedang” 67% dan “tinggi” 16,25%. Pada tahap evaluasi tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 93,75%, “sedang” 1,25% dan “tinggi” 5%. Sedangkan pada tahap pelaporan tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 95%, “sedang” 5% dan “tinggi” 0%. Responden mayoritas berpartisipasi pada saat pelaksanaan karena pada tahap tersebut seluruh anggota Kelompok Dasawisma dan masyarakat lainnya diajak oleh PKK dan Kelurahan untuk turut berpartisipasi menanam bibit Rosella. Setelah penanaman, masing-masing anggota Kelompok Dasawisma membuat jadwal piket bergiliran antar anggota untuk menyiram dengan air. Namun karena anggota Dasawisma merasa kurang memiliki tanaman tersebut, tanaman Rosella banyak yang tidak bertahan lama. Untuk panen atau mengambil bunga Rosella umumnya anggota dasawisma diperbolehkan mengambil tanpa dibatasi. Untuk pengawasan tanaman, beberapa dasawisma tidak mewajibkan semua anggota dasawisma untuk mengawasi secara rutin, sehingga di temui banyak kasus tanaman Rosella hancur di tabrak mobil yang parkir sembarangan, mati karena tidak di siram, mati karena cuaca, atau mati setelah dipanen. Pada tahap evaluasi dan pelaporan anggota dasawisma banyak yang mengatakan bahwa hanya ketua dan sekretaris kelompok saja yang mengevaluasi dan membuat laporan, sedangkan anggota tidak dilibatkan, bahkan ada kelompok dasawisma yang tidak membuat laporan. Penggambaran tingkat partisipasi masyarakat pada setiap tahapan implementasi CSR dapat dilihat pada Gambar 5.
57
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Implementasi CSR 77
80
76
75 67
70
Jumlah Responden
60 50 kurang 40
sedang tinggi
30 20
13
10 1
2
1
0
4
4 0
0 perencanaan
pelaksanaan
evaluasi
pelaporan
Tahapan Implementasi CRS
Gambar 12. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Implementasi CSR. Partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PT REKIND di kelurahan Lomanis jika dikaitkan dengan teori menurut Arstein (1967) berada pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation. Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND, tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan. Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja. Karena program-program yang dilakukan tidak semua dapat berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang. Sebagaimana disajikan mengenai bentuk dan sifat program PT REKIND dalam Tabel 5. Tabel 5. Bentuk dan Sifat Program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis No 1 2 3 4 5 6 7
Program Pemberian bantuan 7 (tujuh) buah gerobak sampah Pembuatan kolam untuk budidaya belut Penyelesaian pembangunan pos ronda Penyelesaian pembangunan mushola Pemberian bibit Rosella Pemberian bantuan sumur dan pompa Gebyar REKIND
Sifat Karitas Karitas Karitas Karitas Karitas Karitas Karitas
58
6.3 Ikhtisar Pemberdayaan adalah basis utama dalam pengembangan masyarakat. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya (Ife, 2002). Pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND untuk membantu masyarakat keluar dari masalah yang sedang dihadapinya atau pun untuk membantu meningkatkan kesejateraan masyarakat. Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND setiap kali mengimplementasikan CSR, karena program CSR PT REKIND adalah participatory based. Partisipasi masyarakat
umumnya
dilakukan semenjak
tahap perencanaan
program,
pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi program. Meskipun program CSR PT REKIND berbasiskan partisipasi, tapi pada kenyataannya partisipasi masyarakat dalam program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis tidak menunjukan partisipasi masyarakat yang penuh dalam setiap tahapan pelaksanaan CSR. Masyarakat umumnya hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaan saja, sedangkan pada tahap perencanaan, monitoring dan evaluasi hanya melibatkan beberapa anggota masyarakat saja. Bahkan pada tahap pelaporan masyarakat tidak dilibatkan menyusunnya. Padahal menurut Nasdian (2006), partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PT REKIND di kelurahan Lomanis jika dikaitkan dengan teori menurut Arstein (1967) berada pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation. Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND, tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan.
59
Selain itu, implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja. Karena program-program yang dilakukan tidak berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang
BAB VII DAMPAK PROGRAM CSR TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DAN PROGRAM BERKELANJUTAN
7.1 Dampak Program CSR terhadap Citra Perusahaan Suatu perusahaan akan mendapatkan manfaat
apabila
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Sementara menurut Sukada, dkk (2006), manfaat CSR bagi perusahaan-perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik, akan berkesempatan mendapatkan sumberdaya manusia terbaik, produktivitas pekerja di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang bereputasi lebih rendah selain juga jauh lebih loyal, mendapatkan kesempatan investasi yang lebih tinggi di masa depan, dan sebagainya. Hasil penelitian kepada 80 orang responden, didapat citra perusahaan di mata masyarakat seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Penghitunan Citra Perusahaan No
Skor
Kategori
Jumlah (orang)
Persentase
1
x ≤ 13
Kurang baik
0
0
2
14 ≤ x ≤ 26
Baik
0
0
3
27 ≤x ≤ 50
Sangat baik
80
100
Berdasarkan Tabel 6, semua responden mendapatkan skor 27 ≤x ≤ 50 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa citra perusahaan di mata masyarakat sangat baik. Lebih lanjut hasil rekapitulasi peningkatan citra perusahaan terdapat
61
pada Lampiran 3. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Ibu AF yang tinggal di RT 3 RW 4 yang merupakan wilayah paling dekat dengan lokasi proyek PT REKIND: “Sepeninggal Pak F, warga merasa kehilangan. Warga sekitar sini mengenal Rekayasa karena Pak F, karena Pak F paling sering bertemu dengan warga. Beliau sering berkunjung malammalam ke rumah warga untuk sekedar mengobrol saja. Beliau meninggalkan kesan yang baik, sehingga warga mengenal orang Rekayasa baik-baik” (Ibu AF) Sejalan dengan itu, Ibu DM yang tinggal di RT 4 RW 2, dimana lokasi tempat tinggal tersebut cukup jauh dengan lokasi proyek mengutarakan hal yang sama: “REKIND perusahaan yang baik, karena mereka mengambil tenaga kerja dari warga sini, selain itu mereka juga banyak mengadakan kegiatan yang bermanfaat buat warga disini, contohnya bantuan bibit Rosella. Saya merasakan lebih sehat dan segar dengan minum Rosella.” (Ibu DM) Sementara itu, Ibu SA yang tinggal di RT 1 RW 1 yang merupakan wilayah paling jauh dari lokasi proyek PT REKIND mengutarakan hal yang sama juga, yaitu: “Saya memang ga kenal dengan orang-orang REKIND, tapi orang-orang REKIND kalau ketemu sopan-sopan. Kayaknya mereka baik-baik orangnya.” (Ibu SA) Ketiga contoh informan tersebut tinggal di lokasi yang berbeda-beda. Namun ketiga informan mengatakan hal yang sama mengenai citra PT REKIND di mata mereka. Selain mereka, mayoritas responden pun mengatakan hal yang sama mengenai PT REKIND. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa masyarakat penerima program CSR PT REKIND memiliki persepsi yang sama mengenai citra perusahaan, di mana pun lokasi tempat tinggal mereka. Implementasi CSR juga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara perusahaan dengan masyarakat secara terbuka, sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Selain itu, PT REKIND juga telah mendapatkan social license dari masyarakat, terbukti proyek
62
dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti dan tangki kilang minyak hasil proyek PT REKIND masih terjaga dengan baik saat ini. 7.2 Dampak Program CSR terhadap Program Berkelanjutan di Masyarakat Implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat dapat bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi subjek atau objek program. Manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Program-program yang dijalankan oleh PT REKIND di Cilacap memiliki berbagai macam manfaat bagi masyarakat sekitar, diantaranya adalah program berkelanjutan. Program berkelanjutan yang tercipta adalah program yang sudah ada sebelum program CSR berlangsung dan menjadi lebih baik lagi setelah program CSR berlangsung. Program tersebut adalah program ronda malam masyarakat dan pengolahan sampah rumah tangga. Kedua program tersebut sudah ada sebelum PT REKIND datang. Namun masyarakat belum memiliki pos ronda dan juga gerobak sampah, sehingga PT REKIND memberikan program penyelesaian pembangunan pos ronda dan gerobak sampah. Dampak program berkelanjutan pada masyarakat Kelurahan Lomanis dapat dilihat dari empat aspek, yaitu partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelola. Sebelum program pemberian bantuan tujuh buah gerobak sampah berjalan masyarakat mengumpulkan dan membuang sampah ke tempat pembuangan sampah secara sendiri-sendiri. Namun setelah program berjalan, masyarakat membuat aturan baru mengenai membuang sampah. Masyarakat Kelurahan Lomanis sangat merasakan manfaat dari adanya gerobak sampah di wilayah mereka, Ibu SM mengatakan manfaat penggunaan gerobak sampah tersebut, yaitu: “Sekarang buang sampah ga susah lagi, tinggal simpen depan rumah aja nanti diambil sama tukang sampah. Tukang sampahnya Pak K, dia dipilih sama warga dan dibayar sama warga, seratus ribu sebulan dari setiap RT.” (Ibu SM) Sementara itu, Bapak K, salah seorang petugas pengumpul sampah mengatakan:
63
“Gerobak dirawat sama saya, kalau ada yang rusak saya yang bertanggungjawab memperbaikinya, tapi uangnya dari warga yang mengumpulkan iuran. Saya tinggal laporan aja ke Ketua RW. Sekarang aja saya mau ke bengkel di depan, ada yang harus di las besinya. Maklum udah lama gerobaknya” (Bapak K) Sejalan dengan itu, Ibu AF, salah seorang tokoh masyarakat Kelurahan Lomanis memperkuat argumen manfaat gerobak sampah: “Dengan gerobak sampah kita dapat lebih mudah berkoordinasi dan dapat memberi lapangan pekerjaan. Petugas sampah di RT ini adalah seorang tukang becak yang penghasilannya tidak besar. Dia mengambil sampah pagi atau sore hari, setelah menarik becak. Dia diberi upah oleh warga seratus ribu dari setiap RT per bulan.” (Ibu AF) Berdasarkan hasil wawancara di lapang, mayoritas masyarakat lainnya juga mengatakan hal yang sama mengenai manfaat penggunaan gerobak. Saat ini, masyarakat cukup menyimpan sampah di depan rumah masing-masing, dan sampah tersebut akan diambil oleh petugas sampah dua kali seminggu. Petugas sampah yang dipekerjakan mendapatkan upah dari masyarakat yang secara bersama-sama mengumpulkan iuran. Semua masyarakat berpartisipasi dalam program yang diciptakan hasil konsensus diantara anggota masyarakat tersebut. Hal ini juga merupakan salah satu bukti kemandirian masyarakat Kelurahan Lomanis dalam mengurus sampah rumah tangga mereka dan juga biaya perawatan gerobak sampah.. Selain itu, sumber dana untuk operasional dan upah karyawan tempat pembuangan sampah juga didapatkan dari menjual hasil pengolahan sampah, baik organik maupun anorganik. Pada aspek kinerja pengelola tempat pembuangan sampah rumah tangga di Kelurahan Lomanis mengalami peningkatan kinerja. Sebelum diberikan bantuan gerobak sampah mereka tidak mengolah sampah sebanyak saat ini, karena dahulu masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari tempat pembuangan sampah tidak semuanya selalu membuang sampah ke tempat pembuangan sampah. Namun saat ini setelah sampah rumah tangga dari semua wilayah Kelurahan Lomanis dapat dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah dengan menggunakan gerobak, jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah menjadi lebih banyak dari sebelumnya, sehingga pengelola tempat pembuangan sampah harus lebih
64
rajin dalam bekerja agar sampah tidak menumpuk. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak U, salah seorang petugas di tempat pengolahan sampah: “Sejak ada gerobak sampah, Alhamdullillah ga susah lagi ngumpulin sampah. Tukang sampah yang ngumpulin dan nganterin sampah ke sini. Dan jumlahnya juga jadi jauh lebih banyak dari sebelumnya. Buat sampah anorganik kita jual ke pengumpul, sedangkan sampah organik kita jadiin kompos.” (Bapak U) Pada aspek tata kelola, pengelolaan tempat pembuangan sampah di Kelurahan Lomanis melibatkan beberapa pihak, yaitu Pemerintah Kelurahan sebagai regulator dan pengelola tanah bengkok yang menjadi tempat pembuangan sampah berada, masyarakat Kelurahan Lomanis sebagai pihak yang membuang sampah dan beberapa warga yang menjadi pengurus tempat pembuangan sampah. Tata kelola tempat pembuangan dan pengolahan sampah ini menjadi lebih efektif ketika partisipasi masyarakat untuk membuang sampah ke tempat tersebut menjadi lebih baik dengan adanya gerobak sampah. Sedangkan aspek partisipasi pada program bantuan penyelesaian pembangunan pos ronda dampak program berkelanjutan dapat dilihat dari perubahan partisipasi dan kebiasaan warga dalam melakukan ronda. Sebelum memiliki pos ronda, warga RT 03 RW 04 Kelurahan Lomanis langsung pulang ke rumah masing-masing setelah melakukan ronda, saat ini setelah melakukan ronda warga dapat berkumpul di pos ronda untuk beristirahat ataupun mengobrol, sehingga jam ronda dapat lebih lama lagi dan patisipasi warga menjadi lebih baik dari sebelumnya karena telah memiliki pos ronda yang nyaman. Hal ini juga menunjukkan bahwa kinerja ronda malam warga RT 03 RW 04 mengalami peningkatan. Hal ini diperkuat oleh penyataan Ibu AF: “Dulu sebelum ada pos ronda, setelah meronda warga langsung pulang ke rumahnya masing-masing, karena tidak punya pos ronda. Tapi sekarang setelah pos ronda jadi, warga setelah meronda suka berkumpul di pos ronda dulu sebelum pulang. Kadang suka menginap hingga pagi di pos ronda”. ( Ibu AF) Pada aspek kemandirian, kemandirian warga dapat terlihat dari kemampuan warga dalam menjaga keamanan wilayahnya tanpa membutuhkan bantuan dari pihak lain. Sedangkan pada aspek tata kelola, hanya melibatkan
65
partisipasi antar warga RT 03 RW 04 saja, yaitu Ibu RT sebagai penangungjawab dan warga lainnya sebagai pelaksana. Selain program bantuan gerobak sampah dan bantuan penyelesaian pembangunan pos ronda, program pemberian sumur dan pompa untuk mushola Miftakhul Jannah pun turut membantu terciptanya program pengajian masyarakat, meskipun dampaknya tidak begitu terasa dalam hal peningkatan partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelolanya. Dampak hanya terasa pada kemudahan masyarakat dalam memperoleh air saja, karena tidak harus menimba sumur lagi. Untuk program bantuan bibit Rosella, pembuatan sumur bor dan pompanya untuk 20 rumah tangga,serta pembuatan kolam untuk budidaya belut tidak berdampak pada program berkelanjutan. Program bantuan bibit Rosella tidak berjalan lagi untuk saat ini karena masalah kurangnya pengetahuan tentang budidaya Rosella, kurangnya kepedulian warga terhadap perawatan tanaman Rosella, dan sebagainya. Sejalan dengan Rosella, pembuatan kolam untuk budidaya belut pun tidak berkelanjutan karena kurangnya pengetahuan warga tentang budidaya belut dan kurangnya modal usaha, sehingga saat ini untuk budidaya Rosella dan budidaya belut sudah tidak berjalan lagi. Sedangkan untuk bantuan pembuatan sumur dan pompanya kepada 20 rumah tangga bukanlah program berkelanjutan, karena hanya sekedar untuk memperbaiki sumur warga yang kering akibat aktivitas perusahaan.
7.3 Ikhtisar Suatu
perusahaan
akan
mendapatkan
manfaat
apabila
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan.
66
Berdasarkan hasil penelitian, citra perusahaan di mata masyarakat adalah sangat baik. Implementasi CSR juga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara perusahaan dengan masyarakat secara terbuka. Sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Selain itu, PT REKIND juga telah mendapatkan social license dari masyarakat sekitar, terbukti proyek dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti dan tangki kilang minyak hasil proyek PT REKIND masih terjaga dengan baik saat ini. Selain bermanfaat bagi perusahaan, implementasi CSR juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Dalam kasus implementasi CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis, dampak yang ditimbulkan dari manfaat implementasi CSR adalah terciptanya program berkelanjutan. Program berkelanjutan dapat dilihat dari aspek partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelola. Program berkelanjutan ini meliputi program dalam hal ronda malam serta program dalam mengelola dan membuang sampah rumah tangga.
BAB VIII STRATEGI PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI CSR DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS
PT Rekayasa Industri (REKIND) merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi (EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. Sejak berdiri pada tahun 1981, PT REKIND telah mengimplementasikan berbagai kegiatan pengembangan masyarakat. Implementasi CSR dilakukan oleh PT REKIND tak lama setelah Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas diberlakukan, yaitu dengan membuat Departemen CSR yang berada pada Divisi Legal and Corporate Communications dibawah Corporate Stategy Unit. Departemen CSR memiliki visi dalam menjalankan tugasnya, yaitu untuk menjadi Perusahaan EPCC (Engineering Procurement Construction Commisioning) termaju yang bertanggung jawab secara sosial di Indonesia. Selain itu, implementasi CSR PT REKIND pun dipengaruhi oleh Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL), sehingga bidang-bidang CSR yang diprioritaskan oleh CSR PT REKIND sama dengan bidang-bidang dalam PKBL yaitu bidang pendidikan, kesehatan, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial, lingkungan hidup, pengembangan usaha kecil dan konversi. Sebagai sebuah perusahaan EPCC yang selalu berhubungan dengan banyak pihak, PT REKIND harus membangun hubungan yang baik dengan stakeholders di setiap tempat menjalankan proyeknya. Upaya membangun hubungan
baik
ini
salah
satunya
dengan
mengimplementasikan
CSR.
Implementasi CSR PT REKIND dilaksanakan di Head Office dan di setiap lokasi proyek dengan berbagai macam program sesuai kebutuhan di wilayah tersebut. PT REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven). PT REKIND memandang CSR tidak sekedar diimplementasikan karena
68
menghormati peraturan yang ada, tetapi telah menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND apabila dikaitkan dengan teori menurut Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), adalah model atau pola CSR dengan keterlibatan langsung perusahaan. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Hal ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation. Menurut Wibisono (2007), CSR memiliki tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. PT REKIND melalui keempat tahapan tersebut dalam mengimplementasikan CSR. Pada tahap perencanaan PT REKIND telah memiliki kesadaran untuk mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya, memiliki kebijakankebijakan yang mengatur tentang pelaksanaan CSR, membentuk Departemen CSR dan memiliki pedoman untuk mengimplementasikan CSR secara efektif dan efisian. Pada tahap pelaksanaan PT REKIND selalu melakukan survey sebelum menetapkan program CSR apa yang akan dijalankan, survey dilakukan dengan atau tanpa melibatkan masyarakat. Setelah survey akan dilakukan perencanaan program dengan melibatkan masyarakat, selanjutnya sosialisasi program, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan. Tahap evaluasi dilakukan setiap bulan dan setelah selesai melaksanakan program CSR di lokasi proyek dan akhir tahun dalam Annual Report. Pelaporan dilakukan setelah pelaksanaan program CSR di lokasi proyek, setiap tahun dengan membuat Annual Report, serta mengkomunikasikan program melalui Bulletin, DVD audio visual, news, company profile, rekind updates, dl Pada tahun 2006 hingga tahun 2008 PT REKIND mendapatkan proyek untuk membangun tangki kilang minyak di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Selama menjalankan proyek tersebut PT REKIND mengimplementasikan CSR di wilayah tersebut, program yang dijalankan di wilayah tersebut yaitu pemberian bantuan 7
69
(tujuh) buah gerobak sampah, pemberian bibit Rosella, pembuatan kolam untuk budidaya
belut,
penyelesaian
pembangunan
pos
ronda,
penyelesaian
pembangunan mushola, pemberian bantuan sumur dan pompa, serta Gebyar REKIND. Dalam implementasi program CSR di Kelurahan Lomanis, mayoritas masyarakat hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaan program saja. Sedangkan pada tahap perencanaan, PT REKIND hanya melibatkan beberapa pihak saja, yaitu pihak kelurahan, PKK kelurahan dan beberapa tokoh masyarakat. Menurut ibu AF, pada saat musyawarah PT REKIND sudah melakukan survey dan menetapkan program apa saja yang akan dijalankan sehingga dia hanya mengikuti saja apa yang sudah diputuskan (sosialisasi program). Karena menurut kebijaksanaan yang ada, Departemen CSR dapat melakukan survey dengan dan atau tanpa masyarakat. Pada tahap evaluasi maupun pelaporan juga dilakukan oleh staf CSR PT REKIND. Akan tetapi sebenarnya masyarakat juga diperkenankan untuk melakukan suatu monitoring dan evaluasi mengenai pelaksanaan program CSR di kelurahan Lomanis, hanya saja tidak diwajibkan. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengajukan pendapat mereka mengenai program CSR sebagai masukan dan perbaikan pelaksaan program. Partisipasi masyarakat tersebut menurut Arstein (1967) berada pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation. Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND, tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan. Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas. Program tersebut hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja dan belum memberdayakan masyarakat secara penuh agar tercipta keberlanjutan program. Namun, implementasi CSR tersebut memiliki dampak terhadap citra perusahaan, karena telah membuat citra perusahaan di mata masyarakat menjadi sangat baik, meskipun tidak semua masyarakat mengenal PT REKIND, tapi mereka menganggap PT REKIND adalah perusahaan yang baik kepada masyarakat karena memberi bantuan kepada mereka.
70
Program CSR PT REKIND yang dilakukan di Kelurahan Lomanis tidak semua memberikan dampak terhadap program berkelanjutan di masyarakat, hanya program bantuan penyelesaian pos ronda dan pemberian gerobak saja yang memiliki dampak. Dampak program berkelanjutan dapat dilihat dari empat aspek, yaitu partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelola. Program penyelesaian pos ronda membantu membuat tradisi ronda malam masyarakat menjadi lebih baik dalam hal partisipasi warga dan kinerja warga dalam melakukan ronda, sehingga kemandirian warga dalam menjaga keamanan menjadi lebih baik lagi serta dapat membangun tata kelola dalam hal melakukan ronda menjadi semakin baik juga. Sementara itu, program pemberian bantuan gerobak sampah membantu membuat masyarakat memiliki kebiasaan dan aturan baru dalam hal membuang sampah rumah tangga. Dahulu sebelum program masyarakat harus membuang sampah sendiri-sendiri ke tempat pengolahan sampah dan tidak ada upaya bersama-sama mengumpulkan iuran untuk petugas pengumpul sampah, namun saat ini setelah memiliki gerobak masyarakat cukup menyimpan sampah didepan rumah dan akan diambil dua kali seminggu oleh petugas pengumpul sampah, serta masyarakat bersama-sama mengumpulkan iuran untuk petugas tersebut. Hal ini menyebabkan kemandirian masyarakat menjadi lebih baik dalam mengelola sampah rumah tangga, meningkatkan kinerja pengelola tempat pembuangan dan meningkatkan juga tata kelola dalam tempat pembuangan sampah. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND dalam memberdayakan masyarakat masih sebatas pada tahap pelaksanaan program saja dan pada tingkat partisipasi Placation. Masyarakat dapat memberikan sarannya namun
kewenangan
memberikan
keputusan
masih
dimiliki
perusahaan
sepenuhnya. Partisipasi masyarakat tersebut masih semu dan belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat menurut Ife (2002), yaitu prinsip pemberdayaan. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan sumberdaya,
kesempatan,
pengetahuan,
dan
ketrampilan
mereka
untuk
71
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Sedangkan pada kasus program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis belum memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakatnya untuk menentukan sendiri arah program menurut kebutuhan dan kemampuannya. Bukti belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pada prinsip pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari dampak yang terjadi pada masyarakat. Dari berbagai program yang dilaksanakan, hanya dua program saja yang berdampak pada terciptanya program berkelanjutan di masyarakat, sedangkan sisanya tidak berdampak karena kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dan hanya sekedar pemberian korporasi saja. Sedangkan umumnya program yang telah berbasiskan pengembangan masyarakat akan terjaga keberlanjutannya dan dapat berdampak pada terciptanya program berkelanjutan di masyarakat.
BAB IX PENUTUP 9.1 Kesimpulan Strategi pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND dalam memberdayakan masyarakat masih sebatas pada tahap pelaksanaan program saja dan pada tingkat partisipasi Placation. Masyarakat dapat memberikan sarannya namun kewenangan memberikan keputusan masih dimiliki perusahaan sepenuhnya. Partisipasi masyarakat tersebut masih semu karena pada kasus program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis belum memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakatnya untuk menentukan sendiri arah program menurut kebutuhan dan kemampuannya. Bukti belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pada prinsip pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari dampak yang terjadi pada masyarakat. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND dapat dilihat dari kebijakan PT REKIND mengenai CSR. PT REKIND memiliki sebuah Departemen CSR untuk mengurus implementasi CSR perusahaan. Departemen CSR terlibat langsung dalam setiap tahapan implementasi CSR PT REKIND. Bidang kerja Departemen CSR PT REKIND sama dengan yang diinstruksikan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 mengenai Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). PT REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven). Strategi pendekatan PT REKIND adalah strategi Rational Empirical. Implementasi CSR PT REKIND masih berupa pemberian dari korporasi, karena bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja. Program-program yang dilakukan tidak berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan program yang dijalankan tidak melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap tahapan CSR. Mayoritas masyarakat hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaan program. Sedangkan pada tahap perencanaan, evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh PT REKIND.
73
Dampak implementasi CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis telah membuat citra perusahaan sangat baik di mata masyarakat. Sedangkan dampak untuk masyarakat telah membantu terciptanya program berkelanjutan, yaitu pada program pos ronda warga RT 03 RW 04 dan pengolahan sampah rumah tangga di Kelurahan Lomanis.
9.2 Saran Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND telah dijalankan sesuai kebijakan perusahaan. Namun agar implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND dapat menjadi program pengembangan masyarakat, maka hal yang dapat menjadi saran adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan kajian partisipatif mendalam terhadap sasaran program CSR, sasaran program seharusnya adalah orang yang benar-benar membutuhkan bantuan dan tepat untuk diberdayakan. Misalnya adalah penduduk usia produktif yang sedang tidak bekerja.
2.
Program disesuaikan dengan kondisi sumberdaya manusia dan sumber daya alam yang ada di wilayah tersebut, agar program yang dijalankan dapat terjaga keberlanjutannya.
3.
Membangun kemitraan dengan masyarakat sekitar dan menggulirkan modal usaha agar masyarakat dapat berusaha mengembangkan dirinya sendiri dan meningkatkan kesejahteraannya.
74
DAFTAR PUSTAKA Ardana,
Komang. 2008. Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial dalam http://ejournal.unud.ac.id/km%20ardana.pdf . Diakses pada 26 Oktober 2008 Cahyat, Ade. 2004. Bagaimana Kemiskinan di Ukur: Beberapa Model Penghitungan Kemiskinan di Indonesia. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR). Djajadiningrat, dkk. 2003. Akses Peran Serta Masyarakat: lebih Jauh memahami Community develompent. Jakarta: Indonesia Center for Sustainable Development Ife, Jime. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives Vision, Analysis and Practice. Melbourne: Longman. ________. 2002. Community Development: Community-based Alternetives in Age of Globalisation Edisi Kedua. Australia: Pearson Education. Irawan, Ronny. Corporate Social Responsibility: Tinjauan Menurut Peraturan Perpajakan di Indonesia. Makalah Seminar The 2nd National Conference, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, 6 September 2008. Jackie Ambadar. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik di Indonesia. Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Jahja, Rusfadia Saktiyanti. 2006. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility Perusahaan Ekstraktif dalam Jurnal Galang, Vol.1, No.2, Hal.22-35,Edisi Januari 2006. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyadi, Devi. 2007. Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam Usaha Pengembangan Masyarakat, Skripsi. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor Nursahid, Fajar. 2006. Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap Model Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia Rahman, Santy Rizkiya. 2008. Analisis terhadap Corporate Sociall Responsibiliy dan Pengaturannya di Indonesia. Studi Kasus: Corporate Social Responsibility PT.Freeport Indonesia pada Suku Amungme di Desa banti, Papua. Skripsi. Fakultas Hukum. Jakarta: Universitas Al Azhar Indonesia. Rudito, Bambang, Adi Prasetijo dan Kusairi. Akses Peran Serta Masyarakat Lebih Jauh Memahami Community Development. Jakarta: Indonesian Center for Sustainable Development.
75
Setianingrum, Ingelia Putri. 2007. Analisis Community Development sebagai Bentuk tanggungjawab Sosial (PT ISM Bogasari Flour Milis, di Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara). Skripsi. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Suharto, Edi. 2008. Menggagas Standar Audit Program CSR dalam http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/CSRAudit.pdf. Diakses pada 24 Oktober 2008. _________. Pekerjaan Sosial Industri, CSR dan Comdev dalam Workshop tentang Corporate Social Responsibility (CSR), Lembaga Studi Pembangunan (LSP)-STKS Bandung 29 November 2006 Sukada, Sonny, dkk. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Memahami Konsep dan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Indonesia Business Links Suprapto, Siti A.A.2006. Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal di Jakarta dalam Jurnal Galang, Vol.1, No.2, Hal.36-61, Edisi Januari 2006. Supriyanto, Subejo. 2004. Harmonisasi Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dengan Pembangunan Berkelanjutan dalam http://subejo.staff.ugm. ac.id/wp-content/supriyanto-ekstensia.pdf. Diakses pada 24 Oktober 2008. Syahyuti. Penerapan Pendekatan Pembangunan Berbasis Komunitas: Studi Kasus pada Rancangan Program Primatani dalam www.geocities.com/syahyuti/pendekatan_komunitas_primatani.pdf. Diakses pada 1 April 2009 Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia dalam http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir .php?DepartmentID=DKV. Diakses pada 26 Oktober 2008 Untung, Budi Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. Wazdy, Salim. Memahami Partisipasi Kebijakan Publik dalam http://pcnukebumen.wordpress.com/2009/01/14/memahamipartisipasi-kebijakan-publikasi/. Diakses pada 12 Agustus 2009. Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
76
Lampiran 1. Panduan Pertanyaan PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM CSR DEPARTEMENT Hari/tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana sejarah perusahaan mulai melaksanakan CSR? Kapan mulai mengimplementasikan CSR? 2. Bagaimana pengaruh KEPMEN BUMN dalam melaksanakan CSR? 3. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap CSR? 4. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai CSR? 5. Bagaimana posisi struktural CSR dalam perusahaan? Berada dibawah apa? Dan terdiri dari berapa orang bagian CSR? Mengapa? 6. Apakah CSR dipisahkan dengan PKBL dan comdev? Mengapa? 7. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan CSR? Berapa persen dana yang dialokasikan yang dialokasikan tersebut? Apakah setiap tahunnya sama ataukah tidak? Mengapa? 8. Bagaimana mekanisme persetujuan dilaksanakan CSR oleh perusahaan? 9. Bagaimana mekanisme survey dalam melaksanakan CSR disuatu tempat? Berapa lama? Dibantu dengan siapa? 10. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam menjalankan CSR?
77
11. Cara
apa
saja
yang
biasa
digunakan
dalam
mencari
kebutuhan
masyarakat?Kendala apa saja yang dialami saat hendak melaksanakan CSR di suatu tempat? 12. Program apa saja yang pernah dilakukan oleh perusahaan? Kapan? Apa namanya? Apa saja bentuk programnya? Dimana dan siapa sasarannya? 13. Apakah program yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya? 14. Sektor apa saja yang menjadi prioritas atau sering dilakukan perusahaan dalam menjalankan CSR? Mengapa? 15. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam pelaksanaan CSR? Siapa dan mengapa? 16. Apakah masyarakat dilibatkan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan CSR? Sampai sejauhmana? Mengapa? 17. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program CSR yang pernah dilaksanakan? Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program berikutnya? 18. Apakah program tersebut masih berjalan sampai saat ini? 19. Apa saja dampak
yang dirasakan perusahaan setelah menjalankan
CSR?Apakah ukuran keberhasilan perusahaan dalam menjalankan CSR? Mengapa? 20. Bagaimana seharusnya bentuk CSR yang dilaksanakan suatu perusahaan? 21. Bagaimana kondisi kepemilikan saham PT REKIND saat ini? 22. Bagaimana fungsi atau peran PKBL dijalankan oleh PT REKIND? Siapa yang menjalankan dan bertanggung jawab serta berkoordinasi dengan siapa saja? 23. Apa yang dimaksud dengan CSR dimasukkan dalam Bussiness Process perusahaan?contohnya?
78
24. Apakah ada Manual Building CSR atau PKBL milik PT REKIND? Siapa yang membuat? 25. Adakah Community development Officer/project? Siapa yang memilih dan bagaimana tugasnya? 26. Kapan tepatnya proyek di Cilacap dimulai dan berakhir? 27. Kapan tepatnya program CSR di cilacap dimulai dan berakhir?serta dimulai dengan program apa dan diakhiri oleh program? 28. Siapakan pimpinan proyek di Cilacap dan ComDev Officer/project-nya? 29. Berapa kali dilakukan monitoring dan evaluasi program csr di cilacap? Pelaporan berapa bulan sekali, siapa yang buat dan dilaporkan ke siapa? 30. Pelaporan hasil CSR di cilacap dibuat dalam bentuk apasaja selain laporan tertulis? Dan ditujukan ke siapa saja?
79
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PEJABAT KECAMATAN/KELURAHAN Hari/tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana dan kapan kelurahan ini berdiri? Mengapa bernama lomanis? 2. Bagaimana kondisi geografis dan demografi kelurahan ini? 3. Bagaimana karakteristik masyarakat daerah ini? (SARA, pendidikan, pekerjaan, budaya) 4. Apakah Bapak/Ibu mengenal PT REKIND? Siapa yang Bapak/Ibu kenal dari PT REKIND dan jabatannya apa? 5. Kapan PT REKIND datang ke daerah ini? Siapa yang menghadap? 6. Apakah PT REKIND memberitahu akan melaksanakan CSR di daerah tersebut? Berapa lama? 7. Bagaimana cara PT REKIND melakukan survey kebutuhan warga? Bertanya ke siapa? 8. Apakah warga dilibakan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan CSR PT REKIND? Jika iya, siapa saja yang dilibatkan? Jika tidak, mengapa? 9. Berapa lama PT REKIND biasanya melakukan survey? Berapa orang yang bekerja? 10. Apakah kebutuhan utama yang diperlukan warga saat itu dan saat ini? 11. Program apa saja yang dilakukan oleh PT REKIND? Siapa saja sasarannya? 12. Apakah program yang dijalankan PT REKIND bermanfaat bagi warga? Mengapa? 13. Apakah yang warga rasakan setelah dijalankan program CSR PT REKIND?
80
14. Adakah kendala saat pelaksanaan CSR PT REKIND? Apa sajakah dan mengapa? 15. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap PT REKIND?
81
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM TOKOH KUNCI DI MASYARAKAT Hari/tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian: 1. Bagaimana dan kapan kelurahan ini berdiri? Mengapa bernama lomanis? 2. Bagaimana kondisi geografis dan demografi keluraha ini? 3. Bagaimana karakteristik masyarakat daerah ini? (SARA, pendidikan, pekerjaan, budaya) 4. Apakah Bapak/Ibu mengenal PT REKIND? Siapa yang Bapak/Ibu kenal dari PT REKIND dan jabatannya apa? 5. Kapan PT REKIND datang ke daerah ini? Siapa saja yang datang? 6. Apakah PT REKIND memberitahu akan melaksanakan CSR di daerah tersebut? Berapa lama? 7. Bagaimana cara PT REKIND melakukan survey kebutuhan warga? Bertanya ke siapa? 8. Apakah bapak dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan CSR PT REKIND? Selain bapak siapa lagi yang dilibatkan? 9. Apakah kebutuhan utama yang diperlukan warga saat itu dan saat ini? 10. Program apa saja yang dilakukan oleh PT REKIND? Siapa saja sasarannya? 11. Apakah program yang dijalankan PT REKIND bermanfaat bagi warga? Mengapa? 12. Apakah yang warga rasakan setelah dijalankan program CSR PT REKIND? 13. Apakah program tersebut masih berjalan? Jika iya apa saja? Jika tidak mengapa? 14. Adakah kendala saat pelaksanaan CSR PT REKIND? Apa sajakah dan mengapa?
82
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Tingkat Partisipasi Responden No Kode Skor Tahap Skor Tahap Responden Perencanaan Pelaksanaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Skor Skor Total Tahap Tahap Skor Evaluasi Peaporan
9 3 3 3 3 3 3 3 3 9 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 6 8 7 9 9 9 9 9 9 9 9 12 15 12 12 12 15 12 12 12 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
15 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 6 15 4 4 5 15 5 12 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 11 3 3 3 11 3 9 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
50 15 18 17 20 20 19 19 19 19 20 20 24 56 22 22 23 45 23 36 27 21 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
3
9
3
3
3 3 3 3 3
9 9 9 9 9
3 3 3 3 3
3 3 3 3 3
18 18 18 18 18 18
Kategori Tingkat Partisipasi sedang rendah sedang rendah rendah sedang rendah rendah rendah rendah rendah sedang sedang sedang rendah sedang rendah sedang rendah sedang sedang sedang rendah rendah sedang sedang rendah rendah sedang sedang rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah
83
No Kode Skor Tahap Skor Tahap Responden Perencanaan Pelaksanaan 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Skor Skor Total Tahap Tahap Skor Evaluasi Peaporan
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9 9 9 9 9 9 9 9 12 12 11 11 11 12 15 11 9 9 9 9 9 9 9 9 11 9 9 9 5 11 9
3 3 3 5 5 3 6 4 9 10 5 5 5 5 15 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 4 4 5 3 5 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3
15 6 8 7 9 9 9 9
15 3 4 4 5 5 4 4
11 3 3 3 3 3 3 3
18 18 18 20 20 18 21 19 27 28 22 22 22 23 56 21 19 19 19 18 18 19 18 19 22 19 19 20 14 22 19 19 18 19 18 18 19 18 18
Kategori Tingkat Partisipasi rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah sedang rendah rendah rendah sedang sedang rendah rendah rendah sedang rendah sedang sedang rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah rendah
84
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Citra Perusahaan No Kode Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Skor Citra
Kategori Citra
37 33 31 28 34 34 30 33 32 33 36 34 36 38 33 33 31 33 35 35 34 31 31 33 32 32 33 33 32 32 32 30 30 30 30 30 30 30 37 30 30 32 33
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
85
No Kode Responden 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Skor Citra
Kategori Citra
34 34 34 32 34 34 34 35 31 32 34 34 38 34 32 33 32 32 32 32 32 32 32 32 33 32 32 33 30 30 32 32 32 30 32 32 30
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
86
Lampiran 4. Sketsa Lokasi Kelurahan Lomanis
Sumber: Data Monografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008