Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Pengembangan Model Corporate Social Responsibility (CSR) Agincourt Resources dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara Arifin Saleh1 dan Lutfi Basit2
ABSTRACT: Research second year is focused to the implementation of new models corporate social responsibility (CSR) PT Agincourt Resources (AR), gold mining company which are located in Kecamatan Batangtoru, District South Tapanuli, the Province of North Sumatra. Research it is based on that an effort to empower recidents poor held by PT AR in District South Tapanuli through activities csr in various fields is not yet maximum. The poverty rate is high, namely 12,7 %. Refer the results of the study the first year, then a model of the implementation CSR PT AR must be changed by the application of a new model that CSR is divided into the aspect of 4, namely management aspect, of the location / the office, the scope of the region, and the type of activity. This research very urgen done so that the results of the natural resources could be enjoyed the local people through use of the funds CSR. Output this research one is writing in the scientific journal that can be beneficial other parties to help the government for reducing poverty. A method of the research was done approach in quantitative and qualitative. Sample taken from households who were targets CSR and several informants of government elements, community institution, and the pt ar affairs csr activities. Instrument data collection with kuisioner to approach quantitative, while observation and an interview to a qualitative approach. Data analysis and table single and qualitative analysis by means of composing information and data according to type and next analyzed. This research result indicates that pt ar have done activities CSR in four key areas, namely the health sector, education and training, the infrastructure sector, and field of local business development. The budget csr for each the field of every year increased. Types of programs in each the field of also progressively. Community involvement and the government in any activity CSR is getting higher. Keywords: Implementation, Model, CSR, Community Empowerment ABSTRAK: Penelitian tahun kedua ini difokuskan kepada implementasi model baru corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan PT Agincourt Resources (AR), perusahaan pertambangan emas yang berlokasi di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa upaya pemberdayaan masyarakat miskin yang dilakukan PT AR di Kabupaten Tapanuli Selatan melalui kegiatan CSR di berbagai bidang ternyata belum maksimal. Angka kemiskinan masih tinggi, yakni 12,7 %. Merujuk hasil penelitian tahun pertama, maka model pelaksanaan CSR PT AR perlu diubah dengan penerapan model baru CSR yang terbagi ke dalam 4 aspek, yakni aspek pengelola, lokasi/kantor, wilayah cakupan, dan jenis kegiatan. Penelitian ini sangat urgen dilakukan agar hasil kekayaan alam bisa dinikmati masyarakat lokal melalui pemanfaatan dana CSR. Luaran penelitian ini salah satunya adalah tulisan dalam bentuk jurnal ilmiah yang bisa dimanfaatkan pihak lainnya untuk membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Metode penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitaif dan kualitatif. Sampel diambil dari keluarga yang menjadi sasaran kegiatan CSR dan beberapa informan dari unsur pemerintah, lembaga masyarakat, dan pihak PT AR yang membidangi kegiatan CSR. Alat pengumpulan data dengan kuisioner untuk pendekatan kuantitatif, sedangkan observasi dan wawancara untuk pendekatan kualitatif. Analisis data dengan tabel tunggal dan analisis kualitatif dengan cara menyusun informasi dan data menurut tipe dan dikategorisasikan serta selanjutnya dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT AR sudah melakukan kegiatan CSR di 4 bidang utama, yakni bidang kesehatan, bidang pendidikan dan pelatihan, bidang infrastruktur, dan 1
Dosen Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU),
[email protected] 2 Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU),
[email protected]
B-273
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658 bidang pengembangan usaha lokal. Anggaran dana CSR untuk masing-masing bidang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jenis program di masing-masing bidang juga semakin beragam. Keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam setiap kegiatan CSR juga semakin tinggi. Kata Kunci: Implementasi, Model, CSR, Pemberdayaan Masyarakat
Pendahuluan Saat ini, PT Agincourt Resources (AR), perusahaan pertambangan emas milik asing sedang mengeksploitasi emas di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Tambang emas tersebut memiliki potensi sumber daya 8,05 juta oz emas dan 77 juta oz perak dan sudah mulai berproduksi pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 oz emas dan 2-3 juta oz perak berbiaya rendah (G-Resources.net). Hasil kajian penulis, jika 1 oz setara dengan 28,35 gram, maka kapasitas emas perusahaan tersebut mencapai 7.087.000 gram atau 7,087 ton. Jika dikonversikan dengan harga emas hari ini Rp.500.000 per gram, maka akan dihasilkan emas senilai Rp.3,5 triliun per tahun. Potensi peraknya mencapai 84 juta gram dan jika dikonversikan dengan harga perak hari ini Rp.11.000 per gram, maka akan dihasilkan perak senilai Rp. 924 miliar per tahun Sadar dengan tanggung jawabnya kepada masyarakat, PT AR sudah melaksanakan kewajibannya berupa tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR). Program CSR dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti sosialisasi kegiatan explorasi pertambangan, memberikan bantuan kepada masyarakat dalam berbagai aspek misalnya bantuan kesehatan, pelatihan-pelatihan, peralatan kedokteran untuk Puskesmas Batangtoru, bantuan pendidikan, bantuan infrastruktur, dan donasi bagi korban bencana alam. Namun, CSR PT AR tersebut harus terus ditingkatkan dalam rangka memberdayakan masyarakat miskin di Kabupaten Tapanuli Selatan. Soalnya, angka kemiskinan di daerah itu masih tinggi. Tahun 2012 angka kemiskinan Tapsel masih mencapai 12,7 % dari jumlah penduduk 268.095 jiwa. Bahkan, hingga Tahun 2012 masih ada 62.050 jiwa penduduk Tapanuli Selatan yang masuk dalam kelompok keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I hingga Keluarga Sejahtera III. (Tapanuli Selatan Dalam Angka 2013). Hasil penelitian yang dilakukan tahun 2012 menemukan bahwa kegiatan CSR PT AR terhadap masyarakat dinilai masih belum optimal karena lebih bersifat pemberian bantuan, bukan dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Kegiatan CSR tersebut belum bisa membawa masyarakat ke tahap yang dinamakan berdaya atau mandiri (Saleh dan Lutfi; 2012). Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa salah satu solusi untuk efektifitas dan keberhasilan pelaksanaan CSR PT AR untuk pemberdayaan masyarakat miskin di Tapanuli Selatan adalah dengan penerapan model baru pelaksanaan CSR-nya (Saleh dan Lutfi; 2015). Model baru CSR PT AR ini dikelompokkan ke dalam 4 aspek, yakni aspek pengelola, lokasi/kantor, wilayah cakupan, dan jenis kegiatan. Aspek pengelola CSR PT AR dalam model baru ini diharapkan terdiri dari unsur masyarakat, unsur pemerintah, dan perwakilan perusahaan. Aspek lokasi atau kantor pengelola CSR sebaiknya sudah memiliki sekretariat sendiri yang lokasinya berada di luar area tambang. Aspek wilayah cakupan CSR PT AR diarahkan meliputi seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan, yakni 14 kecamatan. Aspek jenis
B-274
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
kegiatan CSR PT AR harus diperkuat ke dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya bertujuan untuk menghasilkan skill atau keterampilan. Berangkat dari latar belakang di atas, maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian lanjutan dengan topik implementasi pengembangan model CSR perusahaan pertambangan emas PT AR untuk pemberdayaan masyarakat miskin di Tapanuli Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis implementasi model corporate social responsibility (CSR) perusahaan pertambangan emas Agincourt Resources dalam pemberdayaan masyarakat miskin di Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau perwujudan. Menurut Usman (2002) implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Setiawan (2004) mengemukakan implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan perusahaan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial lingkungan sekitar perusahaan berada (Rachman dkk.; 2011). CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development (Edi Suharto; 2008). Menurut Ife dan Tegoriero (2008), setidaknya ada enam dimensi pengembangan atau pemberdayaan masyarakat dan kesemuanya berinteraksi satu dengan lainnya dalam bentuk-bentuk yang kompleks. Keenam dimensi tersebut yaitu; pengembangan sosial, pengembangan ekonomi, pengembangan politik, pengembangan budaya, pengembangan lingkungan, dan pengembangan personal/ spiritual. Jika merujuk pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility yang secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial, maka CSR memiliki ruang lingkup berupa 7 isu pokok yaitu, Pengembangan Masyarakat, Konsumen, Praktik Kegiatan Institusi yang Sehat, Lingkungan, Ketenagakerjaan, Hak asasi manusia, Organizational Governance (governance organisasi). Kegagalan pelaksanaan CSR seringkali terjadi karena kesalahan dalam pengelolaannya. Sebenarnya menurut Siagian dan Suriadi (2010) dari model pelaksanaannya, program CSR bisa mengikuti model Perusahaan–Masyarakat atau Model Perusahaan-Pihak Ketiga-Masyarakat. Di sisi lain, implementasi program CSR yang berkesinambungan juga bisa diwujudkan dengan pemanfaatan potensi lokal seperti modal sosial, modal alam, modal ekonomi dan modal budaya yang berfungsi sebagai masukan (input) dalam program CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuannya adalah kondisi lokal yang berdaya yang merupakan hasil dari proses CSR yang dilakukan perusahaan (Chotib; 2008). Arifin dan Lutfi (2011) dalam penelitian sebelumnya terkait penerapan CSR perusahaan pertambangan emas PT AR dalam pemberdayaan masyarakat Batangtoru, Tapanuli Selatan menemukan bahwa CSR yang dilakukan pihak perusahaan masih
B-275
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
sebatas pemberian bantuan, belum menyentuh perbaikan atau peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan. Soetomo (2006) menjelaskan pemberdayaan atau pembangunan masyarakat adalah perubahan sosial yang berencana, baik dalam bidang ekonomi, teknologi, sosial maupun politik. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parson dalam Edi Suharto; 2004). Menurut Jackie Ambadar (2008), salah satu yang menonjol dari praktik CSR di Indonesia adalah penekanan pada aspek pemberdayaan masyarakat (community develompent). Tahapan pemberdayaan masyarakat itu sendiri menurut Subejo dan Supriyanto (2004) dimulai dari proses seleksi lokasi, sosialisasi pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan masyarakat, dan pemandirian masyarakat. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell dalam Asrofi (2008), penelitian seperti ini lazim disebut penelitian gabungan dengan pendekatan desain dominan-kurang dominan. Penelitian ini juga dibantu dengan analisis Fishbone dengan gambaran lingkungan awal di lokasi penelitian belum berkembang dan kondisi di masyarakat masih perlu untuk diberdayakan. Karena itu perlu metode baru dan sistem baru sehingga model CSR bisa diimplementasikann untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Bagan alir penelitian ini dimulai dari tahapan permasalahan dengan kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan perumusan tujuan. Kemudian tahapan perencanaan dengan kegiatan penulisan proposal, penentuan objek penelitian, penentuan alat untuk menghimpun data, pembentukan kelompok sasaran, dan penentuan waktu dan biaya penelitian. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan dengan kegiatan survey lokasi dan pelaksanaan CSR PT AR, wawancara dengan masyarakat sasaran, dan analisis data. Tahapan terakhir adalah penyusunan luaran penelitian berupa naskah penelitian implementasi model CSR yang lebih memberdayakan masyarakat miskin. Lokasi penelitian ada di beberapa desa yang ada di sekitar masyarakat perusahaan pertambangan emas PT Agincourt Resources yang beralamat di Desa Pining, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah keluarga dan lembaga yang menjadi sasaran dari program CSR PT Agincourt Resources. Dalam penelitian ini diambil sebanyak 40 keluarga. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, peneliti juga memilih informan sebagai nara sumber yang dianggap dapat memberikan informasi dan data guna menunjang kesuksesan penelitian ini. Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 5 orang, yakni mewakili perusahaan, Latif, ST, Manajer Comdev PT AR, unsur pemerintahan kabupaten, dalam hal ini Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Selatan, dr. Ismail Fahmi Ritonga, M.Kes. Kemudian mewakil pemerintahan desa, dalam hal ini Kepala Desa Aek Pining, Panggong Dongoran, mewakili lembaga masyarakat, dalam hal ini Ray Hidayat, Ketua LKMM, dan mewakili masyarakat, dalam hal ini Thamrin Harahap, pemilik warung kopi. Metode pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan dengan kegiatan penyebaran angket/kuesioner, observasi, dan wawancara. Data kuantitatif akan dianalisis dengan tabel tunggal dari hasil penyebaran kuesioner. Menurut Singarimbun (2002), analisis tabel tunggal adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
B-276
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Jadi, hasil kuesioner akan dimasukkan ke dalam tabel tunggal kemudian dibaca berapa persentasenya dan selanjutnya diinterprestasikan. Analisis data kualitatif menurut J. Lofland & L. Lofland (1971), dilakukan dengan analisis data secara tipologi, yakni dengan cara menyusun informasi dan data yang diperoleh dari lapangan dan dari informan menurut tipe dan dikategorisasikan serta selanjutnya dianalisis. Penelitian ini nantinya akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau ucapan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diwawancarai dan diamati. Pendekatan ini dimaksudkan untuk dapat memperoleh gambaran mengenai realitas mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini dilakukan dari bulan April s/d minggu pertama Agustus 2016. Hasil Dan Pembahasan Kabupaten Tapanuli Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kotanya ada di kota Sipirok. Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan, dan salah satu kecamatannya adalah Kecamatan Batangtoru, lokasi beraktivitasnya pertambangan emas yang dikelola PT AR. Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batangtoru, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe kini telah memiliki sumberdaya 8,05 juta oz emas dan 77 juta oz perak dan ditargetkan mulai berproduksi pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 oz emas dan 2-3 juta oz perak berbiaya rendah.
Gambar 1: Salah satu lokasi pertambangan emas milik PT Agincourt Resources di Kecamatan Batangtoru (Sumber: G-Resources) Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar lokasi pertambangan, baik individu, keluarga (kepala keluarga), atau pun lembaga (pimpinan lembaga) yang pernah ikut dan menjadi sasaran dari program CSR PT Agincourt Resuorces. Responden yang diambil sebanyak 40 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan snawball sampling dan purposive sampling. Penelitian ini berkaitan dengan model baru CSR PT AR. Implementasi model baru inilah yang dilihat di lapangan apakah sudah dilaksanakan atau belum. Model baru CSR PT bisa dilihat seperti pada bagan di bawah ini.
B-277
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Pelaksanaan: Masyarakat, Pemerintah, dan Perwakilan Perusahaan
Wilayah Cakupan: Seluruh wilayah di Kabupaten Tapanuli Selatan (14 Kecamatan)
4 Aspek Corporate Social Responsibility (CSR)
Lokasi/Kantor: Sekretariat sendiri, dan di luar tambang
Jenis Kegiatan: Bidang pelatihan keterampian dan penguatan ekonomi keluarga
Gambar 2:
Model CSR PT Agincourt Resources
Dari bagan di atas terlihat model baru CSR PT Agincourt Resources dikelompokkan ke dalam 4 aspek, yakni aspek pengelola, lokasi/kantor, wilayah cakupan, dan jenis kegiatan. Pengelola CSR PT Agincourt Resources dalam model baru ini diharapkan terdiri dari unsur masyarakat, unsur pemerintah, dan perwakilan perusahaan. Dengan komposisi seperti ini, diyakini pengelolaan CSR PT Agincourt Resources bisa lebih efektif dan diterima masyarakat karena akan lebih mudah menyerap kebutuhan yang diiinginkan masyarakat. Terkait lokasi atau kantor pengelola CSR sebaiknya sudah memiliki sekretariat sendiri yang lokasinya berada di luar area tambang. Lokasi di luar area tambang diyakini akan lebih efektif karena akan lebih dekat dengan masyarakat dan lebih memudahkan komunikasi dan hubungan dengan pihak luar. Artinya, pihak perusahaan dan pihak lainnya harus mencari atau memfasilitasi sekretariat di luar area tambang. Aspek ketiga terkait wilayah cakupan CSR PT Agincourt Resources diarahkan meliputi seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan, yakni14 kecamatan. Perluasan wilayah ini sebenarnya lumrah dan masuk akal karena kekayaan alam Batangtoru yang kini dikelola perusahaan tambang emas juga harus dinikmati oleh masyarakat Tapsel lainnya meski wilayahnya tidak di sekitar tambang. Memang agar lebih adil, CSR PT Agincourt Resources tersebut harus lebih mengutamakan masyarakat di sekitar tambang, tapi begitu pun tidak fair juga jika masyarakat Tapsel lainnya tidak merasakan CSR tersebut. Aspek berikutnya, jenis kegiatan CSR PT Agincourt Resources harus diperkuat ke dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya bertujuan untuk menghasilkan skill atau keterampilan. Maka jenis kegiatan yang harus diperbanyak adalah kegiatan-kegiatan pelatihan, pemberian keterampian, dan penguatan ekonomi rumah tangga. Berikut ini adalah distribusi jawaban masyarakat yang dijadikan responden terkait implementasi model baru CSR tersebut yang dianalisis dengan analisis tabel tunggal.
B-278
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Tabel 1:
Pengelolaan CSR PT Agincourt Resources Sudah Melibatkan Unsur Masyarakat No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya, Sudah 30 75 2 Kadang-kadang 2 5 3 Belum 8 20 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016) Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau sebesar 75 % menyatakan pengelolaan CSR PT AR sudah melibatkan unsur masyarakat. Meski demikian masih ada 20 persen responden yang mengaku belum melibatkan unsur masyarakat. Beberapa responden menyatakan bahwa dalam setiap program, unsur masyarakat selalu terlibat, setidaknya tokoh masyarakat. Selain itu, keterlibatan masyarakat juga diartikan dalam hal kepesertaan, karena menurut mereka masyarakat yang diajak sebagai peserta program merupakan salah satu wujud dari keterlibatan tersebut. Namun, menurut sebagian responden lainnya menyatakan unsur masyarakat semakin dilibatkan, misalnya tokoh masyarakat mulai terlihat dalam beberapa program. Adanya masyarakat yang menjadi peserta program CSR bisa dianggap sebagai keterlibatan unsur masyarakat. Tabel 2:
Pengelolaan CSR PT Agincourt Resources Sudah Melibatkan Unsur Pemerintah No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya, Sudah 9 22,5 2 Kadang-kadang 23 57,5 3 Belum 8 20 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016) Tabel 2 di atas menunjukkan sebagian besar responden atau sebesar 57,5 % menyatakan keterlibatan unsur pemerintah dalam pengelolaan CSR hanya kadangkadang saja. Artinya, tidak semua program CSR PT AR melibatkan unsur pemerintah dalam hal pengelolaannya. Program CSR yang dinilai sering melibatkan unsur pemerintah misalnya kegiatan di bidang kesehatan dan pendidikan. Hal ini sejalan dengan adanya 22,5 % masyarakat yang menyatakan bahwa unsur pemerintah sudah dilibatkan dalam pengelolaan CSR PT AR. Responden dalam hal ini memberi contoh setiap program CSR bidang kesehatan selalu melibatkan unsur pemerintah, khususnya dari Dinas Kesehatan Tapanuli Selatan atau pihak Puskesmas Batangtoru. Kegiatan yang melibatkan unsur pemerintah misalnya pengobatan gratis, operasi katarak, pemberian makanan bergizi untuk anak bawah lima tahun dan ibu hamil, serta peningkatan kapasitas Puskesmas Batangtoru. Sementara itu masih ada 20 % responden yang menyatakan unsur pemerintah belum dilibatkan dalam pengelolaan program CSR. Menurut responden meski di beberapa kegiatan unsur pemerintah ada terlihat, tapi hal itu belum menjadi refresentasi keterlibatan unsur pemerintah.
B-279
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Hal ini sejalan dengan pendapat responden yang menyatakan sebagian besar atau sebesar 90 % pengelolaan program CSR tetap dilakukan pihak perusahaan, seperti yang tersaji dalam Tabel 3 berikut ini. Tabel 3:
Pengelolaan CSR PT Agincourt Resources Tetap Dilakukan Pihak Perusahaan No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya 36 90 2 Kadang-kadang 4 10 3 Tidak 0 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016) Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa tak satu pun responden yang menyatakan bahwa pengelolaan CSR tidak melibatkan pihak perusahaan. Artinya, setiap program CSR PT AR memang selalu dikelola dan dilaksanakan pihak perusahaan. Meski ada 4 % yang menyatakan program CSR hanya kadang-kadang melibatkan pihak perusahaan tapi sebagian besar atau 90 % menyatakan setiap kegiatan CSR pasti melibatkan pihak perusahaan. Tabel 4:
Pengelolaan CSR PT Agincourt Resources Dilakukan Lembaga Khusus yang Independent No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya 0 2 Kadang-kadang 2 5 3 Tidak 38 95 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016) Tabel 4 di atas menunjukkan mayoritas responden atau sebesar 95 % menyatakan pengelolaan CSR PT AR tidak dilakukan lembaga khusus yang independen. Tak satu pun responden yang menyatakan iya. Meski ada 5 % responden yang menyatakan kadang-kadang, mereka menyangka beberapa kegiatan di bidang pelatihan keterampilan dilakukan oleh lembaga khusus. Karena pada saat kegiatan, responden juga tidak melihat adanya perwakilan pihak perusahaan atau unsur pemerintah dan masyarakat. Tabel 5: Kantor/Sekretariat Pengelolaan CSR PT Agincourt Resources Berada di Luar Area Tambang No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya 0 2 Ragu-ragu 3 7,5 3 Tidak 37 92,5 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016)
B-280
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Tabel 5 di atas menunjukkan mayoritas responden atau 92,5 % menyatakan kantor atau secretariat pengelolaan CSR PT AR tidak berada di luar area tambang. Ada 7,5 % responden yang menyatakan ragu-ragu apakah kantor atau sekretariat pengelolaan CSR ada di luar area tambang. Artinya, umumnya responden berpendapat bahwa sekretariat pengelolaan CSR masih tetap terfokus di dalam area perusahaan tambang. Mereka belum memiliki kantor tersendiri yang berada di luar arera tambang. Tabel 6: Program CSR PT Agincourt Resources Sudah Mencakup Semua Wilayah di Kabupaten Tapanuli Selatan No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya 2 5 2 Ragu-ragu 11 27,5 3 Belum 27 67,5 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016) Tabel 6 di atas menunjukkan sebagian besar responden atau sebesar 67,5 % menyatakan bahwa program CSR PT AR belum mencakup semua wilayah di Kabupaten Tapanuli Selatan. Artinya, 13 kecamatannya lainnya yang ada di Tapanuli Selatan belum menjadi cakupan dari program CSR perusahaan. Hanya 5 % responden yang menyatakan sudah mencakup wilayah. Mereka beralasan beberapa program CSR seperti bantuan beasiswa di bidang pendidikan dan bantuan bencana alam juga disalurkan ke berbagai kecamatan yang ada. Tabel 7:
Program CSR PT Agincourt Resources Sudah Mencakup Bidang Pelatihan Keterampilan No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya 31 77,5 2 Ragu-ragu 7 17,5 3 Belum 2 5 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016) Tabel 7 di atas menunjukkan mayoritas responden atau sebesar77,5 % menyatakan program CSR PT AR sudah mencakup bidang pelatihan keterampilan. Bidang-bidang yang termasuk dalam hal ini menurut responden misalnya pelatihan di bidang peternakan dan perbengkelan. Tabel 8: Program CSR PT Agincourt Resources Sudah Mencakup Bidang Penguatan Ekonomi Keluarga No Jawaban Responden Frekuensi Persentase 1 Iya 29 72,5 2 Ragu-ragu 9 22,5 3 Belum 2 5 Jumlah 40 100 (Sumber: Hasil Penelitian, 2016)
B-281
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Tabel 8 di atas menunjukkan sebagai besar responden atau sebesar 72,5% menyatakan program CSR PT AR sudah mencakup bidang penguatan ekonomi keluarga. Hanya 5% responden yang menyatakan belum mencakup bidang penguatan ekonomi keluarga. Beberapa responden menyatakan penguatan ekonomi keluarga bisa dilihat dari beberapa program seperti pelatihan pembuatan kue dan pengemasanannya. Selain itu, berbagai program di bidang kesehatan juga dianggap sebagai bagian dari penguatan ekonomi keluarga. Program penguatan ekonomi keluarga ini biasanya dikhususkan kepada ibu-ibu rumah tangga. Hasil penelusuran dari berbagai sumber, baik dari laporan perusahaan, media massa, maupun wawancara dengan narasumber, implementasi program CSR PT. AR yang ada kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat bisa diklasisifikasikan ke dalam beberapa bidang, seperti berikut ini: 1. Bidang Kesehatan Program CSR di bidang kesehatan diimplementasikan ke berbagai kegiatan, seperti Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) melalui Posyandu, pelatihan bidan dan kader Posyandu, kompetisi Posyandu dan kader terbaik, bayi dan balita sehat, penanggulangan anak gizi buruk, sosialisasi pencegahan penyakit menular. Kemudian pengobatan gratis di berbagai desa, operasi katarak gratis untuk masyarakat Sumatera Utara, perbaikan Puskesmas Muara Batangtoru dan peningkatan kondisi fisik Puskesmas Batangtoru yang sekarang sudah memiliki fasilitas rawat inap. 2. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Bidang pendidikan dan pelatihan menjadi fokus dari CSR PT. AR. Kondisi pendidikan di Kecamatan Batangtoru, baik dari segi sarana, prasarana dan juga kualitasnya masih perlu untuk ditingkatkan. Program CSR yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kecamatan Batangtoru. Implementasi program CSR dalam bidang pendidikan meliputi pemberian bantuan beasiswa, pembangunan ruang kelas baru untuk beberapa sekolah, pembanguan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertambangan, pendirian Taman Bacaan Anak (TBA) dan mobil perpustakaan, pelatihan pengelasan, komputer dasar, mekanik dan elektrik, program magang bagi siswa dan mahasiswa. Berikutnya, kunjungan ke sekolah-sekolah, renovasi 22 unit sekolah, pengadaan 500 meja kursi untuk 18 sekolah. Selain itu, bidang ini juga diimplementasikan ke dalam beberapa program kegiatan seperti training (pelatihan) kewirausahaan, pelatihan pembuatan kue, pelatihan pengemasan makanan untuk 40 pelaku usaha rumah tangga, pelatihan budidaya ikan lele, dan pembentukan kelompok pemuda perikanan. 3. Bidang Infrastruktur Implementasi CSR bidang infrastruktur diwujudkan dalam beberapa program yakni perbaikan jalan desa, pembangunan fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK), pembangunan sumur, perbaikan dan pembangunan saluran air masyarakat. Kemudian pemasangan bronjong penahan banjir, pemasangan lampu penerangan jalan umum, dan perbaikan kantor camat Batangtoru dan Muara Batangtoru. Selain itu, beberapa perbaikan jembatan gantung seperti di Pulogodang dan Bandar Hapinis, perbaikan jalan desa sepanjang 5,7 km, perbaikan 7 jembatan desa, dan pembangunan 10 masjid/musalla. 4. Bidang Pengembangan Usaha Lokal Implementasi program CSR dalam bidang ini mencakup penelitian dan pengembangan usaha yang potensial, konsultasi dan advokasi usaha, pelatihan usaha
B-282
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
dan pemantauan usaha. Tujuan program ini untuk menciptakan pengusaha mandiri yang memiliki daya saing. 5. Bidang Hubungan Masyarakat Implementasi CSR PT. AR dalam bidang hubungan masyarakat bisa dilihat dari beberapa program yakni penerbitan Buletin Tona Nadenggan, kerja sama dengan organisasi profesi wartawan, kegiatan konfrensi pers dan press release terhadap wartawan, khususnya yang meliput di wilayah Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan. Selain itu, program pembuatan Radio Swara Batangtoru (RSBT), sosialisasi dan kunjungan lapangan (site visit). Dalam konteks pemberdayaan masyarakat miskin sebagai salah satu wujud dari CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, PT. AR sudah melakukan berbagai program dan kegiatan. Menurut Latif, ST, Manajer Community Relations dan Community Development (Comrel & Comdev) PT. AR, pihaknya tetap komit melaksanakan kegiatan CSR dalam rangka membantu pemberdayaan masyarakat sekitar. Ditemui di basecamp PT. AR Batangtoru, Latif mengatakan PT. AR akan terus komit dalam melakukan CSR karena memang bagian dari tanggung jawab perusahaan sebagai wujud kepedulian dalam hal pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan terhadap masyarakat sekitar. Dalam beberapa kali kesempatan, Latif Supriadi mengatakan beberapa bidang yang tetap menjadi komitmen mereka dalam rangka implementasi program CSR adalah aspek kesehatan, pertanian, pendidikan, infrastruktur, ekonomi, hingga pelatihanpelatihan. Pelaksanaan kegiatan program tersebut diiikuti dengan komitmen pendanaan dari anggaran perusahaan untuk kegiatan CSR yang meningkat setiap tahunnya. Menurut Latif, salah satu hal yang tak kalah pentingnya dalam pelaksanaan program CSR PT. AR adalah keberlanjutan atau sustainability dari masing-masing program CSR tersebut. Latif mencontohkan, Puskesmas Batangtoru yang sudah dibangun PT. AR dengan fasilitas rawat inap seperti rumah sakit akan terus dilanjutkan dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Implementasi CSR PT. AR juga tak terlepas dari dukungan masyarakat dan pemerintah setempat, karena semua pihak sama-sama sadar bahwa kehadiran perusahaan tambang memberi manfaat. Hasil pantauan (observasi) penulis, manfaat program CSR PT. AR memang sudah mulai terlihat dari sebagai multiplier effect kehadiran perusahaan. Beberapa jenis usaha baru mikro dan kecil bermunculan di Kecamatan Batangtoru, Muara Batangtoru dan sekitarnya, seperti warung, rumah makan, salon, toko sandang, pangan, toko serba ada, dan toko jual beli handphone. Kemudian berdirinya rumah-rumah kontrakan dan kost, depot air mineral isi ulang, apotik dengan ketersediaan obat yang lebih variatif dan lengkap, usaha jasa perbengkelan mobil, showroom motor dan penawaran kredit motor hingga berdirinya jasa perhotelan. Kondisi itu pun mendorong peningkatan jumlah alat dan arus transportasi seperti becak motor, angkot dan bus antarkota, munculnya SPBU hingga berdirinya tower provider jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Indosat dan XL Axiata dan lainnya. Menurut Latif Supriadi, dalam menyusun perencanaan program CSR tetap melibatkan masyarakat. Pihak perusahaan mengundang perwakilan masyarakat untuk meminta masukan. Selain itu, pihak perusahaan juga mengakomodir usulan dan permohonan masyarakat yang disampaikan melalui proposal. Beberapa narasumber yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini juga member penjelasan tentang implementasi program CSR PT AR. Ketua Lembaga
B-283
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Konsultasi Masyarakat Martabe (LKMM), Ray Hidayat Batubara mengatakan program CSR PT. AR harus terus ditingkatkan. Menurutnya, kehadiran perusahaan tambang harus memberi manfaat bagi masyarakat, terlebih-lebih dalam hal pembangunan dan perbaikan sarana infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan bidang lainnya. Ray Hidayat selanjutnya mengatakan bahwa dalam melaksanakan program CSR, perusahaan tambang seharusnya melibatkan masyarakat atau kelompok masyarakat yang ada. Panggong Dongoran, Lurah Aek Pining yang juga narasumber dalam penelitian mengatakan pemberdayaan masyarakat memang bisa dilakukan dengan berbagai cara dan dengan berbagai program kegiatan, misalnya melalui pembangunan infrastruktur dan peningkatan sumber daya manusia. Masyarakat harus diberdayakan dengan pengelolaan CSR tambang emas itu. Pemberdayaannya bisa dengan cara dan melalui lembaga kelompok masyarakat yang ada. Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Selatan, dr. Ismail Fahmi Ritonga yang menjadi narasumber dalam penelitian ini menyatakan program CSR PT. AR di bidang kesehatan sudah banyak membantu masyarakat. Pihaknya sendiri Dinas Kesehatan juga banyak terbantu dengan adanya program CSR di bidang kesehatan. Begitu pun Ismail Fahmi mengaku program CSR bidang kesehatan ini masih bisa dimaksimalkan dengan menambah berbagai kegiatan dan juga menjangkau semua lapisan masyarakat yang membutuhkan program kesehatan. Sinergi atau kerja sama antara pemerintah dan pihak perusahaan sangat perlu dalam merumuskan dan melaksanakan program-program bidang kesehatan. Thamrin Harahap, pemilik warung kopi di Pasar Batangtoru yang menjadi narasumber dalam penelitian ini mengatakan PT. AR sudah sering melakukan program CSR di bidang penguatan ekonomi keluarga. Programnya beragam dan banyak melibatkan kepala keluarga atau ibu rumah tangga. Program ini cukup bermanfaat. Hanya saja masih perlu ditingkatkan dalam rangka memberdayakan masyarakat. Ditemui di warungnya di Pasar Batangtoru, Thamrin Harahap melanjutkan program penguatan ekonomi keluarga tersebut jangan hanya sekadar pemberian pelatihan-pelatihan, tetapi juga dilanjutkan dengan pemberian modal usaha. Selanjutnya dilatih juga dalam hal pengelolaan keuangan usaha hingga pemasaran hasil usaha. Simpulan Model baru CSR untuk PT Agincourt Resources dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin di Kabupaten Tapanuli Selatan yang mencakup empat aspek belum terlaksana dengan semestinya. Implementasi model program CSR PT Agincourt Resources dalam aspek pengelola belum sepenuhnya melibatkan unsur masyarakat dan pemerintah. Dalam artian, pengelolaan CSR sebagian besar masih dilaksanakan pihak perusahaan. Tapi dalam perkembangannya keterlibatan unsur masyarakat dan pemerintah semakin meningkat. Implementasi model program CSR PT Agincourt Resources dalam aspek jenis kegiatan sudah multibidang. Artinya kegiatan CSR PT Agincourt Resources sudah harus meliputi bidang kesehatan, pendidikan, hubungan masyarakat, dan pelatihan-pelatihan keterampilan, serta penguatan ekonomi rumah tangga. Implementasi model program CSR PT Agincourt Resources dalam aspek lokasi kantor atau sekretariat masih berada di arela perusahaan tambang. Implementasi model program CSR PT Agincourt Resources dalam aspek cakupan wilayah sudah mulai meliputi keseluruhan kecamatan yang ada di Tapanuli Selatan.
B-284
Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: 2356-3176 E-ISSN: 2527-5658
Daftar Pustaka Ambadar, Jackie. (2008). CSR dalam Praktek di Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Asropi. (2014). Penelitian Gabungan, http://asropi.wordpress.com/profiled, diakses 5 Februari 2014. BPS. (2013). Tapanuli Selatan Dalam Angka 2013, www. tapanuliselatankab.bps.go.id, diakses 11 Maret 2014. Chotib. (2008). Model Pemberdayaan Lokal yang Berkelanjutan Melalui Program CSR. Jurnal Warta Demografi FE UI, Jakarta. Elkington, John. (1997). Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth. Century Bussiness, London. Ife, Jim & Tegoriero, Frank. (2008). Community Development; Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. J Lofland & Lofland. (1971). Analizing Social Settings; A Guide to Qualitatif Observation and Analysis. Belmont, CA, Wodswath. Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi, Emir Wicaksana. (2011). Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya. Saleh, Arifin dan Basit Lutfi. (2013). Corporate Social Responsibility (CSR) Pertambangan Emas Agincourt Resources dalam Pemberdayaan Masyarakat Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal Keskap, Volume 11 Nomor 1, Fisip UMSU. Setiawan, Guntur. (2004). Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Siagian, Matias dan Agus Suriadi. (2010). CSR dalam Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: FISIP USU Press. Singarimbun, Masri. (2002). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Soetomo. (2006). Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Subejo dan Supriyanto. (2004). Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM. Suharto, Edi. (2004). Pendekatan Pekerjaan Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsep, Indikator dan Strategi. Bandung: Alfabeta. Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Semarang: CV Obor Pustaka. Widjaya, Gunawan & Pratama, Yeremia Ardi. (2008). Resiko Hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa CSR. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swadaya.
B-285