CONVENIENCE STORE SEBAGAI WADAH TEMPAT KUMPUL DI JAKARTA Rico Pahlevi, 0706269395 Fakultas Teknik, Program Studi Arsitektur, Universitas Indonesia Abstrak Penulisan serta Penelitian ini membahas tentang Convenience Store sebagai Wadah Tempat Kumpul di Jakarta dalam hal ini Studi Kasusnya 7-Eleven Tebet Saharjo. Kegiatan nongkrong pada 7-Eleven Tebet Saharjo menandakan terjadinya pergeseran ruang, pada ruang komersial convenience store. Pergeseran tersebut menjadikan convenience store sebagai ruang komersial yang lebih publik. Dengan adanya kegiatan nongkrong, tingkat kepublikan pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo menjadi lebih tinggi. Kegiatan nongkrong merupakan proses pemaknaan yang dilakukan oleh pengunjung terhadap ruang komersial convenience store 7Eleven Tebet Saharjo. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dilihat adanya proses pemaknaan yang dilakukan oleh pengunjung, hal tersebut dapat dibukikan dengan menjadikan ruang komersial 7-EIeven Tebet Saharjo sebagai destinasi nongkrong bagi pengunjungnya. Peran destinasi turut memberikan dampak terhadap 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai ruang komersial yang selalu ramai oleh pengunjung yang menghabiskan waktunya pada ruang duduk yang disediakan. Penetrasi yang lebih tinggi juga merupakan salah satu efek yang terlihat karena 7-Eleven Tebet Saharjo telah menjadi sebuah destinasi bagi pengunjungnya
Abstract This research is about Convenience Store as The Trending Meetup Venue in Jakarta. The study case take place in 7-Eleven Tebet Saharjo. Hang out activity that occur in 7-Eleven Tebet Saharjo indicate the space shift in commercial space of convenience store. That shift makes convenience store to be the commercial space which more public. With the hang out activity, the public level of commercial space in 7-Eleven Tebet Saharjo become higher. Hang out activity is the meaning process which is done by customers toward the commercial space of convenience store 7-Eleven Tebet Saharjo. Based on the research result, we can see that there is a meaning process which is done by customers. It can be proved by making the commercial space in 7-Eleven Tebet Saharjo as hang out destination for customers. The destination role also give an impact to 7-Eleven Tebet Saharjo as commercial space which always crowded by customers. Higher penetration is also one of the effect, because 7-Eleven Tebet Saharjo has become a destination for its customers. Keywoord : convenience store
1.
PENDAHULUAN
mengeluarkan
banyak
waktu
dalam
proses
pemenuhan kebutuhannya. Hiruk pikuk aktivitas dan kesibukan masyarakat perkotaan, menempatkan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang dapat menghemat waktu, cepat dan efisien. Hal ini memunculkan tempat-tempat
belanja
pemenuhan
kebutuhan
Arsitektur ruang tempat belanja di desain lebih baik dan nyaman seiring perkembangan zaman sehingga masyarakat lebih senang dan nyaman berbelanja.
seperti supermarket, mini market atau restoran
Namun seiring berjalannya waktu, gaya
cepat saji sehingga masyarakat perkotaan tidak
hidup masyarakat makin meningkat yang diiringi
1 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
berkembangnya tempat-tempat hiburan seperti mall
berlokasi di tempat keramaian yang merupakan
dan cafe. Mereka lebih banyak berkumpul, dan
pusat anak muda berkumpul.
berinteraksi. Hal ini membuat pergeseran fungsi tempat-tempat belanja dari hanya sekedar tempat pemenuhan kebutuhan berubah menjadi area berkumpul dan bersosialisasi sesama masyarakat urban.
Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah pertumbuhan 7-Eleven di seluruh wilayah Jakarta, yang awalnya merupakan ruang untuk berjualan barang-barang dan makanan, berubah menjadi
Masyarkat muda perkotaan khususnya
sebuah
digunakan
oleh
ruang anak
kegiatan muda
lain
sebagai
yang tempat
Jakarta, memiliki beraneka ragam kesibukan,
nongkrong. 7-Eleven kini menjadi ajang tempat
rutinitas dan tantangan hidup yang membuat
mereka bersosialisasi, berkumpul atau sekedar
mereka memilih cara yang praktis untuk santai
melepas penat dari sibuknya kehidupan sehari-hari.
melepas lelah dari kesibukan mereka. Salah satu cara yang ditempuh oleh anak muda adalah dengan berbelanja dan nongkrong di tempat ritel modern.
Adanya
pergeseran
ruang
komersial
menjadi ruang sosial ini menyebabkan adanya perubahan tata letak ruang dalam dan ruang luar
Dengan perubahan gaya hidup seperti ini,
dari 7-Eleven itu sendiri. Hal ini memperlihatkan
tempat-tempat
mengalami
bagaimana perkembangan ruang 7-Eleven yang
perubahan dari tempat konvensional menjadi
bertambah dari ruang komersial menjadi ruang
tempat nongkrong. Dimana terdapat penambahan
sosial.
fungsi seperti pada supermarket dan minimarket
metransformasikan kegiatan mereka yang pada
berupa area duduk dan tempat makan.
awalnya hanya berbelanja saja menjadi dapat
maka
berbelanja
Berbagai kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan membuat 7-Eleven menjadi pilihan anak muda kota Jakarta. Konsumen 7Eleven, yang memiliki sistem self service, tidak
tanpa
perlu
tawar
menawar
dan
langsung
membayar.
muda
di
Jakarta
dapat
berinteraksi dengan sesama tanpa menghilangkan fungsi 7-Eleven
yang awalnya sebagai tempat
untuk berjualan. 2.
perlu menunggu untuk dilayani. Mereka dapat melayani dirinya sendiri, berbelanja dengan cepat
Anak
METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data yang dilakukan
untuk dapat menjawab pertanyaan permasalahan pada
penulisan
skripsi
ini
adalah
berupa
pengamatan langsung, penyebaran kuesioner, dan
7-Eleven didirikan pertama kali pada tahun 1927 di Oak, Texas, dan menggunakan nama 7-Eleven pada tahun 1946. Nama 7-Eleven diambil karena dahulu toko tersebut hanya buka dari jam 7
wawancara langsung terhadap pengunjung 7Eleven. Pengamatan Langsung
pagi sampai jam 11 malam. 7-Eleven menjual
Observasi berupa pengamatan langsung
berbagai makanan dan minuman yang ringan
dilakukan mayoritas pada bulan April. Pengamatan
maupun berat. Di Indonesia 7-Eleven sudah
langsung
tersebar banyak di
mengamati hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
kota Jakarta, dan biasa
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
pergeseran ruang pada ruang komersial 7-Eleven
2 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
Tebet
Saharjo.
Pengamatan
langsung
juga
destinasi.
Kuesioner
dibagikan
kepada
40
bertujuan untuk mengetahui seberapa publik ruang
pengunjung
komersial tersebut. Oleh karena itu hal yang
tersebut juga mempertimbangkan keterbatasan
diamati meliputi kelompok pengunjung yang
waktu dan kesediaan responden untuk mengisi
memenuhi ruang tersebut, kegiatan yang dilakukan,
kuesioner.
7-Eleven
Tebet
Saharjo.
Jumlah
bagian yang paling ramai oleh pengunjung, serta kualitas ruang yang dimiliki oleh 7-Eleven Tebet
Wawancara
Saharjo. Pengamatan pertama dilakukan pada akhir bulan Februari untuk melihat jam ramai untuk menentukan waktu paling efektif pada pengamatanpengamatan berikutnya. Berikutnya pengamatan dilakukan mayoritas pada akhir pekan yaitu hari
Wawancara kepada beberapa pengunjung 7-Eleven Tebet Saharjo dilakukan dengan tujuan untuk mendapat jawaban yang lebih akurat mengenai faktor yang menyebabkan mengapa
Sabtu, malam Minggu saat ramai pengunjung.
mereka
memilih
7-Eleven
sebagai
tempat
Walaupun demikian tetap dilakukan pengamatan
nongkrong. Pemahaman terhadap kualitas ruang
pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Jumat.
yang dimiliki oleh 7-Eleven Tebet Saharjo juga
Pengumpulan data saat pengamatan langsung juga
dapat diperoleh melalui hasil wawancara dengan
berupa catatan, sketsa, dan dokumentasi foto.
pengunjung mengenai apa yang membuat mereka
Rincian jadwal pengamatan langsung pada 7-
betah berkegiatan nongkrong di 7-Eleven Tebet
Eleven Tebet Saharjo;
Saharjo. Wawancara mayoritas dilakukan dalam kelompok kecil karena pengunjung yang datang
Penyebaran Kuesioner
umumnya duduk secara berkelompok. Untuk dapat menemukan hal-hal yang lebih spesifik yang tidak bisa didapat dari hasil pengamatan
langsung
dilakukan
3.
DASAR TEORI
penyebaran
kuesioner. Hal-hal yang dapat dicapai melalui
Convenience store
penyebaran kuesioner meliputi kelompok kalangan
“The emergence of convenience stores is
pengunjung yang mendatangi 7-EIeven Tebet
the most influental element that has changed the
Saharjo, kegiatan apa yang sering dilakukan saat
speed of city life” (Takehara dalam Azalia Maritza,
berada di 7-Eleven Tebet Saharjo, mayoritas berapa
2011). Munculnya convenience stores memberikan
lama waktu yang dihabiskan, jumlah pengunjung
pengaruh besar yang merubah dinamika pola hidup
yang memanfaatkan 7-EIeven Tebet Saharjo untuk
perkotaan. Perubahan
berkegiatan nongkrong, dan jumlah pengunjung
kehadirannya
yang menganggap 7-Eleven sebagai destinasi
masyarakat kota akan pola hidup yang serba cepat.
nongkrong.
Convenience store merupakan tempat dimana
mampu
yang
dimaksud
menjawab
adalah
kebutuhan
kegiatan yang terjadi berlangsung dengan cepat, Berdasarkan
hasil
kuesioner
yang
pengunjung datang dan pergi untuk membeli
dibagikan kepada pengunjung 7-Eleven Tebet
barang tanpa melibatkan komunikasi dengan orang
Saharjo, maka dapat diketahui apakah bagi
lain. Barang-barang yang disediakan adalah jenis
mayoritas pengunjung 7-Eleven merupakan sebuah
barang yang dibeli, dimakan, dan dibuang pada hari yang sama. Penyediaan jenis barang tersebut yang
3 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
membedakan
convenience store dengan
toko
udara pencahayaan lampu di dalam 7-Eleven dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung merasa
lainnya. Kehadiran convenience store memberikan
betah menghabiskan waktu mereka.
keterlibatannya pada kehidupan masyarakat kota melalui efesiensi waktu yang ditawarkannya.
Tempat Kumpul-kumpul Sebagai Fasilitas Kota
Dinamika pola hidup masyarakat kota yang
Menurut William H. Whyte (1980), dalam
semakin otomobil menuntut kebutuhan yang serba
The Social Life of Small Urban Spaces, fasilitas
cepat. Convenience store melihat kondisi tersebut
kota yang disediakan di tengah kota diantaranya
sebagai suatu cara untuk mewadahi kebutuhan
alun-alun. Alun-alun biasanya berfungsi sebagai
masyarakat kota dengan intensitas mobilisasi yang
ruang untuk para pekerja kantor muda di gedung-
kian
gedung terdekat untuk menikmati udara luar
meningkat
sehingga
waktu
menjadi
selama istirahat makan siang mereka. Alun-alun
pertimbangan utama.
biasanya digunakan sepanjang hari, dimana puncak aktivitas di dalamnya ketika jam makan siang dan
7-Eleven 7-Eleven
merupakan
pelopor
konsep
convenience store pada tahun 1927 di perusahaan es Southland Dallas, Texas. Selain menjual balok es
untuk
mendinginkan
menjelang malam hari. Menurut Whyte (1980), "A good new
juga
space builds a new constituency. It stimulates
menawarkan susu, roti dan telur. Ide bisnis baru ini
people into new habits - al fresco lunches - and
ternyata dapat membuat pelanggan puas sehingga
provides new paths to and from work, new places
meningkatkan
to pause". Maksudnya sebuah ruang yang baik akan
penjualan
makanan,
aktivitas alun-alun mulai berakhir pada sore
dan
merupakan
convenience store pertama di dunia.
menambah jumlah pengunjung baru, menjadikan
7-Eleven memimpin di dalam industri ritel. Berbasis di Dallas, Texas, perusahaan memiliki lebih dari 7.100 toko di Amerika Serikat
tempat berhenti (pitstop) bagi mereka untuk berkumpul yang menciptakan kebiasaan baru. Dalam
alun-alun,
pengunjung
yang
dan Kanada. Gerai yang beroperasi di Amerika
memiliki jumlah terbanyak antara lain pasangan
Serikat berjumlah 6.000 gerai dan diantaranya
dan orang-orang berkelompok.
3.500 adalah bisnis waralaba. Setiap toko berfokus
tempat memiliki fungsi sebagai tempat orang-orang
pada pemenuhan kebutuhan pembeli yang sibuk
bertemu,berkumpul
dengan menyediakan pilihan yang luas, produk dan
menunjukkan adanya selektivitas. Dengan kata
jasa yang berkualitas tinggi pada harga yang wajar,
lain, orang-orang lebih memilih untuk bertemu atau
bersama dengan transaksi yang cepat dan bersih,
berkumpul di tempat tersebut dibandingkan di
aman, ramah lingkungan.
tempat lain (Whyte, 1980).
Pertama dan terpenting, kedai 7-Eleven di
dan
Mempertimbangkan
Ketika sebuah
berpisah,
variabel
hal
ini
dalam
Jakarta dari pertama dirancang tidak hanya sebagai
menciptakan ruang
toko kelontong atau convenience store, tapi juga
fasilitas kota, Whyte (1980) menyimpulkan orang
diposisikan
menikmati
lebih cenderung untuk berkumpul dimana terdapat
hidangan baik di dalam ruangan ataupun diluar
tempat duduk. Kebiasaan untuk memilih tempat
selama 24 jam. Tidak heran dekorasi, suasana, suhu
duudk di ruang publik menjadi lebih penting bagi
sebagai
tempat
untuk
publik yang baik sebagai
4 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
“The third place, the people’s own remedy
seorang individu dibandingkan kenyamanan atau
for stress, loneliness, and alienation, seems easy to
estetika kursi. orang-orang
ignore” (Oldenburg 1999) menyebutkan third place
menikmati kebebasan memilih dan bertindak,
merupakan tempat orang untuk mengobati stress,
untuk menciptakan sebuah penghalang antara
kesepian dan keterasingan dan mudah untuk
dirinya dan orang lain saat makan siang atau
mengabaikan.
dengan pejalan kaki di jalan. Mereka juga dapat
Wechsberg yangmenjelaskan bahwa third place
memilih antara duduk di bawah sinar matahari atau
menawarkan tempat pelarian dan atau istirahat dari
tempat teduh. Kebebasan sosial ini lebih berarti
kejiwaan dan kejenuhan hidup. Dari kedua hal
bagi orang-orang daripada duduk di suatu tempat
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa third place
yang mungkin lebih nyaman atau terihat menarik.
adalah bukan hanya sebuah tempat yang digunakan
Bangku nyaman dan menarik yang ditempelkan ke
untuk melarikan diri atau lepas dari masalah yang
tanah dapat merapikan penampilan alun-alun,
sedang dihadapi, namun lebih ke tempat dimana
namun penempatan yang statis menjadi tidak
orang akan mendapatkan relaksasi, hiburan dan
menarik
ketenangan
Seperti
bagi
di
alun-alun,
orang-orang
yang
benar-benar
korelasi
yang
kuat
untuk
dengan
menghidarkan
Joseph
dari
suatu
kebosanan dan kejenuhan.
menggunakan ruang tersebut (Whyte, 1980). Terdapat
Begitupun
Ada
antara
beberapa
hal
yang
menjadi
kehidupan sosial yang hidup dari alun-alun dan
karakteristik dari third place, yang membuat tempat
keberadaan makanan. Pada pengamatan, terlihat
tersebut menjadi nyaman untuk ditinggali :
perubahan dramatis dalam kehidupan sosial dengan
•
Hadir dalam neutral ground
penambahan gerobak makanan. Ketika tidak ada
Hal ini berarti third place berada di lokasi
gerobak makanan, hanya sedikit orang-orang
orang dapat pergi dan datang sesukanya
menggunakan alun-alun. Setelah gerobak makanan
tanpa memiliki batasan dimana tempat
ada, jumlah orang yang menggunakan alun-alun
tersebut juga tidak berada atas pengaruh
bertambah/meningkat.
aktivitas
seseorang dan dapat merasa nyaman.
membuat jumlah gerobak makanan lebih banyak
Dengan adanya ruang publik yang netral
dan membuat berkembangnya bisnis komersial di
ini akan menyebabkan banyak orang yang
area tersebut.
akan hadir dan menyatukan kehidupan
Kesibukan
Menurut Whyte (1980), sebuah plaza yang baik dimulai di sudut jalan, di mana laju sibuk
sosial seluruh kalangan masyarakat. •
Leveler
menciptakan alur alami lalu lintas pejalan kaki.
“ a place that is a leveler is, by its nature,
Ruang duduk yang tersedia menarik orang dari luar
an inclusive place. It is accessible to the
menuju alun-alun. Konektivitas antara jalan dan
general public and does not set formal
alun-alun juga menciptakan suasana hidup antara
criteria of membership and exclusion”
pejalan kaki dan individu yang sedang duduk di
(Oldenburg 1999 : 24) yang berarti sebuah
dalamnya.
tempat
yang
menyamaratakan
dan
berdasarkan sifatnya merupakan tempat Tempat Kumpul-kumpul Sebagai Third Space
yang inklusif. Tempat ini dapat diakses oleh
masyarakat
umum
dan
tidak
5 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
•
menetapkan kriteria keanggotaan secara
Tempat Kumpul-kumpul Sebagai Space, Place,
formal dan ekslusif.
dan Placemaking Place making adalah proses mengubah
Conversation is the main activity Dalam tempat third place ini, sebagian
ruang (space) menjadi place sehingga akan menarik
besar kegiatan yang dilakukan adalah
sejumlah
berbincang
menyenangkan,
dan
bersosialisasi
dengan secara
nyaman.
Dengan
berbincang
nyaman,
orang
dapat
kesempatan
besar
manusia menarik
untuk
karena dan
bertemu
satu
bersifat
menawarkan sama
lain.
mengurangi
Placemaking adalah cara dimana semua manusia
kejenuhan serta kebosanan yang sedang
mengubah tempat mereka, menemukan diri mereka
dirasakanya.
ke tempat di mana mereka tinggal (Schneeklth, L.
“The prominence of third place varies
Dan Shibley, R.G., 1995)
“
Place making terkenal dengan karakternya
(Oldenburg 1999). Hal ini memiliki arti bahwa
yang berfokus terhadap aktivitas, manajemen,
keunggulan dan kriteria dari third place memiliki
komunitas, dan sosialibilitas. Hasil akhir dari
variasi berdasarkan atas situasi budaya dan era dari
strategi
suatu tempat. Bila berkata tentang third place bagi
pengembangan ruang publik yang berkualitas baik
orang maka banyak akan berkata sebuah mall, cafe,
dan
tempat makan dan sebagainya, sedangkan bagi
lingkungannya (Tiesdell, 1996), seperti plaza,
orang-orang yang tinggal di daerah yang berada di
taman, jalan, serta kawasan komersial pada main
luar kota besar maka bagi mereka third place dapat
street. Strategi placemaking merupakan prinsip
berupa alun-alun dan objek wisata seperti danau.
mendasar yang dibutuhkan dalam perancangan
Hal ini karena adanya perbedaan budaya dan gaya
ruang pada 7-Eleven .
with
cultural
setting
and
historical
era
placemaking bermanfaat
bagi
adalah
terciptanya
masyarakat
dan
hidup pada masyarakat tersebut. Third place ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan pusat perbelanjaan.
Melihat
4.
STUDI KASUS
dari kegiatan masyarakat urban yang memiliki kebutuhan yang sangat tinggi maka tidak heran apabila pusat perbelanjaan menjadi tempat untuk melakukan kegiatan diluar rumah dan tempat kerja. Orang yang pada awalnya memilih taman dan alunalun untuk melakukan kegiatan jual-beli dan bersosialisasi memindahkan fungsi tersebut ke pusat
perbelanjaan
dikarenakan
standarisasi
kenyamanan yang diberikan serta keamanan yang diberikan oleh tempat belanja khususnya 7-Eleven lebih baik dibandingkan dengan tempat-tempat sebelumnya.
6 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
fungsi
Gambar 3.1 Peta Kawasan Tebet Saharjo
permukiman
Saharjo sekaligus
adalah
kawasan
perkantoran
yang
mengalami perubahan fungsi lahan sehingga saat ini Tebet Saharjo lebih dikenal sebagai kawasan komersial. Letaknya yang strategis membuat kawasan tersebut diincar oleh banyak orang sebagai tempat tinggal. Lokasi strategis yang ditawarkan oleh kawasan tersebut salah satuhnya karen kawasan Tebet Saharjo berada dekat dengan kawasan Pancoran, Manggarai dan Tebet Barat Dalam.
Kawasan
Saharjo
juga
peruntukkan
Peningkatan
kegiatan
komersial
yang
terjadi memicu semakin banyak kendaraan yang melalui kawasan tersebut. Hal tersebut berdampak pada penampilan kawasan Tebet Saharjo yang sepanjang jalannya dipenuhi oleh puluhan kafe, restoran, dan rumah makan. Lokasi strategis dan daya tarik yang ditawarkan dari ruang-ruang komersial tersebut menjadikan Tebet Saharjo sebagai destinasi yang dipilih oleh berbagai kalangan kelompok individu.
dapat
Karakter Tebet Saharjo sebagai destinasi
menghubungkan kedua daerah tersebut. Selain itu,
kawasan tempat nongkrong yang banyak dituju
Tebet Saharjo juga menjadi
memberikan pengaruh terhadap ruang komersial
alternatif yang
Tebet
sehingga
komersialnya menjadi lebih dominan.
(Sumber : Google Maps, telah diolah) Tebet
peruntukkan
salah satu jalan
menghubungkan
Jl. Pancoran
yang berada pada kawasan tersebut. Salah satu
dengan kawasan Jl. Manggarai dan kawasan
ruang komersial adalah convenience store 7-EIeven
Menteng serta Matraman. Kedua Pancoran dan
yang terletak pada titik pertemuan dua jalan yaitu
Manggarai merupakan daerah perkantoran yang
Jl. Dr. Saharjo dan JI. Tebet Raya. Pengaruh
banyak dituju.
karakter
Kondisi ini membuat Tebet Saharjo ramai dilalui berbagai kendaraan, baik angkutan umum maupun
kendaraan
Saharjo
sebagai
pribadi.
akses
yang
Ramainya
Tebet
banyak
dilalui
membuat kawasan ini memiliki nilai jual yang tinggi. Oleh karena itu, pemukiman pada kawasan tersebut
merupakan
pemukiman
elit
yang
ditunjukkan dengan bangunan rumah berhalaman luas. Letaknya yang berdekatan dengan daerah perkantoran
membuat
Tebet
Saharjo
diincar
sebagai tempat untuk bermukim, termasuk oleh para pekerja asing yang tinggal di Jakarta. Bermunculannya apartemen, hotel, restoran, kafe, dan minimarket salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan para pekerja asing yang tertarik untuk tinggal di kawasan Tebet Saharjo. Pertumbuhan tersebut kemudian merubah proporsi
kawasan
keberadaan
Tebet
7-Eleven
Saharjo adalah
terhadap bagaimana
convenience store tersebut menyediakan fasilitas area
duduk
yang
banyak
dijadikan
tempat
nongkrong terutama oleh anak muda. Terlepas dari banyaknya pilihan tempat nongkrong yang tersedia di kawasan Tebet Saharjo, 7-EIeven Tebet Saharjo tetap menjadi tempat yang dipenuhi oleh kegiatan nongkrong. Penyediaan area duduk dapat menjadi sebuah gambaran bagaimana 7-Eleven Tebet Saharjo memanfaatkan potensi kawasan Tebet Saharjo sebagai tempat tujuan nongkrong. Kegiatan nongkrong
pada
convenience
store
tersebut
memberikan pengaruh terhadap derajat kepublikan yang terlihat dari aksesibilitas ruang komersial 7Eleven Tebet Saharjo dengan syarat yang tidak lagi ketat. Ruang
Komersial
7-Eleven
Tebet
Saharjo
sebagai Convenience Store
7 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
Berdasarkan jenis kategori convenience store, 7-Eleven Tebet Saharjo termasuk dalam kategori traditional convenience store. Gene Gerke (n.d.) mengatakan kategori tersebut memiliki luas
Lantai 1
area 2400 ftsqr hingga 2500 ftsqr dan umumnya menyediakan 6 hingga 12 lot parkir. 7-Eleven Tebet Saharjo termasuk dalam kategori traditional convenience
store
karena
luas
area
Lantai 2
yang
ditawarkan adalah 2400 ftsqr dan menyediakan 9
Gambar 3.3 Denah Zonasi Lt. 1 dan Lt. 2 7-Eleven
lot parkir. Ragam produk yang terdapat pada 7-
Tebet Saharjo
Eleven Tebet Saharjo merupakan jenis barang yang
(Sumber : Sketsa pribadi)
terdapat pada kategori traditional convenience store. Jenis barang tersebut meliputi; susu, roti,
Gambar 3.3 di bawah menunjukkan zonasi
makanan ringan, minuman, tembakau, permen, dan
pembagian ruang pada 7-Eleven Tebet Saharjo.
makanan siap bawa. 7-Eleven Tebet Saharjo
Lantai 1 pada 7-Eleven Tebet Saharjo adalah area
menawarkan
tersebut
terjadinya transaksi jual beli. Ruang ritel pada
termasuk jenis minuman ringan dan makanan siap
lantai 1 tersebut meliputi jajaran rak penjualan
bawa yang dapat dipilih dan diracik sendiri.
barang, area penyediaan makanan cepat saji, area
berbagai
jenis
produk
untuk kegiatan self service pada bagian tengah Meskipun
kategori
traditional
samping lantai 1. Pada lantai 1 juga terdapat bagian
convenience store dominan, terdapat pula beberapa
khusus untuk ATM. Area duduk pada lantai 1
elemen expanded convenience store pada 7-Eleven
terdapat pada bagian setengah lingkaran berupa
Tebet Saharjo. Gene Gerke (n.d.) menyatakan
meja bar dan bangku tinggi melekat pada kaca
kategori expanded convenience store memiliki
depan yang menghadap ke arah jalan, serta bangku
ruang tambahan yang signifikan dan digunakan
dan meja. Area duduk pada lantai 1 juga terdapat
sebagai tempat pelayanan makanan siap saji,
pada bagian luar sehingga mengambil sedikit lahan
beberapa meja dan bangku. 7-Eleven Tebet Saharjo
dari area parkir yang tersedia. Area duduk ruang
memiliki ruang tersebut yaitu, tempat penyediaan
luar pada lantai 1 berupa bangku dan meja
makanan cepat saji seperti hot dog, mini pizza,
berpayung, serta bangku dan meja di teras depan.
variasi paket rice bowl, beberapa jenis roti dan
Lantai 2 pada 7-Eleven Tebet Saharjo meliputi area
donat serta ruang yang digunakan sebagai area
duduk ruang dalam.
duduk meliputi seluruh lantai 2 dan pada ruang dalam lantai 1. Berdasarkan pemaparan di atas, 7-
Gambar 3.3 menunjukkan denah zonasi
Eleven Tebet Saharjo merupakan perpaduan kedua
pada lantai 1 7-Eleven Tebet Saharjo dan bagian
kategori antara traditional convenience store dan
self
expanded convenience store, Luas area yang
keseluruhan area ritel pada lantai 1 tersebut. Bagian
ditawarkan hanya sebatas pada kategori traditional
tengah diisi oleh rak-rak yang berbaris sejajar, rak
convenience store namun fungsi ruang yang
paling depan (dekat dengan pintu masuk) berisi
terdapat di dalamnya meliputi beberapa elemen
berbagai jenis makanan ringan. Di samping barisan
pada expanded convenience store.
rak terdapat meja yang menyediakan berbagai jenis
service
yang
menjadi
daya
tarik
dari
8 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
minuman hangat, dari cokelat panas, teh panas
kehadiran pelayan tersebut. Kondisi tersebut dapat
hingga kopi panas. Pada bagian ini pengunjung
menghasilkan suasana yang lebih santai dan leluasa
bebas memilih dan meracik sendiri jenis minuman
bagi pengunjung dibandingkan dengan ruang
yang akan dibeli termasuk menuangkannya ke
komersial lain seperti restoran atau kafe. Berbeda
dalam gelas yang sudah tersedia pada meja
tentunya dengan restoran tertentu yang pelayannya
tersebut. Baik tutup gelas, sedotan, hingga pilihan
datang menghampiri untuk menanyakan menu yang
gula bubuk disediakan di atas meja tersebut.
ingin
Tidak jauh dari meja minuman hangat pada bagian paling belakang terdapat area makanan dan minuman dingin. Sama seperti halnya pada minuman hangat, minuman dingin pada area belakang
juga
memberi
kebebasan
kepada
pengunjungnya untuk memilih, meracik, dan menuangkan sendiri pilihan minumannya. Slurpee yang menjadi ciri khas 7-Eleven terdapat pada area tersebut.
dipesan
begitu
pengunjungnya
duduk.
Pelayan terkadang turut memperhatikan makanan yang sedang disantap dan mengangkat piring setelah makanan sudah habis. Kondisi tersebut membuat tingkat keleluasaan pengunjung tidak begitu tinggi dan menimbulkan perasaan enggan untuk berlama-lama setelah makanan habis. Bentuk interaksi pelayanan dan ketentuan pada restoran merupakan
persyaratan
mutlak
pada
ruang
komersial tersebut. Hal serupa tidak terjadi pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo karena
Budaya self service menjadi salah satu
pengunjung bebas masuk dan berkegiatan di
daya tarik bagi pengunjung. Berdasarkan basil
dalamnya tanpa harus melibatkan komunikasi
pengamatan, area minuman hangat, minuman
dengan siapapun. Oleh karena itu, penetrasi yang
dingin, dan area racik hot dog dipenuhi oleh
terjadi pada ruang komersial tersebut lebih tinggi
pengunjung dengan kegiatan menuangkan dan
karena tingkat selektifitasnya yang lebih rendah.
meracik minumannya. Bagian area racik hot dog
Keleluasaan yang ditawarkan oleh budaya self
juga terlihat penuh oleh pengunjung yang tampak
service merupakan salah satu faktor terjadinya
leluasa meracik hot dognya. Berdasarkan hasil
penetrasi yang lebih tinggi dan menunjukkan ruang
wawancara dengan penjunjung, Dion (26 tahun)
komersial yang tidak lagi kaku.
mengakui
bahwa
yang
membuatnya
senang
nongkrong di 7-Eleven adalah karena ia dapat
Kegiatan
dengan bebas meramu dan memilih makanan atau
Pergeseran Ruang Komersial
minuman apa yang ingin disantap. Keleluasaan yang terjadi melalui kegiatan self service menjadi salah satu faktor yang menunjukkan adanya ruang komersial pada 7-Eleven dengan ketentuan yang tidak lagi kaku.
Nongkrong
Berdasarkan
Sebagai
beberapa
kali
Bentuk
hasil
pengamatan, ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo dipenuhi oleh pengunjung yang terlihat menghabiskan waktunya pada ruang duduk yang disediakan. Terutama pada malam minggu, tempat
dari
ini ramai oleh pengunjung yang berkegiatan
kegiatan self service dapat memberikan rasa
nongkrong. Kegiatan nongkrong dapat dilihat dari
nyaman untuk pengunjung karena tidak ada
adanya kegiatan berbincang hingga tertawa sembari
keterlibatan dengan pelayan sehingga tidak timbul
saling berbagi makanan ringan yang dibeli untuk
rasa gelisah ataupun perasaan terganggu oleh
dinikmati
Keleluasaan
yang
ditawarkan
bersama-sama.
Berdasarkan
hasil
9 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
kuesioner sebanyak sebanyak 31 dari 40 responden menyatakan kegiatan yang biasa mereka lakukan saat berada di 7-Eleven Tebet Saharjo adalah kegiatan
nongkrong.
Kegiatan
nongkrong
Gambar 3.4. Foto Suasana 7-Eleven Tebet
umumnya dilakukan bersama beberapa teman
Saharjo
mereka. Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 28
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
responden menyatakan mereka senang berkegiatan nongkrong di tempat tersebut bersama temanBerdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 13
teman.
responden menyatakan menghabiskan waktu 1-2 Setiap kelompok individu memiliki cara
jam saat berkegiatan di 7-Eleven Tebet Saharjo. 18
yang berbeda saat berkegiatan nongkrong di tempat
responden
tersebut. Mayoritas kegiatan nongkrong yang
waktu selama 2-3 jam saat berkegiatan di tempat
dilakukan adalah kombinasi dari kegiatan duduk,
tersebut. 3 orang responden kurang dari 1 jam dan
berbincang hingga bersenda gurau, dan saling
4-5 jam 3 orang. Dan 3 orang responden ditas 5
berbagi makanan ringan. Beberapa kelompok
jam.
pengunjung yang menghabiskan waktunya pada
dinyatakan
area duduk ruang dalam pada lantai 1 dan ruang
waktu cukup lama saat berkegiatan nongkrong
dalam lantai 2 memilih berkegiatan nongkrong
pada 7-Eleven Tebet Saharjo. Berdasarkan hasil
dengan duduk dan berbincang, serta pengunjung ad
wawancara, Deni (18 tahun) menyatakan bahwa ia
yang merokok di ruang luar lantai 1. Beberapa di
membeli makan dan minum untuk nongkrong di
antaranya terlihat sembari menghabiskan minuman
tempat tersebut. Beberapa kondisi yang telah
yang dipilihnya baik kopi panas, minuman bersoda,
dipaparkan menunjukkan adanya pergeseran ruang
hingga minuman beralkohol. Ada pula kelompok
pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo.
pengunjung yang berkegiatan nongkrong dengan
Pergeseran ruang yang terjadi adalah ketika
bermain kartu sebagai cara untuk menghabiskan
kegiatan nongkrong memberi pengaruh terhadap
waktu sembari saling berbagi makanan ringan
ruang komersial tersebut. Kegiatan transaksi terjadi
sebagai camilan. Berdasarkan pembahasan teori
karena
sebelumnya mengenai kegiatan nongkrong yang
nongkrong.
dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah pada
komersial bergeser menjadi ruang yang lebih
dasarnya untuk bertemu dan berbincang (Nugraza,
publik dengan adanya kegiatan nongkrong.
lainnya
Berdasarkan bahwa
adanya
menyatakan
pemaparan
menghabiskan
tersebut,
pengunjung
tujuan
Ruang
yang
dapat
menghabiskan
untuk
berkegiatan
seharusnya
sangat
2011). Kondisi tersebut dapat ditemukan pada Kegiatan
kegiatan nongkrong yang dominan terjadi pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo.
saling
berbagi
makanan
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan pengunjung saat nongkrong di 7-Eleven Tebet Saharjo. Berdasarkan hasil pengamatan, umumnya makanan yang dibeli berupa beberapa kantong makanan ringan yang kemudian diletakkan di bagian
tengah
meja
dan
saling
bergantian
mengambil camilan tersebut sembari ngobrol.
10 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
Kondisi tersebut ditujukan untuk mencari camilan
yang
yang
nongkrong.
dapat
menemani
dinikmati
kegiatan
bersama-sama
nongkrong
yang
untuk mereka
lakukan. Kegiatan berbagi makanan tersebut juga menunjukkan terjadinya ruang komersial yang bergeser menjadi ruang yang lebih publik. Derajat kepublikan yang lebih tinggi tersebut terjadi karena tidak semua individu dalam kelompok bertransaksi, beberapa orang di antaranya hanya duduk tanpa merasa cemas karena tidak membeli sesuatu. Dengan demikian, untuk beberapa orang tersebut kegiatan komersial tidak terjadi namun mereka tetap dapat berkegiatan di dalamnya karena terjadi ruang yang lebih publik pada ruang komersial 7Eleven Tebet Saharjo.
sifatnya
lebih
Kegiatan
publik,
nongkrong
yaitu
kegiatan
pada
dasarnya
dilakukan sendiri maupun beramai-ramai sembari duduk santai dan berbincang-bincang (Fernando, 2011). Pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo, pengunjung memiliki kebebasan untuk menarik dan menyusun posisi bangku dan meja hingga
sesuai
dengan
kebutuhan
mereka.
Berdasarkan hasil pengamatan, pengunjung yang datang dalam kelompok 5 hingga 8 orang akan cenderung menarik kursi atau meja tambahan untuk membuat suasana nongkrong yang lebih nyaman. Keleluasaan pengunjung untuk menyusun bangku dan meja secara bebas hingga ketika mereka pergi
Berdasarkan hasil pengamatan mayoritas
akan meninggalkan susunan bangku dan meja yang
kegiatan nongkrong pada 7-Eleven Tebet Saharjo
tidak rapih. Beberapa pekerja di 7-Eleven Tebet
dilakukan secara berkelompok tetapi ada pula
Saharjo terlihat beberapa kali membersihkan meja
beberapa pengunjung yang datang seorang diri.
dan mengembalikannya ke tempat semula namun
Kegiatan
hal itu dilakukan ketika pengunjung sudah cukup
nongkrong
yang
mereka
lakukan
umumnya menghabiskan waktu dengan duduk,
sepi.
merokok,
atau
beberapa pengunjung duduk dengan posisi kaki
makanan ringan yang dibeli. Adanya ruang
yang diangkat. Hal tersebut mungkin enggan
komersial yang lebih publik membuat pengunjung
dilakukan saat berada di ruang komersial lain
tidak
nongkrong
seperti restoran dan kafe. Kebebasan yang dimiliki
menghabiskan waktu seorang diri, Meskipun
oleh pengunjung hingga pengunjung tidak lagi
demikian, mayoritas pengunjung tetap memilih
merasa enggan untuk mengatur kursi dan meja
untuk melakukan kegiatan nongkrong bersama
menunjukkan adanya ruang komersial yang lebih
teman-temannya. Pernyataan tersebut didukung
publik. Kondisi yang lebih publik membuat
oleh hasil kuesioner yang menyatakan sebanyak 29
pengunjung lebih leluasa beraktifitas di dalamnya.
sembari
merasa
menikmati
enggan
minuman
untuk
dari 40 responden menyatakan tidak merasa nyaman jika menghabiskan waktu seorang diri di 7Eleven Tebet Saharjo sedangkan yang memilih netral 9 orang.. Pergeseran ruang yang terjadi membuat 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai ruang komersial yang lebih publik sehingga mampu menyediakan ruang yang secara bersamaan dapat mewadahi kegiatan komersial dan juga kegiatan
Berdasarkan
hasil
pengamatan,
terlihat
Kegiatan nongkrong yang terjadi pada ruang komersial 7-EIeven Tebet Saharjo dilakukan oleh kelompok individu dengan berbagai ragam rentang usia. Berdasarkan 40 koresponden, usia < 17 tahun sebanyak 12 orang, usia 17 -21 tahun sebanyak 10 orang, usia 21 – 25 sebanyak 11 orang, usia 25 – 30 sebanyak 5 orang dan usia 30 < tahun sebanyak 2 orang. Sehingga dapat dilihat
11 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
ruang komersial yang dapat mewadahi kegiatan
sedangkan 24 orang sisanya sudah memiliki
nongkrong dari
penghasilan.
berbagai
rentang
usia
yang
berbeda. Semakin malam, ruang duduk lantai 2 tersebut semakin ramai oleh pengunjung. Meskipun terjadi pertemuan berbagai rentang usia tetapi setiap rentang usia memiliki jam ramai tertentu.
Pergeseran ruang pada 7-Eleven Tebet Saharjo adalah adanya ruang komersial yang bergeser menjadi ruang yang lebih publik. Derajat kepublikan yang lebih tinggi ditunjukkan dengan
Semakin malam ruang duduk tersebut
adanya
kegiatan
nongkrong
yang
dominan.
akan dipenuhi oleh pengunjung dengan kategori
Kegiatan nongkrong yang dilakukan dalam rentang
usia yang lebih tinggi. Pada siang hingga sore hari
waktu yang cukup lama membuat pengunjung
mayoritas
memiliki keleluasaan berkegiatan pada ruang
dipenuhi
oleh
pengunjung
dengan
kategori usia < 17 tahun hingga 21 tahun.
komersial
tersebut
sehingga
tidak
Berdasarkan hasil pengamatan, pada siang hari
mengutamakan
pukul 14.00 ruang duduk dipenuhi
oleh pelajar
Keheterogenan yang terjadi pada ruang duduk 7-
SMA dan SMK serta pelajar SMP yang masih
Eleven Tebet Saharjo juga menunjukkan adanya
mengenakan seragam sekolah. Tidak seperti ruang
derajat kepublikan yang lebih tinggi karena ruang
komersial lain seperti mall, pelajar yang masih
komersial tersebut tidak hanya tertuju untuk
mengenakan seragam dapat masuk dan nongkrong
golongan tertentu. Meskipun terdapat berbagai
pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo.
kelompok
tujuan
individu
lagi
komersialnya.
yang
berbeda
namun
sebenarnya interaksi antar kelompok individu yang saling tidak mengenai tidak terjadi. Orang yang datang
dalam
kelompok
tetap
berada
dan
berkegiatan di dalam kelompoknya saja sehingga tiap kelompok individu tidak berbaur dengan kelompok individu lainnya yang berada di dalam ruang tersebut. Kualitas Gambar 3.5 Foto Suasana Area Duduk Luar Lt. 1
Ruang
Nongkrong
7-Eleven Tebet Saharjo
Saharjo
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Kualitas komersial
Tidak
hanya
berbagai
rentang
usia
berbeda yang terdapat pada ruang komersial tersebut tetapi juga tertuju bagi kalangan kelas ekonomi
yang
berbeda.
Berdasarkan
hasil
kuesioner yang disebar kepada 40 responden, sebanyak 16 orang masih menggunakan uang saku
Pendukung pada
ruang
pada
Kegiatan
7-EIeven
yang
7-Eleven
dimiliki Tebet
Tebet
ruang Saharjo
berpengaruh terhadap kegiatan nongkrong yang terjadi di dalamnya. Kualitas ruang tersebut juga memberikan pengaruh terhadap seberapa publik ruang
komersial
pengunjung
yang
dalamnya.
Kualitas
tersebut
mengakomodir
berkegiatan ruang
nongkrong
yang
di
mendukung
kegiatan nongkrong yang dominan terjadi membuat
12 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
derajat kepublikan pada ruang komersial tersebut
adalah adanya perasaan terlindungi bersembunyi di
lebih tinggi.
dalam bayangan pohon namun tetap dapat melihat
Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok pengunjung yang terdiri dari 5 orang wanita (21 tahun), mereka menyatakan salah satu alasan mereka senang nongkrong di 7-Eleven Tebet Saharjo adalah karena suasananya yang santai dan
pemandangan. Sama seperti halnya berada di bawah naungan meja berpayung, pengunjung dapat duduk dan merasa terlindungi dari terik matahari namun tetap dapat melihat pemandangan di sekitarnya. Gehl (1987) menyatakan mayoritas zona
lebih terbuka serta mendapatkan kenyamanan. Suasana yang santai dan lebih terbuka memberikan
yang
kesan yang berbeda dengan kafe yang cenderung
sepanjang fasad di dalam sebuah ruang atau pada
lebih privat sehingga tidak enak jika berlama-lama
area transisi. Area duduk pada ruang luar berada
setelah selesai makan. Atmosfir santai membuat
pada bagian area parkir. Area parkir dapat
mereka nyaman untuk berkegiatan nongkrong.
dikatakan
Suasana yang lebih terbuka didapatkan dari adanya
menghubungkan antara ruang jalan sebagai ruang
area duduk pada ruang luar yang terasa lebih segar
publik dan 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai ruang
karena dapat menikmati angin yang berhembus
komersial. Berdiam yang dimaksud dapat tertuju
serta didukung oleh tempat parkir dan motor yang
pada kegiatan nongkrong, karena dengan duduk
luas.
dalam rentang waktu yang lama sama halnya Berdasarkan pemaparan di atas, salah satu
kualitas ruang pada 7-Eleven Tebet Saharjo adalah ruang komersial yang mampu menghadirkan atmosfir santai dan rileks dan tempat parkir luas. Hal tersebut dapat dicapai terutama pada area duduk di ruang luar berupa bangku dan meja
diminati
untuk
sebagai
berdiam
area
adalah
transisi
pada
yang
seperti berdiam tinggal pada suatu tempat. Kualitas ruang yang diperoleh adalah adanya kesempatan untuk melihat dua ruang pada satu waktu yaitu bagian dalam dari ruang komersial 7-Eleven dan pemandangan kegiatan yang terjadi pada ruang publik jalan.
berpayung serta angin berhembus yang dapat
Pemaparan kondisi di atas juga berlaku
dirasakan. Ruang yang terasa lebih terbuka
pada area duduk di ruang dalam lantai 1 7-Eleven
menghilangkan kesan privat pada ruang komersial.
Tebet Saharjo. Area duduk menyerupai meja dan
Kondisi tersebut menciptakan suasana yang lebih
bangku bar yang melekat pada bagian dalam fasad
santai sehingga pengunjung merasa lebih nyaman.
kaca serta menghadap ke arah luar. Kegiatan
Rasa nyaman yang ditimbulkan menghasilkan
nongkrong yang dilakukan pada sepanjang fasad
kegiatan
disadari
pada ruang dalam member kesempatan pada
berlangsung dalam rentang waktu yang tidak
pengunjung untuk dapat menikmati pemandangan
sebentar.
yang terjadi di ruang jalan. Kegiatan orang,
nongkrong
yang
tidak
Kualitas ruang lain pada area duduk ruang luar
yang
keberadaan
dihadirkan meja
melalui
berpayung.
naungan Seperti
dari yang
dinyatakan oleh Gehl (1987) keuntungan yang didapat dari berada di bawah naungan pepohonan
kendaraan bermotor yang berlalu lalang di ruang jalan menjadi sebuah tontonan menarik bagi pengunjung 7-Eleven Tebet Saharjo yang memilih duduk pada area tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kelompok
13 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
pengunjung lain yang terdiri 4 orang pria (18 tahun), mereka mengatakan area duduk pada bagian fasad ruang dalam lantai 1 menjadi favorit karena adanya pemandangan yang dapat dilihat. Pemandangan yang dimaksud adalah kegiatan yang terjadi di luar serta melihat pemandangan orang berlalu lalang. Oleh karena itu, dapat dinyatakan
Gambar 3.8. 7-Eleven Tebet Saharjo pada
pemandangan menjadi sebuah kualitas penting
siang hari
yang dibutuhkan saat pengunjung berkegiatan
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
nongkrong pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo. Bagian fasad yang berupa kaca transparan,
Kualitas ruang lainnya yang terdapat pada
tidak hanya memberi kesempatan pengunjung
7-Eleven Tebet Saharjo adalah cahaya putih terang
untuk melihat tetapi juga untuk dilihat. Kualitas
yang
ruang yang diberikan oleh transparansi kaca pada
dihasilkan mendukung kegiatan nangkrong yang
bagian fasad adalah memberikan kesan ruang yang
terjadi di dalamnya. Kegiatan berbincang dan
terbuka. Kesan terbuka yang ditawarkan oleh
bercengkrama saat nongkrong bersama teman-
transparansi kaca seolah menyatakan tidak ada
teman tentunya akan lebih intim apabila tiap
pembatas yang memisahkan antara ruang luar dan ruang dalam. Meskipun demikian, kaca transparan tetap menjadi batas yang memisahkan secara fisik antara ruang komersial dengan ruang jalan sebagai ruang publik. Kualitas ruang yang diperoleh dari transparansi kaca tersebut memberikan dampak ruang komersial dengan derajat kepublikan yang
sangat
menyala.
Cahaya
terang
yang
individu dapat melihat dengan jelas tatap muka lawan berbicaranya. Ruang dengan cahaya yang terang membuat pengunjung berkegiatan lebih lama karena malam yang tidak terasa larut. Berdasarkan hasil wawancara, Indah (20 tahun) menyatakan karena terang tanpa terasa sudah
lebih tinggi karena kegiatan yang terjadi di dalam
berjam-jam ada pada 7-Eleven Tebet Saharjo.
ruang komersial dapat terlihat dengan jelas dari
Ruang yang lebih terang juga mendukung persepsi
luar. Melalui fasad yang transparan pengunjung
orang akan ruang yang lebih luas. Gambar 3.9
lebih
dengan
menunjukkan kualitas ruang cahaya yang terang
lingkungan luar sehingga tidak terasa terpisah.
yang membuat pengunjung merasa nyaman dan
memiliki
Perasaan
keterikatan
keterikatan
pada
publik publik
tersebut
merupakan sebuah kualitas ruang yang didapat dari adanya fasad yang transparan.
14 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
komersial 7-Eleven sebagai tempat yang biasa
betah lama.
ditinggali dapat mendukung kenyamanan pada saat mereka berkegiatan di dalamnya. Berdasarkan Gambar 3.9. 7-Eleven Tebet Saharjo pada malam
pembahasan sebelumnya, pengunjung memiliki
hari
kebebasan untuk mengatur bangku dan meja pada ruang
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
komersial
7-Eleven.
Kondisi
tersebut
menandakan adanya proses pemaknaan menjadi tempat. Kegiatan nongkrong pada ruang komersial Berdasarkan hasil pengamatan, meskipun area duduk pada ruang dalam lantai 2 lebih kecil dibandingkan area duduk ruang lantai 1 namun area tersebut selalu lebih penuh pada saat malam hari. Pengunjung yang kehabisan tempat akan berdiri
7-Eleven Tebet Saharjo menjadikan tempat tersebut memiliki arti bagi pengunjungnya. Berdasarkan hasil wawancara, seorang responden menyatakan bahwa baginya 7-Eleven Tebet Saharjo sudah seperti rumah kedua. Baginya
sejenak pada ruang tersebut baru setelah itu
ada perasaan selalu ingin kembali ke 7-Eleven
memilih area duduk yang lain. Ruang tersebut
Tebet Saharjo. Berdasarkan hasil wawancara, Vina
memiliki jangkauan pandang yang lebih luas
(23 tahun) menyatakan setiap ingin pergi pasti
karena terletak pada lantai 2. Level yang lebih
akhirnya berujung nongkrong di 7-Eleven Tebet
tinggi membuat batasan horizon dan vertikal mata
Saharjo. Berdasarkan hasil pengamatan, seorang
lebih luas sehingga jangkauan pemandangan yang
pengunjung terlihat menghabiskan waktu pada
didapat lebih banyak.
ruang komersial tersebut dari pukul 14.00 hingga pukul 21.00 sembari mengerjakan tugas sekolah
Kualitas ruang yang dimiliki oleh ruang komersial
dan kuliah. Proses terjadinya placemaking juga
7-Eleven Tebet Saharjo mendukung kegiatan
ditandai dengan alur tahap kegiatan saat nongkrong
nongkrong yang terjadi di dalamnya. Hal tersebut
pada area duduk yang disediakan. Pengunjung
membuat
umumnya tidak hanya sekedar beli dan duduk
pengunjung
senang
berkegiatan
namun mereka tampak beberapa kali lalu-lalang
nongkrong pada 7-Eleven Tebet Saharjo.
meninggalkan area duduk untuk membeli dan Placemaking pada Ruang Komersial 7-Eleven
kemudian, kembali duduk dan kemudian kembali
Tebet Saharjo
membeli lagi.
Kegiatan nongkrong yang dilakukan pada 7-Eleven Tebet Saharjo merupakan sebuah proses pemaknaan terhadap ruang komersial tersebut. Pengunjung
adalah
kelompok
individu
yang
memiliki keterlibatan dalam penggunaan ruang komersial
tersebut
melalui
kegiatan
yang
dilakukan. Kegiatan nongkrong menjadi sebuah proses bagaimana pengunjung memaknai ruang komersial tersebut sebagai tempat yang biasa mereka
tinggali.
Proses
menjadikan
ruang
15 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
Gambar 3.10. Kepadatan Ruang pada Area Duduk
dalamnya ingin dipertunjukkan. Hal tersebut dapat
Lt. 2 7-Eleven Tebet Saharjo
menjadi daya tarik bagi orang-orang yang melintasi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
7-EIeven Tebet Saharjo. Penyediaan fasilitas area ruang duduk dapat dilihat sebagai strategi yang
Area duduk pada ruang luar di lantai 1
dilakukan pihak 7-Eleven Tebet Saharjo untuk
merupakan bagian yang banyak dipenuhi oleh
menjadikan convenience store tersebut ramai oleh
pengunjung pria. Berdasarkan hasil pengamatan,
pengunjung. Adanya fasilitas tersebut memberi
pengunjung pria lebih banyak memilih untuk
kesempatan pengunjung untuk berkegiatan di
nongkrong dengan duduk merokok. Kegiatan
dalamnya. Kegiatan nongkrong yang dilakukan
tersebut juga merupakan sebuah proses pemaknaan
adalah proses pemaknaan yang dilakukan oleh
yang dilakukan oleh mayoritas pengunjung pria
pengunjung sehingga ruang komersial tersebut
yang berkegiatan nongkrong pada ruang komersial
memiliki arti bagi mereka. Proses pemaknaan yang
7-Eleven
terjadi membuat 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai
Tebet
Saharjo.
Pengunjung
wanita
umumnya datang secara berkelompok dan duduk
destinasi nongkrong yang banyak dituju.
secara melingkar untuk memudahkan kegiatan berbincang-bincang pada area duduk tersebut. Oleh
Ruang Komersial 7-EIeven Sebagai Destinasi
karena itu, pengunjung wanita lebih banyak terlihat pada ruang duduk bagian dalam.
Pergeseran ruang yang terjadi pada 7Eleven Tebet Saharjo tidak hanya menjadi ruang
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas,
komersial yang lebih publik namun adanya proses
dapat dikatakan placemaking yang dilakukan oleh
pemaknaan
pengunjung adalah melalui kegiatan nongkrong.
mayoritas pengunjung 7-Eleven Tebet Saharjo
Melalui kegiatan tersebut pengunjung melakukan
adalah
proses pemaknaan terhadap ruang komersial 7-
nongkrong. Berdasarkan basil kuesioner yang
Eleven Tebet Saharjo salah satunya dengan
disebarkan kepada 40 responden, sebanyak 31
mengambil andil terhadap kegiatan yang terjadi di
responden menyatakan bahwa 7-Eleven Tebet
dalam ruang tersebut. Sebagai contoh, yaitu pada
Saharjo merupakan tempat tujuan nongkrong.
saat
Destinasi
pengunjung
dengan
bebas
melakukan
yang
sebuah
dilakukan
destinasi,
muncul
karena
yang
dominan
sehingga
terutama
adanya
bagi
destinasi
kegiatan
perubahan susunan bangku dan meja menjadikan
nongkrong
dilakukan
oleh
ruang duduk tersebut sebagai tempat yang dapat
pengunjung sehingga bagi mereka ruang komersial
membuat mereka merasa nyaman.
7-Eleven memiliki arti lebih.
Berdasarkan penyediaan fasilitas area
Berdasarkan hasil wawancara, Dinda (25
ruang duduk, dapat dilihat sebagai strategi yang
tahun) menyatakan bahwa 7-Eleven tidak selalu
dilakukan oleh pihak 7-Eleven Tebet Saharjo untuk
menjadi destinasi nongkrong baginya namun la
menjadikan ruang tersebut sebagai tempat yang
mengatakan jika ingin bertemu dengan temannya
menarik pengunjung. Fasad transparan dan area
7-Eleven Tebet Saharjo selalu menjadi pilihan
duduk bagian dekat fasad yang dibuat seperti meja
sebagai
bar menghadap ke arah jalan dapat dilihat sebagai
Berdasarkan
strategi bagaimana kegiatan yang terjadi di
sebelumnya, salah seorang responden menyatakan
tempat
bertemu
pembahasan
dengan pada
temannya. sub
bab
16 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
ada perasaan selalu ingin kembali ke 7-Eleven
destinasi bagi pengunjungnya. Meskipun derajat
Tebet Saharjo. Alasan yang memotivasinya adalah
kepublikkan yang terjadi menjadi lebih tinggi
karena 7-Eleven Tebet Saharjo merupakan tempat
akibat
yang dituju apabila ingin nongkrong bersama
pergeseran ruang yang terjadi tidak sepenuhnya
beberapa temannya. Perasaan selalu ingin kembali
menjadikan 7-Eleven Tebet Saharjo dengan tingkat
menunjukkan bahwa 7-Eleven Tebet Saharjo sudah
kepublikkan tinggi. Pernyataan tersebut dapat
menjadi destinasi nongkrong yang tidak terelakkan.
didukung oleh tidak adanya perbauran interaksi
Peran destinasi turut memberikan dampak terhadap 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai ruang komersial yang selalu ramai oleh pengunjung yang menghabiskan waktunya pada ruang duduk yang disediakan. Penetrasi yang lebih tinggi juga merupakan salah satu efek yang terlihat karena 7Eleven Tebet Saharjo telah menjadi sebuah
5.
Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah, berkembangnya kawasan kumuh yang rentan dengan bencana banjir/longsor serta semakin hilangnya fasilitas umum dan fasilitas sosial berupa ruang publik yang terbuka.
diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak kurun
individu
nongkrong
yang
tidak
namun
saling
mengenal. Meskipun demikian, ruang komersial 7Eleven Tebet Saharjo yang dipenuhi oleh berbagai kalangan usia dan profesi menunjukkan bahwa 7Eleven Tebet Saharjo tidak hanya tertuju bagi golongan tertentu. 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai destinasi yang dituju oleh berbagai kalangan.
dan cafe, sehingga muncullah convenience store ini. Perkembangan convenience store pada masa sekarang ini di Jakarta telah mengubah makna ruang berbelanja yang sebelumnya merupakan sebuah ruang komersial yang digunakan untuk tempat berbelanja yang sebelumnya merupakan sebuah ruang komersial yang digunakan untuk tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari menjadi ruang yang lebih kompleks yaitu ruang untuk berinteraksi dan hiburan bagi masyarakat urban
Ruang publik merupakan ruang yang bisa
dalam
kelompok
kegiatan
berkembangnya tempat-tempat hiburan seperti mall
KESIMPULAN
langsung
antar
adanya
waktu
tidak
tertentu. Ruang publik itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau seperti taman kota, hutan dan sebagainya.
yang menggunakannya. Setiap tahun pasti ada aja pembangunan convenience store baru di Jakarta. Dengan adanya penambahan ini maka tentunya ketersediaan ruang terbuka hijau juga jadi terbatas. Keterbatasan inilah yang membuat para developer berlomba-lomba membuat inovasi dengan membuat ruang terbuka
Tapi seiring berkembangnya kota jakarta maka keterbatasan pada ruang publik ini sangatlah terbatas dan sudah mulai berkurang. Dan juga gaya hidup masyarakat semakin meningkat yang diiringi
hijau di belantara convenience store. Kegiatan nongkrong pada 7-Eleven Tebet Saharjo menandakan terjadinya pergeseran ruang pada ruang komersial convenience store. Pergeseran
17 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
tersebut menjadikan convenience store sebagai ruang komersial yang lebih publik. Dengan adanya kegiatan nongkrong, derajat kepublikan pada ruang komersial 7-Eleven Tebet Saharjo menjadi lebih tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kemudahan dalam segi aksesibilitas. Kegiatan nongkrong merupakan proses pemaknaan yang dilakukan oleh pengunjung terhadap ruang komersial convenience store 7Eleven Tebet Saharjo. Kegiatan nongkrong pada ruang komersial yang dilakukan selama beberapa jam memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk memberikan makna pada ruang komersial tersebut. Placemaking pada ruang komersial 7Eleven Tebet Saharjo dilakukan oleh pengunjung melalui kegiatan nongkrong yang dominan terjadi di dalam ruang tersebut. Dengan terciptanya placemaking
pada
ruang
komersial
melalui
kegiatan nongkrong menjadikan 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai destinasi bagi pengunjungnya. Destinasi tersebut kemudian membuat 7-Eleven sebagai destinasi nongkrong yang banyak dituju
Berdasarkan adanya proses pemaknaan yang dilakukan oleh pengunjung, hal tersebut Saharjo
ruang
sebagai
komersial destinasi
Bloch, Peter, Nancy Ridgway and Scott Dawson. (1994). The Shopping Mall as Consumer Habitat. Journal of Retaling Din, Rasshied. (2000). New Retail. London: Conran Octopus Limited Gehl, Jan. (1987). Life Between Buildings: Using Public Space. New York: Van Nostrand Reinhold Habermas, Jurgen. (1991). The Structural Transformation of The Public Sphere : An Inquiry into a Category of Bourgeois Society Kotler, Philip etc. (1996). Principles of Marketing. Financial Time Kotler, Philip, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas. Erlangga Lamb, Hair, McDaniel. (2001). Pemasaran Buku I. Yogyakarta: Salemba Empat Lewison, Dale. (1994). Retailing. Canada: Prentice Hall Maslow, Abraham. (1987). Motivation and Personality. Hongkong: Longman Asia Ltd
oleh berbagai kalangan individu.
menjadikan
Assael, Henry. (1984). Consumer Behavior and Marketing Action
7-EIeven
Tebet
nongkrong
bagi
pengunjungnya. Peran destinasi turut memberikan
Mowen, John C. And Michael Minor. (2002). Perilaku Konsumen. alih bahasa Lina Salim. Jakarta. Erlangga Piotrowski, Christine. (1999). Designing Commercial Interior. USA: Wiley
dampak terhadap 7-Eleven Tebet Saharjo sebagai ruang komersial yang selalu ramai oleh pengunjung yang menghabiskan waktunya pada ruang duduk yang disediakan. Penetrasi yang lebih tinggi juga merupakan salah satu efek yang terlihat karena 7Eleven Tebet Saharjo telah menjadi sebuah destinasi bagi pengunjungnya.
Oldenburg, Ray. (1999). The Great Good Place: Cafes, Coffee Shops, Bookstores, Bars, Hair Salons, and Other Hangouts at the Heart of a Community. USA: Marlowe & Company Tiesdell, Steven, Tim Heath, and Taner Oc. (1996). Revitalising Historic Urban Quarters Tuan, Yi-‐Fu. (1997). Space and Place: The Perspective of Experience. USA: University of Minnesota Press.
DAFTAR PUSTAKA
18 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.
Whyte, William H. (1980). The Social Life of Small Urban Spaces
19 Convenience store..., Rico Pahlevi, FT UI, 2013.