Contents RSNI-1 ISO :2014. Daftar isi

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

Daftar isi Kata Pengantar Pendahuluan 1. Ruang lingkup 2. Acuan normatif 3. Istilah dan definisi 4. Pengambilan conto uji 5. Persiapan 6. Metoda uji gel strength (kemampuan

daya agar) statik menggunakan peralatan jenis putar 7. Metoda uji gel strength statik (kemampuan daya agar) menggunakan peralatan jenis ultrasonik .......................................... 8. Metoda uji gel strength (kemampuan

daya agar) statik menggunakan peralatan jenis putar berselang.......................... Lampiran A (informatif) kritikal gel strength (kemampuan daya agar) statik — Tambahan informasi..................................8 Daftar Pustaka.....................................................9

Contents Foreword........................................................... iv Introduction ........................................................v 1 Scope ..............................................................1 2 Normative references ......................................1 3 Terms and definitions ......................................1 4 Sampling...........................................................2 5 Preparation ......................................................2 6 Test method using rotating-type static gel strength apparatus ..........................................3 7 Test method using ultrasonic-type static gel strength apparatus ..........................................4 8 Test method using intermittent rotation-type static gel strength apparatus ...........................6 Annex A (informative) Critical static gel strength — Additional information..................................8 Bibliography.........................................................9

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

Industri minyak dan gas bumi Semen dan bahan untuk penyemenan sumur –

Petroleum and natural gas industries — Cements and materials for well cementing —

Bagian 6: Metoda untuk menentukan formulasi gel strength (kemampuan daya agar) statik semen

Part 6: Methods for determining the static gel strength of cement formulations

1 Ruang lingkup

1 Scope

Bagian dari SNI ISO 10426 ini menetapkan persyaratan dan menyediakan metoda uji untuk penentuan kekuatan gel statis (SGS) dari bubur semen dan bahan terkait dalam kondisi baik simulasi.

This part of ISO 10426 specifies requirements and provides test methods for the determination of static gel strength (SGS) of cement slurries and related materials under simulated well conditions.

2

2 Normative references

Acuan normatif

Dokumen acuan berikut ini sangat diperlukan untuk diterapkan. Untuk acuan bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal, edisi terbaru dari standar direferensikan (termasuk amandemennya) berlaku.

The following referenced documents are indispensable for the application of this document. For dated references, only the edition cited applies. For undated references, the latest edition of the referenced standard (including any amendments) applies.

ISO SNI 10426-2:xxxx, minyak dan gas bumi - Semen dan bahan semen untuk penyemenan sumur - Bagian 2: Pengujian semen pemboran

ISO 10426-2:2003, Petroleum and natural gas industries — Cements and materials for well cementing —Part 2: Testing of well cements

3 Istilah dan definisi

3 Terms and definitions

Maksud dan tujuan istilah dan definisi dari SNI ISO 10426, adalah sebagai berikut.

For the purposes of this part of ISO 10426, the following terms and definitions apply.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

3.1 tekanan dasar sumur – BHP tekanan hidrostatik di dasar sumur dihitung dari kedalaman tegak/vertikal dan densitas fluida dalam sumur bor 3.2 Suhu sirkulasi dasar sumur BHCT suhu maksimum yang dihadapi dalam sumur bor selama semen penempatan bubur

3.1 bottom-hole pressure – BHP hydrostatic pressure at the bottom of the well calculated from the true vertical depth and the fluid densities in the wellbore 3.2 bottom-hole circulating temperatureBHCT maximum temperature encountered in a wellbore during cement slurry placement

3.3 periode gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis -CSGSP selang waktu yang diperlukan untuk semen berubah dari gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis menjadi gel strength (kemampuan daya agar) statik 250 Pa (500 lbf/100 ft2)

3.3 critical static gel-strength period CSGSP time interval required for the cement to progress from the critical static gel strength value to a static gel strength of 250 Pa (500 lbf/100 ft2)

3.4 kritikal gel strength (kemampuan daya agar) statik -CSGS gel strength (kemampuan daya agar) statik spesifik semen pada saat keseimbangan tekanan hidrostatik tercapai antara perubahan tekanan hidrostatik kolom semen dengan fluida lainnya di anulus dan tekanan pori dari formasi.

3.4 critical static gel strength – CSGS

Lihat Lampiran A CATATAN

See Annex A NOTE The critical static gel strength is measured in pascals or newtons per square metre (pounds force per 100 square feet).

Gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis diukur dengan satuan paskal atau newton per meter persegi (pon gaya per 100 kaki persegi).

specific static gel strength of a cement in which hydrostatic-pressure equilibrium is reached between the decayed hydrostatic pressure transmission of the cement column (and other fluids in the annulus) and the pore pressure of the formation.

3.5 Gel strength (kemampuan daya agar) statik - SGS pengukuran kekuatan geser (stress) berasal dari tekanan yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida gel melalui panjang dan geometri pipa atau anulus yang diketahui

3.5 static gel strength- SGS shear strength (stress) measurement derived from the pressure required to move a gelled fluid through a pipe or annulus of known length and geometry

CATATAN

NOTE The static gel strength is measured in pascals or newtons per square metre (pounds

Gel strength (kemampuan daya agar)

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

statik diukur dengan satuan paskal atau

force per 100 square feet).

newton per meter persegi (pon gaya per 100 kaki persegi).

4 Pengambilan Conto

4 Sampling

4.1 Umum

4.1 General

Conto-uji semen kering atau semen campuran, bahan tambahan padatan dan cairan dan air pencampur yang dibutuhkan untuk menguji bubur semen harus disesuaikan dengan air yang ada di lokasi sumur.

Samples of the dry cement or cement blend, solid and liquid additives and mixing water are required to test a slurry in accordance with this technology should be employed to ensure the laboratory possible those found at the well site.

4.2 Metoda

4.2 Method

Teknik pengambilan conto uji yang berlaku untuk semen kering atau semen campuran, bahan tambahan padatan dan cairan serta air pencampuran yang digunakan dalam operasi penyemenan dapat dilihat dalam SNI ISO 104262:xxxx, Klausa 4. Jika diperlukan, suhu air campuran, semen atau semen campuran, dan bahan tambahan cairan dapat diukur dengan termokopel atau termometer yang mampu mengukur suhu dengan akurasi ±2°C (±3°F). Suhu ini harus dicatat. Alat ukur suhu harus dikalibrasi (dalam selubung termokopel) sekurang-kurangnya setiap tiga bulan sekali atau diperiksa sebulan sekali (dalam selubung termometer).

Applicable sampling techniques for the dry cement or cement blend, solid and liquid additives and mixing water used in typical cementing operations can be found in ISO 10426-2:2003, Clause 4. If required, the temperature of the mix water, cement or cement blends, and liquid additives may be measured with a thermocouple or thermometer capable of measuring temperature with an accuracy of ±2°C (±3°F).. These temperatures should be recorded. Temperature-measuring devices shall be calibrated (in the case of a thermocouple) no less frequently than every three months or checked (in the case of a thermometer) annually.

CATATAN Penjabaran alat yang biasa digunakan dalam pengambilan conto uji dapat dilihat dalam SNI ISO 10426-2:xxxx, Gambar 1.

NOTE Descriptions of commonly used sampling devices can be found in ISO 104262:2003, Figure 1.

5 Persiapan

5 Preparation

Siapkan conto uji sesuai dengan SNI ISO 10426-2:xxxx, Klausa 5. Suhu ruang tempat pengujian dari conto uji semen dan campuran air harus berada dalam suhu ± 2°C (±3°F) dari masing - masing di lokasi sumur yang terwakili. Jika kondisi

Prepare the test samples in accordance with ISO 10426-2:2003, Clause 5. The laboratory temperature of the cement sample and mix water should be within ± 2 °C (± 3 °F) of the respective temperature anticipated at the well site. If field

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

lapangan tidak diketahui, suhu air dan semen kering sebelum digunakan dikondisikan pada harus 23°C±2°C (73 °F ± 3°F) segera sebelum dicampur. Jika volume bubur semen lebih besar dari diperlukan, gunakan metoda alternatif untuk menyiapkan bubur semen sebagaimana terdapat dalam SNI ISO 10426-2:xxxx, Klausa A.1.

conditions are unknown, the temperature of the mix water and dry cement shall be 23°C ± 2°C (73°F ± 3°F) immediately prior to mixing. If larger slurry volumes are needed, an alternative method for slurry preparation is found in ISO 10426-2:2003, Clause A.1.

CATATAN Densitas bubur semen dapat diverifikasi sesuai dengan metoda sebagaimana terdapat dalam SNI ISO 104262:xxxx, Klausa 6.

NOTE The density of the cement slurry can be verified by methods found in ISO 10426-2:2003, Clause 6.

6 Metoda uji dengan peralatan putar gel strength statik (SGS) (kemampuan daya agar)

6 Test method using rotating-type static gel strength apparatus

6.1

6.1 Apparatus

Peralatan

Peralatan ini terdiri dari bejana tekan yang dapat dipanaskan dan diberi tekanan menurut simulasi tahapan pekerjaan penyemenan. SGS dihitung dari torsi yang diperlukan untuk memutar sudu pengaduk geometri diketahui pada kecepatan yang sangat rendah. Kecepatan sudu putar selama pengadukan, pengujian SGS biasanya terus menerus 0,000 009 2 r/s (kemiringan sudu per detik) (0,2°/menit ). Pengadukan awal untuk mensimulasikan penempatan di sumur secara khusus dilakukan pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ± 15 r /menit). Metoda uji dengan peralatan putar gel strength statik (kemampuan daya agar) harus dikalibrasi sesuai dengan petunjuk dari pabrikan. Selama periode pengujian, suhu dan tekanan dari bubur semen dalam sel uji meningkat sesuai dengan tahapan pengujian sumur-simulasi (lihat 6.2.2). Tentukan suhu bubur semen dengan menggunakan klasifikasi ASTM E220 "khusus " termokopel tipe J terletak ditengah dari sel pengujian. Kalibrasi pengukuran suhu harus dengan akurasi ± 2°C (± 3°F). Kalibrasi harus dilakukan sekurang kurangnya setiap tiga bulan sekali.

The apparatus contains a pressure chamber that can be heated and pressurized according to a simulated cement job schedule. The SGS is calculated from the torque required to rotate a paddle of known geometry at very low speed. The rotation speed of the paddle during the SGS stirring portion of the test is normally a continuous 0,000 009 2 r/s (0,2°/min). The initial stirring to simulate placement in the well is typically conducted at 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min ± 15 r/min). The rotating-type static gel strength apparatus shall be calibrated according to the manufacturer’s instructions. During the test period, the temperature and pressure of the slurry in the test cell is increased in accordance with the appropriate well-simulation test schedule (see 6.2.2). Determine the temperature of the cement slurry by use of an ASTM E220 classification “special” type J thermocouple located in the centre of the testing cell. The temperature-measuring system shall be calibrated to an accuracy of ± 2°C (±3°F). Calibration shall be performed no less frequently than every three months.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

CATATAN Perubahan kecepatan putar alat tersebut dapat dilakukan tergantung pada desain bubur semen. Rentang kecepatan putar yang dibolehkan sebesar 0,000 006 9 r/s (0,15 °/menit ) 0,000 023 1 r / s (0,5 °/menit)

NOTE Changing the rotational speed of the apparatus can be required depending on slurry design. The permissible range of rotational speed for the apparatus is 0,000 006 9 r/s (0,15°/min) to 0,000 023 1 r/s (0,5°/min).

6.2 Prosedur Uji

6.2 Test procedure

6.2.1 Bila pencampuran menggunakan batch mixer, tahapan uji harus termasuk pada segmen ini. Bubur semen harus berada pada kondisi perkiraan suhu selama pekerjaan pencampuran. Kondisi tekanan pada saat pengujian harus dalam atmosferik. Putaran pengadukan dipertahankan secara khusus pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min ± 5 r/min). Jika tidak menggunakan batch mixer, abaikan langkah ini.

6.2.1 If there is a batch mixing time being used for the job, the test schedule should include this segment. The slurry should be exposed to the anticipated temperature conditions during the batch mixing time. The pressure at this time shall be atmospheric. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s ±0,25 r/s (150 r/min ±5 r/min). If there is no batch mixing time, omit this step.

6.2.2 Hitung waktu yang diperkirakan dari permukaan sampai dasar sumur dan waktu penempatan yang diperlukan untuk mendorong semen ke zona yang dituju. Naikkan suhu dan tekanan secara bertahap sampai kondisi dasar sumur (BHCT/suhu sirkulasi dasar sumur) dan (BHP/tekanan dasar sumur) selama waktu yang diharapkan sampai dasar. Bubur semen tersebut kemudian dinaikkan suhu dan tekanan sirkulasi di zona yang dituju. Selama simulasi penempatan, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ± 3 °C (± 6°F) dan ± 2 MPa (± 300 psi) dari waktu yang dibutuhkan terhadap suhu dan tekanan yang ditargetkan. Dalam 10 menit terakhir, derajat perbedaan suhu dan tekanan berada ± 1°C (± 2 °F) dan ± 0,7 MPa (± 100 psi) dari nilai yang ditetapkan. Setelah suhu sirkulasi pada zona yang dituju dicapai, pertahankan pada suhu dan tekanan tersebut selama 5 menit ± 30 detik agar tercapai suhu yang stabil. Pengadukan secara khusus dipertahankan secara khusus pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ±15 r/menit). Interval waktu yang

6.2.2 Calculate the expected time to bottom and the expected placement time required to displace the cement to the zone of interest. Ramp the cement slurry to bottomhole circulating temperature (BHCT) and bottom-hole pressure (BHP) in the expected time to bottom. The slurry is then ramped to the circulating temperature and pressure at the zone of interest. During the placement simulation, the temperature and pressure shall be maintained within ±3 °C (±6 °F) and ±2 MPa (±300 psi) of the appropriate elapsed time versus temperature and pressure target. Within 10 min of the end of the ramp, the temperature and pressure f the specified values. After the circulating temperature at the zone of interest is reached, hold at the specified temperature and pressure for 5 min ±30 s to allow for temperature stabilization to occur. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min ±15 r/min). The time interval to

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

diperlukan menuju suhu sirkulasi dan tekanan pada zona yang dituju adalah merupakan waktu penempatan yang diinginkan, dikurangi waktu yang diperkirakan sampai ke dasar. Jika diinginkan rentang waktu pemompaan bubur semen yang lebih lama, dari bubur semen dalam kondisi cair, suhu uji dapat ditingkatkan sampai titik suhu sirkulasi dasar sumur ( BHCT) dalam waktu 240 menit setelah mencapai suhu sirkulasi pada zona yang dituju.

ramp to the circulating temperature and pressure at the zone of interest is the expected placement time, minus the expected time to bottom. In cases when an extended period of slurry fluidity is expected, the test temperature may be increased to BHCT in 240 min after reaching the circulating temperature at the zone of interest.

CATATAN Selama waktu pengadukan pada kecepatan rotasi ISO, pengujian ini memberikan indikasi konsistensi bubur semen . ini bukan konsistensi bubur semen yang sebenarnya, karena sudu pengaduk tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan oleh ISO untuk sudu pengaduk yang digunakan untuk menentukan waktu pengejalan bubur semen.

NOTE During the time of stirring at ISO rotational speeds, the test gives an indication of the slurry consistency. It is not an exact slurry consistency since the paddle does not conform to the ISO dimensions for a paddle used to determine the thickening time of a slurry.

6.2.3 Untuk penghitungan SGS, pada akhir simulasi penempatan bubur semen, kecepatan rotasi berubah dari 22,5 r/s dengan simpangan ± 0,25 r/s (150 r/menit ± 15 r/menit) 0,000009 2 r/s (0,2°/menit) atau kecepatan rotasi lain yang diperbolehkan. Jaga suhu dan tekanan sirkulasi pada zona yang dituju. Selama penentuan SGS, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ± 1 °C (± 2 °F) dan ±  0,7 MPa (± 100 psi) dari nilai target.

6.2.3 For the SGS determination, at the end of the slurry placement simulation, the rotational speed is changed from the typical 22,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min ± 15 r/min) 0,000 009 2 r/s (0,2°/min) or other permissible rotational speed. Maintain circulating temperature and pressure at the zone of interest. During SGS determination the temperature and pressure shall be maintained within ± 1 °C (± 2 °F) dan ±  0,7 MPa (± 100 psi) of the target values.

6.2.4 Rekam SGS awal dan waktu yang telah berlalu ketika conto ditempatkan dalam modus penentuan SGS dari simulasi penempatan sebelumnya. Rekam waktu untuk 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS. Jika dapat digunakan, tentukan periode gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis (CSGSP) dengan mengukur waktu yang dibutuhkan semen berubah dari nilai gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis nilai (CSGS) (lihat Lampiran A) ke SGS dari 250 Pa (500 lbf/100 ft2). Pabrikan, model

6.2.4 Record the initial SGS and the elapsed time when the sample is placed in SGS determination mode from the previous placement simulation. Record the time to 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS SGS. Where applicable, determine the critical static gel strength period (CSGSP) by measuring the time required for the cement to progress from the critical static gel strength (CSGS) value (see Annex A) to a SGS of 250 Pa (500 lbf/100 ft2).The manufacturer, model and rotational speed of the apparatus used to make the SGS

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

dan kecepatan rotasi dari peralatan yang digunakan untuk menentukkan SGS harus dilaporkan.

determination shall be reported.

7 Metoda uji gel strength statik (kemampuan daya agar) menggunakan peralatan jenis ultrasonik

7 Test method using ultrasonic-type static gel strength apparatus

7.1 Peralatan

7.1 Apparatus

Bubur semen yang diuji dipertahankan dalam kondisi statis pada suhu dan tekanan terkontrol di dalam bejana tekan dan mampu mengukur sifat akustik dari bubur semen. Sebuah transduser pertama menghasilkan sinyal akustik, yang ditularkan melalui conto uji. Transduser kedua mengukur dan merekam amplitudo sinyal akustik setelah mencapai conto uji. Data-data ini kemudian diolah dan SGS dari conto uji ditentukan sesuai dengan korelasi algoritma dengan sinyal amplitudo sinyal akustik SGS.

The cement slurry being tested is maintained in a static condition at a controlled temperature and pressure inside a pressure chamber capable of measuring the acoustic properties of the slurry. A first transducer generates an acoustic signal, which is transmitted through the sample. A second transducer measures and records the amplitude of the acoustic signal after it transits the sample. These data are then processed and the SGS of the sample is determined according to an algorithm correlating acoustic signal amplitude to SGS.

Peralatan gel strength statik (kemampuan daya agar) menggunakan jenis ultrasonik harus dikalibrasi sesuai dengan instruksi pabrikan. Selama periode pengujian, suhu dan tekanan dari bubur semen dalam sel uji meningkat sesuai dengan tahapan uji simulasi sumur yang sesuai (lihat 7.2.5). Tentukan suhu bubur semen dengan menggunakan klasifikasi ASTM E220 "khusus " termokopel tipe J terletak ditengah dari sel pengujian. Kalibrasi pengukuran suhu harus dengan akurasi ± 2°C (± 3°F). Kalibrasi harus dilakukan sekurang kurangnya setiap tiga bulan sekali.

The ultrasonic-type static gel strength apparatus shall be calibrated according to the manufacturer’s instructions. During the test period, the temperature and pressure of the slurry in the test cell is increased in accordance with the appropriate well simulation test schedule (see 7.2.5). Determine the temperature of the cement slurry by use of an ASTM E220 classification “special” type J thermocouple located in the centre of the testing cell. The temperature-measuring system shall be calibrated to an accuracy of ± 2°C (± 3°F). Calibration shall be performed no less frequently than every three months.

7.2 Prosedur Uji Kondisi Conto Uji Bertekanan

7.2 Pressurized conditioning of sample test procedure

7.2.1 Setiap konsistometer direferensikan dalam SNI ISO 10426-2:xxxx, 9.2.1, dapat digunakan untuk kondisi bubur semen.

7.2.1 Any consistometer referenced in ISO 10426-2:2003, 9.2.1, may be used to condition the slurry.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

7.2.2 Tempatkan bubur semen dalam wadah dari konsistometer bertekanan dan mulai tes waktu pengejalan sesuai dengan prosedur SNI ISO 10426-2:xxxx, 9.4.3.

7.2.2 Place the slurry in the container of the pressurized consistometer and begin a thickening time test according to the procedure in ISO 10426-2:2003, 9.4.3.

7.2.3 Bila pencampuran menggunakan batch mixer, Bubur semen harus berada pada kondisi perkiraan suhu selama pekerjaan pencampuran. Kondisi tekanan pada saat pengujian harus dalam atmosferik. Putaran pengadukan dipertahankan secara khusus pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min ± 5 r/min). Jika tidak menggunakan batch mixer, abaikan langkah ini.

7.2.3 If there is a batch mixing this time period. The slurry should be exposed to the anticipated temperature conditions during the batch mixing time. The pressure at this time shall be atmospheric. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min 15 r/min). If there is no batch mixing time, omit this step.

7.2.4 Hitung waktu yang diperkirakan dari permukaan sampai dasar sumur dan waktu penempatan yang diperlukan untuk mendorong semen ke zona yang dituju. Naikkan suhu dan tekanan secara bertahap sampai kondisi dasar sumur (BHCT/suhu sirkulasi dasar sumur) dan (BHP/tekanan dasar sumur) selama waktu yang diharapkan sampai dasar. Bubur semen tersebut kemudian dinaikkan suhu dan tekanan sirkulasi di zona yang dituju. Selama simulasi penempatan, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ± 3 °C (± 6°F) dan ± 2 MPa (± 300 psi) dari waktu yang dibutuhkan terhadap suhu dan tekanan yang ditargetkan. Dalam 10 menit terakhir, derajat perbedaan suhu dan tekanan berada ± 1°C (± 2 °F) dan ± 0,7 MPa (± 100 psi) dari nilai yang ditetapkan. Setelah suhu sirkulasi pada zona yang dituju dicapai, pertahankan pada suhu dan tekanan tersebut selama 5 menit ± 30 detik agar tercapai suhu yang stabil. Pengadukan secara khusus dipertahankan pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ±15 r/menit). Interval waktu yang diperlukan menuju suhu sirkulasi dan tekanan pada zona yang dituju adalah merupakan waktu penempatan yang diinginkan, dikurangi waktu yang diperkirakan sampai ke dasar. Demi keselamatan, bila kondisi suhu lebih besar dari 88°C (190°F ), matikan pemanas dan dinginkan bubur semen

7.2.4 Calculate the expected time to bottom and the expected placement time required to displace the cement to the zone of interest. Ramp the cement slurry to BHCT and BHP in the expected time to bottom. The slurry is then ramped to the circulating temperature and pressure at the zone of interest. During the placement simulation, the temperature and pressure shall be maintained within ± 3°C (±6°F ) dan ±2 MPa (± 300 psi) of the appropriate elapsed time versus temperature and pressure target. Within 10 min of the end of the ramp,the temperature and pressure shall be within ±1°C (±2°F) dan ± 0,7 MPa (±100 psi) of the specified values. After the circulating temperature at the zone of interest is reached, hold at the specified temperature and to allow for temperature stabilization to occur. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150r/min±15 r/min).

The time interval to ramp to the circulating temperature and pressure at the zone of interest is the expected placement time, minus the expected time to bottom. For safety, if the conditioning temperature is greater than 88 °C (190 °F), turn the heater off and cool the slurry as quickly as

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

sesegera mungkin yang bisa dilakukan untuk mencapai sekitar 88°C (190°F) sebelum dipindahkan dari konsistometer bertekanan.

practical to approximately 88 °C (190 °F) before removing from the pressurized consistometer.

88°C(190°F) merupakan suhu aman dengan mengasumsikan titik didih air pada 100°C (212°F). Jika titik didih air dalam uji lokal kurang dari 100°C (212°F), atur suhu uji dengan segera.

The 88°C(190°F) safety temperature assumes a boiling point for water of 100 °C (212°F). If the boiling point of water in the test locale is less than 100 °C (212 °F), adjust test temperatures accordingly.

7.2.5 Buang tekanan perlahan-lahan [sekitar 1400 kPa/s (200 psi/s)]. Keluarkan wadah bubur semen dari konsistometer, pertahankan wadah tetap tegak sehingga minyak tidak bercampur dengan bubur semen. Lepaskan bagian atas cincin pengunci, tongkat pengungkit dan collar dari poros (shaft) dan penutup diafragma. Jarum suntik dan minyak blot dari atas diafragma. Lepaskan diafragma dan cincin dukungan. Hilangkan noda minyak sisa apapun dari bagian atas bubur semen dengan syringe (sedotan). Jika terdapat banyak kontaminasi, buang bubur semen dan lakukan uji ulang. Pindahkan sudu pengaduk dan aduk bubur semen dengan segera untuk memastikan bubur semen merata. Pindahkan bagian dari conto uji ke alat pengujian. Pemindahan ini memerlukan waktu tidak lebih dari 5 menit setelah pengangkatan conto uji dari konsistometer bertekanan.

7.2.5 Release the pressure slowly [about 1400 kPa/s (200 psi/s)]. Remove the slurry container from the consistometer, keeping the container upright so that the oil does not mix with the slurry. Remove the top locking ring, drive bar and collar from the shaft and the diaphragm cover. Syringe and blot oil from the top of the diaphragm. Remove the diaphragm and the support ring. Syringe and blot any remaining oil from the top of the slurry.

7.2.6 Tempatkan bubur semen kedalam bejana peralatan gel strength statik (kemampuan daya agar) menggunakan jenis ultrasonik sebelum dipanaskan sampai lebih rendah dari suhu sirkulasi pada zona yang dituju atau 88°C (190°F). Tekan conto ke tekanan di zona dituju atau batas kemampuan peralatan. Jika suhu di zona yang dituju lebih besar dari 88°C (190°F), hantarkan ke suhu sirkulasi pada zona yang dituju pada tingkat perubahan suhu 2°C/menit (4°F/menit). Selama penentuan SGS, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ±1°C (± 2°F) dan

7.2.6 Place slurry into the ultrasonic-type static gel strength apparatus chamber preheated to the lesser of the circulating temperature at the zone of interest or 88 °C (190 °F). Pressurize the sample to the pressure at the zone of interest or to the limit of the apparatus. If temperature at the zone of interest is greater than 88 °C (190 °F), ramp to the circulating temperature at the zone of interest at a rate of 2 °C/min (4 °F/min). During SGS determination, the temperature and pressure shall be maintained within ±1°C (± 2°F) and ±0,7 MPa (±100 psi) of the target values.

If the contamination is severe, discard the slurry and begin the test again. Remove the paddle and stir the slurry briskly with a spatula to ensure a uniform slurry. Transfer part of the sample to the apparatus. This transfer shall take no more than 5 min after removal of the sample from the pressurized consistometer.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

±0,7 MPa (±100 psi) dari nilai target. Jika diinginkan rentang waktu pemompaan bubur semen yang lebih lama, dari bubur semen dalam kondisi cair, suhu uji dapat ditingkatkan sampai titik suhu sirkulasi dasar sumur ( BHCT) dalam waktu 240 menit setelah mencapai suhu sirkulasi pada zona yang dituju. 7.2.7 Rekam nilai dan waktu SGS yang diperlukan sejak dimulainya uji ketika suhu sirkulasi di zona yang dituju. Rekam waktu untuk 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS. Jika dapat digunakan, tentukan periode gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis (CSGSP) dengan mengukur waktu yang dibutuhkan semen berubah dari nilai gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis nilai (CSGS) (lihat Lampiran A) ke SGS dari 250 Pa (500 lbf/100 ft2). Pabrikan, model dan kecepatan rotasi dari peralatan yang digunakan untuk menentukkan SGS harus dilaporkan.

In cases when an extended period of slurry fluidity is expected, the test temperature may be increased to BHCT in 240 min after reaching the circulating temperature at the zone of interest.

7.3 Prosedur pengkondisian atmosferik pada conto uji

tekanan

7.3 Atmospheric pressure conditioning of sample test procedure

7.3.1 Dalam kurun waktu 1 menit setelah pencampuran, tempatkan bubur semen ke dalam wadah konsistometer bertekanan atmosferik.

7.3.1 Within 1 min after mixing, place the slurry into the container of the atmospheric pressure consistometer.

7.3.2 Bila pencampuran menggunakan batch mixer, tahapan uji harus termasuk pada segmen ini. Bubur semen harus berada pada kondisi perkiraan suhu selama pekerjaan pencampuran. Kondisi tekanan pada saat pengujian harus dalam atmosferik. Putaran pengadukan dipertahankan pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ± 5 r/menit). Jika tidak menggunakan batch mixer, abaikan langkah ini.

7.3.2 If there is a batch mixing time being used for the job, the test schedule should include this time period. The slurry should be batch mixing time for the job. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min ±15 r/min).

7.3.3 Hitung waktu yang diperkirakan dari permukaan sampai dasar sumur dan

7.3.3 Calculate the expected time to bottom and the expected placement time required

7.2.7 Record the SGS value and the elapsed time since the initiation of the test when the circulating temperature at the zone of interest is reached. Record the time to 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS. Where applicable, determine the CSGSP by measuring the time required for the cement to progress from the CSGS value (see Annex A) to a SGS of 250 Pa (500 lbf/100 ft2). The manufacturer, model of the apparatus and type of conditioning used in making the SGS determination shall be reported.

If there is no batch mixing time, omit this step.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

waktu penempatan yang diperlukan untuk mendorong semen ke zona yang dituju. Hantarkan suhu bubur semen hingga yang hingga titik terendah dari BHCT atau 88°C(190°F) dalam waktu yang diperlukan mencapai dasar sumur. Bubur semen kemudian dihantarkan menuju suhu sirkulasi zona yang dituju. Selama simulasi penempatan, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ±3°C (± 6°F) dan ± 2 MPa (± 300 psi) dari waktu yang dibutuhkan terhadap target suhu. Dalam 10 menit terakhir, derajat suhu dipertahankan ± 1°C (± 2°F) dan ± 0,7 MPa (± 100 psi) dari nilai yang ditetapkan. Setelah suhu sirkulasi tercapai pada zona yang dituju, tahan pada suhu tersebut selama 5 menit ± 30 detik untuk memungkinkan stabilisasi suhu terjadi. Pengadukan dipertahankan pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ± 15 r/menit). Jika tidak ada waktu batch pencampuran, abaikan langkah ini. Interval waktu untuk menhantarkan suhu sirkulasi pada zona yang dituju merupakan waktu penempatan yang diharapkan dikurangi waktu diharapkan ke dasar sumur. Saat suhu sirkulasi pada zona yang dituju tercapai atau 88°C (190°F), pindahkan sudu pengaduk dan aduk bubur semen dengan spatula agar tercampur dengan merata. Pemindahan ini memerlukan waktu tidak lebih dari 5 menit setelah pengangkatan conto uji dari konsistometer bertekanan. Dianjurkan bubur semen dipanaskan tetapi tidak direndam dalam bejana agar sesuai dengan tahapan.

7.3.4 Tempatkan bubur semen kedalam bejana gel strength statik (kemampuan daya agar) menggunakan jenis ultrasonik sebelum dipanaskan sampai lebih rendah dari suhu sirkulasi pada zona yang dituju atau 88°C (190°F). Tekan conto ke tekanan di zona yang dituju atau hingga batas kemampuan peralatan.

to displace the cement to the zone of interest. Ramp the cement slurry to the lesser of the BHCT or 88 °C (190 °F) in the expected time to bottom.

The slurry is then ramped to the circulating temperature at the zone of interest. During the placement simulation, the temperature shall be maintained within ±3°C (± 6°F) of the appropriate elapsed time versus temperature target. Within 10 min of the end of the ramp, the temperature shall be within ± 1°C (± 2°F) and ± 0,7 MPa (± 100 psi) of the specified values. After the circulating temperature at the zone of interest is reached, hold at the specified temperature for 5 min ± allow for temperature stabilization to occur. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min ± 15 r/min). The time interval to ramp to the circulating temperature at the zone of interest is the expected placement time minus the expected time to bottom.

Once the circulating temperature at the zone of interest or 88°C (190°F) is reached, remove the paddle and stir the slurry briskly with a spatula to ensure a uniform slurry. Transfer part of the sample to the apparatus. This transfer shall take no more than 5 min after removal of the sample from the atmospheric pressure consistometer. It is preferred that the slurry and not the bath be heated according to the appropriate schedule.

7.3.4 Place slurry into the ultrasonic-type static gel strength apparatus chamber preheated to the lesser of the temperature at the zone of interest or 88 °C (190 °F). Pressurize the sample to the pressure at the zone of interest or to the limit of the apparatus.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

Jika suhu di zona yang dituju lebih besar dari 88°C (190°F), hantarkan ke suhu sirkulasi pada zona yang dituju pada laju perubahan 2°C/menit (4°F/menit). Selama penentuan SGS, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ±1°C (± 2°F) dan ±0,7 MPa (±100 psi) dari nilai target. Jika diinginkan rentang waktu pemompaan bubur semen yang lebih lama, dari bubur semen dalam kondisi cair, suhu uji dapat ditingkatkan sampai titik suhu sirkulasi dasar sumur ( BHCT) dalam waktu 240 menit setelah mencapai suhu sirkulasi pada zona yang dituju.

If temperature at the zone of interest is greater than 88 °C (190 °F),ramp to the circulating temperature at the zone of interest at a rate of 2 °C/min (4 °F/min). During SGS determination, the temperature and pressure shall be maintained within ± 1°C (± 2°F) and ± 0,7 MPa (± 100 psi) of the target values. In cases where an extended period of slurry fluidity is expected, the test temperature may be increased to BHCT in 240 min after reaching the circulating temperature at the zone of interest.

7.3.5 Rekam nilai dan waktu SGS yang diperlukan sejak dimulainya uji ketika suhu sirkulasi di zona yang dituju. Rekam waktu untuk 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS. Bila diberlakukan, tentukan CSGSP dengan mengukur waktu yang dibutuhkan agar penyemenan mencapai nilai CSGS (lihat Lampiran A) hingga SGS dari 250 Pa (500 lbf/100 ft2). Pabrikan, model dan peralatan dari jenis pengkondisian yang digunakan dalam penentuang SGS harus dilaporkan.

7.3.5 Record the SGS value and the elapsed time since the initiation of the test when the temperature at the zone of interest is reached as well as the time to reach that value. Record the time to 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) and 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS.SGS. Where applicable, determine the CSGSP by measuring the time required for the cement to progress from the CSGS value (see Annex A) to a SGS of 250 Pa (500 lbf/100 ft2). The manufacturer, model of the apparatus and type of conditioning used in making the SGS determination shall be reported.

8 Metoda uji gel strength (kemampuan daya agar) statik menggunakan peralatan jenis putar berselang

8 Test method using intermittent rotation-type static gel strength apparatus

8.1 Peralatan

8.1

Bubur semen yang diuji dipertahankan dalam kondisi statis dalam bejana tekan pada suhu dan tekanan yang terkontrol. SGS dihitung dari torsi yang diperlukan untuk memutar sudu pengaduk geometri yang diketahui secara berselang dengan kecepatan yang sangat rendah . Alat ini secara khusus beroperasi secara berselang pada 0,00016 r/s ± 0,000 005 r/s (0,01 r/min ± 0,003 r/min) selama 6 detik pada interval waktu yang diatur antara 1 menit dan 10 menit selama fase

The cement slurry being tested is maintained in a static condition in a pressure chamber at a controlled temperature and pressure. The SGS is calculated from the torque required to rotate a paddle of known geometry intermittently at very low speed. This apparatus typically operates intermittently at 0,00016 r/s ± 0,000 005 r/s (0,01 r/min ± 0,003 r/min )for 6 s at an interval of time adjustable between 1 min and 10 min during the SGS-testing phase.

Apparatus

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

pengujian SGS. Umumnya, putaran berselang setiap 3 menit digunakan selama fase pengujian SGS. Gel strength (kemampuan daya agar) statik menggunakan peralatan jenis putar berselang harus dikalibrasi sesuai dengan instruksi dari pabrikan. Selama periode uji, suhu bubur dalam sel uji meningkat sesuai dengan tahap uji simulasi sumur (lihat 8.2.4). Tentukan suhu bubur semen dengan menggunakan klasifikasi ASTM E220 "khusus" termokopel tipe J terletak di tengah dari sel pengujian. Kalibrasi pengukuran suhu harus dengan akurasi ± 2°C (± 3°F). Kalibrasi harus dilakukan sekurang kurangnya setiap tiga bulan sekali.

8.2 Prosedur bertekanan

uji

pengkondisian

Generally, an intermittent rotation every 3 min is used during the SGS-testing phase. The intermittent rotation-type static gel strength apparatus shall be calibrated according to the manufacturer’s instructions. During the test period, the temperature of the slurry in the test cell is increased in accordance with the appropriate well simulation test schedule (see 8.2.4). Determine the temperature of the cement slurry by use of an ASTM E220 classification “special” type J thermocouple located in the centre of the testing cell. The temperature-measuring system shall be °F). Calibration shall be performed no less frequently than every three months. 8.2 Pressurized procedure

conditioning

test

8.2.1 Konsistometer mengacu dalam SNI ISO 10426-2:xxxx, 9.2.1, dapat digunakan untuk kondisi bubur semen.

8.2.1 Any consistometer referenced in ISO 10426-2:2003, 9.2.1, may be used to condition the slurry.

8.2.2 Tempatkan bubur semen dalam wadah konsistometer bertekanan dan mulai uji waktu pengejalan sesuai prosedur yang diberikan dalam SNI ISO 10426-2:xxxx, 9.4.3.

8.2.2 Place the slurry in the container of the pressurized consistometer and begin a thickening time test according to the procedure given in ISO 10426-2:2003, 9.4.3.

8.2.3 Bila pencampuran menggunakan batch mixer, Bubur semen harus berada pada kondisi perkiraan suhu selama pekerjaan pencampuran. Tekanan pengujian menggunakan tekanan atmosferik.

8.2.3 If there is a batch mixing this time period.The slurry should be exposed mixing time for the job. The pressure at this time shall be atmospheric.

8.2.4 Hitung pendorong semen yang diperkirakan sampai zona yang dituju ke dasar. Simulasi pendorongan bubur semen dihantarkan ke suhu dan tekanan (MPa) (±300 psi) mendekati akhir waktu yang diperlukan, sesuai dengan nilai suhu dan tekanan tertentu.

8.2.4 Calculate the expected to displace the cement to the zone of interest to bottom. The slurry is then ramped to the circulating the placement simulation, the temperature and MPa (±300 psi) of the appropriate elapsed time end of the ramp,the temperature and pressure specified values.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

Setelah suhu sirkulasi di zona yang dituju, tahan pada suhu dan tekanan tertentu selama 5 menit ± 30 detik untuk memungkinkan stabilisasi suhu terjadi. Putaran pengadukan dipertahankan secara khusus pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ± 5 r/menit). Interval waktu yang diperlukan menuju suhu sirkulasi dan tekanan pada zona yang dituju adalah merupakan waktu penempatan yang diinginkan, dikurangi waktu yang diperkirakan sampai ke dasar. Demi keselamatan, bila kondisi suhu lebih besar dari 88°C (190°F ), matikan pemanas dan dinginkan bubur semen sesegera mungkin yang bisa dilakukan untuk mencapai sekitar 88°C (190°F) sebelum dipindahkan dari konsistometer bertekanan. 88°C (190°F) merupakan suhu aman dengan mengasumsikan titik didih air pada 100°C (212°F). Jika titik didih air dalam uji lokal kurang dari 100°C (212°F), atur suhu uji dengan segera. 8.2.5 Buang tekanan perlahan-lahan [sekitar 1400 kPa/s (200 psi/s)]. Keluarkan wadah bubur semen dari konsistometer, pertahankan wadah tetap tegak sehingga minyak tidak bercampur dengan bubur semen. Lepaskan bagian atas cincin pengunci, tongkat pengungkit dan collar dari poros (shaft) dan penutup diafragma. Jarum suntik dan minyak blot dari atas diafragma. Lepaskan diafragma dan cincin dukungan. Hilangkan noda minyak sisa apapun dari bagian atas bubur semen dengan syringe (sedotan). Jika terdapat banyak kontaminasi, buang bubur semen dan lakukan uji ulang. Pindahkan sudu pengaduk dan aduk bubur semen dengan segera untuk memastikan bubur semen merata. Pindahkan bagian dari conto uji ke alat pengujian. Pemindahan ini memerlukan waktu tidak lebih dari 5 menit setelah pengangkatan conto uji dari konsistometer bertekanan.

After the circulating temperature at the zone of interest is reached, hold at the specified temperature and pressure for 5 stabilization to occur. typically maintained at

The

stirring

is

ramp to the circulating temperature and pressure at the zone of interest is the expected placement time minus the expected time to bottom. For safety, if the conditioning temperature is greater than 88 °C (190 °F), turn the heater off and cool the slurry as quickly as practical to approximately 88 °C (190 °F) before removing from the pressurized consistometer.The 88 °C (190 °F) safety temperature assumes a boiling point for water of 100 °C (212 °F). If the boiling point of water in the test locale is less than 100 °C (212 °F), adjust test temperatures accordingly. 8.2.5 Release the pressure slowly [about 1400 Pa/s (200 psi/s)]. Remove the slurry container from the consistometer, keeping the container upright so that the oil does not mix with the slurry. Remove the top locking ring, drive bar and collar from the shaft and the diaphragm cover. Syringe and blot oil from the top of the diaphragm. Remove the diaphragm and the support ring. Syringe and blot any remaining oil from the top of the slurry.

If the contamination is severe, discard the slurry and begin the test again. Remove the paddle and stir the slurry briskly with a spatula to ensure a uniform slurry. Transfer part of the sample to the apparatus. This transfer shall take no more than 5 min after removal of the sample from the pressurized consistometer.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

8.2.6 Tempatkan bubur semen kedalam bejana gel strength statik (kemampuan daya agar) menggunakan jenis ultrasonik sebelum dipanaskan sampai lebih rendah dari suhu sirkulasi pada zona yang dituju atau 88°C (190°F). Tekan conto ke tekanan di zona yang dituju atau hingga batas kemampuan peralatan. Jika suhu di zona yang dituju lebih besar dari 88°C (190°F), hantarkan ke suhu sirkulasi pada zona yang dituju pada laju perubahan 2°C/menit (4°F/menit). Selama penentuan SGS, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ±1°C (± 2°F) dan ±0,7 MPa (±100 psi) dari nilai target. Jika diinginkan rentang waktu pemompaan bubur semen yang lebih lama, dari bubur semen dalam kondisi cair, suhu uji dapat ditingkatkan sampai titik suhu sirkulasi dasar sumur ( BHCT) dalam waktu 240 menit setelah mencapai suhu sirkulasi pada zona yang dituju.

8.2.6 Place slurry into the intermittent rotation-type static gel strength apparatus preheated to the lesser of the circulating temperature at the zone of interest or 88 °C (190 °F). Pressurize the sample to the pressure at the zone of interest or to the limit of the apparatus. If temperature at the zone of interest is greater than 88 °C (190 °F), ramp to the circulating temperature at the zone of interest at a rate of 2 °C/min (4 °F/min). During SGS determination, the temperature and pressure shall be maintained within ±1°C (±2°F)and ±0,3 MPa (±40 psi) of the target values. In cases when an extended period of slurry fluidity is expected, the test temperature may be increased to BHCT in 240 min after reaching the circulating temperature at the zone of interest.

8.2.7 Rekam SGS awal dan waktu yang telah berlalu ketika conto ditempatkan dalam modus penentuan SGS dari simulasi penempatan sebelumnya. Rekam waktu untuk 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS. Jika dapat digunakan, tentukan periode gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis (CSGSP) dengan mengukur waktu yang dibutuhkan semen berubah dari nilai gel strength (kemampuan daya agar) statik kritis nilai (CSGS) (lihat Lampiran A) ke SGS dari 250 Pa (500 lbf/100 ft2). Pabrikan, model dan kecepatan rotasi dari peralatan yang digunakan untuk menentukkan SGS harus dilaporkan. 8.3 Prosedur uji pengkondisian Tekanan atmosfer

8.2.7 Record the initial SGS and the SGS value when the temperature at the zone of interest is reached. Record the time to 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS. Where applicable, determine the CSGSP bymeasuring the time required for the cement to progress from the CSGS value (see Annex A) to a SGS of 250 Pa (500 lbf/100 ft2). The manufacturer, model of the apparatus and type of conditioning used in making the SGS determination shall be reported.

8.3.1 Dalam kurun waktu 1 menit setelah pencampuran, tempatkan bubur semen ke dalam wadah konsistemeter tekanan atmosferik.

8.3.1 Within 1 min after mixing, place the slurry into the container of the atmospheric pressure consistometer.

8.3 Atmospheric pressure conditioning test procedure

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

8.3.2 Bila pencampuran menggunakan batch mixer, tahapan uji harus termasuk pada segmen ini. Bubur semen harus berada pada kondisi perkiraan suhu selama pekerjaan pencampuran. Kondisi tekanan pada saat pengujian harus dalam atmosferik. Putaran pengadukan dipertahankan pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ± 5 r/menit). Jika tidak menggunakan batch mixer, abaikan langkah ini.

8.3.2 If there is a batch mixing time being used for the job, the test schedule should include this segment. The slurry should be exposed to the anticipated temperature conditions during the batch mixing time for the job. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/min 15 r/min). If there is no batch mixing time, omit this step.

8.3.3 Hitung waktu yang diperkirakan dari permukaan sampai dasar sumur dan waktu penempatan yang diperlukan untuk mendorong semen ke zona yang dituju. Hantarkan suhu bubur semen hingga yang hingga titik terendah dari BHCT atau 88°C(190°F) dalam waktu yang diperlukan mencapai dasar sumur. Bubur semen kemudian dihantarkan menuju suhu sirkulasi zona yang dituju. Selama simulasi penempatan, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ±3°C (± 6°F) dan ± 2 MPa (± 300 psi) dari waktu yang dibutuhkan terhadap target suhu. Dalam 10 menit terakhir, derajat suhu dipertahankan ± 1°C (± 2°F) dan ± 0,7 MPa (± 100 psi) dari nilai yang ditetapkan.

8.3.3 Calculate the expected time to bottom and the expected placement time required to displace the cement to the zone of interest. Ramp the cement slurry to the lesser of the BHCT or 88°C (190°F) in the expected time to bottom. The slurry is then ramped to the circulating temperature at the zone of interest. During the placement simulation, the temperature shall be maintained within ± 3°C (± 6°F ) of the appropriate elapsed time versus temperature target. Within 10 min of the end of the ramp, the temperature shall be within ± 1°C (± 2°F) of the specified values.

Setelah suhu sirkulasi tercapai pada zona yang dituju, tahan pada suhu tersebut selama 5 menit ± 30 detik untuk memungkinkan stabilisasi suhu terjadi. Pengadukan dipertahankan pada 2,5 r/s ± 0,25 r/s (150 r/menit ± 15 r/menit). Jika tidak ada waktu batch pencampuran, abaikan langkah ini. Interval waktu untuk menhantarkan suhu sirkulasi pada zona yang dituju merupakan waktu penempatan yang diharapkan dikurangi waktu diharapkan ke dasar sumur.

After the circulating temperature at the zone of interest is reached, hold at the specified temperature for 5 min ± 30 s to allow for temperature stabilization to occur. The stirring is typically maintained at 2,5 r/s 2,5 r / s ± 0,25 r / s (150 r / min 15 r / min). The time interval to ramp to the circulating temperature at the zone of interest is the expected placement time minus the expected time to bottom.

Saat suhu sirkulasi pada zona yang dituju tercapai atau 88°C (190°F), pindahkan sudu pengaduk dan aduk bubur semen dengan spatula agar tercampur dengan merata. Pemindahan ini memerlukan waktu tidak lebih dari 5 menit setelah

Once the circulating temperature at the zone of interest or 88 °C (190 °F) is reached, remove the paddle and stir the slurry briskly with a spatula to ensure a uniform slurry. Transfer part of the sample to the apparatus. This transfer shall take no

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

pengangkatan conto uji dari konsistometer bertekanan. Dianjurkan bubur semen dipanaskan tetapi tidak direndam dalam bejana agar sesuai dengan tahapan.

more than 5 min after removal of the sample from the atmospheric pressure consistometer. It is preferred that the slurry and not the bath be heated according to the appropriate schedule.

8.3.4 Tempatkan bubur semen kedalam bejana sebelum gel strength statik (kemampuan daya agar) tipe putar berselang dipanaskan sampai lebih rendah dari suhu sirkulasi pada zona yang dituju atau 88°C (190°F). Tekan conto ke tekanan di zona yang dituju atau hingga batas kemampuan peralatan. Jika suhu di zona yang dituju lebih besar dari 88°C (190°F), hantarkan ke suhu sirkulasi pada zona yang dituju pada laju perubahan 2°C/menit (4°F/menit). Selama penentuan SGS, suhu dan tekanan harus dipertahankan dalam ±1°C (±2°F) dan ±0,3 MPa (±40 psi) dari nilai target.

8.3.4 Place the slurry into the intermittent rotating-type static gel strength apparatus chamber preheated to the lesser of the temperature at the zone of interest or 88 °C (190 °F).

Jika diinginkan rentang waktu pemompaan bubur semen yang lebih lama, dari bubur semen dalam kondisi cair, suhu uji dapat ditingkatkan sampai titik suhu sirkulasi dasar sumur ( BHCT) dalam waktu 240 menit setelah mencapai suhu sirkulasi pada zona yang dituju.

In cases when an extended period of slurry fluidity is expected, the test temperature may be increased to BHCT in 240 min after reaching the circulating temperature at the zone of interest.

8.3.5 Rekam kondisi awal SGS dan nilai SGS pada temperatur zona yang dituju tercapai. Rekam waktu untuk 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) dan 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS . Bila diberlakukan, tentukan CSGSP dengan mengukur waktu yang dibutuhkan agar penyemenan mencapai nilai CSGS (lihat Lampiran A) hingga SGS dari 250 Pa (500 lbf/100 ft2). Pabrikan, model dan peralatan dari jenis pengkondisian yang digunakan dalam penentuang SGS harus dilaporkan.

8.3.5 Record the initial SGS and the SGS value when the temperature at the zone of interest is reached. Record the time to 50 Pa (100 lbf/100 ft2), 100 Pa (200 lbf/100 ft2), 150 Pa (300 lbf/100 ft2), 200 Pa (400 lbf/100 ft2) and 250 Pa (500 lbf/100 ft2) SGS. Where applicable, determine the CSGSP by measuring the time required for the cement to progress from the CSGS value (see Annex A) to a SGS of 250 Pa (500 lbf/100 ft2). The manufacturer, model of the apparatus and type of conditioning used in making the SGS determination shall be reported.

Pressurize the sample to the pressure at the zone of interest or to the operating limit of the apparatus. If the temperature at the zone of interest is greater than 88 °C (190 °F), ramp to the circulating temperature at the zone of interest at a rate of 2 °C/min (4 °F/min). During SGS determination, the temperature and pressure shall be maintained within ±1°C (±2°F) dan ±0,3 MPa (±40 psi) of the target values.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

Annex A Kritikal gel strength statik (kemampuan daya agar) - Informasi tambahan

(informative)

Critical static gel strength Additional information

—

Salah satu metoda untuk meminimalkan periode kerentanan sumur terhadap kehilangan tekanan dikarenakan peningkatan gel strength (kemampuan daya agar) adalah dengan meminimalkan waktu pada saat kondisi ketidakseimbangan tekanan terjadi didalam lubang sumur sebelum SGS bubur semen cukup tinggi untuk menahan invasi fluida dalam sumur.

One method of minimizing the period of susceptibility of the well to pressure losses by gel strength development is to minimize the time during which an underbalanced condition exists in the wellbore before the cement has developed sufficient SGS to resist invasion by the well fluids.

Dalam sumur bor, tekanan hidrostatik fluida dari annulus melawan potensi aliran fluida formasi (sebagai fungsi dari tekanan pori formasi). Dengan fluida yang dapat mengeras, seperti semen, tekanan hidrostatik efektif di anulus (melawan tekanan pori formasi ) menurun pada saat terjadi transisi bubur semen dari bentuk cairan menjadi kondisi agar, selanjutnya menjadi padatan. Titik kesetimbangan tercapai pada saat tekanan pori formasi sama dengan penurunan tekanan hidrostatik yang disebabkan oleh pengejalan semen ditambah keseluruhan tekanan hidrostatik penuh dari kolom fluida ditambah kontribusi tekanan dari fluida lainnya yang berada dalam anulus. Keadaan setimbangan ini dikenal sebagai SGS kritis. Saat kekuatan kritikal gel strength statik (kemampuan daya agar) terlampaui, kondisi pengejalan bubur semen selanjutnya akan menghasilkan kondisi ketidakseimbangan yang kondusif untuk mengalir. Kritikal gel strength statik (kemampuan daya agar) pada bubur semen adalah bagian daripada fungsi mitigasi aliran yaitu bentuk lubang sumur bor, ketinggian kolom semen di atas zona aliran, tekanan hidrostatik fluida di atas semen, densitas semen dan aliran pada tekanan

In a wellbore environment, the hydrostatic pressure of the fluid(s) in the annulus counteracts the flow potential of a formation (as a function of formation pore pressure). With settable fluids, such as cement, the effective hydrostatic pressure in the annulus (counteracting the pore pressure of the formation) declines as the slurry transitions from a fully hydraulic fluid into a gelled state, then into a solid material. A point of equilibrium is reached at which the pore pressure of the formation equals the decayed hydrostatic pressure exerted by the gelled cement plus the full hydrostatic pressure of the fluid column plus any pressure contributions from the other fluids present in the annulus. This state of equilibrium is known as the critical static gel strength. Once the critical static gel strength is exceeded, any further gellation of the cement produces an underbalanced condition conducive to flow. The critical static gel strength for a cement employed in flow mitigation is a function of wellbore geometry, length of cement column above the flow zone, hydrostatic pressure of fluids above the cement, cement density and flow zone pore pressure.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

pori. Kritikal gel strength statik (kemampuan daya agar) juga dikenal di industri sebagai "critical wall shear stress". CSGS dapat dihitung sebagai XCSGS, SI di SI unit pascal, seperti yang diberikan oleh persamaan ( A.1 ), dan sebagai XCSGS, USC di USC unit pound per 100 ft persegi, seperti yang diberikan oleh Persamaan (A.2 ):

The critical static gel strength is also known in the industry as “critical wall shear stress”. The CSGS can be calculated as XCSGS,SI in SI units of pascals,as given by Equation (A.1), and as XCSGS,USC in USC units of pounds per 100 square feet, as given by Equation (A.2):

X CSGS,SI = (pfo)(0,027)/(L/Deff)

(A.1)

Dimana

Where

Pfo

pfo is the fluid overbalance pressure, expressed in pascals; 0,027 is the conversion factor; L is the length of the cement column, expressed in metres; Deff is the effective diameter of the wellbore, expressed in centimetres.

adalah tekanan kesetimbangan yang melebihi, dalam satuan pascal 0.027 adalah faktor konversi L adalah tinggi kolom semen, dalam satuan meter Deff adalah diameter efektif dari lubang sumur, dalam satuan sentimeter

X CSGS,USC = (pfo)(300)/(L/Deff)

(A.2)

Dimana Pfo adalah tekanan kesetimbangan yang 2 melebihi dalam satuan psi/ft 300 adalah factor konversi L adalah tinggi kolom semen, dalam satuan feet Deff adalah diameter efektif dari lubang sumur dalam satuan inci

Where pfo is the fluid overbalance pressure, expressed in pounds per square foot; 300 is the conversion factor; L is the length of the cement column, expressed in feet; Deff is the effective diameter of the wellbore, expressed in inches.

CATATAN Tekanan ketidakseimbangan yang berlebih ditentukan dengan mengurangi tekanan pori pada interval aliran dari tekanan hidrostatik annular fluida pada interval aliran air dangkal (shallow-water flow interval). Dalam lingkungan laut dalam tanpa marine riser, tekanan hidrostatik air laut diperhitungkan di atas mud line sudah termasuk didalam perhitungan tekanan hidrostatik tekanan fluida annular. Diameter efektif sumur bor sama dengan diameter lubang terbuka dikurangi diameter selubung.

NOTE The fluid overbalance pressure is determined by subtracting the pore pressure at the flow interval from the annular fluid hydrostatic pressure at the shallow-water flow interval. In deepwater environments with no marine riser in place, the hydrostatic pressure of the seawater above the mud line is included in the annular fluid pressure hydrostatic pressure calculation. The effective diameter of the wellbore equals the diameter of the open hole minus the diameter of the casing.

RSNI-1 ISO 10426-6:2014

Daftar Pustaka

Bibliography

[1] ASTM E220, Standard Test Method for Calibration of Thermocouples By Comparison Techniques

[1] ASTM E220, Standard Test Method for Calibration of Thermocouples By Comparison Techniques

RSNI-1 ISO 10426-6:2014