perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hakikat Sikap Sosial a. Pengertian Sikap Sosial Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan paling sempurna diantara makhluk lainnya. Manusia diberikan akal untuk memilih jalannya sendiri dan bebas mengekspresikan diri dalam mengarungi kehidupan ini. Tuhan memberikan cobaan dalam menguji manusia dan dengan akalnya mereka bebas dalam mensikapi cobaan tersebut. Setiap manusia memiliki sikap yang berbeda-beda. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat Trow menekankan sikap pada kesiapan mental dan emosional seseorang yang dituangkan dalam suatu tindakan terhadap suatu objek (Djaali, 2008: 114). Allport (1935) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu (Djaali, 2008: 114). Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus berupa objek yang dikenai sikap, Allport menekankan pada pengalaman yang disusun dan dibentuk serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang. Mahmud mendefinisikan sikap sebagai respons terhadap objek yang bersifat positif, negatif, atau ambivalen. Seseorang dapat memberikan respon yang baik terhadap suatu objek karena hal tersebut merupakan sesuatu yang menyenangkan sehingga seseorang menyukainya (2010: 367). Memberikan respon yang buruk terhadap suatu objek, karena hal tersebut merupakan sesuatu yang mengganggu sehingga membuat seseorang membencinya. Ambivalen merupakan suatu respon yang bertentangan dan
commit10to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 datang secara bersamaan. Disisi lain orang tersebut menyukainya, namun disisi lain orang tersebut membencinya. Mulyasa menyatakan bahwa sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/ objek (2014: 251). Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan. LaPierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2013: 5). Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam mencukupi kebutuhannya. Jelas bahwa manusia tidak dapat jauh dari interaksinya dengan orang lain. Hal ini menimbulkan adanya stimuli sosial yang memancing respon dari seseorang dan digambarkan melalui pola perilaku, inilah yang dinamakan sikap. Rudito dan Famiola (2013) mengartikan sosial sebagai hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat (halm. 31). Selain itu sosial juga diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, dan mengalah terhadap orang lain. Sejalan dengan pendapat di atas, Sumaatmadja, dkk menyatakan bahwa sosial adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam perkembangannya. Sejak lahir seseorang tak terpisahkan dengan orang lain, khususnya dari orang tua dan hubunganbtersebut berlanjut dengan para anggota keluarga lainya. Sejalan dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sesuai dengan penambahan umur, hubungan seseorang turut bertumbuh, tidak hanya sebatas dengan orang-orang dalam keluarga, melainkan meliputi teman sepermainan, para tetangga, warga kampung, dan seterusnya (2003: 1.3).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Fadillah menyatakan bahwa sosial adalah gambaran bentuk hubungan antar sesama
manusia
dengan lingkungannya.
Manusia
merupakan makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain (2014: 49). Koentjaraningrat (1976) menyatakan bahwa sikap sosial adalah kecenderungan tindakan seseorang terhadap sesama di suatu lingkungan tertentu. Sikap tersebut merupakan hasil kecenderungan reaksi terhadap
lingkungannya
(Djaali, 2008: 117).
Tannenbaum
(1995)
menyebutkan sikap sosial itu sebagai utilitas organisasi yang penting, karena dapat memberi pertukaran kepada kemajuan ekonomi (Djaali, 2008: 117). Hal ini mengacu pada sikap sosial dalam dunia kerja. Menurut Majid sikap
sosial
yang diamati dalam
proses
pembelajaran, meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri. Selain itu terdapat sikap sosial lain yang disesuaikan dengan kompetensi dalam pembelajaran, seperti kerja sama, ketelitian dan ketekunan (2014: 258). Fadillah menjelaskan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program dan menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi inti merupakan bentuk perubahan pada kurikulum 2013 dari standar kompetensi pada kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2013, kompetensi inti mencakup beberapa aspek, diantaranya sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Sikap sosial disini mencakup beberapa perilaku, yakni: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, dan cinta tanah air. Termasuk didalamnya yaitu sikap tanggung jawab, kejujuran dan kepedulian. Ketiga sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan siswa dalam lingkungan sosialnya (2014). Sikap sosial dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan sebagai kesadaran yang muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk reaksi seseorang, baik bersifat positif, negatif atau ambivalen. Hal tersebut menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 sosial. Objek sosial disini berupa hubungan antar sesama manusia dengan lingkungan yang mengikuti perkembangannya, sejak lahir hingga seseorang meninggal dunia. Hubungan antar sesama manusia dengan lingkungannya mencangkup beberapa bentuk, baik sosiologi, ekonomi maupun geografi. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan pula macam-macam dari sikap sosial yaitu: sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, kerja sama, ketelitian, ketekunan, dan cinta tanah air. b. Pengertian Tanggung Jawab Menurut Kemdiknas, tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya, negara dan Tuhan yang Maha Esa) (2010: 5). Mahmud menyatakan bahwa tanggung jawab adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Berani mengambil risiko tersebut tanpa cuci tangan atau melarikan diri dari risiko yang harus seseorang terima dari hasil perbuatannya (2010: 367). Dalam proses pembelajaran di dalam kelas Majid menyatakan bahwa siswa
dikatakan bertanggung jawab apabila tertib mengikuti
instruksi dan menyelesaikan instruksi tepat pada waktunya (2014: 258). Mulyasa menyatakan beberapa indikator perilaku siswa dikatan bertanggung jawab, yaitu (1) Melaksanakan kewajiban, (2) Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan, (3) Menaati tata tertib sekolah, (4) Memelihara fasilitas sekolah, (5) Menjaga kebersihan lingkungan (2014: 147). Aspek pengamatan yang diamati dalam sikap tanggung jawab berpedoman pada Dikpora kabupaten Boyolali, terdapat 5 aspek yang diamati, yakni: (1) Melaksanakan tugas individu dengan baik, (2) menerima resiko dari tindakan yang diakukan, (3) Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, (4) Mengembalikan barang yang dipinjam, dan (5) meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan. Tanggung jawab menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan sebagai suatu kesadaran individu dalam melaksanakan tugas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 dan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat maupun terhadap lingkungan. Dan siap menerima segala risiko dari hasil pekerjaan atau perbuatannya tanpa cuci tangan atau melarikan diri. Dari beberapa ahli di atas dapat dismpulkan pula beberapa indikator siswa dapat dikatakan sebagai anak yang bertanggung jawab, yaitu: (1) Tertib mengikuti instruksi dan menyelesaikan instruksi tepat pada waktunya, (2) Melaksanakan kewajiban, (3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan, (4) Menaati tata tertib sekolah, (5) Memelihara fasilitas sekolah, (6) Menjaga kebersihan lingkungan, (7) Menerima risiko dari tindakan yang diakukan, (8) Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, (9) Mengembalikan barang yang dipinjam, dan (10) meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan. c. Pengertian Kejujuran Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang (Naim, 2012: 132). Jujur (kejujuran) adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk berbuat atau berperilaku yang sesunguhnya dengan apa adanya, tidak berbohong, tidak mengada-ada, tidak menambah dan tidak mengurangi, serta tidak menyembunyikan informasi (Suparman, 2011: 8). Maksudnya adalah dalam setiap perbuatan sesuai dengan perkataannya, dalam setiap perkataan sesuai dengan hatinya, dan hatinya mengarah kepada sesuatu yang apa adanya, tidak dibuat-buat atau dikarang, tidak ditambah atau dikurangi. Aqib menyatakan jujur sebagai perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Aqib juga menambahkan beberapa indikator siswa dapat dikatakan jujur apabila memenuhi 5 kriteria, yaitu: (1) Tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas di rumah, (2) Mengatakan dengan sesungguhnya sesuatu yang telah terjadi atau yang dialaminya, (3) Mau bercerita tentang kesulitan menerima pendapat temannya, (4) Mengemukakan pendapat tentang sesuatu sesuai dengan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 diyakininya, (5) mengemukakan ketidaknyamanan dirinya dalam belajar di sekolah (2012: 144). Daryanto dan Darmiatun menyebutkan ciri-ciri seseorang dapat dikatakan jujur apabila apa yang dilakukannya berdasarkan pada kenyataan yang ada, hati dan ucapannya sama, serta apa yang dikatannya itu adalah suatu kebenaran (2012: 144). Dalam proses pembelajaran, siswa dikatakan jujur menurut Majid apabila tindakan selalu sesuai dengan ucapannya. Mulyasa (2014: 148) menyebutkan beberapa indikator siswa dapat dikatakan jujur, yaitu: (1) Mengemukakan apa adanya, (2) Berbicara secara terbuka, (3) Menunjukkan fakta yang sebenarnya, (4) Menghargai data, (5) Mengakui kesalahannya (2014: 258). Aspek
pengamatan
yang
diamati
dalam
sikap
kejujuran
berpedoman pada Dikpora kabupaten Boyolali, terdapat 5 aspek yang diamati, yakni: (1) Tidak mencontek dalam mengerjakan ujian atau ulangan, (2) Tidak melakukan plagiat dalam mengerjakan setiap tugas, (3) Mengemukakan perasaan terhadap sesuatu apa adanya, (4) Melaporkan data atau informasi apa adanya, dan (5) Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki. Kejujuran menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan sebagai sikap sosial yang ditunjukkan dengan kecenderungan untuk menempatkan diri sebagai orang yang dapat dipercayai disebabkan kelurusan hatinya, dan ditunjukkan melalui perkataan dan perbuatan yang apa adanya, sesuai dengan kenyataan, tidak ditambah atau dikurangi dan tidak dibuat-buat. Kejujuran dari siswa dapat dilihat dalam beberapa indikator yang disebutkan oleh para ahli di atas, yaitu: (1) Tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas di rumah maupun saat ulangan, (2) Mengatakan dengan sesungguhnya sesuatu yang telah terjadi atau yang dialaminya, (3) Mau bercerita tentang kesulitan menerima pendapat temannya, (4) Mengemukakan pendapat tentang sesuatu sesuai dengan yang diyakininya, (5) mengemukakan ketidaknyamanan dirinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 dalam belajar di sekolah, (6) Berbicara secara terbuka, (7) Menghargai data, (8) Mengakui kesalahannya. d. Pengertian Kepedulian Kepedulian adalah sikap memerhatikan kebutuhan orang lain baik secara materi maupun non materi, mau berbagi, dan mendengarkan orang lain. (Aryani, Aunurrahman, & Fadillah, 2013). Sikap seseorang yang didorong oleh rasa kemanusiaan dan kebersamaan, yang diwujudkan dengan tindakan sengaja untuk memberi ketenangan dan mengatasi kesulitan yang ada pada orang lain, inilah yang menyebabkan timbulnya kepedulian. Kepedulian sosial yang dimaksud adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Aqib menjelaskan peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Aqib menambahkan beberapa indikator siswa dapat dikatakan peduli sosial adalah: (1) Mengunjungi rumah yatim dan orang jompo, (2) Menghormati petugas-petugas sekolah, (3) Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan, (4) Menyumbang darah untu PMI (2012: 150). Daryanto dan Darmiatun menyebutkan beberapa kriteria siswa dikatakan memiliki kepedulian sosial adalah: (1) Membantu orang yang susah. Siswa membantu teman atau orang lain yang membutuhkan bantuannya atau yang meminta tolong kepadanya. (2) Berkorban untuk orang lain. Berkorban untuk orang lain dimaknai dengan mengorbankan kepentingan pribadinya demi membantu kepentingan orang lain. (3) Memahami perasaan orang lain. Hal ini dimaksudkan siswa tidak egois terhadap perasaannya, namun lebih mengutamakan perasaan orang lain (2013: 5). Aspek pengamatan yang diamati dalam sikap kepedulian berpedoman pada Dikpora kabupaten Boyolali, terdapat 5 aspek yang diamati, yakni: (1) Menunjukkan perhatian pada teman, (2) Tidak menyakiti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 teman, (3) Senang berbagi/ tidak pelit, (4) Menghargai kekurangan/ ketidakmampuan teman, dan (5) Empati pada teman. Kepedulian menurut pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai kesadaran atau keinginan seseorang untuk berbagi sesama manusia. Berbagi meliputi materi dan nonmateri. Memperhatikan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan pribadinya sendiri. Termasuk di dalamnya memperhatikan curahan hati orang lain yang membutuhkannya. Kepedulian juga meliputi perhatian seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Disebutkan pula beberapa indikator siswa dapat dikatakan anak yang peduli, yaitu: (1) Mengunjungi rumah yatim dan orang jompo, (2) Menghormati petugas-petugas sekolah, (3) Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan, (4) Menyumbang darah untu PMI, (5) Berkorban untuk orang lain, (6) Memahami perasaan orang lain, (7) Tidak menyakiti teman, (8) Senang berbagi/ tidak pelit, (9) Menghargai kekurangan/ ketidakmampuan teman, dan (10) Empati pada teman. e. Pembentukan Sikap Sosial Azwar menyatakan bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu
dengan lingkungan fisik
maupun lingkungan psikologi di sekelilingnya (2013: 30). Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah: (1) Pengalaman pribadi seseorang terhadap suatu peristiwa memberikan dampak pada pembentukan sikap seseorang terhadap objek tersebut pada kesempatan berikutnya. Baik dalam bentuk sikap positif maupun sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 negati. (2) Kebudayaan dimana kita hidup memiliki pengaruh terhadap satu wilayah lingkungan hidup, dan telah mewarnai sikap anggota masyarakat. Dengannya pembentukan sikap kita terpengaruh adanya dorongan hidup masyarakat yang mendominasi wilayah tersebut. Hanya yang memiliki kepribadian kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu. (3) Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang
berarti
khusus
bagi
kita
(significant
other),
akan
banyak
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap suatu objek tertentu. (4) Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh dlam pembentukan opini dan kepercayaan kepada suatu objek. (5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama, keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaranajarannya. (6) Faktor emosi dalam diri individu. Emosi tersebut berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 2013: 30). Sobur
menyatakan
bahwa
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi proses pembentukan sikap seseorang, yaitu: (1) Adanya akumulasi pengalaman dari tanggapan-tanggapan tipe yang sama. Seseorang mungkin berinteraksi dengan berbagai pihakyang mempunyai sikap yang sama terhadap suatu hal. (2) Pengamatan terhadap sikap lain yang berbeda. Seseorang dapat menentukan sikap pro atau anti terhadap gejala tertentu. (3) Pengalaman (buruk atau baik) yang pernah dialami. (4) Hasil peniruan terhadap sikap pihak lain (secara sadar atau tidak sadar). Efektifitas pengendalian
sangat
bergantung
pada
kesiapan
seseorang
penyerasiannya dengan keadaan mental yang bersangkutan (2013: 163).
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu (1) Pengalaman pribadi, (2) Kebudayaan, (3) Seseorang yang kita anggap penting, (4) Media massa , (5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama, (6) Faktor emosi dalam diri individu, (7) Hasil peniruan terhadap sikap pihak lain. f. Struktur Sikap Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar S., 2003 : 23): 1) Komponen Kognitif Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2) Komponen Afektif Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruhpengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 3) Komponen Konatif Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. Pendapat di atas didukung rumusan komponen dari Krech, Crutchfield, dan ballachey (1962), yang menyatakan bahwa sikap merupakan gabungan dari beberapa komponen. Komponen tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 meliputi komponen kognitif (cognitive), komponen perasaan (feeling), dan kecenderungan tindakan (action tendency) (Sobur: 2013). Berlandaskan pada 2 pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap tergabung dari 3 komponen utama, yaitu: (1) Komponen kognitif, yaitu representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. (2) Komponen afektif (feeling), merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. (3) Komponen tindakan (konatif), merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. g. Fungsi Sikap Katz (1960) mengemukakan bahwa fungsi sikap ada 3, yaitu: (1) Fungsi organisasi.
Keyakinan
yang terkandung dalam sikap kita
memungkinkan kita untuk mengorganisasikan pengalaman sosial. (2) Fungsi kegunaan. Sikap digunakan untuk menegaskan sikap orang lain dan selanjutnya memperoleh persetujuan sosial. (3) Fungsi perlindungan. Sikap menjaga kita dari ancaman terhadap harga diri kita (Shobur, 2013: 369). Teori fungsional yang dikemukakan oleh Katz, mengatakan bahwa untuk memahami bagaimana sikap menerima dan menolak perubahan haruslah berangkat dari dasar motivasional sikap itu sendiri. Apa yang dimaksudkan Katz sebagai dasar motivasional merupakan fungsi sikap bagi individu yang bersangkutan. Fungsi sikap dirumuskan menjadi 4 macam, yakni: (1) Fungsi Instrumental, (2) Fungsi Pertahanan Ego, (3) Fungsi Nilai, (4) Fungsi Pengetahuan. Fungsi Instrumental dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan keadaan keinginan. Bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut sikap. Apabia objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan bersikap positif terhadap objek tersebut atau sebaiknya. Fungsi pertahanan ego diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. Dalam hal ini, sikap merefleksikan problem kepribadian yang tidak terselesaikan. Fungsi nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang sebagai baik dan diinginkan. Sikap ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai yang terdapat pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan terhadap nilai tertentu. Dengan sikap ini seseorang seringkali mengembangkan sikap tertentu untuk memperoleh kepuasan dalam menatakan nilai yang dianutnya yang sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep drinya. Fungsi pengetahuan membantu individu memahami dunia yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan pengetahuan (Azwar, 2013: 53-55). Menurut Rita L. Atkinson dan kawan-kawan, menyebut ada 5 fungsi sikap, yaitu: (1) Fungsi Instrumental, (2) Fungsi Pengetahuan, (3) Fungsi Nilai-Ekspresif, (4) Fungsi Pertahanan Ego, (5) Fungsi Penyesuaian Sosial. Dikatakan memiliki fungsi instrumental apabila sikap yang kita pegang karena alasan praktis atau manfaat. Sikap ini semata-mata mengekspresikan keadaan spesifik keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau hadiah dan menghindari hukuman. Fungsi pengetahuan merupakan fungsi sikap yang membantu kita memahami dunia, yang membawa keteraturan bagi berbagai informasi yang harus kita asimiliasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap tersebut adalah skema penting yang memungkinkan kita mengorganisasikan dan mengolah berbagai informasi secara efisien tanpa harus memperhatikan detailnya. Fungsi nilai-ekspresif yaitu fungsi sikap yang mengekspresikan nilai-nilai kita atau yang mencerminkan konsep diri kita. Karena sikap nilai-ekspresif berasal dari nilai atau konsep dasar seseorang, mereka cenderung konsisten satu sama lain. Fungsi pertahanan ego merupakan sikap yang melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga diri kita. Salah satu pertahanan ego yang dijelaskan oleh Freud adalah proyeksi: individu merepresi impuls yang tidak dapat diterima kemudian mengekspresikan sikap bermusuhan kepada orang lain yang dirasakan memiliki impuls yang sama. Fungsi penyesuaian sosial merupakan sikap yang membantu kita merasa menjadi bagian dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 komunitas. Sampai tingkat memiliki fungsi penyesuaian sosial, sikap dapat berubah jika norma sosial berubah. (Sobur, 2013: 369) Berlandas dari tiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) Fungsi organisasi, (2) Fungsi kegunaan, (3) Fungsi perlindungan, (4) Fungsi Instrumental, (5) Fungsi Pengetahuan, (6) Fungsi nilai, dan (7) Fungsi penyesuaian sosial.
2. Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Model pembelajaran a model is a representation of a phenomenon, an object, or idea dari sebuah fenomena, objek atau ide. Model menggambarkan keseluruhan konsep dari sebuah ide, berupa penyederhanaan yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep berupa kerangka, gambaran prosedur dan langkah-langkah dari awal hingga akhir dalam melaksanakan suatu A conceptual model is an external representation created by teachers, or scientists that facilitates the comprehension or the teaching of systems or states of affairs in the world (Ornek, 2008). Model konseptual adalah representasi yang dibuat oleh guru atau ilmuan yang berguna untuk memfasilitasi pemahaman atau pengajaran sistem atau tata negara di dunia. Dengan adanya model, guru sangat terbantu dalam menyusun konsep mengajar yang akan diterapkan dalam kelasnya. Model mempermudah siswa dalam memahami pelajaran di dalam kelas, karena konsepnya yang telah terstruktur sehingga menciptakan keefektivan dalam proses belajar mengajar. Mills
el adalah bentuk representasi
akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
2010: 45).
Model merupakan bentuk perwakilan dari sebuah proses
aktual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil (1980) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Sugiyanto, 2008: 7). Untuk mendapatkan hasil belajar yang efektif dan memuaskan diperlukan adanya model pembelajaran yang terstruktur, sehingga pembelajaran tidak melebar kemana-mana. Dengan model pembelajaran, kegiatan belajar mengajar di kelas tertata, terfokus pada materi yang telah disiapkan dan menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan, serta hasil belajar siswa memuaskan. Winataputra (2007) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2008:7). Joyce dan Weil
Models of teaching are
really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn (2009: 11). Yang artinya adalah model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaan (2008: 295). Model pembelajaran adalah sebuah kerangka berpikir untuk melaksanakan suatu pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 yang mengacu pada pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka berfikir yang menggambarkan keseluruhan dari desain pembelajaran yang akan diterapkan dalam kelas, berupa rancangan kurikulum, langkah-langkah pembelajaran, pengaturan materi, hingga media yang akan digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. b. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa belajar melalui masalah yang terjadi dalam dunia nyata secara terstruktur dalam proses pendalaman pemahaman siswa. Masalah adalah dasar dari pembelajaran ini, sebagaimana yang dikatakan
pronlems as a starting point for the acquisition and integration of new knowledge
Model pembelajaran PBL adalah metode
pembelajaran dengan prinsip yang menjadikan masalah sebagai titik awal untuk memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Howard Barrows dan Kelson (1982) juga mengungkapkan rumusan tentang PBL, Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehariPBL merupakan model pembelajaran yang menuntun siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok untuk memecahkan masalah yang telah disiapkan oleh guru. Hal ini sejalan dengan rumusan yang diungkapkan oleh Dutch (1994) tentang PBL, merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untukmengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta 21) Tan
(2003)
menyatakan
bahwa
PBL
memiliki
ciri-ciri
menggunakan masalah sebagai awal dari pembelajaran, masalah tersebut haruslah ada kaitannya dengan dunia nyata. Kemudian tugas siswa adalah secara berkelompok mendiskusikan masalah tersebut, mengidentifikasi, mencari referensi dan solusi dari masalah tersebut. Disini tugas guru adalah sebagai fasilitator yang bertugas untuk memberikan masalah kepada siswa kemudian membantu mengarahkan kepada sumber bacaan sebagai referensi, dan memberikan arahan lain serta saran yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya memberikan kuliah dengan lisannya saja, tetapi siswalah yang aktif dalam pembelajaran. (Amir, 2010: 12) problem-based learning as a curriculum design that identified students not as passive recipients of knowledge but as problem solvers who could develop disciplinary (Kuo Shu Huang, 2012: 123). Artinya bahwa pembelajaran berbasis masalah sebagai desain kurikulum yang diidentifikasi siswa tidak sebagai penerima pasif pengetahuan tetapi sebagai pemecah masalah yang bisa mengembangkan pengetahuan. Arends (2004) menyatakan bahwa model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik
sehingga
siswa
dapat
menyusun
pengetahuan
sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. (Hosnan, 2014: 295). Model PBL menggunakan masalah yang ada dalam kehidupan nyata sebagai dasar dalam pembelajaran. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 kehidupan nyata sebagai titik awal dalam proses pembelajaran, menuntut siswa belajar secara aktif dalam suatu kelompok untuk mencari referensi dalam menemukan solusi sendiri dari masalah yang mereka ajukan atau yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa dapat belajar lebih bermakna. Disini guru menempatkan diri sebagai fasilitator yang membantu siswa memberikan arahan bukan kuliah secara lisan. c. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) Menurut Arends (2004), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Pengajuan pertanyaan atau masalah (1) Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. (2) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. (3) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa (4) Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. (5) Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah. b) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu. Diambil dari berbagai mata pelajaran yang digabungkan menjadi satu dan disajikan dalam bentuk pembelajaran tematik terpadu. c) Penyelidikan autentik (nyata) Dalam penyelidikan, siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 dan
menganalisis
informasi,
melakukan
eksperimen,
membuat
kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. d) Menghasilkan produk dan memamerkannya Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. e) Kolaboratif Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah di selesaikan bersama-sama antar siswa (Trianto, 2007). Adapun beberapa karakteristik proses PBL menurut Tan (2003) diantaranya: a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. b) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara gamblang c) Masalah
biasanya
menuntut
perspektif
majemuk.
Solusinya
menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu kebidang lainnya. d) Masalah
membuat
siswa
tertantang
untuk
mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru. e) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning) f) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. g) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi (Amir, 2007). Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses PBL dapat disimpulkan bahwa tiga unsur esensial dalam proses PBL yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil. PBL juga menghasilkan produk dan memamerkan prodek tersebut kepada kelompok lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 d. Tahap-tahap dalam Problem Based Learning (PBL) Hosnan (2014: 301) dan Sanjaya (2006: 217) menyatakan bahwa tahap pelaksanaan PBL terdiri atas lima langkah utama, yaitu: a) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. b) Mengorganisasi
siswa
untuk
belajar.
Guru
membantu
siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. c) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya. e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu
siswa
melakukan
refleksi
atau
evaluasi
terhadap
penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan. Amir (2008: 24) menjelaskan bahwa tahap proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terdiri atas 7 langkah, yaitu: Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah. Langkah 2: Merumuskan Masalah Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjai di antara fenomena itu. Kadangkadang ada hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya atau ada yag sub-sub masalah yang seharusnya diperjelas dahulu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Langkah 3: Menganalisis Masalah Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum dalam masalah), dan juga informasi yang ada dalam fikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah. Langkah
4:
Menata
gagasan
Anda
dan
Secara
Sistematis
Menganalisisnya dengan dalam Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana
yang
bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian bagian yang membentuknya. Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan. Tujuan pembelajaran ini jga yang dibuat menjadi dasar penugasan-penugasan individu di setiap kelompok. Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok) Saat ini klompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menentukan dimana hendak dicarinya. Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran. Pembelajar harus: memilih, meringkas sumber
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 pembelajaran itu dengan kalimatnya sendiri (ingatkan mereka untuk tidak hanya memindahkan kalimat dari sumber!), dan mentalah menulis sumbernya dengan jelas. Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh individu/ subkelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran. Laporan ini harus disampaikan dan dibahas di pertemuan kelompok berikutnya (Langkah 7). Langkah 7: Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk guru/kelas Dari laporan-laporan individu/subkelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lai, kelompok akan mendapatkan informasiinformasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik, dan di serahkan ke setiap anggota). Kadang-kadang laporan-laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok. Pada langkah
7
ini
kelompok
sudah
dapat
membuat
sintesis;
menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan. Sebagian bagus tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan sangat ditentukan pada tahap ini (untuk kondisi kelas-kelas yang ada di Indonesia, umumnya proses ini harus terjadi di luar kelas). Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah. Disinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mempresentasikan (komunikasi oral) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti lebih melandaskan pendapat dari Hosnan (2014) dan Sanjaya (2006), hal tersebut didukung oleh pendapat dari Rusman (2014: 243) dan Kosasih (2014: 91). Kelima tahap tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 Tabel 2.1. Tahap Pelaksanaan Model PBL Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik Tahap I Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Mengorientasikan peserta dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. didik terhadap masalah Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan. Tahap 2 Guru membantu peserta didik Mengorganisasi peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi untuk belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Tahap 3 Guru mendorong peserta didik untuk Membimbing penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai individual maupun kelompok dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Tahap 4 Guru membantu peserta didik untuk Mengembangkan dan berbagi tugas dan merencanakan atau menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model. Tahap 5 Guru membantu peserta didik untuk Menganalisis dan melakukan refleksi atau evaluasi Mengevaluasi proses terhadap proses pemecahan masalah pemecahan masalah yang dilakukan. e. Implementasi Model PBL pada Tema Lingkungan Sahabat Kita dalam meningkatkan sikap Sosial Dalam sub bab di atas telah dijelaskan langkah-langkah pembelajaran dalam model PBL yang terdiri dari 5 langkah utama. Dalam pelaksanaan pembelajaran Tema Lingkungan Sahabat Kita menggunakan model PBL dapat diuraikan sebagai berikut: a) Siswa
mendapatkan
penjelasan
dari
guru
mengenai
tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 b) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen oleh guru, untuk menghindari terbuangnya waktu yang sia-sia dan suasana yang kurang kondusif. c) Siswa melakukan kegiatan wawancara dan menyusun data hasil wawancara. Melalui kegiatan penyusunan data, siswa dituntut untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab dengan data yang disajikan. Data harus benar-benar hasil dari wawancara, bukan hanya data hasil buatan sendiri. d) Siswa
mendiskusikan
hasil
wawancara
dengan
teman
secara
berkelompok. Melalui kegiatan berdiskusi, siswa dituntut untuk memiliki sikap tanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan guru. e) Siswa membaca teks bacaan mengenai hubungan manusia dan lingkungan serta beberapa teks bacaan mengenai wilayah Indonesia. Melalui kegiatan ini, siswa diajarkan untuk mengembangkkan kepeduliannya dengan lingkungan sekitar. f) Siswa diberikan masalah oleh guru. Masalah tersebut bersumber dari hasil wawancara dan teks bacaan yang telah dibaca siswa. Masalah yang diberikan guru berisi tentang masalah sosial yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat meningkatkan sikap sosial pada diri siswa. g) Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang diberikan oleh guru. Sumber informasi tersebut dapat berasal dari manapun. Melalui kegiatan ini siswa dituntut untuk bersikap tanggung jawab dan peduli terhadap tugas yang diberikan secara berkelompok. h) Siswa merencanakan dan menyiapkan laporan yang berkaitan dengan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa berbagi tugas dengan temannya dibantu oleh guru. Melalui kegiatan ini, siswa diajak untuk mengembangkan
sikap
mengerjakan laporan.
tanggung
jawab
dan
kejujuran
dalam
Laporan tersebut haruslah hasil diskusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 kelompok, bukan hasil individu atau hasil plagiat laporan kelompok lain. i) Siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan dibantu oleh guru. f. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL) a) Kelebihan PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang pastilah memiliki beberapa keunggulan dalam penggunaannya pada suatu proses pembelajaran, keunggulan tersebut antara lain disebutkan dalam Sanjaya (2007) , bahwa kelebihan PBL adalah: (1) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, (2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran
siswa,
(3)
Membantu
siswa
dalam
mentransfer
pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata, (4) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBL dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses, (5) Mengembangkan kemampuan
siswa
untuk
berpikir kritis
dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, (6) Memberikan
kesempatan
pengetahuan
yang
bagi
mereka
siswa
miliki
untuk
dalam
mengaplikasikan
dunia
nyata,
(7)
Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidkan formal telah
berakhir, (8)
Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata. Shoimin juga menyatakan beberapa kelebihan model PBL, diantaranya adalah: (1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata, (2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendirimelalui aktivitas belajar, (3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini menguragi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi, (4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok, (5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi, (6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, (7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, (8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat di atasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching (2014: 132). b) Kelemahan Bagai 2 mata koin yang berbeda, begitu pula dalam PBL selain memiliki beberapa kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan. Sanjaya (2007) menyatakan bahwa kelemahan PBL adalah: (1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya, (2) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Shoimin menyatakan beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model PBL, diantara adalah: (1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, (2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas (2014: 132). c) Cara untuk mengatasi kelemahan PBL Seperti yang telah diketahui bahwa PBL memiliki beberapa kelemahan dalam prakteknya. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 memaparkan cara untuk mengatasi kelemahan tersebut, agar dalam prakteknya PBL menjadi model yang efektif memberikan dampak peningkatan sikap sosial siswa. (1) Secara umum kelemahan yang diuraikan oleh Sanjaya (2007) dapat diatasi dengan kreatifitas guru menjadikan suasana belajar menjadi menantang dan menyenangkan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut guru dapat membangun minat dan kepercayaan siswa melalui media yang menarik atau dengan memberikan motivasi untuk mencoba memecahkan masalah dalam PBL. (2) Kelemahan yang diuraikan Shoimin (2014) tidak berlaku pada penerapan kurikulum 2013 yang menerapkan pembelajaran tematik integratif. Dengan pembelajaran tematik, yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran, menjadikan PBL menjadi model yang cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. (3) Untuk mengatasi kelemahan PBL yang diuraikan Shoimin yang ke-2, guru sebisa mungkin membentuk kelas menjadi kelompok yang heterogen, sehingga masalah yang diberikan kepada setiap kelompok akan seimbang. 3. Hakikat Tema Lingkungan Sahabat Kita Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu organisme, faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor) (Mulyanto, 2007: 1). Tema Lingkungan Sahabat Kita diajarkan pada Kurikulum 2013 kelas V SD. Merupakan tema 9 atau tema terakhir yang diajarkan pada tingkat kelas V SD. Terdiri dari tujuh mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, SBdP, dan PJOK) yang di integrasikan menjadi satu tema Lingkungan Sahabat Kita. Penelitian ini dibagi menjadi 3 siklus. Pada siklus pertama dilakukan dua kali pertemuan dengan mengambil tema 9 subtema 1 pembelajaran 3, terdiri dari 3 mata pelajaran yang di integrasikan dan tema 9 subtema 1 pembelajaran 4, terdiri dari 4 mata pelajaran yang di integrasikan. Berikut KD yang diambil dalam pembelajaran ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 Tabel 2.2. KD Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 1 Tema 9 Subtema 1 Pembelajaran 3 Mata pelajaran PPKn
Matematika
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai semangat kebhinnekatunggalikaan dan keragaman agama, suku bangsa pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas,upacara adat, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. 2.1 Menunjukkan perilaku, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf yang dijiwai keteladanan pahlawan kemerdekaan RI dalam semangat perjuangan, cinta tanah air, dan rela berkorban sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila 3.2 Memahami hak kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga dalam kehidupan seharihari di rumah, dan sekolah 4.2 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan aturan di lingkungan rumah, dan sekolah 1.2 Menghargai nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. 2.1 Menunjukkan sikap kritis, cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu, tidak mudah menyerah serta bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas. 3.8 Memahami arti rata-rata, median dan modus dari sekumpulan data 4.14 Mengumpulkan, menata, membandingkan, dan menyajikan data cacahan dan ukuran menggunakan tabel, grafik batang piktogram, dan diagram lingkaran (grafik kue serabi) 1.2 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam. 2.5 Memiliki rasa percaya diri dan cinta tanah air tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku Tabel 2.3. KD Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 2 Tema 9 Subtema 1 Pembelajaran 4 Mata pelajaran IPS
PPKn
Matematika
Bahasa
Kompetensi Dasar 1.1 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya. 2.1 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab, peduli, santun dan percaya diri sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa penjajahan dan gerakan kebangsaan dalam menumbuhkan rasa kebangsaan. 3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi 4.2 Menyajikan pemahaman tentang manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia 1.1 Menghargai semangat kebhinnekatunggalikaan dan keragaman agama, suku bangsa pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, upacara adat, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. 2.1 Menunjukkan perilaku, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf yang dijiwai keteladanan pahlawan kemerdekaan RI dalam semangat perjuangan, cinta tanah air, dan rela berkorban sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila. 3.2 Memahami hak kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga dalam kehidupan seharihari di rumah, dan sekolah 4.2 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan aturan di lingkungan rumah, dan sekolah 1.2 Menghargai nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. 2.1 Menunjukkan sikap kritis, cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu, tidak mudah menyerah serta bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas 3.8 Memahami arti rata-rata, median dan modus dari sekumpulan data 4.14 Mengumpulkan, menata, membandingkan, dan menyajikan data cacahan dan ukuran menggunakan tabel, grafik batang piktogram, dan diagram lingkaran (grafik kue serabi 1.2 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Indonesia
keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam. 2.5 Memiliki rasa percaya diri dan cinta tanah air tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Pada siklus ke-2 dilakukan dua kali pertemuan dengan mengambil tema 9 subtema 2 pembelajaran 3, terdiri dari 3 mata pelajaran yang di integrasikan dan tema 9 subtema 2 pembelajaran 4, terdiri dari 4 mata pelajaran yang di integrasikan. Berikut KD yang diambil dalam pembelajaran ini:
Tabel 2.4. KD Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 1 Tema 9 Subtema 2 Pembelajaran 3 Mata pelajaran PPKn
Matematika
Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa 2.2 Menunjukkan perilaku sesuai hak dan kewajiban dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum sebagai warganegara dalam kehidupan sehari-hari sesuai Pancasila dan UUD 1945 3.6 Memahami perlunya saling memenuhi keperluan hidup 4.6 Menyajikan dinamika saling memenuhi keperluan hidup antar daerah untuk menumbuhkan keutuhan nasional 1.2 Menghargai nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Menunjukkan sikap berpikir logis, kritis dan kreatif. 3.9 Memahami konsep frekuensi relatif melalui percobaan dan tabel 4.16 Menyatakan kesimpulan berdasarkan data tabel atau grafik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Bahasa Indonesia
1.2 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam. 2.5 Memiliki rasa percaya diri dan cinta tanah air tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Tabel 2.5. KD Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan 2 Tema 9 Subtema 2 Pembelajaran 4 Mata pelajaran IPS
PPKn
Kompetensi Dasar 1.2 Menjalankan ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat 2.2 Menunjukkan perilaku jujur, sopan, estetika dan memiliki motivasi internal ketika berhubungan dengan lembaga sosial, budaya, ekonomi dan politik 3.2 Mengenal perubahan dan keberlanjutan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, masa tumbuhnya rasa kebangsaan serta perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya 4.2 Menyajikan pemahaman tentang manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa 2.2 Menunjukkan perilaku sesuai hak dan kewajiban dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum sebagai warganegara dalam kehidupan sehari-hari sesuai Pancasila dan UUD 1945
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Matematika
Bahasa Indonesia
3.2 Memahami hak kewajiban dan tanggungjawab sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, dan sekolah 4.2 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan aturan di lingkungan rumah, dan sekolah 1.2 Menghargai nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Menunjukkan sikap berpikir logis, kritis dan kreatif. 3.3 Memilih prosedur pemecahan masalah dengan menganalisis hubungan antar simbol, informasi yang relevan, dan mengamati pola 4.3 Menunjukkan kesetaraan menggunakan perkalian atau pembagian dengan jumlah nilai yang tidak diketahui pada kedua sisi 1.2 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam. 2.5 Memiliki rasa percaya diri dan cinta tanah air tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 3.4 Menggali informasi dari teks pantun dan syair tentang bencana alam serta kehidupan berbangsa dan bernegara dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.4 Melantunkan dan menyajikan teks pantun dan syair tentang bencana alam serta kehidupan berbangsa dan bernegara secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Pada siklus ke-3 dilakukan satu kali pertemuan dengan mengambil tema 9 subtema 3 pembelajaran 3, terdiri dari 3 mata pelajaran yang di integrasikan dan tema 9 subtema 3 pembelajaran 4, terdiri dari 4 mata pelajaran yang di integrasikan. Berikut KD yang diambil dalam pembelajaran ini:
Tabel 2.6. KD Pembelajaran Siklus 3 Pertemuan 1 Tema 9 Subtema 3 Pembelajaran 3 Mata pelajaran PPKn
Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa 2.2 Menunjukkan perilaku sesuai hak dan kewajiban dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum sebagai warganegara dalam kehidupan sehari-hari sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Matematika
Bahasa Indonesia
Pancasila dan UUD 1945 3.2 Memahami hak kewajiban dan tanggungjawab sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, dan sekolah 4.2 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan aturan di lingkungan rumah, dan sekolah 1.2 Menghargai nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Menunjukkan sikap berpikir logis, kritis dan kreatif. 3.8 Memahami arti rata-rata, median dan modus dari sekumpulan data 4.14 Mengumpulkan, menata, membandingkan, dan menyajikan data cacahan dan ukuran menggunakan tabel, grafik batang piktogram, dan diagram lingkaran (grafik kue serabi) 1.2 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam. 2.5 Memiliki rasa percaya diri dan cinta tanah air tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Tabel 2.7. KD Pembelajaran Siklus 3 Pertemuan 2 Tema 9 Subtema 3 Pembelajaran 4 Mata pelajaran IPS
Kompetensi Dasar 1.2 Menjalankan ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat 2.2 Menunjukkan perilaku jujur, sopan, estetika dan memiliki motivasi internal ketika berhubungan dengan lembaga sosial, budaya, ekonomi dan politik 3.5 Memahami manusia Indonesiav dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 budaya, dan ekonomi Menyajikan pemahaman tentang manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa 2.2 Menunjukkan perilaku sesuai hak dan kewajiban dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum sebagai warganegara dalam kehidupan sehari-hari sesuai Pancasila dan UUD 1945 3.2 Memahami hak kewajiban dan tanggungjawab sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, dan sekolah 4.2 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan aturan di lingkungan rumah, dan sekolah 1.2 Menghargai nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Menunjukkan sikap berpikir logis, kritis dan kreatif. 3.8 Memahami arti rata-rata, median dan modus dari sekumpulan data 4.14 Mengumpulkan, menata, membandingkan, dan menyajikan data cacahan dan ukuran menggunakan tabel, grafik batang piktogram, dan diagram lingkaran (grafik kue serabi) 1.2 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam. 2.5 Memiliki rasa percaya diri dan cinta tanah air tentang nilai-nilai perkembangan kerajaan Islam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku 4.3
PPKn
Matematika
Bahasa Indonesia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 B. Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan yang dapat dijadikan dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yaitu: Penelitian Arifah Purnamaningrum (2012) menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat
meningkatkan ketrampilan berpikir kreatif siswa kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta. Hal ini dapat dilihat melalui hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberikan pada akhir setiap siklus. Serta data pendukung berupa Lembar Kerja Siswa dan angket sikap siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran PBL. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil penelitian menunjukkan persentase tiap aspek kemampuan berpikir kreatif sebelum dilakukan tindakkan, kemampuan siswa untuk memberikan gagasan (fluency) sebesar 56,31%, kemampuan berpikir luwes (flexibility) 51,89%, kemampuan berpikir orisinil (originality) 39,39%, kemampuan memperinci (elaborasi) 43,56%, kemampuan menilai (evaluasi) 43,49%. Tindakan dilakukan dalam tiga siklus, hasil yang dicapai pada siklus III, aspek fluency 85,86%, flexibility sebesar 78,03%, originality sebesar 63,64%, elaborasi 60,23%, evaluasi 62,12%, hal ini menyatakan bahwa penelitian telah mencapai indikator yang ditetapkan Hal yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pada variabel bebasnya, yaitu model yang digunakan sama-sama menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Perbedaannya terdapat pada variabel terikatnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Arifah Purnamaningrum ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, sedangkan peneliti menggunakan model PBL untuk meningkatkan sikap sosial siswa. Penelitian Yunita Dwi Lestari (2012) menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan
pemahaman sifat-sifat dasar bunyi pada kelas IV SD Negeri 2 Sugihan Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Kedua, ada peningkatan pemahaman sifat-sifat dasar bunyi setelah diadakan tindakan kelas dengan Model Problem Based Learning (PBL). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya pemahaman sifat-sifat dasar bunyi siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 61 dengan ketuntasan klasikal 36,36%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 66,25 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 63,63%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,98 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 81,81%. Hal yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pada variabel bebasnya, yaitu model yang digunakan sama-sama menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Perbedaannya terdapat pada variabel terikatnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yunita Dwi Lestari ditujukan untuk meningkatkan pemahaman sifat-sifat dasar bunyi, sedangkan peneliti menggunakan model PBL untuk meningkatkan sikap sosial siswa. Penelitian Warkim (2013) menyimpulkan bahwa pelajaran sejarah melalui pembelajaran kooperatif menggunakan model group investigasi mampu meningkatkan sikap sosial siswa kelas X G SMA Negeri banyumas. Dengan adanya kerja kelompok dalam suatu pembelajaran, siswa bertambah antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pada variabel terikatnya, yaitu sama-sama meningkatkan sikap sosial, namum penelitian oleh Warkim ditambah dengan meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa. Perbedaannya terdapat pada variabel bebasnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Warkim menggunakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi (GI), sedangkan penelitian ini menggunakan model PBL untuk meningkatkan sikap sosial siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal masih banyak siswa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-Aru yang belum memiliki sikap sosial yang membudaya. Dari 37 siswa terdapat 15 atau 40,5% siswa dengan tingkatan membudaya dalam sikap kejujuran, 20 atau 54% siswa dengan tingkatan membudaya dalam sikap tanggung jawab dan 12 atau 32,4% siswa dengan tingkatan membudaya dalam sikap kepedulian. Kriterian nilai sikap sosial meliputi: 1. M
= Membudaya / sangat tinggi
= 3,33
4,00
2. MB
= Mulai Berkembang / Tinggi
= 2,33
3,32
3. MT
= Mulai Terlihat/ sedang
= 1,33
2,32
4. BT
= Belum Terlihat/ rendah
=0
1,32
Kondisi awal yang dialami siswa kelas V SD Negri 2 Ngaru-Aru adalah kurangnya penerapan sikap sosial anak baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. kurangnya penerapan sikap sosial anak baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan dengan kenyataan bahwa siswa membuat keributan saat ditinggalkan di kelas dengan tugas. Selain itu beberapa siswa mengganggu siswa lain yang sedang fokus mengerjakan tugas. Hal tersebut terjadi karena kurang bermaknanya proses pembelajaran, sehingga penanaman sikap sosial siswa kurang optimal. Kurang bermaknanya proses pembelajaran, disebabkan proses pembelajaran belum mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Model PBL pada tema Lingkungan Sahabat Kita dalam proses pembelajaran diyakini mampu meningkatkan penanaman sikap sosial dalam diri siswa. PBL merupakan model pembelajaran yang menjadikan masalah yang aktual sebagai awal dalam sebuah pembelajaran. Tema Lingkungan Sahabat kita adalah tema ke-9 dalam kurikulum 2013 yang diajarkan di kelas V. Tema Lingkungan Sahabat Kita terdiri dari beberapa subtema yang mengajak kita untuk lebih mengenal dan lebih dekat dengan lingkungan kita. Bicara mengenai lingkungan tak lepas dari masyarakat sebagai lingkungan sosial siswa. Masalah yang diangkat dalam PBL pada tema Lingkungan Sahabat Kita merupakan masalah dalam kehidupan nyata yang memiliki hubungan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 materi pelajaran. Atau guru yang memberikan masalah aktual kepada siswa. Masalah yang diangkat bersangkutan dengan penanaman sikap sosial dalam kehidupan bermasyarakat, seperti masalah tentang penanaman sikap tanggung jawab, kejujuran dan kepedulian siswa terhadap lingkungannya. Tugas siswa adalah mencari solusi dari permasalahan tersebut dengan mengacu dari beberapa sumber yang diambil siswa dari perpustakaan atau internet dan sumber lainnya. Dengan siswa belajar melalui masalah dalam kehidupan nyata mengenai masalah sosial, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Sehingga penanaman sikap sosial dalam diri siswa terkhusus sikap tangguang jawab, kejujuran dan kepedulian lebih efektif dan mengena dalam diri siswa. Berdasarkan setiap tindakan, pembelajaran dilakukan dalam bentuk siklus, sehingga pada kondisi akhir dapat diperoleh simpulan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan sikap sosial pada tema Lingkungan Sahabat Kita siswa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-Aru Boyolali tahun ajaran 2014/2015. Dengan demikian kerangka berpikir dengan model pembelajaran PBL dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Proses Kegiatan Belajar masih menggunakan pendekatan konvensional dan belum menggunakan model pembelajaran PBL
Menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan sikap sosial pada tema Lingkungan Sahabat Kita
Dengan menerapkan model PBL pada tema Lingkungan Sahabat Kita, dapat meningkatkan sikap sosial siswa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-Aru tahun ajaran 2014/2015
Sikap sosial siswa rendah
Siklus ke I
Sikap sosial siswa meningkat
Siklus ke II
Sikap sosial siswa meningkat
Siklus ke III
Sikap sosial siswa meningkat
Sikap sosial siswa tinggi
Gambar 2.1. Alur Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan kelas ini, yaitu pembelajaran menerapkan Model Problem Based Learning pada tema Lingkungan Sahabat Kita dapat meningkatkan sikap sosial pada siswa kelas V SD Negri 2 Ngaru-Aru Tahun Ajaran 2014/2015.
commit to user