perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pemahaman Konsep Bilangan Romawi a. Pengertian Pemahaman Upaya yang dilakukan siswa untuk dapat menguasai materi pembelajaran adalah siswa harus mempunyai kemampuan untuk memahami hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wingkel (2004). Wingkel (2004: 247) mengemukakan bahwa,
kemampuan .
Pemahaman
termasuk
kedalam
ranah
kognitif,
seperti
yang
dikemukakan oleh seorang ahli, ranah kognitif menurut Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2010: 27) terdiri dari enam jenis perilaku dan salah satu perilaku tersebut adalah perilaku pemahaman. Disebutkan pemahaman, mencangkup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. Selain itu Benny (2009: 16) menyatakan bahwa, pemahaman merupakan kemampuan dalam menjelaskan dan mengartikan suatu konsep. Mengenai kemampuan memahami tersebut Daryanto (2012: 106) mengemukakan bahwa, Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, kemudian mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal
hal
. Sedangkan Sudjana (2005: 24) membedakan pemahaman dalam tiga kategori, yaitu: (1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya; (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok; (3) pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi.
commit7 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Berdasarkan penjelasan dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan siswa dalam mendengar, melihat, mengetahui, mengerti, memahami dan mengartikan suatu makna atau arti yang sedang dikomunikasikan dalam proses belajar dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal hal lain.
b. Pengertian Konsep Menurut Rosser dalam Dahar (2011 abstraksi yang mewakili satu objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.
Selain itu menurut Gagne dalam Hamdani
(2011: 287 mengelompokkan benda
benda ke dalam contoh dan bukan contoh, seperti
suatu segitiga dengan bukan segitiga, bilangan asli dengan yang bukan bilangan . Sagala (2012: 71) menyatakan bahwa, konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip
prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berfikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan. Hamalik (2010: 161) menyatakan bahwa, konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum. Misalnya konsep demokrasi, konsep kuda, konsep bangunan, konsep mobil, dan sebagainya. Selain itu Hamalik (2010: 162) mengemukakan lagi bahwa konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objekobjek atau orang (person). Konsep adalah sesuatu yang luas. Konsep bukan Stimulus khusus, melainkan kelas stimuli. Konsep-konsep tidak terlalu kongruen dengan pengalaman pribadi kita, tetapi menyajikan usaha-usaha manusia untuk mengklasifikasikan pengalaman kita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Dari beberapa uraian mengenai pengertian konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu kategori stimuli yang memiliki ciri - ciri umum dari suatu abstraksi yang mewakili satu objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut sama dan merupakan hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam sebuah definisi sehingga
menjadi
produk
pengetahuan
yang
dapat
berguna
untuk
mengklasifikasikan bentuk pengalaman menjadi lebih efisien dalam membantu siswa dalam proses mengingat.
c. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Heruman (2008: 3 pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih . Salmiza
Saleh,
The
level
of
B.Sc.Ed
Students
Understanding of New-ton Physics
Conceptual state that
conceptual understanding requires both knowledge of and the ability to use scientific concept to develop mental models about the waythe world operates in Pendapat di atas menyatakan bahwa pemahaman konsep memerlukan pengetahuan dan kemampuan untuk dapat menerapkan konsep ilmiah guna mengembangkan mental mengenai dunia yang berjalan sesuai dengan teori ilmiah saat ini. Dalam pemahaman konsep proses pembelajaranya memberi penekanan supaya para siswa menguasai ciri-ciri, sifat-sifat dan penerapan dari konsep yang telah dipelajarinya pada tahap penanaman konsep ( Karso, 2004: 1.53). Hamalik (2010: 166) mengemukakan bahwa untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya, yaitu sebagai berikut: 1) Siswa dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila siswa melihatnya, 2) Siswa dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 3) Siswa dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan contoh, 4) Siswa mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut. Berdasarkan beberap pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami informasi apa yang diajarkan oleh guru, kemampuan dalam mencari makna atau arti tentang apa yang dipelajari saat pembelajaran, kemampuan memanfaatkan isi bahan serta kemampuan siswa dalam mencari pemecahan masalah atau mencari solusi tentang suatu masalah yang timbul dan berhubungan dengan materi ajar yang dipelajari guna mengembangkan mental mengenai dunia yang berjalan sesuai dengan teori ilmiah saat ini .
d. Materi Pelajaran Matematika Bilangan Romawi Istilah Matematika pertama kali disebutkan dalam bahasa Yunani yaitu Mathein atau Mathenein yang artinya adalah mempelajari. Reys dalam Karso
pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan
Ebiendele E, Indispensable tool for successful and balance human existence on this planet
(2011) berpendapat bahwa
Mathematics is the
touchstone of wit and whetstone of intelligence. It is the master and servant of most disciplines and source of enlightment to human understanding of the universe. The importance of mathematics transcends all definitions and descriptions. Technological Advancement of any country depends on the volume and quality of mathematics offered in its school system. Without mathematics the understanding of national problems would be superficial. However, only a handful of people, even among those who have chosen mathematics as a life career are aware of the importance of mathematics to mankind and the entire universe. Jadi artinya Matematika adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk mengasah kecerdasan dan menguji kecerdasan. Matematika adalah pengetahuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 tingkat tinggi dan rendah yang paling sesuai dan merupakan sumber pencerahan bagi pemahaman manusia tentang alam semesta. Pentingnya matematika melampaui semua definisi dan deskripsi. Kemajuan teknologi yang dimiliki negara manapun tergantung pada volume dan kualitas Matematika yang ditawarkan dan terdapat di lingkungan sekolahnya. Tanpa matematika pemahaman masalah nasional akan dangkal. Namun, hanya segelintir orang yang telah sadar akan pentingnya matematika untuk umat manusia dan seluruh alam semesta. Selain itu Karso (2004: 1.40) juga menyatakan bahwa, Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk dan struktur-struktur yang bersifat abstrak, sehingga untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam Matematika. Dari dua pendapat tersebut dapat diketahui betapa pentingnya siswa khususnya siswa sekolah dasar untuk mempelajari dan memahami tentang konsep yang dipelajari di pelajaran Matematika. Matematika disebut juga dengan ilmu deduktif, karena baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam Matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umum. Metode pencarian kebenaran yang digunakan oleh Matematika adalah metode deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam beberapa kasus pemerolehan hasil eksperimen juga membutuhkan angka dalam pemecahan masalahannya, contohnya dalam pelajaran menghitung suhu, dibutuhkan simbol angka untuk mengartikan kondisi suhu yang menjadi objek eksperimen (Karso, 2004: 1.40). Pelajaran Matematika di sekolah dasar merupakan salah satu pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh setiap siswa baik dari kelas 1 hingga kelas 6. Sesuai dengan promes (program semester) SDN VII Baturetno, pelajaran Matematika memilki 5 jam tatap muka setiap minggunya serta berdasarkan silabus KTSP SDN VII Baturetno, materi bilangan Romawi merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran Matematika yang harus dipelajari oleh siswa kelas IV pada semester II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Bilangan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah atau banyaknya sesuatu. Dalam penulisan suatu bilangan digunakan lambang atau simbol yang disebut dengan lambang bilangan. Karso (2004: 6.56) mengemukakan lagi bahwa, lambang bilangan adalah simbol atau gambar yang melambangkan suatu bilangan. Lambang bilangan disebut juga angka. Jadi dapat disimpulkan bahwa bilangan Romawi adalah suatu bilangan yang menggunakan sistem numerasi atau sistem angka Romawi dalam penulisan lambang bilangannya.
Dalam sistem lambang bilangan Romawi digunakan
lambang lambang pokok seperti berikut ini: I=1
V=5
X = 10
L = 50
C = 100
D = 500
M = 1000
- = kalikan 1000
Gambar 2.1. Bagan Lambang lambang Pokok Bilangan Romawi Untuk bilangan-bilangan yang lain, dilambangkan oleh perpaduan dari ketujuh lambang bilangan tersebut. Berikut adalah aturan dalam penulisan bilangan Romawi menurut Karso (2004): 1) Aturan Penjumlahan Bilangan Romawi Untuk membaca bilangan Romawi, dapat diuraikan dalam bentuk penjumlahan seperti pada contoh berikut ini. Contoh: III = I + I + I =1+1 +1 =3 Jadi, III ditulis kedalam bilangan asli menjadi 3 LX = L + X = 50 + 10 = 60 Jadi, LX ditulis kedalam bilangan asli menjadi 60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 XIII = X + III = 10 + 3 = 13 Jadi, XIII ditulis kedalam bilangan asli menjadi 13 Dari contoh-contoh di atas maka dapat di ketahui bahwa : makin ke kanan, nilainya semakin kecil. Tidak ada lambang bilangan dasar yang berjajar lebih dari tiga. Dari contoh-contoh tersebut dapat kita tuliskan aturan pertama dalam membaca lambang bilangan Romawi sebagai berikut: a) Apabila lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka lambang-lambang Romawi tersebut dijumlahkan. b) Penambahnya paling banyak tiga angka. 2) Aturan Pengurangan Bilangan Romawi Apabila lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di sebelah kiri maka untuk membaca bilangan Romawi, dapat diuraikan dalam bentuk pengurangan seperti pada contoh berikut ini. Contoh: IV = V
I
=5 1 =4 Jadi, IV ditulis kedalam bilangan asli menjadi 4 XL = L X = 50 10 = 40 Jadi, XL ditulis kedalam bilangan asli menjadi 40 CM = M
C
= 1000 100 = 900 Jadi, CM ditulis kedalam bilangan asli menjadi 900 Dari contoh-contoh tersebut dapat dituliskan aturan kedua dalam membaca lambang bilangan Romawi sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 a) Apabila lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka lambang-lambang Romawi tersebut dikurangkan. b) Bilangan yang lebih besar hanya dapat dikurangi satu kali. c) Angka I hanya boleh mengurangi angka V dan X. d) Angka X hanya boleh mengurangi angka L dan C. e) Angka C hanya boleh mengurangi angka D dan M. 3) Aturan Gabungan Dari kedua aturan di atas (penjumlahan dan pengurangan) dapat digabung sehingga bisa lebih jelas dalam membaca lambang bilangan Romawi. Contoh: XIX = X + (X = 10 + (10
I) 1)
= 10 + 9 = 19 Jadi, XIV ditulis kedalam bilangan asli menjadi 14 CMXCIX
= (M C) + (C X) + (X
I)
= (1.000 100) + (100 10) + (10 1) = 900 + 90 + 9 = 999 Jadi, CMXCIX ditulis kedalam bilangan asli menjadi 999 Dari contoh-contoh tersebut dapat dituliskan aturan kedua dalam membaca lambang bilangan Romawi sebagai berikut: a) Jika dua bilangan Romawi diawali dengan menggunakan operasi hitung penjumlahan maka bilangan romawi tersebut dihitung terlebih dahulu dan diteruskan dengan operasi hitung yang dibelakangnya. b) Jika dua bilangan Romawi diawali dengan operasi hitung pengurangan maka dua bilangan Romawi tersebut dihitung terlebih dahulu dan diteruskan dengan operasi hitung yang dibelakangnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 4) Aturan Basis 10 Karena bilangan romawi ini mempunyai dasar atau basis 10, maka dalam penulisannya tidak pernah menggunakan lambang
lambang besar
yang bukan perpangkatan dari 10 yang dijajarkan. Contoh:
1000 5) Aturan Bilangan Besar Untuk menuliskan sebuah bilangan yang besar digunakan simbol
Contoh: V = 5 x 1000 = 5000 V = 5 x 1000 x 1000 = 5.000.000 6) Ketentuan Penulisan Lambang Bilangan Romawi Lambang I, X, C, dan M, tidak boleh ditulis berurutan lebih dari tiga kali. Contoh: 30 = XXX, tetapi 40 tidak boleh ditulis XXXX. Lambang V, L, dan D tidak boleh ditulis berurutan lebih dari 1 kali Contoh: LLL = 505050 (salah) Berdasarkan
penjelasan
mengenai
pengertian
konsep
hingga
pemahaman konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep bilangan romawi adalah kemampuan siswa dalam memahami informasi, mencari makna atau arti tentang materi bilangan Romawi dan kemampuan siswa dalam mencari pemecahan masalah, mencari solusi tentang suatu masalah yang timbul dan berhubungan dengan materi bilangan Romawi dan mampu memanfaatkan informasi yang didapatkannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 2. Hakikat Model Quantum Teaching a. Pengertian Model Suprijono (2009: 45) mengemukakan bahwa, model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Selain itu m kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Arends mengemukakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan tujuan pembelajaran, tahap
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Suprijono, 2009: 46). Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka dapat disimpulkan model pembelajaran adalah suatu kerangka berpikir atau acuan yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan suatu kegiatan pembelajaran di kelas, yang di dalamnya terdapat tujuan
tujuan pembelajaran, tahap
tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
b. Pengertian Model Quantum Teaching Hamid (2011: 97) menyatakan bahwa, Quantum Teaching merupakan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas. Menurut pendapat seorang ahli secara rinci merumuskan pengertian Quantum Teaching sebagai berikut: Quantum Teaching shows teacher how to make orchestrate their students success by taking into account everything in the classroom along with
result: a highly effective way to each anything to body. (Mulyono, 2010: 135). Model pembelajaran quantum ini seperti sebuah simfoni dimana, di dalamnya akan banyak sekali unsur yang menjadi faktor pengalaman musik kita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hamid (2011: 98) yang mengemukakan pendapatnya lagi bahwa, Quantum Teaching adalah orchestra atau simfoni bermacam
macam interaksi yang mencangkup unsur-unsur untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 belajar efektif dan dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. Unsur
unsur
tersebut terbagi menjadi dua kategori, yaitu konteks dan isi. Konteks adalah latar belakang pengalaman guru, sedangkan isi adalah cara setiap frasa musik dimainkan (penyajian), seperti fasilitas dari sang ahli maestro terhadap orkhestra dan pemanfaatan bakat dari setiap pemain musik ataupun potensi setiap instrument.
Hamid (2011: 98) juga menyimpulkan bahwa, interaksi antara
konteks dan isi dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah para siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain dan jika dikaitkan dengan situasi belajar
mengajar di sekolah, unsur
unsur yang
sama bisa tersusun dengan baik, yaitu suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas.
Quantum ini berarti
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya . Jadi dari penjelasan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
c. Asas Dalam Model Quantum Teaching Model Quantum Teaching juga mempunyai beberapa asas yang menguatkan keberadaanya sama seperti model pembelajaran yang lain. Asas dari pembelajaran Quantum Teaching menurut
dunia
mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia m Dalam pengertiannya apa yang terdapat dalam diri pendidik harus mampu membawa anak didik untuk memahami dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan. Asas ini menjelaskan dan mengingatkan kepada pendidik mengenai pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah pertama dan jika telah memasuki dunia peserta didik maka akan lebih mempermudah pendidik untuk menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan keinginan pendidik serta mampu membawa anak untuk tetap belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 d. Prinsip
prinsip Dalam Model Quantum Teaching Selain Quantum Teaching memiliki asas yang perlu ditekankan dalam
kegiatan sebelum atau dalam proses pembelajaran, Quantum Teaching juga memiliki beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam pembelajaran. Adapun prinsip
prinsip dari pembelajaran Quantum Teaching, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Bobbi DePorter dalam Hamid (2011: 102). (1) Segalanya berbicara, hal ini berarti bahwa segala sesuatu, mulai dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, turut aktif dalam Quantum Teaching. Sebagai contoh, dari kertas yang dibagikan kepada siswa hingga rancangan pelajaran yang dibuat pendidik, semuanya itu memiliki pesan tersendiri yang berkaitan dengan belajar. (2) Segalanya bertujuan, m segala perubahan yang terjadi dalam Quantum Teaching mempunyai tujuan tertentu, demi meningkatkan kualitas pengajaran. (3) Memiliki pengalaman sebelum pemberian materi pelajaran, hal ini berarti bahwa proses belajar paling baik terjadi jika para siswa telah memiliki informasi atau pengalaman, sebelum mereka mempelajari suatu materi pelajaran.
Sebab,
pada
dasarnya,
otak
akan
berkembang
dan
menggerakkan rasa ingin tahu mereka. (4)
Mengakui setiap usaha, mengakui setiap usaha berarti berani menanggung segala resiko dalam proses pembelajaran. Saat para siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
(5)
Layak dipelajarai maka layak dirayakan (diberi reward), telah terbukti bahwa suatu perayaan mampu memberikan umpan balik terhadap kemajuan untuk meningkatkan asosiasi emosi positif dalam belajar.
e. Keunggulan Model Quantum Teaching Seperti pendapat yang dikemukakan Hamid (2011), Quantum Teaching juga mempunyai kunci keungulan untuk mendapatkan keselarasan dan kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 sama dengan demi terciptanya lingkungan pembelajaran yang menyenangkan diantaranya: 1) Integritas, yakni bersikap jujur dan tulus, serta berperilaku baik. 2) Kegagalan merupakan awal dari kesuksesan. Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang dibutuhkan untuk sukses. 3) Berbicaralah dengan niat baik, yakni berbicara dengan pengertian positif dan bertanggung jawab agar dapat berkomunikasi secara jujur dan lurus. 4) Memusatkan perhatian pada saat sekarang dan memanfaat waktu dengan sebaik
baiknya.
5) Memiliki komitmen, yakni dengan melakukan apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. 6) Bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan. 7) Bersikap luwes/ fleksibel, yakni berusaha untuk bersikap terbuka terhadap perubahan/ pendekatan baru yang bisa membantu memperoleh hasil yang diinginkan. 8) Keseimbangan, yakni dengan berusaha menjaga keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
f. Langkah
langkah Model Quantum Teaching
Dari beberapa sumber acuan yang peneliti peroleh, ada beberapa langkah-langkah pengajaran dalam pelaksanaan model Quantum Teaching sebagaimana pendapat dari Kusno dan Purwanto (2011), Quantum model of learning is one used as a guide in planning and executing classroom learning which include the strategy called, in Indonesian language, TANDUR (Tumbuhkan-grow, Alami- experience, Namai-give a name, Demonstrasikandemonstrate, Ulangi-repeat, and Rayakan-celebrate), context, content, principle, and main paradigm. Quantum learning is a combination of various interactions which are available in the learning moment. This interaction covers all element Jadi pembelajaran model Quantum adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan pedoman perencanaan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 di kelas dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan istilah TANDUR (Tumbuhkan-grow, Alami- experience, Namai-give a name, Demonstrasikandemonstrate, Ulangi-repeat, and Rayakan-celebrate), pembelajaran Quantum merupakan perpaduan berbagai interaksi yang diperoleh saat pembelajaran berlangsung.
Interaksi
inilah
yang meliputi
seluruh
komponen
yang
memungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang efektif. ); Mulyono (2010); dan Hamid (2011) menjelaskan enam langkah pengajaran Quantum Teaching yang tercermin dalam istilah TANDUR, sebagai berikut: 1) Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan diperoleh dari pelajaran tersebut bagi guru dan muridnya. 2) Alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa 3) Namai maksudnya menamai kegiatan yang dilakukan selama proses belajar mengajar, dengan menyediakan kata kunci, konser, model, rumus, strategi, dan sebuah masukan. 4) Demonstrasikan maksudnya menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan (mendemonstrasikan) bahwa ia mengetahui sesuatu hal. 5) Ulangi maksudnya menunjukkan beberapa siswa untuk mengulangi materi dan menegaskan bahwa mereka tahu karena mereka memang mengetahui sesuatu. 6) Rayakan maksudnya merayakan keberhasilan yang sudah dilakukan oleh siswa sebagai pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan maupun ilmu pengetahuan.
g. Petunjuk Pelaksanaan Model Quantum Teaching ) menyatakan bahwa jika seorang guru belum pernah sama sekali menerapkan maupun mengenal model Quantum Teaching dalam kegiatan pembelajaran,
maka
sangat
wajar
apabila
merasa
kesulitan
dalam
menjalankannya di ruang kelas. Oleh karena itu berikut adalah pedoman bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 seorang guru untuk menerapkan Quantum Teaching dalam ruang kelas, antara lain: a) Guru wajib memberikan keteladanan sehingga layak menjadi panutan bagi peserta didik, selalu berbicara dengan jujur, menjadi pendengar yang baik dan selalu gembira (tersenyum) saat menghadapi peserta didik. b) Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan/kegembiraan. . Jadi pembelajaran akan lebih efektif
apabila
guru
dapat
mengkondisikan
suasana
kelas
yang
menyenangkan. c) Guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bisa membawa peserta didik dalam suasana kegembiraan. d) Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh yang kuat pada proses belajarnya. e) Guru dapat memutar musik klasik ketika proses belajar mengajar berlangsung . f) Sikap guru terhadap peserta didik adalah dengan, (1) selalu memberi pengarahan tentang manfaat materi pelajaran bagi peserta didik; (2) memperlakukan peserta didik sebagai manusia sederajat; (3) selalu menghargai setiap usaha dan merayakan hasil kerja peserta didik; (4) memberikan stimulus yang mendorong peserta didik; (5) mendukung peserta didik 100% dan ajak semua anggota kelas untuk saling mendukung; (6) memberi peluang peserta didik untuk mengamati dan merekam data hasil pengamat,
menjawab
pertanyaan
dan
mempertanyakan
jawaban,
menjelaskan sambil memberikan argumentasi, dan sejumlah penalaran. g) Menerapkan 8 kunci keunggulan dalam rencana pembelajaran serta dapat mengaitkan 8 kunci keunggulan dengan kurikulum. h) Guru yang seorang quantum teacher mempunyai ciri
cirri dalam
berkomunikasi yaitu: antusias menampilkan semangat untuk hidup, berwibawa, positif, supel, humoris, luwes, menerima, fasih, tulus, spontan, menarik, tertarik, menganggap peserta didik mampu, percaya, selalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 menetapkan dan memlihara harapan tinggi dengan tujuan peserta didik terpacu untuk berusaha sebaik mungkin. i) Dalam melakukan penilaian guru harus berorientasi pada beberapa hal: acuan, ketuntasan belajar, metode penilaian, tes tertulis, observasi, wawancara, portofolio, dan yang terakhir adalah demonstrasi.
3. Hakikat Media Kartu Domino a. Media Pembelajaran 1) Pengertian Media Pembelajaran Salah satu komponen yang penting dalam proses pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran yang efektif dan inovatif, Indriana (2011: 13
Media adalah alat ukur saluran komunikasi. Kata
media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harafiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a source) dan penerima pesan (a receiver . Anitah (2009: 126) juga menyatakan bahwa alat peraga pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian pebelajar. Sedangkan Gagne dalam Indriana (2011: 14) menyatakan bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di
Hamdani (2011: 248) menyatakan lagi media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu media visual, media audio dan media audio visual. Selain itu Anitah (2009: 124)
juga mengemukakan lagi
bahwa, media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ciri
ciri umum media pembelajaran menurut Indriana (2011: 53)
adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 a) Sesuatu yang menjadi penekanan dalam media pengajaran adalah raga berarti sesuatu yang dapat diindra, yakni dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamat. Namun, yang menjadi komponen utama indra adalah penglihatan dan pendengaran. b) Media pengajaran merupakan bentuk komunikasi guru dan murid c) Media pengajaran merupakan alat bantu utama dalam mengajar di dalam kelas atau luar kelas. d) Media pengajaran itu erat kaitannya dengan metode mengajar Sedangkan Hamdani (2011: 255) menyebutkan tiga ciri media yang merupakan petunjuk penggunaan media, yaitu: a) Ciri fiksatif (fixitive property) Ciri ini menggambarkan kemampuan media dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. b) Ciri manipulasi (manipulatif property) Ciri manipulasi, yaitu media harus mampu memanipulasi atau mengubah suatu objek. Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulasi. c) Ciri distributif (distributive property) Ciri distributif dari media menggunakan suatu objek atau kejadian ditansformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan, kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa, stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang meliputi alat secara fisik baik alat, bahan atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang efektif pada saat pembelajaran dan segala sesuatu tersebut dapat digunakan sebagai perantara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 dalam menyampaikan dan menerima pesan dengan tujuan untuk merangsang siswa untuk belajar.
2) Fungsi Media Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan oleh Hamdani (2011) pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran, sumber: Hamdani (2011: 246) Secara umum Hamdani (2011: 245) menyebutkan beberapa fungsi media pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: a) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda atau peristiwa sejarah. b) Mengamati benda atau peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir dan sebagainya. c) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal
hal yang
sukar diamati secara langsung karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil. d) Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 e) Mengamati dengan teliti binatang
binatang yang sukar diamati secara
langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film, atau video, siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya. f) Mengamati peristiwa
peristiwa yang jarang terjadi dan berbahaya
untuk didekati. Dengan slide, film, atau video, siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya. g) Mengamati dengan jelas benda
benda yang mudah rusak atau sukar
diawetkan. Dengan menggunakan model atau benda tiruan , siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ
organ tubuh manusia,
seperti jantung, paru paru, alat pencernaan, dan sebagainya h) Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model, atau foto, siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda, seperti sifat, ukuran, warna, dan sebagainya. i) Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak, dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. j) Dapat melihat secara lambat gerakan
gerakan yang berlangsung
secara cepat. k) Melihat bagian bagian tersembunyi dari suatu alat. l) Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang dan lama. m) Dapat menjangkau audien yang besar jumlah dan mengamati suatu objek secara serempak. n) Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing masing. Menurut Indriana (2011: 47 siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Pengalaman belajar tergantung pada interaksi siswa dengan media . Jadi dari penjelasan oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah membantu siswa dalam mencari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 dan menerima informasi atau pengalaman belajar dengan mudah dan cepat tanpa harus menunggu terlalu lama.
b. Kartu Domino 1) Pengertian Media Kartu Domino
media adalah terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Jika tidak sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran media tersebut tidak dapat dig Dari
pernyataan
tersebut
secara
sederhana
guru
dapat
menggunakan media apapun untuk digunakan dalam aktivitas belajar dan mengajar, asal media tersebut sesuai dengan materi dan tujuan tercapainya kompetensi dasar. Salah satu solusi alternatif untuk menanamkan konsep bilangan Romawi dalam mata pelajaran matematika adalah dengan pemanfaatan media permainan kartu domino Romawi. Menurut Hanif ( 2010), kartu Domino pertama kali ditemukan pada tahun 1120 Masehi, domino berasal dari bahasa latin dominus yang artinya adalah tuan rumah, karena permainan ini pada masa itu hanya boleh dimainkan oleh golongan bangsawan, tetapi setelah perkembangan zaman permainan ini bisa dimainkan oleh semua golongan.
Kartu Domino
sebenarnya merupakan perwujudan dari angka-angka yang muncul dari dua buah dadu yang dilempar secara bersamaan. Inti bermain kartu Domino adalah menghabiskan kartu yang ada di tangan sebelum pemain lain. Setiap kartu memiliki dua sisi nilai yang saling berhubungan dengan kartu yang lain. Sedangkan menurut Patra (2011), domino adalah salah satu jenis permainan yang paling populer di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Kartu domino ialah kartu yang memiliki dot berbentuk lingkaran penuh berwarna sebagai penunjuk muatan kartu. Permainannya ialah dengan menyambung salah satu ujung dari kartu tersebut sesuai dengan muatan yang tertera pada ujung kartu tersebut, pemenangnya adalah yang berhasil melengkapi sambungan kartu tersebut dengan sempurna, dan jika belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 sempurna maka pemain yang memiliki jumlah muatan dari kartu sisa dianggap sebagai pemain yang kalah. Bentuk kartu domino yang digunakan dalam penyampaian materi bilangan Romawi ini tidak sama dengan bentuk kartu domino yang selama ini digunakan untuk bermain judi, tetapi bentuk kartu domino ini dimodifikasi menjadi suatu media edukasi yang dapat membantu guru dalam penyampaian materi bilangan Romawi dan menarik minat siswa dalam belajar matematika. Kartu domino Romawi adalah salah satu media yang termasuk dalam kategori flashcard. Menurut Indriana (2011: 68),
flashcard adalah
media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya seukuran postcard atau 25 x 30 cm. Gambar yang ditampilkan dalam kartu tersebut adalah gambaran tangan atau foto, atau gambar/foto yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran kartu
.
Kartu domino Romawi juga termasuk dalam permainan kartu edukasi. Menurut Cahyo (2011: 99), permainan kartu edukasi merupakan permainan baru yang diciptakan sendiri oleh ahli pendidikan. Sesuai dengan namanya kartu ini diciptakan sebagai media pembelajaran bagi anak-anak. Kartu edukasi dapat digunakan sebagai media untuk mengenalkan angka Matematika bagi anak-anak, berikut operasi penambahan, perkalian, kuadrat dan salah satunya adalah pengenalan lambang bilangan Romawi. Selain itu kartu domino dalam beberapa penelitian digunakan untuk menghafal angka, menghafal
konsep
pecahan,
menghafal
fakta
dasar
penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, memahami konsep pelajaran bahasa, serta digunakan untuk menghafal sifat bangun
sifat bangun geometri.
Kartu domino juga termasuk ke dalam jenis media gambar, Hamdani (2011: 260) menyatakan bahwa, media gambar menyalurkan pesan dari sumber kepada penerima dengan mengandalkan indra penglihatan. Pesan dituangkan dalam bentuk simbol
simbol komunikasi
visual. Misalnya, gambar, sketsa, diagram, bagan (chart) grafik, kartun, poster, dan peta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian media dan kartu domino di atas, dapat disimpulkan media kartu domino Romawi adalah sebuah media pembelajaran inovasi baru dalam bentuk kartu bergambar berukuran seperti postcard, yang dalam kartu tersebut terbagi menjadi dua sisi, yaitu sisi bagian atas tersebut terdapat gambar lambang bilangan Romawi dan di sisi bawahnya terdapat lambang bilangan asli, yang tujuan penggunaan media ini adalah untuk menarik minat dan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika materi bilangan Romawi. Adapun contoh gambar kartu domino Romawi yang dipakai sebagai media pembelajaran dalam mengenal bilangan Romawi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3. Contoh Kartu Domino Romawi
c. Penggunaan Media
Kartu Domino dalam Pembelajaran Matematika
Materi Bilangan Romawi Hamid (2011: 151) mengemukakan bahwa supaya alat peraga atau media pembelajaran menjadi alat yang benar
benar memberikan manfaat
kepada anak didik, maka alat bantu atau media tersebut harus memenuhi criteria sebagai berikut: 1) Media atau alat bantu pendidikan harus menarik perhatian para anak didik, agar mereka mampu memfokuskan diri pada pesan yang akan disampaikan oleh media atau alat bantu tersebut. 2) Media atau alat bantu harus mampu mengembangkan minat para anak didik agar bisa mengikuti materi yang disampaikan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Dengan penggunaan media kartu domino Romawi akan membantu siswa dalam memahami materi bilangan Romawi. Karena permainan dengan menggunakan media kartu domino mengandalkan kemampuan menganalisis dan memeriksa.
Menurut Cahyo
(2011: 136), permainan menggunakan kartu
domino bermanfaat bagi kecerdasan anak, hal ini dikarenakan saat bermain, para pemain tidak hanya dituntut untuk mampu menghitung (memeriksa) kartu yang dibawa, namun juga harus dapat menganalisis kartu apa saja yang masih ada ditangan lawan dan di pihak mana kartu itu berada. Permainan ini mengandalkan kemampuan otak kiri untuk menghitung kartu dan menganalisis kartu lawan, dengan demikian, permainan ini dapat mengasah kemampuan otak kiri anak. Selain itu dengan penggunaan media selain anak diajak untuk bermain anak juga diajak untuk belajar tanpa membuat anak merasa terbebani dengan materi yang sedang dipelajari, karena bermain merupakan dunia anak yang mereka senangi. Hampir semua anak suka bermain oleh karena itu bermain dapat dijadikan sebagai salah satu jalan untuk merangsang minat mereka untuk gemar belajar Matematika. Selain media kartu domino Romawi ini murah, mudah dibuat dan mudah dibawa, media ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan logika siswa. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Karol L Yeatis (2005) dalam bukunya
Cards offer a natural link to Match
concepts, games motivate
. Jadi menurut Karol
kartu memberikan hubungan yang alami terhadap konsep Matematika, permainan ini memberikan motivasi siswa untuk bermain terus
menerus.
Dalam penggunaan media ini sama seperti permainan kartu domino yang seperti kita ketahui hanya saja yang membedakannya adalah tampilannya saja. Jika kartu domino yang kita ketahui terdapat bulatan- bulatan yang menunjukkan jumlah nilai pada kartu tetapi pada kartu domino Romawi, bulatan-bulatan tersebut diganti dengan gambar lambang bilangan Romawi dan bilangan asli. Cara bermain kartu domino untuk pelajaran matematika materi bilangan Romawi adalah sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa manjadi 5 kelompok, yang terdiri dari 4-5 anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 2) Guru mengocok kartu domino Romawi tersebut 3) Guru membagikan kartu kepada tiap kelompok 4) Masing-masing ketua kelompok membagikan kartu kepada masing-masing anggota kelompok 5) Permainan dimulai dengan meletakan satu kartu di tengah, seperti dibawah ini. Lambang bilangan Romawi
Lambang bilangan asli
Gambar 2.4. Contoh Kartu Domino dengan Nilai Lambang Bilangan Romawi 5 dan Nilai Lambang Bilangan Asli 1500 6) Lalu pasangkan lambang bilangan Romawi sesuai dengan bilangan aslinya, seperti dibawah ini.
Gambar 2.5. Contoh Cara Memasangkan Lambang Bilangan Romawi Sesuai dengan Lambang Bilangan Aslinya 7) Permainan selesai apabila tidak ada anak yang memegang kartu domino Romawi lagi. 8) Kelompok yang lebih dulu menyelesaikan permainan adalah pemenangnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 4. Langkah-langkah Pembelajaran Model Quantum Teaching dengan Menggunakan Media Pembelajaran Kartu Domino Romawi Tujuan dari menerapkan model Quantum Teaching dan penggunaan media kartu domino sebagai media pembelajaran adalah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran Quantum Teaching dapat dipadukan dengan berbagai aktivitas yang dapat merangsang motivasi dan keaktifan siswa. Aktivitas yang menyenangkan itu adalah dengan menggunakan media yang dapat digunakan sebagai sarana untuk bermain sambil belajar. Bermain adalah dunia sekaligus sarana untuk anak belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamdani (2011: 123) yang menyatakan bahwa, melalui bermain itulah sesungguhnya anak belajar, melalui bermain anak memiliki kesempatan untuk membangun dunianya berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosinya, serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai sarana permaian edukasi yang menyenangkan dan dapat merangsang kreatifvitas siswa adalah media permainan kartu domino : 34) menjelaskan enam langkah pengajaran Quantum Teaching yang tercermin dalam istilah TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Adapun langkah-langkah penerapan model Quantum Teaching dan penggunaan media kartu domino dalam pembelajaran Matematika tentang konsep bilangan Romawi pada siswa kelas IV SDN VII Baturetno dapat dilihat pada tabel 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Tabel 2.1. Langkah langkah Pembelajaran Model Quantum Teaching dengan Menggunakan Media Pembelajaran Kartu Domino Romawi Fase
Kegiatan dalam Pembelajaran
Fase-1 ( Tumbuhkan)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru
Menumbuhkan semangat dan menumbuhkan minat siswa
menunjukkan
minat kartu
belajar domino
siswa Romawi
dengan yang
digunakan guru untuk menjelaskan lambang bilangan pokok pada bilangan Romawi. Fase-2 ( Alami)
Guru
Menciptakan
memberikan
pertanyaan
dengan
dan
menggunakan media permainan kartu teka-teki
pengalaman
labirin domino Romawi yang ber-tujuan untuk
umum yang dimengerti siswa
menjelajah kemampuan siswa tentang penguasaan
mendatangkan
materi. Guru bercerita tentang kegunaan lambang bilangan
Romawi
yang
berkaitan
dengan
kehidupan sehari-hari. Fase-3 (Namai) Menamai yang
setiap
kegiatan kegiatan diskusi dan saat kegiatan bermain
dilakukan
kegiatan dengan
Guru bersama-sama dengan siswa menamai setiap
disaat dengan menggunakan media permainan kartu
pembelajaran domino Romawi memberikan
kata
kunci, konsep, model, rumus atau strategi. Fase-4 (Demonstrasikan) Guru kesempatan
Guru mendemonstrasikan contoh cara bermain
menyediakan dengan menggunakan media kartu domino, kepada
siswa kemudian memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan bahwa untuk bermain sendiri bersama-sama dengan siswa mengetahui sesuatu, teman satu kelompoknya. Guru membimbing dan sehingga
siswa
dapat membantu siswa dalam melalukan permainan
merasakan pengalaman yang dengan menggunakan kartu domino Romawi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 sudah dialami
memberikan penegasan tentang kesimpulan yang didiskusikan setelah permainan selesai. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka mampu membuat media kartu domino Romawi sendiri
Fase-5 (Ulangi)
Pada setiap kegiatan guru membantu siswa supaya
Guru bersama dengan siswa lebih menguasai konsep bilangan Romawi dengan mengulangi belum
materi
dikuasai
yang cara guru memberikan kesempatan kepada siswa siswa untuk
mengulangi
permainan
dengan
sehingga siswa benar-benar menggunakan kartu domino Romawi hingga paham dan mengerti.
siswa paham tentang konsep bilangan Romawi. Misalnya setelah dilakukan permainan lagi siswa lebih paham bahwa dalam aturan pengurangan pada
bilangan
Romawi,
lambang
bilangan
Romawi I hanya boleh mengurangi angka V dan X. Fase-6 (Rayakan)
Guru memberikan semangat dan menilai tingkat
Memberikan reward kepada keberhasilan siswa dengan memberikan perayaan siswa untuk
sebagai
pengakuan sebuah tepuk tangan, bernyanyi dan memberikan
penyelesaian
dan hadiah kepada semua siswa
partisipasi dalam mengikuti pembelajaran
B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Rony Ruseno (2011) dalam penelitian yang berjudul Penggunaan Media Kartu Domino untuk Meningkatkan Keterampilan Berhitung Pecahan Siswa Kelas III SDN 2 Kalangan Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa penggunaan media kartu domino dapat meningkatkan keterampilan berhitung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 pecahan siswa kelas III SDN 2 Kalangan Klaten. Hal ini terlihat dari nilai rata rata hasil tes awal kondisi awal yaitu 46,62 dengan ketuntasan klasikal 23,53%. Pada siklus I nilai rata
rata meningkat mancapai 55,74 dengan ketuntasan
klasikal meningkat 52,94%. Tindakan pada siklus II nilai rata
rata kelas
meningkat menjadi 63,53 dengan ketuntasan klasikal meningkat 70,59%. Dan tindakan pada sklus III nilai rata
rata kelas meningkat menjadi 72,94 dengan
ketuntasan klasikal meningkat 82,35%.
Persamaan penelitian Rony Ruseno
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian ini menggunakan variabel X atau variabel bebas yang sama yaitu penggunaan media kartu domino. Sedangkan perbedaan yang membedakan penelitian yang telah dilakukan oleh Rony Ruseno dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam judul penelitian dan tujuan yang ingin dicapai setelah dilaksanakannya tindakan. Dalam judul penelitian ini peneliti menggunakan variabel X, yaitu penerapan model Quantum Teaching melalui media kartu domino dan variabel terikat atau Y dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep bilangan Romawi. Tujuan yang ingin dicapai setelah dilaksanakan tindakan adalah meningkatnya pemahaman konsep bilangan Romawi siswa kelas IV SDN VII Baturetno. 2. Sulistyanto (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Motivasi Belajar Sistem Organ Manusia Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Adiwerna melalui Penggunaan Media Pembelajaran Kartu domino menyimpulkan bahwa analisis angket siswa menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi yaitu dari 1 pada pra siklus menjadi 17 siswa pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa dan tidak ada siswa yang masuk kategori meiliki motivasi rendah. Persamaan penelitian dari Sulistyanto dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian ini menggunakan variabel X atau variabel bebas yang sama yaitu penggunaan media kartu domino. Sedangkan perbedaan yang membedakan penelitian yang dilakukan peneliti adalah dalam judul penelitian dan tujuan yang ingin dicapai setelah dilaksanakannya tindakan. Dalam judul penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistyanto, judul hanya menggunakan media kartu domino dan variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 terikat yang digunakan adalah motivasi belajar sistem organ manusia, sedangkan peneliti menggunakan variabel X yang
memadukan model
pembelajaran dan media pembelajaran yaitu, penerapan model Quantum Teaching melalui
media kartu domino dan variabel terikat atau Y dalam
penelitian ini adalah pemahaman konsep bilangan Romawi. Tujuan yang dicapai dalam penelitian Sulistyanto adalah meningkatnya motivasi belajar sistem organ manusia siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Adiwerma, sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti setelah dilaksanakan tindakan adalah meningkatnya pemahaman konsep bilangan Romawi siswa kelas IV SDN VII Baturetno. 3. Aan Widiyono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar IPA Tentang Gaya Bagi Siswa Kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012 menyimpulkan yang pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran tentang sifat
sifat gaya dan macam
macam gaya setelah
diadakan tindakan kelas dengan Model Quantum Teaching. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata
rata kegiatan guru pada siklus I
nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsep pemahaman siswa tentang IPA materi gaya dengan nilai rata sebelum dan sesudah tindakan. Pada pra tindakan nilai rata
rata siswa rata kelas 51
dengan ketuntasan klasikal 27,50%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata
rata
kelas mencapai 62,25 dengan ketuntasan klasikal 52,50%. Pada siklus II nilai rata
rata kelas meningkat menjadi 75,43 dan ketuntasan klasikal meningkat
menjadi 87,50%. Persamaan penelitian Aan Widiyono dengan penelitian yang telah dilaksanakan adalah sama
sama menggunakan variabel bebas yaitu
penerapan model Quantum Teaching, sedangkan variabel terikat penelitian di atas adalah kemampuan belajar IPA tentang gaya sedang penelitian yang peneliti lakukan ini variabel terikatnya adalah meningkatkan pemahaman konsep bilangan romawi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 C. Kerangka Berpikir Kondisi awal yang dihadapi SDN VII Baturetno dalam melaksanakan pembelajaran matematika, guru cenderung menggunakan metode pembelajaran seperti metode ceramah dan penugasan, hal ini mengakibatkan pemahaman konsep materi bilangan romawi pada siswa kelas IV SDN VII Baturetno tergolong rendah, karena guru belum mengikutsertakan siswa secara aktif dalam
kegiatan
pembelajaran, kebanyakan siswa tidak paham betul dengan materi ini sehingga ketika mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, siswa kesulitan dan tidak termotivasi untuk mengerjakan soal tersebut, terbukti hanya 40,9%
siswa
memperoleh nilai di atas KKM. Berdasarkan kondisi awal tersebut, maka peneliti akan melaksanakan tindakan dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan Romawi di SDN VII Baturetno dengan menerapkan model Quantum Teaching melalui media kartu domino diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching melalui kartu domino pemahaman konsep siswa, khususnya materi bilangan Romawi dapat ditingkatkan. Pelaksanaan tindakan ini memerlukan kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas. Model Quantum Teaching dan penggunaan media kartu domino diterapkan pada siklus I dan siklus II yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan indikator ketercapaian klasikal sebesar 80% untuk nilai pemahaman konsep dan nilai keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Kondisi akhir dalam penelitian ini adalah dengan
menerapkan model Quantum Teaching melalui kartu domino, pemahaman konsep bilangan Romawi siswa kelas IV SDN VII Baturetno meningkat. Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu penerapan model Quantum Teaching melalui media kartu domino untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan Romawi siswa kelas IV SDN VII Baturetno, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada gambar 2.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru mengajar, 1. belum menerapkan model Quantum Tecahing 2. tidak menggunakan media pembelajaran
Guru mengajar dengan menerapkan model Quantum Teaching melalui kartu domino pada materi bilangan Romawi
Dengan penerapan model Quantum Teaching melalui kartu kartu domino dapat meningkatkan pemahaman konsep bilanganan Romawi siswa kelas IV SDN VIII Baturetno
Pemahaman konsep bilangan Romawi peserta didik masih rendah
Siklus I 1. Perencanaan 2.Tindakan 3. observasi 4. Refleksi
SiklusII (80%) 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Gambar 2.6. Skema Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka pada Penelitian Tindakan Kelas ini hipotesis penelitiannya adalah:
odel Quantum
Teaching melalui kartu domino dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan Romawi siswa kelas IV SDN VII Baturetno .
commit to user