Pemeriksaan penunjang 1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah b. Laju endap darah c. Tes faal hati d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma e. Pemeriksaan sitologik Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar sponyan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi 2. Tes diagnosis lain a. Non invasif 1). Mamografi Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang asimptomatis dan memberikan keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan. 2). Radiologi (foto roentgen thorak) 3). USG Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara massa yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan patudar yang tebal/padat. 4). Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa tumor. Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal. 5). Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang digunakan. b. Invasif 1). Biopsi Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi pemmbedahan. a). Aspirasi biopsy Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan. b). Tru-Cut atau Core biopsy Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy mammografi dan computer untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal. c). Insisi biopsy Sebagian massa dibuang d). Eksisi biopsy Seluruh massa diangkat Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara frozen section.
Tes Diagnostik a. Mammograf Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae, dapat untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammograf pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak. b. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifkasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi. c. Xerodiography Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluhpembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor. d. Ultrasonography Untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk menentukan adanya kista, kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm. e. Aspirasi Pengaliran kista dan untuk mendapat preparat dan sediaan pemeriksaan sitologik. f. Biopsi Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa defnitif terhadap massa dan berguna klasifkasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi. a. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan c. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang. e. Defsit selfcare, kebersihan, berpakaian, makan/minum, eliminasi berhubungan dengan kelemahan fsik f. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka g. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. h. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit i. Konstipasi berhubungan dengan tirah baring yang lama j. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri 3. Perencanaan/Intervensi 1. NDx : Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer, trauma jaringan, pembentukan edema Tujuan : Klien akan melaporkan nyeri berkurang/teratasi dengan criteria : a) Klien mengatakan nyeri hilang b) Ekspresi wajah ceria c) Vital sign dalam keadsaan normal INTERVENSI: 1. Kaji keluhan klien, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (0 – 10). Dan perhatikan reaksi verbal dan non verbal yang tunjukkan. 2. Monitor tanda-tanda vital. 3. Atur posisi yang menyenangkan. 4. Pemberian obat analgetik. RASIONAL: 1. Membantu dalam mengidentifkasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik, karena pengangkatan jaringan, otot dan system limfe dapat mempengaruhi nyeri yang alami.
2. Perubaha tanda-tanda vital dapat diakibatkan oleh rasa nyeri dan merupakan indicator untuk menilai keadaan perkembangan penyakit. 3. Perubahan posisi dapat mengurangi stimulasi nyeri akibat penekanan. 4. Analgetik berfungsi menghambat rangsangan nyeri dari saraf perifer sehingga nyeri tidak dipresepsikan. 2. NDx : Gangguan konsep diri berhubungan dengan biofsika, prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh. Tujuan Klien akan menunjukkan konsep diri yang adekuat dengan criteria : a) Penerimaan diri dalam situasi kritis b) Pengenalan dan tidak mengaktifkan harga diri c) Menyusun tujuan yang realistis dan secara aktif berpartisipasi dalam program terapi INTERVENSI 1. Dorong untuk mengungkapkan pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang. Berikan dukungan emosional . 2. Dorong klien untuk mengekspresi-kan perasaan, misalnya marah, bermusuhan dan duka. 3. Kaji ulang kemungkinan untuk dibedah rekonstruksi atau pemakaian prostektif. 4. Berikan prostesis bila diindikasikan RASIONAL: 1. Kehilangan payudara menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri, takut reaksi pasangan hidup terhadap perubahan tubuhnya. 2. Kehilangan bagian tubuh membu-tuhkan penerimaan, sehingga klien dapat membuat rencana masa depan. 3. Rekonstruktif memberikan sedikit penampilan tidak lengkap atau mendekati normal 4. Prostesis milon dan dakron dapat dipakai pada pra sampai insisi sembuh, bila bedah rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi sehingga meningkatkan penerimaan diri. 3. NDx : Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fsik. Tujuan : Klien akan menunjukkan aktivitas intolerance yang adekuat, dengan kriteria : a) Klien mampu beraktivitas sendiri b) Klien tidak mengeluh sakit pada saat beraktivitas INTERVENSI: 1. Kaji derajat imobilitas klien 2. Bantu klien dalam pergerakan pasif. kehangat distal pada fraktur. 3. Rubah posisi klien setiap 4 jam 4. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.. RASIONAL: 1. Derajat imobilisasi merupakan pedoman untuk menentukan intervensi. 2. Membantu dalam pergerakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan otot. 3. Mengubahan posisi dapat memper-lancar sirkulasi darah keseluiruh tubuh sehingga tidak terjadi kekakuan otot dan kerusakan kulit.. 4. Kebutuhan klien dapat terpenuhi sehingga klien merasa diperhatikan.
4. NDx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria : a) Nafsu makan baik b) Porsi makan dihabiskan c) Berat badan normal, sesuai dengan tinggi badan. INTERVENSI: 1. Kaji nafsu makan.klien. 2. Kaji hal-hal yang menyebabkan klien malas makan 3. Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering. 4. Anjurkan dan ajarkan melakukan kebersihan mulut sebelum makan. 5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian TKTP. RASIONAL: 1. Mengetahui sejahmana terjadinya perubahan pola makan dan sebagai bahan untuk melaksanakan intervensi. 2. Mendeteksi secara diri dan tepat agar mencari intervensi yang cepat dan tepat untuk penanggulangannya. 3. Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan mual/muntah. 4. Menimbulkan rasa segar, mengurangi rasa tidak nyaman, sehingga berefek meningkatkan nafsu makan. 5. Makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein dapat mengganti kalori, protein, dan cairan yang hilang dalam tubuh dan mengganti sel-sel, jaringan yang rusak serta dapat meningkatkan nafsu makan . 5. NDx : Devisit self care berhubungan dengan kelemahan fsik. . Tujuan: Klien akan menunjukkan perawatan diri yang adekuat, dengan criteria : a) Klien merasa nyaman b) Kulit, rambut bersih c) Kuku pendek dan bersih. INTERVENSI: 1. Kaji kemampuan rawat diri klien 2. Mandikan klien (lap Basah) 3. Potong kuku klien 4. Ganti alat tenun klien 5. Beri HE tentang pentingnya kebersihan diri. RASIONAL: 1. Sebagai indicator tindakan perawatan selanjutnya 2. Memenuhi kebuituhan hygiene klien dan memberikan rasa nyaman dan segar. 3. Menghindari kemungkinan terjadinya infeksi pada kulit. 4. Alat tenun yang bersih dan rapi memberikan kenyamanan. 5. Mendorong klien untuk memenuhi kebutuhan kebersihan. 6. NDx : Risiko infeksi berhubungan dengan luka Tujuan : Klien akan menunjuukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi dengan kriteria: tidak ada panas, tidak ada edema, tidak ada rasa sakit, tidak ada
kemerahan, Leucosit dalam keadaan normal INTERVENSI: 1. Kaji tanda-tanda infeksi 2. Ganti balutan dengan mempertahan-kan teknik aseptik dan septik 3. Anjurkan klien agar tidak menyentuh area luka . 4. Pemberian antibiotik RASIONAL: 1. Infeksi yang hebat dapat meng-ham-bat proses penyembuhan penyakit. 2. Menghindari perpindahan kuman dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan.. 3. Meminimalkan kesempatan infeksi dan kontaminasi 4. Antibiotik dapat membunuh bakteri sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan dan menghambat terjadinya infeksi. 7. NDx : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Tujuan: klien akan mengatakan saya tidak cemas dengan kriteria : a) Klien tidak bertanya tentang penyakitnya b) Daerah akral tidak dingin c) Tanda-tanda vitak normal INTERVENSI : 1. Kaji tingkat kcemasan. 2. Beri informasi yang benar tentang penyakitnya. 3. Dengarkan keluhan klien. RASIONAL: 1. Mengetahui sejauhmana tingkat kecemasan yang dirasakan sehingga memudahkan dalam melakukan tindakan yang sesuai. 2. Klien memahami dan mengerti tentang keadaan penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam perawatan dan pengobatan. 3. Klien merasa diperhatikan sehingga klien merasa aman dan tenang . 8. NDx : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit Tujuan: Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kerusakan integritas kulit, dengan kriteria: a.) Meningkatkan waktu penyembuhan luka b.) Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan. INTERVENSI: 1. Kaji balutan/karakteristik. 2. Rubah posisi ke posisi semi fowler 3. Dorongan untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit. RASIONAL: 1. Penggunaan balutan tergantung luas pembedahan dan tipe penutupannya. 2. Meningkatkan risiko kontriksi, infeksi dan limpedema pada sisi yang sakit. 3. Mengurangi tekanan pada jaringan yang tertekan sehingga memungkinan memperbaiki sirkulasi 9. NDx : Konstipasi berhubungan dengan tirah baring yang lama Tujuan : Klien akan mengatakan saya tidak kontipasi dengan kriteria : a) Peristaltik usus meningkat
b) Buang air besar lancar INTERVENSI: 1. Kaji kebiasaan buang air besar 2. Anjurkan klien minum banyak. 3. Anjurkan makan makanan berserat 4. Anjurkan klien melakukan mobilisasi ringan. 5. Beri obat laktasif. RASIONAL: 1. Untuk mengetahui pola buang air besar sehingga mudah dalam memberikan tindakan yang sesuai. 2. Untuk mengimbangi peningkatan absorpsi air dimukosa usus sehingga faeces lunak. 3. Makanan berserat meningkatkan reabsorpsi usus untuk merangsang usus meningkat. 4. Mobilisasi ringan dapat merangsang mobilitas usus sehingga peristalti usus meningkat. 5. Obat laktasif kerjanya dapat merangsang defekasi. 10. NDx : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Tujuan: Klien akan m,elaporkan kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan criteria : d) Klien tidak sering terbangun e) Klien tidak susah tidur INTERVENSI: 1. Kaji pola tidur klien 2. Beri posisi yang menyenangkan waktu klien akan tidur. 3. Ciptakan suasana tenang pada waktu klien tidur 4. Beri HE tentang pentingnya istirhat yang cukup. 5. Beri obat diazefam. RASIONAL: 1. Untuk mengetahui cukup tidaknya waktu istirahat dalam 24 jam 2. Dapat mengurangi rangsangan pada hipotalamus sebagai pusat kesadaran. 3. Suasana yang tenang dapat membantu klien untuk memulai tidur. 4. Klien dapat mengerti dan mau melakukannnya sehingga mempercepat penyembuhan. 5. Diazepam berfungsi merelaksasikan otopt sehingga klien dapat tenang dan mudah untuk tidur. DAFTAR PUSTAKA Doengoes, E Marilyn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta E.M. Coppeland, 1991).Karakteristik penyebab Carcinoma Mammae.EGC. Jakarta Ramli, 1995.Insiden Carcinoma Mammae.EGC. Jakarta Syamsuddin dan De Jong, 1997.Karakteristik carcinoma mammae.EGC. Jakarta
www.id-wikipedia.com, diakses tanggal 23 Agustus 2008 www.kingfoto.com. akses tanggal 23 Desember 2008) www.pitapink.com situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta , diakses tanggal 24 Desember 2008).
b. Gejala Klinis: c.
Usia biasanya muda decade II-III atau bahkan lebih muda
d.
Benjolan yang lambat membesar
e.
Lebih sering tidak disertai rasa nyeri, hubungan dengan siklus menstruasi sangat
variatif f.
Benjolan padat-kenyal, sangat mobile dan batas tegas
g.
Dapat single atau multiple, pada satu payudara atau kedua payudara
h. Pemeriksaan Dan Diagnosis i. Anamnesis: j.
Merasa ada benjolan di payudara yang sudah cukup lama diketahui
k.
Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada hubungan dengan
menstruasi, benjolan di payudara terasa mobile (dapat lari-lari) l.
Usia muda (aqil baliq-30 tahun)
m. Pemeriksaan Fisik: n.
Biasanya benjolan tidak terlalu besar
o.
Dapat tunggal atau multiple
p.
Pada palpasi: teraba tumor padat-kenyal, berbatas tegas, permukaan halus meskipun
kadang-kadang berdungkul-dungkul, sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau multiple dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila ipsilateral. q. Pencitraan: r.
Pada USG payudara akan terlihat massa yang homogen, berbatas tegas dengan halo sign, dengan internal echo yang normo atau hiper. Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk mendiagnosis massaini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu keganasan mikrokalsifikasi.
s. Diagnosis t.
Cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan (USG) diperlukan pada keadaan kecurigaan pada tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multiple).
u. Penatalaksanaan Terapi v. Eksisi dan pemeriksaan histopatologis atas specimen operasi. Tindak Lanjut (Follow Up) Penting untuk mengetahui diagnosis patologis dan kemungkinan terjadinya kekambuhan atau tumbuhnya tumor baru. w.
Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core needledapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun 2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum cryoablasi dilakukan. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat besar untuk dibekukan atau diagnosisnya
belum pasti. Setelah pengamatan, keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy. x. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, y. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan z. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment. aa. RENCANA KEPERAWATAN ab. Dx 1 ac. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, ad. Tujuan ae. Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria : af. - Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang) ag. - Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin. ah. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai situasi individu. ai. Intervensi aj. Independent : ak. 1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri. al. 2. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional. am.3. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan.
an. 4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai kebutuhannya ao. Kolaborasi : ap. 5. Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter aq. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat. ar. Rasional as. 1. Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena mengganggu fisik dan psikologi. at. 2. Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus au. 3. Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan kontrol av. 4. Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada keterlibatan dalam ADLs. aw. 5. Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah. ax. 6. Nyeri merupakan dampak/komplikasi suatu tindakan atau keadaan penyakit serta perbedaan respon individu. ay. Dx 2 az. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan ba. Tujuan bb. Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria : bc. - Mengerti tentang perubahan pada tubuh. bd. - Menerima situasi yang terjadi pada dirinya. be. - Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah. bf. - Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.
bg. - Dapat menerima realita. bh. Hubungan interpersonal adekuat. bi. Intervensi bj. 1. Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar dapat aktif kembali sesuai ADLs. bk. 2. Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual. bl. 3. Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang terjadi. bm.
4. Beri informasi/ konseling sesering mungkin.
bn. 5. Beri dorongan/ support psikologis. bo. 6. Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata). bp. Kolaborasi : bq. 7. Refer klien pada kelompok program tertentu. br. 8. Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi. bs. Rasional bt. 1. Menerima dam mengerti tentang hal-hal yang dilakukan merupakan awal proses penyelesaian masalah. bu. 2. Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses adaptasi dalam mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi. bv. 3. Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan keterlibatan sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan. bw.4. Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik koping sesuai kebutuhan. bx. 5. Klien dengan gangguan neoplasma kanker membutuhkan support tambahan selama periode tersebut.
by. 6. Penghargaan dan perhatian merupakan hal penting yang diharapkan klien guna menurunkan perasaan klien akan keraguan / ketidaknyamanan. bz. 7. Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan meningkatkan kontak dengan klien lain dengan masalah sama. ca. 8. Mungkin berguna untuk mempertahankan struktur psikososial. cb. DAFTAR PUSTAKA cc. Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata. cd. Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. ce. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. cf. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. cg. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ch. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung. ci. Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. cj. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya Manifestasi Klinis Tanda dini - Benjolan tunggal tanpa yang agak keras dengan batas kurang jelas - Benjolan biasanya terjadi pada mammae sebelah kiri bagian kuadran lateral atas. - Kelainan mammogrf tanpa kelainan pada palpasi Tanda lama - Retraksi kulit / retraksi areola - Retraksi atau inversi putting - Pengecilan mammae ( pengerutan)
- Pembesaran mammae - Kemerahan - Edema - Fiksasi pada kulit atau dinding thorak Tanda akhir - Tukak - Kelenjer supraklavikula dapat diraba - Metastasis tulang, paru, hati, otak, pleura/tempat lain