SALINAN
BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan penyelengaraan administrasi kependudukan di Kabupaten Belitung sejalan dengan tuntutan pelayanan administrasi kependudukan yang profesional, dan dinamis dalam memenuhi standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 103 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2006
tentang
Administrasi Kependudukan, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan
Administrasi
Kependudukan
di
Kabupaten Belitung untuk disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dimaksud; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kabupaten Belitung; Mengingat…. C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
1
Mengingat
: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat
II
dan
Kotapraja
di
Sumatera
Selatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi
Kepulauan
Bangka
Belitung
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang
Administrasi
Nomor
Kependudukan
23
Tahun
(Lembaran
2006
Negara
tentang Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang
Nomor
9
Tahun
2015
tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan
Pemerintah
Nomor
37
Tahun
2007
tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736), sebagaimana telah diubah Peraturan
Pemerintah
Nomor
102
Tahun
2012
tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang…. C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
2
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi
Kependudukan
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 265, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5373); 7. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden 126 Tahun 2012 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasiona (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 257); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan
Administrasi
Kependudukan
di
Kabupaten Belitung (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung (Lembaran Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2010 Nomor 6); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BELITUNG dan BUPATI BELITUNG MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN
BELITUNG
NOMOR
6
TAHUN
2010
TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG
PASAL I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kependudukan
di
Kabupaten
Belitung
Administrasi
(Lembaran
Daerah
Kabupaten Belitung Tahun 2010 Nomor 6), diubah sebagai berikut:
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
3
1.
Ketentuan….
1. Ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 4, angka 5, angka 7, angka 10, angka 12, angka 20, angka 29, angka 32, angka 33, angka 34, angka 36, dan angka 37 diubah, diantara angka 9 dan angka 10 disisipkan 1 angka yakni angka 9.a, diantara angka 34 dan angka 35 disisipkan 1 angka yakni angka 34.a, angka 13 dihapus dan ditambah 9 (sembilan) angka baru yakni angka 39, angka 40, angka 41, angka 42, angka 43, angka 44, angka 45, angka 46, dan angka 47 sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1.
Daerah adalah Kabupaten Belitung.
2.
Pemerintah
Daerah
penyelenggara
adalah
Bupati
Pemerintahan
Daerah
sebagai yang
unsur
memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3.
Bupati adalah Bupati Belitung.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah
lembaga
perwakilan
rakyat
daerah
yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 5.
Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
6.
Administrasi
Kependudukan
adalah
rangkaian
kegiatan
penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data
kependudukan
pencatatan
sipil,
kependudukan
melalui
pendaftaran
pengelolaan
serta
informasi
pendayagunaan
penduduk, administrasi
hasilnya
untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. 7.
Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal secara sah di wilayah Kabupaten Belitung. 8. Warga….
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
4
8.
Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
9. 9.a.
Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia. Penduduk
Non
Permanen
adalah
penduduk
WNI
yang
bertempat tinggal tetap di luar wilayah Kabupaten Belitung yang tempat tinggalnya berbeda dengan alamat pada KTP-el yang dimilikinya, dan tidak berniat untuk pindah menetap. 10.
Penduduk
Rentan
Administrasi
Kependudukan
adalah
Penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh Dokumen Kependudukan yang disebabkan oleh pengungsian, bencana alam, bencana sosial, orang terlantar dan komunitas terpencil. 11.
Penduduk WNI di daerah adalah Penduduk WNI yang memiliki dokumen Kependudukan resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
12.
Instansi
Pelaksana
adalah
Dinas
Kependudukan
dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Belitung. 13.
Dihapus.
14.
Dokumen
Kependudukan
diterbitkan
oleh
Instansi
adalah
dokumen
Pelaksana
yang
resmi
yang
mempunyai
kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. 15.
Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang
terstruktur
sebagai
hasil
dari
kegiatan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. 16.
Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
17.
Peristiwa
Kependudukan
adalah
kejadian
yang
dialami
Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
5 lainnya….
Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. 18.
Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
19.
Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
20.
Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat KTPel, adalah Kartu tanda Penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana.
21.
Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.
22.
Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
23.
Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami seseorang meliputi
kelahiran,
perceraian,
kematian,
pengakuan
lahir
anak,
mati,
perkawinan,
pengesahan
anak,
pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. 24.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan
Administrasi
Kependudukan
di
tingkat
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan. 25.
Data
Pribadi
adalah
data
perseorangan
tertentu
yang
disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya. 26. Kepercayaan…. C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
6
26.
Kepercayaan pernyataan Tuhan
Terhadap dan
Yang
Tuhan
Yang
pelaksanaan
Maha
Esa
Maha
hubungan
berdasarkan
Esa
adalah
pribadi dengan keyakinan
yang
diwujudkan dengan perilaku ketaqwaan dan peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pengamalan budi luhur yang
ajarannya
bersumber
dari
kearifan
lokal
bangsa
Indonesia. 27.
Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, selanjutnya disebut Penghayat Kepercayaan adalah setiap orang yang mengakui dan meyakini nilai-nilai penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
28.
Surat
Perkawinan
Penghayat
Kepercayaan
adalah
bukti
terjadinya perkawinan Penghayat Kepercayaan yang dibuat, ditandatangani
dan
disahkan
oleh
Pemuka
Penghayat
Kepercayaan. 29.
Unit
Pelaksana
Teknis
Instansi
Pelaksana,
selanjutnya
disingkat UPT adalah satuan kerja di tingkat Kecamatan yang bertanggungjawab terhadap Instansi Pelaksana. 30.
Dokumen Identitas Lainnya adalah dokumen resmi yang diterbitkan
oleh
Departemen/Lembaga
Pemerintah
Non
Departemen atau Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat
yang
terkait
dengan
identitas
penduduk,
selain
Dokumen Kependudukan. 31.
Pengguna Data Pribadi Penduduk adalah Instansi Pemerintah dan swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.
32.
Kartu Izin Tinggal Terbatas yang selanjutnya disebut KITAS adalah izin tinggal yang diberikan kepada orang asing untuk tinggal di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka
waktu
yang
terbatas
sesuai
dengan
ketentuan
Peraturan Perundang-undangan. 33.
Kartu Izin Tinggal Tetap yang selanjutnya disebut KITAP adalah izin tinggal yang diberikan kepada orang asing untuk tinggal
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
menetap
di
Wilayah
Negara Kesatuan Republik
7
34. Petugas….
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 34.
Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi tugas dan tanggung jawab memberi pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan
dan
Peristiwa
Penting
serta
pengelolaan
penyajian data Kependudukan di desa/kelurahan. 34.a. Kantor Urusan Agama Kecamatan , yang selanjutnya disingkat KUA Kec, adalah satuan Kerja yang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi penduduk yang beragama Islam. 35.
Kecamatan adalah bagian wilayah dari Daerah kabupaten yang dipimpin oleh camat;
36.
Kelurahan adalah bagian wilayah dari Daerah Kabupaten yang dipimpin oleh seorang kepala kelurahan yang disebut lurah selaku perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat.
37.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah
yang
berwenang
untuk
mengatur
dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 38.
Rukun
Tetangga
dan
Rukun
Warga
yang
selanjutnya
disingkat RT dan RW adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat, diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran
tugas
pemerintahan,
pembangunan
dan
kemasyarakatan di kelurahan/desa. 39.
Kelahiran adalah peristiwa kemunculan atau pemisahan lengkap bayi dari ibunya yang ditandai setelah pemisahan tersebut bayi menunjukan bukti-bukti kehidupannya.
40.
Lahir mati adalah Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
8
41. Perkawinan….
pada
saat
dilahirkan
tanpa
menunjukkan
tanda-tanda
kehidupan.
41.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita
sebagai
suami
isteri
dengan
tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 42.
Perceraian adalah putusnya perkawinan suami dan isteri sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
43.
Pembatalan perkawinan
perkawinan sesuai
adalah
dengan
penetapan
peraturan
dan
batalnya perundang-
undangan yang berlaku. 44.
Pembatalan Perceraian adalah penetapan batalnya perceraian sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
45.
Kematian adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan pada saat manapun setelah kelahiran hidup terjadi.
46.
Kartu Identitas Anak yang selanjutnya disingkat menjadi KIA adalah identitas resmi anak sebagai bukti diri anak yang berusia kurang dari 17 tahun dan belum menikah yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Belitung.
47.
Mitra adalah pihak masyarakat dan institusi masyarakat yang mempunyai peran dan tanggung jawab untuk ikut serta dalam mendukung pendataan penduduk non permanen yang meliputi pemilik rumah kontrakan/sewa, pengelola asrama, perusahaan perusahaan
yang
mempekerjakan
pengerah
pembantu
pegawai
rumah
kontrak,
tangga,
yang
mempekerjakan pekerja domestik maupun bukan pekerja domestik, pengelola apartemen, dan pengelola rumah kost.
2. Ketentuan Pasal 5 ditambah 1 (satu) ayat yakni ayat (4), sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
9
(1) Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan pelaksana…. dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. (2) Dalam hal pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang wajib melaporkan adalah yang bersangkutan atau kepala keluarga dari yang bersangkutan, atau anggota keluarga dari yang bersangkutan sesuai dengan prosedur dan persyaratan. (3) Dalam hal para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
mampu
melaporkan
kepada
instansi
pelaksana,
pelaporan dapat diwakilkan kepada orang lain dengan membawa surat kuasa. (4) Penduduk sebagaimana dimaksud ayat (3) adalah penduduk yang tidak mampu karena faktor umur, sakit keras, cacat fisik, atau cacat mental.
3. Ketentuan Pasal 6 huruf g diubah, sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6 Pemerintah Kabupaten berkewajiban dan bertanggungjawab menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan yang dilakukan oleh Bupati dengan kewenangan meliputi: a. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; b. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan; c. pengaturan Kependudukan
teknis sesuai
penyelenggaraan dengan
ketentuan
Administrasi Peraturan
Perundang-undangan; d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan;
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
10
f.
penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. penyajian…. g. penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri; dan h. koordinasi pengawasan dan penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
4. Ketentuan Pasal 8 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8 (1) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, Bupati mengadakan koordinasi dengan antar instansi vertikal dan lembaga pemerintah non kementerian. (2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan administrasi kependudukan.
5. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf c diubah dan ditambahkan empat (4) ayat yakni ayat (3) , ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), dan ayat (2) ditambahkan 1 (satu) huruf yakni huruf e, sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9 (1) Instansi
Pelaksana
melaksanakan
urusan
Administrasi
Kependudukan dengan kewajiban yang meliputi: a. mendaftar
peristiwa
kependudukan
dan
mencatat
peristiwa penting; b. memberikan kepada
pelayanan
setiap
yang
Penduduk
sama dan profesional
atas
pelaporan
Kependudukan dan Peristiwa Penting;
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
11
Peristiwa
c. mencetak, menerbitkan dan mendistribusikan Dokumen Kependudukan; d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; e. menjamin
kerahasiaan
e. menjamin…. keamanan data atas
dan
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan f.
melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(2) Instansi
Pelaksana
melaksanakan
urusan
administrasi
kependudukan dengan kewenangan yang meliputi: a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting yang dilaporkan penduduk; b. memperoleh
data
mengenai
peristiwa
penting
yang
dialami penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan; c. memberikan
keterangan
atas
laporan
peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting untuk kepentingan penyelidikan,
penyidikan,
dan
pembuktian
kepada
lembaga peradilan; dan d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil untuk
kepentingan pembangunan. e. mendapatkan
data
hasil
pencatatan
peristiwa
perkawinan, perceraian, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam dari KUA Kec. (3) kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada KUA Kec. (4) Pelayanan
pencatatan
sipil
pada
tingkat
kecamatan
dilakukan oleh UPT Instansi Pelaksana dengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil. (5) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan Peristiwa Penting bagi
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
12
penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan atau
bagi
ketentuan penghayat
peraturan
Perundang-undangan
kepercayaan
berpedoman
pada
peraturan perundang-undangan. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPT Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati.
6. Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 12 (1) Penduduk
yang
pindah
ke
dalam
wilayah
Kabupaten
Belitung wajib melaporkan diri secara berjenjang kepada Ketua
RT,
Kepala
Desa/Lurah
dan
Camat,
dengan
menunjukkan dan menyerahkan surat keterangan pindah dari instansi pelaksana daerah asal. (2) Berdasarkan
Surat
Keterangan
Pindah
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penduduk yang bersangkutan wajib melaporkan
kepada
instansi
pelaksana
sebagai
dasar
perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi penduduk yang bersangkutan. (3) Penduduk Non Permanen wajib melaporkan kedatangannya dalam wilayah Kabupaten Belitung dalam waktu paling lama 1 x 24 jam kepada RT/RW dan Kepala Dusun/Kepala Lingkungan. (4) Penduduk Non Permanen yang bertempat tinggal dalam wilayah Kabupaten Belitung minimal 6 (enam) bulan wajib melaporkan diri ke instansi pelaksana secara berjenjang melalui RT/RW, Desa/Kelurahan dan Camat, untuk didata dalam Database Kependudukan. (5) Mitra berkewajiban memberitahukan keberadaan penduduk non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan melaporkannya kepada instansi pelaksana secara berkala setiap
6
(enam)
bulan
pada
minggu
pertama
secara
berjenjang melalui RT/ RW, Kelurahan/Desa dan Camat.
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
13
(6) Penduduk
Non Permanen dan anggota keluarga yang
mengikutinya yang telah dicatat datanya diberi bukti pendataan Penduduk Non Permanen. (7) Penduduk Non Permanen yang tidak melaporkan diri (7). Penduduk…. sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dikenakan sanksi administrasi. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penduduk Non Permanen diatur dalam Peraturan Bupati. 7. Ketentuan Pasal 16 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16 (1) Penduduk
Warga
Negara
Pemegang
KITAP
yang
melaporkan
rencana
Indonesia
pindah
ke
kepindahannya
dan
Orang
Asing
luar
negeri
wajib
kepada
Instansi
Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal keberangkatannya. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi
Pelaksana
mendaftar
dan
menerbitkan
Surat
Keterangan Pindah ke Luar Negeri. (3) Penduduk Warga Negara Indonesia yang telah pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berstatus menetap di luar negeri wajib melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia
paling
lambat
30
(tiga
puluh)
hari
sejak
kedatangannya.
8. Diantara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 2 (dua) Pasal yakni Pasal 17A dan 17B, yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17A (1) Orang Asing yang memiliki KITAS yang datang dari luar negeri dan Orang Asing yang berencana bertempat tinggal di daerah wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan KITAS.
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
14
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi
Pelaksana
mendaftar
dan
menerbitkan
Surat
Keterangan Tempat Tinggal. (3). (3) Surat Keterangan Tempat Tinggal Surat…. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibawa pada saat berpergian.
Pasal 17B (1) Orang Asing yang memiliki KITAS yang telah berubah status menjadi Orang Asing yang memiliki KITAP wajib melaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterbitkan KITAP. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mendaftar dan menerbitkan KK dan KTPel.
9. Diantara Pasal 18 dan Pasal 19 disisipkan 1 (satu) paragraf yakni Paragraf 6, dan disisipkan 3 (tiga) Pasal baru yakni Pasal 18A, 18B dan 18C yang berbunyi sebagai berikut:
Paragraf 6 Kartu Identitas Anak Pasal 18A Instansi pelaksana menerbitkan KIA untuk Anak WNI dan Anak Orang Asing pemegang KITAP yang belum berusia 17 tahun dan belum menikah. Pasal 18B (1) Masa berlaku KIA untuk anak kurang dari 5 tahun adalah sampai anak berusia 5 tahun. (2) Masa berlaku KIA untuk anak diatas 5 tahun adalah sampai anak berusia 17 tahun kurang satu hari (3) Masa berlaku KIA Anak Orang Asing sama dengan izin tinggal tetap orang tuanya. (4) KIA yang telah diterbitkan dinyatakan tidak berlaku jika anak dimaksud telah menikah.
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
15
Pasal 18C Ketentuan lebih lanjut mengenai penerbitan KIA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18A diatur dengan Peraturan Bupati. 10. Ketentuan…. 10. ketentuan Pasal 19 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 19 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 19 (1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran. (3) Tata
cara
dan
persyaratan
pembuatan
Kutipan
Akta
Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditentukan oleh instansi pelaksana dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan.
11. Ketentuan Pasal 20 diubah, sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20 (1) Bagi
penduduk
Kabupaten
Belitung
yang
mengalami
peristiwa kelahiran di luar Kabupaten Belitung, wajib melaporkan kepada instansi pelaksana. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat dalam Register Akta Kelahiran dan menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran. 12. Ketentuan Pasal 22 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 22 (1) Setiap lahir mati yang dialami penduduk wajib dilaporkan kepada instansi pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati. C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
16
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana menerbitkan surat keterangan lahir mati. 13. Ketentuan…. 13. Ketentuan Pasal 23 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut: Pasal 23 (1) Setiap lahir mati yang dialami penduduk di luar kabupaten wajib dilaporkan kepada instansi pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi pelaksana menerbitkan surat keterangan lahir mati.
14. Ketentuan Pasal 24 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 24 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 24 (1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
wajib
dilaporkan
oleh
penduduk
kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan. (2) Berdasarkan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan. (3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana maksud pada ayat (2) diperuntukkan kepada suami dan istri.
15. Ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 25 (1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang
dialami
penduduk
di
luar
kabupaten wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
17
(2) Berdasarkan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat dalam Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan. (3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana maksud pada ayat (3). Kutipan…. (2) diperuntukkan kepada suami dan istri.
16. Ketentuan Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 26 (1) Kutipan Akta Perkawinan yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 25 ayat (2) adalah untuk perkawinan bagi penduduk yang tidak beragama Islam. (2) Kutipan Akta Perkawinan bagi penduduk yang beragama Islam diterbitkan oleh KUA Kec dan harus dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pencatatan perkawinan dilaksanakan. (3) KUA
Kec
melaporkan
pencatatan
perkawinan
yang
dilaksanakan kepada Instansi Pelaksana setiap bulan.
17. Ketentuan Pasal 28 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 28 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 28 (1) Pembatalan dikeluarkan
Perkawinan Kutipan
bagi
Akta
penduduk
Perkawinan
yang oleh
telah
Instansi
Pelaksana, wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana maksud pada ayat (1) Instansi Pelaksana mencabut kutipan Akta Perkawinan dari kepemilikan
subjek
akta
dan
Keterangan Pembatalan Perkawinan.
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
18
mengeluarkan
Surat
18. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 30 berbunyi sebagai berikut: Pasal 30…. Pasal 30 (1) Pembatalan dikeluarkan
Perceraian Kutipan
bagi Akta
penduduk Perceraian
yang oleh
telah
Instansi
Pelaksana, wajib dilaporkan kepada Instansi Pelaksana paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana maksud pada ayat (1), Instansi Pelaksana mencabut kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan
subjek
akta
dan
mengeluarkan
Surat
Keterangan Pembatalan Perceraian.
19. Ketentuan Pasal 31 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4) diubah, ayat (5) dihapus, sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 31 (1) Setiap kematian penduduk wajib dilaporkan oleh Ketua RT atau yang mewakili kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian. (2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada register Akta Kematian dan menerbitkan Kutipan Akta Kematian. (3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan kematian pihak yang berwenang. (4) Setiap kematian bagi penduduk yang terjadi di luar Kabupaten Belitung wajib dilaporkan keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian untuk dicatat dan diterbitkan kutipan Akta Kematian. (5) dihapus (6) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
19
pencatatan oleh Pejabat Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan. (7) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan keterangan dari kepolisian.
20. Ketentuan Pasal 33 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 33 (1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orang tua pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan. (2) Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya telah melaksanakan perkawinan sah menurut hukum agama, tetapi belum sah menurut hukum negara. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Pengakuan
Anak
dan
menerbitkan
Kutipan
Akta
Pengakuan Anak.
21. Ketentuan Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 34 (1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orang tua kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan
perkawinan
dan
mendapatkan
Akta
Perkawinan. (2) Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya telah melaksanakan perkawinan sah menurut hukum agama dan hukum negara. (3) Berdasarkan
laporan
pengesahan
anak
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
20 22.
pada register akta pengesahan anak dan menerbitkan kutipan akta pengesahan anak. 22. Ketentuan Pasal 36 ayat (2) ditambah 4 (empat) huruf yakni huruf bb, huruf cc, huruf dd, dan huruf ee, dan ditambahkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (4) dan ayat (5), sehingga Pasal 36 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 36 (1) Data
Kependudukan
terdiri
atas
data
perseorangan
dan/atau data agregat penduduk. (2) Data perseorangan meliputi: a.
nomor KK;
b.
NIK;
c.
nama lengkap;
d.
jenis kelamin;
e.
tempat lahir;
f.
tanggal/bulan/tahun lahir;
g.
golongan darah;
h.
agama/kepercayaan;
i.
status perkawinan;
j.
status hubungan dalam keluarga;
k.
cacat fisik dan/atau mental;
l.
pendidikan terakhir;
m.
jenis pekerjaan;
n.
NIK ibu kandung;
o.
nama ibu kandung;
p.
NIK ayah;
q.
nama ayah;
r.
alamat sebelumnya;
s.
alamat sekarang;
t.
kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;
u.
nomor akta kelahiran/nomor surat kenal lahir;
v.
kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;
w.
nomor akta perkawinan/buku nikah;
x.
tanggal perkawinan;
y.
kepemilikan akta perceraian;
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
21
z.
nomor akta perceraian/surat cerai;
aa. tanggal perceraian; bb.
bb. sidik jari; cc.
sidik….
iris mata;
dd. tandatangan; dan ee.
elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif. (4) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) adalah Data Kependudukan dari Kementerian
yang
bertanggungjawab
dalam
urusan
pemerintahan dalam negeri, digunakan untuk semua keperluan, antara lain untuk pemanfaatan: a. Pelayanan publik; b. Perencanaan pembangunan; c. Alokasi anggaran; d. Pembangunan demokrasi; dan e. Penegakan hukum dan pencegahan kriminal. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemanfaatan Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati.
23. Ketentuan Pasal 40 diubah, sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 40 (1) Penduduk WNI dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau belum 17 (tujuh belas) tahun telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki KTP-el. (2) KTP-el Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku secara nasional. (3) Setiap penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP-el.
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
22
(4) KTP-el untuk WNI berlaku seumur hidup, untuk Orang Asing masa berlakunya disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Tetap. (5).membawa Penduduk…. (5) Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib KTPel pada saat bepergian. (6) Dalam hal terjadi perubahan elemen data, rusak atau hilang, Penduduk pemilik KTP-el wajib melaporkan kepada Instansi
Pelaksana
untuk
dilakukan
perubahan
atau
penggantian. (7) Dalam hal KTP-el rusak, penduduk pemilik KTP-el wajib melapor kepada Instansi pelaksana melalui camat atau lurah/kepala desa paling lambat 14 (empat belas) hari dan melengkapi surat pernyataan penyebab terjadinya rusak dengan melampirkan KTP-el rusak. (8) Dalam hal KTP-el hilang, penduduk pemilik KTP-el wajib melapor kepada Instansi pelaksana paling lambat 14 (empat belas) hari dan melengkapi surat pernyataan penyebab
terjadinya
hilang
dengan
dilengkapi
surat
keterangan hilang dari kepolisian setempat. (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan elemen data, rusak atau hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dalam Peraturan Bupati.
24. Ketentuan Pasal 42 ayat (1) ditambah 1 (satu) huruf
yakni
huruf f, sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 42 (1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta: a. kelahiran; b. kematian; c. perkawinan; d. perceraian e. pengakuan anak; dan f.
pengesahan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat: a. jenis Peristiwa Penting; C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
23
b. NIK dan Status Kewarganegaraan; c. nama orang yang mengalami peristiwa penting; d. tempat dan tanggal peristiwa; e. tempat….
e. tempat dan tanggal dikeluarkan kutipan akta; f. nama dan tanda tangan pejabat yang berwenang; dan g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat dalam register Akta Pencatatan Sipil.
25. Diantara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 42A, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 42A Pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan tidak dipungut biaya.
26. Ketentuan Pasal 43 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43 (1) Setiap
orang
memalsukan
dilarang
dan/atau
memerintahkan melakukan
dan/atau
manipulasi
Data
Kependudukan dan/atau elemen data kependudukan. (2) Pembetulan atas data pada dokumen kependudukan hanya untuk dokumen kependudukan yang mengalami kesalahan tulis redaksional. (3) Pembetulan atas data pada dokumen kependudukan yang bukan
kesalahan
tulis
redaksional
dapat
dilakukan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (4) Pembetulan sebagaimana maksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh Instansi Pelaksana.
27. Diantara Bab V dan Bab VI ditambah satu bab yakni Bab VA yang berbunyi :
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
24
BAB VA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEJABAT STRUKTURAL Pasal 44A…. Pasal 44A (1) Pejabat struktural pada Instansi Pelaksana dan UPT Instansi
Pelaksana
Menteri
Dalam
diangkat
Negeri
atas
dan
diberhentikan
usulan
Bupati
oleh
melalui
Gubernur. (2) Penilaian kerja pejabat struktural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara periodik oleh Menteri Dalam Negeri. (3) Ketentuan pengangkatan
mengenai dan
mekanisme
pemberhentian
dan
prosedur
pejabat
struktural
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
28. Ketentuan Pasal 45 ayat (1), ayat (2) diubah, ayat (3) dan ayat (4) dihapus, sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 45 (1) Pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi administrasi berupa denda adalah: a. penduduk tidak melaporkan dan/atau melampaui batas pelaporan peristiwa kependudukan; b. penduduk tidak melaporkan dan/atau melampaui batas pelaporan peristiwa penting kependudukan; c. penduduk yang tidak membawa KTP-el pada saat bepergian bagi penduduk wajib KTP-el;dan d. orang asing yang memiliki KITAS tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal pada saat bepergian. e. orang asing yang memiliki KITAP tidak membawa Kartu Tanda Penduduk (WNA) pada saat bepergian.
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
25
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Terhadap
penduduk
WNI
dan
Orang
Asing,
diatur
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini. (3) Dihapus (4) Dihapus
29. Ketentuan…. 29. Ketentuan Pasal 47 diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 47 Setiap orang yang memerintahkan dan/atau memfasilitasi dan/atau
melakukan
manipulasi
Data
Kependudukan
dan/atau elemen data Penduduk sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat (1) diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi
Kependudukan
sebagaimana
telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
30. Ketentuan Pasal 48 diubah, sehingga Pasal 48 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 48 Setiap orang yang mengakses data base kependudukan sebagaimana dimaksud Pasal 44 ayat (3) diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 UndangUndang
Nomor
23
Tahun
2006
tentang
Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
31. Diantara Pasal 48 dan Pasal 49 disisipkan 2 (dua) pasal yakni Pasal 48A dan Pasal 48B, yang berbunyi sebagai berikut:
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
26
Pasal 48 A Setiap orang dan petugas pada desa/kelurahan, kecamatan, UPT
instansi
pelaksana
dan
instansi
pelaksana
yang
memerintahkan dan/atau memfasilitasi dan/atau melakukan pungutan
biaya
kepada
penduduk
dalam
pengurusan
penerbitan dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud pada
Pasal
42A
diancam
dengan
pada…. sebagaimana
pidana
dimaksud dalam Pasal 95B Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Pasal 48B Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan,
dan/atau
mendistribusikan
Dokumen
Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2006
tentang
Administrasi Kependudukan.
32. Ketentuan Pasal 49 diubah, sehingga Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 49 Setiap orang yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (4) atau memiliki KTP-el lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3) diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
sebagaimana
telah
diubah
dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
27
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
33. Ketentuan Pasal 51 diubah, sehingga Pasal 51 berbunyi sebagai berikut: Pasal 51…. Pasal 51 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 48A, Pasal 48B, dan Pasal 49 adalah tindak pidana Administrasi Kependudukan.
34. Ketentuan Pasal 52 diubah, sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai berikut: Pasal 52 Semua singkatan “KTP-el” sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan harus dimaknai “KTP-el”.
PASAL II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Belitung. Ditetapkan di Tanjungpandan pada tanggal 24 Maret 2016 BUPATI BELITUNG Ttd. SAHANI SALEH Diundangkan di Tanjungpandan pada tanggal 24 Maret 2016 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BELITUNG,
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
28
Ttd. KARYADI SAHMINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2016 NOMOR 3 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : (3.3/2016)
Salinan….
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, ttd. IMAM FADLLI, SH NIP. 197109152001121002
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
29
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG
I.
UMUM
Bahwa dalam rangka penyelenggaraan administrasi kependudukan Pemerintah
Kabupaten
perlindungan
dan
Belitung
pengakuan
berkewajiban atas
status
memberikan hukum
atas
jaminan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh penduduk yang berada di dalam maupun diluar daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun
1945
yang
bertujuan
untuk
mewujudkan
tertib
Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya data base kependudukan serta
keabsahan
dan
kebenaran
atas
dokumen
kependudukan
yang
ditertibkan. Pemerintah Kabupaten Belitung telah menyelenggaraan Administrasi Kependudukan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Di Kabupaten Belitung. Bahwa sebagai penjabaran lebih lanjut pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan
Kabupaten
Belitung
Nomor
6
Tahun
2010
tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Di Kabupaten Belitung harus disempurnakan sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan. Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 6 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Di Kabupaten Belitung. II. Pasal….
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
30
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas Angka 2 Pasal 5 Cukup jelas Angka 3 Pasal 6 Cukup jelas Angka 4 Pasal 8 Cukup jelas Angka 5 Pasal 9 Cukup jelas Angka 6 Pasal 12 Cukup jelas Angka 7 Pasal 16 Cukup jelas Angka 8 Pasal 17 A Cukup jelas Pasal 17 B Cukup jelas Angka 9 Pasal 18 A Cukup jelas Pasal 18 B Cukup jelas Pasal 18 C Cukup jelas Angka 10…. C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
31
Angka 10 Pasal 19 Cukup jelas Angka 11 Pasal 20 Cukup jelas Angka 12 Pasal 22 Cukup jelas Angka 13 Pasal 23 Cukup jelas Angka 14 Pasal 24 Cukup jelas Angka 15 Pasal 25 Cukup jelas Angka 16 Pasal 26 Cukup jelas Angka 17 Pasal 28 Cukup jelas Angka 18 Pasal 30 Cukup jelas Angka 19 Pasal 31 Cukup jelas Angka 20 Pasal 33 Cukup jelas Angka 21 Pasal 34
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
32
Cukup jelas Angka 22…. Angka 22 Pasal 36 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan data agregat adalah kumpulan data tentang Peristiwa Kependudukan, Peristiwa Penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan. Yang dimaksud dengan data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Yang dimaksud dengan data kualitatif adalah data yang berupa penjelasan.
Ayat (4) Huruf a Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan pelayanan publik”, antara lain untuk penerbitan Surat Izin Mengemudi, izin usaha, pelayanan wajib pajak, pelayanan perbankan, pelayanan penerbitan sertifikat tanah, asuransi, jaminan kesehatan masyarakat, dan/atau jaminan sosial tenaga kerja. Huruf b Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan perencanaan pembangunan”, antara lain untuk perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pendidikan, perencanaan kesehatan, perencanaan tenaga kerja, dan/atau pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Huruf c Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan alokasi anggaran”, antara lain untuk penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) dan/atau perhitungan potensi perpajakan. Huruf d Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan pembangunan demokrasi”, antara lain untuk penyiapan data agregat kependudukan per kecamatan dan/atau penyiapan data penduduk potensial pemilih Pemilu (DP4). C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
33
Huruf e…. Huruf e Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan penegakan hukum dan pencegahan kriminal”, antara lain untuk memudahkan pelacakan pelaku kriminal, mencegah perdagangan orang, dan/atau mencegah pengiriman tenaga kerja illegal. Ayat (5) Cukup jelas Angka 23 Pasal 40 Cukup jelas Angka 24 Pasal 42 Cukup jelas Angka 25 Pasal 42 A Cukup jelas Angka 26 Pasal 43 Cukup jelas Angka 27 Pasal 44 A Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundangundangan”
adalah
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan di bidang pengembangan dan pembinaan karir. Angka 28 Pasal 45 Ayat (1) Yang dimaksud dengan penduduk yang dikenakan sanksi denda adminstrasi termasuk penduduk non permanen yang
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
34
Ayat (2)….
tidak melaporkan keberadaannya yang melampaui batas waktu yang ditentukan.
Ayat (2) Cukup jelas Angka 29 Pasal 47 Cukup jelas Angka 30 Pasal 48 Cukup jelas Angka 31 Pasal 48 A Cukup jelas Angka 32 Pasal 48 B Cukup jelas Angka 33 Pasal 49 Cukup jelas Angka 44 Pasal 51 Cukup jelas Angka 45 Pasal 52 Cukup jelas
Pasal II Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 23
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
35
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG DENDA ADMINISTRATIF TERHADAP PENDUDUK WNI DAN ORANG ASING
No
Jenis Peristiwa Penting
Rentang Batas Waktu Keterlambatan Pelaporan > 60 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
Besaran Denda (RP) WNI WNA 200.000 400.000 300.000 500.000 600.000 1.000.000
1
Kelahiran
2
Kelahiran di luar NKRI
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
3
Perkawinan
> 60 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
4
Perkawinan di luar NKRI
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 400.000 500.000
5
Pembatalan Perkawinan
> 90 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
6
Perceraian
> 60 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
7
Perceraian di luar NKRI
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 400.000 500.000
8
Pembatalan Perceraian
> 60 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
9
Kematian
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
100.000 300.000 200.000 600.000 300.000 1.000.000
200.000 500.000 1.000.000
-
-
-
10. Lahir…. C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
36
10
Lahir Mati
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
100.000 300.000 200.000 600.000 300.000 1.000.000
11
Pengangkatan Anak
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
12
Pengangkatan Anak di luar NKRI
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 400.000 500.000
13
Pengakuan Anak
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
14
Pengesahan Anak
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
15
Perubahan Nama
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
300.000 600.000 400.000 800.000 500.000 1.000.000
16
Peristiwa Penting Lainnya
> 30 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
600.000 300.000 800.000 400.000 1.000.000 500.000
17
Pembatalan Akta Pencatatan Sipil
s/d 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
600.000 300.000 800.000 400.000 500.000 1.000.000
No
1
2
Jenis Peristiwa Kependudukan Perubahan Status Kewarganegaraan WNI menjadi WNA
Perubahan Status Kewarganegaraan WNA menjadi WNI
Rentang Batas Waktu Keterlambatan Pelaporan > 60 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th > 60 hr - 1 th > 1 th - 5 th > 5 th
-
Besaran Denda (RP) WNI
WNA
600.000 800.000 1.000.000
600.000 800.000 1.000.000
-
-
3. Pindah….
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
37
3
4
5
6
7
8
9
10
Pindah bagi WNA yang memiliki izin tinggal terbatas atau izin tinggal tetap
Pindah ke Luar Negeri bagi WNI Pindah datang dari Luar Negeri bagi WNI
Pindah datang dari Luar Negeri bagi WNA yang memiliki izin tinggal terbatas
> 14 hr- 1 bl > 1 bl - 3 bl > 3 bl
-
1.000.000 1.500.000 2.000.000
30 hari
-
-
> 30 hr- 1 bl > 1 bl - 3 bl > 3 bl
200.000 300.000 400.000
> 7 hr - 14 hr > 14 hr - 30 hr > 30 hr
-
> 30 hr- 1 bl > 1 bl - 3 bl > 3 bl
-
Pindah datang ke Luar Negeri > 30 hr- 1 bl bagi WNA yang memiliki izin > 1 bl - 3 bl tinggal terbatas atau izin > 3 bl tinggal tetap
-
Perubahan Status WNA yang memiliki izin tinggal terbatas menjadi WNA yang memiliki izin tinggal tetap
1.000.000 1.500.000 2.000.000
1.000.000 1.500.000 2.000.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000
Perubahan Kartu Keluarga (KK)
> 30 hr - 3 bl > 3 bl - 1 th > 1 th
200.000 1.000.000 300.000 1.500.000 500.000 2.000.000
Kartu Tanda Penduduk Pertama
> 14 hr - 6 bl
100.000 1.000.000
> 6 bl - 1 th
250.000 1.500.000
> 1 th
500.000 2.000.000
11
Pindah Datang antar RT
> 30 hr- 2 bl > 2 bl - 3 bl > 3 bl - 6 bl
50.000 250.000 100.000 500.000 200.000 1.000.000
12
Pindah Datang antar Desa
> 30 hr- 2 bl > 2 bl - 3 bl > 3 bl - 6 bl
50.000 250.000 100.000 500.000 250.000 1.000.000
13
Pindah Datang antar Kecamatan
> 30 hr- 2 bl
100.000
> 2 bl - 3 bl > 3 bl - 6 bl
200.000 500.000 300.000 1.000.000
> 30 hr- 2 bl
100.000
> 2 bl - 3 bl > 3 bl - 6 bl
300.000 500.000 500.000 1.000.000
14
Pindah Datang antar Kabupaten
250.000
250.000
15. Pindah…. C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
38
15
Pindah Datang antar Propinsi
> 30 hr- 2 bl
100.000
250.000
> 2 bl - 3 bl > 3 bl - 6 bl
300.000 500.000 500.000 1.000.000
16
Batal Pindah
> 30 hr- 2 bl > 2 bl - 3 bl > 3 bl - 6 bl
100.000 250.000 300.000 500.000 500.000 1.000.000
17
Menetap dari luar Kabupaten tidak membawa Surat Pindah
> 30 hr- 2 bl
150.000
-
> 2 bl - 3 bl
350.000
-
> 3 bl - 6 bl
550.000
-
18
19
20
Berpergian tidak membawa KTP-el
50.000
Berpergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal (Orang Asing) Pelaporan keberadaan penduduk non permanen
-
200.000
> 1hr - 7 hr
100.000
-
> 7 hr - 14 hr
200.000
-
> 14 hr - 6 bl
500.000
-
BUPATI BELITUNG, Ttd. SAHANI SALEH Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM,
IMAM FADLLI, SH NIP. 197109152001121002
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
200.000
39
C:\go-worker\temp\c6ee0a2c7e573123494c7bd415d10ab3.doc
40