[104] Tak Ada Alasan BBM Naik Wednesday, 03 July 2013 05:29
Pengantar: Pemerintah kembali akan menaikkan harga BBM. Berbagai opsi dilempar ke masyarakat. Berbagai penolakan pun muncul. Kenaikan itu ditunda beberapa kali. Ada apa sebenarnya di balik rencana itu? Mengapa pemerintah ngotot menaikkan harga BBM? Fokus kali ini mengupas masalah tersebut.
Dalam pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (29/4), Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan, pemerintah akan menaikkan harga BBM secara pukul rata (satu harga).
Masih ingat saat pemerintah berusaha ‘merayu’ Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk orang yang mampu alias kaya? Itu terjadi sekitar pertengahan tahun 2011 lalu. Namun rencana mengeluarkan fatwa tersebut kandas di tengah jalan.
Itu salah satu saja yang pemerintah lakukan untuk mewujudkan rencana menaikkan harga BBM subsidi. Selain berkampanye di berbagai media, termasuk mamasang spanduk bertuliskan ‘Premium adalah BBM Bersubsidi Hanya Untuk Golongan Tidak Mampu’ di setiap sudut Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Namun keinginan pemerintah membatasi pembelian BBM subsidi pada tahun 2011 batal.
Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.
1/5
[104] Tak Ada Alasan BBM Naik Wednesday, 03 July 2013 05:29
Pada Jumat, 30 Maret 2012, Pemerintah bersama DPR RI menggelar rapat paripurna untuk memutuskan kenaikan harga BBM subsidi.
Rapat yang berlangsung alot hingga berakhir pada dini harinya (Sabtu, 31 Maret 2012) akhirnya memutuskan penundaan kenaikan BBM per 1 April 2013. Saat itu pemerintah sudah menyiapkan skenario kenaikan BBM subsidi sebesar Rp 1.500/kg dari Rp 4.500/kg.
Pembatalan penaikan BBM bukan berarti rakyat bisa bernafas lega. Pasalnya dalam Rapat Paripurna DPR RI yang membahas Undang-undang (UU) Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 itu tetap memberikan lampu hijau bagi pemerintah menaikkan harga BBM sewaktu-waktu. Terlihat dari kesepakatan Pasal 7 Ayat 6a UU APBNP 2012.
Pasal tersebut menyebutkan, “Dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan rata-rata sebesar 15 persen dalam 6 bulan terakhir dari harga minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012, pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukung .”
Batal menaikkan BBM subsidi, pemerintah lalu menyiapkan opsi baru pembatasan pembelian BBM subsidi yakni mobil di atas 1.500 cc wajib membeli BBM non subsidi. Alasan pemerintah, stok BBM subsidi makin menipis. Namun rencana tersebut pun batal terlaksana.
Gagal di tahun 2012, pemerintah kembali menggelontorkan isu penaikan BBM subsidi. Kali ini dengan skenario yang lebih ‘matang’ lagi. Misalnya, menetapkan dua harga BBM subsidi yakni BBM untuk kendaraan motor dan angkutan umum Rp 4.500/liter (tetap) dan BBM untuk mobil pribadi Rp 6.500/liter (naik Rp 2.000/liter).
Namun rencana itu sepertinya batal. Dalam pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (29/4), Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan, pemerintah akan menaikkan harga BBM secara pukul rata (satu harga). Jero menjelaskan, angka kenaikan masih dibahas. Namun, harga baru BBM dipastikan di bawah Rp 6.500 per liter.
2/5
[104] Tak Ada Alasan BBM Naik Wednesday, 03 July 2013 05:29
Untuk mengantisipasi dampak kenaikan BBM, pemerintah menyiapkan kompensasi yakni penambahan jatah beras untuk rakyat miskin (raskin) selama empat bulan, Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Sekolah Rakyat Miskin.
Melihat kronologis tersebut, rencana pemerintah menaikkan harga BBM subsidi sudah berlangsung lama. Bahkan sejak Purnomo Yusgiantoro menjabat Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah bersama DPR RI telah melahirkan UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas (Migas). Dengan UU tersebut, pemerintah berharap bisa melepas penjualan BBM pada mekanisme pasar bebas.
Beban APBN?
Salah satu alasan pamungkas yang pemerintah ungkapan untuk menaikkan BBM adalah beban APBN yang kian berat dengan adanya subsidi tersebut. Dalam APBN 2013, pemrintah memberikan pagu belanja subsidi energi sebesar Rp274,7 trilyun dengan perincian subsidi listrik Rp 80,9 trilyun dan subsidi BBM Rp 193,8 trilyun dengan volume sebesar 46 juta kiloliter.
Perhitungan pemerintah, dengan harga keekonomian premium Rp 9.500/liter, maka dengan harga Rp 4.500/liter, pemerintah memberikan subsidi Rp 5.000/liter. Jika melihat perhitungan biaya produksi BBM, maka sebenarnya istilah ‘subsidi’ justru menipu rakyat.
Pemerintah selalu menyampaikan bahwa harga minyak bumi di dalam negeri sama dengan minyak dunia. Misalnya, dengan harga minyak dunia 120 dolar AS/barel dan biaya produksi sampai menjadi BBM 10 dolar AS/barrel, sehingga harga minyak menjadi 130 dolar AS/barrel. Dengan nilai rupiah terhadap dolar AS sekitar Rp 9.000/dolar AS, harga BBM Rp 7.358/liter (1 barel = 159 lt).
Karena menjual dengan harga Rp 4.500/liter, pemerintah lalu mengaku rugi karena menyubsidi Rp 2.858/liter. Padahal pemerintah mengambil minyak bumi milik rakyat secara gratis. Jadi, harga minyak sebenarnya (0 dolar AS/barrel + 10 dolar AS/barel x Rp. 9000/ dolar AS) = Rp
3/5
[104] Tak Ada Alasan BBM Naik Wednesday, 03 July 2013 05:29
566/ liter. Jelas rakyat yang justru menyubsidi pemerintah Rp 3.936/liter (Rp 4.500 -Rp 566).
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan APBN tanpa harus menaikkan harga BBM. Jika alasannya beban subsidi makin berat, maka sama artinya pemerintah tidak ingin lagi memberikan subsidi kepada rakyat. Padahal subsidi merupakan hak setiap warga negara baik kaya maupun yang miskin.
Padahal BBM merupakan kepemilikan umum yang wajib dikelola negara untuk kepentingan rakyat. Artinya, rakyat berhak menikmati BBM dengan harga murah dan mudah. Jadi kalau kemudian pemerintah menganggap harga BBM di Indonesia sangat murah dibandingkan negara-negara lain. Itu juga bukan alasan yang masuk akal, karena memang sudah seharusnya harga BBM murah. Lagi pula harga BBM memang tidak perlu naik. Joe lian
BOX
Inilah Alasan Tolak BBM Naik
Skenario kapitalisme
Gigihnya pemerintah menaikkan BBM dengan alasan menjadi beban berat APBN tidak lepas dari skenario kapitalisme. Bermula dengan lahirnya UU Migas, pemerintah berupaya menghapus subsidi BBM. Padahal kenaikan BBM tersebut akan menggiring rakyat menuju neokolonialisme (penjajahan gaya baru) melalui liberalisasi BBM. Dengan demikian BBM akan dikuasai perusahaan asing mulai dari hulu (eksplorasi minyak) sampai hilir (pom bensin/SPBU).
Kenaikan harga BBM hanya menguntungkan mafia BBM asing dan anteknya. Bahkan mantan Menteri Perekonomian, Rizal Ramli memperkirakan, mafia migas tersebut memperoleh fee sedikitnya 2 dolar AS/barel dari minyak mentah (400.000 barel/hari) dan minyak jadi yang diimpor (500.000 barrel). Fee 2 dolar AS/barel ini saat harga minyak masih sekitar 60 dolar AS/barel. Kini, setelah harganya di atas 90 dolar AS/barel, keuntungannya sudah pasti melangit.
4/5
[104] Tak Ada Alasan BBM Naik Wednesday, 03 July 2013 05:29
Rakyat kian menderita
Sudah pasti kenaikan/penghapusan subsidi BBM bakal memicu harga kebutuhan pokok dan biaya hidup rakyat. Sebab kenaikan BBM sudah pasti akan makin menyusahkan kehidupan rakyat. Apalagi hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), jika BBM bersubsidi naik Rp 500/liter, secara langsung akan menaikkan jumlah penduduk miskin 0,25 persen.
Belum lagi dampak tidak langsung dengan naiknya biaya angkutan yang mempengaruhi harga barang dan jasa, maka pertambahan penduduk miskin akan makin besar. Menaikkan harga BBM subsidi sebagai bentuk mendzalimi dan diskriminatif terhadap rakyat. Padahal mendzalimi hukumnya haram. Jadi apapun bentuknya, pembatasan konsumsi BBM bersubsidi atau menaikkan harga BBM, rakyat memang harus menolak.
Akal-akalan Pemerintah
Pemerintah beralasan subsidi BBM selama ini tidak tepat sasaran karena yang menikmati adalah orang-orang yang mampu (kaya). Alasan lainya, subsidi menjadi beban berart APBN. Karena itu, pemerintah berniat mencabut subsidi BBM. Pendapat ini hanya akal-akalan pemerintah. Selama ini yang menjadi beban APBN bukan subsidi, tapi utang negara yang hanya dinikmati segelintir orang, ditambah lagi bunga utang tersebut.
Jika dikatakan subsidi hanya dinikmati orang kaya? Alasan itu juga tak masuk akal. Orang kaya di Indonesia yang memiliki mobil mewah kurang dari 5 persen. Faktanya yang banyak menggunakan BBM adalah supir bis, metromini, mikrolet, supir truk, nelayan, dan pengendara motor.[] Joe Lian
5/5