ISSN 1412-2170
MITRA WACANA
MediaUsahaKecilMenengahMakananBerbasisTepung
Edisi182TahunXII/2012
Saatnya Menaikkan Harga ... Kenapa Tidak? - Menaikkan harga jual, memang memiliki risiko merosotnya omset penjualan. Tetapi menghindari kenaikan harga dengan mengorbankan kualitas produk, juga mengandung risiko yang sama. - Pengusaha sebaiknya memandang langkah menaikkan harga sebagai salah satu strategi bisnis yang lazim, sesuai dengan perubahanperubahan ekonomi eksternal yang memang tidak bisa dihindari.
KirimanGRATISdari: PT ISM Tbk. bogasari �our mills PORTODIBAYAR/TAXEPERCUE Nomor:05/PRTD/JKU/DIVREIV/2012 Berlaku:s.d.31Desember2012
LAGANSA(LayananPelangganBogasari):0807-1800-888,
[email protected],www.bogasari.com,@KreasiBogasari
Pionir Harga 2000 .......... Hal. 8 Purnawirawan polisi yang mempunyai segudang prestasi ini memilih membuka usaha bakery, karena melihat kepentingan yang lebih besar.
Menyelesaikan Komplain .............. Hal. 10 Dapat diduga jika sebagian besar pengusaha akan memberikan reaksi spontan negatif jika mendapat laporan bahwa jumlah pelanggan yang komplin meningkat.
Hindari Kalimat yang merugikan.. Hal. 13 Ada beberapa kata atau kalimat yang digunakan tenaga pemasar untuk merayu calon konsumen agar mau membeli produknya, justru akan berefek negatif, bahkan merugikan
SajianUtama......................................................3-7 Manajemen........................................................11 Pemasaran...........................................................12 Tips........................................................................14 Resep.....................................................................15 Kesehatan ......................................................... 16 Kuis ....................................................................... 18
Sudah saatnya pengusaha menghitung kembali biaya produksi dan menentukan berapa besaran kenaikan harga jual produknya.
K
enaikan harga Bahan Bakar Minyak, tentu akan berpengaruh terhadap perekonomian. Terlepas seberapa besar pengaruhnya para pengusaha sudah harus mulai menghitung kembali biaya-biaya yang berkaitan dengan aspek produksi. Beberapa pilihan tentunya akan diambil oleh pemilik usaha sebagai antisipasi jangan sampai mengganggu proses produksi, bahkan sampai merugikan perusahaan. Pilihan yang bisa diambil antara lain dengan menekan biaya produksi yang tentu saja dengan konsekuensi misalnya pengurangan ukuran atau kualitas. Pilihan yang lain mungkin bisa dilakukan dengan menaikkan harga jual dengan risiko penurunan konsumen. Memang setiap tindakan selalu mengandung risiko. Tetapi bagaimana risiko tersebut bisa diredam seminimal mungkin. Pembaca yang budiman, pada edisi ini redaksi mencoba mengajak anda untuk mempertimbangkan secara bijaksana untuk menghadapi situasi perekonomian saat ini. Kami menawarkan salah satu pilihan, yaitu menaikan harga jual, dengan pertimbangan bahwa tingkat in�asi sampai saat ini sudah mulai terlihat dengan menurunnya nilai mata uang. Secara psikologis, masyarakat mulai merasakan bahwa nilai mata uang minimum yang pantas untuk membayar sesuatu adalah Rp 2.000,- padahal masih ada pecahan seribuan, limaratusan, bahkan 200 dan seratusan. Sebagai gambaran, kami turunkan tulisan mengenai seorang pengusaha yang mengambil langkah menaikkan harga jual produk rotinya. Memang tidak serta merta menaikkan harga, tetapi menciptakan item roti baru dengan harga baru. sehingga risiko kehilangan konsumen masih bisa dikendalikan. Ternyata setelah kurang lebih tiga bulan berjalan, pasar sudah bisa menerima. Bagaimana dengan anda? siap dengan harga baru? M
PENERBIT: PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. ISSN: 1412-2170 Penasihat: Franciscus Welirang, Herman Djuhar, Pembina: Hans R. Aditio, P. Soegiono D, Budi Sugianto, Koko Santosa, Ivo Ariawan, Penanggungjawab: Beatrix Sudibyo, Pemimpin Redaksi: M.R. Pamungkas Redaksi: Louis M. Djangun, Rudianto Pangaribuan, Kontributor: Effendi Lie; Ahmad Hadiyanto; Uluan DP. Manurung; J .M. Qayyuum; Roy Hudiana, Sylvia, Joko Pramono, Josaphat S. Wijaya, Julius Ronadi, Suhaeli Ali. Desain & Lay-out: Melcky. Sekretariat, & Distribusi: SME Relations Department Alamat Redaksi: PT. Indofood Sukses Makmur tbk. Divisi Bogasari Flour Mills, Jln. Raya Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta - 14110, PO. Box 2000 JKU 14013. Telp : (021) 43900170-174, Fax : (021) 43920049, e-mail:
[email protected], http//www.bogasari.com DISTRIBUSI TERBATAS UNTUK KALANGAN SENDIRI, TIDAK DIPERJUALBELIKAN
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Sajian Utama
Menaikkan Harga ... Siapa Takut? Menaikkan harga, termasuk langkah yang paling ditakutkan oleh pengusaha pada umumnya, meskipun harga bahan baku mulai naik. Mes�nya, ketakutan itu �dak perlu ada, asal tahu caranya.
M
akin kerasnya persaingan di pasar, seringkali menyebabkan pengusaha sedapat mungkin menghindari langkah ini: Menaikkan harga! Alasannya, banyak. Misalnya, takut produknya kalah bersaing dengan kompetitor. Jika pemasaran produk itu sangat mengandalkan pihak lain seperti pedagang atau tengkulak, maka pengusaha seringkali tak berdaya menghadapi tekanan dari pedagang agar tidak menaikkan harga. Dalam kasus seperti ini, bahkan harga jual cenderung lebih banyak ditentukan oleh tengkulak. Lebih parah lagi kalau pengusaha terbiasa menggunakan mata rantai distribusi yang panjang, dalam memasarkan produknya. Menaikkan harga sedikit saja, sampainya ke konsumen bisa berlipat ganda. Ketakutan menaikkan harga juga, bisa dipengaruhi oleh keterbatasan kemampuan si pengusaha sendiri, dalam membuat sebuah produk. Produk yang dibuat, biasanya persis sama dengan buatan pengusaha
Bagi Anggota BMC (Bogasari Mitra Card):
Daftarkan nomor HP anda dan Informasikan setiap perubahan nomor telepon/HP Anda ke 0807-1-800-888, karena setiap informasi BMC akan disampaikan melalui SMS. Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
Sajian Utama
lain, atau dengan produk sejenis yang ada di pasar. Nyaris tidak ada diferensiasi atau perbedaan sedikit pun. Akibatnya, persaingan di pasar akan benar-benar terasa berat. Hal inilah yang kemudian menciptakan rasa takut luar biasa pada setiap pengusaha, ketika akan menaikkan harga. Masing-masing tidak punya rasa percaya diri, terhadap keunggulan produknya. Di samping itu, pengusaha juga menganggap konsumennya memiliki daya beli rendah. Menaikkan harga jual, sebetulnya merupakan langkah yang sangat lazim dalam dunia usaha. Sebab, keadaan perekonomian yang sangat mempengaruhi kegiatan usaha, selalu mengalami perubahan. Faktor yang paling besar pengaruhnya dalam menuntut kenaikan harga, adalah naiknya biaya produksi. Hal ini bisa disebabkan oleh kenaikan harga kebutuhan produksi seperti bahan baku, bahan bakar, tarif listrik, ongkos transportasi, upah dan sebagainya. Tentu saja, para pengusaha tersebut sebetulnya paham betul tentang adanya faktor-faktor yang membuat biaya produksi membengkak itu. Tapi, karena takut produknya kalah bersaing, mereka cenderung tidak mengkompensasikannya pada kenaikan harga jual, melainkan, mengambil langkah seperti mengganti bahan baku yang harganya lebih murah, mengurangi penggunaan bahan baku atau menghilangkan sama sekali bahan baku yang dianggap tidak perlu (pelengkap), mengurangi ukuran berat maupun volume produk, menurunkan jumlah produksi, dan sebagainya. Padahal, langkah tersebut memiliki risiko sangat besar, yang seringkali berakhir
dengan kebangkrutan usaha, karena menurunnya kualitas produk. Bagaimana jika dilakukan hal yang sebaliknya? Menaikkan harga dengan meningkatkan kualitas. Pengusaha seringkali lupa, bahwa konsumen jaman sekarang makin kritis, dan cenderung memperhatikan kualitas. Terlebih konsumen produk makanan, yang sangat dipengaruhi oleh selera. Di sini sering berlaku prinsip, lebih baik membeli makanan yang lebih mahal sedikit tapi enak di lidah, ketimbang memilih yang agak murah tapi tidak enak. Menekan Risiko Kenaikan Harga Menaikkan harga jual, memang memiliki risiko merosotnya omset penjualan. Tapi, seperti sudah diungkapkan, menghindari kenaikan harga dengan mengorbankan kualitas produk, juga mengandung risiko yang sama. Pengusaha sebaiknya memandang langkah menaikkan harga sebagai salah satu strategi bisnis yang
lazim, sesuai dengan perubahan-perubahan ekonomi eksternal yang memang tidak bisa dihindari. Tapi, tentu saja, langkah menaikkan harga tidak bisa dilakukan begitu saja. Perlu dilakukan hitungan cermat. Untuk menghindari risiko anjloknya omset, perlu dilakukan beberapa langkah strategis. Misalnya, memotong mata rantai distribusi atau membangun jaringan distribusi
“Sering berlaku prinsip,
lebih baik membeli makanan yang lebih mahal sedikit tapi enak di lidah, ketimbang memilih yang agak murah tapi tidak enak
”
Dengan kualitas dan tampilan yang lebih baik sudah saatnya harga juga disesuaikan
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Sajian Utama
Diawali dengan memilih pedagang tertentu yang diyakini bisa memahami perlunya menaikkan harga
sendiri, sehingga tidak banyak tergantung pada pihak lain (pedagang/tengkulak). Pengusaha juga harus berani dan mempunyai kepiawaian untuk melakukan negosiasi dengan para pedagang, sehingga bisa menciptakan harga jual yang kompetitif di tingkat konsumen. Seperti dilakukan oleh Saryono, pemilik Lucky Bakery Group yaitu memilih pedagang tertentu yang diyakini bisa memahami perlunya menaikkan harga. Salah satu alasannya adalah ketika para sales/pedagang membawa sejumlah roti dengan harga yang lebih tinggi, keuntungan yang diperolehnya bisa mencapai dua kali lipat. Karena selain roti yang biasa dipatok dengan harga Rp 1.000, Saryono juga mulai memproduksi dan memasarkan roti dengan kualitas yang lebih baik dengan harga Rp
“Ketika para sales
membawa sejumlah roti dengan harga yang lebih tinggi, keuntungan yang diperolehnya bisa mencapai dua kali lipat
”
2.000. Ketika mereka sudah mulai nyaman berjualan dengan harga baru, diharapkan bisa menularkan kepada penjaja lainnya, yang pada gilirannya nanti semua menjual dengan harga baru tersebut. Demikian seterusnya sampai akhirnya pasar sudah bisa menerima, dan saat itulah kenaikan harga sudah bukan lagi menjadi beban. Langkah lainnya adalah, melakukan
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
inovasi atau terobosan, baik dari sisi produksi maupun pemasaran. Usahakan agar produk yang dipasarkan, memiliki keunggulan tertentu sehingga berbeda dengan produk sejenis yang banyak beredar di pasar. Untuk pengusaha roti, misalnya, menciptakan isian roti yang lebih bervariasi dengan bahan dan tampilan yang lebih berkualitas dan menarik, dan sebagainya. Sedangkan pengusaha mie basah, bisa saja membuat mie rasa soto dll. Dengan produk yang berbeda itu, pengusaha pun bisa agak lebih leluasa untuk menetapkan harga sendiri, tanpa harus menyamakan dengan harga yang ditetapkan kompetitor. Sedangkan dari segi pemasaran, contoh terobosan yang bisa lakukan adalah, melakukan pemasaran langsung (door to door). Terobosan semacam ini, terbukti cukup berhasil dilakukan oleh pengusaha donat dan beberapa produk lainnya. Atau memberilan layanan pesan-antar (delivery order), untuk memudahkan konsumen membeli produk. Pengusaha juga harus mulai memikirkan tentang pentingnya kegiatan promosi. Misalnya, dengan memberi label merek pada kemasan plastik, selain label kertas pada penutup plastik. Atau membuat papan reklame yang menarik perhatian, beriklan di media lokal, mengikuti pameran, dan sebagainya. Pada saat yang sama, pengusaha juga harus melakukan pembenahan pada sistem atau mekanisme kerja perusahaan, baik di bidang pengadaan, produksi maupun pemasaran. Targetnya, antara lain, agar kegiatan di semua bidang bisa menciptakan efisiensi yang tinggi. (pam)
Sajian Utama
Harga Naik, Konsumen Tak Panik Menaikkan harga, memang mudah. Tapi menjaga agar kenaikan itu tidak membuat konsumen kabur, butuh perhitungan cermat.
S
impang siur rencana pemerintah dalam hal pembatasan BBM bersubsidi bulan April mendatang masih menjadi perdebatan, Apakah dibatasi, konversi menjadi gas, atau menaikkan harga belum ada titik terang. Belum lagi masalah kenaikan Tarif Dasar Listrik, yang juga tinggal menunggu waktu. Situasinya memang serba sulit, pasar tentu tidak bisa menunggu terlalu lama. Harga-harga bahan baku dan biaya produksi lainnya hingga transportasi, sudah mulai siap-siap beterbangan seperti ditiup angin kencang. Hal ini, mau tidak mau, bakal memaksa pengusaha untuk ikutan menyiapkan menaikkan harga jual produknya. Persoalannya, seberapa besar kenaikan itu harus dipatok? Ini bukan persoalan mudah. Sebab, pada saat yang bersamaan, daya beli konsumen juga sudah kian mengecil. Mereka akan makin selektif membelanjakan duitnya. Pengusaha dituntut untuk berhitung secara cermat, saat mengayunkan langkah menaikkan harga jual produknya. Salah sedikit, bisa ditinggalkan konsumen. Pengusaha tidak bisa sembarangan menaikkan harga jual, hanya karena biaya operasional naik. Terlebih jika produk yang dipasarkannya, berada pada tingkat persaingan yang ketat. Proses pembentukan harga yang pas, cenderung lebih banyak ditentukan oleh pasar. Kalau pasar sudah menetapkan harga yang pantas dibayar
untuk sebuah produk, maka pengusaha tidak bisa mengubah begitu saja hanya dengan alasan bahwa dengan harga jual sebesar itu, perusahaan akan merugi. Konsumen tidak akan pernah mau tahu, berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk operasional. Itulah sebabnya, pengusaha mesti tahu betul,
bahwa harga jual merupakan patokan yang lebih penting ketimbang harga pokok. Langkah pesaing juga perlu diperhatikan. Sering terjadi, sebuah perusahaan berani bertahan diharga lama, atau naiknya hanya sedikit saja. Dengan begitu, perusahaan tersebut memang tidak mendapatkan laba yang besar, atau bahkan malah rugi. Tapi, dengan kemampuan modalnya yang besar, ia mampu bertahan hingga para pesaingnya jatuh bangkrut. Setelah itu, perusahaan tersebut bisa melenggang lebih leluasa, termasuk dalam menetapkan harga. Bisnis kadang bisa sekejam itu. Tapi, justru di sinilah setiap pengusaha akan diuji daya tahan dan kreativitasnya, termasuk dalam menetapkan harga. Meskipun, seperti sudah disebutkan, harga lebih banyak ditentukan oleh pasar, bukan berarti tidak ada celah untuk menyiasatinya. Pengusaha makanan berbahan baku terigu, biasanya menyiasati kenaikan biaya produksi itu dengan berbagai cara. Ada yang mengecilkan ukuran produk, ada juga yang mengurangi bahan baku. Bahkan ada yang nekat mengganti bahan baku, yang harganya lebih murah dan kualitasnya lebih rendah. Dengan begitu, kenaikan harga bisa dihindari, atau tidak terlalu tinggi, dan keuntungan pun tidak merosot. Cara seperti itu, tentu sah-sah saja. Tapi, khusus untuk pengurangan bahan baku apalagi
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Sajian Utama
menggantinya dengan kualitas yang lebih jelek, risikonya sangat besar. Sebab, langkah ini akan menurunkan kualitas produk. Konsumen pun bisa kecewa berat, dan tidak mau membeli lagi. Sebelum menetapkan kenaikan harga, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan. Dari situ, bisa diketahui biaya mana yang memungkinkan untuk dipangkas, sehingga bisa efisien. Jika dicermati, selalu ada biaya yang bisa dikurangi bahkan dihilangkan. Sasaran penghematan, jangan hanya memperhatikan hal-hal yang besar, tetapi juga sampai ke hal-hal yang tampak kecil. Misalnya penggunaan telepon genggam, yang bisa dihemat dengan memanfaatkan fasilitas SMS, penggunaan lampu listrik, frekuensi penggunaan kendaraan, dan sebagainya. Setelah dilakukan penghematan secara ketat, kenaikan harga pun bisa ditekan sehingga masih mampu bersaing. Waktu untuk menaikkan harga, sangat penting. Misalnya, tidak lama setelah harga BBM naik. Konsumen bisa maklum. Lihat juga langkah pesaing. Jika memungkinkan, naikkanlah harga pada saat kebanyakan pesaing melakukan hal yang sama. Kemudian jumlah kenaikannya. Kenaikan harga cukup besar sekaligus, bisa berbahaya. Tapi, kenaikan secara bertahap (sedikit-sedikit) dalam rentang waktu berdekatan pun, tidak baik. Jika produk yang dijual lebih dari satu jenis, sebaiknya besarnya kenaikan tidak dipukul rata. Untuk produk yang sangat sensitif dengan harga, naiknya jangan terlalu tinggi, dan sebaliknya. Untuk produk makanan yang dijual melalui kedai seperti mie ayam, kenaikan harga yang tinggi bisa dipatok pada minuman. Sedangkan kenaikan harga mie ayamnya, jangan terlalu besar. Soal tinggi atau rendahnya kenaikan harga, di mata konsumen seringkali sifatnya relatif, dan dipengaruhi oleh kesan (psikologis). Kebijakan pemerintah menerbitkan uang pecahan 2.000 an, saat ini dirasakan seolah-olah nilai terkecil yang pantas untuk membayar sesuatu adalah 2.000 rupiah. Bayangkan saat ini di sektor jasapun sudah terbiasa dengan mematok harga
“ Tinggi rendahnya
kenaikan harga, di mata konsumen seringkali dipengaruhi oleh kesan psikologis. Saat ini dirasakan seolaholah nilai terkecil yang pantas untuk membayar sesuatu adalah Rp 2.000
“
2.000, seperti misalnya ojek payung, toilet umum, jasa angkut barang dipasar, parkir liar, sampai jasa menyeberangkan seperti “Pak Ogah”dll. Fakta yang lain adalah orang lebih enteng mengeluarkan selembar uang receh 2.000an dibandingkan dua lembar uang seribuan. Apalagi recehan 1.000 an kini lebih banyak dalam bentuk koin. Adanya pecahan 2.000 an dengan fakta-fakta di lapangan seperti di atas bisa dijadikan momen menaikkan harga dari seribu menjadi 2.000, dan bukan menjadi Rp 1.500. Seperti disampaikan oleh Saryono pemilik usaha roti merek “RotiQ” dari Lucky Bakery Group, yang dipatok harga Rp 2.000, bahwa sekarang ini lebih mudah menaikkan seribu rupiah dibanding limaratus. “Kalau naiknya hanya 500 rupiah, sedikit repot karena harus ada kembalian, mengingat pecahan limaratusan juga sudah mulai tidak diminati orang menyusul pecahan seratusan dan duaratusan.” Jelasnya. Sebetulnya, pengusaha juga bisa menghindari penetapan harga oleh pasar, dan lebih leluasa menetapkan harga sendiri. Ini memang butuh kreativitas tinggi, antara lain untuk menciptakan kesan bahwa produknya berbeda dari produk sejenis lainnya. Misalnya pengusaha Serabi Bandung, bisa menetapkan harga baru tanpa harus
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
melihat-lihat harga serabi lain, karena dibuat berbeda dengan serabi biasa, dengan keragaman toppingnya. Penetapan target konsumen, juga sangat menentukan keleluasaan pengusaha dalam menaikkan harga. Konsumen menengah atas, cenderung tidak terlalu mempersoalkan kenaikan harga, karena mereka lebih mementingkan kepuasan dalam mengonsumsi produk kualitas prima, dengan pelayanan baik pula. Sebaliknya, konsumen menengah-bawah, sangat sensitif. Mereka cenderung memilih produk yang harganya lebih murah, meskipun harus mengabaikan kualitas dan pelayanan. Karena itu, bagi pengusaha yang selama ini hanya mengarahkan pemasaran produknya pada konsumen menengah-bawah, bisa mulai berpikir membuat produk baru untuk konsumen menengah atas seperti dilakukan oleh Saryono. Kompensasi untuk Konsumen Bagaimanapun, kenaikan harga tetap saja merupakan perubahan yang kurang nyaman bagi konsumen. Untuk mengantisipasi hal ini, pengusaha sebaiknya memberikan kompensasi untuk mengimbangi rasa ketidaknyamanan konsumen itu. Misalnya, dengan melakukan perubahan berarti, yang menunjukkan pelayanan lebih baik, mulai dari desain kemasan, suasana kedai, sampai pelayanan. Kompensasi juga bisa diberikan berupa keuntungan kecil, misalnya, pemberian bonus untuk jumlah pembelian tertentu, atau hadiah kecil. Tentu saja kompensasi seperti ini, hanya berlaku dalam periode tertentu setelah harga dinaikkan. Bisa satu minggu, satu bulan, dan seterusnya. Perubahan ekonomi eksternal seperti kenaikan harga BBM, Tarif Dasar Listrik atau apapun bentuknya memang bisa menciptakan kondisi yang serba sulit. Mungkin akan banyak pengusaha yang gulung tikar. Tapi, selalu ada pengusaha yang justru melejit dalam kondisi seperti ini. Mereka adalah pengusaha yang tahan banting, pantang mengeluh dan kreatif. (pam)
Pro�l
Saryono, Pengusaha Lucky Bakery Group:
Membuka Usaha untuk Kepentingan yang Lebih Besar Purnawirawan polisi yang mempunyai segudang prestasi ini memilih membuka usaha bakery, karena melihat kepen�ngan yang lebih besar. Banyak anggota masyarakat yang dapat dibantu kelangsungan hidupnya. Se�daknya, lebih dari 120 tenaga kerja terserap di bagian produksi dan pemasaran.
B
ukan Saryono kalau tidak bisa membuat terobosan dalam rangka mengembangkan usaha sekaligus menyejahterakan orang-orang di sekitar usahanya. Pemilik Lucky Bakery Group ini menyatakan sebagai pionir dalam menciptakan segmen pasar baru di bidang pemasaran roti manis, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan perekonomian, sekaligus meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Paling tidak sudah dua kali ia membuat gebrakan menciptakan segmen pasar yang baru yaitu ketika tahun 2005 menaikkan harga roti dari 500 rupiah menjadi 1000 rupiah, dan akhir tahun 2011 lalu dengan membuat produk roti baru yang dibandrol harga Rp 2.000. Idenya adalah menciptakan produk baru, dengan harga dan segmen pasar baru yang berbeda dari segmen roti harga Rp 1.000 ke harga Rp 2.000. Dasar pemikirannya sederhana saja. Ia melihat pada umumnya kapasitas seorang pengusaha saat ini terbatas pada apa yang dibuat kemudian dijual. Tidak pernah ada upaya memperbaiki atau menaikkan kesejahteraan orang-orang yang terlibat dalam bisnisnya, padahal mereka ini komponen yang sangat potensial dalam menggerakkan roda perekonomian di lingkunganya.”Oleh karena itu, saya berpikir bagaimana bisa menyejahterakan para karyawan, sales dan keluarganya.” Jelas Purnawirawan Polisi yang sudah 11 tahun membuka lapangan kerja di bidang roti manis ini. “Kalau kita selama ini masih berkutat di roti seribuan, rasanya upaya kesejahteraan itu masih jauh, karena barang-barang, bahan bakunya sudah mahal, sedangkan mau ambil untung besar sudah tidak bisa.” Jelasnya Ia mencontohkan seorang pedagang yang menjual roti seribuan, untungnya hanya 200 rupiah, belum dipotong kalau ada barang sisa (BS). Tetapi kalau mereka menjual roti seharga Rp 2.000, pendapatannya menjadi 2 kali lipatnya, walaupun risikonya juga tinggi. Tetapi ia juga menjelaskan kalau diambil persentase, penghasilannya masih lebih bagus. Jadi para sales harus pandai-pandai memilih lokasi dan pangsa pasarnya.
Plat nomor Mobil: B 9191 HC, memberi motivasi agar selalu GIGIH dalam bekerja
Disitulah tantangan mereka jika ingin mendapatkan penghasilan yang lebih. “Mereka mencari sendiri lebihan penghasilan, kita yang menyediakan barangnya,” tutur Saryono. “Kalau mereka tidak mau berusaha merubah kesejahteraanya, ya itu risiko sendiri,” tambahnya. Pada dasarnya menurut ayah dua putra ini, para sales diberi kebebasan untuk memilih, lambat laun secara alami akan timbul kesadaran bahwa mereka butuh peningkatan kesejahteraan. Saryono mengakui bahwa memang, gagasan yang diarahkan kepada para sales yang memasukkan roti ke warung-warung tidak semudah itu. Mereka juga tidak bisa langsung menerima gagasan baru tersebut. Dari sisi para sales juga ada kendala, tidak semua warung mau menerima roti harga baru tersebut, dengan berbagai alasan.
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Pro�l
Di sisi lain, pengusaha yang mengusung beberapa merek untuk roti harga seribuan seperti roti Lucky, Dora dan Raos ini tidak menampik kenyataan bahwa untuk kelas bawah uang seribu itu ternyata masih menjadi raja. “Oleh karena itu, saya tidak menyatakan diri menaikkan harga dari seribu ke dua ribu rupiah, tetapi tetap masih bermain di kelas seribuan dan menciptakan pasar yang baru yaitu dua ribuan,” tegasnya. Baginya yang penting adalah bagaimana sosialisasi kepada para sales di lapangan agar bisa menciptakan segmen pasar yang baru ini. Pada gilirannya nanti situasi pasar akan bergeser, pasar roti seribuan mulai menyusut dan bergerak ke pasar dua ribuan. “Saat itulah perubahan harga tuntas,” harapnya. Bagaimanapun juga gagasan itu tetap harus dijalankan, karena mau tidak mau, cepat atau lambat itu pasti akan terjadi. Belum lagi ke depan biaya produksi yang semakin meningkat, rencana kenaikan BBM, dan Tarif Dasar Listrik, tentu akan menyebabkan inflasi, dan berakibat daya beli masyarakat akan menurun. Alasan itulah yang mendorong pria 44 tahun, kelahiran Bojonegoro Setidaknya, lebih dari 120 tenaga kerja terserap di bagian produksi dan pemasaran itu mengambil langkah positif untuk berpihak pada kepentingan karyawan dan sales-salesnya, di mana kebutuhan rumahtangga mereka Karawang, Cikampek, Purwakarta, Cianjur dan sekitarnya. Bahkan omsetnya menjadi lebih tinggi. “Kalau tanpa keseimbangan penghasilan, akhirnya akan meningkat sekitar 30%. berpengaruh kepada manajemen,” tegasnya. Dia mencontohkan, bisa saja Sukses pengusaha yang menghabiskan sekitar 7.000 zak terigu merek terjadi uang yang harusnya disetorkan ke perusahaan, terpaksa dipakai untuk Piramida dan Payung produk Bogasari sebagai bahan baku roti setiap mencukupi kebutuhan hidup mereka. Akibatnya mereka harus kas-bon, yang bulannya itu memang cukup unik. pada gilirannya akan mengganggu cash-flow perusahaan. Diawali ketika sebelas tahun yang lalu Saryono muda yang sangat energik Dengan pemikiran itu manajemen “Lucky Bakery” yang menyerap lebih dari masih dinas sebagai anggota kepolisian di Polsek Kembangan Jakarta Barat, 120 tenaga kerja itu mencoba menjaga keseimbangan penghasilan karyawan. tidak bisa menyia-nyiakan peluang. Usaha fotokopi dan percetakan dilakoninya Sebelum laju inflasi terjadi, karyawan sudah dinaikkan gajinya, dan sales sudah di sela-sela waktu senggang di luar dinasnya. disiapkan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih dengan memasarkan roti Sifatnya yang mudah bergaul mengantarkannya kepada banyak teman yang harga Rp 2.000. mempunyai usaha khususnya roti. Dari situlah ia belajar mulai dari mengenal Menciptakan Pasar bahan baku, membuat dan memasarkan rotinya. Menciptakan segmen baru dengan menaikan harga, seperti diungkapkan Hal pertama yang dilakukan Saryono saat memutuskan untuk membuka Saryono, memang bukan hal yang mudah, karena banyak faktor yang harus usaha roti, tidak langsung membuat sendiri, tetapi ia menciptakan pasar terlebih diperhatikan, selain peningkatan kualitas dan volume roti, juga pintar-pintar dahulu yaitu dengan cara membeli roti dari pabrik milik kenalannya, kemudian mengamati pergerakan pasar. Bagaimanapun penentu akhir adalah pasar, dan dititipkan ke warung-warung. daya beli tiap-tiap segmen pun berbeda. Setelah berjalan selama kurang lebih satu tahun, dan pasar sudah terbentuk, Namun Saryono yakin bahwa semuanya akan berjalan secara alami. Keyakinan saat itulah Saryono bersama dengan 20 orang salesnya mulai membuat sendiri itu tentu saja dibarengi dengan upaya yang serius dalam menggarap segmen sambil memperluas pasar, sampai akhirnya usahanya kini sudah berkembang yang baru dengan segala persiapannya. Hasilnya pelan tapi pasti pasar sudah dengan 3 lokasi pabrik di Tangerang, Kunciran dan Kedoya. bisa menerima. Kini setelah memasuki bulan kelima proses sosialisasi harga baru, Disiplin, tekun dan cerdas dalam mengelola usaha nampak dari keseharian, roti seharga Rp 2.000 dengan merek “RotiQ” (baca: rotiku) sudah mulai masuk pemilik mobil dengan nomor polisi B 9191 HC (baca: gigih) ini. Pria ganteng ke hampir seluruh wilayah pemasaran yang meliputi Jatabek, Cilegon, Serang, berkumis tebal ini memendam harapan bahwa nomor tersebut dapat memberikan motivasi untuk bekerja dengan “GIGIH” sehingga dapat bermanfaat bagi kesejahteraan, terutama orang-orang di lingkungan usahanya. (pam) Kemasan 120TIQ (rotiku) dibandrol Rp 2.000,Kontak
Saryono, Lucky Bakery Group,
Jl. Sultan Ageng Tirtayasa no. 53 Rt04/014, Kunciran Indah, Tangerang Telp/fax: 0217334271, 021 91487579, e-mail:
[email protected]
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
Manajemen
Strategi Menyelesaikan Komplain APA yang terjadi bila pemilik usaha mendapat laporan bahwa jumlah pelanggan yang komplain meningkat. Dapat diduga, sebagian besar mereka akan memberikan reaksi spontan negatif, entah perasaan kesal atau bahkan marah
ama seperti sifat manusia, manajemen perusahaan rata-rata tidak menyukai komplain. Komplain, diartikan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang mengganggu. Tidak mengherankan, setiap mendengar kata komplain, kita mempunyai persepsi negatif. Perilaku Komplain Perilaku komplain saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Jumlah pelanggan yang mengajukan komplain baik secara formal maupun non formal meningkat. Ada dua faktor minimal yang membuat kenaikan angka komplain ini. Pertama, iklim keterbukaan. Iklim keterbukaan ini disertai dengan kebebasan pers, kebebasan untuk berpendapat dan bahkan kesemuanya ini diwujudkan dalam berbagai bentuk undangundang. Oleh karena itu, masyarakat atau konsumen merasa mendapat dorongan untuk berontak atau cepat untuk menyampaikan hal-hal yang membuat mereka tidak puas. Kedua, banyak perusahaan, terutama perusahaan jasa, menawarkan saluran yang memudahkan pelanggannya untuk mengajukan komplain. Mereka menyediakan fasilitas call center seperti free-call yang di Indonesia dikenal dengan saluran 0-800. Perusahaan yang mendorong pelanggan untuk komplain, biasanya sudah mengalami pergeseran sikap terhadap komplain. Komplain tidak dipersepsi sebagai sesuatu yang negatif tetapi justru lebih banyak sisi positifnya. Pelanggan yang komplain adalah masih pelanggan. Justru mereka yang tidak puas tetapi tidak komplain, lebih sering beralih ke perusahaan lain secara diam-diam.
S
Strategi Recovery Sehubungan dengan masalah komplain ini, ada dua strategi alternatif besar yang perlu dijawab oleh pemilik usaha. Strategi manakah yang lebih baik antara “melakukan yang benar pada kesempatan pertama” (right at the first time), atau “layanan pemulihan” (service recovery). Alternatif pertama, perusahaan berusaha untuk memuaskan seluruh pelanggan pada kesempatan pertama. Mereka menghindari adanya kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Dengan alternatif kedua, perusahaan membiarkan terjadinya ketidakpuasan dalam kesempatan pelayanan yang pertama untuk sebagian pelanggan tetapi kemudian mendorong mereka untuk komplain dan menyelesaikan komplain dengan baik. Kedua alternatif strategi ini mempunyai peluang untuk dapat memuaskan pelanggan. Pelanggan dapat puas karena mereka mendapatkan pelayanan yang baik di kesempatan pertama. Pelanggan juga bisa puas karena komplainnya diselesaikan dengan baik. Strategi alternatif manakah yang harus dipilih? Untuk itu, diperlukan dua tahap analisa. Pertama, dari sisi investasi. Bila investasi yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan “right at the first time” terlalu besar, jauh lebih baik menggunakan alternatif kedua yaitu membiarkan sebagian pelanggan tidak puas pada pelayanan pertama tetapi kemudian memberikan service recovery yang baik. Analisa kedua adalah melihat tingkat kepuasan antara mereka yang puas karena pelayanan yang “right at the first time” dengan kepuasan melalui service recovery. Bila ternyata justru pelanggan lebih puas karena tindakan service recovery, maka yakinlah bahwa membiarkan sebagian pelanggan untuk tidak puas pada kesempatan pertama, mendorong komplain dan menyelesaikan komplain mereka adalah strategi alternatif yang tepat. Oleh karena itu, kalau banyak pelanggan mulai komplain, tak perlu kuatir. Ini memang bagian dari strategi yang dipilih oleh perusahaan. (Diolah dari: Indonesian Customer Satisfaction)
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Manajemen
Bagaimana Meningkatkan Keuntungan Besar atau kecil ukuran perusahaan pada prinsipnya sama saja, yang dicari adalah profit dengan prinsip sebesar mungkin dalam jumlah angka dan se�nggi mungkin dalam persentase
Tanpa keuntungan perusahaan akan jalan di tempat, bahkan menciut dan pada akhirnya akan tutup alias bangkrut. Keuntungan menjadi seper� susu dari seekor sapi, atau telur dari seekor ayam. Sebuah manfaat atau kelebihan yang dinan�kan dari modal yang ditanam ke dalam bentuk perusahaan. Besar atau kecil ukuran perusahaan pada prinsipnya sama saja, yang dicari adalah profit dengan prinsip sebesar mungkin dalam jumlah angka dan se�nggi mungkin dalam persentase. Paling �dak ada lima cara yang dapat kita tempuh untuk meningkatkan keuntungan yaitu: 1. Meningkatkan volume atau unit penjualan. Semakin banyak menjual semakin mempunyai peluang untuk meningkatkan keuntungan. Tapi, ada prak�k yang justru semakin banyak menjual akan membuat rugi semakin besar karena dijual dengan harga discount yang memangkas habis keuntungan. 2. Menaikkan harga jual. Semakin �nggi harga yang dapat dijual akan semakin memberikan �ngkat keuntungan lebih besar, dengan catatan, �dak mengorbankan volume penjualan mengingat ada dua risiko yang �mbul jika harga jual produk atau jasa layanan kita terlalu �nggi. Pertama, di mata konsumen; ada sebagian konsumen atau pemakai yang �dak akan membeli lagi. Kedua, pesaing yang melihat peluang, akan masuk dengan harga lebih rendah dan merebut pangsa pasar kita. 3. Memperbaiki product-mix. Lebih mempromosikan dan meningkatkan volume penjualan dari produkproduk yang memberikan keuntungan lebih besar.
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
4.
5.
Walaupun dalam prak�k �dak mudah, karena biasanya produk yang memberikan keuntungan lebih besar bisa merupakan produk unggulan yang banyak pesaingnya. Menekan biaya produksi. Ini adalah satu cara yang paling dipilih oleh karena �dak mengorbankan volume penjualan bahkan mungkin dengan berhasilnya ditekan biaya produksi memungkinkan untuk memperoleh keuntungan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan marke�ng atau promosi. Akan tetapi lagi-lagi perlu berha�- ha� jangan sampai karena ingin menekan biaya produksi maka mutu dikorbankan. Menurunkan jumlah modal. Modal yang ditanam dipergunakan untuk berbagai macam baik untuk investasi jangka panjang– fixed assets– maupun untuk keperluan operasional. Uang itu bisa diperoleh dari pemegang saham atau pinjaman dari bank dan pihak ke�ga yang biasanya dikenakan biaya atau bunga, semakin banyak dipakai tentunya semakin besar beban biaya keuangan yang akan dikenakan dan berpengaruh mengurangi keuntungan.
Kelima hal di atas dapat dilakukan bertahap mana yang lebih memungkinkan tanpa mengganggu operasional dan �ngkat keuntungan yang sudah berhasil dicapai sebelumnya. Memang untuk memperoleh keuntungan �daklah mudah anda harus memeras otak dan bekerja keras,namun seper�nya �dak ada jalan lain,jadi lakukanlah itu dengan tekun dan Anda akan meme�k buahnya. (pam – dari berbagai sumber)
Pemasaran
Teknik Menaikkan Harga Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dan Tarif Dasar Listrik oleh pemerintah, tentu akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan usaha makanan. Jika pemerintah merealisasikan rencana tersebut, diperkirakan bakal makin melambungkan harga berbagai bahan baku. Kenaikan harga bahan baku, menghadapkan pengusaha pada situasi serba sulit. Tapi, tetap saja, harus ada keputusan tepat yang diambil, agar roda usaha tetap berjalan.
B
isa dibayangkan, ketika pemerintah berencana menaikkan harga BBM, yang konon rumornya untuk BBM bersubsidi akan naik sebesar Rp 1.500, harga-harga di pasar bisa dipastikan mulai merangkak naik. Termasuk harga berbagai bahan baku untuk produk makanan, seperti gula putih dan susu. Nah, kalau dampak kenaikkan BBM saja sudah sedemikian berat, bagaimana kalau nanti Tarif Dasar Listrik juga jadi dinaikkan? Himpitannya, jelas bakal lebih dahsyat lagi. Pengusaha betul-betul dihadapkan pada situasi yang sangat dilematis, bagai makan buah simalakama. Jika menaikkan harga jual produk, berhadapan dengan risiko omset anjlok. Terlebih, pada saat yang sama, kenaikan harga-harga juga biasanya menurunkan daya beli konsumen. Dengan begitu mereka akan makin selektif membelanjakan uangnya, dengan memprioritaskan kebutuhan pokok. Padahal, sebagian dari produk makanan berbasis terigu, merupakan barang “jajanan”, yang dibeli jika ada “uang lebih”. Tapi, jika harga jual produk tidak dinaikkan, risiko kerugian siap mencengkram. E�siensi Memang, tidak mudah mengambil keputusan dalam menghadapi situasi dilematis tersebut. Tapi, bagaimanapun, toh roda usaha harus tetap berjalan. Artinya, lepas dari risiko yang bakal dihadapi, keputusan sulit itu tetap harus ditetapkan. Jika masih memungkinkan, akan lebih baik jika pengusaha melakukan evaluasi terhadap seluruh aspek yang menggerakkan kegiatan usaha, dengan
tujuan untuk melihat beberapa hal yang bisa diefisienkan. Mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, sampai pemasaran. Cermatilah semuanya, satu per satu. Dari segi pengadaan bahan baku, misalnya, mungkin akan lebih efisien jika dilakukan dalam jumlah lebih banyak, untuk stok beberapa kali produksi. Kemudian dalam proses produksi, mungkin perlu dilakukan penggantian beberapa alat yang sudah tua, sehingga bekerjanya sudah lambat. Di bidang pemasaran, boleh jadi ada mata rantai yang harus dipotong. Beberapa langkah efisiensi tersebut, mungkin saja akan lebih efektif jika dilakukan melalui kerja sama dengan sesama pengusaha. Misalnya, dalam hal pengadaan bahan baku. Jika dilakukan secara bersama-sama, maka pembelian bisa dilakukan dalam jumlah yang jauh lebih banyak, sehingga berpeluang memperoleh rabat. Di sinilah perlunya peran paguyuban atau koperasi, yang menghimpun pengusaha makanan berbasis tepung. Teknik Naikkan Harga Jika kenaikan bahan baku sedemikian tinggi, sehingga langkah efisiensi pun tidak cukup untuk menahan harga jual, maka jangan ragu untuk menaikkan harga. Sebab, pesaing pun, toh kemungkinan besar akan melakukan langkah yang sama. Menghindari kenaikan harga dengan mengurangi bahan baku, atau menggantinya dengan yang harganya lebih murah, bukanlah langkah bijaksana. Sebab langkah itu, akan menurunkan kualitas produk. Tapi, menaikkan harga pun, tidak bisa
dilakukan sembarangan. Misalnya, dengan hanya memperhitungkan kenaikan ongkos produksi dan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. Jika produk yang dijual itemnya lebih dari satu, usahakanlah yang harganya dinaikkan dulu adalah produk yang bukan unggulan. Atau, kenaikan produk unggulan, jumlahnya lebih rendah dibanding produk pendampingnya. Jangan main pukul rata. Cermati juga langkah pesaing. Usahakan agar kenaikan harga dilakukan pada waktu yang sama, ketika pesaing juga menaikkan harga. Jangan menaikkan harga sekaligus dalam satu waktu, tapi juga jangan terlalu sering. Perhatikan juga besaran harga yang baru ditetapkan, untuk menciptakan kesan tertentu pada konsumen. Misalnya, harga semula Rp 2.500 naik menjadi Rp 2.800, tidak akan begitu terasa dibandingkan dengan kenaikan dari Rp 2.800 menjadi Rp 3.000. Padahal, prosentasi kenaikan yang pertana, justru lebih besar. Hal yang sangat penting dilakukan saat menaikkan harga, adalah meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan begitu, konsumen akan merasa mendapatkan kompensasi dari kenaikan harga yang diterimanya. Jika penjualan dilakukan melalui kedai seperti mie ayam, upayakan ada perubahan layout atau cat kedai sehingga tampak lebih segar. Untuk produk lain seperti roti atau donat, bisa juga dilakukan perubahan pada kemasan sehingga tampak lebih menarik. (pam)
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Pemasaran
Hindari Kata dan Kalimat yang Merugikan Sering kita mendengar kata atau kalimat yang dilontarkan oleh beberapa orang tenaga pemasar untuk “merayu” calon konsumen agar mau membeli porduk yang dijualnya. Namun ada beberapa kata atau kalimat yang sering justru akan berefek negatif atau malah merugikan karena akan mendapat respons negatif dari calon konsumen. Paling tidak, persepsi konsumen terhadap apa yang disampaikan tidak sesuai dengan harapan kita. Berikut kata atau kalimat yang harus dihindari: 1. Sementara… Kata yang satu ini dibidang lain tidak bermasalah. Namun di dunia pemasaran, sebaiknya tenaga penjual menghindari kata ini. Misal, seorang calon konsumen menanyakan tentang jaminan pasokan barang apakah cukup tersedia atau tidak? Faktanya produk yang ditawarkan tersebut memang masih didatangkan dari luar, sehingga butuh waktu dan biaya yang lebih. Apa yang sebaiknya kita jawab? Hal yang salah jika kita menjawab, “Sementara ini masih didatangkan dari luar, nanti kalau sudah diproduksi di sini harganya bisa ditekan!” Jawaban “sementara”, ini berarti bisa saja tidak akan diproduksi di tempat tersebut, jika secara ekonomis tidak memungkinkan. Sebaiknya dijawab saja dengan mengatakan bahwa saat ini masih didatangkan dari luar. 2. Mungkin… Barangkali… Pilihan kata ini juga sering terlontar dari para tenaga penjual. Bahkan, kata yang satu ini menjadi kata yang favorit. Setiap kali mendapatkan pertanyaan dari konsumen, jawaban tenaga penjual selalu “mungkin”. Alasannya, agar mereka aman. Kata “mungkin” bermakna ganda: mungkin ya, mungkin tidak. Padahal ini sesuatu kekeliruan besar! Sebaiknya hindari kata “mungkin” dan mengganti dengan kata yang bermakna lebih positif, misalnya sepengetahuan saya, setahu saya, dan lain sebagainya. Jawaban tersebut terdengar lebih intelek daripada kata “mungkin”. 3. Siapa tahu… Ini merupakan salah satu frasa yang bermakna berandai-andai. Dunia pemasaran adalah dunia yang pasti, bukan khayalan. Orang yang ada di dunia usaha tidak boleh berandaiandai. Sejumlah tenaga penjual
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
biasa menggunakan kata ini. Misal, ketika menawarkan sebuah produk, mereka mengatakan, “Siapa tahu tahun depan nilai produk ini meningkat, pasti ini menguntungkan buat bapak/ibu!” Ini merupakan sebuah iming-iming yang sama sekali tidak pasti, hanya pengandaian belaka. Sebaiknya mengganti kata tersebut dengan kata yang lebih bernilai dan layak di percaya, seperti “Berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu…” atau “Berdasarkan catatan kami…”. Kalimat pengandaian lainnya yang harus dihindari adalah barangkali, kalau-kalau, dll. Semua kalimat pengandaian ini bisa dihindari jika kita sering berinteraksi dengan konsumen. 4. Barang sisa Hati-hati menyebut kata “barang sisa” atau “sisa barang”, “sisa ekspor”, atau sisa apapun. Secara rasional tidak ada seorang pun yang bersedia membeli barang sisa. Namun, kita sering menyebut stok yang ada sebagai stok sisa ekspor atau sisa pameran/promo, ketika menjawab pertanyaan pelanggan. Misal, sebuah promo sudah berlangsung sebulan yang lalu, kemudian seorang pelanggan menanyakan apakah ada produk yang dia cari. Seorang tenaga penjualan lalu menjawab, “Oh, masih ada satu unit lagi sisa promo kemarin” Sisa? Siapa yang menginginkan barang sisa? Jawaban seharusnya adalah ”wah, anda beruntung, persediaan masih ada”. 5. Dijual rugi Jangan pernah mengatakan kepada calon pelanggan dengan kata “ini saja sudah dijual rugi” untuk meyakinkan bahwa harga barang kita sangat murah. Selain akan menurunkan nilai barang juga konsumen pasti tidak akan percaya. Akan lebih baik mengatakan “kami hanya mengambil untung sedikit.” 6. Bagaimana jadi beli atau tidak ? Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya yang tampak wajar di penjualan. Namun, sesungguhnya, kalimat semacam ini menyesatkan dan keliru serta akan menghasilkan kekecewaan bagi kita. Apa jawaban yang akan muncul dari pertanyaan tersebut? Hanya dua kemungkinan: jadi atau tidak. Jika mereka memutuskan membeli, kita sangat bersyukur; jika tidak, kita bernasib malang! Oleh karena itu agar kita mendapat jawaban yang lebih pasti, berikan pertanyaan yang pasti-pasti saja. Buatlah suatu pertanyaan yang membuat konsumen seolah-olah sudah membeli, misal dengan bertanya, “Mau ambil yang Isi cokelat atau isi strawbarry?” Dari pertanyaan tersebut ada dua kemungkinan jawaban: cokelat atau strawbarry. Namun kedua jawaban tersebut mencerminkan konsumen sudah pasti membeli. dari berbagai sumber
Tips
Agar pengusaha makanan bisa tetap bertahan, bahkan berkembang, di tengah-tengah gempuran kenaikan harga-harga, hal-hal di bawah ini layak diperhatikan: 1. Lakukan efisiensi di semua lini, sambil tetap memperhatikan produktivitas dan kualitas produk. Pangkas biaya yang kurang perlu. 2. Jika kenaikan harga produk tak terhindarkan, lakukanlah saat para pesaing melakukannya. 3. Prosentase kenaikan harga untuk setiap produk, sebaiknya tidak seragam. Kenaikan harga produk pendukung, bisa lebih besar dibanding harga produk utama. 4. Hindarkan kenaikan harga dalam prosentase besar, secara sekaligus. Tapi juga hindari kenaikan harga yang frekuensinya terlalu sering. 5. Sebaiknya tidak melakukan penggantian bahan baku (terutama bahan baku utama), dengan yang kualitasnya lebih rendah karena harganya lebih murah, hingga
menurunkan kualitas produk. Jika ingin menghindari kenaikan yang terlalu tinggi, pengurangan porsi atau ukuran produk akan lebih baik. 6. Untuk mengantisipasi kekecewaan konsumen, berikan kompensasi dari kenaikan harga. Misalnya dengan memberikan hadiah kecil, atau pelayanan yang lebih baik. 7. Mulailah berpikir untuk membuat produk dengan sasaran kalangan menengah-atas, yang tidak terlalu sensitif dengan kenaikan harga, serta lebih memperhatikan kualitas produk dan pelayanan. 8. Meskipun daya beli masyarakat menurun, jangan terjebak untuk terlibat dalam praktik banting harga. Jika volume penjualan sedikit menurun, anggaplah sebagai gejala sementara. Lantas, lakukan perbaikan di segala bidang.
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Resep
Maly Cinnamon Chocolate Filling Cake Bahan Cinnamon Sponge 125 gram Gula Pasir 250 gram Telur 5 gram Emulsifier 75 gram Terigu Segitiga Biru 20 gram Maizena 1 gram Baking Powder 20 gram Susu Bubuk 2 gram Cinamon Powder 50 gram Simas Margarine (cairkan) 45 gram Minyak Happy Salad 70 gram Susu Cair Indomilk
Maly sponge 150 gram Almond Bubuk 70 gram Terigu Segitiga Biru 150 gram Gula Pasir 150 gram Putih Telur 65 gram Gula Pasir
Simple Syrup 200 gram Gula Pasir 70 gram Air 20 gram Rum Filling Chocolate 400 gram Cokelat 200 gram Cream Cair 50 gram Margarine
Garnish Merengue 100 gram Putih Telur 35 gram Gula halus (campur dan kocok sampai mengembang) 10 pcs Candi Love
Cara membuat
Penyelesaian
Simple syrup Masak gula pasir dan air sampai mendidih , setrelah dingin, tambahkan Rum. Sirup siap digunakan
• Ambil cinnamon sponge, belah menjadi dua, olesi dengan simple syrup poles dengan filling chocolate dan tutup dengan cinnamon sponge lagi sampai rata • Potong sesuai ukuran maly sponge yang kita kehendaki • Setelah sesuai ukuran poles permukaaan cake dengan Filling Chocolate • Tutup dengan maly sponge dibagian atas cake • Lakukan persis pada bagian bawah juga, jadi cake diapit dengan maly sponge • Hias dengan merengue, yang di bakar dengan api kecil dengan menggunakan fire gun dan hias candi love, hiasan lainnya.
Cinnamon Sponge 1. Kocok gula pasir, telur dan emulsifier sampai mengembang 2. Masukan Terigu Segitiga Biru, maizena, baking powder, susu bubuk dan cinamon powder, campur rata. 3. Tambahkan margarine cair, minyak happy salad dan susu cair, aduk sampai rata 4. Tuang ke dalam loyang 22 x 22 x 7 cm yang sudah dialasi kertas roti 5. Panggang pada suhu 1700 C, sampai matang ± 27 menit
Filling Chocolate 1. Lelehkan cokelat kemudian masukan cream sambil diaduk, tambahkan margarine, aduk sampai rata 2. Diamkan selama 1 jam atau lebih dalam chiller sampai agak mengeras, siap digunakan. Maly Sponge 1. Kocok putih telur dan 65 gram gula pasir sampai mengembang setelah itu masukkan almond bubuk, Terigu Segitiga Biru dan 150 gram gula pasir 2. Masukan adonan ke dalam plastik segitiga (piping bag) kemudian Spuitkan ke adonan bentuk segi empat 3. Panggang dengan suhu 1700 C di atas loyang yang sudah dialasi kertas roti dan diberi taburan terigu 4. Setelah matang dan dingin, potong sesuai ukuran yang dikehendaki
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
Kesehatan
Memilih Peralatan Makan Melamin yang Aman KINI orang sudah biasa menggunakan peralatan makan dari plastik atau melamin. Tujuannya semata agar piring tak mudah pecah saat terjatuh. Namun, peralatan makan yang terbuat dari plastik atau melamin pun tak selamanya aman digunakan. Melamin yang aman digunakan ternyata memiliki syarat dan batas keamanan tertentu.
Foto: travelwireasia.com
Peralatan makan dari plastik atau melamin yang tidak disarankan atau tak lolos uji dari Kementerian Kesehatan biasanya mengandung bahan kimia berbahaya yang bisa menimbulkan penyakit langsung maupun tak langsung misalnya bisa mengakibatkan penumpukan penyakit dalam tubuh, dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya penyakit pada ginjal Oleh karena itu disarankan untuk lebih berhati-hati memilih peralatan makan dari melamin atau plastik, agar aman digunakan dan tidak mengakibatkan penyakit serius. Berikut beberapa pertimbangan yang perlukan ketika hendak memilih plastik atau melamin untuk tempat makanan atau minuman: Kode Memilih produk melamin, jangan hanya tertarik pada bentuk dan warnanya saja tetapi juga perlu memeriksa kode bahan baku benda tersebut. Biasanya kode ini terdapat pada bagian bawah dari peralatan makan melamin. Melamin atau plastik yang disarankan adalah yang memiliki kode PP (Polyprophylene). PP ini adalah bahan pembuat plastik dan melamin yang aman digunakan. Selain itu, bisa juga peralatan makan yang memiliki tanda “BPA free”,
atau “non-BPA”. BPA (Bisphenol-A), adalah bahan kimia berbahaya yang jika terlalu banyak masuk ke dalam tubuh, bahan ini akan berpotensi menyebabkan penyimpangan pada metabolisme tubuh. Sampai saat ini, melamin atau plastik yang paling aman digunakan untuk tempat makanan dan minuman adalah yang memiliki kode BPA free, PP, dan ditandai dengan kode angka lima (5) pada wadah melamin. Kondisi Bagaimanapun kode bahan baku melamin ini memang tak 100% menjamin kesehatan. Kuman dan bakteri mungkin saja masih bisa bersarang di dalamnya. Sebaiknya, pilih barang yang tidak cacat, misalnya yang tergores pada permukaannya. Meski hanya sebuah goresan kecil, jutaan kuman bisa bersarang di situ dan sulit untuk dibersihkan. Jangan mencuci/membersihkan dengan bahan atau peralatan yang kasar, karena akan merusak permukaan. Sebaiknya hindari menggunakan wadah melamin sebagai tempat makanan yang panas atau sangat asam. Warna Peralatan makan tentu dibuat dengan beragam warna, motif, dan desain. Agar lebih aman, pilih produk melamin yang berwarna jernih. Produk melamin PP yang paling aman memiliki ciri-ciri lebih ringan, mengilap, jernih, kandungan plastiknya transparan, serta daya tembus uapnya rendah. Masa pakai Masa pakai maksimal melamin dan plastik dipengaruhi oleh kondisi barang tersebut. Masa pakai melamin yang aman maksimal sekitar enam bulan. Namun juga dilihat cara penggunaan, perawatan, dan kondisi barang. Jika melamin sudah tergores, sebaiknya segera ganti dengan wadah yang baru agar makanan tidak terkontaminasi bakteri pathogen (penyebab penyakit) dan menyebabkan diare atau gangguan ginjal. (pam - dari berbagai sumber)
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Bogasari Mitra Card
Bogasari Mitra Card Cara Mudah Mendapatkan Manfaat Lebih
”Tumbuh Bersama” adalah komitmen PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi Bogasari dalam membangun kemitraan dengan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) makanan berbasis terigu. Berbagai program telah diluncurkan, salah satunya adalah loyalti program Bogasari Mitra Card (BMC). Program keanggotaan yang diselenggarakan Bogasari khusus untuk Mitra Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang memproduksi aneka makanan berbahan baku terigu Bogasari dan atau retailer/ pengecer kiloan terigu Bogasari yang ditandai dengan kartu magnetic keanggotaan BMC. Manfaat Keanggotaan
• Mendapatkan Point Reward, yang secara triwulan dapat ditukar dengan aneka hadiah menarik atau uang cash yang akan ditransfer oleh Bogasari ke pemegang rekening kartu BMC. • Gratis berlangganan majalah bulanan Wacana Mitra yang berisikan peluang usaha, sharing pengalaman sesama UKM dan tips-tips lainnya. • Fasilitas asuransi kesehatan rawat inap* dan kecelakaan diri. • Fasilitas asuransi kebakaran. • Rekomendasi kredit mikro dari perbankan. • Diskon biaya pelatihan di seluruh cabang Bogasari Baking Center (BBC). • Kesempatan berbagi pengalaman dan pengetahuan melalui wadah edukasi dan pelatihan. • Diikutsertakan dalam setiap program consumer promo lainnya yang diselenggarakan oleh Bogasari.
Syarat & Ketentuan
• Pengrajin, pengguna tepung terigu Bogasari yang masih dalam taraf usaha kecil menengah serta pengecer kiloan. • Pengelolaan usaha masih dilakukan secara sederhana (tradisional). * Syarat dan Ketentuan Berlaku
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
• Minimum pembelian tepung terigu 1 sak @25 kg tiap kali transaksi. • Dilakukan pengecekan lapangan oleh staf Bogasari setempat. • Keputusan Bogasari untuk menerima, menolak atau memperpanjang keanggotaan tak dapat diganggu gugat.
Klasi�kasi Keanggotaan
• Kartu Platinum, total konsumsi terigu > 750 sak/ bulan. • Kartu Gold, total konsumsi terigu 250 - 749 sak/ bulan. • Kartu Silver, total konsumsi terigu < 250 sak/ bulan.
Kuis
Jawaban Teka-Teki Sedap Wacana Mitra no. 32 Berhadiah total Rp 450.000,- untuk 3 orang pemenang Mendatar: 1.Argumentasi 7.Kerbau 8.Niaga 10.Tiarap 11.Ria 12.Esa 13.NTT 15.Titik 17.Baju 19.Aset 21.Tiup 23.Batik 26.Sebab 28.TIM 29.Dadar 31.Keris 32.Hama 33.Sua
Menurun: 1.Api 2.Merpati 3.Niat 4.Santan 5.Piagam 6.Walet 9.Sirna 11.Raket 14.Tiap 15.TU 16.Tas 17.Bab 18.Jatim 20.Tembaga 22.UKS 24.Kades 25.Lidah 27.Buas 28.Tak 30.Rem
Alamat BBC JAKARTA UTARA I (BBC Pusat Jakarta) Komp. PT. ISM Divisi Bogasari Jl. Raya Cilincing No.1 Tanjung Priok Jakarta Utara Telp: 021- 43920144, 021- 4301048 Ext. 347 Fax: 021- 43920126 e-mail : bbcpusat.jakarta@bogasariflour.com BBC JAKARTA UTARA II Kelapa Gading Saquare Blok B-17 Mall of Indonesia (MOI) Kelapa Gading Jakarta Utara Telp: 021-45869850, Fax: 021-45869850 BBC JAKARTA SELATAN Jl. RS. Fatmawati No. 22A Jakarta Selatan Telp : 021-7692329, Fax: 021-7668137 e-mail:
[email protected] BBC BOGOR Jl. Pangkalan Raya VII No. 12, (Samping Plaza Jambu Dua), Bogor Telp: 0251-8386178, Fax: 0251-8386178 e-mail:
[email protected] BBC CIREBON Jl. Petratean No. 30, Cirebon Telepon: 0231-211879, Fax: 0231-211879 e-mail:
[email protected] BBC MEDAN Jl. Kapten Muslim, Komp. Ruko Tata Plaza No. 31 A, Medan
Pemenang : Vira Veriany Jln. Adisucipto no. 39 Tulungagung Jatim - 66212 Liza Isnawati Jl. Patangpuluhan no. 50 Yogyakarta - 55252 Marlina (Mie Pangsit “Alexandria”) Jln. T. Umar no. 32, Kel Panggong, Kec. Johan Pahlawan, Meulaboh, Nangroe Aceh Darussalam - 23612 Selamat kepada para pemenang, hadiah masing-masing-masing sebesar Rp 150.000, akan dikirim melalui weselpos. Bagi pengirim yang belum beruntung, masih ada kesempatan untuk mencoba lagi pada Teka Teki Sedap Wacana Mitra berikutnya
bogasari baking center
Telp: 061-8468081, Fax: 061-8468081 e-mail:
[email protected] BBC PADANG Jl. S. Parman No. 90 C, Padang Telp: 0751-7050842, Fax: 0751-7050842 e-mail:
[email protected] BBC PALEMBANG Jl. R Sukamto No. 1341, Palembang Telp: 0711-810019, Fax: 0711-810019 e-mail:
[email protected] BBC Mahkota BANDUNG Jln. Astana Anyar 23 Bandung Telp: 022-4214401 Contact Person: Ade Rachmat BBC PURWOKERTO Jl. Jend. Sudirman No. 612, Purwokerto Telp: 0281-7604198, Fax: 0281-633733 e-mail:
[email protected] BBC SUKABUMI Jl. Al-Muwahhidin, Karang tengah, CibadakSukabumi Telp: 0266-7073352, Fax: 0266-532510 e-mail:
[email protected] BBC BSD Pasar Modern BSD Blok R 83 A-86 Sektor 1-2, Tangerang
Telp: 021-53158366, Fax: 021-53159377 e-mail:
[email protected] BBC BANDA ACEH Jl. Tengku Imam Bonjol No. E 228, Banda Aceh Telp: 0651-27337, Fax: 0651-27337 e-mail:
[email protected] BBC LAMPUNG Jl. Tembesu No. 8A, Gudang No. 27, Bandar Lampung Telp: 0721-7699039, Fax: 0721-7699040 e-mail:
[email protected] BBC SURABAYA (BBC Pusat Surabaya) Plaza Surabaya, Shop House Blok A No. 8-17 Lt, 1 Jl. Pemuda No. 33-37 Surabaya Telp: 031-5453066, Fax: 031-5347679 e-mail: bbcpusat.surabaya@bogasariflour.com BBC SURAKARTA Jl. Dr. Radjiman No. 557-B, Laweyan Surakarta Telp: 0271- 741767, Fax: 0271-741767 e-mail:
[email protected] BBC YOGYAKARTA Jl. IKIP PGRI No. 407 Yogyakarta - 55182 Telp: 0274-375569, Fax: 0274-375569 e-mail:
[email protected] BBC DENPASAR Jl. Nakula No. 23 Denpasar - 80117
Telp: 0361-263130, Fax: 0361-245456 e-mail:
[email protected] BBC JEMBER Komp. Ruko Mutiara Plaza No. 24 Jl. Diponegoro - Jember Telp: 0331-483525, Fax: 0331-483525 e-mail:
[email protected] BBC SAMARINDA Jl. Dermaga No 77 Samarinda 75112 Telp: 0541-744280, Fax: 0541-744280 e-mail:
[email protected] BBC KEDIRI Ruko Hayam Wuruk Trade Center Blok D-3 Jl. Hayam Wuruk - Kediri 64121 Telp: 0354-672697, Fax: 0354-672697 e-mail:
[email protected] BBC BANJARMASIN Jl. Cempaka Besar No 2E Banjarmasin 70112 Telp: 0511-3362001, Fax: 0511-3362001 e-mail:
[email protected] BBC SEMARANG Komp. Ruko Peterongan Plaza Blok C 3 Telp: 024-8413858, Fax: 024-8413858 e-mail:
[email protected]
Edisi182/TahunXII/2012* Wacana Mitra
Bogasari Mitra Card
Wacana Mitra * Edisi 182/Tahun XII/2012
Bo Po ga in sa t R ri e M w itr a a rd Ca rd
Periode: Januari - Juni 2012
Dapatkan BMCnya, Kumpulin Pointnya, Pilih hadiahnya! Syarat dan Ketentuan: 1. 2.
Penukaran Point Reward ini hanya bisa dilakukan oleh pemegang Kartu BMC. Pemegang Kartu BMC mendapatkan 1 (satu) Point Reward untuk setiap pengumpulan 5 (lima) label e-kupon produk Bogasari. 3. Penggabungan Point Reward 2 (dua) atau lebih Kartu BMC tidak diperbolehkan. 4. Penukaran Point Reward didasarkan atas akumulasi jumlah Point Reward yang tercatat di sistem database BMC hingga satu hari kerja sebelum hari permohonan penukaran Point Reward (H-1) dan berdasarkan atas form pemesanan yang telah diisi dan disampaikan anggota BMC kepada Bogasari. Permintaan penukaran Point Reward akan dibatalkan secara otomatis tanpa pemberitahuan apapun apabila jumlah Point Reward tidak mencukupi. 5. Perpajakan mengikuti ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku. 6. Formulir pemesanan yang tidak diisi dengan lengkap tidak akan diproses (termasuk nomor telpon yang dapat dihubungi) 7. Barang yang sudah ditukar tidak dapat dibatalkan atau ditukar dengan barang lain. 8. Barang akan dikirim kepada anggota BMC selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak permintaan penukaran Point Reward diterima dan disetujui oleh Bogasari. Untuk anggota BMC wilayah Pemasaran Bogasari Jakarta meliputi : DKI Jakarta, Jawa Barat, P. Sumatera, Jawa Tengah (Tegal & Purwokerto), Banten, dan Kalimantan Barat. Wilayah Pemasaran Bogasari Surabaya meliputi : Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Maluku, Papua, NTT, NTB, Bali. 9. Jika persediaan barang tidak ada, maka Bogasari berhak mengganti dengan barang yang senilai. 10. Jika tidak ada kon�rmasi penukaran point dengan barang-barang yang ada dalam brosur ini, maka nilai point yang memenuhi kriteria akan ditukarkan dengan uang tunai pada periode hadiah langsung berjalan. 11. Point dapat dikumpulkan lebih dari satu periode masa berlaku brosur dan hanya dapat ditukarkan dengan barang-barang pada brosur pada periode berjalan, dengan kon�rmasi terlebih dahulu ke staff Bogasari terdekat atau telepon ke LAGANSA.
Bogasari TIDAK PERNAH meminta uang atau bentuk apapun dalam rangka penukaran Point Reward, atau hadiah lainnya yang diselenggarakan oleh Bogasari Mitra Card