Suara Millenium Development Goals (MDGs)
Edisi No.4 Oktober - Desember 2011
Saatnya Krama Membendung HIV
apa kabar? Kasihan anak saya korban KDRT. Pak Kelian bisa bantu mendamaikan?
HIV/AIDS, Siapa Peduli?
Tentu saja!!!
P
Desa adat: Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Lembaga adat mestinya ikut membantu menekan kasus-kasus tersebut.
Indeks Berita Hal 3
Apa Kabar?
Hal 4
Forum MDGs: - Kala HIV/AIDS Masih Mengancam
- Mengenal HIV dan Pencegahannya
- Mitos Seputar HIV
Hal 18
Opini: Yahya Ansori: Saatnya Krama Membendung HIV di Bali
Hal 22
Laporan Utama: - Ketika HIV Memutus Garis Keturunan
- Mencegah Bayi Terinfeksi HIV Hal 28
Laporan Khusus: - Mengangkat Perempuan Munti Gunung
Hal 33
Profil: Iluh Purnaminingsih
Hal 36
Dialog: Menggalang Kekuatan Perempuan di Parlemen
Hal 40
Resensi Buku: Lewat Tembang Menjaga Jiwa
Hal 42
Album
Hal 48
Cerpen: Menambah Suami
Suara Millenium Development Goals (MDGs)
Foto : internet
Virus HIV membutuhkan kebersamaan untuk melawannya.
2|
Pemimpin Umum: Luh Riniti Rahayu. Sekretariat: Suharyati. Koordinator Redaksi: Fiqi Hasan. Redaktur Khusus: Made Sukaja, Luh Anggreni. Pembantu Umum: Sri Sulandari. Desain ::FX::
[email protected]. Alamat: Jl. Pulau Serangan I No. 2. Denpasar, Bali Telp/fax: 0361 222 464, Hp: 0811 396 646 Email:
[email protected]. Website: www.balisruti.co.id
Oktober - Desember 2011
Luh
eringatan hari AIDS sedunia pada 1 Desember menjadi momentum yang tepat untuk merenungi ulang upaya kita memerangi virus ini. Berbagai upaya dan gerakan sudah dilakukan. Tetapi kasus HIV dan AIDS terus meningkat tajam. Padahal fenomena yang diketahui hanyalah gunung es dari fakta yang lebih mengerikan. Data pada 2004, angka menunjukkan, kasus HIV dan AIDS di Bali berjumlah 590 kasus, tahun 2006 tercatat 1253 kasus, Maret 2010 tercatat 3390 kasus, maka sampai Juli 2011 telah menjadi 4,631, terdiri dari 2,277 AIDS dan 2,354 HIV. Mengapa hal itu bisa terjadi? . Kabut moralitas agaknya masih menjadi selimut yang menghalangi pandangan kita terhadap upaya pencegahan HIV. Terutama untuk menangani penularan yang terjadi akibat hubungan seksual beresiko. Padahal penulaRiniti ran melalui cara ini adalah yang tertingi mencapai 73,35 persen. Kabut itu menghalangi upaya kita untuk mendorong penggunaan kondom saat Pekerja Seks Komersial (PSK) melayani pelanggannya. Kampanye pro kondom sering dianggap sebagai bagian dari upaya melegalisasikan pelacuran dan seks bebas. Di pihak lain promosi seks bebas secara tidak langsung sebenarnya sangat masif melalui media massa. Masyarakat pun kian permisif terhadap perilaku tersebut khususnya di kalangan anakanak muda.. Menjamurnya kafe remang-remang yang menyediakan layanan plus hingga ke pelosok desa juga menegaskan kecenderungan itu. Lagi-lagi dengan tingkat kontrol yang rendah dan pembinaan yang tidak mencukupi. Pendekatan untuk memecahkan masalah seringkali hanya mengandalkan kesadaran normatif yang sudah terbukti kurang efektif. Bahkan represi terhadap pelacuran misalnya, seringkali hanya menambah kesulitan karena keberadaan para PSK makin sulit di pantau. Selain kabut moralitas, masalah HIV juga dirundung oleh bayang-bayang politik. Para politisi cenderung menghindari topik ini karena kekhawatiran bahwa mereka akan dianggap bersimpati terhadap kelompok beresiko tinggi - seperti PSK dan Pecandu narkoba- yang dalam pandangan konstituen mereka masih dianggap sebagai kelompok bermasalah. Betapa pun faktanya, HIV bisa menular kepada orang-orang yang berada di luar lingkungan itu dan malah menjangkiti ibu rumah tangga. Maka yang dibutuhkan sejatinya adalah revolusi moral dan politik untuk melihat masalah HIV sebagai masalah kesehatan yang bukan hanya mengancam kelompok tertentu tapi juga mengancam seluruh masyarakat. Pada edisi ini, kami mencoba mengangkat masalah yang sudah menjadi bagian dari target MDGs itu. Terutama dalam kaitannya dengan peran dari warga Bali yang sangat terikat pada institusi adatnya. Selamat menyimak dan merenunginya.
Oktober - Desember 2011
|3
Forum MDGs
Forum MDGs
bencana global: Penyebaran HIV/AIDS sudah menjadi bencana global yang harus dihentikan oleh umat manusia. net
Kala HIV Masih Mengancam P
enanggulangan HIV/ AIDS menjadi salahsatu prioritas dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) .
Dalam Laporan Pencapaian MGDs 2010 yang dibuat oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencana-
an Pembangunan Nasional (BAPPENAS) disebutkan jumlah infeksi HIV baru di Indonesia terus menunjukkan adanya peningkatan.
Forum MDGs Millenium Development Goals (MDGs) sudah sering diucapkan oleh banyak tokoh melalui berbagai media. Namun banyak pihak yang sejatinya belum mengetahui secara persis seluk beluk serta implikasi dari komitmen itu. Apalagi mengenai langkah-langkah riil yang harus dilakukan. Karena itu, majalah Bali Sruti pada setiap edisinya membuka forum tanya jawab yang memberi kesempatan kepada para pembaca untuk menyampaikan pertanyaan. Forum ini diasuh oleh LSM Bali Sruti, Pertanyaan bisa disampaikan melalui email ke
[email protected] atau melalui kontak ibu Titik 0811396646.
4|
Oktober - Desember 2011
Sepanjang periode 1996 sampai dengan 2006, angka kasus HIV mening kat sebesar 17,5 persen dan diperkirakan bahwa ada sekitar 193.000 orang yang saat ini hidup dengan HIV di Indonesia. Epidemi AIDS umumnya terkonsentrasi pada populasi berisiko tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia dengan prevalensi orang dewasa dengan AIDS menurut estimasi nasional 0,22 persen pada tahun 2008. Dua provinsi di Tanah Papua (Papua dan Papua Barat) mengalami pergeseran ke generalized epidemic de ngan prevalensi 2,4 persen pada populasi umum usia 15-49 (STHP, Kemkes,
P2PM, 2007). Sementara itu, jumlah kumulatif kasus AIDS juga cenderung terus mening
kat, yaitu sebesar 19.973 kasus pada tahun 2009, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah
Oktober - Desember 2011
|5
Forum MDGs
Forum MDGs
Gambar 6.1
kumulatif pada tahun 2006 sebesar 8.194 kasus (Gambar 6.1). Angka kasus HIV dan AIDS sebagian besar dijumpai di semua wilayah Indonesia, namun jumlah kasus bervariasi antarprovinsi. Cara penularan HIV/ AIDS ditunjukkan pada Gambar 6.3. Kasus AIDS
ke anak menyebabkan 2,6 persen kasus pada perinatal, dan infeksi HIV yang ditularkan melalui transfusi darah sekitar 0,1 persen. Jika dilihat berdasarkan penularan kasus AIDS, sebagian besar (91 persen) kasus AIDS diderita oleh kelompok usia 15-49 tahun (Kemkes, 2009).
HIV melalui pemakaian narkoba dengan jarum suntik. Faktor lain yang terkait dengan penularan HIV/ AIDS yakni penggunaan kondom pada hubungan seks. Secara nasional, persentase perempuan dan laki-laki tidak menikah yang menggunakan kondom kali terakhir berhubungan seksual pada tahun 2007 sebesar 18,4 persen pada laki-laki dan 10,3 persen pada perempuan. Penggunaan kondom berdasarkan usia, kotadesa, dan tingkat pendidikan antara laki-laki dan perempuan menunjukkan pola yang berbedabeda (Gambar 6.4). Pengetahuan tentang HIV dan pencegahannya
Gambar 6.3 Gambar 6.4
sampai dengan Desember 2009 menunjukkan bahwa infeksi HIV/AIDS sebagian besar ditemukan pada kelompok heteroseksual (50,3 persen), pada kelompok homoseksual (3,3 persen), penularan dari ibu
6|
Penularan HIV di Indonesia cenderung akan meningkat dalam lima tahun mendatang dengan semakin banyaknya orang yang melakukan hubungan seks tanpa pelindung dan meningkatnya penyebaran
Oktober - Desember 2011
merupakan prasyarat penting untuk menerapkan perilaku sehat. Sebagian besar generasi muda (usia 15-24 tahun) memiliki pengetahuan tentang HIV/ AIDS. Sekitar 14,7 persen laki-laki menikah dan 9,5
Gambar 6.6
Gambar 6.5
persen perempuan menikah memiliki pengetahuan komprehensif dan benar mengenai AIDS (SDKI dan SKRRI,2007). Pada kelompok yang belum menikah, baru sekitar 1,4 persen pada lakilaki dan 2,6 persen pada perempuan yang memiliki pengetahuan yang komprehensif dan benar. Pada tahun 2010 ang ka ini meningkat menjadi 15,4 persen pada laki-laki menikah dan 11,9 persen pada perempuan menikah. Sedangkan pada laki-laki belum menikah terjadi pe ningkatan pengetahuan yang cukup besar yaitu menjadi 20,3 persen dan pada perempuan belum menikah menjadi 19,8 persen (Data sementara Riskesdas, 20101). Indikator yang digunakan untuk mengukur pengetahuan
komprehensif tentang HIV/ AIDS pada Riskesdas 2010 terdiri dari 2 indikator tentang cara pencegahan penularan HIV/AIDS (berhubungan seksual dengan satu pasangan saja dan menggunakan kondom saat berhubungan seksual) dan 2 indikator tentang persepsi salah terhadap penularan HIV/AIDS (makan sepiring dengan orang terkena HIV/AIDS dan melalui gigitan nyamuk). Pengetahuan komprehensif tentang AIDS pada laki-laki dan perempuan yang telah menikah di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Semakin tinggi ting kat pendidikan, semakin tinggi persentase pengetahuan komprehensif tentang AIDS (Gambar 6.5). Penyediaan obat terapi anti retroviral terus me-
ningkat. Pada tahun 2009 telah tersedia 180 unit fasilitas kesehatan yang menyediakan ART. Cakupan intervensi ART mening kat dari 24,8 persen pada tahun 2006 menjadi 38,4 persen2 pada tahun 2009 seperti terlihat pada Gambar 6.6 (laporan Kemkes 2010). Tanpa pencegahan yang efektif, kebutuhan akan ART pada kelompok usia 15-49 tahun diproyeksikan meningkat tiga kali lipat dari 30.100 pada tahun 2008 menjadi 86.800 pada tahun 2014 (SRAN Penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014). Sumber: Laporan Pencapaian MGDs 2010 yang dibuat oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Oktober - Desember 2011
|7
Forum MDGs
Forum MDGs
luh de suryani
pendampingan: Korban HIV membutuhkan pendampingan untuk dapat menjalani hidupnya secara wajar dan manusiawi.
Mengenal HIV dan Pencegahannya A pa itu HIV? HIV merupa kan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages–
8|
komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Oktober - Desember 2011
Sistem kekebalan di anggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi,
yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Apakah AIDS? AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. Apakah gejala-gejala HIV? Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang me ngalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion
adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi. Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah
dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut: Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuhsembuh)
Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. melalui tes HIV. Infeksi HIV menye babkan penurunan dan melemahnya sistem ke kebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS. Kapankah seorang terkena AIDS? Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tandatanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang
Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau Tahap IV (meliputi Tok soplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paruparu (bronchi) atau paruparu dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati. Seberapa cepat HIV bisa berkembang menja-
Oktober - Desember 2011
|9
Forum MDGs di AIDS? Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit
Forum MDGs
Pencegahan Bagaimana infeksi HIV dapat dicegah? Penularan HIV secara seksual dapat dicegah de
net
cegah: Penggunaan kondom merupakan cara yang efektif untuk mencegah penularan HIV.
karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.
10 |
ngan: berpantang seks hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi seks non-penetratif penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar. Cara tambahan yang lain untuk menghindari in-
Oktober - Desember 2011
feksi: Bila anda seorang peng guna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali. Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan. Apakah “seks aman” itu? Tak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman. Seberapa efektifkah kondom dalam mencegah HIV? Kondom yang kualitasnya terjamin adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di
kalangan perempuan dan laki-laki. Walaupun begitu, tidak ada metode perlindungan yang 100% efektif, dan penggunaan kondom tidak dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap segala infeksi menular seksual (IMS). Agar perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif. Apakah kondom perempuan? Kondom perempuan merupakan metode kontrasepsi pertama dan satusatunya yang dikendalikan oleh perempuan. Kondom perempuan adalah sarung yang terbuat dari bahan polyuretan yang kuat, lembut, dan tembus pandang yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seks. Kondom tersebut sepenuhnya mengikuti bentuk vagina dan karenanya dengan penggunaan yang benar dan konsisten, ia akan memberikan perlindungan dari kemungkinan hamil sekaligus infeksi menular seksual (IMS). Kondom perempuan tidak memiliki risiko dan efek samping,
dan tidak memerlukan resep atau intervensi dari staf perawatan kesehatan. Bagaimana pengguna narkoba suntik (IDU) dapat mengurangi risiko tertular HIV? Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu: Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang
hol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan. Bagaimana penularan dari ibu ke anak dapat dicegah? Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV
Kondom perempuan adalah sarung yang terbuat dari bahan polyuretan yang kuat, lembut, dan tembus pandang yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seks. dapat diminum secara oral. Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza. Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba. Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang dapat diandalkan. Dengan menggunakan kapas pembersih beralko-
akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktorfaktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui. Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi de ngan cara berikut: Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
Oktober - Desember 2011
| 11
Forum MDGs Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam sete-
Forum MDGs pakai di bawah pengawasan medis. Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih mening
Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan laki-laki. lah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obatobatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya di-
12 |
katkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu. Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini ha
Oktober - Desember 2011
nya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjang kau oleh keluarga. Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut: Ketika makanan peng ganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eks klusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mung kin.
Perawatan Adakah obat untuk HIV? Tidak. Tidak ada obat yang dapat sepenuhnyame nyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obatobatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.
makin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan tubuh (immunodeficiency). Obat-obatan antiretroviral memperlambat replikasi sel-sel, yang berarti memperlambat pe nyebaran virus dalam tubuh, dengan mengganggu proses replikasi dengan berbagai cara. Penghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI) HIV memerlukan enzim yang disebut reverse tran-
Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan steril: Penggunaan jarum suntik dalam satu dosis yang steril mencegah penularan kepada anak dalam HIV di kalangan pecandu narkoba. waktu 72 jam setelah rofiqi kelahiran. Jenis pengobatan dan Apakah obat anti re-
perawatan apakah yang tersedia? Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan antiretroviral.
troviral itu? Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh. Bagaimana cara kerja obat antiretroviral? Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang diinfeksi HIV, se-
scriptase untuk mereplikasi diri. Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara mencegah proses pe ngembangbiakkan materi genetik virus tersebut. Penghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI) Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak
Oktober - Desember 2011
| 13
Forum MDGs
Forum MDGs
net
diskriminasi: Adanya diskriminasi akan mempersulit upaya pencegahan penularan HIV.
bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi. Penghambat Protease (PI) Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease memecah belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease mencegah pemecah-belahan protein dan karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.
14 |
yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIVpositif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan me ngurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh). Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang disebut sebagai
Tes HIV yang umumnya digunakan adalah yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons HIV Obat-obatan lain yang dapat menghambat siklus virus pada tahapan yang lain (seperti masuknya virus dan fusi dengan sel yang belum terinfeksi) saat ini sedang diujikan dalam percobaan-percobaan klinis. Apakah obat antiretroviral efektif? Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit
Oktober - Desember 2011
terapi kombinasi. Istilah ‘Highly Active Anti-Retroviral Therapy’ (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat anti HIV. Bila hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu, perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus
mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi terse-
akses ARV tidak tersedia? Unsur-unsur perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling, pencegahan dan pengobatan
dari saat kemungkinan pajanan HIV dan harus berlanjut selama sekitar empat minggu. Pengobatan PEP belum terbukti dapat mencegah penularan HIV. Kendatipun demikian, kajian-kajian penelitian menunjukkan bahwa bila
Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya memberikan perawatan yang sesuai. but terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya hanya diminum di bawah pengawasan medis. Perawatan jenis apakah yang tersedia ketika
infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada umumnya. Apakah PEP itu? Perawatan Pencegahan Pasca Pajanan terdiri dari pengobatan, tes laboratorium dan konseling. Pengobatan PEP harus dimulai dalam hitungan jam
pengobatan dapat dilaksanakan lebih cepat setelah kemungkinan pajanan HIV (idealnya dalam waktu dua jam dan tak lebih dari 72 jam setelah pajanan), pe ngobatan tersebut mungkin bermanfaat dalam mencegah infeksi HIV. Sumber: website KPAN
dok. bali sruti
sosialisasi: Masyarakat perlu mendapat informasi yang lengkap mengenai bahaya HIV. Oktober - Desember 2011
| 15
Forum MDGs
Forum MDGs
Mitos di Seputar HIV
A
pakah gigitan nyamuk membawa risiko terinfeksi HIV? HIV tidak menyebar melalui gigitan nyamuk atau gigitan serangga lainnya. Bahkan bila virus masuk ke dalam tubuh nyamuk atau serangga yang menggigit atau mengisap darah, virus tersebut tidak dapat mereproduksi dirinya dalam tubuh serangga. Karena serangga tidak dapat terinfeksi HIV, serangga tidak dapat menularkannya ke tubuh manusia yang digigitnya. Apakah saya harus khawatir tertular HIV saat melakukan kegiatan olah raga? Tidak terdapat bukti bahwa HIV dapat ditularkan ketika seseorang melakukan olah raga. Bisakah saya terkena HIV dari bersentuhan secara biasa? (berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet, minum dari gelas yang juga digunakan oleh seseorang yang terkena HIV, atau berada berdekatan dengan seseorang yang terinfeksi yang sedang bersin atau batuk)? HIV tidak ditularkan oleh kontak sehari-hari dalam kegiatan sosial, di
16 |
sekolah, ataupun di tempat kerja. Anda tidak dapat terinfeksi lantaran anda berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet yang sama atau minum dari gelas yang sama dengan seseorang yang terinfeksi HIV, atau terpapar batuk atau bersin penyandang infeksi HIV. Apakah HIV hanya menjangkiti kaum homoseksual dan pengguna narkoba saja? Tidak. Setiap orang yang melakukan hubungan seks yang tak terlindungi, berbagi penggunaan alat suntikan, atau diberi transfusi dengan darah yang terkontaminasi dapat terinfeksi HIV. Bayi dapat terinfeksi HIV dari ibunya selama masa kehamilan, selama proses persalinan, atau setelah kelahiran melalui pemberian air susu ibu. Sebanyak 90% kasus HIV merupakan akibat dari penularan seksual dan 6070%kasus HIV terjadi di kalangan heteroseksual. Apakah kita dapat mengetahui bahwa seseorang terkena HIV hanya dengan melihat dari penampilannya? Kita tidak dapat me ngetahui bahwa seseorang menyandang HIV atau
Oktober - Desember 2011
AIDS hanya dengan melihat penampilan mereka. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa saja nampak sehat dan merasa baik-baik saja, namun mereka tetap dapat menularkan virus itu ke anda. Tes darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak.
Bisakah saya terjang kit lebih dari satu infeksi menular seksual (IMS) pada saat yang bersamaan? Ya. Anda dapat terkena lebih dari satu infeksi penyakit menular (IMS) pada saat yang bersamaan. Masing-masing infeksi memerlukan pengobatannya sendiri. Anda tidak dapat menjadi kebal terhadap IMS. Anda juga dapat
terkena infeksi yang sama berkali-kali. Banyak pria dan wanita yang tidak merasa atau melihat gejala awal apapun ketika mereka pertama kali terinfeksi dengan IMS, kendatipun mereka masih bisa menulari pasangan seksualnya. Ketika seseorang sedang menjalani terapi antiretroviral, dapatkan dia menularkan HIV kepada orang lain?
Terapi antiretroviral tidak dapat mencegah penularan virus ke orang lain. Terapi dapat membantu menurunkan jumlah virus ke tingkat yang tidak terdeteksi, namun HIV masih tetap ada dalam tubuh, dan dapat ditularkan ke orang lain melalui hubungan seksual, dengan bergantian memakai peralatan suntikan, atau melalui ibu yang menyusui bayi.
kampanye: Penyadaran masyarakat terhadap HIV memerlukan kampanye terus-menerus.
Oktober - Desember 2011
| 17
opini
opini
Saatnya Krama Membendung HIV di Bali Oleh : Yahya Ansori (Pengelola Program KPA Provinsi Bali) Bali Menunggu Stunami AIDS?”, demikian pernyataan Prof Dr. Mangku Karmaya, M Repro (Bali Post, 2005). Peringatan seorang akademisi Universitas Udayana terhadap keseriusan ancaman AIDS di Bali ini kini nampak semakin nyata. dok pribadi
D
alam beberapa tahun terakhir, kasus HIV dan AIDS di Bali terus meroket tajam. Apabila tahun 2004 kasus HIV dan AIDS di Bali berjumlah 590 kasus, tahun 2006 tercatat 1253 kasus, Maret 2010 tercatat 3390 kasus, maka sampai Juli 2011 telah menjadi 4,631, terdiri dari 2,277 AIDS dan 2,354 HIV. Kasus HIV dan AIDS di Bali tersebyt ditularkan melalui heteroseksual 3,397 kasus (73.35%), pecandu narkoba suntik 774 kasus (16.71%), homo/biseksual 259 kasus (5.59%), dari ibu ke anak yang dilahirkan 114 kasus (2.46%), dan tidak diketahui 87 kasus (1.88%). Sampai akhir tahujn
18 |
2011, proses penularan HIV melalui pemakaian narkoba suntik di Bali sudah berhasil ditekan. Namun, proses penularan HIV melalui heteroseksual nampak semakin terbuka, meluas dan semakin intens sampai ke wilayah pedesaan. Prevalensi penularan via heteroseksual 3% pada tahun 2003 telah mening kat menjadi 20% pada tahun 2009, dan 25% pada tahun 2011. Pola penularan HIV di Bali saat ini masih terkonsentrasi pada populasi kunci -– termasuk di kalangan pekerja seks (PS) dan pelanggannya serta pemakai narkoba suntik. Namun proses penularan HIV di Bali juga mulai bergeser pada masyarakat umum
Oktober - Desember 2011
(general population), termasuk ibu-ibu rumah tangga serta bayi yang dilahirkannya. Semakin ba nyak krama desa yang meninggal dunia akibat AIDS sebagaimana diberitakan media massa cetak akhirakhir ini. Kecenderungan ke aras populasi umum ini antara lain dibujktikahn dengan dua buah studi terbatas yang hasilnya adalah 0,5% - 1,5% di kalangan ibu-ibu yang melahirkan terinfeksi HIV (Wirawan, 2011). Maraknya praktek seksual berisiko, termasuk yang dilakukan oleh sebagian ”cewek kafe atau warung remang-remang” – yang menjamur di hampir seluruh wilayah desa adat - turut mempermudah
proses penyebaran HIV di Bali. Pengembangan program pemakaian kondom 100% (bagi pelaku seks berisiko) dan terlaksana nya pengobatan penyakit infeksi menular seksaul (IMS) yang memadai menjadi kebutuhan mendesak untuk menekan laju penularan HIV melalui transmisi seksual ini. Komisi penanggulangan AIDS (KPA) tingkat Provinsi Bali dan kabupaten/
kasus AIDS” di Bali yang pada tahun 2006 terestimasi sebanyak 4000 kini semakin mencair berkat VCT yang semakin intens.
Reduksi Stigma AIDS Upaya penanggulangan AIDS di Bali selama ini masih menemui berbagai kendala. Kendala paling mendasar adalah masih kuatnya stigma (cap buruk) yang terkait dengan
muka masyarakat, bahkan oleh petugas kesehatan sendiri – yang seharusnya berkewajiban melakukan tugas pengobatan. Ada sekelompok masyarakat yang masih alergi terhadap korban AIDS, karena AIDS dikaitkan dengan persoalan moral dan kutukan. Hal ini terjadi karena adanya pengaburan esensi masalah AIDS yang masih sering dikaitkan dengan nilai moral dan agama.
Tindakan diskriminasi terhadap korban AIDS ternyata bukan hanya dilakukan oleh orang awam terhadap korban AIDS, tetapi juga oleh sebagian pemuka masyarakat, bahkan oleh petugas kesehatan sendiri – yang seharusnya berkewajiban melakukan tugas pengobatan. kota se-Bali terus mening katkan upaya penanggula ngan HIV dan AIDS, baik melalui program pencegahan HIV maupun program dukungan, perawatan dan pengobatan (care, support and treatment/CST) terhadap orang yang terinfeksi HIV. Peningkatan kasus HIV dan AIDS bukanlah cermin dari kegagalan program, namun sebaliknya hal itu terjadi akibat dari kian gencarnya pelaksanaan tes HIV sukarela (voluntery counselling and testing/VCT) yang berhasil mengungkap kasuskasus HIV dan AIDS baru. ”Bungkahan gunung es
AIDS dan korbannya. Akibat stigma, salah persepsi dan minimnya pemahaman tentang „masalah AIDS”, seseorang menjadi kurang atau bahkan tidak peduli terhadap masalah penyakit yang mematikan ini. Cap buruk yang menyertai wabah AIDS juga telah menumbuhkan sikap dan perilaku diskriminasi yang memarginalkan orang yang terinfeksi HIV dan keluarganya. Tindakan diskriminasi terhadap korban AIDS ternyata bukan hanya dilakukan oleh orang awam terhadap korban AIDS, tetapi juga oleh sebagian pe-
HIV dan AIDS perlu ditempatkan sebagai masalah sosial – kesehatan, bukan sebagai masalah moral yang cenderung merancukan masalah HIV dan AIDS itu sendiri. Persepsi salah tentang AIDS termasuk AIDS sebagai penyakit kutukan Tuhan, AIDS pe nyakit pekerja seks (PS) dan pemakai narkoba suntik (penasun) perlu dilurus kan. HIV hanya menular melalui perilaku seks berisiko (multipatner tanpa kondom), berbagi jarum suntik narkoba tak steril, dan pemakaian alat medis yang tercemar HIV. Segenap pihak, terma-
Oktober - Desember 2011
| 19
opini
opini yang telah dirintis oleh Empu Kuturan sejak abad X silam. Empu Kuturan telah membangun desa adat demi terwujudnya kesejahteraa masyarakat Bali. Pertama, adanya konsep Tri Hita Karana yang menjunjung tinggi keserasian hubungan antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), manusia dengan sesamanya (pawongan), dan manusia dengan lingkungannya (palemahan). Kedua, semua orang yang tergabung dalam suatu desa pakraman adalah bersandara, yang kemudian dikenal dengan istilah “krama desa”. Setiap krama berhak dijaga kehormatan dan kesejahteraan lahirbatinnya. Peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi
desa adat: Keterlibatan desa adat dan perangkatnya akan mempermudah penanggulangan HIV.
suk, pendidik, pemuka ma syarakat, mahasiswa, siswa, dan kader desa peduli AIDS (KDPA), penjangkau LSM, jurnalis, aktivis AIDS di perusahaan, pelaku bisnis pariwisata, konselor VCT dan tenaga medis lainnya bisa saling bekerja sama secara sinergis untuk mereduksi stigma AIDS, menekan laju penularan HIV dan menangani korbannya (odha). Jaringan kerjasama multipihak di Bali yang sudah tergalang selama ini perlu dimantapkan.
20 |
Krama Peduli AIDS Meluasnya penularan AIDS sampai ke wilayah pedesaan di Bali menuntut upaya penanggulanganya secara tepat. Pemerintah daerah kabupaten/kota yang didukung oleh lintas sektor, dan LSM nampak semakin gencar dalam menanggulangi AIDS. Kuat nya komitmen pemda kabupaten/kota ini antara lain tercermin dengan penerbitan Perda Penanggulangan AIDS dan tersedianya alokasi APBD setempat untuk
Oktober - Desember 2011
misalnya - telah dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi ekonomi pertanian subak – yang selanjutnya kini diperkuat dengan adanya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di setiap desa pakraman. Krama desa di Bali perlu dilindungi dari ancaman HIV dan AIDS. Upaya membentengi krama dari ancaman AIDS merupakan bagian dari upaya menjaga keharmonisan pawongan dan palemahan. Dengan dukungan Pemda dan masyarakat, kerjasama Majelis Madya Desa Pakraman dan KPA Kabupaten/ kota setempat bisa segera diwujudkan untuk meng antisipasi masalah AIDS di daerahnya. Program desa adat (pakraman) per-
lu lebih diorientasikan ke aspek pawongan, disamping aspek palemahan dan parahyangan yang mendukung kehidupan adatagama yang sangat baik selama ini. Bencana tsunami AIDS bakal menjadi kenyataan, apabila penularan HIV yang kian merengsek ke wilayah pedesaan di Bali saat ini tidak mendapatkan respon yang selayaknya. Sudah saatnya krama desa peduli AIDS menjadi subjek untuk melakukan pencegahan, yakni membentengi diri dan keluarganya dari ancaman AIDS serta peduli terhadap upaya perawatan, pengobatan dan dukungan (CST) terhadap orang yang (terlanjur) ter infeksi HIV. ***
menunjang program penanggulangan AIDS. Komitmen pemerintah tersebut tak akan ba nyak berarti apabila tidak didukung oleh partisipasi masyarakat. Untuk itu, pelibatan krama desa yang dimotori oleh kader desa peduli AIDS (KDPA) men jadi semakin penting untuk menghadapi ”serangan AIDS” di Bali. Membentengi krama desa dari ancaman HIV dan AIDS merupakan bagian dari upaya menjaga dan meningkatkan kesejahteraan krama desa Oktober - Desember 2011
| 21
Laporan Utama
Laporan Utama
bantuan: Korban HIV membutuhkan uluran tangan untuk mecukupi kebutuhan hidupnya.
Ketika HIV Memutus Garis Keturunan Jangan pernah menyerah, karena kamu tidak akan pernah kalah sebelum kamu menyerah”. Itulah kalimat yang keluar dari bibir mungil dua wanita muda ini setelah ditinggal orang-orang yang mereka cintai untuk selama-lamanya. Penulis: Wayan Sudharma
M
ereka kini berjuang sebagai seorang single fighter untuk anak-anak mereka setelah AIDS merenggut nyawa sang suami. Bagaimana perjuangan wanita muda ini ditengah himpitan ekonomi, diskriminasi hingga bayangan tertular HIV dari sang suami yang terus menghantuinya? Berikut penelusurannya. Disebuah kamar berukuran kurang lebih 2x3 m di Desa Sangsit Kecama-
22 |
tan Sawan terbaring lemah sesosok pria yang sedang disuapi bubur oleh seorang wanita yang tak lain adalah isrinya. Diantara mereka tampak seorang anak perempuan yang usianya tak lebih dari 3 Tahun asyik bermain boneka. Pria yang sebut saja namanya Bracuk ( 32) yang telah divonis AIDS ini mengaku bersalah dan tidak mengerti kenapa dirinya bisa terkena. Selang beberapa bulan kemudian
Oktober - Desember 2011
suami dari perempuan yang sebut saja namanya Komang Sari ini pun pergi untuk selama-lamanya. Beberapa kilometer dari tempat tersebut ke daerah timur tepatnya di sebuah desa bernama Desa Giri Emas hidup pula seorang pria beranak 2 dengan istri yang sedang hamil 7 bulan, sedang terbaring lemah dengan kondisi hanya tinggal kulit menutupi tulang-tulangnya. Pria sebut saja nama
nya Gede Bladur (27) yang sempat berprofesi sebagai sales antar pulau ini telah pula divonis positif HIV. Meskipun sempat menjalani terapi, ia pun akhirnya tak bisa selamat dari keganasan virus yang hanya bisa tertular melalui pertukaran cairan. Cairan tersebut bisa saja darah, mani maupun air susu ibu. Gede Bladur yang begitu perkasa akhirnya menghembuskan nafas terakhir akibat pembengkakan hati serta diare yang dialaminya selama kurang lebih enam bulan. Hampir empat tahun Komang Sari dan Putu Bunga menjadi janda dan berjuang sendiri demi kelangsungan hidupnya. Komang Sari yang berprofesi sebagai buruh serabutan hingga kini masih menemani putrinya yang telah bersekolah di salah satu sekolah dasar di Sangsit ini. Sementara itu Putu Bunga yang bekerja sebagai tukang masak kini telah pulang ke rumah orang tuanya bersama putri ketiganya sementara dua putri lainnya ikut bersama sang nenek. Meskipun kedua nya telah menjalani test HIV atau yang lebih dikenal dengan istilah tes darah di klinik VCT (Voluntary Counceling Test) dan hasilnya dalam dua tes tera-
khir dikatakan negatif, toh tidak mampu mengurangi diskriminasi dari beberapa kelompok masyarakat di desanya. Mereka terus memandang sinis dan menolak untuk bergaul secara wajar seolah-olah dia telah menjadi ancaman. *** Perkembangan HIV/ AIDS di Buleleng sendi-
diakibatkan oleh hubungan seks.” Salah satu cara ampuh untuk menanggulangi virus mematikan ini adalah dengan komitmen diri yang kuat untuk setia terhadap pasangan dan selalu menggunakan alat pengaman kondom dalam melakukan hubungan seks yang beresiko,” ungkap Arga. Untuk menanggulangi
Mereka mengontrol, mendampingi para ODHA, mereka juga mengajak, dan menyadarkan para ODHA untuk saling menjaga agar tidak menularkan virus yang ada dalam tubuhnya ke orang lain. ri menurut Ketua (KPAD) Kabupaten Buleleng Drs. Made Arga Pynatih M.Si memang cukup mengkhawatirkan. Bahkan telah mengakibatkan 8 KK di Buleleng Cepud (putus garis keturunan) . Ini dikarenakan virus yang dibawa oleh salah satu anggota keluarga menular kepada anggota keluarganya yang lain. Simpati terhadap hilangnya jiwa orang terdekat, kerabat atau bahkan keluarga terkasih korban ganasnya virus mematikan HIV / AIDS nampaknya tidak akan cukup untuk menanggulangi merebaknya ancaman kasus pe nyebaran HIV / AIDS yang 80% proses penularannya
masalah ini, peran Konselor HIV/AIDS sangatlah penting. Mereka mengontrol, mendampingi para ODHA, mereka juga me ngajak, dan menyadarkan para ODHA untuk saling menjaga agar tidak menularkan virus yang ada dalam tubuhnya ke orang lain. Sampai saat ini Buleleng sudah tercatat 1.235 orang terinfeksi virus HIV/ AIDS dimana setengahnya adalah generasi muda dan ibu rumah tangga. “ Merawat orang sakit kan suatu pekerjaan kemanusiaan yang tidak dapat diukur kepuasannya dengan nilai apapun di dunia ini. Hal yang paling membahagiakan adalah saat melihat pasien yang dirawat mau se-
Oktober - Desember 2011
| 23
Laporan Utama gera sembuh dari penyakit yang dideritanya,” lanjut Arga Pynatih. Lantas, berapa kasus AIDS yang telah terung kap di Buleleng saat ini?. Dari berbagai sumber ang ka kasus di Buleleng telah melewati 1000 kasus. Versi KPAD Buleleng tercatat 1.235 orang terinfeksi virus HIV/AIDS dimana setengahnya adalah generasi muda dan ibu rumah tangga dengan perbandi ngan 30% adalah pelajar dan 15% diantaranya adalah Ibu Rumah Tangga. Sementara itu data dari LSM yang bergerak dibidang penanggulangan AIDS semisal Yayasan Citra Usada Indonesia dan Suryakanta kasus AIDS hingga akhir September kemarin mencapai hampir 2.300 kasus. Lembaga ini berpandangan AIDS bukan sebatas bagaimana menemukan perkembangan kasus semata namun yang terpenting adalah bagaimana memutus mata rantai penularannya. Menurut salah satu konselor dari Suryakanta, Made Carna Wirata Jumat (28/10) lalu memutus mata rantai penyebaran virus HIV berarti menyelamatkan generasi kita dari kepunahan sebuah keluarga. ”Itu bisa menimpa kita, tidak ada manusia kebal AIDS jika lengah kita bisa
24 |
Laporan Utama tertular,” tegasnya. Selain itu Planet panggilan akrab pria yang aktif dalam gerakan penanggulangan AIDS sejak 2001 ini mengakui jika
yang mengurus sekaligus memandikannya,” ungkap Planet. Nah terlepas dari semua itu, siapapun dia tidak akan mungkin kebal dengan vi-
prevention mother to child of HIV transmission
Mencegah Bayi Terinfeksi HIV Santi dan Wida, sebut saja demikian, adalah dua ibu yang merasa sangat bahagia. Keduanya bisa mencegah penularan HIV ke bayinya karena mengikuti program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Penulis Luh De Suryani.
K
eduanya mengikuti PMTCT di Denpasar dan kini anak-anak mereka dipas tikan negative atau tidak terinfeksi HIV seperti ibunya. “Anak saya bisa bisa dibilang anak mahal. Biaya konsultasi saat melahirkan, operasi, hingga susunya mahal. Tapi saya
partisipasi: Partisipasi semua pihak dibutuhkan dalam penanggulangan HIV.
tingkat kesadaran masayarakat akan pengaruh HIV/ AIDS serta resikonya telah mengalami peningkatan saat ini. Hal ini dilihat dari kesukarelaan masyarakat untuk melakukan tes darah ke Klinik VCT RSUD Singaraja serta turunnya perlakukan diskriminasi baik kepada ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) maupun OHIDA sebutan bagi orang ataupun keluarga yang mendampingi penderita HIV/AIDS. ”Dulu, jika ada mayat positif HIV yang tidak dimandikan keluarganya maka kamilah
Oktober - Desember 2011
ingin terbaik,” ujar Wida, perempuan kelas mene ngah asal Buleleng yang mengikuti terapi PMTCT ini. Ia memilih konsultasi di dokter praktik bukan di RS Sanglah agar mendapat pelayanan lebih personal. Wida memang sudah me ngetahui status HIV-nya sebelum hamil.
Sejak usia kandungan 4 bulan, Ia melakukan sejumlah syarat seperti terapi anti retroviral (ARV) dan memberikan ARV pada bayi nya hingga usia satu bulan. ARV adalah obat penghambat pertumbuhan HIV dalam tubuh pengidapnya. Selain itu, karena anaknya alergi susu sapi, diperlukan
rus HIV. Meskipun menjalani perawatan dengan tetap mengkonsumsi obat yang disebut ARV tiap 12 jam sekali seumur hidup, toh bersifat hanya memperpanjang usia si penderita. AIDS kita bisa kena, kita pun bisa mencegahnya asal kita saling setia satu pasangan, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian, tidak melakukan sex bebas. Jikalau “kebelet” ingat selalu menggunakan kondom, karena kondom salah satu media paling efektif menghindarkan diri tertular virus HIV. * Oktober - Desember 2011
| 25
Laporan Utama biaya tambahan untuk susu formula tertentu. Berbeda dengan Santi. Perempuan dengan tiga anak asal Karangasem ini baru tahu positif saat hamil anak kedua. Itu setelah suaminya dinyatakan positif. Ia dirujuk ke RS Sanglah untuk mengikuti PMTCT.
Laporan Utama tubuh sehingga memudahkan gejala penyakit apa pun masuk. Jumlah bayi yang terinfeksi HIV di Bali hingga September ini tercatat 123 orang. Kemungkinan besar karena terinfeksi saat proses melahirkan. Sementara seluruh ibu hamil yang ikut
Jelang kelahiran, kondisi kesehatannya menurun dan harus opname 9 hari di RS Sanglah. Kini anak lelakinya sudah berusia 3 tahun dan dinyatakan tak terinfeksi atau negatif. “Ini sudah nasib saya. Biar anak saya tak tertular, saya sering naik motor sendiri ke Sanglah untuk periksa dari Karangasem,” kata Santi. Jelang kelahiran, kondisi kesehatannya menurun dan harus opname 9 hari di RS Sanglah. Kini anak lelakinya sudah berusia 3 tahun dan dinyatakan tak terinfeksi atau negatif. Namun Santi kehila ngan anak ketiganya usai melahirkan. “Saya juga mengikuti PMTCT tapi mungkin karena kondisi saya tak terlalu baik,” urainya. Santi dan Wida tertular HIV dari suaminya. Keduanya kini sudah mendapat pengobatan seperti ARV untuk memastikan bisa sehat dan tak mudah kena penyakit. HIV me nyerang system kekebalan
26 |
PMTCT di RS Sanglah belum ada anaknya yang positif atau tertular. Dokter Jaya Kusuma, salah satu dokter yang menangani PMTC di RS Sanglah mengatakan ibu hamil yang akan ikut program ini akan mendapatkan konseling atau pendampingan dari konselor. Setelah itu akan diperiksa kondisi kesehatannya meliputi sudah berapa banyak virus dan diberikan obat penghambat pertumbuhan virus. Setelah itu, pasien akan dipandu harus periksa dan bagaimana proses kelahirannya nanti. Komisi Penanggula ngan AIDS Nasional (KPAN) dan Departemen Kesehatan menyebut estimasi orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) di Bali pada 2010 menjadi 7317 orang.
Oktober - Desember 2011
Jumlah terbesar, adalah pelanggan wanita pekerja seks yakni 3017 orang. Diperkirakan pelanggan seks ini berpotensi menularkan ke pasangan seperti istri atau pacar yang juga berpotensi menularkan HIV ke anak-anak mereka. Akibat potensi besar penularan heteroseksual ini, dilakukan pula survei HIV pada wanita hamil di Bali sejak 2009. Hasilnya ada 4 perempuan positif dari 400 wanita hamil di Bali. Sementara kehamilan tiap tahun di Bali sekitar 54 ribu. “Jika terjadi 40% penularan dari ibu hamil ke anaknya, maka diperkirakan terdapat 216 anak positif HIV tiap tahun di Bali,” ujar Prof dr Dewa Nyoman Wirawan, tim ahli Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Bali. Karena itu, Ia meminta seluruh klinik kebidanan dan rumah sakit kini memberikan informasi HIV pada tiap ibu hamil. Jika diketahui secara dini, maka ibu hamil bisa diikutkan program PMTCT yang biayanya gratis dan menvegah bayi positif HIV. Hingga September 2011, jumlah kasus HIV dan AIDS yang tercatat di Bali hampir 4833 orang. Sebanyak 74% terinfeksi dari hubungan heteroseksual atau laki-perempuan.
Bisa pasangan belum dan sudah menikah. Selanjutnya yang terinfeksi karena penggunaan jarum suntik narkoba sebanyak 16%. Sisanya homoseksual (4%) dan akibat kelahiran atau perinatal (2,5%). Dari jumlah itu usia
45%, berikutnya Buleleng dan Badung. HIV di Air Mani bukan Sperma Menurut publikasi Yayasan Spiritia (sumber: spiritia.or.id), rata-rata bayi dalam kandungan bisa 30% terinfeksi, dengan rin-
tinggi bila: viral load perempuan di atas 1.000; perempuan terinfeksi suatu IMS; dan bila gizi perempuan kurang. Risiko juga diting katkan oleh intervensi yang keras waktu lahir (seperti membantu persalinan dengan cara menyedot kepala bayi), dan bila si ibu menyusui bayi. Untuk mencegah penularan pada bayi, yang paling penting adalah mencegah penularan pada ibunya dulu. Harus ditekankan bahwa hanya si bayi hanya dapat tertular oleh ibunya. Status HIV si ayah tidak mempengaruhi status HIV si bayi. Mengapa? Kita sering salah ngomong bahwa salah satu cairan tubuh manusia yang mengandung HIV adalah cairan sperma. Ini salah! Yang mengandung virus pada laki-laki yang HIV-positif adalah air mani, bukan sperma. Sperma tidak mengandung virus, dan oleh karena itu, telur si ibu tidak dapat ditularkan oleh sperma.
cian 5% dalam kandungan, 15% waktu lahir dan 10% dari ASI. Dalam keadaan terburuk, 40% bayi bisa terinfeksi dari ibunya yang positif HIV. Risiko penularan dari ibu-ke-bayi adalah lebih
Pelayanan PMTCT gratis bisa didapatkan di: RSUP Sanglah, Denpasar, RSUD Buleleng. Hubungi Komisi Penanggulangan AIDS di masing-masing kabupaten
ceria: Keceriaan masa kanakkanak tidak perlu hilang oleh ancaman HIV.
terbanyak adalah anak muda usia produktif atau sekitar 80% adalah 20-39 tahun. Sementara yang berusia anak-anak lebih 200 orang. Dari asal kabupaten, ODHA kebanyakan tinggal di Denpasar sebanyak
Oktober - Desember 2011
| 27
laporan khusus
laporan khusus Tapi kegiatan itu hanya bisa dilangsungkan di saat musim hujan yang di kawasan itu hanya berlangsung antara bulan Nopember- Januari. Sritila menyebut, menjadi pengemis baru setelah menikah dengan suaminya yang berasal dari Muntigunung. Ia yang menikah di usia 15 tahun dan telah memiliki 5 anak lalu berhenti setelah mendapat
pemberdayaan: Kemampuan masyarakat memberdayakan dirinya akan melepaskan jerat kemiskinan.
Mengangkat Perempuan Munti Gunung Kaum perempuan di Muntigunung diberdayakan dengan berbagai ketrampilan. Agar mereka tidak menggelandang dan mengemis lagi. Penulis: Rofiqi Hasan
P
uluhan perempuan asyik berkutat dengan buah labu. Kulitnya yang telah mengering kini diukir dengan berbagai motif. Sebagian sekedar mengamplasnya agar semakin halus, ada juga yang mengecatnya dengan aneka warna. Hasilnya adalah sebuah hiasan cantik yang bisa dipasang untuk memperindah ruangan atau dipajang di meja tamu. Begitulah kegiatan di kelompok Kulkul 1, dusun
28 |
Muntigunung, Tianyar, Karangasem Bali sekitar 140 km dari Denpasar. Sepintas seperti tempat pembuatan kerajinan biasa. Yang istimewa adalah, sebagian besar dari perempuan itu adalah bekas pengemis yang menggelandang ke Ubud, Denpasar dan Kuta serta kawasan-kawasan wisata lainnya di Bali. “Tentu saja lebih enak bekerja disini,” kata Ne ngah Sritila, 25. Di tempat itu, dia bisa berkumpul
Oktober - Desember 2011
dengan anak-anak dan tidak perlu meninggalkan mereka berhari-hari. Penghasilannya memang lebih kecil bila dibandingkan saat masih di jalanan. Tapi saat itu, dia harus relah makan dan tidur sembarangan di jalanjalan. Pekerjaan mengemis sendiri terpaksa dilakoni untuk menyambung kehidupan keluarganya. Sebab suaminya hanya buruh tani yang bekerja mencari rumput dan menanam jagung.
kaligus bekerja. “Paling tidak anak-anak saya ja ngan sampai mengikuti jalan saya dulu,” harapnya. Meskipun miskin, dengan suami yang hanya buruh tani, dia berharap suatu hari akan terjadi perubahan yang lebih baik bagi perempuan seperti dia. Sementara itu Ketut Seniarsa, 30, dari kelompok Cangkeng menyebut, mengemis terpaksa dilaku-
Setiap hari, setiap keluarga harus berjalan kaki 3-4 jam untuk mengambil air di Danau Kintamani yang berada di balik bukit. pekerjaan di shelter itu dengan upah 20 ribu perhari. “Kerjanya hanya 6 jam saja,” ujarnya. Lain lagi kisah Ketut Nugampil, 33. Ia menjadi gelandangan sejak masih berusia 7 tahun. ”Diajak meme dan keterusan sampai besar,” ujarnya. Pekerjaan itu memberinya pengalaman pahit seperti diusir oleh pedagang pasar hingga digaruk Tramtib. “Rasanya mau menangis kalu ingat jaman dulu,” ujarnya. Karena menggelandang itu, dia sama-sekali tak pernah mengenyam bangku sekolah dan buta huruf hingga kini . Namun kini dia giat belajar mengasah ketrampilan se-
kan juga karena tidak ada pekerjaan yang membolehkan dia membawa anak nya yang masih kecil. Padaal setelah menikah , dia sebenarnya ingin berhenti. “Kalau mengemis, anak yang masih balita bisa dibawa kemana-mana,” ujarnya yang biasa mangkal di kawasan Ubud. Dia yang sudah mengemis sejak kanak-kanak biasanya berjalan bergerombol dengan2-3 ibu lainnya. Mereka akan pulang, pada hari Sabtu dan Minggu untuk berkumpul dengan keluarga sambil membawa beras. “Suami merestui karena penghasilannya tidak mencukupi,” ujarnya. Pengalaman paling pahit adalah saat suatu kali
dipulangkan oleh Tramtib ke dusunnya. Padahal baru saja turun gunung dan belum mendapat uang sedikit pun. “Tapi saya tetap balik lagi,” ujarnya yang bertekat agar anaknya tidak memiliki pengalaman seperti dirinya. Kini dia bekerja di kelompok yang khusus menekuni kerajinan anyaman daun lontar untuk dijadikan topi, tas dan aneka souvenir itu. “Disini saya merasa lebih dihargai,” ujarnya. ***** Warga Muntigunung kini memang giat berbenah diri. Yakni untuk menghapus citra sebagai desa penghasil pengemis di Bali. Geliat itu terasa sejak dibangunnya sejumlah shelter yang menggabungkan pertemuan dan sebuah bak penampungan air berukuran 7x8 meter dan ketinggian 3 meter. Bak bisa menampung air sekitar 168 m3 yang mencukupi kebutuhan para anggota kelompok perhitungan rata-rata kebutuhan 25 liter/Jiwa/hari. “Dulu waktu dan tenaga kami habis untuk mencari air,” kata Nyoman Seniarsa, 36, tokoh di kelompok Cangkeng. Setiap hari, setiap keluarga harus berjalan kaki 3-4 jam untuk
Oktober - Desember 2011
| 29
laporan khusus mengambil air di Danau Kintamani yang berada di balik bukit. Setiap perempuan bisa membawa 20 liter dan para pria bisa mencapai 40 liter. “Kalau membeli kami tak mampu,” ujarnya. Penghasilan mereka memang tidak seberapa karena hanya berharap dari hasil ladang yang hanya bisa ditanami di musim
laporan khusus Alasan itu lalu membuat Elber nekat berkunjung ke kawasan yang kering dan berbukit-bukit itu. “Ternyata dia berhasil menemukan pengemis yang dipotretnya di Ubud,” kata Anton Soe jarwo dari Yayasan Dian Desa yang kini menangani program pemberdayaan di Muntigunung. Dari kejadian pada 2004 itu, Elber yang sebelumnya
Rosella biasanya ditanam saat musim hujan dan kemudian diolah menjadi teh, manisan dan sirup. hujan. Ada pula pemasukan dari tanaman mete dan pohon lontar. Tapi tetap tidak memenuhi kebutuhan mereka. Ujung-ujungnya, wanita dan anak-anak pun dikerahkan untuk mencari tambahan. Kehadiran shelter yang memberi harapan baru bagi mereka juga berawal dari cerita tentang pengemis. Tepatnya ketika seorang warga Swiss Daniel Elber yang tinggal di Ubud terkejut-kejut saat bertemu dengan para pengemis. Dia terpana karena tidak pernah membayangkan kehidupan semacam itu ada di Bali yang dipilihnya sebagai tempat menikmati masa pensiun. Lebih dah syat lagi karena mereka semua mengaku berasal dari Muntigunung.
30 |
adalah petinggi di Union Bank of Swiss (UBS) lalu mengumpulkan dana di negaranya dari berbagai kalangan. Dia juga mendirikan Yayasan Masa depan untuk Anak Anak untuk mencarikan dana. Pada tahun 2005, dia meng kontak Anton yang yayasannya sudah memiliki reputasi dalam menanga ni masalah kekeringan di Nusa Tenggara Timur. Anton tak mau langsung menerima tawaran itu. Pihaknya kemudian melakukan assessment untuk mengetahui persisnya kondisi di Muntigunung dan cara yang tepat untuk mengatasinya. Kesimpulan utamannya adalah, masalah air harus dipecahkan sebelum dilakukan usaha lain untuk meningkatkan
Oktober - Desember 2011
ekonomi mereka. Realisasinya, pada tahun 2007 dibangunlah 1 bak penampungan air sebagai percontohan. Dalam upaya itu, Anton berpegang pada prinsip, hanya membantu yang mau dibantu. “Kita mencoba untuk memberikan arah pada kegigihan mereka untuk bertahan hidup. Ini menjadi modal mereka satu-satunya yang selama ini diwujudkan dengan pengemis,” ujarnya. Pihaknya menawarkan cara yang lebih baik dengan memberdayakan diri mereka sendiri. Sampai saat ini, sudah ada 11 shelter yang dibangun dan menjadi pusat pelatihan. Masing-masing shelter mewakili 1 kelompok yang beranggota 30- 35 KK. Adapun di Muntigunung terdapat 34 kelompok. “Kita pakai sis tim undi untuk menentukan siap yang akan mendapat duluan,” jelasnya. Selain labu dan anyaman lontar, andalan lainnya adalah pengolahan rosella, jambu mete dan palm sugar. Rosella biasanya ditanam saat musim hujan dan kemudian diolah menjadi teh, manisan dan sirup. Adapun jambu mete diolah sebagai makanan kecil dengan kualitas nomor satu yang dipasarkan
di hotel-hotel. Anton menjelaskan, pihaknya berusaha memikirkan masa depan program ini. “Karena itu kita pikirkan marketingnya,” ujarnya. Pihaknya juga membantu dalam melakukan promosi, membangun jaringan dan pemenuhan standar kualitas dan pelayanan. Untuk pengolahan mete misalnya, pengeri ngannya dilakukan setelah mete dibumbui dengan menggunakan fasilitas olar dryer di ruangan sehingga lebih matang dan bersih. Menurut petugas lapa ngan Dian Desa Arie Wibowo, awalnya tidak mudah merubah perilaku warga. Bahkan, ibu-ibu yang sudah bekerja sebagian masih mengemis di jalanan. “Alasannya, penghasilan belum cukup,” katanya. Akhirnya
dibuatlah peraturan bahwa yang sudah bergabung ke kelompok dilarang me ngemis dan bila melanggar akan dikeluarkan dari kelompok. Pihaknya sendiri tidak memaksakan diri dalam pelaksanaan program. Misalnya, untuk pembagian bibit rosella hanya akan ditawarkan kepada yang mau memeliharanya. “Yang tidak mau ya tidak masalah,” ujarnya. Begitu pun untuk, pembelian mete, pihaknya hanya membeli mete pada petani yang mau memenuhi syarat kualitas. Arie menyebut di lapa ngan sering terjadi masalah, karena informasi yang kurang jelas diterima warga. Ada pula pihak yang memprovokasi karena belum paham. “Misalnya, kita pernah diidukan men-
dapat keuntungan besar dari program ini,” ujarnya. Namun semua isu tersebut ditepis dengan bukti yang nyata. **** Program yang di Muntigunung pun telah makin berkembang khususnya setelah Elber dapat membuka jalinan kerjasama dengan Bali Hotel Association (BHA). Direktur Eksekutif Bali Hotel Association, Djinaldi Gosana menyebut, peran mereka adalah menghubungkan program di Muntigunung dengan kalangan perhotelan. BHA sendiir memiliki 105 anggota terdiri dari hotel berbintang 3-5 di Bali. “Kita mendukung semua hal yang bermanfaat bagi pengembangan Bali
inovasi: Berbagai inovasi perlu dilakukan untuk membantu masyarakat lebih berdaya.
Oktober - Desember 2011
| 31
laporan khusus sebagai destinasi wisata yang baik,” ujarnya mengenai alasan menerima kerjasama itu . Soal kemiskinan juga menjadi perhatian karena merupakan masalah sosial. “Seperti adanya gelandangan dan pengemis jelas bisa merusak citra Bali,” ujarnya. Untuk produknya yang diserap adalah mete yang diolah menjadi snack dan cukup disenangani oleh para tamu misalnya ketika mereka sedang di bar, kolam renang.”Kita sedang
profil bantuan uang tapi bagaimana pemberdayaan mereka agar bisa hidup dalam jangka panjang,” jelas Gosana. Adapun program yang mulai digemari adalah program tracking yang mengambil start di Kintamani dan finish di Muntigunung. “Kami membuat brosur yang menjelaskan adanya program tracking dan ditawarkan oleh front office hotel kepada para tamu,” jelasnya. Dalam brosur disebutkan, program yang
kreatif: Meningkatnya kreatifitas akan mendorong kemandirian ekonomi.
usahakan untuk membantu pengembangan rosella sebagai bahan untuk spa,” ujarnya. Mereka juga sedang mempelajari untuk mengembangkan kerajinan anyaman guna pembuatan hammock (tempat tidur gantung). “Yang kita pegang dalam pemberian bantuan adalah tidak memberikan
32 |
menarik karena merupakan bagian dari upaya pemberdayaan sehingga memberi pengalaman yang berbeda bagi para tamu. Data di Dian Desa, sejak dibuka 2 tahun lalu, jumlah tamu sudah mencapai lebih dari 1000 orang. Untuk satu tamu yang mengikuti program ini harus membayar 85 dolar. Dari jum-
Oktober - Desember 2011
lah itu, ibu yang jadi guide bisa terima sekitar 200 ribu lalu 75 ribu untuk dibawa pulang , 75 ribu untuk simpanan dan 50 ribu untuk desa. Menurut salah-satu tamu yang mengikuti trac king Lyn Tailors, pengalaman mengikuti tracking ini sangat menyenangkan. “Sebab bisa melihat danau, gunung berapi dan pemandangan perbukitan,” ujarnya. Interaksi dengan warga Bali yang berada dalam kemiskinan juga member pengalaman yang berbeda. “Kami melihat sisi yang berbeda dari Bali dan itu penting bagi kami,” ujar wanita asal Australia itu. Dia percaya, jalur tracking yang dibuka sendiri oleh Elber itu akan diminati oleh turis bila dilakukan promosi secara tepat. Ia sendiri melihatnya di website milik Elber dan langsung tertarik. Usai menjalani trac king, para tamu akan diajak bertemu dengan masing-masing kelompok dan kegiatannya. Mereka pun bisa langsung membeli kerajinan yang diminati. Sementara itu di kantor Dian Desa, mereka bisa membeli hasil olahan Rosella dan mete. “Semua hasil penjualan digunakan untuk pemberdayaan,” sebut Arie.
Iluh Purnaminingsih
Srikandi Penangkal AIDS Nama Iluh Purnaminingsih di kalangan DPRD Karangasem sudah tidak asing lagi. Suaranya yang lantang turut mewarnai aktivitas Komisi D, komisi yang menyertakan dirinya sebagai anggota di dalamnya.
S
osoknya ramah. Dengan postur tubuh yang terbilang cukup subur, perempuan kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 33 tahun lalu ini kerap menyuarakan berbagai aspirasi warga Karangasem. Dialah srikandi dari Partai Hanura. Sebagai seorang perempuan, Purnami tidak melulu menyuarakan nasib perempuan di era masa kini. Warga asal Kecamatan Abang, Karangasem ini terlihat makin aktif dalam perumusan Perda HIV AIDS untuk Kabupaten Karangasem. ”Angka ODHA sekarang ini makin tinggi loh,” ujar dia siang itu di gedung DPRD Karangasem. Pernyataan tersebut memang tidak salah. Merujuk pada data KPA Bali, jumlah ODHA (orang dengan HIV AIDS) memang selalu meningkat tiap tahunnya. Di pengujung Maret lalu, jumlah ODHA telah mencapai angka 4.460 Oktober - Desember 2011
| 33
profil
profil
orang. Jumlah ini hanya setengah dari ODHA yang mau mengakui dirinya mengidap penyakit yang belum ada penangkalnya. Dan menurut KPA sendiri, paling tidak masih ada 3.000 ODHA terselubung. Alias ODHA yang belum mau mengakui keberadaannya, sehingga luput dari pendataan. Meski kasus terbesar terjadi di Kota Denpasar, fenomena gunung es juga membuat Purnamin khawatir. Bagaimana tidak, Karangasem yang masih sangat tertinggal kini berada di urutan tiga terbawah dari seluruh Kabupaten/ Kota di Bali. ”Tidak boleh dianggap remeh, meski Karangasem tidak terbesar,” lanjut pemilik hobi travelling dan makan ini. Dan masih merunut data KPA Bali, jumlah ODHA di Karangasem sudah sampai pada angka 114. Inilah salah satu yang membakar api semangat Purnami. Dia begitu terenyuh melihat kenyataan yang berlangsung di tengah masyarakatnya. Karangasem yang sangat tertinggal dalam kesejahteraan warganya, juga didera kesenjangan pendidikan. Ditambah belum adanya Perda HIV untuk melindungi dan menanggulangi
34 |
penyebaran penyakit ini, menjadikan Karangasem makin terpuruk. Dan alasan lain yang membuat dia turut mendobrak lahirnya Perda HIV AIDS di Karangasem adalah perasaan malu. Malu bahwa Karangasem menjadi salah satu dari empat kabupaten yang hingga kini belum berhasil melahirkan Perda HIV.
Dana agar diusulkan sebagai perda inisiatif ramuan wakil rakyat. Namun Dana kemudian menjelaskan, bahwa perda ini sebenarnya sudah pernah diajukan pada masa jabatan DPRD sebelumnya. Karena mendapat penolakan dari cukup besar anggota, usulan tersebut kandas begitu saja. ”Adalah yang kontra, tidak per-
Meski kasus terbesar terjadi di Kota Denpasar, fenomena gunung es juga membuat Purnamin khawatir. Bagaimana tidak, Karangasem yang masih sangat tertinggal kini berada di urutan tiga terbawah dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali. Hal tersebut diketahui nya saat mengikuti inter aktif di RRI beberapa waktu lalu. Berbekal dari informasi itu, istri I Gede Suta SW ini langsung menemui Wakil Bupati Karangasem I Made Sukarena yang kini juga menjadi Ketua KPA Karangasem. Langkah itu tampak nya cukup berhasil. Karena menurut informasi terakhir yang didapatnya, Perda itu tengah berada di Bagian Hukum Pemkab Karangasem. Purnami juga sempat mengajukan ke Ketua DPRD Karangasem I Gede
Oktober - Desember 2011
lu disebut namanya. Bagi mereka (pihak kontra) ini masih tabu. Padahal, di masyarakat ini sudah menjadi fenomena gunung es. Yang terlihat hanya sedikit daripada yang terjadi sesungguhnya,” jelas Sarjana Pendidikan ini. Banyak wakil rakyat yang kontra dengan lahirnya perda ini, menurutnya, karena mereka tidak tahu yang terjadi sesungguhnya di masyarakat. Yang meng akibatkan, anggapan tentang perlunya Perda HIV dianggap masih di anganangan. Jika Perda HIV ini benar-benar disahkan, akan
banyak sekali manfaatnya. Tidak saja bagi ODHA, tapi juga bagi bukan pe ngidap HIV AIDS. Karena banyak hal yang hendak diatur. Mulai dari jenisjenis kegiatan yang akan ditempuh untuk penanggulangan HIV AIDS sejak dini, lembaga mana saja yang membidangi, bagaimana partisipasi masyarakat, termasuk dari mana asal pembiayaan. Dan tak kalah penting, layaknya perda pada umumnya, akan terkandung juga ketentuan sanksi yang dikenakan bagi para pelanggar. ”Termasuk ketentuan penyidikan dan pidana, diatur juga di perda itu,” ucap perempuan yang aktif juga dalam hal kemis kinan dan pendidikan. Keyakinan Purnami akan pentingnya Perda HIV di Karangasem juga membuatnya mengambil sejumlah strategi untuk mendapat dukungan. Salah satunya dengan menyelenggarakan sosialisasi di hadapan masyarakat luas. ”Saya coba memberi pemahaman pada masyarakat tentang virus dan bahaya HIV AIDS, baik secara langsung atau pun melalui media. Workshop, brosur, dan lainnya. Yang penting bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang HIV AIDS ini,” papar ibu
tiga anak ini. Dalam sosialisasi itu, Purnami mengaku tidak hanya konsen pada bagaimana mencegah agar tidak tertular. Lebih dari itu, dia juga kerap menyuarakan agar para wanita kerap memeriksakan kesehatan kewanitaannya. ”Saya selalu sarankan kepada ibu-ibu dan perempuan, agar memeriksakan diri sebagai upaya pencegahan dini,” ujarnya
bersemangat. Dia mengaku tidak akan pernah lelah dan patah semangat untuk mengkampanyekan jenis perda ini. Namun begitu, dia juga berharap menuai dukungan dan kerjasama dari pihak manapun. ”Saya perlu motivasi dan kerjasama untuk mewujudkan perda ini,” pungkas perempuan yang bercita-cita memperjuang kan nasib hidup oranng banyak ini.
Biodata Nama
: Iluh Purnaminingsih, SPd
Tempat/Tgl Lahir
: Banyuwangi, 17 September 1978
Alamat
: Jl Sudirman gg Sandat No.19 Amlapura Bali
Telp/Hp
: Rumah/Kantor 0363-23517 / 0363 -23243
HP 081337107332 - 081916297620 Nama Suami
: I Gede Suta Satriya Wijaya
Tempat/Tgl Lahir
: Kubu, 2 Agustus 1970
Pekerjaan
: Swasta
Anak
: 1. Ni Putu Theorosa UNW (P) 11 th
2. I Made Yogistamaha WW (L) 8 th 3. Ni Ketut Maya Pradnya PNW (P) 5 th Email
:
[email protected]
Pendidikan Terakhir : Jurusan/Fakultas :Pendidikan agama hindu Sekolah/Univ
: STKIP Amlapura
Lulus Tahun
: 2010
Hobby
: makan, jalan-jalan, organisasi
Pengalaman Kerja
: Sekretaris CV Runi Sejahtera th 1992
Manager Restaurant Gede –Amed th 1999
Oktober - Desember 2011
| 35
dialog
dialog
Menggalang Kekuatan Perempuan di Parlemen Parlemen adalah salah-satu institusi penting dalam proses pengelolaan kehidupan bernegara. Melalui lembaga ini, seluruh aspirasi rakyat dimuarakan dan dikawal pelaksanaannya. Bukan hal yang aneh bila di lembaga ini pula kiprah politisi perempuan akan menentukan masa depan kaumnya.
T
erkait dengan hal itu, pada 16 Nopember lalu, Gusti Kanjeng Ratu Hemas sebagai Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Dewan Perwakilan Daerah (KPP DPD) bertemu dengan para aktivis perempuan Bali serta para politisi perempuannya. Pertemuan di Gedung DPRD Bali berlangsung meriah dan penuh makna. Berikut adalah dialog yang berkembang dalam fotum tersebut :
Hairiyah (Aktivis KPPI) Sejak didirikannya KPPI (Kaukus Perempuan Politik Indonesia), gerakan ini telah menjadi gerakan masyarakat sipil dan politik yang menyatu dan efektif dalam menyiasati kurangnya keterwakilan perempuan di parlemen (kurang dari 30 %). Implikasi dari gerakan ini sangat dirasakan
36 |
seperti: dalam Perjuangan dalam Menggolkan UU PKDRT, UU Traficking (TPPO), UU Kewarganegaraan (dalam perkawinan campur) dll. KPP perlu dibentuk, dengan belajar dari parlemen perempuan dari negara lain.
karean lemahnya aturan bahwa keterwakilan perempuan 30 % bukan suatu keharusan. Kemudian adanya keberanian dan komitmen partai untuk memberi kesempatan perempuan dengan menyusun nomor urut secara zigzag (kalau Sumiati tidak dengan suara ter(DPRD Bali) banyak saya tidak mung Saya akan sharing bah- kin terpilih karena nomor wa beratnya perjuangan urut saya 3). perempuan ketika masuk Sistem adat di Bali di ranah politik. Saya be- yang sangat patriarkhi, dirasal dari aktifis perem- mana perempuan belum puan dan mantan anggota sepenuhnya mengetahui KPUD. Secara ringkas hak dan kewajiban juga saya ingin menyampaikan menghambat kita. Peremtantangan (khususnya Bagi puan jika sudah memilih perempuan di Bali). Yakni, berpolitik dia harus komitAturan Pemilu yang tidak men dan berani menerobos tegas/revisi UU Pemilu budaya tentunya dengan No.10/2008 (karena le- batas tertentu. mahnya sanksi), masuknya Ibu Utami perempuan di struktur par (DPRD Bali) tai sangat sulit padahal Saya hanya ingin meini harus dilakukan jika nambahkan sedikit. Bahperempuan ingin eksis di wa ketika perempuan supolitik. Hal ini disebabkan dah di struktur inti partai
Oktober - Desember 2011
pun tidak mudah berjuang untuk mendapatkan nomor urut kecil ketika masuk dalam daftar Caleg Peserta Pemilu. Tutik Kusumawardhani (DPRD Bali) Memang tidak mudah perempuan masuk di ranah politik (khususnya di parlemen) kebetulan kami dari dapil yang berbeda. Tetapi mayoritas permasalahannya sama. Yang berbeda adalah investasi politik saya (10 tahun saya bergabung di Rotary sebagai
Bappeda dalam gender budgeting. Adanya Perda yang menjamin keterlibatan perempuan dalam musrembang, mungkin ini belum ada di daerah lain. Berikutnya saya mengharap dengan duku ngan kami dari KPP DPD Pusat untuk membentu KPP Daerah maka kita dapat menyatukan lagi ke inginan/kebutuhan perempuan dengan menyalurkan dari daerah ke pusat. Ratu Hemas (Ketua KPP DPD Pusat)
Keterwakilan perempuan melalui jalur independent (DPD RI) mencapai 26 %.ini menunjukkan bahwa perempuan juga mempunyai potensi yang luar biasa Luh Riniti (Bali Sruti) Kami sangat mendukung terbentuknya KPP Daerah ini, karena di Bali keterwakilan perempuan di Bali sangat rendah. Dengan adanya wadah ini diharapkan dapat menyatukan aspirasi perempuan
Dengan terbentuk KPP ini, kami dari LSM pendukung juga akan lebih mudah menyampaikan aspirasi khususnya yang berkaitan dengan perempuan sehingga keadilan gender bisa diwujudkan. pekerja social) ini yang lebih banyak membantu saya pencalegan di 2009 Norman Bantilan (DPD RI dapil Sulteng) Kondisi di Sulteng mungkin agak berbeda dengan di Bali. Pasca Kasus Poso banyak NGO yang muncul, dari sekita 90 an menjadi sekitar 400 NGO disana. Hal ini sangat membantu gerakan perempuan dengan menyatukan mereka untuk mendukung, sehingga ini mepermudah kami yang di parlemen. Sebagai contoh di Sulteng ada MOU antara LSM dengan
Tujuan dibentuknya KPP khususnya di daerah ini adalah : agar ada komunikasi antara daerah dan pusat. Sehingga kebutuhan daerah bisa diperjuangkan di pusat. Selain itu dengan terbentuknya KPP Daerah maka pusat dapat terus meng up date kebutuhan daerah. Sudah dijelaskan tadi bahwa tidak mudah bagi perempuan mendapatkan posisi untuk itu kami berharap jika masuk di parlemen melalui jalur politik maka perempuan harus pandai mencari jabatan strategis di partai.
baik di kabupaten maupun propinsi. Karena kalau kita lihat selama ini teman Aleg perempuan lebih banyak jalan sendiri-sendiriDengan terbentuk KPP ini, kami dari LSM pendukung juga akan lebih mudah menyampaikan aspirasi khususnya yang berkaitan dengan perempuan sehingga keadilan gender bisa diwujudkan. Mudani ( Bali Sruti) Saya Belem melihat kesediaan dari para Aleg untuk mendukung pembentukan KPP. Masih perlu
Oktober - Desember 2011
| 37
dialog
dialog
bersatu: Perempuan di parlemen harus menjalin koalisi dan meraih dukungan dari aktivis di luar parlemen.
komitmen yang kuat dari teman-teman Aleg ..Karena kami yang ada di luar hanya bisa mendorong dan mensupport terbentuknya wadah ini.
inginmenanyakan kiat-kiat ibu ketika sudah duduk di DPD dalam membangun jaringan agar tetap bisa eksis dan agar bisa dipilih kembali.
Sri Wigunawati (Golkar) Saya apresiasi dengan pertemuan ini, saya berharap dengan terbentuknya KPP daerah tidak hanya sekedar menjadi wadah saja tetapi ke depan bisa menunjukkan kiprahnya. Ke depan KPP ini bisa mendorong/mensupport perempuan yang ingin mencalonkan diri
Budawati (LBH APIK) Saya pesimis dengan wadah KPP ini, karena selama ini jika ada pertemuan yang terlibat adalah orangorang ini saja. Tetapi memang tidak ada salahnya kita upayakan tidak seperti ini (wadah ini benar-benar diberdayakan) Gung Kartika ( Demokrat) Perempuan di Bali sa ngat hebat karena secara ekonomi mereka sangat mandiri. Tetapi seperti
Putu Anggreni (Mitra Kasih) Mungkin saya
38 |
lebih
Oktober - Desember 2011
yang sudah disampaikan, UU juga kurang mendukung perempuan. Saya berharap dari KPP Pusat, kedepan juga ikut mengawal UU Pemilu itu ketika diajukan ke MK untuk judicial review. Sehingga produk yang dihasilkan tidak jauh dari harapan. Jawaban : Hairiyah Sejak tahun 1992 saya sudah memunculkan isuisu perempuan di daerah saya, dengan modal yang sangat minim saya melakukan pemetaan dan meng ungkap isu-isu yang menonjol di daerah tersebut. Sehingga masyarakat lebih mudah mengenal saya dan saya terpilih.
Norma Bantilin : Saya akan menjawab pertanyaan bu Anggraeni, bahwa saya terpilih menjadi anggota DPD 2 periode karena saya memang betul2 menjaga dan merawat jeringan. Di sulteng begitu banyaknnya NGO/LSM dengan spesialisasi yang berbeda (LSM Perempuan, LSM HAM, LSM Hukum dll) Saya berusaha mempertemukan/memfasilitasi mereka minimal 4 bulan sekali agar bisa saling berinteraksi dan saya lebih mudah mendapatkan masukan/data Ratu Hemas : Sebenarnya saya tidak tertarik dengan politik sehingga saya memilih jalar independen. Karena aktifitas saya di masyarakat juga sangat banyak seperti pengentasan buta aksara,
PKK dll). Setelah satu periode terpilih, pada pencalonan kedua saya juga mengumpulkan caleg-caleg perempuan untuk bersatu dalam perjuangan dengan membangun jeringan de ngan dukungan LSM Komitmen dalam Pembentukan KPP Daerah Purnami ( DPRD Karangasem) Saya sangat setuju dan mendukung terbentuk nya KPP Daerah, karena dari awal sebelum dilantik menjadi Aleg saya sangat ingin ada wadah yang bisa mengumpulkan para aleg perempuan. Karena kami menyadari kami aleg yang dari daerah perlu wawasan yang lebih, sehingga wadah ini (KPP Daerah) bisa menjadi tempat sharing Tutik Kusumawardhani
(DPRD Bali) Saya sangat setuju terbentuknya KPP daerah, tetapi saya menyadari kesibukan dan tidak padunya waktu antara teman-teman di kabupaten dan propinsi (seperti Sekarang ini) sehingga saya kuatir ke depan akan kesulitan meng aktifkan organisasi ini Ibu Utami (DPRD Bali) Mendukung sekali walaupun memang tidak mudah, tetapi untuk kepentingan bersama wadah ini memang harus terbentuk. Sumiati (DPRD Bali) Sangat siap dan mohon bantuan dan dukungannya terutama untuk data Aleg Perempuan se Bali, dan juga support teman-teman LSM. *** penegakan hukum: Lembaga peradilan harus ikut mencegah kekerasan terhadap perempuan.
Oktober - Desember 2011
| 39
resensi buku
Lewat Tembang Menjaga Jiwa Judul buku : Cecangkriman , Tembang Penjaga Jiwa Raga Penulis : Mari Nabhesima Penerbit : Buku Arti Penterjemah : Yoko Nomura
40 |
Oktober - Desember 2011
resensi buku
C
ecangkriman adalah sebentuk tembang Bali yang dikenal sebagai lantunan ninabobo. Lagu-lagunya sederhana, seperti terlihat dalam tembang “Pucung”, dan di dalamnya terkandung teka-teki dengan berbagai gaya. Kendati disusun dalam bentuk sederhana, cecangkriman berunsurkan buana alit (mikrokosmos) dan buana agung (makrokosmos). Selain itu, cecangkriman memiliki kandungan sastra yang penuh dengan logika, etika, dan estetika, yang dalam sastra Bali disebut siwam, satyam, dan sundaram. “Pelantunan cecangkriman memiliki aspek magis dan kekuatan gaib,” kata Prof. Dr. I Made Bandem, yang member komentar dalam buku ini. Tembang ini dilantunkan turun-temurun oleh orang Bali, terutama untuk melindungi bayi dan anak-anak dari ancaman jahat kekuatan gaib. Mari Nabeshima mencermati suara dan ucapan tembang ini, yang berperan sebagai jimat serta kekuatan berkomunikasi kepada keberadaan supernatural, seperti dewa dan roh jahat. Nyanyian cecangkriman dinyanyikan untuk upacara manusa yadnya, khususnya dalam upacara untuk bayi mulai lahir sampai me
nyambut otonan pertama, saat bayi berumur 210 hari. Misalnya, keluarga Kerajaan Karangasem selalu melagukan sebuah kidung sejenis cecangkriman yang disebut kidung “Rumaksa ing Wengi” (Pelindung di Malam Hari). Contoh lain adalah cecangkriman yang dimulai dengan kata “bibi anu” dilantunkan pada upacara otonan pertama bagi bayi-bayi di Desa Sidemen, Karangasem.
beshima saat ia menempuh pendidikan S3 di Jurusan Musikologi Tokyo University of Arts. Buku ini merupakan penyusunan kembali sebuah bab dalam disertasi tersebut, yakni bab yang membahas cecangkriman. “Penelitian ini pun sangat langka karena biasanya orang lebih tertarik pada instrumen gamelan,” kata Bandem, yang pernah menjabat sebagai Rektor STSI Denpasar dan ISI
Muncul dugaan bahwa cecangkriman merupakan sebuah ruang perlindungan berlatar belakang sehari-hari, sebagai pintu masuk ke dunia lain atau sebagai ritual di dalam pribadi manusia, yang berbeda dengan ruang ritual yang dipamerkan oleh otoritas agama dan adat oleh para pendeta. Selain dalam konteks ritual, cecangkriman dilantunkan untuk melindungi jiwa raga manusia dari berbagai kekuatan berbahaya yang dapat menyerangnya. Di situ muncul dugaan bahwa cecangkriman merupakan sebuah ruang perlindungan berlatar belakang seharihari, sebagai pintu masuk ke dunia lain atau sebagai ritual di dalam pribadi manusia, yang berbeda dengan ruang ritual yang dipamerkan oleh otoritas agama dan adat oleh para pendeta. Buku itu tersusun sebagian dari disertasi Mari Na-
Yogyakarta. Mari Nabhesima lahir di Saga, Jepang, 29 Mei 1972. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Bali. Mari datang ke Bali karena memperoleh beasiswa dari Pemerintah Jepang untuk meneruskan studi S2. Dalam waktu bersamaan dia mendapat beasiswa dari Pemerintah Indonesia, tapi ia memilih mengambil beasiswa dari Jepang. Dengan sokongan beasiswa tersebut, di Bali, Mari meneliti musik dan olah vokal. Rofiqi Hasan
Oktober - Desember 2011
| 41
album
album
Aktivis Perempuan Ikuti TOT Gender dan MDGs
G
una mewujudkan partisipasi perempuan di Provinsi Bali dalam pencapaian MDGs, diperlukan sumber daya perempuan yang mampu angkat bicara serta ikut terlibat dalam mengadvoaksi program-program pro perempuan. Karena itu, LSM Bali Sruti yang didukung oleh Kemitraan, Oktober lalu mengadakan pelatihan bagi perempuan CSO dari kalangan LSM, Perguruan Tinggi, dan media. “Kami ingin membekali perempuan dengan pemahaman gender dan MDGs, kemampuan membangun jaringan kelompok dan melakukan advokasi isuisu penting,” kata Direktur Bali Sruti Luh Riniti.
42 |
Nara sumber dalam pelatihan antara lain adalah Prof. Dr. Tjok Istri Putra Astiti, SH.,MS (Pakar Gender Universitas Udayana), Dra. Wayan Trisningsih, Msi ( Kepala Litbang Bappeda Provinsi Bali), Ir. Anny Pratiwi, M.Pd. (Widyaiswara pada Badan Diklat Provinsi Bali), dan Dra. Sita Thamar van Bemmelen, MA. (Konsultan Gender). Peserta dari pelatihan adalah perempuan yang aktif dari berbagai organisasi baik dari LSM, perguruan tinggi maupun Media yang nantinya mampu mengadvokasi maupun memberi dukungan kepada perempuan parpol serta para calon legislatif pada pemilu 2014, dengan jum
Oktober - Desember 2011
lah peserta sebanyak 20 orang Acara ini juga merupakan upaya percepatan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) yang ditargetkan pada tahun 2015 dan sudah menjadi komitmen Pemerintah Indonesia. Secara spesifik program ini akan memberikan penguatan kapasitas dan pengembangan jaringan anggota legislatif perempuan sehingga mampu memberikan gagasan dan sumbangan pemikiran untuk program-program tanggap MDGs maupun mempelopori lahirnya kebijakan-kebijakan yang mendukung pencapaian MDGs sesuai dengan problematika daerah masingmasing. (Ist)
bankir: Kalangan bankir ikut prihatin terhadap masalah HIV.
Bankir Pun Peduli HIV
A
ncaman penularan HIV di Bali mengundang keprihatinan kalangan bankir di Bali. Secara khusus mereka mengundang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali di gedung Bank Indonesia (BI) Denpasar untuk memaparkan masalah tersebut. Kegiatan pada akhir Oktober lalu tersebut, menandai gerakan “Bankir Peduli HIV”. “Kami sa ngat terkejut dengan kondisi HIV. Karena itu saya mengajak kalangan perbankan di Bali untuk ikut peduli,” ujarnya Pimpinan BI Denpasar Jeffrey Kairupan. Mengenai langkah kongkritnya, pihaknya akan mencari cara untuk mengkaitkannya dengan program Coorporate So-
cial Responsibility (CSR). Acara itu juga dikaitkan dengan kegiatan “Bankers Go Surf” dimana para bankers diajak untuk menjajal bermain surfing . Sementara itu Sekretaris KPA Made Suprapta menyatakan, keinginan untuk menciptakan lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Bali guna menghadang laju penularan sampai saat ini belum bisa terwujud. Karena itu, Komisi Penanggula ngan AIDS Bali memilih bekerjasama dengan para mucikari untuk menekan penularan virus HIV. “Lokalisasi lebih efektif tapi masih terbentur ada nya Perda anti pelacuran,” katanya.Dengan lokalisasi, tegas dia, pengawasan ketat bisa dilakukan kepada
pihak-pihak yang bertransaksi baik dalam langkah pencegahan maupun control penularan. Pembinaan pun akan lebih terfokus sehingga pemantauaan bisa lebih mudah dilakukan. “Sekarang ini masih menyebar dimana-mana,” kata Suprapta. Sebagai bentuk winwin solution, KPA Bali mendekati kalangan mucikari agar mau memastikan penggunaan kondom pada saat anak buahnya berhubungan dengan para pelanggan. Selain itu, untuk mendorong para PSK memeriksakan dirinya. “Para mucikari itu yang sangat berkuasa. Mau tak mau harus bekerjasama dengan mereka,” ujarnya. ROFIQI HASAN
Oktober - Desember 2011
| 43
album
puisi
Eksploitasi Anak di Asia Pasifik Memprihatinkan
K
oalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT) affiliate group Indonesian segera menyiapkan kerangka kerja sama bagi aparatur penegak hukum negara-negara se-Asia Pasifik dalam penanganan kasus eksploitasi seksual anak. Kasuskasus eksploitasi dianggap makin memprihatinkan. Penyusunan ini dilakukan setelah selama dua hari, ECPAT menampung berbagai pandangan dan pengalaman para aparatur hukum dari negara-negara di Asia Pasifik yang me ngikuti Seminar Regional Membasmi Eksploitasi Seksual Anak: Kerangka Hukum dan Kerjasama Internasional di Hotel Mercure Harvestland, Kuta, Bali (4-5 November 2011). Kasus eksploitasi seksual anak merupakan kejahatan lintas negara. Pelaku umumnya warga asing yang melakukan kekerasan seksual pada anak di negara lain. Pengurus ECPAT affiliate Indonesia, Achmad Marzuki mengungkapkan, semua pandangan dan pengalaman yang terung kap dalam seminar men-
44 |
jadi bahan berharga dalam menyusun kerja sama antar para penegak hukum di ka-
ungkap Marzuki. Selain menyiapkan kerjasama bidang hukum,
korban: Anak jalanan sering menjadi korban eksploitasi.
Gasing dindaku, Putri Cermin Cina, cinta kita hanya fana hanya sekelumit tatap mata ketika aku tiba di negerimu ketika ayahandamu, Sutan Mambang Matahari, merestui kita ketika Tuan Muda Selat ingin mengujiku dalam permainan gasing kegemaran kami aku tahu cinta kita akan sampai dinda, abadi cinta kita seperti putaran gasing yang bukan petaka, melainkan tanda ketika gasing itu membentur keningmu maka keabadian perlahan terbuka dan tergurat di jiwaku aku menyusulmu bukan ke pelaminan atau peraduan penuh tilam dan selimut beludru bersulam benang emas aku menyusul hayatmu yang penyap bagai asap di tungku perapian berjalan bergandengan ke negeri akhirat, negeri abadi yang dijanjikan
wasan Asia Pasifik dalam melakukan penangkapan, penyidikan hingga membawa kasus eksploitasi seksual anak ke pengadilan. “Selama ini koordinasi antar penegak hukum lintas negara masih minim. Beberapa kasus menunjukkan pelaku eksploitasi seksual anak sulit ditangkap apalagi di bawa ke pengadilan,”
Oktober - Desember 2011
ECPAT juga menyiapkan kerjasama bidang rehabilitasi korban. “Selama ini kasus eksploitasi seksual anak lebih menyorot kepada pelakunya namun anakanak yang menjadi korban masih minim mendapat perhatian dari negara yang warganya menjadi tersang ka dalam kasus kekerasan itu,” kata Marzuki. (Ist)
bila kita ditakdirkan lagi berjumpa di bumi fana maka dari seberang, dari Dusun Senaning aku senantiasa merindukan bayang wajahmu jelita yang membias di tepi sungai, kepedihan yang meruap ke langit Jambi sesekali kita bisa menjenguk ayahanda yang semayam di Dusun Tengah Lubuk Ruso atau bertandang ke Kampung Selat penuh harap menatap cakrawala tiada lagi rasa bersalah, tiada lagi dosa sebab semua telah dinujumkan segalanya akan kembali berputar seperti gasing kita tiada paham di mana putaran itu akan berakhir kita tiada mampu meraba arah takdir semua penuh kemungkinan sebab hidup seperti permainan gasing
Oktober - Desember 2011
| 45
puisi
puisi
Ibu Pasar Denpasar subuh belum luruh kau telah menanak peluh di jalan-jalan becek pasar kota bergelut dengan bayang-bayang pagi yang setengah buta kebaya rombeng dan kain lusuh sayur mayur, ikan asin, bumbu dapur, palawija dalam keranjang anyaman bambu di kepalamu berbagi cerita tentang letih subuh dan penat tubuh aku tahu, ibu, kaulah pengempu kehidupan kota ini dari jalanan desa kau melata tersihir cahaya lampu-lampu merkuri tak ada yang mampu menahanmu untuk tak putus-putus mencurahkan kasihmu
Puisi Sederhana untuk Ibu di sayu parasmu aku mengaca dalam haru di telaga jiwamu merekah bunga seroja ibu, rasanya tak mampu kulukiskan bening matamu di hamparan kanvas hidupku dalam kubangan resahku kau ulurkan tali kasih pada puncak-puncak riangku kau tatap dengan senyum maafkan aku, ibu selama ini terlalu aku mengabaikanmu
ibu, tarianku tak ‘kan pernah sampai di jalan-jalan yang kau pijak dengan kaki telanjang aku menghormatimu melebihi hormatku pada para dewa yang selalu kau puja dengan sesajen dan upacara-upacara hingga tanganmu terasa mati rasa di pucuk-pucuk janur, serbuk-serbuk dupa dan kelopak-kelopak bunga ibu, jika saat itu tiba ijinkan aku merasakan peluhmu mengurapi sanubariku agar aku makin memahami rahasia semesta yang menyala di ubun-ubunmu
46 |
Oktober - Desember 2011
Oktober - Desember 2011
| 47
cerpen
cerpen
Menambah Suami I made iwan darmawan
C
arilah satu lagi suami,” kata Jro Putu pada anak sulungnya, “Kamu laki laki di rumah ini, jadi wajar.” “Tapi Bapa?” “Apa?” “Tapi…” “Kamu kepala keluarga. Kamu boleh memutuskan apa saja. Termasuk menambah suami.” --Perbincangan di pagi hari tadi, membuat Susanti sedemikian galau. Dalam perjalanan bermotor menuju Puskesmas Mekar Sari, pikirannya yang sudah beberapa kali berbenturan dengan kenyataan sedih, dipaksa untuk mengambil keputusan sendiri. Sebagai seorang bidan, ia tahu benar apa yang tertulis dalam catatan laboratorium, apa konsekuensinya dan apa yang sebaiknya dihindari agar masalah tak tambah meluas. Sebagai bidan, Ia paham betul, apa artinya dua anak cukup, putri atau putra
sama saja. Tapi sebagai orang Bali, apalagi di desa. Akan jadi soal ketika tidak ada laki laki di rumah yang menggantikan posisi pemimpin keluarga, menjadi wakil keluarga di banjar dan meneruskan rantai panjang klan keluarga besar. Ia sendiri ti-
Tapi sebagai orang Bali, apalagi di desa. Akan jadi soal ketika tidak ada laki laki di rumah yang menggantikan posisi pemimpin keluarga, menjadi wakil keluarga di banjar dan meneruskan rantai panjang klan keluarga besar. dak punya adik laki laki; karena anak pertama maka ia pertama dimintai kesediaan menggantikan posisi laki laki di rumah, yang akan mengambil beban dan kewajiban sang bapak bila sudah tidak mampu lagi. Adalah Putu Wardana, kekasihnya
sejak duduk di sekolah menengah atas setuju mengambil posisi sebagai predana (wanita) di keluarga Jro Putu Kusuma. Walau ini bukan hal lazim di keluarganya, namun Wardana menguatkan niatnya sehingga keluarganya bersedia melepasnya walau dalam keterpaksaan. Atas nama cinta, Wardana melepas haknya sebagai ahli waris, sekaligus lepas pula dari kewajiban yang mengikatnya sebagai laki laki di rumah asal. Walau di posisi sebagai wanita, Wardana tetaplah seorang suami yang harus
Saat belajar di akademi kebidanan, Susanti pernah belajar bagaimana penularan virus yang telah mengguncang dunia di awal abad ke 20 tersebut, salah satunya lewat hubungan seksual. mengerjakan pekerjaan sebagaimana laki laki lain. Ia bertugas ke banjar mewakili keluarga istrinya, mencari nafkah dengan bekerja di kapal pesiar dan tetap kepala keluarga dalam sistem masyarakat modern. Dalam banyak hal, ia adalah pembuat keputusan, tapi ada hal hal yang menyangkut waris, kehidupan sosial dan religius: ia tak punya hak sama sekali. --Sampai di Puskesmas, Ia tersenyum juga oleh ide sang bapak. Menambah suami, ide yang tidak pernah terpikir oleh nya. Susanti membayangkan bagaimana bila dirinya punya dua suami, keduanya melindungi, keduanya memberi kasih sayang yang sama. Untuk mewujudkan ide, tentunya bukan soal yang sulit, ia masih cantik, muda dan disukai karena ramah, cekatan dalam bertindak dan selalu bisa membuat tenang pasiennya. Sehingga tidak jarang, banyak yang salah duga me ngira Susanti adalah dokter. Sebutan ‘ibu dokter’ sering membuatnya risih dirinya di antara kawan kawannya, terutama pada
48 |
Oktober - Desember 2011
kepala Puskesmas. Susanti sudah menunjukan hasil laboratorium beberapa hari lalu pada kepala Puskesmas Dokter Widodo, bahkan untuk menguatkannya, dokter yang masih tergolong muda ini merasa perlu berkonsultasi pada mantan dosennya yang selama ini terlibat dalam penanggulangan penyebaran HIV/AIDS. Kesimpulannya, Wardana positip terjangkit HIV. Saat belajar di akademi kebidanan, Susanti pernah belajar bagaimana penularan virus yang telah mengguncang dunia di
awal abad ke 20 tersebut, salah satunya lewat hubungan seksual. Karena itu Ia pikir suaminya telah berselingkuh dengan wanita lain, atau mungkin seperti cerita tentang para pelaut, biasanya mereka suka ‘Jajan’ di dermaga mana kapal berlabuh; memilih wanita wanita yang berbeda setiap pergantian arah angin dan tabu menggunakan karet pelidung, hanya supaya tidak kehilangan sensasi. Ia mulai membayang kan apa yang dilakukan suaminya di luar pengawasannya. Menari nari dengan wanita lain, saat punya kesempatan kembali jadi laki laki sejati. Dokter Widodo sempat meyakinkan Susanti, bahwa kemajuan di bidang kedokteran telah memberi harapan hidup yang lebih tinggi pada penderita HIV/ AIDS selama yang bersangkutan rajin berobat dan menjaga kebugaran tubuh. Masalahnya Ia perlu anak laki laki sebagai penerus keluarga. Bila harus memakai pelindung karet seumur hidup dalam bercinta dan kehilangan sensasi suami istri, ia tetap bertekad menjalaninya. --Oktober - Desember 2011
| 49
cerpen
cerpen
Ia bertugas ke banjar mewakili keluarga istrinya, mencari nafkah dengan bekerja di kapal pesiar dan tetap kepala keluarga dalam sistem masyarakat modern. Beberapa hari lalu, Susanti mengirimkan hasil laboratorium check up Wardana, sebagai syarat agar bisa mendapat perlindungan kecelakaan kerja dari kantor asuransi. Dalam surat elektronik pada suaminya, ia hanya menyebutkan semua baik baik saja dan berharap bisa berkumpul lagi secara utuh di rumah akhir tahun. Ia berharap perusahaan asuransi tidak me nyebut penyebabnya karena HIV Positif sebagai alasan penolakan. Beberapa hari ini, Susanti coba mencari arti hidup perkawinannya. Ia mencintai sekaligus membenci Wardana karena tidak menyangka kepercayaan dirinya dikhianati. Setelah lulus sekolah perhotelan dan beberapa kali kursus kepelautan, Wardana
50 |
Oktober - Desember 2011
bisa bekerja di kapal pesiar. Semua biaya, Susanti usahakan dari menjual beberapa petak tanah keluarga untuk dibayarkan pada agen pengerahan tenaga pelaut dan biaya tiket pesawat. Lalu apa yang bisa ia dapatkan. Memang Wardana akhirnya bisa menghasilkan uang yang lumayan. Ia juga tidak mempersoalkan bila sebagian penghasilan Wardana juga dikirim untuk orang tuanya. Tapi sampai terkena HIV tentu ia sudah melakukan hubungan seksual dengan wanita lain. --Ulang tahun pernikahan dirayakan dengan cara pergi ke sebuah kafe di
pinggir pantai, menikmati seafood dengan penerangan nyala lilin tertiup angin laut, seperti layaknya para turis. Sebuah group musik mendatangi mereka, menyanyikan beberapa lalu cinta yang mereka minta dan menambahkan secara ekstra lagu tentang para pelaut. Susanti memandangi Wardana dengan perasaan gundah. Semua romantisme selesai saat ia begitu lelah dengan pikiran terburuknya, tentang apa yang harus dihadapi di masa depan. Ia berusaha menyandarkan tubuhnya ke dada suaminya yang begitu kekar, “Aku ingin bercerita tentang sesuatu,” ujarnya sambil memandang kelap kelip lampu perahu nelayan di kejauhan. Wardana memegang lembut jemari istrinya, “Diamlah dulu, coba kamu de ngar suara ombak.” “Aku ingin bercerita tentang hasil lab.” “Aku sudah dikirimi tembusan oleh asuransi. Lalu aku cek ulang di Amerika. Positip, aku sudah terinfeksi HIV.” “Apa?” “Ya, sudah sejauh itu.” “Apa?” Air mata Susanti tak terbendung lagi. Lama tak ada kata, hingga pelayan kafe memberitahu bahwa mereka akan tutup. Setelah membayar, mereka berdua bergandengan tangan memilih berjalan sepanjang pantai menuju parkir. Sekali sekali suara burung laut saling bersautan. “Kenapa kamu lakukan semua ini?” Susanti melepas tangannya dari genggaman Wardana. “Aku minta maaf.” “Kenapa kamu berkianat. Apa yang tidak aku lakukan buatmu?” “Maaf…” Wardana kehilangan kata kata. “Kamu jahat.”
“Ya. Aku hanya ingin kamu memeriksakan diri juga.” “Apa? Kamu kira aku yang menularimu?” “Bukan begitu. Aku takut kamu tertular dari aku. Mudah mudahan tidak. Ya, aku terjebak dengan wanita wanita di pelabuhan. Beberapa kali aku teledor tidak pakai pelindung.” “Kamu tidur dengan pelacur? Lalu bilang teledor karena tidak pakai pelindung. Kamu laki laki macam apa?” “Aku menyerah. Aku sudah berkianat padamu, kamu boleh menentukan sikap.” Susanti diam. “Aku hanya ingin pasti kamu tidak tertular oleh aku,” ujar Wardana lirih, “Aku bersalah, membuat semua harapan kita jadi hancur.” “Aku sudah cek,” tiba tiba Susanti bicara. “Ya?” “Aku negatif HIV.” “Terima kasih Tuhan.” “Kita tidak mungkin lagi punya anak. Apalagi anak laki laki.” “Maafkan aku.” “Aku sudah bilang pada bapak, aku akan menambah suami.” “Apa?” “Ya, dengan itu keluarga punya harapan untuk lahirnya seorang penerus.” “ Anak anak kita?” “Ya, biarlah. Kita tidak perlu bebani mereka dengan tugas laki laki.” “Santi….” “Ya, keputusan ini sudah bulat. Bapa sudah setuju aku menambah suami.” “Santi…” “Mau apa kamu?” “Tidak.” Keduanya membisu selama perjalanan pulang.
Oktober - Desember 2011
| 51
8 Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan Ekstrim
Dengan usaha yang lebih keras, Indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada 2015
Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua
Semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, akan dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Mendukung Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Perempuan Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam mengatasi persoalan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan
Mengurangi Tingkat Kematian Anak
Program Nasional Anak Indonesia menjadikan issue kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting
Meningkatkan Kesehatan Ibu
Yang sangat diperlukan oleh ibu adalah peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas untuk ibu dan anak
Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Kesadaran dan pengetahuan yang benarmengenai HIV dan AIDS juga masih merupakan persoalan besar di Indonesia
Memastikan Kelestarian Lingkungan
Mengintegritasikan prinsip pembangunan berkelanjutan kedalam kebijakan dan program pemerintah Indonesia
Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan Mengembangkan Kemitraan lebih lanjut yang terbuka, berdasarkan aturan, prediksi, non-diskriminatif perdagangan dan sistem keuangan