Boks 1
I.
DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU
Latar Belakang
Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menyokong pertumbuhan ekonomi nasional dewasa ini semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS tahun 2008, diketahui bahwa UMKM memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan Usaha Besar (UB). Tercatat bahwa kontribusi UMKM terhadap PDRB nasional tahun 2007 mencapai sebesar 53,6% sedangkan UB mencapai 46,4%. Kontribusi UMKM ini relatif meningkat dibandingkan dengan tahun 2006 yang tercatat sebesar 53,49%. Disamping itu, pertumbuhan PDB UMKM selama tahun 2006-2007 menunjukkan kenaikan dari 5,37% menjadi 6,38%.1 Kondisi ini tentunya semakin mengukuhkan peran UMKM sebagai roda perekonomian nasional. Krisis keuangan global yang menghampiri sebagian besar negara maju di dunia, secara tidak langsung telah memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan UMKM baik di tingkat regional maupun nasional. Sehubungan dengan kondisi tersebut, KBI Pekanbaru berinisiatif melakukan survei cepat (quick survey) untuk mengetahui pengaruh krisis keuangan global terhadap kinerja UMKM di tingkat regional khususnya Provinsi Riau.
II.
Profil Responden
Survei ini dilakukan dengan mengambil sampel UMKM sebanyak 32 responden. Adapun informasi selengkapnya mengenai sampel responden penelitian ini ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa sampel responden sebagian besar terdapat di sektor industri pengolahan dan sektor pertanian dengan persentase sampel masing-masing
1
Berita Resmi Statistika. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008. BPS
sebesar 43,8% dan 34,4%. Sementara persentase sampel responden lainnya seperti sektor perdagangan dan sektor transportasi dan komunikasi mencapai 21,9%. Disamping itu, berdasarkan Tabel 1 juga terlihat bahwa sebagian besar atau sekitar 59% sampel responden merupakan kelompok usaha kecil diikuti oleh usaha mikro sebesar 25% dan usaha menengah sebesar 16%. Meskipun persentase sampel ini dinilai belum cukup memiliki distribusi yang merata untuk masing-masing kelompok namun cukup mewakili keterwakilan sampel. Tabel 1. Persentase Sampel Responden Survei Sektor
<= Rp 300 Juta
Omzet per tahun > Rp 300 juta - > Rp 2,5 miliar Rp 2,5 miliar Rp 50 miliar 28,1 0
TOTAL
Pertanian
6,3
34
Industri Pengolahan
18,8
21,9
3,1
44
Perdagangan
0
9,4
6,3
16
Transport/Komunikasi
0
0
6,3
6
Dalam survei ini juga dilakukan identifikasi mengenai tingkat ketergantungan UMKM terhadap bahan baku impor. Dari hasil survei (Grafik 1), diketahui bahwa sebagian besar UMKM atau sekitar 59% menjawab tidak menggunakan bahan baku impor sementara sisanya sebesar 41% menggunakan bahan baku impor. Artinya UMKM memiliki ketergantungan yang lebih rendah terhadap penggunaan bahan baku impor. Grafik 1. Persentase Penggunaan Bahan Baku Impor
TOTAL
59
41
Transport & 3 3 Komunikasi
Perdagangan
Ya Tidak
6
9
Ind. Pengolahan
25
19
Pertanian
9
0
25
20
40
60
80
100
%
Menurut sektornya, bahan baku impor lebih banyak digunakan pada sektor industri pengolahan dibandingkan sektor lainnya. Hal ini terlihat dimana sekitar 19% sampel
responden di sektor industri pengolahan menggunakan bahan baku impor sementara di sektor lainnya kurang dari 10% yang menggunakan bahan baku impor. Adapun persentase kontribusi bahan baku impor secara rata-rata mencapai 20%. Kontribusi bahan baku impor yang mencapai 100% merupakan usaha dagang kedelai dimana keseluruhan bahan bakunya berasal dari impor. Grafik 2. Kontribusi (%) Bahan Baku Impor 25.0 % Sampel 20.0
15.0
10.0
5.0
0.0 5
10
15
20
30
40
50
100
% Kontribusi
III.
Persepsi Krisis Serta Dampaknya Terhadap UMKM
Dari hasil pendalaman informasi, diketahui bahwa sebagian besar atau sekitar 69% sampel responden merasakan dampak negatif krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Secara sektoral, sektor pertanian dan industri pengolahan merupakan kontributor terbesar dimana sekitar 41% berasal dari sektor pertanian dan 36% berasal dari sektor industri pengolahan. Tabel 2. Dampak Krisis Pada Tiap Sektor Sektor Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Transportasi dan Komunikasi Total
Ya n 9 8 3 2 22
Tidak % 41 36 14 9 69*
n 2 6 2 0 10
% 20 60 20 0 31*
* Proporsi Terhadap Total Sampel
Penggalian informasi berupa opini UMKM terhadap krisis keuangan global dilakukan dalam survei ini. Dari hasil survei yang ditunjukkan oleh Grafik 3, diketahui bahwa sekitar 36,7% responden memperkirakan bahwa krisis akan berlangsung antara 1-6 bulan mendatang dan 33,3% responden memperkirakan bahwa krisis akan berlangsung lebih dari 2 tahun. Hanya sebagian kecil yang memperkirakan bahwa krisis akan berlangsung 7-12 bulan.
Grafik 3. Persepsi Responden Terhadap Krisis Saat Ini
Lebih dari 2 tahun, 33.30%
1 - 6 bulan mendatang, 36.70%
1 - 2 tahun mendatang, 23.30%
7 - 12 bulan mendatang, 6.70%
Grafik 4 menyajikan perbandingan krisis yang dirasakan oleh UMKM antara krisis 1997 dengan krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Secara umum, terlihat bahwa sebagian besar atau sekitar 37% responden merasakan bahwa krisis 1997 relatif lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan krisis saat ini. Secara sektoral, diketahui bahwa krisis keuangan global yang terjadi saat ini lebih berpengaruh terhadap sektor transportasi dan komunikasi dan industri pengolahan. Hal ini terlihat pada Grafik 4, dimana seluruh responden pada sektor transportasi dan komunikasi berpendapat bahwa krisis keuangan global yang terjadi saat lebih berpengaruh dibandingkan krisis 1997 dan sekitar 31% sampel responden industri pengolahan juga berpendapat demikian. Grafik 4. Persepsi Dampak yang Lebih Dirasakan Antara Krisis 1997 Dengan Krisis Saat Ini 100
100 90
Krisis 1997
80
Krisis Saat ini
80
Tidak Tahu
70 60 % 50
54
50
37
40 30 20
31
30 20
33
30
20 15
10 0 Pertanian
Ind. Pengolahan
Perdagangan
Transportasi & Komunikasi
TOTAL
Krisis keuangan global tentunya diperkirakan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja keuangan UMKM. Perbandingan omzet dan keuntungan UMKM sebelum dan setelah krisis selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui
bahwa rata-rata omzet UMKM secara umum menurun sekitar 18% dari Rp 187,7 juta menjadi Rp 153,8 juta per bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengaruh krisis keuangan global memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan omzet UMKM. Sedangkan rata-rata keuntungan UMKM mengalami penurunan sebesar 15% dari Rp 41,4 juta menjadi Rp 35 juta per bulan. Tabel 3. Perbandingan Omzet dan Keuntungan UMKM Per Bulan Sebelum dan Setelah Krisis Sebelum 187,7 41,4
Omzet Keuntungan
Setelah 153,8 35,0
Sig* 0,09 0,35
* Pengujian dilakukan dengan menggunakan Paired Sampled
Tabel 4 menyajikan kebijakan yang dilakukan UMKM dalam menghadapi krisis saat ini. Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar responden atau sekitar 65,6% UMKM menempuh langkah efisiensi dalam menghadapi krisis. Disamping itu, sekitar 43,8% sampel responden mencari pasar baru untuk menghadapi krisis. Secara sektoral, kebijakan pengurangan tenaga kerja hanya dilakukan oleh UMKM di sektor pertanian dan perdagangan.
Relatif
kecilnya
persentase
kebijakan
pengurangan
tenaga
kerja
mengindikasikan bahwa sebagian UMKM masih seiring dengan besarnya keinginan UMKM untuk mencari pasar baru akibat krisis keuangan global yang terjadi. Tabel 4. Kebijakan yang Dilakukan UMKM Dalam Menghadapi Krisis Sektor Kebijakan Pengurangan Tenaga Kerja Melakukan Efisiensi Mencari Pasar Baru Mencari Segmen Pasar Baru Mengganti Jenis Usaha
Pertanian
Industri Pengolahan
Perdagangan
Transportasi & Komunikasi
TOTAL
3,1 21,9 6,3 6,3 9,4
28,1 28,1 3,1 -
3,1 9,4 3,1 6,3 -
6,3 6,3 6,3 -
6,3 65,6 43,8 21,9 9,4
Dalam survei ini dilakukan pendalaman informasi mengenai faktor yang diharapkan dapat memulihkan kondisi ekonomi sebagaimana terlihat pada Grafik 5. Dari grafik tersebut, diketahui bahwa sekitar 97% responden berpendapat bahwa kebijakan pemerintah merupakan faktor kunci dalam mendukung keberhasilan pemulihan ekonomi diikuti oleh terkendalinya kondisi eksternal (kurs dollar) dan pendapatan masyarakat yang mulai membaik. Adapun beberapa kebijakan nyata yang diharapkan oleh UMKM adalah pemberian bimbingan teknis, penertiban pungutan liar, kemudahan izin usaha serta bantuan dalam membantu pemasaran produk melalui promosi maupun pameran. Dengan adanya kebijakan tersebut, UMKM merasa yakin akan dapat melalui rintangan krisis yang terjadi pada akhir tahun ini.
Grafik 5. Kebijakan yang Dapat Diharapkan UMKM Dalam Membantu Pemulihan Ekonomi Akibat Krisis Global
% Responden
100
50
0 Kebijakan Pemerintah
IV.
Kurs dollar yang terkendali
Pendapatan Suku bunga Akses masyarakat kredit pembiayaan cukup besar cenderung usaha yang turun diperluas
Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : a.
UMKM yang bergerak di sektor pertanian dan sektor industri pengolahan mengalami dampak yang cukup besar akibat krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Sebagian besar memperkirakan bahwa krisis tersebut akan berlangsung dalam 1-6 bulan.
b. Secara umum, diketahui bahwa sebagian besar responden merasakan bahwa krisis 1997 relatif lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan krisis saat ini. Secara sektoral, krisis yang terjadi saat ini lebih dalam pengaruhnya dirasakan di sektor industri pengolahan dan sektor transportasi dan komunikasi. c.
Krisis keuangan global yang terjadi telah memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja UMKM yang diukur melalui omzet dan keuntungan (profit). Dari hasil survei, diketahui bahwa rata-rata penurunan omzet yang dialami perusahaan mencapai 18% sementara penuruan keuntungan (profit) mencapai 15%.
d. Secara sektoral, kebijakan pengurangan tenaga kerja hanya dilakukan oleh UMKM di sektor pertanian dan perdagangan. Relatif kecilnya persentase kebijakan pengurangan tenaga kerja mengindikasikan bahwa sebagian UMKM masih seiring dengan besarnya keinginan UMKM untuk mencari pasar Baru untuk menutupi penurunan omzet yang terjadi akibat krisis. e.
Kebijakan nyata yang diharapkan oleh UMKM dalam membantu pemulihan krisis diantaranya adalah pemberian bimbingan teknis, penertiban pungutan liar, kemudahan izin usaha serta bantuan dalam membantu pemasaran produk melalui promosi maupun pameran