BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sekitar tahun 2008 terjadi krisis keuangan global di Amerika Serikat yang dampaknya menjalar sampai keseluruh dunia, termasuk negara berkembang yaitu Indonesia. Kondisi ini berdampak pada entitas bisnis, diantaranya kelangsungan hidup susatu perusahaan. Krisis keuangan yang terus berlangsung menyebabkan macetnya sistem keuangan dunia sehingga menyebabkan merosotnya aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Merosotnya perekonomian dunia ini tentunya akan sangat berpengaruh pada perkembangan perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi yang tidak menentu tersebut menyebabkan persaingan di dunia usaha semakin ketat. Dengan ketatnya persaingan tersebut berujung pada peningkatan jumlah perusahaan yang akan bangkrut dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur. Berdasarkan data dari GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia) pengolahan bukan migas khususnya makanan dan minuman secara berturut-turut mengalami penurunan dari periode 2006-2008 sebesar 5,05% dan 2,34%. Sedangkan tahun 2009 karena krisis global pertumbuhannya hanya 7%. Untuk 2010 diperkirakan akan tumbuh 10%.
1
2
Penurunan pertumbuhan ekonomi membuat beberapa perusahaan mengalami kesulitan keuangan akibatnya perusahaan tersebut sulit dalam melakukan segala aktivitas rutinnya dalam rangka menghasilkan keuntungan. Keadaan ini yang dirasakan PT Davomas Abadi Tbk (DAVO), emiten kakao olahan, mencatatkan rugi bersih di kuartal III 2011 sebesar Rp 122 miliar dibanding laba bersih Rp 108 miliar pada kuartal III 2010. Rugi bersih itu terjadi seiring dengan penurunan penjualan perseroan serta kenaikan beban bunga. Kesulitan akan keuangan juga dirasakan PT. Ultrajaya Milk Indsutry & Trading Company membukukan penurunan laba bersih. Berdasarkan laporan keuangan 2013 laba bersih perseroan tercatat Rp 325,13 miliar dan turun menjadi Rp 353,43 miliar di tahun sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi karena adanya kenaikan beban dibandingkan pendapatan. Perusahaan yang berada dalam kondisi kesulitan keuangan memiliki resiko kebangkrutan yang lebih tinggi. Untuk mencermati hal ini perusahaan dapat
memilih cara penyelesaian dengan melakukan
restrukturisasi atau melakukan likuidasi. Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam
3
pengambilan keputusan yang ekonomis. Karena informasi sangat berguna maka data yang digunakan sebagai informasi harus dianalisis. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan serta hasil yang telah dicapai diwaktu lampau dan diwaktu yang sedang berjalan. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan. Penelitian mengenai kebangkrutan dipelopori oleh Beaver (1976) dalam Daulat Sihombing (2008) yang membuktikan bahwa secara empiris rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kegagalan perusahaan. dalam penelitiannya, Beaver menggunakan 30 jenis rasio keuangan yang digunakan pada 79 pasang perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Menggunakan
univariate discriminant analysis
sebagai alat uji statistik untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai prediktor. Kelima rasio itu terdiri dari cash flow to total debt ratio, net income to total assets ratio, current assets to current liabilities ratio, total debt to total assets ratio, dan working capital to total assets ratio. Beaver menyimpulkan bahwa rasio working capital/total assets dan net income/total assets mampu membedakan perusahaan yang akan bangkrut dengan yang tidak bangkrut dengan akurasi masing-masing sebesar 90% dan 88% dari sampel yang digunakan.
4
Altman (1968) dalam Dwi Fitriani Ardie (2010) memiliki sampel 66 perusahaan manufaktur yang terdiri dari 33 perusahaan yang bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Selanjutnya dipilih variabel (ratio) yang potensial untuk dievaluasi yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok yaitu liquidity, profitability, leverage, solvency, dan activity. Dari 22 variabel tersebut kemudian dipilih 5 variabel yang merupakan kombinasi
terbaik
dalam
memprediksi
kebangkrutan.
Dengan
menggunakan multivariate discriminant analysis (MDA) hasil analis menunjukkan bahwa rasio keuangan dengan tingkat keakuratan 95% setahun sebelum perusahaan bangkrut. Tingkat keakuratan tersebut turun menjadi 72% untuk periode 2 tahun sebelum bangkrut, 29% untuk periode 4 tahun sebelum bangkrut, dan 36% untuk periode 5 tahun sebelum bangkrut. Jones dan Henser (2004) menggunakan mixed logit model untuk memprediksi keadaaan financial distress dari suatu perusahaan dengan memasukkan data perusahaan yang tidak gagal, insolvent, dan yang telah masuk file kebangkrutan. Beaver et.al (2005) menggunakan hazard model untuk meneliti kemampuan laporan keuangan untuk memprediksi kebangkrutan. Sedangkan di Indonesia penelitian mengenai kebangkrutan telah dilakukan oleh Surifah (2002), Almilia dan Kristijadi (2003), Almalia (2004), Almalia (2006). Penelitian kebangkrutan di Indonesia dilakukan oleh Surifah (2002) menguji rasio keuangan dengan menggunakan teknik statistik
5
univariate analysis untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan publik pada masa krisis ekonomi. Almalia dan Kristijadi (2003) menguji rasio keuangan dengan menggunakan logistic regression untuk memprediksi financial distress pada perusahaan manufaktur. Almalia (2004) menguji rasio keuangan lagi dengan menggunakan teknik statistik yang sama pada semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan pada tahun 2006 Almalia melakukan penelitian kembali yang dapat memprediksi tekanan keuangan pada badan usaha manufaktur dengan menyertakan rasio keuangan dari laporan arus kas dengan menggunakan teknik statistik multinomial logit. Penelitian Almalia (2006) ini didukung dengan penelitian Asyik yang berjudul “Tambahan Kandungan Rasio Arus Kas” menunjukkan bahwa informasi yang terkandung dari laporan arus kas yang selama ini belum banyak dimanfaatkan untuk penilaian kinerja keuangan. Berdasarkan keadaan diatas permasalahan menjadi menarik, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk menguji variabel rasio keuangan dapat memprediksi perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut, sehingga dari pengamatan rasio keuangan maka akan dihasilkan model prediksi kebangkrutan untuk sebuah perusahaan. Dengan adanya kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil tersebut penulis dalam penelitiannya
mengambil
judul
“MODEL
PREDIKSI
KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2011”.
6
B. Perumusan Masalah Beberapa penelitian yang tidak konsisten memberikan dorongan untuk melakukan penelitian guna memberikan informasi yang lebih relevan dengan kondisi saat ini, maka berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Rasio keuangan apa saja yang dominan dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011? 2. Model prediksi kebangkrutan manakah dari Model Prediksi 1 tahun sebelum kebangkrutan (MP1) dan Model Prediksi 2 tahun sebelum kebangkrutan (MP2) yang merupakan alat prediksi terbaik untuk kebangkrutan perusahaan sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi
rasio
keuangan
yg
paling
dominan
dalam
memprediksi kebangkrutan. 2. Menyajikan model prediksi kebangkrutan terbaik untuk perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
7
3. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian prediksi kebangkrutan ini diperlukan bagi para peneliti, perusahaan, investor dan akademis hal ini karena sebagai berikut : a. Peneliti Penelitian ini merupakan pelatihan kemampuan yang diharapkan dapat mempertajam dalam pikir ilmiah dengan menerapkan teori yang telah diperoleh selama masa studi serta menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman. b. Perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen, sekaligus dapat membuat perusahaan melakukan perbandingan kinerja dengan perusahaan pesaing sehingga keuangan perusahaan tetap sehat dan tidak menurun sehingga kesulitan keuangan dapat dihindari. c. Investor Informasi adanya prediksi kebangkrutan perusahaan memberi masukan dalam menanamkan modal mereka. Apakah mereka akan terus menanamkan modal atau menghentikan atau membatalkan penanaman modal mereka ke perusahaan, hal ini tidak diinginkan oleh para inverstor dalam mengalami kerugian akibat mereka salah menanamkan modal.
8
d. Akademis Menggunakan penelitian prediksi kebangkrutan untuk melakukan eksperimen hipotesis yang berbeda dan sebagai bahan tambahan informasi referensi bagi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.