BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan yang terjadi tahun 2008 lalu di beberapa negara di Asia, tidak membuat pertumbuhan industri asuransi di Indonesia menjadi terpuruk, namun sebaliknya industri asuransi di Indonesia berkembang cukup pesat, hal ini didukung dengan adanya pernyataan dari Djalil (2009) yang menyatakan bahwa peningkatan modal perusahaan sebagai konsekuensi penerapan PP No.81 tahun 2008 telah mendorong perusahaan asuransi untuk berproduksi lebih tinggi. Hal ini dibuktikan sebanyak 97 perusahaan asuransi di Indonesia berhasil membukukan kenaikkan modal sendiri (ekuitas) pada tahun 2008 dan mencatat laba tertinggi dengan Risk Based Capital (RBC) minimal 120 persen. Industri asuransi Indonesia secara umum mencatat perkembangan bisnis yang bagus ini didukung dengan tingkat kesadaran masyarakat kelas menengah dan pelaku bisnis akan asuransi yang semakin membaik. Hal ini disebabkan sering terjadinya bencana alam seperti banjir dan kebakaran di Jakarta dan sejumlah wilayah di tanah air, sehingga membuat orang ataupun pelaku usaha mulai melirik asuransi sebagai pilihan utama untuk mengurangi kerugian atas resiko yang mungkin terjadi di kemudian hari. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan asuransi serta makin maraknya pertumbuhan perusahaan asuransi di Indonesia, maka pemerintah menetapkan
kebijakan
melalui
Keputusan
Menteri
Keuangan
1
No.826/KMK.013/1992 yang mengatur tentang Tingkat Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi baik Badan Usaha Milik Negara maupun Swasta, dengan indikator yang digunakan untuk pengukuran kinerja perusahaan adalah laporan keuangan beserta dengan analisa rasionya yang terdiri dari Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas. Untuk dapat mempertahankan kinerja perusahaan tersebut dalam persaingan yang semakin kompetitif menuntut perusahaan asuransi untuk terus berupaya melakukan perbaikan kinerja dan penyempurnaan strategi bisnis mereka serta mengharuskan perusahaan untuk menciptakan produk yang inovatif dan kompetitif serta layanan yang lebih baik pada konsumen baik dari segi variasi maupun tingkat mutunya untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat survive. PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang asuransi umum dengan visinya di tahun 2008 tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang lebih sehat dan menjadi 10 besar asuransi umum di Indonesia, maka perusahaan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 memerlukan suatu pengukuran kinerja yang tepat agar dapat mengetahui seberapa baik performa perusahaannya. Dewasa ini, disadari bahwa pengukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh banyak perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak cukup memadai untuk menuntun dan mengevaluasi perjalanan perusahan melalui lingkungan yang kompetitif. Pada umumnya penilaian kinerja yang dilakukan oleh manajemen lebih menekankan kepada aspek keuangan saja, karena bersifat kuantitatif dan mudah diukur. Pengukuran kinerja pada aspek keuangan terlalu menekankan pada pengukuran laba murni tanpa melihat bagaimana pelanggan, karyawan, proses
2
bisnis dan pengendalian di dalam operasi organisasi, walaupun sebenarnya aspekaspek tersebut juga menjadi pemicu dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan. Pengukuran kinerja berdasarkan aspek keuangan dianggap tidak mampu menginformasikan upaya-upaya apa yang harus diambil dalam jangka panjang, untuk meningkatkan kinerja organisasi. Menurut pendapat Rangkuti (2011) sebagai berikut: Dalam manajemen tradisional, pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur secara terpisah, seperti aspek keuangan, karena aspek ini yang paling mudah diukur, dihitung dan dianalisis. Sebaliknya pengukuran kinerja dalam manajemen dan teknologi informasi, sebagaimana digunakan dalam Balanced Scorecard, semua kegiatan yang dilakukan perusahaan dapat diukur, dianalisis dan dievaluasi secara terintegrasi dengan cepat dan mudah dalam mewujudkan visi dan strategi organisasi. (p. 3) Oleh sebab itu, untuk memperbaiki persoalan diatas dikembangkan suatu konsep “Balanced Scorecard”. Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis yang diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan (Guru Besar Akuntansi di Harvard Business School) dan David P. Norton (Presiden dari Renaissance Solutions, Inc.). Konsep ini menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis yang selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur dalam Balanced Scorecard, yaitu: 1. Perspektif Keuangan (Financial Perspective). 2. Perspektif Pelanggan/Konsumen (Customer Perspective). 3. Perspektif Proses Internal Bisnis (Internal Business Process Perspective). 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Persperctive).
3
Filosofi Balanced Scorecard adalah mengukur keberhasilan pelaksanaan strategi organisasi yang merupakan hasil dari hubungan indikator penyebab dengan indikator akibat (cause effect) dalam tiga perspektif non financial dan perspektif financial. Balanced Scorecard merupakan suatu bentuk transformasi strategi dan misi perusahaan ke dalam sasaran dan tolak ukur yang spesifik yang dapat mengukur kinerja perusahaan secara menyeluruh. Balanced Scorecard memungkinkan perusahaan mencatat hasil kinerja financial sekaligus memantau kemajuan perusahaan dalam membangun kemampuan dan mendapatkan aktiva tak berwujud yang dibutuhkan untuk pertumbuhan masa datang. Balanced
Scorecard
dapat
juga
digunakan
sebagai
sebuah
sistem
pembelajaran yang dapat diandalkan untuk menguji, memperoleh umpan balik dan memperbaharui strategi perusahaan.
1.2 Permasalahan Pokok Memasuki era perdagangan bebas, persaingan bisnis diantara perusahaan semakin
ketat.
Kondisi
demikian
menuntut
perusahaan
untuk
selalu
mengembangkan strategi agar dapat bertahan atau bahkan lebih berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaannya dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 sebuah perusahaan asuransi umum yang juga merupakan anak perusahaan dari AJB Bumiputera 1912, sebuah provider asuransi jiwa yang terbesar dan tertua di Indonesia. PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 ini mempunyai 44 kantor cabang yang tersebar dari mulai
4
pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Selama ini, pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 hanya mencakup aspek financial-nya saja, yaitu mengukur peningkatan modal sendiri dan peningkatan profitabilitas. Padahal aspek non financial pun perlu diukur kinerjanya guna mendapatkan hasil pengukuran yang menyeluruh dan komprehensif. Selain itu, ada kebutuhan manajerial mengenai pengukuran kinerja PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 agar performa bisnisnya dapat terlihat lebih baik dengan pengukuran melalui pendekatan Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja yang memadukan empat perspektif bisnis, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif tersebut mempunyai tolak ukur masing-masing dalam mengukur kinerja suatu perusahaan dan dapat mengukur sejauhmana pencapaian atas sasaran strategi perusahaan dan langkah evaluasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan perusahaan. Tolak ukur keberhasilan perspektif keuangan pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan Return On Investment (ROI), Return On Assets (ROA), laba operasi, dan marjin kotor. Namun pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, tolak ukur perspektif keuangan adalah pendapatan premi, perolehan laba, dan peningkatan modal sendiri. Pengukuran kinerja pada tiga perspektif berikutnya, yaitu pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan, belum pernah diukur sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini
5
menjadi penting untuk dilakukan mengingat kinerja yang baik dari perusahaan tidak hanya mengukur segi financial saja, melainkan penting untuk mengukur kinerja non financial. Berdasarkan uraian, permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengukuran kinerja yang telah dilakukan PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 selama ini?. 2. Bagaimana pengukuran kinerja PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dengan pendekatan Balanced Scorecard?. 3. Bagaimana implikasi manajerial pengukuran kinerja PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dengan pendekatan Balanced Scorecard?.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menjawab perumusan masalah, yaitu: 1. Menganalisis pengukuran kinerja PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. 2. Mengukur dan menganalisis pencapaian kinerja pada PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dengan pendekatan Balanced Scorecard. 3. Merumuskan implikasi manajerial pengukuran kinerja PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dengan pendekatan Balanced Scorecard.
6
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan sebagai bahan pertimbangan
dan
masukan
dalam
pengambilan
keputusan
dan
memberikan solusi terbaik terutama sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja individu sebagai pelaku dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan serta kinerja perusahaan secara keseluruhan. 2. Bagi Penulis Bermanfaat
untuk
meningkatkan kemampuan penulis
dalam
hal
mengidentifikasi masalah, menganalisis, dan menemukan solusi bagi permasalahan tersebut. Selain itu untuk menambah pengetahuan mengenai proses aplikasi pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard. 3. Bagi Pembaca Memberikan
pengetahuan
mengenai
Balanced
Scorecard
dan
penerapannya di dalam perusahaan sebagai salah satu alat pengukuran kinerja.
7