BERITA UTAMA
Potensi dan Tantangan Peningkatan Nilai Tambah Mineral Logam Indonesia
Ir. Mohammad Hidayat Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral
JEJARING KERJASAMA
The 7th Japan - Indonesia Coal Policy Dialogue
Edisi ke X | Juni 2015
BERITA UTAMA Potensi dan Tantangan Peningkatan Nilai tambah Mineral Logam Indonsia
2
LIPUTAN KHUSUS Forum Pra Konsensus Rancangan Standar Kurikulum Diklat Kunjungan Kepala Badan ke PT. Smelter Gresik Basic Workshop on Mining Conservation
FORUM
6 8 9 10
TOKOH Bambang Priyatna Wijaya Wien Evayanti Redina Ahmad Helmi Yudiana Hadiyat Agus Sukarji Ibrahim Priyana Hardjawidjaksana Tri Handajani Sutrisna Junianita Puspitasari Adil Samana Irmayanti Arief Eka Putra
Ir. Mohammad Hidayat Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral
11
JEJARING KERJASAMA 7th Japan – Indonesia Coal Policy Dialogue Pengembangan e-learning PUSDIKLAT MINERBA Familiarisation Program (Vocational and Education Training) Queensland, Australia Penandatanganan Kesepakatan Indonesia-Jepang
18 22 24 26
SUDUT Membentuk Image Instansi melalui Bimtek Media dan Jurnalistik 1 Hour University Pergantian Pimpinan Pusdiklat Minerba dan Sertijab Dharma Wanita Promosi KEDIKLATAN via APKASI
GALERI GAMES
28 28 29 29 30 32
Edisi ke X | Juni 2015
K
egiatan pertambangan di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda, namun sebagian besar hanya kegiatan exploitasi bahan tambang tanpa pengolahan/ekstraksi untuk memberikan nilai tambah. Sebagai contoh, Indonesia masih impor untuk kebutuhan besi dalam negeri sementara sebagian besar bijih besi produk dalam negeri diekspor terutama ke Cina dan diolah di sana. Demikian halnya aluminium, tembaga, dan bahan metal lainnya.
Sebagai kepercayaan pihak luar negeri terhadap kestabilan ekonomi Indonesia akibat membaiknya kondisi perekonomian, membuat Indonesia mulai dilirik sebagai salah satu negara tujuan investasi tambang. Pemerintah pun tidak mau ketinggalan. Untuk menunjang pertumbuhan lebih baik, diterbitkan undang-undang yang mengatur pelaksanaan pertambangan mineral dan batubara Indonesia, yaitu UU Minerba No. 4/ 2009, tentang pertambangan mineral dan batubara. UU Minerba akan secara bertahap mengubah hal tersebut. Para pemegang Izin Usaha Pertambangan diwajibkan untuk memberikan nilai tambah kepada hasil tambangnya dan akan secara
bertahap mengurangi penjualan bahan mentah hasil tambang ke luar negeri. Keuntungan yang diperoleh dari diterapkannya kebijakan atau UU minerba tersebut adalah terbukanya lapangan kerja baru yang akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan, mulai dari para tenaga ahli di bidang pengolahan mineral hingga tenaga kerja kasar dengan pendidikan terbatas. Keuntungan lainnya adalah penguasaan teknologi pengolahan mineral oleh bangsa Indonesia yang artinya pemanfaatan dan pengolahan sumber daya alam yang lebih efisien dan berkesinambungan. Dengan mulai diolahnya sumber daya mineral di dalam negeri, akan makin banyak tenaga kerja Indonesia yang terlibat dalam proses pengolahan sehingga akan meningkatkan pengalaman kerja dan pengetahuan mereka dalam bidang tersebut. Hal ini sangat penting mengingat era globablisasi akan membuka persaingan bebas dalam segala hal, termasuk pasar tenaga kerja. Dalam edisi ini Pusdiklat Mineral dan Batubara akan membahas permasalahan peningkatan nilai tambah mineral melalui artikel tentang pentingnya teknologi pengolahan mineral yang disebut smelting, melalui program diklat yang akan dilaksanakan pada tahun 2016. (red.)
E
LIN
Edisi ke X | Juni 2015
AD
HE
POTENSI & TANTANGAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINERAL LOGAM INDONESIA Oleh: Ir. Rachmat Saleh, M.T.*
Amanat dari salah satu pasal pada UU no.4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang diimplementasikan oleh Permen ESDM No.7/2012, perlu dilakukan peningkatan nilai tambah mineral dengan tujuan agar kegiatan pertambangan di Indonesia memiliki rantai yang panjang, dan tidak sekadar menjual bahan tambang mentah, yang mengakibatkan terjadinya deplesi dan pengurasan terhadap sumberdaya mineral di Indonesia. Peningkatan Nilai Tambah Mineral yang selanjutnya disebut PNT mineral bertujuan meningkatkan dan mengoptimalkan nilai suatu komoditi di sektor pertambangan, tersedianya bahan baku di dalam negeri, serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan penerimaan negara. Angka ekspor berbagai komoditi mineral dan batubara yang tinggi secara umum memang telah berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja, penerimaan negara, dan lain-lain. Namun di sisi lain angka impor yang juga tidak kalah tinggi, telah berdampak negatif, jika dihitung pasti lebih besar dari dampak positif yang diperoleh. Betapa tidak, mengekspor komoditi dalam bentuk material kasar, bongkahan atau wantah (raw materials) telah menghasilkan devisa bagi negara, tetapi mengimpor komoditi dalam bentuk bahan
2
setengah jadi atau bahan jadi juga menyedot devisa dari menjual komoditi yang diekspor. Bukan tidak mungkin lebih besar daripada sekedar memperoleh devisa dari menjual komoditi yang diekspor. Hal ini disebabkan harga komoditi yang diimpor lebih mahal daripada yang diekspor, yang notabene komoditi tersebut juga berasal dari lndonesia. Dalam “bahasa” yang berbeda, negara pengolah bahan tambang memperoleh nilai tambah dari bahan tambang yang diimpor dari lndonesia, dan mampu mengembangkan industri pengolahan beserta efek ganda (multiplier effects) atas keberadaan industri pengolahan tersebut. PNT mineral yang diamanatkan dalam Permen ESDM No.7/ 2012, antara lain: tembaga (Cu), emas (Au), perak (Ag), nikel (Ni) dan atau kobalt (Co) , bijih besi (Fe), bauksit (Al2O3), dan timah (SnO2).
HE
AD
Edisi ke X | Juni 2015
LIN
E
POTENSI & KEGUNAAN MINERAL LOGAM
Komoditi logam yang menonjol dalam memberikan kontribusi kegiatan penambangan dan metalurgi di Indonesia terhadap penerimaa negara dan pendorong bagi kegiatan di sektor lain, di antaranya tembaga, nikel, emas, timah, bijih besi, dan bauksit. Potensi, kegunaan dan keterdapatan mineral logam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Tembaga Tembaga (Cu) mempunyai sistem kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit
(Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit strata bound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme. Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan klep di pabrik penyulingan. Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin industri non elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin-mesin pertanian. Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, dan Sulawesi Utara. Emas Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 - 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, *Widyaiswara luar biasa
3
E
LIN
Edisi ke X | Juni 2015
AD
HE
dan sejumlah kecil mineral non-logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsurunsur belerang, antimon, dan selenium. E l e k t r u m sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%. Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Nikel Digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan di berbagai industri logam. Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikeltembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit. Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pasir Besi Umumnya pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit. Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari
4
magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik vulkanik. Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen. Potensi pasir besi terdapat di Pulau Sumatera, Jawa Tengah, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Pulau Timor. Bauksit Merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral bohmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3.3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 – 36%. Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika yang memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut misalnya, sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batulempung, lempung
HE
Edisi ke X | Juni 2015
AD
LIN
E
TANTANGAN PEMERINTAH & DUNIA USAHA
dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan. Timah Adalah logam berwarna putih keperakan dengan kekerasan rendah < 5 pada skala Mosh, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 1600 oC), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain. Potensi timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun.
Program Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara dihadapkan kepada tantangan yang cukup besar, meskipun tetap memberikan harapan bagi terealisasinya kedua peraturan di atas. Tantangan ini tidak saja akan dihadapi oleh perusahaan, tetapi juga pemerintah. Tantangan terbesar pemerintah adalah bagaimana menyiapkan infrastruktur, fisik dan nonfisik, yang dirasakan masih minim, sehingga perusahaan memperoleh jaminan terhadap investasi yang ditanamkan untuk peningkatan nilai tambah. Sedangkan tantangan perusahaan yang cukup krusial adalah "merekonstruksi" investasi yang akan ditanamkan berikut keuntungan yang akan diperoleh. Melakukan PNT mineral logam di Indonesia, dapat dikaitkan dengan upaya konservasi sumberdaya alam tak terbarukan (non-renewable resources). Hal ini lebih diarahkan untuk menjaga agar persediaan sumberdaya yang tak terbarukan relatif tetap dapat memenuhi kebutuhan dalam masa yang relatif panjang. Agar pelaksanaan PNT mineral dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti: pemerintah, perusahaan tambang dan masyarakat yang terlibat. Konservasi memiliki tantangan dengan investor yang menganggap mineral dan batubara hanya sebagai komoditas. Mineral dan batubara seharusnya menjadi aset bangsa dan menjadi pilar ketahanan negara saat ini dan masa ke depan. Pembatasan produksi mineral dan batubara dan peningkatan nilai tambah dalam negeri, semestinya menjadi pijakan dalam mengambil kebijakan nasional di sektor pertambangan.
5
Edisi ke X | Juni 2015
FORUM PRA KONSENSUS RANCANGAN STANDAR KURIKULUM DIKLAT EVALUASI RKAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DAN DIKLAT PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH EMAS Oleh: Bambang Priyatna Wijaya, S.T., M.T.*
6
Edisi ke X | Juni 2015
Sub sektor mineral dan batubara memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga upaya pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha pertambangan perlu terus dilakukan secara berkesinambungan agar kaidah good mining practice dapat diimplementasikan secara optimal. Untuk itu perlu didukung sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan berperan dalam pengelolaan pertambangan, baik pembina, pengawas maupun pengusaha. Salah satu upaya pemenuhan kompetensi sumber daya manusia adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara (Pusdiklat Minerba), di antaranya Diklat Proses Pengolahan Bijih Emas serta Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara. Namun demikian efektivitas Diklat sangat ditentukan oleh adanya perangkat Diklat yang memenuhi standar, mulai dari kurikulum, modul, pedoman, dan materi uji. Untuk membuat kesepakatan rancangan kurikulum Diklat tersebut diselenggarakan kegiatan Pra Konsensus yang akan diusulkan menjadi kurikulum standar hingga dapat diberlakukan secara nasional melalui tahapan Konsensus. Forum berlangsung di Gedung Pusdiklat Mineral dan
Batubara lantai 4, 11 Mei 2015. Dihadiri perwakilan dari Sekretariat Badan Diklat ESDM, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara juga perusahaan tambang (PT. Aneka Tambang, PT. Vale Indonesia, dan PT. Adaro Indonesia). Turut hadir pula Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Timur, dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat. Rancangan Standar Kurikulum Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara dipimpin langsung oleh Ir. Rachmat Saleh, M.T. selaku ketua sidang, Makmun Abdullah, S.T., M.T. selaku moderator dan selaku penyaji, Anton Priangga Utama, S.T., M.T. dan Ayi Ruhiyat Sukartin, SE. Sedangkan Rancangan Standar Kurikulum Diklat Pengolahan dan Pemurnian Bijih Emas dimoderatori Ahmad Helmi, S.T., M.Eng., dengan penyaji yaitu Dr. Zaki Mubarok, S.T., M.T. Pembahas untuk kedua rancangan standar Diklat dipimpin oleh Ir. Rachmat Saleh, M.T. dan Dedi Rustandi, SE. Kesimpulan sidang menyetujui pengajuan Rancangan Standar Kurikulum Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara ke Forum Konsensus Standar Kurikulum Diklat dengan catatan, sedangkan Rancangan Standar Kurikulum Diklat Pengolahan dan Pemurnian Bijih Emas diajukan ke Forum Konsensus Standar Kurikulum Diklat. *Kepala Sub Bidang Kerjasama dan Informasi
7
Edisi ke X | Juni 2015
KUNJUNGAN KEPALA BADAN DIKLAT ESDM
KE PT. SMELTING GRESIK Oleh: Ahmad Helmi, S.T., M.Eng
Kebijakan peningkatan nilai tambah mineral melalui teknologi pengolahan dan pemurnian dapat memberikan dampak pada kemanfaatan yang lebih tinggi pada produk yang dihasilkan dan memberikan efek ganda (multiplier effect) pada pengembangan industri yang terkait. Juga membuka lapangan kerja, dan alih teknologi. Kebijakan peningkatan nilai tambah bahan tambang juga diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri dalam negeri dan peningkatan penerimaan Negara, baik pemerintah pusat maupun daerah. Kebijakan pemerintah terkait peningkatan nilai tambah mineral melalui teknologi pengolahan dan pemurnian harus segera ditindaklanjuti oleh perusahaan tambang mineral di Untuk mengetahui kebutuhan kompetensi bagi tenaga kerja pada industri Indonesia. smelting, serta untuk mengidentifikasi kebutuhan Diklat bagi para calon tenaga kerja Sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan di industri smelting, khususnya pada smelter tembaga, Kepala Badan Diklat ESDM, tersebut salah satu langkah yang dilakukan adalah Djadjang Sukarna dan rombongan dari Badiklat dan Pusdiklat Minerba melakukan penyiapan infrastruktur terkait peleburan dan kunjungan ke PT. Smelting di Gresik pada 29-30 April 2015. pemurnian mineral. Hal ini diwujudkan dengan menyiapkan pabrik smelter yang tentu memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit. Dalam kaitannya dengan penyiapan tenaga kerja, sumber daya manusia yang kompeten sangat diperlukan untuk mendukung terwujudnya hal tersebut. Sebagai lembaga Diklat pemerintah pada sektor Energi dan Sumber Daya Manusia, Badan Diklat (Badiklat) ESDM harus mengambil peran dalam penyediaan sumber daya manusia yang nantinya akan berkontribusi langsung dalam mewujudkan terlaksananya program peningkatan nilai tambah mineral.
8
Selama kunjungan Ka. Badiklat dan rombongon meninjau lokasi juga melakukan diskusi berkaitan kondisi yang terjadi di PT. Smelting. Teknologi Mitsubishi yang diterapkan pada proses peleburan di PT. Smelting merupakan teknologi dengan sistem otomatisasi sehingga dalam proses produksinya, kebutuhan sumber daya manusia sangat terbatas. PT. Smelting tidak mengalami kendala dalam pemenuhan tenaga kerja, khususnya level operator, tetapi terkendala pada level team leader yang mempunyai keahlian Metalurgi. Terkait rencana program Diklat bagi operator smelter, perlu adanya indentifikasi lebih lanjut mengenai sasaran lulusan Diklat tersebut, mengingat kualifikasi dari setiap operator smelter untuk komoditas mineral yang berbeda.
*Widyaiswara
Edisi ke X | Juni 2015
BASIC WORKSHOP ON MINING CONSERVATION
Oleh: Ibrahim Priyana Hardjawidjaksana* Sesuai amanat UU no 4 tahun 2009, terdapat enam fokus inspeksi pertambangan, salah satunya aspek konservasi. Dalam praktiknya, hingga kini pelaksanaan inspeksi pertambangan menitikberatkan kepada aspek keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan pertambangan. Bukan hanya di Indonesia, juga di negaranegara yang memiliki pertambangan besar seperti Australia dan Amerika Serikat. Kedua aspek itu merupakan aspek utama dalam kegiatan inspeksi, sehingga banyak benchmark dan best practices yang bisa diadaptasi. Indonesia sendiri memiliki pedoman terperinci untuk kedua aspek tersebut, di antaranya kepmen 555k/1995, permen ESDM 38/2014, permen ESDM 7/2014.
Untuk menjalankan tugasnya, seorang inspektur aspek konservasi harus dapat mengidentifikasi bahwa perusahaan pertambangan memanfaatkan cadangan sumberdaya di wilayahnya secara optimal dengan mempertimbangkan hak guna sumberdaya generasi berikutnya. Penilaian terhadap pemanfaatan sumberdaya secara cerdas ini termasuk (namun tidak terbatas) kepada pertimbangan penentuan ore/waste, recovery pertambangan dan pengolahan, pengelolaan cadangan marginal, pemanfaatan batubara dan mineral kadar rendah serta pemanfaatan mineral ikutan.
“Basic Workshop on Mining Conservation diselenggarakan secara Bilingual”
Presentasi project e-Learning Basic Workshop on Mining Conservation yang diselenggarakan di Bandung 25-28 Mei 2015 merupakan salah satu program kerjasama Pusdiklat Mineral dan Batubara dengan International Mining for Development Center (IM4DC). Kegiatan ini dihadiri lebih dari lima puluh peserta berasal dari pemerintah daerah dan perusahaan pertambangan di Indonesia. Mengedepankan dua pembicara tamu dari Australia yaitu Norm Hanson dan Andrew Scott. Workshop ini merupakan salah satu bagian reformasi diklat Inspektur Tambang yang kelak direncanakan akan disampaikan melalui sistem distance learning/ e-learning. Dari sisi konten, workshop ini dimaksudkan untuk membentuk (dan kemudian mensosialisasikan) konsep inspeksi konservasi secara lebih solid, terutama mengingat belum adanya pedoman teknis dan implementasi pengawasan konservasi secara meluas. Secara teknis, melalui workshop ini diharapkan masukan dan saran terhadap upaya transformasi diklat inspektur tambang, dari pembelajaran klasikal menjadi pembelajaran jarak jauh.
“Diskusi Kepala Pusdiklat Minerba dengan Direktur IM4DC disela kegiatan Workshop”
Workshop dibagi Lima Sesi. Sesi pertama mengenai Indonesian Resources Conservation Policy membahas perkembangan kebijakan konservasi sumber daya manusia dan peran Inspektur Tambang dalam pengawasan konservasi. Pada sesi ini juga dibahas pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh yang tengah digodok oleh Pusdiklat Mineral dan Batubara. Sesi kedua dan ketiga membahas mengenai perhitungan sumberdaya dan konversi sumber daya menjadi cadangan. Kedua materi ini erat kaitannya dengan awal tahapan pertambangan dan menjadi titik acuan pengukuran keberhasilan konservasi sumber daya cadangan. Teknik pemodelan sumberdaya, JORC Code dan terminologi competent person menjadi topik utama dalam sesi ini. Sesi keempat dan kelima membahas recovery dan rekonsiliasi. Pada sesi ini terjadi pertukaran informasi mengenai praktek konservasi melalui recovery sumber daya yang dilakukan Australia dan Indonesia. Norm Hanson juga berbagi pengalaman bagaimana Australia mengkonversi Waste menjadi Resources, sementara Andrew Scott membahas teknik-teknik rekonsiliasi dan pelaporan.
“Penyerahan cinderamata kepada Direktur IM4DC oleh Kepala Bidang Program dan Kerjasama ETCMC”
*Analis Kerjasama
9
Edisi ke X | Juni 2015
Tanya Jawab
1
Saya ingin menanyakan apakah mahasiswa fresh graduate (baru lulus) bisa mengikuti Diklat juru ledak kelas II? Pengalaman di pertambangan baru sebatas on job training/kp selama 2 bulan. (Edo Syawaludin – ITB)
2
Diklat sertifikasi Juru Ledak Kelas II harus diusulkan oleh perusahaan di mana calon peserta bekerja. Untuk Bapak Edo Syawaludin mohon maaf belum dapat mengikuti kegiatan tersebut. Terima kasih.
Dear Tekmira, Bisa minta info, apakah Tekmira bisa melakukan uji kekerasan ore/batuan dari tambang emas PT.NHM. Jika bisa, bisa dapat info terkait quotation untuk uji kekerasan ore/ batu ini, terima kasih
(Deddy Barata – PT. Nusa Halmahera Minerals) Pusdiklat Mineral dan Batubara tidak dapat melakukan uji kekerasan ore/batuan. Anda dapat menghubungi: Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jalan Jenderal Sudirman No. 623 Bandung Telp. 022 – 6030483 Fax. 022 – 6003373 Email:
[email protected] CP. Manager Teknis Laboratorium Geomekanika (Bapak Sotorguga Silaban, S.T.) Terima kasih, mudah-mudahan informasi yang kami berikan dapat membantu.
10
Edisi ke X | Juni 2015
Pria kelahiran Gresik 2 Juli 1960 ini menjabat Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral di Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sejak Mei 2015. Sarjana Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPN) Surabaya ini sempat menduduki posisi Kepala Seksi Proses khusus (1993), Kepala Subdit Pengolahan Migas (1999), dan menjabat Kasi Pengilangan Minyak Bumi. Pada tahun 2013 menempati posisi Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Sejak 15 Agustus 2013 dipercaya untuk menjabat sebagai Direktur Pembinaan Pengusahaan Hilir Minyak dan Gas Bumi lalu pada tahun berikutnya terpilih menjadi Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Geologi.
“INDONESIA BISA MENYAMAI JEPANG”
Selama menjabat di Pusdiklat Geologi dan Pengusahaan Hilir ia banyak melakukan perubahan baik dari segi penataan organisasi hingga membangun kilang LPG di Musi, Banyuasin, Sumatera Selatan. Banyak orang mencibir, tetapi dari situ ia bisa membuktikan bahwa dengan ide dan gagasannya, semua bisa tercapai. Perjuangan untuk membangun kilang tersebut sangat luar biasa, tetapi kepuasan dengan membuktikan kepada orang-orang tersebut bisa tergantikan. Penyuka traveling dan otomotif ini beristrikan Menuk, seorang dokter umum di Dinas Kesehatan Karawang, dan ayah dari Almira Rizki Sesarmeda mahasiswa S2 Jurusan Psikologi di Universitas Gajah Mada (UGM). Ia mengaku sangat terinspirasi tokoh BJ. Habibie, seorang teknokrat nasional Indonesia yang disegani oleh dunia internasional. Berikut wawancara Info Minerba bersama Ir. Mohammad Hidayat.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Ir. Mohammad Hidayat 11
Edisi ke X | Juni 2015
Sejauh mana pelaksanaan kebijakan Peningkatan Nilai Tambah (PNT)? Pelaksanaan kewajiban Peningkatan Nilai Tambah merupakan amanah dari UU Nomor 4 Tahun 2009 yang bertujuan untuk mengubah pola pengelolaan usaha pertambangan Indonesia yang semula berorientasi kepada produksi dan ekspor bijih/raw material menjadi penyediaan raw material untuk industri dalam negeri yang berorientasi kepada pemenuhan 'end product' yang siap digunakan oleh sektor industri manufaktur atau industri lainnya di dalam negeri. Selama ini terdapat kondisi yang kontra-produktif pada sektor industri nasional, di mana Indonesia terus menjadi raw-materialsexporter-specialist sekaligus menjadi industry-materials-importer-specialist dalam mengembangkan infrastruktur dan sektor industrinya. Untuk mengatasi hal tersebut, melalui UU Nomor 4 Tahun 2009, Pemerintah mewajibkan para pelaku usaha pertambangan untuk melakukan kegiatan peningkatan nilai tambah (PNT) melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Kebijakan ini juga sejalan dengan amanah Undang Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang mewajibkan pengolahan sumber daya alam di dalam negeri. Sumber daya tembaga, emas, bauksit, nikel, besi dan timah yang dimiliki Indonesia merupakan tulang punggung bahan baku industri manufaktur di dalam negeri yang saat ini masih mengandalkan proses impor. Mengubah pola pikir “menjual tanah air”, “hit and run” dan “easy money, quick return” terhadap skema pengusahaan mineral harus sudah dilakukan. Pemenuhan kebutuhan mineral industri dalam negeri yang dapat menimbulkan multiplier effect terhadap sektor lainnya harus dijadikan acuan utama. Kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral akan menghasilkan produk logam (atau produk lainnya yang memiliki value yang lebih tinggi) yang merupakan bahan baku bagi sektor industri. Peningkatan nilai tambah akan memacu perkembangan sektor industri berbasis mineral dan juga memacu pertumbuhan ekonomi secara nasional. Sampai saat ini, kondisi secara umum: (1) bijih tembaga seluruhnya telah diolah menjadi konsentrat tembaga dan sebagian dimurnikan menjadi logam tembaga, sedangkan kandungan perak, emas dan unsur jarang lainnya seperti anode slime yang masih dimurnikan di luar negeri; (2) Bijih nikel baru sebagian dimurnikan menjadi feronikel, NPI dan nickel matte; (3) Bijih bauksit sebagian dimurnikan dalam bentuk chemical grade alumina (CGA) sedangkan smelter grade alumina (SGA) sebagai bahan baku industri aluminium masih dipasok dari luar negeri; (4) Bijih besi dan pasir besi sebagian dimurnikan menjadi sponge iron, pig iron dan besi billet.
12
Edisi ke X | Juni 2015
Progress yang telah dicapai sampai saat ini harus diapresiasi mengingat kini pelaksanaan kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral sudah mulai menemukan bentuk yang padu dan siap untuk dikembangkan untuk menjadi lebih baik lagi. Kedepannya, Kami akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak (akademisi, pelaku usaha, lintas K/L dan asosiasi) untuk melaksanakan fungsi koordinasi, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri agar dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita Pasal 33 UUD 1945, memastikan seluruh rakyat Indonesia merasakan manfaat dari industri pertambangan itu sendiri.
13
Edisi ke X | Juni 2015
Kendala apa yang dihadapi dalam melaksanakan kebijakan PNT tersebut? As the old saying goes, “All good things are difficult to achieve, and bad things are very easy to get”. Tentunya masalah dan kendala akan selalu muncul, tapi harus dilihat sebagai tantangan dan peluang untuk menjadikan suatu kebijakan menjadi do-able dan dapat mencapai tujuannya. Khusus untuk kebijakan Peningkatan Nilai Tambah, permasalahan dan kendala yang selama ini ditemukan antara lain : a. Insentif fiskal dan perpajakan untuk para pelaku industri pertambangan ini masih dirasa belum optimal sehingga iklim investasi masih dirasa kurang kondusif; b. A s p e k p e r i z i n a n , t e r u t a m a permasalahan lahan masih dirasa rumit dan memakan waktu relatif lama; c. Belum tersedianya infrastruktur utama dan pendukung seperti contohnya ketersediaan listrik, jalan, pelabuhan, dll.; d. Ego sektoral antar kementerian dan/atau lembaga yang menjadikan koordinasi dan harmonisasi kebijakan/peraturan sulit untuk dilakukan; e. Data sumber daya dan cadangan mineral serta batubara belum dapat dikatakan reliable sehingga promosi investasi belum dapat dilakukan secara optimal; f. Peran universitas dan lembaga litbang dirasa belum optimal dalam mendukung pengembangan teknologi pengolahan dan pemurnian mineral secara teknis dan ekonomis.
14
Edisi ke X | Juni 2015
Sejauh ini berapa banyak investor yang sudah terlibat atau berminat dalam pelaksanaan pembangunan smelter? Indonesia sudah lama dikenal sebagai negara dengan potensi mineral logam, non logam dan batuan yang sangat besar dan pastinya hal ini akan menarik minat i n v e s t o r u n t u k m e n a n a m ka n modalnya di Indonesia untuk melakukan kegiatan pertambangan baik hanya pada aspek hulu ataupun integrated hingga sektor hilir. Sejak beberapa waktu lalu, perkembangan respons investor dirasa sangat baik meskipun belum optimal. Sentimen dunia usaha sempat diwarnai gerakan 'wait and see' terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa masih 'labil'. Namun beberapa tahun terakhir ini kita membuktikan pada dunia Internasional bahwa pemerintah konsisten dengan kebijakan dan sikapnya bahwa kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri merupakan harga yang tidak mungkin bisa ditawar lagi. S u l i t u nt u k m e n j awa b pertanyaan terkait jumlah investor mengingat jumlahnya sangat banyak, namun peta persebaran lokasi rencana smelter per komoditas di bawah ini dapat menggambarkan betapa kebijakan Peningkatan Nilai Tambah mulai menunjukkan titik terangnya.
Tembaga :
Pasir Besi :
Nikel :
Bijih Besi :
Bauksit :
Mangan :
15
Edisi ke X | Juni 2015
Bagaimana peran pemerintah baik pusat maupun daerah dalam hal pelaksanaan kebijakan PNT? Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan satu kesatuan organisasi yang harus bergerak secara sinergis dan bersama – sama dalam mewujudkan kondisi yang kondusif guna mendukung pelaksanaan kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Menindaklanjuti inventarisasi tantangan dan peluang pada butir 2, maka langkah – langkah yang sudah mulai dilakukan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu antara lain : a. Menciptakan iklim investasi yang kondusif - Pemberian insentif fiskal dan perpajakan - Simplifikasi perizinan, terutama terkait lahan b. Menyediakan infrastruktur utama dan pendukung - Merealisasikan program 35 GW, meningkatkan rasio elektrifikasi - Revitalisasi dan konstruksi fasilitas transportasi, seperti jalan, pelabuhan, dan lain-lain. c. Koordinasi dan harmonisasi kebijakan/peraturan untuk memudahkan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian - Lintas Sektor antar Kementerian: Kemen-LH-Hut, Kemenperin, Kemenkeu, Kemen-PU, Kemenhub, dll. - Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah - Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten - Pelaku usaha/IUP/KK/PKP2B d. Intensifikasi kegiatan eksplorasi untuk meningkatkan jumlah sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara e. Pengendalian tata niaga ekspor mineral dan batubara untuk memberikan jaminan pasokan bahan baku dan energi
16
f. Meningkatkan peran Universitas dan Lembaga Litbang Uji teknologi Optimasi proses tekhnology, economically and technically feasible Proses alih teknologi dan mendorong inovasi Peningkatan kerjasama bilateral dan multilateral untuk meningkatkan laju investasi dan proses alih teknologi
Edisi ke X | Juni 2015
Bagaimana dengan SDM yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan PNT? Dalam konteks ini, kita pertama – tama harus bisa membedakan “negara kaya” dan “negara maju”. Arab Saudi dan Indonesia adalah contoh “negara kaya” dan Jepang adalah contoh “negara maju”. Determinasi “kemajuan” lebih dekat kepada kualitas sumberdaya manusia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aplikasinya pada sektor ekonomi-industri di negaranya (yang sifatnya tentunya lebih dinamis). Sementara “kekayaan” identik dengan sumberdaya alam (dan bersifat statis). Dari hal tersebut, nyaris tak terbantahkan bahwa SDM adalah kunci “kemajuan” suatu bangsa. Seiring dengan hal tersebut, menggunakan momentum ASEAN Economic Community yang akan diberlakukan mulai tahun ini, pembangunan di Indonesia telah ditetapkan untuk mengacu kepada empat pilar utama, dimana salah satu dari empat pilar tersebut ialah Indonesia harus meningkatkan daya saing dan ekonomi nasional, dan tentunya untuk meningkatkan daya saing dan ekonomi nasional akan membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Indonesia tidak kekurangan manusia berbakat. Dalam praktiknya, banyak putra – putri Indonesia yang berhasil menjuarai berbagai ajang Olimpiade Internasional di bidang ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, dalam rekayasa industri maupun teknologi, putra – putri Indonesia juga telah mampu menunjukkan kebolehannya. Namun, yang masih menjadi permasalahan yaitu ketidak-setaraan kualitas SDM Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah secara bersama – sama menjadikan program pengembangan SDM sebagai program utama yang berkelanjutan dan konsisten, khususnya untuk program pendidikan dan kesehatan. Penciptaan iklim dunia pendidikan yang terjangkau dan berkualitas dimanifestasikan dengan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses ke perguruan tinggi, peningkatan kompetisi tenaga pendidik dan pengajar serta penyediaan infrastruktur pendidikan yang layak. Selanjutnya Pemerintah juga menggalakan program – program pelayanan kesehatan mendasar-murah-berkualitas yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pelayanan kesehatan mendasar tersebut meliputi peningkatan gizi, pencegahan wabah penyakit, penanganan terhadap penyakit dan penyediaan obat – obatan yang berkualitas dan memadai. Selain itu, kampanye pola hidup sehat, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan juga menjadi program yang menjadi perhatian utama. Dengan hal tersebut, pembangunan SDM sebagai salah satu pilar pembangunan utama diharapkan dapat menjadi prime-mover yang menggerakkan Indonesia ke titik yang lebih baik dan bisa menyamai Jepang sebagai negara “maju”, atau bahkan melampauinya karena Indonesia memiliki satu faktor lain yang tidak dimiliki Jepang : SDA yang berlimpah!
17
Edisi ke X | Juni 2015
THE 7th JAPAN – INDONESIA COAL POLICY DIALOGUE Oleh: Agus Sukardji* Pertemuan ke 7 Indonesia-Japan Coal Dialogue berlangsung di Tokyo Center Hotel, Tokyo, Jepang, 15 Juni 2015. Acara ini merupakan kelanjutan dari pertemuan ke 6 yang berlangsung tahun lalu. Pertemuan kali ini mendiskusikan kerjasama yang telah dilaksanakan maupun yang akan datang antara kedua negara khususnya di bidang batubara. Serta membahas tentang kebijakan terbaru mengenai batubara untuk mengamankan pasokan dan permintaan batubara di kedua Negara.
18
Edisi ke X | Juni 2015
Delegasi Jepang dipimpin oleh Takafumi Kakudo, Direktur Divisi Batubara, Badan Sumber Daya Alam dan Energi (ANRE), Kementerian Ekonomi Perdagangan dan Industri (METI). Perwakilan Jepang juga termasuk dari berbagai lembaga di Jepang yaitu Divisi Batubara METI, Japan Oil Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), Nippon Export and Investment Insurance (NEXI), Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan Coal Energy Center (JCOAL). Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sri Raharjo, Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Serta perwakilan dari berbagai lembaga yaitu Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara ESDM, Direktorat Jenderal Listrik, Badan Geologi ESDM, Biro Perencanaan dan Kerjasama, Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusdiklat Minerba dan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Pertemuan tersebut dihadiri sekitar 33 orang perwakilan dari kedua Negara. Adapun hal-hal penting yang dibahas antara lain: - Kebijakan Batubara Dalam pertemuan tersebut, Pihak Jepang Jepang menyampaikan tentang rencana energi strategis baru serta kebijakan terkini di Jepang. Juga dijelaskan tentang diskusi yang sedang berlangsung berkaitan dengan Japan Energy Mix. Dalam konteks ini, pembangkit listrik tenaga batu bara akan menyumbang sekitar 26% dari total pasokan listrik Jepang di tahun 2030. Jepang menyatakan keprihatinannya tentang pengaruh peraturan dan kebijakan di Indonesia, dan meminta untuk dapat melakukan konsultasi lebih intensif tentang kebijakan batubara dan untuk meningkatkan infrastruktur menyangkut pengembangan tambang batubara dan lingkungan investasi batubara. Jepang juga meminta Indonesia untuk melakukan transparansi manajemen berkaitan dengan kebijakan batubara untuk mengamankan kestabilan pasokan batubara ke Jepang, meskipun permintaan batubara di dalam negeri akan diharapkan meningkat di Indonesia. Indonesia memperbarui kebijakan batubara dengan fokus untuk mendukung proyek listrik 35 Giga Watt. Sesuai rencana untuk membangun lebih banyak pembangkit tenaga listrik, batubara akan diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri terutama untuk sumber listrik. Namun, mengacu kepada jumlah produksi batubara Indonesia, alokasi ekspor masih sangat dimungkinkan. Lebih lanjut, Indonesia juga mendorong benefisiasi batubara di dalam negeri terutama untuk gasifikasi batubara, pencairan batubara, dan pembangkit listrik mulut tambang. Kedua Negara menegaskan kembali pentingnya hubungan perdagangan dan investasi untuk pengembangan batubara. Indonesia menyampaikan kepedulian dan menyatakan dukungan terhadap permintaan Jepang untuk memberikan pasokan batubara yang stabil. Kedua negara menyampaikan kebutuhan kerja sama tentang masalah ini. - Pengembangan Sumber Daya Batubara Jepang menyapaikan mengenai kemajuan proyek Kota Batubara Bersih yang bertujuan untuk membuat rencana induk untuk mewujudkan “low carbon and resource recycling coal mining district”. Selain itu, mengenai kemungkinan kerjasama survei batubara dan eksplorasi, Jepang menjelaskan skema proyek patungan baru yang akan dilakukan oleh JOGMEC untuk memfasilitasi investasi pertambangan dari Jepang. Akhirnya, Jepang dan Indonesia menegaskan kembali pentingnya perdagangan dan kemitraan investasi. *Staf Bidang Program dan Kerjasama
19
Edisi ke X | Juni 2015
Indonesia menyampaikan eksplorasi batubara yang mendalam di Indonesia. Beberapa daerah pertambangan di Indonesia tumpang tindih dengan wilayah kehutanan dan perkebunan. Di sisi lain, penambangan terbuka membutuhkan area yang luas dan dianggap merusak dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu eksplorasi batubara yang mendalam, diperlukan untuk menghindari tumpang tindih dalam penggunaan lahan dan untuk menjaga keberlangsungan industri batubara di Indonesia. eksplorasi yang dilakukan oleh Badan Geologi sudah termasuk penelusuran potensi batubara di bawah kedalaman 100 meter. Proses ini dilakukan melalui pengeboran sampai dengan kedalaman 500 meter. Saat ini, Badan Geologi telah selesai melakukan eksplorasi batubara di 60 daerah di Sumatera dan Kepulauan Kalimantan. Data hasil eksplorasi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti: tambang bawah tanah batubara, CBM, batubara ke cair, dan gasifikasi batubara bawah tanah. Kedua negara berbagi pandangan tentang pentingnya kerja sama terus menerus dalam rangka eksplorasi batubara untuk memenuhi pasokan batubara dalam negeri Indonesia di masa depan serta mewujudkan kestabilan perdagangan batubar kedua negara - Pengembangan Teknologi Jepang menyampaikan kemajuan kerja sama proyek terkait pemanfaatan teknologi batubara peringkat rendah seperti TIGAR, Hot Water Treating Coal Slurry
20
(CWM), Upgraded Brown Coal (UBC) dan pembangkit listrik mulut tambang skala kecil menambahkan batubara dengan bahan biomassa. Indonesia menyampaikan penelitian bersama untuk penerapan teknologi pemanfaatan batubara terutama pada peningkatan batubara dan gasifikasi. Banyak penelitian dilakukan dalam bidang ini, namun tidak satupun dari penelitian tersebut telah diimplementasikan secara komersial. Baru-baru ini Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara telah menyelesaikan pabrik percontohan upgrade batubara dan gasifikasi batubara yang siap untuk demo dan pabrik komersial. Namun, penelitian bersama sangat diperlukan untuk meningkatkan teknologi upgrade batubara dan gasifikasi. Indonesia akan mendukung setiap pihak yang tertarik dalam penelitian bersama dan memberikan insentif karena program ini akan berkontribusi besar terhadap keamanan energi Indonesia. Selanjutnya, Jepang meminta Indonesia untuk mempertimbangkan pengenalan insentif untuk memajukan pemanfaatan batubara peringkat rendah secara komersial di Indonesia termasuk insentif pajak, aplikasi yang fleksibel dari sistem formula harga batubara peringkat rendah. Sebagai jawaban, Indonesia akan menindaklanjuti permintaan jepang tersebut. Kedua negara menegaskan untuk membahas promosi lebih lanjut dari penyebaran teknologi batubara peringkat
rendah dan untuk menindaklanjuti perkembangannya. - Pendidikan dan Pelatihan Jepang menyampaikan kembali proyek bersama, "Project for Overseas Transfer of Coal Mining Technology" dan program pelatihan untuk keselamatan dan pengembangan tambang batubara bawah tanah. Indonesia melaporkan perkembangan pelatihan dan kesempatan dalam pendidikan dan pelatihan bersama mengenai pertambangan batu bara. Kerjasama antara kedua negara telah berlangsung sejak tahun 2001 dengan subjek seperti CCT dan Training Project on Coal Mining Technology (TPOC). Kerjasama tersebut sangat menguntungkan Indonesia khususnya dalam mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan dan meningkatkan produktivitas. Saat ini teknologi pengolahan batubara sangat diperlukan karena sebagian besar pengguna batubara di Indonesia memanfaatkan batu bara sebagaimana adanya, dan teknik pengolahan batu bara masih dilakukan sesuai kebutuhan pasar. Teknologi aplikasi untuk teknologi upgrade batubara peringkat rendah muncul sebagai suatu kebutuhan karena sebagian besar cadangan batubara Indonesia adalah batubara peringkat rendah. Indonesia menyatakan dukungan penuh pada kelanjutan kerjasama sebelumnya dan mengusulkan untuk melakukan TPOC dan CCT - Coal Upgrade Technology.
Edisi ke X | Juni 2015
Jepang menyambut proposal yang diajukan oleh Indonesia dengan mengundang 10 peserta dari Indonesia untuk dilatih di Jepang sampai dengan Maret 2016 berdasarkan risalah rapat antara JOGMEC dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara. Kedua negara mengakui pentingnya melanjutkan kerjasama di bidang pengembangan sumber daya manusia pada kegiatan pertambangan batubara dan pengolahan di Indonesia. - Efisiensi tinggi pembangkit listrik tenaga batubara Jepang menjelaskan pentingnya mempercepat pengenalan efisiensi tinggi pembangkit listrik tenaga batu bara untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat serta mengatasi masalah perubahan iklim dengan mengerahkan teknologi Jepang. Jepang juga menjelaskan hasil proyek Studi Kelayakan yang menyentuh pada pembatasan dukungan keuangan publik untuk pembangkit listrik tenaga batubara yang baru. Selain itu, Jepang juga menunjukkan kesediaan untuk terlibat dalam "Proyek 35 GW" di Indonesia dan menyerukan perbaikan koneksi jaringan, konten lokal dan pengadaan tanah untuk kelancaran penyebaran teknologi Jepang. Indonesia menyambut baik kerjasama dengan Jepang untuk teknologi batubara bersih lanjutan . Indonesia melaporkan ikhtisar kebijakan listrik dan kondisi saat ini termasuk Proyek Listrik 35,5 Giga Watt ditambah 7,4 Giga Watt (42,9 Giga Watt) dan upaya untuk mengurangi emisi melalui teknologi batubara bersih. Pasokan energi untuk listrik di Indonesia masih didominasi oleh batubara dan akan tetap sama hingga 2025. kontribusi batubara masih sangat penting untuk mendukung proyek 42,9 Giga Watt, dan batu bara menyumbang 25,8 Giga Watt atau sekitar 60% dari total proyek pembangunan. Dengan meningkatnya permintaan listrik, Indonesia mengundang Jepang untuk berinvestasi dalam pengembangan pembangkit listrik. Kedua negara menegaskan pentingnya melanjutkan kerjasama untuk menyebarkan efisiensi tinggi pembangkit listrik tenaga batu bara menanggapi kenaikan kebutuhan listrik Indonesia di masa depan. Pertemuan selanjutnya akan diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2016.
21
Edisi ke X | Juni 2015
PENGEMBANGAN E-LEARNING PUSDIKLAT MINERBA Oleh: Arief Eka Putra* erjasama antara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara (Pusdiklat Minerba) dengan International Mining for Development Centre (IM4DC) kembali menghasilkan output yang sangat penting bagi pengembangan metode pendidikan dan pelatihan (diklat) di Pusdiklat Minerba, khususnya dalam pengembangan diklat jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis E-learning.
K
Pada tanggal 4-7 Mei 2015, Pusdiklat Minerba kembali mengadakan pertemuan dengan IM4DC sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya pada tanggal 2-5 Maret 2015. Pertemuan kali ini diadakan dalam rangka membahas progress dari pengembangan design course yang sebelumnya sudah disusun, untuk diimplementasikan pada E-Learning Pusdiklat Minerba. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Trish Andrew dan Charles Singer yang merupakan pakar dari IM4DC, pengajar atau widyaiswara Pusdiklat Minerba, dan beberapa pegawai di lingkungan Pusdiklat Minerba yang nantinya akan terlibat langsung dalam pengelolaan E-Learning baik sebagai operator maupun sebagai administrator, serta konsultan yang telah mengembangkan E-Learning Pusdiklat Minerba. Pertemuan diawali sambutan dari Kepala Bidang Program dan Kerjasama, Ade Hidayat, dilanjutkan pembahasan mengenai konten-konten yang telah dibuat sesuai blueprint dan action plan hasil rancangan dan kesepakatan dari pertemuan sebelumnya. Salah satunya adalah materi mengenai tujuan dan pentingnya konservasi yang disajikan dalam bentuk file dengan format Dokumen Microsoft Word (.docx). Dalam kesempatan ini juga dipaparkan mengenai model dan desain antarmuka dari E-Learning Pusdiklat Minerba yang disampaikan oleh Dedy Setyo Afrianto selaku konsultan yang mengembangkan E-Learning.
22
Edisi ke X | Juni 2015
Dedy memulai pemaparannya dengan menyampaikan semua features dan menu-menu yang tersedia di E-Learning. Menu yang ada di E-Learning tersebut di antaranya : 1.
Menu Home Page / Halaman Utama, menu ini berisi informasi singkat mengenai Pusdiklat Minerba serta informasi tahapan pendaftaran peserta.
2.
Menu Kategori Khusus, menu isi berisi daftar diklat yang bisa diikuti.
Dedy juga menjelaskan tata cara pengelolaan E-Learning kepada para Administrator serta Operator, di antaranya cara meregistrasi setiap peserta yang telah terdaftar ke dalam diklat yang akan diikuti; memasukkan materi-materi pembelajaran ke dalam diklat; membuat sebuah forum diskusi; membuat assestment untuk setiap diklat. Serta penjelasan secara detail mengenai Course Management atau pengelolaan diklat yang sedang berjalan termasuk apa saja yang harus ada pada setiap lesson section di masing-masing diklat. Pembahasan semakin menarik karena antusiasme peserta yang hadir serta adanya tambahan dan masukan dari Expert IM4DC yang membahas mengenai hal – hal teknis lainnya yang tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan E-Learning. Para pakar memberikan beberapa masukan tentang cara menyajikan sebuah materi diklat yang efektif dan mudah dipahami oleh para peserta diklat, penentuan pembobotan nilai yang akan dijadikan sebagai salah satu tolak ukur dalam melakukan penilaian terhadap perkembangan pemahaman setiap peserta diklat, serta pentingnya peran helpdesk yang akan dijadikan sebagai pusat informasi bagi para user atau pengguna apabila mengalami kendala pada saat menggunakan E-Learning. Secara keseluruhan, hasil kesepakatan yang didapatkan dari pertemuan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan untuk tindak lanjut dalam implementasi pengajaran dengan metode E-Learning di masa yang akan datang. Selain itu juga diharapkan dengan adanya pertemuan ini dapat lebih membuka wawasan bagi Pusdiklat Minerba agar dapat mengidentifikasi diklat-diklat lain yang kiranya dapat dimigrasikan ke dalam metode E-Learning. Tentunya juga mempersiapkan para personel yang akan terlibat serta sumber daya lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan E-Learning di masa yang akan datang.
*Staf Bidang Program dan Kerjasama
23
Edisi ke X | Juni 2015
FAMILIARISATION PROGRAM (VOCATIONAL AND EDUCATION TRAINING) QUEENSLAND, AUSTRALIA Oleh: Wien Evayanti Redina*
Pemerintah Queensland Australia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kerjasama dengan universitas, perguruan tinggi dan industri untuk mendukung ekonomi negara. Keterlibatan antara lembaga melalui kolaborasi dan pertukaran pengetahuan merupakan agenda utama dalam familiarisation program. Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan sosialisasi dengan penyedia pendidikan berkualitas dan untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam dari pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan Familiarisation Program diselenggarakan oleh Trade and Investment Queensland Australia. Kegiatan dibagi menjadi 2 jenis program yaitu University Stream dan Vocational and Education Training Stream. Tim Pusdiklat Mineral dan Batubara hanya berpartisipasi dalam VET Program yang dilaksanakan 9 – 16 Mei 2015. Peserta berjumlah 18 orang berasal dari India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, China, Thailand, Colombia, Peru, Bangalore, Polandia dan Vietnam. Hadir sebagai undangan, Pusdiklat Mineral dan Batubara berkesempatan untuk menjajagi peluang dan mengembangkan kerjasama serta jejaring kerja bidang pendidikan dan pelatihan sektor energi dan sumber daya mineral dengan Perguruan Tinggi terkemuka dan Lembaga terkait lainnya di luar negeri. Delegasi Pusdiklat Mineral dan Batubara terdiri dari Ade Hidayat (Kepala Bidang Program dan Kerjasama), Wien Evayanti Redina (Kepala Sub Bidang Kerja sama dan Informasi) dan Endang Kusnadi (Kepala Sub Bagian Kepegawaian, Pusdiklat Minerba). Pada kunjungan ini, Pusdiklat Minerba mengharapkan adanya kelanjutan kerjasama dengan Institusi lain di Australia terutama dalam pengembangan E-Learning yang sudah dirintis dengan IM4DC sebelumnya dan akan berakhir pada Juni 2015. Juga pengembangan training smelter baik untuk operator dan pengelolaannya serta melakukan sosialisasi dengan penyedia pendidikan berkualitas untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam dari masing–masing pihak yang membutuhkan, serta berbagi informasi dengan delegasi dari sejumlah negara yang hadir.
24
Edisi ke X | Juni 2015
Beberapa provider yang ditemui adalah: TAFE Queensland merupakan Lembaga terbesar di Queensland, Australia, yang menyediakan pendidikan dan training (vocational education and training) berbasis kompetensi. TAFE Queensland tersebar di 6 lokasi yaitu: Brisbane, East Coast, Gold Coast, Cairns (North), Acacia Ridge (Skills Tech) dan Toowoomba (South West). Central Queensland University merupakan universitas terbesar dengan pertumbuhan luar biasa sejak tahun 2009 dalam jumlah siswa, program baru, kampus baru, infrastruktur, dan satu-satunya lembaga penelitian yang terkenal bagi industri di Australia, Careers Australia, mempunyai model bisnis yang didesain untuk menjamin keberlanjutan training berkualitas tinggi dan pengembangan program-program dengan model economic keuangan kuat yang dapat menyediakan keuntungan bagi perluasan sektor pertambangan List Premier adalah perusahaan yang menyediakan software untuk mendukung kegiatan training, salah satu software yang ditawarkan kepada Pusdiklat Minerba adalah software untuk training di bidang pertambangan. Kinetic Grup World Wide adalah skills advisor untuk sektor sumber daya. Kinetic bekerja sama dengan organisasi-organisasi utama sumber daya di negara-negara seperti Australia, Chile, Brazil, dan Peru. Organisasi-organisasi ini semua melakukan kegiatan konsultasi untuk pengembangan tenaga kerja dan kurikulum dan teknologi solusi terintegrasi untuk mempercepat Skilling. Pertemuan dengan beberapa provider of Vocational and Education Training dalam kegiatan Familiarisation Program ini merupakan peluang yang sangat baik dalam mengembangkan mitra kerjasama dan sharing informasi dengan Insitusi dari Negara lain dalam bidang pendidikan dan pelatihan.
*Kepala Sub Bidang Rencana dan Program
25
Edisi ke X | Juni 2015
PENANDATANGANAN KESEPAKATAN INDONESIA-JEPANG Oleh: Irmayanti* Jakarta – Indonesia dan Jepang kembali melakukan penandatanganan kerja sama MoU, yang merupakan tidak lanjut dari kerja sama antara Badiklat dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC). Pihak Indonesia diwakili oleh Badiklat ESDM dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara (Pusdiklat Minerba) sementara pihak Jepang diwakili oleh JOGMEC. Penandatanganan ini dilakukan oleh Kepala Badan Diklat ESDM, Djadjang Sukarna dan Executive Director JOGMEC, Naotaka Adachi, di Ruang Rapat Kepala Badan, lantai 2, Gedung Badiklat ESDM, Rabu (20/5). Selain penandatanganan MoU, juga digelar diskusi yang dipimpin Kepala Pusdiklat Minerba, Agus Salim dan presentasi program kerja oleh Direktur JOGMEC, Naoki Sato. Kerja sama ini sendiri telah berlangsung sejak tahun 2002 hingga 2012 dengan NEDO dan sejak tahun 2012 hingga 2014 diselenggarakan oleh JOGMEC. Kegiatan penandatanganan MoU FY 2015 untuk training di Indonesia ini merupakan kelanjutan dari kegiatan Preliminary Meeting yang dilaksanakan pada 18 Maret 2015 di Bandung. Selama tahun 2002 – 2014 proyek ini sudah berhasil mengirim 1.564 orang (tenaga instruktur dari Jepang) dan melatih 17.076 orang. Pada acara tersebut telah dibahas mengenai isi dari MoU dan Implementation Plan FY 2015 Program The Training Project on Coal Mining (TPOC). Beberapa hal yang disepakati adalah:
26
1.
MoU mengacu kepada MoU yang ditandatangani pada 11 April 2014 antara Badiklat ESDM dan JOGMEC.
2.
Skema kerjasama masih sama yaitu: pelaksanaan training di Indonesia dan praktek lapangan dilaksanakan di dua lokus yang ditunjuk, yang telah disepakati yaitu di PT. Gerbang Daya Mandiri (GDM) dan PT. Allied Indo Coal Jaya, dan kegiatan Dissemination of Coal Processing, Environment and Safety Technology.
3.
Penempatan tenaga ahli Jepang akan dipusatkan di Bandung dan melaksanakan kegiatan praktek di lapangan sesuai dengan jadwal training yang direncanakan setiap training 1 bulan sebanyak 6 kali.
4.
Target peserta dalam kegiatan Dissemination of Coal Processing, Environment and Safety Technology yang akan dilaksanakan di beberapa tempat akan ditambah, tidak hanya dari perguruan tinggi dan industri saja, juga dari dinas-dinas pertambangan.
Edisi ke X | Juni 2015
Sejumlah perusahaan tambang batubara dan Dinas Pertambangan di Indonesia seperti: PT. Tambang Batubara Bukit Asam, PT. Allied Indo Coal, PT. Sumber Kurnia Buana, PT. Fajar Bumi Sakti, PT. Arutmin dan PT. Indominco serta Dinas pertambangan di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sumatera Barat telah merasakan manfaat langsung dari proyek tersebut dengan menjadi tempat pelatihan (on job training) untuk para pekerjanya dengan bimbingan langsung dari expert jepang. “MoU dan Implementation Plan FY 2015 TPOC yang akan ditandatangani ini telah melalui proses pembahasan yang seksama antar pihak Indonesia dan Jepang untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas dari kegiatan ini,” ujar Djadjang Sukarna saat membuka acara. Sasaran yang harus dicapai dari The Training on Coal Technology Project ini yaitu: 1.
Membantu dalam mencapai tingkat produktivitas yang tinggi pada tambang batubara;
2.
Menjamin pasokan batubara yang lebih besar di kawasan Asia dalam rangka mengamankan kepentingan bersama antara pemerintah Jepang dan Indonesia.
Untuk mencapai keberhasilan dalam mengimplementasikan kesepakatan tersebut, dibutuhkan kerja keras dari kedua belah pihak, baik pihak Jepang sebagai pemberi bantuan maupun pihak Indonesia yang akan menerima bantuan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah proyek ini dalam rangka alih teknologi tambang batubara bawah tanah. Juga diharapkan untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan proyek ini untuk satu tahun ke depan.
*Staf Program dan Kerjasama
27
Edisi ke X | Juni 2015
Membentuk Image Instansi melalui Bimtek Media dan Jurnalistik Cepu – Badan Diklat Energi Sumber Daya Mineral (Badiklat ESDM) menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Media dan Jurnalistik pada tanggal 22 – 24 April 2015 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas (Pusdiklat Migas) Cepu. Tema yang diangkat adalah “Membentuk Image Instansi Melalui Berita dan Foto Jurnalistik”. Program diikuti 35 peserta yang terdiri dari pejabat humas dan pengelola media online dari satuan kerja (satker) Badiklat ESDM, yaitu Pusdiklat Minerba, Pusdiklat Migas, Pusdiklat Geologi, PTK Akamigas, dan Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT). “Sesuai dengan tema, tujuan pelaksanaan ini adalah meningkatkan kemampuan para peserta dalam membuat sebuah berita dari kegiatan di Badiklat ESDM dengan format yang menarik,” ujar Kepala Pusat Pusdiklat Migas Zainal Arifin yang didampingi Kepala Bagian Umum Setbadiklat ESDM Erwin Hadi saat membuka acara Bimbingan Teknis Media dan Jurnalistik, di Aula Lantai 3, Gedung Pusdiklat Migas, Cepu. Badiklat ESDM dituntut untuk selalu memberikan informasi yang akurat, dan informatif melalui berbagai media yang ada seperti buletin, majalah, dan website secara menarik. Bimtek media dan jurnalistik ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan keahlian yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kinerja instansi. Narasumber yang menyampaikan materi selama Bimtek yang berlangsung 3 hari ini adalah Redaktur For Her Jawa Pos, Doan Widhiandono, dan fotografer Said Rizky. Selain pembekalan teori, dilakukan praktek langsung. Peserta diajak berkunjung ke kilang minyak yang berada di Pusdiklat Migas dan berkeliling melihat-lihat laboratorium yang diakhiri dengan mewawancarai Direktur STEM Akamigas, Toegas Soegeng Soegiarto (IR)
1 Hour University
“Berguru Pada Wali Kota Surabaya”
Jakarta – Untuk kali kedua 1 Hour University menghadirkan tokoh inspiratif Tri Rismaharini atau yang biasa dikenal dengan Ibu Risma, walikota wanita Surabaya pertama dan walikota terbaik di dunia. “Surabaya menerima penghargaan Adipura selama 4 tahun berturut-turut, dan ibu Risma menjadi 50 tokoh berpengaruh di dunia posisi ke-24,” sambut Menteri ESDM, Sudirman Said dengan kagum, pada saat membuka acara di Gedung Badan Diklat Kementerian ESDM, Rabu (29/4). Acara yang berlangsung selama satu jam ini terasa kurang, dengan banyaknya cerita inspiratif dan pengalaman menarik yang disampaikan Risma selama menata kota Surabaya yang carut marut. Keberhasilannya menata kota, membuat Sudirman Said takjub, dan bersemangat mengajak jajarannya untuk berbenah, “Insyaallah pasti bisa,” ujar Sudirman Said. Satu pesan Risma sesaat sebelum acara usai, terus belajar, tanpa melihat penghargaan orang lain terhadap kita. (IR)
28
Edisi ke X | Juni 2015
Pergantian Pimpinan Pusdiklat Minerba dan Sertijab Dharma Wanita Bandung – Sejak 11 Mei 2015, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara (Pusdiklat Minerba) resmi dipimpin Kepala Pusat baru Agus Salim. Pimpinan baru ini dilantik Menteri ESDM, Sudirman Said pada 7 Mei 2015 menggantikan Kepala Pusat (Kapus) lama, Hedi Hidayat, yang kini menjabat sebagai Kepala Pusat Sumber Daya Geologi. Dalam sambutan perkenalannya, Agus Salim bercerita mengenai perjalanan karirnya selama 34 tahun mengabdi di Kementerian ESDM. Agus pun mengajak seluruh jajarannya untuk bekerja sama membuat Pusdiklat yang andal, menyenangkan, dan lebih baik lagi. “Saya akan menilai dari pekerjaan, tidak ada dendam pribadi, suka tidak suka. Yang pasti ukuran saya adalah pekerjaan,” ujar Agus Salim. Pada acara pelepasan yang dihadiri seluruh pejabat dan staf dan berlangsung di aula lantai 7 gedung Pusdiklat Miberba (8/5), Kapus sebelumnya Hedi Hidayat, menyampaikan kesannya selama memimpin Pusdiklat Minerba.“Saya titipkan Pusdiklat Minerba untuk tetap dijaga, keterbukaan adalah yang paling penting. Dan kembalilah ke jalan yang benar, kesempatan selalu terbuka luas,” ujar Hedi Hidayat penuh rasa haru. Seiring pergantian pimpinan di lingkungan Pusdiklat Minerba, jabatan Ketua Dharma Wanita Persatuan Pusdiklat Mineral dan Batubara pun mengalami pergantian. Serah terima jabatan diadakan pada 29 Mei 2015 di Gedung Pusdiklat Minerba, Lantai 6 Ruang Dharma Wanita. Jabatan ketua Dharma Wanita Persatuan Mineral dan Batubara yang sebelumnya dipegang Ibu Lia Hedi Hidayat, kini diemban oleh Ibu Hizriyah Agus Salim. Sedangkan Ibu Menuk Hidayat yang sebelumnya menjabat ketua Dharma Wanita Persatuan Geologi digantikan oleh Ibu Emi Bambang Susigit. Selain unit kerja Pusdiklat Minerba, unit kerja Badan Diklat, Pusdiklat Geologi, dan Pusdiklat KEBTKE pun ikut mengalami pergantian. Acara dihadiri oleh Ketua Dharma Wanita persatuan Badan Diklat ESDM, Ibu Hertin Djajang, dan seluruh unit pelaksana Dharma Wanita di lingkungan Badan Diklat ESDM. (AR)
PROMOSI KEDIKLATAN VIA APKASI Jakarta – Untuk kali ketiga Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) menyelenggarakan The 11th APKASI International Trade and Investment Summit (AITIS), 13 – 15 Mei 2015. AITIS 2015 merupakan kegiatan promosi prospek bisnis dan investasi Indonesia di sektor pertambangan dan energi, pariwisata, dan produk kreatif, pertanian dan perkebunan, kelautan serta infrastruktur yang dikemas dalam kegiatan forum dan bisnis pameran. Presiden Joko Widodo yang didampingi Mendagri, Tjahjo Kumolo dan Ketua umum Apkasi, Isran Noor, melakukan pemukulan gong dalam pembukaan pameran yang berlangsung di Hall D, JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (13/5). Kementerian ESDM turut serta dalam acara ini, termasuk Badan Diklat ESDM dengan satuan kerjanya, salah satunya Pusdiklat Mineral dan Batubara. Dengan menampilkan informasi sektor ESDM, tepatnya mengenai Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Minerba. Informasi tersebut disajikan dalam format poster, leaflet, booklet, dan majalah. Pada ajang AITIS kali ini, stan Kementerian ESDM menyajikan alur permohonan informasi publik, proses Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di sektor ESDM, serta Program Percepatan 35.000 MW. (IR)
29
Edisi ke X | Juni 2015
Diklat Kepemimpinan Tingkat III
Diklat Juru Ledak Kelas II Angakatan I dan II
30
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV
Diklat Inspektur Tambang Angkatan I dan II
Edisi ke X | Juni 2015
Diklat Digital Mapping
Pengarahan CPNS oleh Kepala Pusdiklat Minerba
Diklat Digital Mapping
Pengarahan CPNS oleh Kepala Pusdiklat Minerba
31
Edisi ke X | Juni 2015
Kirimkan jawaban anda ke alamat e-mail redaksi (
[email protected] ) dengan subjek : games.10.2015 Dapatkan Hadiah menarik. Pemenang akan diumumkan pada edisi selanjutnya
32
Segenap Jajaran redaksi Majalah Info Pusdiklat Minerba mengucapkan
1436 H Pemenang Games Info Edisi IX, Maret 2015 adalah: 1. Yuyun Sumiati ( Kementerian ESDM ), Bandung 2. Icah Tahriyah ( PT. Kapuas Prima Coal ), Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara 3. Welly Liku Padang ( Pemerintah Kota Kendari ), Kendari Sulawesi Tenggara Hadiah akan dikirimkan ke alamat masing-masing pemenang.
33