M e w a r t a k a n
I m a n
d a n
K a s i h
BERITA U.K.I M A R E T
KEGIATAN DI BULAN APRIL
Misa Minggu Paska, dan Perayaan Paska bersama 5 April 2015
Misa Minggu II, 12 April 2015
Misa Minggu IV, 26 April 2015
GEREJA
2 0 1 5 / N O . 2 7 4
W W W . U K I . C A
Damianus Indyarta Koordinator
UKI Periode 20152018
St. Anselm’s Church 1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)
Toronto ON M4G 3H3 Ph: (416) 485-1792 Subway Stn: Davisville Redaksi: Angelina Hanapie Julian Wibowo Novius Handy Randy Danurahardja Yusup Yusup Penasehat: Rm. J. Juliwan M. SCJ Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart 58 High Park Blvd. Toronto ON M6R 1M8 Email:
[email protected]
Albert Tee, Rm J. Juliwan M, SCJ, Christine Budihardjo
MARET
HALAMAN
2015/NO.274
3
Damianus Indyarta Koordinator UKI Periode 2015-2018 Maret 2015, D elapan Church, Toronto.
St Anselm’s
Romo Johanes Juliwan Maslim SCJ, Para Senior dan Teman-teman UKI yang terkasih, Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya untuk melayani UKI selama tiga tahun mendatang, periode 2015-2018. Ijinkanlah, secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Romo Aegidius Warsito SCJ, yang telah membimbing kami selama ini, bimbingannya membuat saya dan keluarga bertumbuh dalam iman dan pelayanan. Atas nama warga UKI, kami juga ingin mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada Koordinator dan Wakil Koordinator UKI – CHRISTINE DAN OOM ALBERT atas pengabdian dan dedikasi yang tinggi yang telah kita rasakan bersama selama periode lalu, dari tahun 20122015. Pengorbanan yang tidak sedikit tentunya, sekali lagi terima kasih. Kami berusaha untuk tetap melanjutkan kegiatan-kegiatan rutin yang sudah dijalankan selama ini, (Rekoleksi, Retreat, Piknik dan Camping). Tetapi di dalam setiap kegiatan saya berharap adanya keterlibatan yang menyeluruh dari setiap warga UKI, suatu kegiatan yang bisa merangkul anggota yang tua dan muda, yang tinggal di East dan West, dan juga bagi kepada pendatang atau imigran baru dan lama. Saya juga berharap dalam kegiatan UKI mampu
menciptakan kegembiraan dalam melayani. Volunteering itu bukan beban – tapi suatu kesempatan berbagi dan menjadikannya berkat untuk semua. Seperti seruan Rasul Paulus “Kalian adalah Tubuh Kristus,”, doa dan harapan saya adalah agar kita bisa belajar bersama menemukan peran kita masing-masing yang khas, entah sebagai tangan, kaki, kepala, atau bagian apa pun dalam apa yang kita yakini sebagai bentuk nyata Tubuh Kristus dalam UKI ini. Saya berdoa agar tidak ada satu bagian tubuh pun yang merasa lebih penting daripada yang lain, melainkan bahwa kita bisa saling melengkapi, mendukung, dan menguatkan. Tubuh Kristus yang kita bangun ini terdiri dari kita manusiamanusia lemah. Sudah ada kesalahan yang kita buat, dan masih akan ada kesalahan yang kita buat. Karena itu, saya berdoa, agar dalam UKI ini ada semangat jujur untuk saling memahami, saling memohon maaf, dan saling mengampuni. Saya akan melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan, Bersama kita lanjutkan perjalanan UKI tercinta ini. Tolong sebut nama kami dalam doa-doa Anda. Saya percaya, rahmat dan cinta Tuhan senantiasa lebih besar dan lebih kuat dari kelemahan kita semua. Sekali lagi terima kasih. Tuhan memberkati. Damianus Indyarta
Foto atas, Damianus Indyarta sedang menerima berkat setelah dilantik sebagai Koordinator baru UKI. Foto bawah, Rm. Juliwan sebagai saksi turut menandatangani surat serah terima jabatan dari Koordinator lama, Christine Budihardjo kepada Damianus Indyarta
“ Volunteering itu bukan beban – tapi suatu kesempatan berbagi dan menjadikannya berkat untuk semua…” Indy
MARET
HALAMAN
2015/NO.274
Dosa yang menghancurkan.. alam Kitab Suci kita dapat membaca Sabda Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan membenci dosa namun mencintai pendosa. Mengapa Tuhan membenci dosa dan mengapa pula Tuhan mencintai manusia? Bukankah manusia dan dosa sudah menyatu sehinga setiap manusia sudah menjadi pendosa? Memang situasi kedosaan manusia sudah parah sehingga manusia harus diselamatkan dari jerat dosa dan
D
manusia seharusnya selalu ada bersama Tuhan yang telah menciptakannya. Dengan akal budi dan kehendak bebas yang dikaruniakan Tuhan, manusia telah menyalahgunakannya. Memang semuanya itu karena peranan setan yang luar biasa untuk menghancurkan manusia. Ternyata karunia yang telah Tuhan berikan kepada manusia itu, tidak digunakannya untuk mendengarkan suara Tuhan, melainkan untuk mendengarkan suara setan yang menyesatkan. Manusia
4
Cinta Allah kepada manusia. Cinta yang tercurahkan demi keselamatan manusia yang terbelenggu oleh dosa. Cinta Allah itu tampak dalam pemberian diri Allah di dalam pribadi Yesus Kristus. Dengan menjadi manusia, Yesus menunjukkan solidaritasNya dengan manusia yang berdosa dan ikut mengalami sendiri penderitaan manusia. Cinta Allah kepada manusia bukanlah teori, namun sebuah realita yang sudah berlangsung sepanjang sejarah manusia. Dari realita itulah, kita
Mencinta
hingga Terluka Kasih Tuhan dan Kedosaan Manusia | Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ |
dibebaskan untuk menjadi manusia baru dengan penuh sukacita. Maka jelaslah Tuhan akan selalu berjuang agar manusia bisa selamat dan kembali dalam hidup yang penuh Rahmat. Tuhan menghendaki keselamatan manusia dan bukan kehancuran. Dosa telah mengakibatkan kehancuran manusia yang sekarang ini semakin merajalela. Kehancuran ini terjadi karena dengan berbuat dosa, manusia menjauhkan diri dari Tuhan, seperti dalam kisah kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa. Ketika manusia pertama, Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan Allah, berarti mereka telah menolak Kasih Allah bagi mereka. Penolakan itulah yang menjauhkan mereka dari Tuhan, Sang Sumber Kasih itu. Dosa membuat manusia hidup di luar jalur Kasih Tuhan, ini tampak dari tindakan dan perbuatannya yang menyeretnya ke dalam dosa. Manusia pada hakekatnya adalah citra Allah dan diciptakan Tuhan dengan kriteria ‘sungguh sangat baik’. Oleh sebab itulah
telah dibelokkan oleh setan untuk melawan Tuhan, yang berbuah dosa dan kematian. Begitu pula di jaman sekarang ini, kedosaan manusia telah menjadi awan tebal yang membuat penglihatan manusia terhadap Tuhan makin kabur. Dosa telah menghantar manusia menuju kehancuran dan manusia hidup dalam ‘budaya kematian’. Tentu saja godaan yang membawa manusia untuk berdosa tampil dengan sangat indah dan menarik, ditambah lagi dengan alasan kebebasan, hak asasi manusia dan penyesuaian diri dengan situasi modern. Semua alasan itu semakin mempertajam kejatuhan manusia ke dalam dosa yang menhancurkan dirinya sendiri. Akhirnya manusia mati tanpa Tuhan di sisinya, karena manusia meninggalkanNya dan bahkan menolakNya. Cinta Allah Kehadiran Yesus Kristus di dunia ini dengan jelas menunjukkan
mengalami sendiri bahwa Allah sungguh hadir di dalam kehidupan manusia untuk membawa manusia kembali dalam persatuan dengan DiriNya. Tindakan penyelamatan Allah ini menjadi terwujud karena dasarnya adalah Cinta, yang adalah diri Allah sendiri. Di dalam Pribadi Yesus Kristus tampaklah dua sisi yang ada bersama dengan satu fokusnya, yakni Cinta. Sisi pertama adalah Pribadi Allah Putera yang merupakan Cinta Allah kepada manusia. Cinta ini adalah Cinta yang total, yang menjadi nyata dengan peristiwa Salib sebagai totalitas pemberian diri Allah kepada manusia dalam diri Yesus Kristus. Inilah Misteri Cinta Ilahi yang sejati, yakni pemberian diri Allah bagi keselamatan manusia. Sisi kedua adalah Pribadi Manusia Yesus yang menderita. Sebagai manusia, Yesus membawa semua manusia kepada Allah untuk diselamatkan. Maka penderitaan yang dialami Yesus dimaknaiNya sebagai CintaNya kepada Allah. Ia membawa
HALAMAN
semua manusia dalam gerak membalas Cinta Allah yang telah tercurah bagi manusia. Yesus ingin membawa semua manusia untuk menanggapi dan membalas Cinta Allah yang telah tercurah itu. Di dalam Pribadi Yesus Kristus inilah kedua arus Cinta itu bertemu dan menjadi satu kesatuan Cinta yang mendatangkan keselamatan bagi manusia. Cinta yang menyelamatkan itu menunjukkan persatuan Allah dan manusia juga manusia dengan Diri Allah sendiri. Yesus Kristus menjadi pusat dan sumber serta puncak dari seluruh perjalanan keselamatan manusia. Oleh sebab itulah kita semua memusatkan diri kepada Pribadi Yesus Kristus, Pribadi Allah dan Manusia yang sempurna. Terluka karena cinta Masa Prapaskah adalah masa kita menghadirkan Misteri Cinta Allah yang luar biasa di dalam diri Yesus Kristus bagi keselamatan manusia. Namun sekaligus kita juga disadarkan akan penolakan manusia akan Cinta Allah yang melimpah itu. Ketika kita membuka mata dan hati kita akan Cinta Allah dalam seluruh Sejarah Keselamatan manusia, maka kita akan melihat dengan jelas semua yang telah terjadi. Dengan jelas tampaklah bahwa seiring dengan tercurahnya Cinta Allah bagi manusia, terjadi pula penolakan Cinta Allah dari manusia. Oleh sebab itulah Cinta yang sungguh nyata di dalam Pribadi Yesus Kristus itu telah terluka parah. Cinta Allah kepada manusia ternyata tidak semua diterima dengan hati yang terbuka oleh manusia, bahkan tidak jarang ditolak. Perjalanan hidup Yesus di dunia ini sudah menampakkan bagaimana Ia mencintai Allah Bapa dan manusia sampai tuntas dan total. Seluruh perjalanan kehadiran Yesus di dunia ini dimulai sejak Misteri Inkarnasi. Sejak Yesus mulai bersabda dan berkarya di tengah manusia, sejak itu pula Ia memancarkan Kasih Allah secara
melimpah kepada manusia. Bersamaan dengan terpancarnya Cinta Kasih Tuhan itu, terjadilah pula penolakan demi penolakan akan Cinta Tuhan ini. Begitu halusnya penolakan demi penolakan terjadi dan Cinta Tuhan semakin diabaikan sehingga manusia pun semakin jauh dari sumber keselamatan. Kemalangan dan malapetaka yang selama ini terjadi adalah akibat penolakan manusia akan Cinta Allah. Jika hal ini diteruskan, maka manusia akan hidup tanpa Allah, tanpa Cinta, Iman dan akhirnya juga tanpa Harapan. Kehancuran manusia dimulai dari sikap manusia yang memasukkan dirinya ke dalam jurang dosa. Manusia menjadi murtad, menyangkal Allah yang adalah Cinta Kasih. Oleh sebab itulah situasi kemalangan manusia saat ini tidak hanya karena masalah politik, sosial, hak asasi manusia, namun juga ada masalah ROHANI. Dari atas salib, Yesus memndang betapa banyaknya manusia yang menghojat dan mencemooh Dia. Yesus melihat bagaimana CintaNya ditolak, dihina dan disepelekan oleh manusia yang dicintaiNya dan yang ingin diselamatkanNya. Bahkan orang-orang dekatNya pun menjauh dariNya dan menyangkalNya. Inilah Cinta yang terluka atau mencintai sampai terluka, sampai total dan habis. Ibarat lilin yang dibakar untuk menerangi yang ada di sekitarnya sampai lilin itu habis terbakar. Pernahkan kita bersyukur karena adanya lilin sehingga kita bisa melihat dan mengerjakan sesuatu karena ia memberi terang? Begitu pula, pernahkan kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan HidupNya untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita? Yang diterima Yesus tidak lain adalah penolakan dan penghinaan melalui kedosaan kita. Itu pula yang terjadi di jaman sewaktu Yesus hidup. Itulah yang menyakiti Tuhan Yesus dan melukai HatiNya. Cinta Yesus kepada manusia telah membawa diriNya sampai kepada
5
penderitaan yang luar biasa, bahkan hingga kematianNya di salib. Walaupun Yesus yang menderita telah mati di salib, seorang serdadu masih pula menikam lambungNya sehingga keluarlah Air dan Darah. Yesus telah menanggung penderitaan yang sangat berat sampai pada kematianNya demi manusia. Bagi Yesus penderitaan yang dialamiNya menjadi jalan untuk menyelamatkan dan menguduskan manusia. Yesus menerima dan tidak menolak penderitaan serta semua malapetaka yang menimpa diriNya. Yesus tetap mencintai manusia walaupun manusia menolakNya. Dengan menerima realita penderitaan itu, Yesus mengajar kepada semua manusia perlunya membuka hati bagi setiap penderitaan yang dialami dan menjadikannya jalan menuju keselamatan. Membalas Kasih Tuhan = Menata Hidup Kita disadarkan bahwa penyebab utama kemalangan dan penderitaan manusia adalah penolakan Cinta Allah. Masa Prapaska menjadi masa untuk menata dan membenahi hidup kita sebagai seorang Katolik. Tuhan Yesus telah memberikan hidupNya bagi kita dan menyadarkan kita semua bahwa sekaranglah saatnya untuk membuka hati dan membalas Cinta Tuhan yang begitu melimpah itu. Sangat dibutuhkan dari setiap pribadi kita untuk membuka hati kita lebih lebar bagi kehadiran Tuhan di dalam diri kita. Menyadari dan mengalami Cinta Tuhan yang begitu melimpah, membuat diri kita terkagum dan tidak bisa berbuat lain selain membuka hati dan menerima Cinta Tuhan itu. Dengan sadar kita ingin menerima Cinta Tuhan di dalam setiap peristiwa hidup kita. Dengan membuka hati dan menerima Cinta Tuhan itu, kita telah membalas Cinta Tuhan bagi kita. Cinta Kasih Tuhan yang melimpah bagi kita manusia, perlu kita terima dengan hati terbuka, karena itu juga untuk keselamatan kita. Membuka Bersambung ke halaman 8,
MARET
2015/NO.274
edjugorje adalah kota yang terletak di wilayah Herzegovina (Bosnia-Herzegovina) sekitar 25 km barat daya dari Mostar dan dekat dengan perbatasan negara Croatia. Kota ini merupakan bagian dari kotamadya Čitluk. Nama Medjugorje secara harfiah berarti "antara gunung-gunung". Kota ini berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut dan memiliki iklim Mediterania ringan. Penduduk kota ini sebagian berasal dari etnis Croatia (lebih dari 4.000 jiwa) dan oleh karena itulah mayoritas penduduk kota ini beragama Katolik Roma walaupun berada di wilayah negara yang mayoritas beragama Islam.
M
Medjugorje menjadi terkenal seperti sekarang ini bermula dari kejadian, yang menurut penduduk setempat diklaim sebagai, fenomena penampakan Bunda Maria kepada Ivanka Ivankovic (15 th) dan Mirjana Dragicevic (16 th) pada tgl. 24 Juni 1981. Penampakan yang sama terjadi lagi pada tgl. 25 Juni 1. 1981 dan kali ini tidak hanya kepada Ivanka dan Mirjana saja akan tetapi juga disaksikan oleh Vicka Ivankovic (16 th), Ivan Dragicevic (16 th), Marija Pavlovic (16 th) dan Jakov Colo (10 th). Penampakan ini memberikan pesan: damai bagi dunia, pertobatan, doa, dan puasa. Fenomena penampakan ini diklaim masih berlangsung sampai hari ini kepada beberapa anak (yang sekarang tentu sudah menjadi dewasa dan berkeluarga) itu. Awalnya fenomena penampakan ini terjadi di puncak gunung di mana terletak Salib besar untuk memperingati Kebangkitan Yesus, akan tetapi setelah itu fenomena ini terjadi di tempat yang berbeda, termasuk di gereja St. James dan di manapun para visioner itu berada. Fenomena ini sampai th. 2009 ( selama 28 th) tercatat sudah mencapai ke angka 40.000 kali dan kalau fenomena ini masih
HALAMAN
terjadi sampai hari ini(seperti yang diakui oleh penduduk dan orang-orang yang percaya kepada peristiwa ini) maka boleh dipastikan sudah melebihi dari 40.000 kali. Bagaimana sikap Gereja Katolik Roma dengan fenomena ini? Yang jelas, Gereja, dari tingkat local
6
mengadakan peziarahan dan berdoa di tempat ini karena tempat ini bisa memperkaya iman dan di tempat ini juga orang bisa mengalami pertemuan dan merasakan kehadiran Tuhan melalui: antusiasme orang yang datang dari berbagai pelosok dunia, Ekaristi, Adorasi, Rosario, dan pelayanan Sakramen Tobat yang diadakan di
Medjug 2.
3.
(keuskupan Mostar-Duvno) sampai tingkat tertinggi (Vatikan), sejak awal hingga sampai hari ini, telah dengan jelas dan konsisten mengulangi pernyataan ini: Non constat de supernaturalitate (kurang lebih artinya tidak ada peristiwa supernatural) di 5. 6. dalam fenomena penampakan ini. Dengan 1) Di depan gereja St. James 2) Patung Salib 3) Medan pendakian ke tem 4) Foto para Visioner 5) Bersama Guide berdoa Rosario dan berhenti d pernyataan ini Gereja hendak 6) Peziarah UKI berfoto di depan penampakan Maria kepada para V menegaskan bahwa Bunda Maria tidak pernah menampakkan diri di tempat ini. Dengan melihat banyaknya tempat ini. orang yang menerima Sakramen Tobat di tempat ini, hal itu dapat membantu Lalu apa yang Gereja izinkan di tempat banyak orang untuk memperbaharui komitmen mereka sebagai seorang murid ini? Umat Katolik tetap diberi izin untuk Yesus. Gereja juga tetap terbuka bagi
MARET
2015/NO.274
HALAMAN
adanya diskusi-diskusi mengenai permasalahan fenomena penampakan dan jika memang hal itu otentik tentunya Tuhan sendiri akan menyatakannya. Akan tetapi Gereja juga menegaskan bahwa Medjugorje bukanlah sebuah parameter uji dari kebenaran iman. Fasilitas yang ada di lokasi peziarahan Medjugorje
gorje
dilakukan di tempat terbuka dengan altar yang posisinya persis di belakang altar yang ada di dalam gereja St. James. 2.Ruang Pengakuan Dosa : berada di halaman yang mengitari gereja St. James, dengan jumlah lebih dari 40 tempat pengakuan dosa dengan berbagai Bahasa (Kroasia, Italia, Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman, dllnya). Saya melihat ruangan ini dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menerima Sakramen Tobat (anak-anak, muda-mudi, dan orang
| Oleh Rm. Aegidius Warsito SCJ |
4.
7.
mpat para Visioner mendapatkan penampakan I & II di tempat I para Visioner menerima penampakan Visioner II 7) Pemandangan saat malam hari.
1.Gereja St. James : di tempat inilah Misa dan Adorasi dipersembahkan, akan tetapi pada musim summer (dengan jumlah peziarah yang berlimpah) maka Misa dan Adorasi
tua). 3.Taman meditasi : berada di sebelah kanan gereja St. James, tempatnya cukup tenang dan sangat membantu siapa saja yang ingin bermeditasi dan berbicara dengan Tuhan secara pribadi di dalam keheningan. 4.Taman Jalan Salib : tidak begitu luas dan besar akan tetapi dapat membantu para peziarah merenungkan Jalan Salib Yesus. 5.Patung Salib Kristus : di tempat ini ada
7
sebuah patung Salib Yesus yang terbuat dari perunggu, akan tetapi yang menarik dari patung ini: dari kaki Yesus mengalir setetes air. Penduduk setempat meyakini ini sebagai sebuah keajaiban. Saya sendiri tidak tahu apakah ini sebuah keajaiban atau bukan, akan tetapi yang saya lihat ada air yang mengalir setetes demi setetes. Bagi saya pribadi bukan air yang mengalir itu yang penting, akan tetapi bagaimana orang mengimani Yesus yang menawarkan keselamatan dan bagaimana orang berdoa dengan khusuk di tempat ini. 6.Komplek makam Fr. Slavko Barbaric, OFM : Imam ini sangat dihormati oleh penduduk di tempat ini karena kesalehan hidupnya yang selalu menekankan doa dan puasa sebagai bekal untuk melayani umat yang dipercayakan kepadanya. Beliau juga menaruh devosi kepada Bunda Maria sebagai latihan rohani yang utama baginya. Fr. Slavko juga yang menjadi pembimbing rohani bagi para visioner dari Medjugorje. 24 November 2000 (dalam usia 54 th) Fr. Slavko Barbaric, OFM meninggal dunia dan dimakamkan tgl 25 November 2000 di kompleks pemakaman yang berada dalam kompleks peziarahan Medjugorje. 7.Pusat Informasi, Chapel, Musium, dan toko Souvenir : berada di sebelah kiri bangunan gereja St. James. 8.Jalan Salib di bukit Crnica: di tempat inilah ke 6 anak dari Medjugorje, dipercayai oleh penduduk setempat, menerima penampakan Bunda Maria untuk pertama kalinya (24 dan 25 Juni 1981) dan satu lagi Jalan Salib di bukit Krizevac di tempat ini sejak 1933 didirikan Salib sebagai peringatan 1900 Yesus disalibkan dan sebagai bentuk penyerahan seluruh penduduk Medjugorje di dalam perlindungan dan keselamatan yang berasal dari Bersambung ke halaman 11,
MARET
2015/NO.274
HALAMAN
8
aat saya menjadi pamong UKI yang hanya beberapa saat, Kembali ke Christine dan Albert. Rasanya tidak saya mengenal mereka sebagai PENGURUS. Ya pengurus berlebihan bila penjelasan singkat di atas disematkan pada UKI. Kata “PENGURUS” sendiri bisa “diothak- pundak mereka yang baru saja “wisuda” kelengserannya. athik” (suku katanya direka reka), dan mudah mudahan “gathuk” (dibuat kesimpulan yang pas). Kata “pengurus” bisa dipenggal menjadi; “peng-urus”. Sebagai bentuk rasa bangga, Tentu, pemenggalan ini sangat haru dan bahagia namun tak tidak ilmiah. Apalagi memenuhi perlu meneteskan air mata. standar tata Bahasa EYD (Ejaan Tentu, ucapan syukur dan Yang Disempurnakan). Dan saya terima kasih, atas pengorbanan ingin mengartikannya: pengtak terukur dan kasih yang telah (berasal dari kata peng-pengan mereka curahkan seiring waktu yang artinya semangat luar biasa yang terus berjalan. untuk sesuatu) dan urus (kata dasar 26 Mei 2012, foto dari kiri ke kanan, Rm. Aegidius Warsito SCJ, Rudy SB HarDan sekarang, makna tono, Albert Tee, Christine Budihardjo pada acara serah terima jabatan dari dari mengurus-i). Sehingga kata itu disematkan di pundak Koordinator UKI Rudy SB Hartono kepada Christine dan Albert. PENGURUS berarti semangat luar Damianus Indyarta. biasa untuk mengurusi sesuatu. Keyakinanpun bulat dan penuh. Tuhan telah memulai dan Dia Jika kata PENGURUS di gabung dengan kata UKI, dan pula yang akan menyelesaikannya. UKI akan tumbuh menjadi menjadi PENGURUS UKI, maka artinya sosok yang memiliki komunitas yang berkembang dalam iman, persaudaraan, dan totalitas, kerja keras dan semangat yang luar biasa untuk pelayanan. Berakar dalam Gereja setempat dan berasa pada mengkoordinir, menganimasi, dan menyemangati segala hal budaya asalnya: Indonesia. yang berkaitan dengan dinamika kehidupan UKI. Dari urusan Christine, Albert dan Indy, selamat dan profisiat atas makan sampai ke makam, dari soal sampah sampai ziarah, dan persembahan diri kalian untuk komunitas ini. Berkat Tuhan banyak lagi yang tak perlu disebutkan di sini. Singkatnya: melimpah untuk kalian.□ [Rm. Antonius Purwono SCJ] jempol empat terangkat alias thumbs up.
S
Christine Budihardjo & Albert Tee 2012 - 2015
Sambungan dari halaman 5,
hati dan menerima Cinta Tuhan, berarti kita telah membalas Cinta Tuhan melalui pemberian diri kita. Oleh sebab itulah mulai dari saat ini kita harus selalu menyadari kebaikan Tuhan. Dengan menyadari kebaikan Tuhan, kita diajak untuk menata diri kita dan memperbaiki hidup. Mengasihi Tuhan dan membalas CintaNya menjadi sangat nyata di dalam kehidupan kita setiap hari. Melalui setiap tindakan, sekecil apapun, kita melakukanNya untuk Tuhan. Kita juga ingin bersatu dengan Yesus yang menderita dan menyatukan semua penderitaan kita dengan penderitaanNya. Dalam realita kehidupan harian kita, kita selalu ingin menghindari penderitaan dan kemalangan yang terjadi di dalam hidup kita. Sekaranglah saatnya
kita memaknai setiap penderitaan yang terjadi di dalam diri kita dalam rangka membalas Cinta Tuhan kepada kita. Dengan memandang Misteri Cinta Tuhan di dalam pribadi Yesus yang menderita, kita juga diingatkan untuk melalukan segala sesuatu dengan ketulusan hati dan untuk membalas CintaNya. Melalui segala sesuatu yang kita lakukan, bahkan jika harus berakibat penderitaan, semuanya itu kita lakukan bagi Tuhan. Inilah saatnya kita menerima dan membalas Cinta Tuhan dengan hati yang terbuka dikala banyak orang menolak Cinta KasihNya. Melalui diri kita masing-masing yang membuka hati bagi Tuhan. Dengan membalas Cinta Tuhan itu, kita telah ikut serta dalam gerak keselamatan dan ikut mengubah
wajah dunia menjadi lebih cerah. Masa Prapaskah mempersiapkan kita untuk merayakan Paskah. Oleh sebab itulah, setiap pribadi diundang untuk mewujudkan di dalam dirinya Cinta Allah yang selalu tercurah itu melalui hal-hal sederhana yang kita lakukan setiap hari. Inilah saatnya kita ingin keluar dari situasi kedosaan kita dan masuk ke dalam jalur keselamatan. Dengan menyambut Cinta Tuhan, kita sedang mengubah wajah dunia dari ‘budaya kematian’ menjadi Budaya Kehidupan di dalam Tuhan. Marilah kita sambut Cinta Tuhan dengan penuh sukacita, walaupun terkadang kita pun harus ikut menderita. Kita perlu bersiap untuk mencintai hingga terluka.□ Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ
MARET
2015/NO.274
HALAMAN
PRIESTS OF THE SACRED HEART LES PRÊTRES DU SACRÉ COEUR
Hadiah Prapaska (sebuah cerita bersambung)
March 03, 2015
| Rm. Antonius Purwono SCJ |
Dear Members of the UKI Community, Thank you very much for your expression of sympathy on the occasion of the death of Father George with the beautiful bouquet of flowers, the Mass Cards and the financial donation to help us with the expenses of the funeral. When we celebrate your intention at the Eucharist we will remember not only Father George but we will also offer the Mass for the intentions of all the members of the UKI and for those you hold in your hearts. As you know, Father George does not need our prayers any longer. The good news is – we can now pray to him! As you know, Father George was quite elderly, 94 years old in fact, had been a member of our community for over 72 years and a priest for 67 years yet very very alert in mind but diminishing in body. His death is still quite a shock and leaves a tremendous sense of loss for us. Yet, we know the time is right. Father George had a good death surrounded by the love and care of all of us. He was such a wonderful man, a true inspiration of growing old as a priest and religious. His death will leave a hole not only in the life of our community but also in our hearts. We receive your expression of sympathy as a sign of your caring friendship with us, the Priests of the Sacred Heart. We count on your prayerful support as you can on ours. In the Heart of Christ,
(Fr.) Peter McKenna, SCJ for all of the Priests of the Sacred Heart 58 HIGH PARK BOULEVARD, TORONTO, ONTARIO, M6R TEL 416-531-1454
[email protected] WWW.SCJCANADA.ORG
9
1M8
Enam hari lagi adalah Rabu Abu. Awal masa prapaska. Aku ingin membuat sesuatu yang spesial. Sebuah komitmen. Sebuah janji yang seperti tahun-tahun lalu, selalu kuingkari. Kukatakan special, karena aku ingin menuliskan janji-janji itu. Dalam komputer ini. Dan dalam hati yang sering ingkar ini. Sehingga itu semua akan membekas. Meninggalkan jejak yang mampu menertawakan diri sendiri. Dan aku ingin menyebutnya “Hadiah Prapaska”. Tanpa tahu mengapa. Yang kutahu adalah, sore itu aku tidak lagi merasa sedih. Mentari bersinar sangat cerah. Namun sengatan sinarnya tidak pernah mampu mengusir suhu dingin yang beberapa minggu terakhir ini sangat akut. Tak ada cara lain yang lebih nyaman, kecuali mendandani diri seperti robot yang mau berangkat ke luar angkasa. Seperti toko pakaian berjalan, karena memakai tidak hanya satu lembar pakaian, melainkan berlapis-lapis. Dan pagi itu, kami hendak ke Toronto. Ke Gereja St. Thomas More. Berempat dalam satu mobil. Romo Bill yang nyopir. Romo Gustave di sampingnya. Aku bersama Rm Jose di bangku belakang. Cukup nyaman tidak berdesak-desakan. Berangkatlah kami meninggalkan Ottawa. Sepanjang jalan kami menikmati paduan warna alam dominan. Putih bumi dan biru langit. Kami melewati hamparan pertanian tanpa tanaman. Hanya putih salju membentang menutupi seluruh areanya. Sesekali melewati aneka pepohonan seperti mati. Kering membeku. Sesekali melihat kepulan asap membubung dari atapatap rumah, pertanda bahwa suhu di luar masih sangat dingin, dan itu keluar dari pemanas yang dipasang di rumah-rumah. Kepulannya menghiasi dan seakan menari di langit biru. Di sepanjang Highway 401 terlihat lalu lalang kendaraan dengan kecepatan tinggi. Seakan-akan mau berkata, “aku sedang sibuk, dan ingin cepat-cepat sampai menyelesaikan kesibukanku”. Masing-masing seakan berjalan mengikuti ritme alam pagi itu. Semua seakan mengisyaratkan sebuah misteri kehidupan, yang dengan cara masing-masing mencoba merayakan. Dan kamipun terus melaju untuk merayakan misteri kehidupan itu. Sepanjang jalan kami lebih banyak diam. Sesekali aku menoleh ke kiri, dan mendapati Rm Jose tidur pulas. Sementara di depanku, Rm Gustave dengan kacamata hitamnya sulit di tebak. tidur atau terjaga. Aku juga tak mau mengganggu konsentrasi Rm. Bill saat nyopir dengan mengajaknya ngobrol. Maka, aku memilih diam. Dan anganku melayang. Mengenang saat saat awal aku berada di Canada ini. Rm George Coppens, itulah namanya. Pertama kali aku menginjakkan kaki di Pearson Airport, Toronto, aku tidak melihatnya berada di antara para penjemput. Bahkan ketika Bersambung ke halaman 9,
MARET
2015/NO.274
akhirnya aku sampai di rumah dimana aku akan tinggal, 58 High Park Blvd, aku tidak melihatnya. Paginya baru kutahu. Ia sudah tua. Jalannya memakai tongkat. Penampilannya selalu klimis meskipun aroma pakaiannya tak seklimis rambutnya. Suaranya agak “ngebas” dan “serak”, namun tidak basah. Seraknya kering seiring usianya, yang ternyata sudah 92 tahun. Dan aku mulai maklum, mengapa dia tidak berada di antara para penjemput, saat aku tiba. Kondisi fisiknya tidak memungkinkan. Sampai detik ini, pengetahuanku adalah; aku akan hidup bersama dengan dia. Tentu juga bersama dengan konfrater lain. Konfrater? Ya. Konfrater sebuah sebutan untuk mengidentifikasi cara hidup kami yang unik. Tinggal bersama dalam sebuah komunitas itu unik. Tak seorangpun dari kami yang hidup di sebuah komunitas didasarkan kemauan sendiri, memilih teman komunitas sendiri, menentukan tempat sendiri. Tidak. Ketaatanlah yang mempertemukan kami. Untuk hidup dalam persaudaraan iman, harapan dan kasih. Konfraternitas lalu bukan hanya menjadi sarana untuk mencapai cita-cita tertentu, melainkan juga tujuan. Konsekwensi logisnya, tidak akan dibenarkan siapapun dalam komunitas abai dan lalai terhadap kehidupan bersama itu sendiri. Masing-masing harus saling mendukung dan menumbuhkembangkan. Saling menaruh kasih dan pengampunan. Bersikap rendah hati dan saling melayani. Merdu sekali kedengarannya, meski prakteknya tak semerdu itu.
Sambungan dari halaman 8,
Namun, kemerduan itu tetaplah menjadi darah daging perjuangan. Sampai kapanpun. Rm. George telah membuktikan itu. Setelah menempuh perjalanan selama 4,5 jam. Sampailah kami di Toronto. Kami langsung menuju ke Gereja Thomas More. Jam 3.30 kami masuk Gereja. Kulihat beberapa orang sudah duduk di bangku baris ketiga dan keempat. Aku berjalan menuju pintu depan. Di dekat pintu terdapat meja. Di atasnya ada buku tamu yang sudah terbuka. Kulihat beberapa nama tertulis di buku itu. Di samping kiri terdapat tumpukan kartu. Kuambil satu. Kulihat foto Rm. George memakai kasula warna merah. Di bawah foto tersebut terdapat tulisan: P. Joseph George Coppens SCJ Lahir: 29-08-1920 Kaul Pertama: 08-09-1942 Tahbisan imam: 20-07-1947 Wafat: 14-02-2015 Ia telah meninggal dunia. Itulah misteri kehidupan yang hendak kami rayakan. Mobil jenazah akhirnya datang dari Funeral Home. Kami menyambutnya. Kulihat Rm. Peter menangis. Aku ingin seperti dia, menangis. Tapi entah mengapa aku tidak bisa. Justru di bilik hati yang terdalam, aku merasa bahagia. Bukan atas kematiannya, tapi atas kesempatan “menyentuh” seluruh sisi kehidupannya. Hidup dan matinya. Peti jenazah kami bawa ke depan altar dan disemayamkan di sana. Petugas membuka peti tersebut. Di dalamnya Rm George terbujur kaku dan dingin.
HALAMAN
10
Dan aku melihat, bukan warna kematian yang terpancar dari tubuhnya yang telah mati. Ada warna lain. Ya, warna lain. Warna itu memancar dari kaca patri warna warni yang di pasang di atap Gereja. Sinar matahari sore itu menerobosnya. Lalu sinar itu berpendar seperti pelangi tepat mengenai peti jenazah yang terbuka. Sehingga peti itu bersinar cerah. Jenazah Rm. George bernyala pelangi. Yah, alam memang sangat lihai meramu kehidupan menjadi sebuah misteri. Aku kembali mengamati tubuh Rm. George, ada banyak hal terbaca di wajahnya; kematian yang damai dan ikhlas. Persembahan diri yang total dan tuntas. Lebih dari itu, aku melihat pelangi indah di hidupnya. Pelangi yang tak hanya muncul sehabis hujan. Tapi pelangi abadi. Dan kami merayakan kehidupannya; dalam doa dan misa. Bagi arwahnya. Sore itu aku kembali pulang ke Ottawa. Sepanjang jalan, aku ingat janjijanji yang kubuat. Dan aku telah menerima hadiah prapaska; tertawa geli terhadap diri sendiri. Bahwa selama masa prapaska tidak cukup hanya berjanji, tidak akan itu dan ini. Tapi ada hadiah yang jauh lebih berharga. Rm. George telah pergi. Tidak untuk meninggalkan kami. Justru makin dekat dengan kami. Menjadi pendoa yang sejati. Dan cara hidupnya yang terus menginspirasi, dalam kekonyolan, kesederhanaan, ketekunan dan kesetiaan. Sebuah nilai hidup yang tak pernah habis digali. Dan hadiah itu akan kubuka satu persatu. Di kemudian hari. ….bersambung….
Sambungan dari halaman 7,
Yesus Kristus. Kedua bukit ini tidak berada dalam kompleks gereja St. James, maka untuk menuju ke lokasi ini harus menaiki kendaraan: taksi atau bus (akan tetapi bus tidak bisa sampai di lokasi jadi harus ganti dengan kendaraan kecil). Perjalanan dari gereja St. James ke bukit Crnica kurang lebih memakan waktu 30 menit lalu di sambung lagi dengan kendaraan kecil kurang lebih 10 menit. Bagi yang ingin melanjutkan ke bukit Krizevac dari perhentian bus masih harus naik kendaraan kecil kurang lebih 30 menit. Kondisi jalan salibnya sendiri cukup menantang karena peziarah harus mendaki sebuah bukit yang penuh dengan batu karang sehingga salah melangkah bisa berbahaya. Apa yang dilakukan oleh rombongan UKI di tempat ini: Pada hari pertama rombongan diberi kebebasan untuk mengadakan acara sendiri karena kita sampai di tempat ini jam 5.30 pm. Pada hari berikutnya rombongan diberi kesempatan untuk mengadakan Misa di kapel yang kemudian dilanjutkan dengan tour di kompleks peziarahan ini yang dipotong dengan waktu lunch bebas sebelum melanjutkan perjalanan dan mengadakan Doa Rosario di Apparitions Hill di Crnica. Suatu pengalaman Jalan Salib yang sulit karena lokasi yang mendaki dan berbatu karang tanpa perlindungan apa-apa, sehingga harus ekstra hati-hati. Jam 8 pm rombongan mengikuti Adorasi yang cukup indah dan menyentuh di gereja St. James.
HALAMAN
11
Pada hari ketiga rombongan UKI diberi kesempatan untuk mengadakan Jalan Salib di kompleks peziarahan dan ditutup dengan Misa di kapel. Kesan Pribadi: Walau tempat ini belum mendapat pengakuan dari Vatikan, tempat ini bisa membantu orang untuk menemukan dan menumbuhkan imannya dengan pelayanan yang diberikan di lokasi peziarahan ini, seperti kalau kita pergi ke Sendangsono atau tempat peziarahan yang lainnya. Yang penting bukan mukjijat atau hal-hal ajaib yang hendak kita kejar di tempattempat semacam ini, akan tetapi melalui peziarahan semacam ini kita menyediakan waktu secara khusus untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa, meditasi, merayakan Ekaristi, Adorasi, menerima Sakramen Tobat. Saya percaya kalau hal ini kita lakukan maka “mukjizat” akan terjadi di dalam diri kita, akan tetapi hal ini terjadi bukan karena tempatnya yang menyebabkan “mukjizat” itu terjadi akan tetapi iman kita akan Tuhan lah yang menyebabkannya.□
Suasana pengakuan dosa
Misa di belakang gereja St. James untuk peziarah dalam jumlah
Di depan makam Fr. Slavko Barbaric, OFM
WARGA UKI DAN INDONESIA HUBUNGI GREG ATAU SONELA HOXA TELEPHONE # 905-695-1745