Berburu Motivasi Ke Kampus Excellence with Morality UNAIR NEWS – Rombongan SMAN 1 Boyolangu, Tulungagung; SMAN 1 Kauman, Tulungagung; dan SMAN 1 Kediri berburu informasi dan motivasi seputar UNAIR pada selasa (12/1). Rombongan tiga SMA yang berjumlah 379 siswa tersebut terbagi menjadi 2 gelombang pada pagi dan siang hari. Masing-masing gelombang mendapatkan informasi seputar UNAIR dari PIH dan Pusat Penerimaan Mahasiswa (PPMB) di Aula 300, Gedung Kahuripan, Kampus C, UNAIR. “Kami ingin memberi wawasan pada anak-anak tentang perguruan tinggi, agar anak-anak lebih paham dan punya gambaran tentang kuliah nanti. Sehingga ketika mengikuti seleksi SNMPTN dan SBMPTN, mereka sudah mantap untuk mengambil peminatan,” tutur Bambang, perwakilan dari SMAN 1 Kauman, Tulungagung. Senada dengan Bambang, Drs. Mulyono Santoso, M. M, selaku perwakilan dari SMAN 1 Boyolangu menyatakan harapan untuk siswa-siswinya yang akan melanjutkan studi di UNAIR. “Saya berharap ke depan siswa kami yang diterima di UNAIR dari tahun ke tahun bisa lebih banyak,” ujar Mulyono. Okta Dian, siswa kelas XI IPA dari SMAN Boyolangu mengatakan pengalaman pertamanya berkunjung ke UNAIR dirasakan sangat berkesan. Selain takjub dengan bangunan UNAIR yang unik, siswa yang juga menjabat sebagai ketua OSIS tersebut mengaku merasakan manfaat kunjungan kampus yang yang lahir pada 10 November 1954. “Sebelumnya memang saya pribadi belum tahu tentang seleksi masuk PTN, tentang program studi, dan kegiatan ini sangat membantu saya untuk menentukan arah selepas lulus SMA nantinya,” jelasnya.
Selain itu, Mei Rahayu, salah satu siswa berprestasi dari SMAN 1 Kauman, Tulungagung, menyatakan keinginan besarnya untuk bisa diterima di UNAIR. “Saya berharap nanti bisa diterima di UNAIR dan masuk jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Saya sangat menyukai bidang-bidang kajian Biologi,” tutur siswa yang beberapa kali menjuarai lomba karate tingkat provinsi tersebut. Pada kesempatan ini, menjawab pertanyaan dari para siswa, Drs. Djoko Adi Prasetyo, M.Si dari PPMB menegaskan bahwa untuk bisa diterima di UNAIR tidak ada perbedaan antara siswa akselerasi dan reguler dari SMA asal. Djoko juga menegaskan bahwa UNAIR tidak menerapkan sistem blacklist. Meskipun ada siswa yang telah diterima di UNAIR, namun tidak melakukan daftar ulang, tidak ada blacklist untuk adik kelas dari SMA ia berasal. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Binti Quryatul Masruruoh
Personel Padi Reuni di Jogja UNAIR NEWS – Reuni alumnus Fakultas Ekonomi (FE) jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) UNAIR angkatan 1993 pada 9-10 Januari di Yogyakarta berlangsung penuh warna. Mengusung tema Back in Time, berjumlah sekitar 30-an alumni melepas kangen setelah 17 tahun tak bersua. Dua personel Padi, Andi Fadly (vokal) dan Ari Tri Sosianto (gitar) yang datang langsung dari Jakarta juga membuat suasana reuni terasa lebih istimewa. Sekitar pukul 19:30 WIB, lagu Jogjakarta membuka reuni kali pertama FE IESP 1993 yang digelar di Hotel Jambuluwuk itu.
Alunan suara merdu dari band pengiring menambah suasana reuni bertambah syahdu. ’’Terima kasih buat kawan-kawan yang jauh-jauh datang untuk menyempatkan hadir di sini,’’ tutur Mukas Kuluki, panitia reuni FE IESP 1993.
Fadly dan Ari didapuk menyanyikan lagu-lagu Padi. Setelah lagu pembuka usai, Fadly dan Ari langsung didapuk untuk tampil. Lagu-lagu bertema cinta pun mengalir dari bibir Fadly yang kini aktif di Musikmia itu. Ternyata Cinta, Begitu Indah, Kasih Tak Sampai, Semua Tak Sama, dan beberapa lagu yang membuat peserta reuni seakan kembali ke masa lalu.
’’Doakan Padi bisa comeback tahun ini,’’ kata Fadly yang langsung disambut tepuk tangan peserta reuni. Selain pentolan grup Padi, hadir pula sejumlah eksekutif perusahaan, pengusaha, pejabat, hingga birokrat. Di antaranya Deputi Kepala Bank Indonesia (BI), Solo Hendik Sudaryanto; Kacab BRI Bajawa, Dedy Hendrianto; dan Kacab Meratus Manado, Ardian Zamroni. Tak ketinggalan hadir pula Ketua Laboratorium Pengembangan Ekonomi Pembangunan FEB UNAIR, Dr Wisnu Wibowo. Semakin larut, suasana reuni semakin hangat. Lagu-lagu dangdut dari band hotel membuat peserta asyik berjoget. Setelah hampir tiga jam bersenda gurau bersama, acara diakhiri dengan menyanyikan lagu Kemesraan dan Sayonara. ’’Semua peserta bergandengan tangan membentuk lingkaran. Suasananya sangat emosional,’’ imbuh Wisnu.
Reuni alumnus Fakultas Ekonomi (FE) jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) UNAIR angkatan 1993 pada 9-10 Januari di Yogyakarta. Dari hotel, rombongan melanjutkan nongkrong di angkringan Stasiun Tugu, Yogyakarta. Sembari menikmati sego macan dan kopi joss, mereka ngobrol ngalor ngidul mengingat masa-masa indah saat kuliah. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 02:00 WIB, rombongan pun kembali ke hotel untuk beristirahat.
(*) Editor : Binti Q.
Rektor UNAIR Bentuk Penelitian Sel Punca
Pusat
UNAIR NEWS – Rektor UNAIR, Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, menargetkan bahwa pada pertengahan tahun 2016, pusat sel punca sudah harus menghasilkan produk yang sudah bisa dijual. Oleh karena itu, Guru Besar bidang Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNAIR, ini berharap bahwa peneliti UNAIR sudah bisa menentukan penelitian yang akan menghasilkan output atau outcome tertentu. “Sehingga, hasil penelitian itu nantinya bisa digunakan oleh kelompok masyarakat. Kita menyediakan bahan untuk terapi. Misal, sel itu digunakan oleh RS Dr. Soetomo. Mereka yang melakukan terapi tapi kita yang melakukan produksi selnya,” terang Prof. Nasih. Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah, Dr. Prihartini Widiyanti, drg., mengatakan sejumlah rencananya untuk mencapai target publikasi jurnal yang ditetapkan oleh Rektor UNAIR. Target publikasi jurnal itu sudah disesuaikan dengan peta kekuatan masing-masing fakultas. “Itu dilakukan agar fakultas bisa mengakselerasi dirinya sendiri, misalnya berkolaborasi dengan peneliti di negara lain. Kita buat itu agar bisa cepat mendongkrak publikasi. Bisa juga lewat key scientist karena mereka nantinya yang membina dosen-dosen muda yang belum punya pengalaman untuk melakukan publikasi internasional,” ujar Ketua PPJPI UNAIR.
Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell, Dr. Purwati, dr., Sp.PD., FINASIM, mengatakan pihaknya memiliki tiga program jangka pendek untuk mengembangkan lembaga yang dipimpinnya. Pertama, ia akan mengembangkan pusat riset bagi mahasiswa S-1 sampai S-3, dan peneliti lainnya. Kedua, menghasilkan produk-produk riset yang bisa dipakai untuk bahan pengobatan, seperti kosmetik. Ketiga, membangun animal pre clinical trial. “Kita akan lakukan pembangunan animal pre clinical trial. Karena di Indonesia belum ada yang terstandar internasional,” tutur dr. Purwati. Lantik 52 Pejabat UNAIR Rektor melantik ketua dan sekretaris lembaga, direktur dan wakil rumah sakit, dan koordinator program studi di lingkungan UNAIR. Sebanyak 52 pejabat itu dilantik Rektor UNAIR di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, Selasa (12/1). Pelantikan itu dihadiri oleh Ketua Senat Akademik, Wakil Rektor UNAIR, Direktur dan Ketua Lembaga, Dekanat seluruh fakultas, dan perwakilan Ikatan Alumni UNAIR (IKA-UA). Pejabat yang dilantik itu terdiri dari 25 koordinator program studi (KPS) di lingkungan Fakultas Kedokteran UNAIR, 8 KPS di lingkungan Sekolah Pascasarjana, dan 19 ketua, sekretaris, dan direktur pada lembaga dan rumah sakit UNAIR. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengatakan bahwa dirinya ingin agar pejabat yang dilantik bisa mendorong sivitas akademika UNAIR berkontribusi lebih besar kepada masyarakat lokal dan internasional. Kontribusi yang dimaksud antara lain untuk mendorong publikasi internasional yang terindeks Scopus dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Selain itu, Rektor UNAIR juga ingin agar rumah sakit di lingkungan UNAIR bisa mandiri terutama dari segi finansial. Dalam pelantikan ini, ada dua lembaga baru yang dibentuk oleh Rektor UNAIR. Kedua lembaga itu adalah Lembaga Sertifikasi
Profesi, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell. Pembentukan lembaga sertifikasi profesi ini adalah melakukan standarisasi lulusan UNAIR. “Kita ingin ke depan semua lulusan UNAIR, di samping memegang ijazah juga memegang sertifikat profesi atau keahlian. Ke depan, yang digunakan dalam MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan lainnya adalah sertifikat itu. Dengan sertifikasi ini kualitas lulusan kita lebih terstandarisasi dan bersaing di tingkat global,” tutur Prof. Nasih. “Kita akan mulai bertahap. Kita mulai dengan lulusan SI (Sistem Informasi). Lulusan SI, selain dapat ijazah, juga akan mendapat sertifikat keahlian itu. Itu yang kita ingin dorong. Mau di Malaysia, atau di Amerika lulusan kita akan diakui,” imbuh Rektor UNAIR. (*) Penulis: Defrina S. Satiti Editor : Nuri Hermawan
Rangkuman Berita Media Tentang UNAIR Hari Ini (12/1/16) Kacung Marijan Menulis Novel Kacung Marijan merupakan salah satu Guru Besar Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga yang sebelumnya menjabat Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah lepas jabatan, dia sedang menulis sebuah novel. Judul novel masih dirahasiakan, namun dia menuturkan jika novel yang dikerjakannya bercerita tentang spionase,
kisah asmara dan lain-lain. Jawa Pos, Selasa, 12 Januari 2016 — Chiropractic, Memutar Kepala 45 Derajat bisa Sebabkan Stroke Hingga Meninggal Saat ini, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh praktik pengobatan chiropractic yang diklaim mampu memperbaiki bentuk tulang belakang pasien. Namun, akhir-akhir ini beredar isu bahwa terjadi malpraktik terhadap pasien yang sedang menjalani terapi tersebut. Faktanya, praktik pengobatan chiropractic tidak dianjurkan di dunia medis, namun bagi pasien yang membutuhkan latihan gerakan tulang dapat mencoba terapi fisioterapi. Menurut dr. Amiril Mu’minin SpBS alumnus FK UNAIR, gerakan pada chiropractic yang berlebihan yang membahayakan tidak hanya berputar namun juga ada menekuk dan menengadah. Oleh karena itu dokter Amiril menyarankan agar bila tulang belakang sakit, sebaiknya masyarakat datang kerumah sakit dan bukan ke pengobatan alternative. Jawa Pos, Selasa, 12 Januari 2016 — Opini: Perbedaan Budaya antara Tayangan Sinetron dengan Realitas di Masyarakat Elysa Yuni Rahmawati, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, berpendapat jika terdapat perbedaan budaya di media massa terutama pada tayangan sinetron di televisi. Padahal media massa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesanpesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat mekanis seperti radio, surat kabar, televisi dan film (Cagra, 2002). Kebanyakan produksi sinetron Indonesia berpusat di Jakarta, kota megapolitan dan kadang melibatkan pula suku
betawi. Penggambaran seperti itu belum mengatasnamakan multicultural dalam panggung hiburan. Pengaruhnya tentu saja terhadap kearifan lokal yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun 2016 diharapkan Indonesia dapat memperbaiki tayangan sinetron agar menyeimbangkan kebutuhan hiburan dengan memperhatikan materi yang diangkat. Seputar Indonesia, Selasa 12 Januari 2016 — Masa-Masa Awal Menikah Jangan Boros Bagi pasangan muda, tentu mendambakan mempunyai hunian sendiri. Tentunya ada beragam pilihan hunian yang nyaman seperti rumah atau apartemen. Namun Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Nisfu Laila SE. M.Com. menyarankan agar membeli rumah karena jika terjadi musibah masih terbantu dengan harga tanah. Selain itu, beliau menyarankan agar di sela-sela perencanaan keuangan disertakan asuransi. Pasangan muda sebaiknya memiliki perencanaan keuangan yang matang dengan cara mengutamakan kebutuhan primer, lalu kebutuhan sekunder dan kemudian yang lainlainnya. Dan sebaiknya pasangan muda harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membayar kewajiban-kewajiban yang ditanggungnya dan tidak terjebak dalam lifestyle. Surya, Selasa 12 Januari 2016
Asrama Putra UNAIR, Tempat Tinggal Ideal Mahasiswa Luar
Kota UNAIR NEWS – Universitas Airlangga menerima ribuan mahasiswa baru tiap tahunnya. Tak sedikit dari mereka berasal dari luar Surabaya. Karena jarak yang jauh, orang tua atau wali mahasiswa biasanya khawatir dengan kondisi tempat tinggal anaknya di perantauan. Kekhawatiran tersebut bisa disebabkan dari fasilitas, keamanan dan kenyamanan. Namun, orang tua tak perlu khawatir bila menyekolahkan anaknya di UNAIR. Sebab, UNAIR memiliki asrama khusus mahasiswa putra yang terletak di sebelah timur Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR kampus C Mulyorejo. Di asrama mahasiswa putra, para penghuninya mendapatkan fasilitas yang layak untuk digunakan. Sejumlah fasilitas seperti kamar, ranjang, kasur, bantal, lemari, meja keluarga, dapur umum, mushola, ruang belajar, dan koneksi WiFi gratis yang dapat digunakan untuk menunjang belajar mahasiswa. Menurut Risma, salah satu pengurus administrasi asrama UNAIR, persyaratan menjadi penghuni asrama putra ini antara lain harus mahasiswa UNAIR, mengisi formulir serta melengkapi berkas fotokopi KTP, KTM, Kartu Keluarga, dan slip gaji orang tua untuk mengetahui kemampuan finansial keluarga.
Salah satu sudut kantin di asrama putra (Foto: Luthfi Marzuki) “Intinya, kami ingin membantu mahasiswa yang kurang mampu untuk bisa tinggal di asrama dengan biaya yang murah. Di asrama putra, mahasiswa penghuni cukup membayar Rp. 140 ribu sudah mencakup air gratis kecuali listrik sesuai dengan penggunaan,” kata Risma. Setelah semua persyaratan dilengkapi, pihak asrama akan menyeleksi dan mengumumkan penghuni asrama selama satu tahun kontrak. Jika ingin memperpanjang kontrak, pengurus administrasi akan melakukan evaluasi terhadap mahasiswa penghuni tersebut. Evaluasi bisa dimulai dari keaktifan mahasiswa selama mengikuti acara-acara seperti seminar softskill, dan pengajian rutin setiap Kamis bagi yang muslim. Selain kontribusi aktif, mahasiswa penghuni juga dinilai dari banyaknya pelanggaran yang dilakukan. Sekadar informasi, asrama memberlakukan aturan jam malam kepada mahasiswa. “Semua mahasiswa harus pulang sebelum jam 10 malam kecuali ijin terlebih dahulu. Mahasiswa juga tidak diperbolehkan mencuci pakaian di lingkungan asrama,” tutur Risma.
Demi lingkungan yang aman, asrama putra dijaga oleh petugas keamanan yang stand by selama 24 jam. Peraturan di sana juga memberlakukan wajib lapor bagi tamu. Dengan keamanan dan fasilitas yang terjamin, maka orang tua tak perlu ragu lagi untuk melepas anaknya pergi merantau demi sekolah di UNAIR. (*) Penulis: Lutfi Marzuki Editor: Defrina Sukma S