Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU
i
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
halaman ini sengaja dikosongkan
ii
ii
KATA PENGANTAR Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan III-2014 ini dapat terbit tepat waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademia maupun untuk masyarakat luas. Pada triwulan III-2014, Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 9,09% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional pada triwulan II-2014 yang sebesar 5,12% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 7,79% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua tercatat sebesar 7,40% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 5,27% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tercatat masih cukup baik. Untuk sistem pembayaran, transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp7,44 trilliun dengan jumlah warkat 10.887 lembar. Di sisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp11,62 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp1,34 triliun dengan jumlah warkat sebesar 33.757 lembar.
iii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu melalui Kata Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya laporan ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik ini akan tetap dapat terpelihara di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami agar laporan pada triwulan ini bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.
Jayapura, November 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan, Hasiholan Siahaan
iv
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................... III DAFTAR ISI ....................................................................................... V DAFTAR TABEL ................................................................................. IX DAFTAR GRAFIK ............................................................................. XIII RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................... XIX BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH .......................................... 1 1.1 PROVINSI PAPUA .................................................................................... 4
1.1.1 Sisi Permintaan ............................................................................ 4 1.1.1.1 Konsumsi ...................................................................................... 4 1.1.1.2 Investasi ........................................................................................ 6 1.1.1.3 Ekspor dan Impor .......................................................................... 7
1.1.2 Sisi Penawaran ............................................................................ 9 1.1.2.1 Sektor Pertanian ............................................................................ 9 1.1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................................... 11 1.1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran ..................................... 12 1.1.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ......................................... 13 1.1.2.5 Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. .................... 14
1.2 PROVINSI PAPUA BARAT......................................................................... 15
1.2.1 Sisi Permintaan .......................................................................... 15 1.2.1.1 Konsumsi .................................................................................... 15 1.2.1.2 Ekspor
Impor ............................................................................ 17
1.2.2 Sisi Penawaran .......................................................................... 18 1.2.2.1 Sektor Pertanian .......................................................................... 19 1.2.2.2 Sektor Industri Pengolahan........................................................... 20 1.2.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran .................................... 20 1.2.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ......................................... 21 1.2.2.5 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ....................... 21 1.2.2.6 Sektor Jasa-jasa ........................................................................... 22 1.2.2.7 Sektor Bangunan ......................................................................... 22
v
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat BAB 2 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ................................... 25 2.1 KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA ...................................................... 25
2.1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua .......................... 28 2.1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua ......................... 29 2.1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan ................................................ 30 2.2 KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT ............................................. 32
2.2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ................. 33 2.2.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ................ 34 2.2.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan ................................................ 35 BAB 3 PERKEMBANGAN HARGA ....................................................... 37 3.1 PROVINSI PAPUA .................................................................................. 37
3.1.1 Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua .......................................... 37 3.1.1.1 Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura ............................................. 38 3.1.1.2 Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Jayapura.................................................................................................. 39
3.1.2 Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas ................ 40 3.1.2.1 Kelompok Bahan Makanan .......................................................... 40 3.1.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ........... 41 3.1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. ......................................... 41 3.1.2.4 Kelompok Sandang .................................................................... 41 3.1.2.5 Kelompok Kesehatan .................................................................. 41 3.1.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .............................. 42 3.1.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ............... 42
3.2 PROVINSI PAPUA BARAT......................................................................... 43
3.2.1 Kondisi Umum Inflasi Papua Barat ............................................. 43 3.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi .................................. 43 3.2.2.1 Kelompok Bahan Makanan .......................................................... 44 3.2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ........... 44 3.2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar .............. 44 3.2.2.4 Kelompok Sandang ..................................................................... 45 3.2.2.5 Kelompok Kesehatan ................................................................... 45 3.2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .............................. 45 3.2.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ............... 46
vi
vi
Triwulan III 2014
BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN ...................................................................................................... 47 4.1 PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN WILAYAH PAPUA ................................ 47 4.2 PERBANKAN PROVINSI PAPUA .................................................................. 49
4.2.1. Perkembangan Umum.............................................................. 49 4.2.2 Aset Perbankan ........................................................................ 50 4.2.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan........................................... 50 4.2.4 Penyaluran Kredit Perbankan ..................................................... 51 4.2.5 LDR dan NPL ............................................................................. 53 4.2.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua ................................. 54 4.2.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua .................................. 54 4.2.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua .......................... 55 4.2.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) .............. 56
4.3 PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT ........................................................ 56
4.3.1 Perkembangan Umum............................................................... 56 4.3.2 Total Aset ................................................................................ 57 4.3.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan........................................... 58 4.3.4 Penyaluran Kredit Perbankan ..................................................... 58 4.3.5 LDR dan NPL ............................................................................. 60 4.3.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat ........................ 61 4.3.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat ......................... 61 4.3.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat ................. 62 4.3.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) .............. 62
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG ................... 65 5.1 BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) ......................... 65 5.2 SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKN-BI) ................................. 66 5.3 PERKEMBANGAN UANG KARTAL ............................................................. 68 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN .................................... 71 6.1 KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA ........................................................ 71
6.1.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua .............................. 71 6.1.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .................... 72 vii
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 6.2 KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT .............................................. 74
6.2.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ..................... 74 6.2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .................... 74 6.3 KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ........................ 76
6.3.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua ............................. 76 6.3.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat .................... 77 BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI ................................. 79 7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH .............................................. 79
7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ....................................... 79 7.1.1.1 Sisi Permintaan ............................................................................ 79 7.1.1.2 Sisi Penawaran............................................................................. 80
7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat .............................. 82 7.3 PROSPEK INFLASI ............................................................................. 84
7.3.1 Inflasi Provinsi Papua ................................................................. 84 7.3.2 Inflasi Provinsi Papua Barat ........................................................ 84
viii
viii
DAFTAR TABEL TABEL 1.1. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGGUNAAN (RP MILIAR) ............ 2 TABEL 1.2. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA (%) .......................................................... 2 TABEL 1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI (YOY) PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT PENGGUNAAN (%) ................................................................ 3 TABEL 1.4. LAJU PERTUMBUHAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA (%) ................ 3 TABEL 1.5. PERKEMBANGAN PENJUALAN HASIL TAMBANG ............................................ 8 TABEL 1.6. PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS PANGAN PAPUA..................... 10 TABEL 1.7. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN PROVINSI PAPUA ............................. 11 TABEL 1.8. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERTAMBANGAN PAPUA .................................. 12 TABEL 1.9. PERKEMBANGAN ARUS BONGKAR MUAT BARANG DI PELABUHAN PAPUA ....... 12 TABEL 1.10. PERKEMBANGAN ARUS PENUMPANG KAPAL DI PELABUHAN PAPUA .............. 13 TABEL 1.11. PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA ............................ 14 TABEL 1.12. PERTUMBUHAN SISI PERMINTAAN PROVINSI PAPUA BARAT ......................... 15 TABEL 1.13. PERTUMBUHAN SEKTORAL PDRB PROVINSI PAPUA BARAT .......................... 19 TABEL 1.14. PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA BARAT .................. 22 TABEL 4.1. KOMPARASI UKURAN FISKAL PEMDA-PEMDA DI PROVINSI PAPUA .................. 25 TABEL 4.2. PERKEMBANGAN APBD PEMPROV PAPUA TAHUN ANGGARAN 2013-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 26 TABEL 4.3. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 27 TABEL 4.4. PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 28 TABEL 4.5. PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 28 TABEL 4.6. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 30 TABEL 4.7. PERKEMBANGAN KESEIMBANGAN FISKAL PEMERINTAH PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) .................................................................................. 30
ix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat TABEL 4.8. REALISASI APBD PROVINSI PAPUA TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 31 TABEL 4.9. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................... 32 TABEL 4.10. PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................... 33 TABEL 4.11. REALISASI PENDAPATAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 34 TABEL 4.12. REALISASI PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 35 TABEL 4.13. REALISASI PEMBIAYAAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 35 TABEL 2.2. DISAGREGASI INFLASI KOTA JAYAPURA .................................................... 39 TABEL 2.3. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI PAPUA ................................................ 40 TABEL 3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN WILAYAH PAPUA (MILIAR) ............................. 47 TABEL 3.2. PERKEMBANGAN NPL PERSEKTOR ........................................................... 48 TABEL 3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR)......................... 49 TABEL 3.4. PERKEMBANGAN DPK PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR).................. 51 TABEL 3.5. PERKEMBANGAN INDIKATOR KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA ................. 52 TABEL 3.7. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT ................................ 57 TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT ............................................. 59 TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN BERDASARKAN SEKTOR EKONOMI ................................ 60 TABEL 3.9. PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN PAPUA BARAT .............................. 61 TABEL 5.1. TRANSAKSI RTGS WILAYAH PAPUA ........................................................ 65 TABEL 5.2. TRANSAKSI KLIRING WILAYAH PAPUA ...................................................... 67 TABEL 5.3. PERKEMBANGAN PERKASAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ......................................................... 69 TABEL 6.1. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA .............. 72 TABEL 6.2. PENDAPATAN MENURUT LAPANGAN KERJA............................................... 72 TABEL 6.3. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA FEBRUARI 2012 FEBRUARI 2014 PROVINSI PAPUA ....... 73 TABEL 6.4. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA FEBRUARI 2012 AGUSTUS 2014 PROVINSI PAPUA BARAT ......................... 74 TABEL 6.5. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN KERJA UTAMA .................. 75 TABEL 6.7. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA ......................... 77
x
x
Triwulan III 2014
TABEL 6.8. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA BARAT ............... 78 TABEL 7.1. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA ................................. 79 TABEL 7.2. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN DI PROVINSI PAPUA ..... 80 TABEL 7.3. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA BARAT ........................ 82 TABEL 7.4. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN DI PAPUA BARAT ........ 83 TABEL 7.5. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA .......................................................... 84 TABEL 7.6. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT ................................................ 85
xi
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
halaman ini sengaja dikosongkan
xii
xii
DAFTAR GRAFIK GRAFIK 1.1. SURVEI KONSUMEN .............................................................................. 5 GRAFIK 1.3. KREDIT KONSUMSI BANK UMUM PAPUA................................................... 5 GRAFIK 1.2. KONSUMSI LISTRIK RUMAH TANGGA PAPUA.............................................. 5 GRAFIK 1.5. BELANJA PEGAWAI PEMDA PROV. PAPUA ................................................. 6 GRAFIK 1.4. JUMLAH KENDARAAN BARU PAPUA ......................................................... 6 GRAFIK 1.7. JUMLAH PENANAMAN MODAL ASING ..................................................... 7 GRAFIK 1.6. KREDIT INVESTASI PERBANKAN PAPUA ...................................................... 7 GRAFIK 1.9. NILAI EKSPOR NON MIGAS PAPUA .......................................................... 8 GRAFIK 1.8. VOLUME EKSPOR NON MIGAS PAPUA ...................................................... 8 GRAFIK 1.10. VOLUME IMPOR NONMIGAS PAPUA ....................................................... 9 GRAFIK 1.11. NILAI IMPOR NON MIGAS PAPUA .......................................................... 9 GRAFIK 1.13. PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA ....................................................... 11 GRAFIK 1.12. NILAI TUKAR PETANI PAPUA ............................................................... 11 GRAFIK 1.15. TINGKAT HUNIAN HOTEL PAPUA ......................................................... 13 GRAFIK 1.14. PERKEMBANGAN KREDIT PERDAGANGAN .............................................. 13 GRAFIK 1.17. KREDIT KONSUMSI PAPUA BARAT........................................................ 16 GRAFIK 1.16. GRAFIK SURVEY KONSUMEN 1 ........................................................... 16 GRAFIK 1.18. KONSUMSI LISTRIK PAPUA BARAT ....................................................... 17 GRAFIK 1.20. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR PAPUA BARAT ....................................... 18 GRAFIK 1.19. PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR PAPUA BARAT................................... 18 GRAFIK 1.21. NILAI TUKAR PETANI PAPUA BARAT ..................................................... 19 GRAFIK 1.22. PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA BARAT ............................................. 19 GRAFIK 1.23. PENGGUNAAN LISTRIK ...................................................................... 20 GRAFIK 2.1. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA DENGAN INFLASI NASIONAL ........................ 38 GRAFIK 2.2. PERKEMBANGAN SURVEI KONSUMEN ..................................................... 40 GRAFIK 2.4. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA BARAT DENGAN INFLASI NASIONAL .............. 43 GRAFIK 3.1. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PROVINSI PAPUA................................. 50 GRAFIK 3.3. PERKEMBANGAN INDIKATOR DANA PIHAK KETIGA PROVINSI PAPUA.............. 51 GRAFIK 3.4. PERKEMBANGAN KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA .............................. 53 GRAFIK 3.5. PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA.............................. 55 GRAFIK 3.6. PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA ...................... 55 GRAFIK 3.8. PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA ........................................... 56
xiii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat GRAFIK 3.9. PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA ................................... 56 GRAFIK 3.10. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PAPUA BARAT.................................. 58 GRAFIK 3.12. PERKEMBANGAN DPK PROVINSI PAPUA BARAT ...................................... 58 GRAFIK 3.13. PERKEMBANGAN KREDIT PROVINSI PAPUA BARAT ................................... 59 GRAFIK 3.15. PERKEMBANGAN NPL & LDR ............................................................. 61 GRAFIK 3.16. PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT .................. 61 GRAFIK 3.17. PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT .......... 61 GRAFIK 3.18. PERTUMBUHAN KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT ................................... 62 GRAFIK 3.19. PERKEMBANGAN NPL KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT ........................... 62 GRAFIK 3.20. PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT............................... 63 GRAFIK 3.21. PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT ...................... 63 GRAFIK 5.1. NILAI TRANSAKSI RTGS ...................................................................... 66 GRAFIK 5.2. PERKEMBANGAN KLIRING WILAYAH PAPUA............................................. 68 GRAFIK 5.3. PERKEMBANGAN UANG KARTAL ........................................................... 69 GRAFIK 6.1. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PROV. PAPUA................................... 77 GRAFIK 6.2. PERKEMBANGAN UMR PROV. PAPUA .................................................... 77 GRAFIK 6.4. PERKEMBANGAN UMR PAPUA BARAT ................................................... 78 GRAFIK 6.3. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PAPUA BARAT .................................. 78
xiv
xiv
TABEL INDIKATOR PDRB DAN INFLASI PDRB Papua Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB
1 928 1338 149 14 624 476 493 199 613 4833 1 515 317 1597 10 213 219 183 55 298 3407
2012 2 3 1015 1058 1493 1582 151 150 14 15 651 708 485 516 507 531 236 237 645 713 5197 5509 2012 2 3 516 513 307 298 1644 1621 10 10 219 231 224 232 186 192 58 60 311 329 3473 3486
1 974 1764 146 15 669 541 540 233 734 5616
4 532 298 1472 10 243 241 200 61 357 3414
1 528 304 1812 11 238 247 202 61 330 3732
2013 2 3 1084 1114 1126 2263 152 158 15 16 715 718 542 561 553 571 265 272 742 827 5194 6501 2013 2 3 535 543 304 307 1631 1776 11 11 244 257 252 258 206 212 65 66 345 353 3594 3784
4 1106 2738 160 16 807 595 609 300 974 7305 4 543 307 1887 11 269 267 217 70 379 3952
IHK MTM 162,66 4,36 163,91 0,89 131,56 0,18 137,61 -0,02 119,92 0,32 118,39 0,02 135,98 0,41 143,68 1,48
YTD 7,12 8,18 9,18 4,07 3,80 3,73 11,97 8,27
QTQ 6,28 3,28 1,07 0,64 0,89 0,02 0,01 2,52
YOY 7,12 8,18 9,18 4,07 3,80 3,73 11,97 8,27
IHK 114,19 116,57 116,74 109,38 107,63 107,62 112,59 114,05
MTM 0,71 1,48 0,60 0,00 0,54 0,70 0,02 0,62
3 1151 2232 169 17 790 616 631 277 887 6770 3 546 290 1923 12 291 281 232 62 388 4025
YTD -5,60 5,06 2,84 3,18 1,72 2,17 2,89 0,86
QTQ -1,06 2,86 2,21 2,36 1,23 2,04 1,69 1,24
YOY
NA
4,51
2014
2013
Kelompok Komoditas
2014 2 1145 1148 170 17 768 600 615 304 853 5619 2014 1 2 533 543 310 311 1768 1798 12 12 276 279 270 275 221 225 61 63 349 371 3799 3877 1 1060 1306 166 16 743 594 609 275 850 5618
2014 TW III
2013
Kelompok Komoditas Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Prov. Papua
4 1022 1667 152 15 791 554 562 244 889 5896
TW III
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
IHK MTM 110,08 1,68 108,05 0,36
YTD 9,53 6,06
QTQ 1,46 9,32
YOY 9,53 6,06
IHK 121,83 113,00
MTM 1,10 0,61
YTD 10,67 4,58
QTQ 10,76 1,24
YOY 7,32 6,94
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
106,24 0,21 100,52 -0,14 105,78 1,24 105,29 0,30 111,07 0,71
5,34 -2,41 4,77 1,27 11,72
-3,85 -3,99 2,92 2,36 -2,42
5,34 -2,41 4,77 1,27 11,72
111,11 101,13 108,32 107,69 111,26
1,07 0,02 0,23 1,07 -1,29
4,58 0,61 2,41 2,28 0,17
2,81 0,20 0,83 1,93 -0,72
5,60 0,86 4,82 2,77 2,47
7,28
1,06
7,28
113,93
0,59
5,40
4,27
5,32
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = % ) 108,09
0,91
xv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat PERBANKAN
xvi
xvi
Triwulan III 2014
SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring
Tabel Transaksi RTGS 2013
RTGS I Outflow (from) Inflow (to) Net Inflow Intra Papua
III
IV
I
II
III
Growth (YoY)
Nominal (Rp.milliar)
12,831
7,991
9,930
13,739
8,248
7,442
10,106
1.77%
Lembar Warkat Nominal (Rp.milliar) Lembar Warkat Nominal (Rp.milliar) Lembar Warkat Nominal (Rp.milliar) Lembar Warkat
10,342 11,545 12,090 (1,285) 1,749 996 1,574
12,183 11,476 14,890 3,485 2,707 1,476 2,009
11,764 14,716 15,230 4,786 3,466 3,060 2,092
13,586 18,411 16,698 4,671 3,112 5,199 2,197
10,882 9,654 13,699 1,406 2,817 1,166 1,780
10,887 11,618 14,785 4,176 3,898 1,567 1,813
11,505 14,246 15,697 4,140 4,192 2,509 2,076
-2.20% -3.19% 3.07% -13.51% 20.95% -18.00% -0.76%
Uang Kartal Inflow (Rp Miliar) Outflow (Rp Miliar) Net Inflow (Rp Miliar)
xvii
II
2014
Tabel Perkasan KPw BI Papua & Papua Barat 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) 2.171,39 1.179,91 1.664,51 1.628,75 2.702,12 1.260,27 3.894,13 5.391,32 2.853,48 1.224,47 -2,84% 1.006,40 2.374,08 1.820,59 6.234,39 1.020,06 2.256,04 2.273,13 5.772,50 893,21 1.870,83 -17,07% 1.164,99 (1.194,16) (156,08) (4.605,64) 1.682,06 (995,77) 1.621,00 (381,17) 1.960,27 (646,37) -35,09%
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
halaman ini sengaja dikosongkan
xviii
xviii
RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Per triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan kedua provinsi yang bernilai positif. Ekonomi Papua tumbuh 4,1% (yoy), sementara ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Meski
positif,
pertumbuhan
kedua
provinsi
tersebut
mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan kinerja triwulan II-2014.
2. MAKROEKONOMI Dari lapangan usaha, seluruh sektor ekonomi di Papua dan Papua Barat tumbuh positif, terkecuali sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Papua. Pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel & restoran. Sementara dari sisi permintaan, struktur ekonomi Provinsi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh sektor konsumsi dan investasi.
3. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua pada triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp8,0 triliun atau setara 76,0% dari target anggaran tahun ini. Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang sama pada tahun sebelumnya (76,5%). Sisi pendapatan APBD sebagian besar ditopang oleh tingginya Pendapatan Asli Daerah berupa Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah dan Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Dari sisi belanja, realisasi Pemda Provinsi Papua sampai dengan triwulan III2014 mencapai Rp5,7 triliun atau setara 51,1 % total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibanding triwulan III-2013. Meningkatnya realisasi anggaran belanja Pemda Papua terutama didorong dari sisi peningkatan belanja Bagi Hasil Pada Pemda, Bantuan Keuangan bagi Pemda Lain serta Belanja Barang dan Jasa.
xix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat 4. INFLASI Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi Provinsi Papua1 tercatat 4,51% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 0,6% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan peningkatan harga terutama pada komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat sedikit lebih rendah, dari inflasi nasional pada triwulan III-2014 yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Hal sebaliknya terjadi di Provinsi Papua Barat, dimana inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat2 tercatat 5,3% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional.
5. PERBANKAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan. Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan yang tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 19,4% (yoy). Sementara di sisi aktiva, kredit perbankan juga tumbuh signifikan sebesar 16,0% (yoy). Hal ini mendorong menurunnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 57,1% (yoy) pada triwulan III-2014 dari 58,75% (yoy) pada triwulan III-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih jauh di bawah batas aman tingkat LDR perbankan yang berada di angka 80%. Dari sisi kualitas penyaluran kredit, hampir seluruh sektor usaha di Papua berada pada level yang relatif aman. Namun untuk sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi memiliki nilai NPL yang cukup tinggi masing-masing mencapai 21,9% dan 12,2%. Hal yang sama juga terjadi di Provinsi Papua Barat, dimana hampir seluruh sektor masih berada pada level yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing
Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 2 Perhitungan inflasi Provinsi Papua Barat dilakukan dengan menggunakan pendekatan ratarata tertimbang (weighted average) inflasi Kab. Manokwari dan dan Kota Sorong berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 1
xx
xx
Triwulan III 2014
Loan (NPL) di bawah 5%. Hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL diatas normal yaitu sebesar 8,47%.
6. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BIRTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp10,11 trilliun atau naik sebesar 1,8% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain disebabkan oleh masih besarnya ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Di sisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp14,25 triliun. Angka tersebut menurun sebesar -3,2% (yoy) dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II-2014, nilai tersebut menunjukkan peningkatan. Triwulan II-2014, nilai inflow
ke Papua adalah sebesar
Rp14,79 trilyun. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui RTGS terjadi sejalan dengan pengalokasian berbagai dana perimbangan dari pusat. Tren historis menunjukkan bahwa dana masuk tersebut sebagian besar baru dibelanjakan secara maksimal pada semester kedua. Adapun nilai transaksi keuangan antarbank melalui BIRTGS di wilayah Papua selama periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp2,51 triliun atau turun cukup signifikan
sebesar -18,0% (yoy)
dibandingkan dengan tahun lalu.
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI Sepanjang tahun 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif di kisaran 4,55-5,05% (yoy), angka
tersebut
jauh
lebih
rendah
jika
dibandingkan
dengan
pertumbuhan 2013 sebesar 14,8% (yoy). Adapun pada triwulan IV-2014, pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,8% (yoy). Sementara itu, untuk perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif di rentang 5,86-6,36% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan 2013 (9,29%, yoy). Adapun pada triwulan IV-2014
xxi
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh 8,5% (yoy). Di triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada di rentang 4,45 ± 1% (yoy). Inflasi di Provinsi Papua pada triwulan mendatang diproyeksikan relatif lebih rendah dari triwulan sebelumnya seiring dengan masih rendahnya inflasi tahun kalender Provinsi Papua hingga triwulan III-2014. Selanjutnya, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2014 diperkirakan berada level 5,50 ± 1% (yoy). Inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai cukup moderat seiring tingginya capaian inflasi kalender Provinsi Papua Barat hingga triwulan III-2014.
xxii
xxii
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang cukup baik. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 4,14% (yoy) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 6,39% (yoy). Dari sisi permintaan, struktur ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Sedangkan dari sisi penawaran, perekonomian Provinsi Papua terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; dan sektor angkutan dan transportasi. Sementara itu, perekonomian Papua Barat ditopang oleh sektor industri pengolahan; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa. Sampai dengan triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat masih menunjukan kinerja yang cukup baik. Meskipun pada tahun 2014 aturan mengenai pelarangan ekspor mineral mentah sudah diterapkan, perekonomian Provinsi Papua masih mampu tumbuh positif. Sektor pertambangan Papua yang pada periode yang lalu diprediksi akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan, pada triwulan laporan justru mencatatkan kinerja yang positif (qtq), meskipun dengan pertumbuhan yang sangat terbatas. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada 2013 pasca diselesaikannya sejumlah permasalahan pada sektor industri pengolahan migas di Provinsi Papua Barat. Untuk perekonomian Papua Barat, triwulan ini kembali mengandalkan sektor industri pengolahan pasca disepakatinya beberapa kontrak penjualan yang baru ke salah satu konsumen utama.
1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 1.1. PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Penggunaan (Rp miliar) PDRB Papua Konsumsi Konsumsi RT & Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB PDRB Papua Barat Konsumsi Konsumsi RT & Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB
1 5863 4636 1227 2494 -1201 1360 3683 4833 1 1570 1229 341 604 184 2364 1314 3407
2012 2 3 6009 6257 4682 4843 1327 1415 2625 2715 -1378 -790 1945 1779 4004 4452 5197 5509 2012 2 3 1648 1711 1263 1309 385 402 621 658 215 225 2337 2309 1347 1416 3473 3486
4 6573 5044 1529 2854 -1534 2564 4561 5896
1 6255 4952 1302 2680 -2198 2601 3721 5616
4 1771 1360 411 690 234 2126 1406 3414
1 1709 1336 373 703 -141 2885 1424 3732
2013 2 3 6376 6639 5002 5177 1375 1463 2824 2911 -1539 -1432 1947 2851 4414 4468 5194 6501 2013 2 3 1779 1877 1371 1422 408 455 734 775 -295 -271 2874 2975 1498 1572 3594 3784
4 7031 5398 1633 3002 -3140 4999 4587 7305
1 6747 5334 1412 2870 -338 1841 5501 5618
4 1946 1457 489 818 -313 3143 1643 3952
1 1894 1459 435 830 -270 2928 1583 3799
2014 2 6876 5392 1485 3026 -883 1974 5375 5619 2014 2 1950 1495 455 843 -42 2726 1599 3877
3 7173 5583 1590 3123 -1965 4810 6370 6770 3 2030 1545 485 873 -122 2977 1733 4025
Sumber : BPS Provinsi Papua dan BPS Provinsi Papua Barat
Tabel 1.2. PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha (%) PDRB Papua Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB
2012 1 928 1338 149 14 624 476 493 199 613 4833 1 515 317 1597 10 213 219 183 55 298 3407
2 3 1015 1058 1493 1582 151 150 14 15 651 708 485 516 507 531 236 237 645 713 5197 5509 2012 2 3 516 513 307 298 1644 1621 10 10 219 231 224 232 186 192 58 60 311 329 3473 3486
2013 4 1022 1667 152 15 791 554 562 244 889 5896
1 974 1764 146 15 669 541 540 233 734 5616
4 532 298 1472 10 243 241 200 61 357 3414
1 528 304 1812 11 238 247 202 61 330 3732
2 3 1084 1114 1126 2263 152 158 15 16 715 718 542 561 553 571 265 272 742 827 5194 6501 2013 2 3 535 543 304 307 1631 1776 11 11 244 257 252 258 206 212 65 66 345 353 3594 3784
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat
2
2
4 1106 2738 160 16 807 595 609 300 974 7305
1 1060 1306 166 16 743 594 609 275 850 5618
4 543 307 1887 11 269 267 217 70 379 3952
1 533 310 1768 12 276 270 221 61 349 3799
2014 2 1145 1148 170 17 768 600 615 304 853 5619 2014 2 543 311 1798 12 279 275 225 63 371 3877
3 1151 2232 169 17 790 616 631 277 887 6770 3 546 290 1923 12 291 281 232 62 388 4025
Triwulan III 2014
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan (%) 2012 1 2 3 Konsumsi 7.35% 8.14% 7.49% Konsumsi Rumah Tangga 7.14% 6.95% 6.98% Konsumsi Pemerintah 8.15% 12.58% 9.29% PMTB 7.24% 9.42% 8.42% Perubahan Stok 37.37% 5.60% -13.08% Ekspor -52.57% -33.74% -37.16% Dikurangi Impor -15.10% -4.98% -7.47% PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 2012 Growth PDRB Papua 1 2 3 Barat Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% Growth PDRB Papua
2013 3 2 6.12% 6.10% 6.82% 6.89% 3.61% 3.39% 7.55% 7.23% 11.65% 81.19% 0.09% 60.24% 10.23% 0.35% -0.05% 18.01% 2013 3 4 1 2 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% -142.89% -176.73% -237.39% -220.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 4 1 5.53% 6.68% 7.12% 6.81% 0.60% 6.18% 3.56% 7.47% 67.80% 82.95% 121.17% 91.27% 6.80% 1.05% 18.91% 16.22%
1 6.97% 7.87% 7.02% 7.72% 6.83% 8.42% 5.20% 7.07% 104.72% -84.61% 94.94% -29.20% 0.57% 47.82% 23.90% 0.04% 4
4
9.90% 7.11% 19.15% 18.60% -233.53% 47.84% 16.82% 15.74%
1 10.83% 9.21% 16.66% 18.09% 91.47% 1.49% 11.21% 1.79%
2014 2 7.84% 7.79% 8.02% 7.18% -42.63% 1.42% 21.78% 8.19% 2014 2 9.62% 9.05% 11.53% 14.79% -85.62% -5.14% 6.77% 7.87%
3 8.04% 7.86% 8.71% 7.27% 37.25% 68.71% 42.58% 4.14% 3 8.15% 8.65% 6.60% 12.66% -54.94% 0.08% 10.24% 6.39%
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat
Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (%) Growth PDRB Papua Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB Growth PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB
1 0.28% -39.74% -0.64% 6.05% 19.00% 8.11% 9.05% 19.98% 11.14% -11.19% 1 0.55% 14.96% 89.85% 10.08% 10.58% 8.77% 13.13% 9.12% 12.90% 35.83%
2012 2 3 3.95% 6.24% -23.93% -13.52% 6.29% 3.31% 7.25% 7.49% 19.86% 16.43% 8.44% 10.92% 9.63% 10.41% 1.76% 7.14% 8.80% 5.30% -3.26% 1.34% 2012 2 3 2.20% 0.06% 7.69% 1.10% 52.04% 2.30% 8.25% 7.63% 10.39% 11.99% 8.02% 9.81% 11.08% 10.21% 11.05% 1.03% 10.11% 8.39% 24.63% 3.87%
4 1 5.51% 5.0% 54.67% 31.8% 0.48% -1.8% 7.18% 6.6% 16.04% 7.3% 13.58% 13.7% 9.10% 9.6% 1.61% 17.4% 8.09% 19.8% 18.94% 16.2% 4 3.09% -0.83% 1.46% 9.34% 15.99% 12.96% 11.93% 3.46% 16.19% 5.23%
1 2.41% -3.88% 13.41% 8.67% 12.03% 12.51% 10.27% 10.91% 10.71% 9.54%
2013 2 3 6.8% 5.3% -24.6% 43.0% 0.9% 5.2% 8.1% 9.3% 9.8% 1.5% 11.8% 8.7% 9.1% 7.6% 12.3% 14.9% 15.1% 16.0% -0.1% 18.0% 2013 2 3 3.78% 5.84% -0.93% 2.84% -0.79% 9.58% 9.65% 9.45% 11.51% 11.31% 12.78% 11.11% 11.12% 10.65% 13.20% 9.57% 10.94% 7.43% 3.47% 8.52%
2014 4 1 2 10.0% 8.8% 5.7% 64.2% -26.0% 2.0% 4.9% 13.3% 11.6% 8.4% 10.4% 7.2% -1.1% 11.1% 7.4% 7.4% 9.7% 10.6% 8.3% 12.8% 11.2% 23.1% 17.8% 14.8% 10.4% 15.7% 14.9% 23.9% 0.0% 8.2% 2014 1 2 4 2.12% 0.97% 1.36% 2.99% 1.78% 2.25% 28.23% -2.42% 10.23% 8.33% 8.33% 8.65% 10.73% 15.75% 14.45% 10.75% 9.39% 9.11% 8.91% 9.30% 9.29% 14.84% 1.32% -3.20% 6.19% 5.75% 7.50% 15.74% 1.79% 7.87%
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat Diolah
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
3
3 3.3% -1.3% 6.7% 5.5% 10.0% 9.8% 10.4% 1.7% 7.2% 4.1% 3
0.55% -5.45% 8.28% 8.68% 13.21% 8.86% 9.27% -5.46% 9.76% 6.39%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
1.1 Provinsi Papua 1.1.1 Sisi Permintaan Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 4,14 % (yoy) atau lebih rendah dari triwulan II-2014 (8,19%, yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) serta komponen ekspor. Pada triwulan laporan, konsumsi tumbuh paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Meningkatnya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring peningkatan belanja yang dilakukan oleh sektor Rumah Tangga dan Pemerintah Daerah. Selain itu, kinerja ekspor juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik sejalan dengan peluang dari diterbitkannya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral olahan bagi industri pertambangan terbesar di Provinsi Papua. Searah dengan hasil survei oleh Bank Indonesia, ekpektasi masyarakat dalam beberapa waktu ke depan diprediksi akan tetap tinggi. Hal tersebut akan mendorong kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif.
1.1.1.1 Konsumsi Pada triwulan III-2014, komponen konsumsi
tumbuh mencapai
8,04% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dari triwulan II-2014 (7,84%, yoy). Tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan ekspor di Provinsi Papua. Pertumbuhan konsumsi juga konsisten dengan hasil survei konsumen di Kota Jayapura yang menunjukkan kecenderungan peningkatan konsumsi sebagai akibat kenaikan indeks pembelian durable good dengan nilai 121,1 di triwulan III2014. Indeks tersebut sedikit naik dibandingkan triwulan II-2014 yang sebesar 103,3. Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) secara keseluruhan sebesar 127,8 atau lebih tinggi, di atas level optimistis, dibandingkan triwulan II-2014 yang sebesar 114,1.
4
4
Triwulan III 2014
Grafik 1.1. Survei Konsumen
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat
Peningkatan
komponen
konsumsi
juga
ditunjukkan
oleh
perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 12,22% (yoy) pada triwulan III-2014. Tingginya aktivitas konsumsi tersebut sejalan dengan
tingginya
pertumbuhan
penyaluran
kredit
konsumsi
oleh
perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 6,31% (yoy). Pada triwulan III-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga dicerminkan oleh peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 15,08 % (yoy). Grafik 1.2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua
Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Grafik 1.3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua dan Papua Barat
Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan III-2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,71% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2014 sebesar 8,02% (yoy). Andil Pemda dalam peningkatan konsumsi juga merupakan konsekuensi dari tingginya peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang pada triwulan laporan mencapai nilai Rp467,39 miliar. Besaran tersebut mengambil porsi yang cukup besar dalam anggaran.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
5
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Secara tahunan, konsumsi nirlaba tumbuh 7,86% (yoy). Komponen konsumsi
nirlaba
merupakan
komponen
yang
juga
memberikan
sumbangan dalam pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Kebijakan pengupahan baru pada tahun 2014 (UMR 2014) menjadi faktor pendorong tumbuhnya komponen konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya indeks penghasilan triwulan III-2014 yaitu sebesar 148,3, lebih tinggi dari triwulan II-2014, 123,2. Grafik 1.4. Jumlah Kendaraan Baru Papua
Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah
Grafik 1.5. Belanja Pegawai Pemda Prov. Papua
Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah
1.1.1.2 Investasi Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada triwulan III-2014 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu 7,27% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (7,18%, yoy). Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari masih besarnya peluang bisnis di Papua. Hal itu menaikkan minat investor untuk ekspansi bisnis seperti yang ditunjukkan oleh kenaikan penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada triwulan III-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp2,26 triliun atau naik sebesar 4,64% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi pada gilirannya akan meningkatkan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi di Papua. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan III-2014 juga didorong oleh meningkatnya jumlah investasi asing (foreign direct
investment) ke Provinsi Papua. FDI naik sebesar 19,19% (yoy) pada triwulan ini.
6
6
Triwulan III 2014
Grafik 1.6. Kredit Investasi Perbankan Papua
Grafik 1.7. Jumlah Penanaman Modal Asing
Sumber:BKAD Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat
1.1.1.3 Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan III-2014 naik cukup tinggi (68,71%, yoy). Hal ini diikuti pula oleh peningkatan impor sebesar 42,58% (yoy). Peningkatan ekspor Provinsi Papua pada periode berjalan disebabkan oleh meningkatnya kegiatan ekspor antardaerah. Di sisi lain, kegiatan ekspor ke luar negeri dari Provinsi Papua masih rendah. Meningkatnya kegiatan ekspor antardaerah adalah akibat langsung dari penerapan UU Minerba. Penerapannya mengakibatkan perusahaan tambang di Provinsi Papua tidak dapat secara langsung mengekpor bahan tambang ke luar negeri. Perusahaan harus melakukan kegiatan pengolahan yang berada di luar wilayah Papua. Pada triwulan III-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor nonmigas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$766,15 juta atau meningkat signifikan sebesar 10,06% (yoy). Sementara itu, secara volume tercatat sebesar 301,08 ribu ton atau turun sebesar -19,31% (yoy). Penerapan ketentuan UU Minerba berdampak kepada kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historis memiliki
hubungan
yang
searah
dengan
pertumbuhan
penjualan
perusahaan pertambangan baik untuk komoditas tembaga maupun emas. Ekspor tembaga dan emas pada triwulan III-2014 meningkat cukup signifikan masing-masing sebesar 8,86% (yoy) dan 81,65% (yoy). Perbaikan kinerja ekspor ini didukung dampak dari diterbitkannya Surat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
7
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral olahan bagi industri tambang terbesar di Provinsi Papua. Grafik 1.8. Volume Ekspor Non Migas Papua
Grafik 1.9. Nilai Ekspor Non Migas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Tabel 1.5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang
Jenis Komoditas
I Penjualan Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 134 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Tembaga (%) -51.80 Penjualan Konsentrat Emas (Ribu Ons) 266 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Emas (%) -41.41
2012 II 183 -30.94 247 -25.15
2013
III IV I II III 195 204 198 158 237 -22.92 308.00 47.76% -13.66% 21.54% 178 224 191 151 278 -53.65 119.61 -28.20% -38.87% 56.18%
2014 IV I II 292 109 117 43.14% -44.95% -25.95% 476 162 135 112.50% -15.18% -10.60%
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Volume dan Nilai impor nonmigas Papua juga tumbuh cukup tinggi pada triwulan ini masing-masing sebesar 24,47% (yoy) dan 107,71% (yoy). Peningkatan kinerja impor tersebut merupakan hal yang perlu diperhatikan karena dapat menandakan ketergantungan atas pasar luar negeri. Ke depannya, hal tersebut dikhawatirkan dapat memperbesar defisit neraca perdagangan nasional.
8
8
III 258.00 8.86% 505.00 81.65%
Triwulan III 2014
Grafik 1.10. Volume Impor Nonmigas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.11. Nilai Impor Non Migas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
1.1.2 Sisi Penawaran Pada triwulan III-2014, hampir seluruh sektor ekonomi di Provinsi Papua tumbuh positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi, yaitu 10,42% (yoy).
Sementara itu, pertumbuhan terendah dialami
sektor pertambangan dan penggalian yang turun -1,34% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian 3,3% (yoy); sektor bangunan 10,02% (yoy); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,74% (yoy); sektor industri pengolahan 6,74% (yoy), sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,8% (yoy); sektor pengangkutan dan komunikasi 12,04% (yoy); sektor listrik dan air bersih 5,52% (yoy), dan sektor jasa 7,2% (yoy).
1.1.2.1 Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan III-2014 tumbuh 3,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan yang sudah melewati periode panen raya. Akibatnya, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini menjadi lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Perkembangan produktivitas tanaman pangan juga menunjukkan pertumbuhan produksi ubi jalar dan jagung yang melambat jika dibandingkan produksi 2013. Pertumbuhan pada sektor pertanian itu sejalan dengan tren kenaikan ARAM (Angka Ramalan) Pertanian yang dirilis oleh BPS, yang mana tingkat produksi padi
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
9
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sawah, ubi jalar dan jagung sepanjang 2014 diprediksi akan meningkat. Peningkatan tahunannya bervariasi antara 2-23%. Tabel 1.6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua Padi Sawah dan Ladang Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Ubi Jalar Produksi Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)
2008
2009
85.699 24.461 35
98.510 102.610 115.437 138.032 169.790 185.726 26.336 26.686 29.262 37.149 41.111 44.515 37 3,85 3,94 3,72 4,13 4,17
2008
2009
2010
2011
2011
2012
2013
2012
2013
2014
2014
337.096 343.325 349.135 348.438 345.095 405.520 415.709 34.028 35.028 34.670 34.413 33.071 30.980 30.483 99 98 10,07 10,13 10,43 13,09 13,64
Jagung
2008
Produksi Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ton/Ha)
2010
2009
2010
337.096 343.325 34.028 35.028 99 98
6.834 3.903 1,75
2011 6.885 3.825 1,80
2012
2013
6.393 3.553 1,80
7.034 3.005 2,34
2014 7.372 3.147 2,34
Growth (%) 2013 2014 19,57 23,01 26,95 10,67 -5,81 11,15 Growth (%) 2013 2014 17,51 2,51 -6,32 -1,60 25,44 4,18 Growth (%) 2013 2014 10,03 4,81 -15,42 4,73 30,09 0,08
Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah
Sebaliknya,
subsektor
perikanan
menunjukkan
peningkatan
pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, subsektor perikanan mengalami peningkatan volume produksi terutama pada jenis komoditas perikanan tangkap yang tumbuh 3,04% (yoy). Sementara itu, hasil budidaya turun sebesar -100%. Turunnya produksi perikanan yang dihasilkan melalui budidaya terjadi seiring belum adanya produksi dari beberapa sentra perikanan utama di Jayapura. Secara kuantitas, sepanjang triwulan III-2014 total volume hasil produksi perikanan tercatat sebanyak 75.330 ton atau tumbuh sebesar 1,01% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Seperti pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru berkorelasi negatif dengan perkembangan nilai NTP Papua yang turun -2,28% (yoy) dari pencapaian pada triwulan II-2013. Sebelumnya NTP triwulan II-2014 adalah 97,54. Pada triwulan III-2014 NTP-nya turun lagi menjadi 97,08. Angka NTP di bawah 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sektor pertanian di Papua mengalami pertumbuhan, namun secara ironis kesejahteraan petani justru menurun.
10
10
Triwulan III 2014
Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua No
URAIAN
LAUT 1 Produksi (Ton) Pertumbuhan Tahunan (%)
2012
2013
2014
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
TW 2
TW 3
67,343
71,710
69,363
70,710
73,185
67,193
71,188
73,440
69016
69342
73,352
15.10
6.48
2.99
3.44
8.67
-6.30
0.68
3.86
-5.70
3.20
3.04
2,616
2,344
2,694
2,414
1,888
1,980
1,963
1,993
1920.3
1977.2
1977.2
35.80
23.29
41.70
25.11
-27.80
-15.51
-18.69
-17.47
1.69
-0.16
0.72
PERAIRAN UMUM (axis kanan) 2 Produksi (Ton) Pertumbuhan Tahunan (%) BUDIDAYA (axis kanan) 3 Produksi (Ton) Pertumbuhan Tahunan (%)
1,640
1,558
1,689
1,605
1,740
1,685
1,422
2,223
0
0
0
149.85
165.19
187.52
55.80
6.09
8.15
-11.39
38.54
-100.00
-100.00
-100.00
TOTAL PRODUKSI (Ton)
71,599
75,612
73,747
74,729
76,813
70,859
74,573
77,656
70,936
71,319
75,330
17.20
8.27
5.60
4.78
7.28
-6.29
1.12
3.92
-7.65
0.65
1.01
PERTUMBUHAN TAHUNAN (%)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, diolah Grafik 1.12. Nilai Tukar Petani Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
Grafik 1.13. PDRB Sektor Pertanian Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
1.1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2014 turun sebesar -1,34% (yoy) atau berbalik arah dari triwulan II-2014 yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 2% (yoy). Penurunan ini lebih disebabkan penyesuaian setelah
diterapkannya pelonggaran ekspor
mineral sebagai mandat dari UU Minerba sehingga menyebabkan kondisi kebijakan yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Perbaikan produksi terjadi setelah diterapkannya penangguhan UU minerba, dapat dilihat dari angka produksi hasil pertambangan Papua pada triwulan III-2014 sebenarnya dapat dilihat bahwa jumlah produksi tembaga dan emas mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
11
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Tabel 1.8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua Jenis Komoditas
I Produksi Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 123 Pertumbuhan Tahunan Produksi Tembaga (%) -56.69% Konsentrat Emas (Ribu Ons) 229 Pertumbuhan Tahunan Produksi Emas (%) -48.07%
2012 II III IV I 173 199 200 219 -33.72% -14.59% 194.12% 78.05% 230 182 221 212 -29.23% -49.02% 49.32% -7.42%
2013 2014 II III IV I II III 139 253 304 140 122 203 -19.65% 27.14% 52.00% -36.07% -12.23% -19.76% 131 297 502 208 142 426 -43.04% 63.19% 127.15% -1.89% 8.40% 43.43%
1.1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III2014 tumbuh 9,8% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan II-2014 (10,6%, yoy). Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga sejalan dengan peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai 78% atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 77%. Banyaknya acara dan perhelatan yang dilakukan oleh Pemda
sebelum
triwulan
akhir
menjadi
salah
satu
pendorong
meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan III-2014 juga konsisten dengan pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan oleh perbankan di Provinsi Papua yang meningkat sebesar 9% (yoy). Dari sisi arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Papua, sepanjang periode triwulan III-2014 mengalami peningkatan sebesar 6,83% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 1.9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Volume Bongkar Muat
2012 I
II
2013 III
IV
I
II
III
I
III
284,266 302,668 259,997 205,380 255,672 295,761 265,424 216,786 258,649 279,931 283,547
Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13.64% 1.65%
2.06% -27.27% -10.06% -2.28%
2.09%
Sumber: PT Pelindo Papua
12
IV
2014 II
12
5.55%
1.16%
-5.35%
6.83%
Triwulan III 2014
Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Perdagangan
Grafik 1.15. Tingkat Hunian Hotel Papua
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik
1.1.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2014 tumbuh 10,42% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan II-2014 yang mencapai 11,2% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta subsektor angkutan jalan raya yang tumbuh lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Tabel 1.10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua 2012
Indikator
I
II
2013 III
IV
I
II
III
IV
I
2014 II
Perkembangan Arus Penumpang (orang)
47,419 65,378 67,298 65,012 47,883
50,309 67,545
68,633
57,846
43,059
Pertumbuhan Tahunan (%)
-10.48% 34.29% -17.00% 16.89%
-23.05%
5.57%
20.81%
-14.41%
0.98%
0.37%
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Sesuai geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Kinerja sektor ini mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari jumlah penumpang Kapal Laut yang pada kuartal ini meningkat sebesar 1,53% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi diperkirakan dalam beberapa waktu ke depan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan investasi berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
13
III 68576 1.53%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
1.1.2.5 Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2014 tumbuh 1,74% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 yang mencapai 14,81% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini adalah nilai tambah bank pada triwulan III-2014 yang turun sebesar -0,91% (yoy) atau merosot dibandingkan triwulan II2014 yang mencapai 19,14% (yoy). Kinerja sektor keuangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014. Tabel 1.11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua KOMPONEN
Tw I
Tw II
2012 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2013 Tw III
Tw IV
Tw I
2014 Tw II
Tw III
91,710 198,414 351 8,414 298,889
130,972 250,948 447 9,858 392,225
137,215 244,635 493 10,174 392,517
173,271 211,358 523 10,853 396,005
124,953 239,135 274 8,822 373,184
139,876 302,060 475 11,199 453,610
185,417 274,697 790 10,422 471,326
197,748 322,080 704 14,817 535,349
137,561 316,628 333 14,301 468,823
144,134 381,078 524 14,692 540,428
219,326 231,981 814 14,899 467,020
344,758 (295) 40,722 12,322 397,507 98,618 298,889 -4.51%
398,489 (467) 43,771 53,773 495,566 103,341 392,225 13.19%
442,250 (382) 47,035 14,138 503,041 110,524 392,517 11.29%
481,548 (156) 50,932 14,381 546,705 150,700 396,005 10.22%
417,886 (72) 48,926 10,960 477,700 104,516 373,184 24.86%
509,608 (275) 54,043 13,581 576,957 123,347 453,610 15.65%
538,904 (4,777) 55,951 10,957 601,035 129,709 471,326 20.08%
648,429 (1,191) 59,375 13,307 719,920 184,571 535,349 35.19%
532,608 2,238 55,620 11,224 601,690 132,867 468,823 25.63%
603,988 (1,146) 61,993 11,564 676,399 135,971 540,428 19.14%
551,858 (808) 64,611 6,698 622,359 155,339 467,020 -0.91%
A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. 2. 3. 4.
Biaya Tenaga Kerja Surplus Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. 2. 3. 4.
Hasil imputasi jasa Penerimaan neto dari transaksi devisa Provisi dan komisi Pendapatan operasional lainnya GROSS OUTPUT 5. Biaya-biaya antara NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO Pertumbuhan (%)
Sumber: Bank Indonesia
14
14
Triwulan III 2014
1.2 Provinsi Papua Barat 1.2.1 Sisi Permintaan Pada triwulan III-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 6,39% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,87% (yoy). Dari sisi penggunaan, kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik. Tingginya pencapaian kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup signifikan terjadi seiring tingginya realisasi belanja Pemda paruh awal semester kedua 2014. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring besarnya dana perimbangan yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur di daerah. Pasca
dicapainya kesepakatan atas renegosiasi
harga jual gas kepada salah satu konsumennya di Fujian (China) meningkatkan kinerja sektor industri pengolahan Papua Barat secara cukup signifikan. Adanya kemungkinan renegosiasi
di masa mendatang juga
menjadi salah satu faktor mendorong meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain itu, maraknya kegiatan investasi di sektor ini di Provinsi Papua Barat juga turut mendorong kinerja sektor industri pengolahan pada periode berjalan. Tabel 1.12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok Ekspor Dikurangi Impor PDRB
1 6.46% 7.02% 4.50% 11.68% -111.50% 80.74% 82.48% 35.79%
2012 2 3 7.51% 7.14% 7.74% 7.59% 6.74% 5.68% 14.71% 14.94% -113.18% -112.39% 52.23% 2.61% 77.04% 68.08% 23.79% 3.65%
2013 3 4 1 2 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% -142.89% -176.73% -237.39% -220.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52%
1 9.90% 10.83% 7.11% 9.21% 19.15% 16.66% 18.60% 18.09% -233.53% 91.47% 47.84% 1.49% 16.82% 11.21% 15.74% 1.79% 4
2014 2 9.62% 9.05% 11.53% 14.79% -85.62% -5.14% 6.77% 7.87%
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
1.2.1.1 Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 8,15% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat 8,15% (yoy). Masih positifnya pertumbuhan kinerja konsumsi pada
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
15
3 8.15% 8.65% 6.60% 12.66% -54.94% 0.08% 10.24% 6.39%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat triwulan laporan secara tidak langsung mencerminkan bahwa daya beli masyarakat di Papua Barat masih tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang masih menunjukkan optimisme. Seluruh indikator survei masih berada diatas angka 100 (Grafik 16). Pada triwulan III-2014, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 133,7 atau sedikit menurun dari periode sebelumya yang tercatat sebesar 125, indikator tersebut searah dengan pencapaian PDRB komponen konsumsi dimana pada triwulan III-2014 mengalami sedikit perlambatan kinerja. Adapun masih dicapainya angka hasil survei yang berada pada nilai diatas 100 menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan dan konsumsi pada triwulan laporan. Komponen konsumsi masyarakat menyumbangkan 3,25% (yoy) dari total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan III2014.
Kontribusi
konsumsi
masyarakat
merupakan
yang
tertinggi
dibandingkan dengan komponen lainnya. Pertumbuhan komponen konsumsi ini sejalan dengan peningkatan kredit konsumtif seperti: pembelian kendaraan, rumah maupun barang lainnya. Pada triwulan III2014, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 3,1 trilliun atau tumbuh sebesar 12,63% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga yang secara tahunan naik sebesar 16,29% (yoy) atau mencapai 504,21 juta Kwh.
Grafik 1.16. Grafik Survey Konsumen 1
Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua dan Papua Barat
16
Grafik 1.17. Kredit Konsumsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat
16
Triwulan III 2014
Meningkatnya lapangan kerja yang merupakan implikasi terus meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun juga mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan akan terus meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan yang menjadi tujuan dari
proses pemekaran wilayah
tersebut. Grafik 1.18. Konsumsi Listrik Papua Barat
Sumber: PLN Wilyah Papua
1.2.1.2 Ekspor
Impor
Ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan III-2014 relatif tidak berubah dari triwulan yang sama di 2013 lalu. Kuartal ini ekspor Papua Barat hanya tumbuh 0,06% (yoy). Stagnasi tersebut merupakan imbas dari sempat menurunnya kontribusi ekspor gas salah satu perusahaan di bidang industri pengolahan migas yang mana pada awal triwulan II-2014 aktivitas ekspornya sempat tertahan akibat belum selesainya negosiasi kontrak harga baru dengan salah satu konsumen di China. Namun demikian, berdasarkan informasi terkini, sejak akhir Juni 2014 perusahaan sudah dapat melakukan ekspor kembali secara normal seiring telah selesainya proses negosiasi dimaksud.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
17
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 1.19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 10,24% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,77% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah
maupun
swasta
seiring
dengan
kegiatan
investasinya
ditengarai masih menjadi penyebab naiknya pertumbuhan impor Papua Barat. Ke depan, kegiatan impor Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin maraknya kegiatan investasi di sektor industri pengolahan di sana.
1.2.2 Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (0,55%); sektor pertambangan dan penggalian (-5,45%): sektor industri pengolahan (8,28%); sektor listrik, gas dan air bersih (8,68%); sektor bangunan (13,21%); sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,86%); sektor angkutan dan komunikasi (9,27%); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (5,46%); dan sektor jasa-jasa (9,79%). Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 13.
18
18
Triwulan III 2014
Tabel 1.13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa TOTAL PDRB
1 0.55% 14.96% 89.85% 10.08% 10.58% 8.77% 13.13% 9.12% 12.90% 35.83%
2012 2 3 2.20% 0.06% 7.69% 1.10% 52.04% 2.30% 8.25% 7.63% 10.39% 11.99% 8.02% 9.81% 11.08% 10.21% 11.05% 1.03% 10.11% 8.39% 24.63% 3.87%
4 3.09% -0.83% 1.46% 9.34% 15.99% 12.96% 11.93% 3.46% 16.19% 5.23%
1 2.41% -3.88% 13.41% 8.67% 12.03% 12.51% 10.27% 10.91% 10.71% 9.54%
2013 2 3 3.78% 5.84% -0.93% 2.84% -0.79% 9.58% 9.65% 9.45% 11.51% 11.31% 12.78% 11.11% 11.12% 10.65% 13.20% 9.57% 10.94% 7.43% 3.47% 8.52%
2014 4 2.12% 2.99% 28.23% 8.33% 10.73% 10.75% 8.91% 14.84% 6.19% 15.74%
1
2
3
0.97% 1.78% -2.42% 8.33% 15.75% 9.39% 9.30% 1.32% 5.75% 1.79%
1.36% 2.25% 10.23% 8.65% 14.45% 9.11% 9.29% -3.20% 7.50% 7.87%
0.55% -5.45% 8.28% 8.68% 13.21% 8.86% 9.27% -5.46% 9.76% 6.39%
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
1.2.2.1 Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan III-2014 tumbuh sebesar 0,55% (yoy), lebih rendah dari triwulan II-2014 yang sebesar 1,36% (yoy). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Papua, adanya peningkatan kinerja sektor pertanian di Papua Barat diikuti oleh adanya perbaikan kesejahteraan petani meskipun besaran perbaikan tersebut relatif sangat kecil. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan III-2014 yang mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,72 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 99,31. Indeks NTP yang berada di atas angka 100 menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang pertanian. Grafik 1.21. Nilai Tukar Petani Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Grafik 1.22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
19
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
1.2.2.2 Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan sebesar 8,28% (yoy) atau menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,23% (yoy). Secara umum, sektor ini memegang kontribusi terbesar (47,8%) dari total PDRB Papua Barat. Pada triwulan laporan dari total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi Papua Barat, sebesar 3,89% bersumber dari sektor industri pengolahan. Artinya, pertumbuhan yang bersumber sektor-sektor lain hanya 2,50%. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III-2014 terjadi sebagai akibat dari peningkatan produksi gas seiring adanya keyakinan bahwa hambatan dari sisi ekspor akibat adanya proses negosiasi harga baru dengan salah satu konsumennya akan dapat segera diselesaikan. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan. Hal ini juga tercermin dari peningkatan penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang mencapai sebesar 9,29 % atau menjadi sebesar 12,40 juta kWh. Grafik 1.23. Penggunaan Listrik
Sumber: PLN Wilayah Papua
1.2.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III2014 tumbuh sebesar 8,86% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 9,11% (yoy). Pertumbuhan persisten sektor PHR merupakan implikasi dari perkembangan ekonomi secara keseluruhan di Papua Barat. Pertumbuhan sektor PHR juga konsisten dengan penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 15,70% (yoy) atau mencapai Rp2,46 triliun.
20
20
Triwulan III 2014
Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR akibat meningkatnya belanja Pemerintah Daerah. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat yang konsisten juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama di subsektor perdagangan. Selain itu, besarnya ketergantungan Provinsi Papua Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan.
1.2.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan III-2014, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sebesar 9,27% (yoy), hampir sama dengan triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,29% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya subsektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang diprediksi masih tumbuh di kisaran 5-10% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang gencar dilakukan oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, berpotensi terus mendorong pertumbuhan sektor ini.
1.2.2.5 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan turun sebesar 5,46% (yoy), lebih menurun lagi dari triwulan sebelumnya (-3,20%, yoy). Subsektor Bank memberikan andil yang cukup signifikan terhadap sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Oleh karena itu, tumbuhnya pertumbuhan sektor Keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 18,15% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun 2013. Program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama di daerah terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, ikut mendorong kinerja sektor keuangan di Provinsi Papua Barat.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
21
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 1.14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat KOMPONEN
2012
2013
Tw I
Tw II
Tw III
24,782 78,851 53 2,782 106,468
26,515 102,311 88 2,874 131,788
37,430 105,149 182 2,977 145,738
110,825 (128) 13,936 4,457 129,090 22,622 106,468 7.87%
138,494 (634) 15,413 5,967 159,240 27,452 131,788 29.14%
153,172 (439) 15,678 4,977 173,388 27,650 145,738 33.09%
Tw IV
2014
Tw I
Tw II
Tw III
42,237 102,054 173 3,433 147,897
29,658 113,547 206 2,654 146,065
33,566 133,586 152 3,442 170,746
40,637 126,874 317 3,165 170,993
162,525 (128) 17,136 4,931 184,464 36,567 147,897 31.33%
150,412 (131) 16,914 4,098 171,293 25,228 146,065 37.19%
177,222 (391) 18,323 5,282 200,437 29,691 170,746 29.56%
182,517 (3,668) 18,623 3,126 200,597 29,604 170,993 17.33%
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
43,537 170,927 183 3,780 218,427
33,854 140,836 83 4,417 179,190
35,944 162,265 233 3,292 201,734
46,961 147,165 334 4,113 198,573
220,068 (1,074) 19,956 17,625 256,575 38,148 218,427 47.69%
184,370 1,633 19,201 4,136 209,340 30,150 179,190 22.68%
209,767 (871) 20,508 4,830 234,234 32,500 201,734 18.15%
210,719 (321) 22,683 2,052 235,133 36,560 198,573 16.13%
A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. 2. 3. 4.
Biaya Tenaga Kerja Surplus Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. 2. 3. 4.
Hasil imputasi jasa Penerimaan neto dari transaksi devisa Provisi dan komisi Pendapatan operasional lainnya GROSS OUTPUT 5. Biaya-biaya antara NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO Pertumbuhan (%)
Sumber: Bank Indonesia
1.2.2.6 Sektor Jasa-jasa Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 9,76% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,50% (yoy). Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 117,90% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin dikenalnya Raja Ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut mendorong kinerja sektor jasa-jasa . Pelaksanaan
Sail Raja Ampat yang dilakukan pada Agustus lalu, juga mendorong kinerja sektor ini pada periode berjalan.
1.2.2.7 Sektor Bangunan Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 13,21% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,45% (yoy). Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di Provinsi Papua Barat yang tercatat sebesar 48,920 sak atau bertumbuh sebesar 24,68% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan akibat dari persiapan pelaksanaan Sail Raja Ampat serta adanya pembangunan di beberapa daerah yang merupakan hasil pemekaran di Provinsi Papua Barat. Pemekaran tersebut
22
22
Triwulan III 2014
tentunya membutuhkan pusat pemerintahan, pusat kota, infrastruktur serta fasilitas umum lainnya. Hal ini pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya kinerja sektor bangunan sepanjang tahun berjalan.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
23
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
halaman ini sengaja dikosongkan
24
24
BAB 2 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2.1 Keuangan Daerah Provinsi Papua Dalam asesmen mengenai keuangan daerah di Provinsi Papua akan digunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Papua sebagai representasi perkembangan keuangan pemerintahan daerah (pemda) di Papua. Secara umum porsi APBD Pemprov tidak mendominasi. Namun demikian, ukuran pemerintah (size of government) dalam hal fiskal, pemprov secara relatif jauh lebih besar dibandingkan pemda-pemda lain di perekonomian Papua (lihat Tabel 4.1). Alasan lainnya adalah bahwa kompilasi data dari level kabupaten kota tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia. Oleh karena itu, untuk asesmen perkembangan keuangan pemda digunakan data APBD pemprov sebagai proksi aktivitas fiskal di Papua secara keseluruhan. Tabel 4.1. Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua Pendapatan Pemerintah Daerah
dalam miliar rupiah
Belanja
Kontribusi di Total Provinsi
dalam miliar rupiah
Kontribusi di Total Provinsi
Prov. Papua
10,489.10
30.9%
11,205.10
31.7%
Kab. Asmat
1,090.20
3.2%
1,130.20
3.2%
763.13
2.3%
812.24
2.3%
1,065.77
3.1%
1,072.64
3.0%
Kab. Deiyai
594.42
1.8%
592.92
1.7%
Kab. Dogiyai
655.16
1.9%
757.94
2.1%
Kab. Intan Jaya
913.51
2.7%
911.01
2.6%
Kab. Jayapura
868.21
2.6%
889.84
2.5%
Kab. Jayawijaya
880.21
2.6%
810.41
2.3%
Kab. Kepulauan Yapen
745.79
2.2%
721.79
2.0%
Kab. Lanny Jaya
864.62
2.6%
864.62
2.4%
Kab. Mamberamo Raya
998.52
2.9%
997.02
2.8%
Kab. Mamberamo Tengah
865.34
2.6%
885.44
2.5%
Kab. Biak Numfor Kab. Boven Digoel
Kab. Merauke
1,674.39
4.9%
1,846.70
5.2%
Kab. Nabire
916.35
2.7%
889.35
2.5%
Kab. Nduga
731.60
2.2%
732.10
2.1%
Kab. Paniai
748.96
2.2%
747.96
2.1%
25
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Pendapatan Pemerintah Daerah
dalam miliar rupiah
Belanja
Kontribusi di Total Provinsi
dalam miliar rupiah
Kontribusi di Total Provinsi
Kab. Pegunungan Bintang
1,085.42
3.2%
1,092.15
3.1%
Kab. Puncak
1,075.29
3.2%
1,340.52
3.8%
Kab. Puncak Jaya
1,004.67
3.0%
997.67
2.8%
Kab. Sarmi
880.17
2.6%
906.01
2.6%
Kab. Supiori
686.32
2.0%
717.82
2.0%
Kab. Tolikara
928.97
2.7%
923.97
2.6%
Kab. Waropen
661.78
2.0%
691.30
2.0%
Kab. Yahukimo
863.66
2.5%
900.92
2.6%
Kab. Yalimo
820.71
2.4%
817.21
2.3%
Kota Jayapura
1,027.70
3.0%
1,057.95
3.0%
TOTAL PAPUA
33,899.98
100.0%
35,312.79
100.0%
Sumber: Data APBD 2014 diolah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Secara
umum
postur
keuangan
daerah
di
Papua
mengalami
peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.2). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan
oleh
sisi
pendapatan
dan
pembiayaannya.
Untuk
belanja
pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 45,7 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi, sebesar 310,4 persen. Tabel 4.2. Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran 2013-2014 (dalam miliar rupiah) Uraian PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PENDAPATAN TRANSFER LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) BELANJA PEGAWAI SURPLUS / (DEFISIT) PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH PEMBIAYAAN NETTO
APBD 2013
APBD 2014
8,184.74 407.69 7,205.61 571.43 8,982.51 5,115.09 2,919.64 947.78 (150.00) 25.00 175.00 (150.00)
10,489.11 762.15 7,381.92 2,345.04 11,205.08 5,903.04 4,253.91 1,048.13 (715.97) 825.97 110.00 715.97
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Indonesia
26
26
Pertumbuhan 28.2% 86.9% 2.4% 310.4% 24.7% 15.4% 45.7% 10.6% 377.3% 3203.9% -37.1% -577.3%
Triwulan III 2014
Untuk tahun anggaran 2014, target Pendapatan Pemprov Papua tercatat sebesar Rp10,49 triliun. Angka tersebut meningkat 28,15 persen dibandingkan dengan 2013. Saat ini, sumber pendapatan terbesar pemprov adalah dari dana tranfer oleh pemerintah pusat. Namun demikian, pos tersebut pertumbuhannya relatif stabil, meningkat 2,4 persen secara keseluruhan. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sangat tinggi (lihat Tabel 4.2). Jika kondisi ini terus berlangsung, maka ke depannya ketergantungan pemda atas pemerintah pusat dapat semakin berkurang. Tabel 4.3. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian PENDAPATAN
APBD 2013
APBD 2014
Pertumbuhan
8,184.74
10,489.11
28.15%
407.69
762.15
86.94%
326.31
597.34
83.06%
Retribusi Daerah
11.90
50.37
323.24%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
19.89
27.93
40.44%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
49.59
86.51
74.44%
PENDAPATAN TRANSFER
7,205.61
7,381.92
2.45%
Dana Perimbangan
2,502.57
2,604.85
4.09% 2.87%
PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
479.40
493.14
Dana Alokasi Umum
1,889.27
1,991.20
5.40%
Dana Alokasi Khusus
133.90
120.51
-10.00%
4,703.04
4,777.07
1.57%
571.43
2,345.04
310.38%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp11,21 triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 24,7 persen jika dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (92,1%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (102,1%); serta Belanja Barang dan Jasa (27%).
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
27
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 4.4. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN
APBD 2013
BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai)
APBD 2014
Pertumbuhan
8,982.51
11,205.08
24.7% 15.4%
5,115.09
5,903.04
Belanja Hibah
851.24
841.47
-1.1%
Belanja Bantuan Sosial
265.00
202.23
-23.7%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah
132.28
267.34
102.1%
3,052.73
4,541.90
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Pemerintah Desa dan Partai Politik
43.22
48.8%
-
-100.0%
2,919.64
50.10
-98.3%
2,919.64
4,253.91
45.7%
Belanja Barang dan Jasa
1,558.12
1,978.66
27.0%
Belanja Modal
1,184.37
2,275.25
92.1%
947.78
1,048.13
10.6%
Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai)
BELANJA PEGAWAI
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
2.1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Per triwulan III-2014, realisasi pendapatan pemprov Papua tercatat sebesar Rp8,01 triliun atau setara 76 persen dari target anggaran tahun ini. Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (76,5%). Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya masih di bawah 75 persen per tengah tahun anggaran adalah Pajak Daerah (63,0%); Retribusi Daerah (59,2%) serta Dana Alokasi Khusus (30%). Dana Alokasi Khusus dan Penyesuaian sendiri, meskipun realisasi hingga pertengahan tahun anggaran masih di bawah 50 persen, pencapaiannya sama seperti yang terjadi padatahun 2013 (30%). Tabel 4.5. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Realisasi s.d Triwulan III-2013 Uraian PENDAPATAN
Nominal
Realisasi APBD
Nominal
Realisasi APBD
6,343.87
77.5%
8,013.84
76.4%
404.76
99.3%
586.16
76.9%
332.14
101.8%
376.28
63.0%
Retribusi Daerah
19.79
166.3%
29.83
59.2%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
0.20 52.62
1.0% 106.1%
32.69 147.37
117.0% 170.3%
PENDAPATAN TRANSFER
5,187.12
72.0%
5,584.12
75.6%
Dana Perimbangan
1,920.15
76.7%
2,001.32
76.8%
305.59
63.7%
471.77
95.7%
Dana Alokasi Umum
1,574.39
83.3%
1,493.40
75.0%
Dana Alokasi Khusus
40.17
30.0%
36.15
30.0%
3,266.96
69.5%
3,582.80
75.0%
751.99
131.6%
1,843.56
78.6%
PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
28
Realisasi s.d Triwulan III-2014
28
Triwulan III 2014
2.1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Sama seperti kinerja sisi pendapatan, sisi pengeluaran keuangan pemda secara umum juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Per triwulan III-2014, realisasi belanja pemprov Papua tercatat sebesar Rp5,72 triliun atau setara 51,1 persen total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan III-2013, namun jika dilihat secara relatif terhadap total belanja, kinerjanya menunjukkan sedikit penurunan. Penurunan kinerja relatif ini, apabila dicermati sama sekali tidak menunjukkan penurunan kualitas kapasitas institusional pemda dalam mengelola kebijakan fiskalnya. Penurunan relatif yang terjadi lebih tepat jika ditafsirkan sebagai cerminan kurangnya fleksibilitas existing institusi pemda dalam merespon peningkatan alokasi belanjanya. Kenaikan total alokasi belanja yang cukup tinggi, tidak dapat segera diimbangi dengan kemampuan menyerap anggaran yang telah dialokasikan. Hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kemampuan pemda untuk menyerap alokasi Belanja Modal. Belanja Modal per triwulan III-2014 menunjukkan tingkat penyerapan terendah (13,1%) dibandingkan pos-pos lain. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, penyerapan ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun relatif terhadap total yang dianggarkan. Realisasi yang rendah tersebut pada dasarnya cukup wajar, jika memperhatikan pola dan tahapan administrasi pemerintahan yang harus dilalui dalam pencairannya. Namun demikian, praktik memacu pencairan sebagian besar alokasi di triwulan IV tahun anggaran pada kesempatannya dapat menyebabkan inefisiensi realisasi anggaran. Inefisiensi tersebut juga akan berdampak pada kualitas barang dan jasa publik yang dihasilkan. Artinya, peningkatan alokasi Belanja Modal tidak akan serta-merta berdampak positif terhadap perekonomian secara umum, jika realisasinya tidak dilakukan secara efisien.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
29
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 4.6. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN
Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD
BELANJA
4,049.59
45.1%
5,721.70
51.1%
2,546.42
49.8%
3,994.68
67.7%
Belanja Hibah
583.74
68.6%
560.26
66.6%
Belanja Bantuan Sosial
116.65
44.0%
44.32
21.9%
71.84
54.3%
88.94
33.3%
1,761.62
57.7%
3,291.06
72.5%
BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai)
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik Belanja Tidak Terduga
12.56
0.4%
10.10
20.2%
1,001.25
34.3%
1,198.63
28.2%
Belanja Barang dan Jasa
697.05
44.7%
899.84
45.5%
Belanja Modal
304.20
25.7%
298.79
13.1%
BELANJA PEGAWAI
501.92
53.0%
528.39
50.4%
BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
2.1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan Untuk 2014, secara anggaran Pemprov Papua menjalankan anggaran defisit. Kendati demikian, jika komponen pembiayaan defisit tersebut diperhatikan dengan seksama, maka dapat ditemukan sumber utama pembiayaannya adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA). Artinya, defisit fiskal yang terjadi lebih disebabkan oleh mismatch antara anggaran dan realisasi yang dilakukan oleh pemda, sehingga menyebabkan alokasi dana di tahun sebelumnya harus di-carry over ke tahun anggaran berjalan. Dalam konteks demikian, defisit fiskal yang persisten tersebut bukanlah indikasi memburuknya kesehatan atau keberlanjutan keuangan pemda di Papua. Secara real, pemprov Papua sebenarnya menjalankan kebijakan balance budgeting. Tabel 4.7. Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN SURPLUS / (DEFISIT) PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
ANGGARAN
ANGGARAN
2013
2014
PERTUMBUHAN
(150.00)
(715.97)
25.00
825.97
3203.88% 100.00%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
377.31%
-
825.97
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
175.00
110.00
-37.14%
Pembentukan Dana Cadangan
100.00
-
-100.00%
75.00
110.00
46.67%
-
-
0.00%
715.97
-577.31%
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang PEMBIAYAAN NETTO
(150.00)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Realisasi anggaran per triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa sejauh ini pemprov Papua mengalami surplus anggaran sebesar Rp2,29
30
30
Triwulan III 2014
triliun. Berdasarkan tren historis, surplus tersebut diprakirakan akan digunakan untuk menopang kebutuhan anggaran dalam beberapa waktu kedepan. Tabel 4.8. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN SURPLUS /(DEFISIT) PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
ANGGARAN
Rea lisa si s.d
2014
Tr iwu la n III-2014
(715.97)
110.00
90.00
110.00
Pembayaran Pokok Utang PEMBIAYAAN NETTO
-
825.97
Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
2,292.15
825.97
90.00
715.97
(90.00)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
31
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
2.2 Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat Selanjutnya, asesmen mengenai keuangan daerah akan membahas mengenai Provinsi Papua Barat. Sama seperti Provinsi Papua, asesmen akan dilakukan pada level pemprov saja. Secara umum besaran keuangan daerah di Papua Barat juga mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.9). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Tidak Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 48,4 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi (43,3%), meskipun kontribusinya dalam total pendapatan masih relatif sangat kecil. Tabel 4.9. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) Uraian PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
APBD 2013
APBD 2014
Pertumbuhan
4,253.30
5,270.32
23.9%
142.25
203.78
43.3%
117.03
165.99
41.8%
0.95
0.77
-19.3%
4.96
13.00
162.0%
19.30
24.03
24.5%
PENDAPATAN TRANSFER
4,111.06
5,066.53
23.2%
Dana Perimbangan
1,700.89
2,393.67
40.7%
571.08
1,210.19
111.9%
Dana Alokasi Umum
1,064.87
1,122.26
5.4%
Dana Alokasi Khusus
64.93
61.22
-5.7%
2,410.17
2,672.86
10.9%
-
-
0.0%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Untuk tahun anggaran 2014, Pemprov Papua Barat menargetkan Pendapatan sebesar Rp5,87 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen, jika dibandingkan dengan 2013. Dari seluruh sumber pendapatan pemda, pos dana transfer oleh pemerintah pusat mendominasi total pendapatan. Pos tersebut juga memiliki peningkatan yang cukup tinggi (33,1%), terutama didorong oleh kenaikan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang sebelumnya nilainya hanya separuh nilai Dana Alokasi Umum (DAU), kini memiliki nilai yang sama dengan DAU. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sama dengan Pendapatan Transfer
32
32
Triwulan III 2014
(lihat Tabel 4.9). Artinya, dalam horizon waktu ke depan, kebijakan fiskal daerah di Papua Barat masih akan sangat terpengaruh kebijakan fiskal pemerintah pusat. Tabel 4.10. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) URAIAN BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) Belanja Barang dan Jasa
APBD 2013
APBD 2014
Pertumbuhan
4,253.30
5,870.18
38.0%
1,949.87
2,893.90
48.4%
390.79
437.13
11.9%
35.67
32.04
-10.2%
373.21
917.96
146.0%
1,130.20
1,486.77
31.5%
-
-
0.0%
20.00
20.00
0.0%
1,873.80
2,494.55
33.1%
1,020.40
1,114.91
9.3%
Belanja Modal
853.40
1,379.64
61.7%
BELANJA PEGAWAI
429.63
481.74
12.1%
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp5,87 triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen jika dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua Barat terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (61,7%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (146%); serta Belanja Bagi Hasil kepada pemerintah lainnya (31,5%).
2.2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Realisasi pendapatan pemprov Papua Barat tercatat sebesar Rp3,82 triliun atau setara 73 persen dari target tahun anggaran ini. Dibandingkan periode yang sama di 2013, realisasi pendapatan total menunjukkan penurunan. Triwulan III-2013 mencatatkan nilai realisasi Rp4,14 triliun (97,4%). Namun demikian, angka realisasi yang tinggi di 2013 tampaknya bukan merupakan kecenderungan yang lazim bagi perilaku fiskal di wilayah Papua. Di 2013, terlihat realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) mencapai 237,3 persen, sementara Dana Alokasi Umum (DAU) sudah mendekati angka 100 persen dari target anggaran. Persentase realisasi yang tinggi itu lebih diakibatkan oleh perubahan kebijakan alokasi dana transfer oleh pemerintah pusat di tengah tahun anggaran berjalan.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
33
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Sementara itu, Pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya di bawah 75 persen per triwulan III tahun anggaran hanyalah DBH (52,0%). Untuk PAD, secara keseluruhan telah melampaui 75 persen dari yang ditargetkan. Tabel 4.11. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) Realisasi s.d Triwulan III-2013 Uraian PENDAPATAN
Nominal
Realisasi APBD
Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal
Realisasi APBD
4,140.67
97.4%
3,823.55
72.5%
71.70
50.4%
209.79
102.9%
36.30
31.0%
146.97
88.5%
1.10
115.6%
0.90
117.4%
13.02 21.28
262.5% 110.3%
14.36 47.56
110.5% 197.9%
PENDAPATAN TRANSFER
4,068.97
99.0%
3,613.76
71.3%
Dana Perimbangan
2,262.27
133.0%
1,610.19
67.3%
1,355.39
237.3%
629.05
52.0%
Dana Alokasi Umum
887.39
83.3%
935.22
83.3%
Dana Alokasi Khusus
19.48
30.0%
45.91
75.0%
1,806.71
75.0%
2,003.57
75.0%
-
-
-
PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
-
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
2.2.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Per triwulan III-2014, Pemprov Papua Barat telah merealisasikan Rp2,81 triliun anggaran belanjanya atau setara 47,9 persen total tahun berjalan. Realisasi tersebut jauh meningkat, baik secara nominal maupun proporsi total alokasi, dibandingkan triwulan III 2013, yang operasional administrasi pemerintahan di tahun itu sempat terganggu. Pos yang realisasi tengah tahunnya telah melampaui 75 persen adalah pos Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Hibah. Selain itu, rata-rata realisasinya masih jauh di bawah 75 persen.
34
34
Triwulan III 2014
Tabel 4.12. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN
Realisasi s.d Triwulan III-2013 Nominal Realisasi APBD
BELANJA
Realisasi s.d Triwulan III-2014 Nominal Realisasi APBD
287.24
6.8%
2,808.99
47.9%
0.25
0.0%
1,735.60
60.0%
0.25
0.1%
334.21
76.5%
Belanja Bantuan Sosial
-
0.0%
24.80
77.4%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah
-
0.0%
305.71
33.3%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota,
-
0.0%
1,070.89
72.0%
Pemerintah Desa dan Partai Politik
-
0.0%
-
Belanja Tidak Terduga
-
0.0%
-
0.0%
219.76
11.7%
889.48
35.7%
BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) Belanja Hibah
BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) Belanja Barang dan Jasa
0.0%
191.40
18.8%
478.24
42.9%
Belanja Modal
28.36
3.3%
411.23
29.8%
BELANJA PEGAWAI
67.23
15.6%
183.91
38.2%
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
2.2.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan Sama seperti di Provinsi Papua, secara anggaran Pemprov Papua Barat menjalankan kebijakan fiskal defisit, meskipun secara riil sebenarnya yang dilakukan merupakan kebijakan balance budgeting. Realisasi anggaran per triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa pemprov Papua Barat mencatatkan surplus sebesar Rp647,87 miliar. Berdasarkan praktik yang umum terjadi di berbagai daerah, penggunaan surplus dan realisasi berbagai pos belanja diprakirakan akan dipacu di triwulan III dan IV. Tabel 4.13. Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN SURPLUS /(DEFISIT) PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
647,874,956,140
649,880,133,538
1,000,000
649,880,133,538
1,000,000
50,000,000,000
-
-
-
50,000,000,000
-
Pembayaran Pokok Utang PEMBIAYAAN NETTO
III-2014
(599,864,011,525)
Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Realisasi s.d Triwulan
ANGGARAN 2014
-
-
599,880,133,538
1,000,000
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
35
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
halaman ini sengaja dikosongkan
36
36
BAB 3 PERKEMBANGAN HARGA Triwulan III-2013
Inflasi
Papua Papua Barat Nasional
Triwulan III-2014
mtm
ytd
yoy
mtm
ytd
yoy
-1.15 -3,60 -0,35
5,61 6,98 7,57
0,59 7,89 8,40
0,62 0,59 0,27
2,70 5,40 3,71
4,51 5,32 4,53
3.1 Provinsi Papua 3.1.1 Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua Inflasi tahunan (yoy) Papua cenderung menurun sejak triwulan I-2014. Per triwulan III-2014, inflasi Papua3 tercatat sebesar4,51% (yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Inflasi nasional dan Papua juga cenderung bergerak konvergen. Sementara itu, inflasi bulanan pada triwulan ini cenderung naik mengikuti tren musimannya. Per September 2014, inflasi bulanan Papua tercatat 0,62% (mtm). Jika pada triwulan sebelumnya sejak 2014 inflasi bulanan Papua lebih rendah dari inflasi bulanan nasional, maka sekarang inflasi bulanan Papua sudah lebih tinggi (Papua 0,62% dan Nasional 0,27%, mtm). Peningkatan inflasi bulanan terutama didorong oleh (9,74%,
Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 3
37
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 2.1. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional
12 10 8 6 4 2 0 -2
I
II
III
IV
I
2012
-4
II
III
IV
I
2013
Inflasi Papua mtm Inflasi Papua yoy
II
III
2014
Inflasi Nasional mtm Inflasi Nasional yoy
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
3.1.1.1 Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Sampai dengan triwulan III 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat 4,23% (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di 2013 (8,27%, yoy), inflasi saat ini jauh lebih rendah. Tahun lalu, inflasi yang tinggi disebabkan oleh kebijakan pemerintah mengurangi subsidi harga bahan bakar minyak, yang berimbas juga ke harga komoditas-komoditas lain. Saat ini, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut sudah semakin mengecil. Sementara itu, jika memperhatikan akumulasi inflasi tahun berjalan, dapat dilihat bahwa inflasi di Kota Jayapura masih relatif terkendali (1,58%, ytd). Secara tahunan, kenaikan Tembakau (5,35%, yoy). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura 2013
Kelompok Komoditas Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Jayapura
IHK MTM 162,66 4,36 163,91 0,89 131,56 0,18 137,61 -0,02 119,92 0,32 118,39 0,02 135,98 0,41 143,68 1,48
YTD 7,12 8,18 9,18 4,07 3,80 3,73 11,97 8,27
QTQ 6,28 3,28 1,07 0,64 0,89 0,02 0,01 2,52
YOY 7,12 8,18 9,18 4,07 3,80 3,73 11,97 8,27
Sumber: BPS Provinsi Papua
38
38
IHK 112,08 117,59 115,40 108,16 105,75 107,43 112,99 113,08
MTM 0,44 1,48 0,51 -0,19 0,47 0,19 0,04 0,46
2014 TW III YTD -3,10 5,99 4,25 2,42 1,26 0,78 1,36 1,58
QTQ -1,87 2,81 2,00 1,69 0,79 0,67 0,68 0,72
YOY 4,13 9,74 5,35 2,94 2,10 0,79 1,37 4,23
Triwulan III 2014
3.1.1.2 Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota Jayapura Jika dilakukan disagregasi atas inflasi Kota Jayapura dapat dilihat bahwa komponen administered price mengalami kenaikan tertinggi, disusul oleh core
inflation dan volatile foods. Secara tahunan, administered price tercatat naik 5,30% (yoy), core inflation naik 4,15% (yoy), sedangkan volatile foods naik 3,15% (yoy). Tabel 2.2. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Komponen Disagregasi Inflasi Core (mtm) Core Inflasi Core (qtq) Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (mtm) Volatile Inflasi Volatile (qtq) Foods Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Adm Price (mtm) Adm Inflasi Adm Price (qtq) Price Inflasi Adm Price (yoy)
I
II
2012 III
IV
I
II
2013 III
IV
I
2014 II
III
-0.25 0.19 2.58 -4.18 -2.86 0.79 0.13 0.13 0.87
1.15 0.38 1.47 1.00 2.13 3.60 0.15 0.19 0.73
-0.54 0.85 3.05 1.94 3.75 3.96 0.42 0.47 1.00
2.34 2.88 4.35 4.95 4.41 7.46 0.00 0.20 1.00
-1.61 1.09 5.29 -7.16 -0.06 10.55 0.18 1.08 1.95
0.24 0.90 5.83 -0.56 -1.75 6.36 3.40 4.85 6.70
-0.52 1.53 6.55 -3.70 6.01 8.68 0.01 10.45 17.30
2.94 3.08 9.53 2.40 3.09 11.10 1.00 1.80 18.30
0.15 1.05 5.15 1.90 6.20 14.37 0.94 0.70 16.86
0.22 0.20 4.75 -3.53 -6.84 9.32 1.18 1.15 11.56
0.50 1.37 4.15 0.07 -2.50 3.55 0.78 2.46 5.30
Sumber: BPS diolah
Kenaikan di administered price terutama disebabkan oleh kebijakan PLN yang menaikkan Tarif Tenaga Listrik secara gradual sejak Mei 2014. Dampak kebijakan tersebut di September adalah kenaikan indeks harga untuk kelompok sebesar 2,21% (mtm) dan akumulasi kalender berjalan sebesar 4,82% (ytd). Sementara itu, kenaikan core inflation pada triwulan III ini merupakan pola normal. Data historis menunjukkan bahwa secara bulanan dan kuartalan, core
inflation pada triwulan III di Jayapura akan lebih tinggi daripada triwulan I dan II. Tekanan pada core inflation akan memuncak pada triwulan IV, sebelum akhirnya mereda di triwulan I dan II tahun berikutnya. Untuk komponen volatile foods kenaikan harga disebabkan oleh kenaikan -padian, Umbi(1,13%, mtm) dan Ikan Segar (1,72%). Secara umum, pola pergerakan harga agregat di Jayapura tersebut sesuai dengan ekspektasi inflasi masyarakat seperti yang digambarkan dalam Survei Konsumen. Kesesuaian ekspektasi inflasi masyarakat dan inflasi aktual di perekonomian juga tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen yang relatif stabil pergerakannya.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
39
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Grafik 2.2. Perkembangan Survei Konsumen
Sumber: BPS Provinsi Papua
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
3.1.2 Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua 2014 TW III
2013
Kelompok Komoditas Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi Prov. Papua
IHK MTM 162,66 4,36 163,91 0,89 131,56 0,18 137,61 -0,02 119,92 0,32 118,39 0,02 135,98 0,41 143,68 1,48
YTD 7,12 8,18 9,18 4,07 3,80 3,73 11,97 8,27
QTQ 6,28 3,28 1,07 0,64 0,89 0,02 0,01 2,52
YOY 7,12 8,18 9,18 4,07 3,80 3,73 11,97 8,27
IHK 114,19 116,57 116,74 109,38 107,63 107,62 112,59 114,05
MTM 0,71 1,48 0,60 0,00 0,54 0,70 0,02 0,62
YTD -5,60 5,06 2,84 3,18 1,72 2,17 2,89 0,86
QTQ -1,06 2,86 2,21 2,36 1,23 2,04 1,69 1,24
Sumber: BPS Provinsi Papua
3.1.2.1 Kelompok Bahan Makanan Harga kelompok Bahan Makanan per September 2014 di Papua lebih rendah 1,06% (qtq) dibandingkan triwulan lalu, jika dibandingkan dengan awal tahun, harga kompositnya lebih rendah -0,81% (ytd). Di Jayapura, penurunan di yang turun -
-5,56% (qtq). Untuk
Merauke, penurunan di kelompok itu diakibatkan oleh turunnya harga pada -
-
- (-1,70%, qtq).
Lancarnya pasokan beberaapa komoditas bahan makanan dan ikan segar ke pasar menyebabkan terjaganya ketersediaan barang bagi masyarakat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya tangkapan ikan dari nelayan seiring bertambahnya jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di wilayah Jayapura.
40
40
YOY
NA
4,51
Triwulan III 2014
3.1.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, harga komposit untuk kelompok ini naik 2,86% (qtq). Secara akumulasi kenaikan harga per kalender berjalan, kenaikannya telah mencapai (5,06%, ytd). Kelompok ini mengalami kenaikan harga kuartalan tertinggi pada triwulan-III 2014. Penyebab kenaikan harga di kelompok tersebut di Jayapura adalah kenaikan harga untuk komoditas
3.1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. di Papua pada triwulan ini juga relatif tinggi . Secara kuartalan kenaikan harganya hanya 2,21 %(qtq). Sementara itu, dalam akumulasi kalender berjalan, kenaikan harga yang terjadi adalah sebesar 2,84% (ytd) jika dibandingkan dengan awal tahun. Kenaikan harga tertinggi di kelompok ini dialami oleh (qtq) di Merauke dan 6,14% (qtq) di Jayapura. Hal tersebut seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara gradual sejak Mei 2014.
3.1.2.4 Kelompok Sandang Sama seperti kelompok Perumahan, Air dan Listrik, harga komoditas di kelompok Sandang juga naik cukup tinggi. Per September 2013, tingkat harga Sandang naik 2,36 (qtq) dan 3,18% (ytd). Faktor pendorongnya adalah kenaikan harga di Jayapura relatif stabil.
3.1.2.5 Kelompok Kesehatan Tingkat harga untuk komoditas di kelompok Kesehatan masih relatif stabil pada kuartal ini. Secara kuartalan, tingkat harga mengalami kenaikan 1,23% (qtq), dan untuk kalender berjalan, kenaikannya sudah mencapai 1,72% (ytd). Subkelompok yang
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
41
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
3.1.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga juga mengalami kenaikan yang signifikan pada kuartal ini. Pada triwulan III 2014, kelompok ini tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 2,04%(qtq) dan 2,17%(ytd). Penyebab utama kenaikan harga kelompok tersebut adalah peningkatan biaya
3.1.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pada triwulan III 2014, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami kenaikan harga kuartalan sebesar 1,69% (qtq). Untuk kalender berjalan, kenaikan harga di kelompok ini sudah mencapai
2,89%.
Faktor penyebab kenaikan harga di kelompok ini adalah kenaikan harga di
permintaan atas penerbangan untuk rute dari dan keluar Provinsi Papua.
42
42
Triwulan III 2014
3.2 Provinsi Papua Barat 3.2.1 Kondisi Umum Inflasi Papua Barat Mirip dengan Provinsi Papua, inflasi tahunan Papua Barat cenderung menurun sementara inflasi bulanan cenderung stabil. Inflasi tahunan Papua Barat per September 2014 tercatat 5,32% (yoy), dan inflasi bulanannya 0,59% (mtm). Jika pada triwulan sebelumnya sejak triwulan II-2013, inflasi tahunan Papua Barat selalu lebih rendah dari inflasi nasional, triwulan III ini inflasinya sudah lebih tinggi. Inflasi tahunan nasional per triwulan III 2014 adalah 4,53% (yoy. Sementara itu, inflasi bulanan nasional per September 2014 adalah 0,27% (mtm). Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi Papua Barat dengan Inflasi Nasional
10 8 6 4 2 0 -2
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
-4 -6
Inflasi Papua Barat mtm Inflasi Nasional mtm Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
3.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Jika diuraikan berdasarkan kelompok komoditas penyusunnya, inflasi di Papua Barat dipengaruhi oleh kenaikan yang relatif tinggi untuk beberapa kelompok. Kelompok komoditas yang mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi adalah Bahan Makanan (7,32%, yoy); Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (6,94%, yoy); serta Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (5,60% yoy).
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
43
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat 2014
2013
Kelompok Komoditas
TW III
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
IHK MTM 110,08 1,68 108,05 0,36
YTD 9,53 6,06
QTQ 1,46 9,32
YOY 9,53 6,06
IHK 121,83 113,00
MTM 1,10 0,61
YTD 10,67 4,58
QTQ 10,76 1,24
YOY 7,32 6,94
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
106,24 0,21 100,52 -0,14 105,78 1,24 105,29 0,30 111,07 0,71
5,34 -2,41 4,77 1,27 11,72
-3,85 -3,99 2,92 2,36 -2,42
5,34 -2,41 4,77 1,27 11,72
111,11 101,13 108,32 107,69 111,26
1,07 0,02 0,23 1,07 -1,29
4,58 0,61 2,41 2,28 0,17
2,81 0,20 0,83 1,93 -0,72
5,60 0,86 4,82 2,77 2,47
7,28
1,06
7,28
113,93
0,59
5,40
4,27
5,32
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = % ) 108,09
0,91
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
3.2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan merupakan yang mengalami kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini. Per September 2014, akumulasi kenaikannya untuk kalender berjalan mencapai 10,67% (ytd). Jika dibandingkan dengan indeks tahun lalu, kenaikannya adalah sebesar 7,32% (yoy). Sementara itu jika dibandingkan
dengan
kuartal
lalu,
kenaikannya
mencapai
dua
digit,
10,76%(qtq). Kenaikan harga di kelompok komoditas ini terutama didorong oleh g jika dibandingkan kuartal sebelumnya, harganya meningkat sampai 36,19% (qtq) di Sorong dan 31,33% (qtq) di Manokwari. Berbanding terbalika dengan yang terjadi di Papua, harga ikan di Papua Barat justru mengalami kenaikan. Tingginya permintaan dalam beberapa waktu terkahir;
terbatasnya
jumlah
nelayan
yang
beroperasi
serta
tingginya
ketergantungan terhadap pasokan dari daerah lain, menjadi salah satu faktor penyebab tingginya inflasi yang berasal dari subkelompok ikan segar.
3.2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Meskipun secara kuartalan maupun bulanan kenaikan harga untuk kelompok ini relatif stabil, yaitu 0,61% (mtm) dan 1,24% (qtq), namun secara tahunan kenaikannya cukup tinggi (6,94% yoy). Faktor yang mendorong kenaikan itu adalah k di Sorong.
3.2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar rata-rata meningkat 2,81% (qtq). Kenaikan tahunannya mencapai 5,60% (yoy), sementara itu jika dilihat secara akumulasi tahun 2014 kenaikannya adalah
44
44
Triwulan III 2014
4,58% (ytd). Sama seperti di Provinsi Papua, kenaikan harga kelompok ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan TTL sejak Mei 2014 di Manokwari dan 5,20% (qtq) dan di Sorong.
3.2.2.4. Kelompok Sandang Harga komoditas-komoditas di kelompok Sandang relatif stabil pada kuartal ini.
Secara kuartalan, harganya naik 0,20% (qtq). Kenaikan tersebut lebih -
1,33% (qtq). Sementara itu untuk subkelompok lainnya, baik di Manokwari maupun Sorong, harganya relatif stabil.
3.2.2.5 Kelompok Kesehatan 0,83% (qtq) pada triwulan ini. Jika dilihat secara tahunan, perubahannya relatif tinggi 4,82% (yoy). Di Manokwari, faktor yang mendorong kenaikan harga Sementara itu di Sorong, kenaikannya didorong oleh harga-
-
yang naik 2,20% (qtq).
3.2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga kompositnya cukup tinggi pada triwulan ini, yaitu 1,91%. Namun demikian pola tersebut relatif umum mengingat perubahan tahunannya hanya 2,77% (yoy) lebih tinggi dibanding indeks tahun lalu. Akumulasi inflasi per tahun kalendernya juga belum terlalu tinggi, yaitu 2,28% (ytd). Faktor-faktor yang mendorong tingginya perubahan harga-harga pada triwulan ini adalah subkelompok ong. -
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
45
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
3.2.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Berbeda
dengan
kelompok-kelompok
komoditas
lainnya,
kelompok
triwulan ini, yaitu -0,72% (qtq). Kendati demikian secara tahunan, tingkat harganya masih lebih tinggi 2,47% (yoy) dibandingkan tahun lalu. Penurunan -5,11% (qtq) di Manokwari dan -19,61% (qtq) di Sorong. Penurunan itu merupakan imbas dari usaha beberapa maskapai untuk memperluas pangsa pasarnya di Papua Barat dengan menawarkan harga promo.
46
46
BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 4.1 Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 menunjukan perkembangan positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 19,37% (yoy). Sementara di sisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sebesar 15,96% (yoy). Akan tetapi, pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2014 lebih kecil dibanding triwulan III-2013 yaitu sebesar 28,54% (yoy). Hal ini juga mendorong menurunnya loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi 57,07% (yoy) pada triwulan III-2014 dari 58,75% (yoy) pada triwulan III-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih jauh di bawah batas atas yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kesehatan perbankan. Tabel 3.1. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Wilayah Papua Total Asset (Rp miliar) DPK (Rp miliar) Giro (Rp miliar) Deposito (Rp miliar) Tabungan (Rp miliar) Kredit Penggunaan (Rp miliar) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit MKM (Rp miliar) Modal Kerja Investasi Kredit Mikro (Rp miliar) Modal Kerja Investasi Kredit Kecil (Rp Miliar) Modal Kerja Investasi Kredit Menengah (Rp Miliar) Modal Kerja Investasi NPL NPL Ratio LDR
I 40,915 31,557 12,375 5,930 13,252 15,598 6,802 1,905 6,891 6,602 5,496 1,106 1,042 891 151 3,470 2,937 533 2,090 1,668 422 204 1.31% 49.43%
2012 II III 44,398 47,808 34,254 36,358 14,577 16,166 5,968 6,179 13,709 14,013 17,429 18,687 7,471 7,932 2,548 2,719 7,410 8,036 7,342 7,522 5,707 5,857 1,635 1,665 1,199 1,097 1,026 933 173 164 3,830 3,934 2,840 2,942 990 992 2,313 2,491 1,841 1,982 472 509 242 278 1.39% 1.49% 50.88% 51.40%
IV 43,380 35,432 10,390 6,519 18,523 19,940 8,345 2,905 8,690 7,793 6,072 1,721 1,185 1,009 176 4,041 3,041 1,000 2,567 2,022 545 255 1.28% 56.28%
I 43,376 35,432 12,687 6,996 15,350 20,555 8,287 2,901 9,367 7,314 5,930 1,384 1,149 971 178 3,275 2,696 579 2,890 2,263 627 325 1.58% 58.01%
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
47
2013 II III 48,484 52,316 38,589 40,884 15,260 17,697 7,956 7,405 15,373 15,782 22,851 24,020 8,884 9,170 3,517 3,575 10,449 11,275 8,346 8,669 6,285 6,534 2,061 2,130 1,299 1,382 952 1,022 343 360 3,658 3,766 2,691 2,777 967 989 3,389 3,520 2,643 2,739 758 782 405 481 1.77% 2.00% 59.22% 58.75%
IV 49,691 40,714 12,960 7,571 20,184 25,224 9,482 3,984 11,758 10,421 7,693 2,722 1,512 1,098 408 3,996 2,833 1,162 4,913 3,762 1,151 450 1.79% 61.95%
I 47,333 39,564 13,471 8,878 17,216 25,518 10,065 3,807 11,646 10,503 7,860 2,637 1,549 1,104 440 3,930 2,807 1,122 5,024 3,949 1,075 511 2.00% 64.50%
2014 II 56,320 44,589 17,710 10,053 16,827 26,919 11,079 3,965 11,875 11,487 8,604 2,882 1,902 1,319 582 4,218 3,031 1,187 5,373 4,260 1,113 764 2.84% 60.37%
III 63,750 48,805 19,486 12,040 17,279 27,853 11,875 3,817 12,161 11,752 8,944 2,808 1,752 1,274 482 4,404 3,173 1,231 5,592 4,497 1,095 812 2.91% 57.07%
Growth YOY 21.85% 19.37% 10.11% 62.59% 9.48% 15.96% 29.50% 6.77% 7.86% 35.57% 36.89% 31.83% 26.74% 24.66% 33.89% 16.93% 14.24% 24.47% 58.86% 64.18% 40.03% 68.95% 0.91% -1.68%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 21.85% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong melalui tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar 15,96% (yoy). Sesuai dengan historisnya, kredit konsumsi dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +86% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 7,86% (yoy) dan 29,50% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif kecil, namun jenis kredit ini selalu mengalami pertumbuhan yang konsisten setiap waktunya. Pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh perbaikan kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan III-2014 yang cukup signifikan menjadi sebesar 2,91%, meskipun pencapaian tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan. Namun adanya tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai. Tabel 3.2. Perkembangan NPL Persektor NPL PAPUA & PAPUA BARAT (%) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-lain Total
I 1.23% 0.38% 1.19% 8.49% 1.34% 1.16% 1.07% 0.36% 1.42% 1.35% 1.28%
2012 II III 1.30% 2.00% 0.41% 0.43% 1.32% 1.15% 8.94% 10.28% 1.45% 1.20% 1.28% 1.11% 1.25% 0.61% 0.42% 0.26% 1.51% 1.32% 1.49% 1.59% 1.41% 1.34%
IV I 2.04% 1.86% 0.61% 0.78% 1.93% 4.00% 10.00% 12.50% 1.13% 1.47% 1.81% 2.40% 0.40% 0.37% 0.94% 1.77% 0.77% 1.22% 1.01% 0.99% 1.27% 1.54%
2013 II III 2.86% 3.23% 0.88% 0.00% 5.04% 3.89% 9.33% 9.09% 2.23% 2.98% 2.44% 2.57% 0.65% 1.47% 2.43% 2.82% 1.47% 1.70% 1.10% 1.32% 1.80% 2.00%
IV 1.55% 0.00% 4.86% 8.57% 2.48% 2.42% 1.14% 1.95% 1.50% 1.21% 1.79%
2014 I II III 1.53% 1.82% 2.43% 0.00% 0.00% 0.00% 7.36% 17.39% 18.40% 8.11% 6.67% 4.92% 2.55% 4.13% 3.79% 2.67% 3.15% 3.10% 1.21% 8.09% 8.31% 2.26% 2.68% 2.82% 1.79% 2.33% 3.04% 1.36% 1.62% 1.67% 2.00% 2.84% 2.91%
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 62,59% (yoy) dan diikuti oleh giro sebesar 10,11% (yoy) serta tabungan sebesar 9,48% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama disebabkan oleh adanya animo masyarakat untuk mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk deposito.
48
48
Triwulan III 2014
4.2 Perbankan Provinsi Papua 4.2.1 Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 22,95% (yoy), DPK sebesar 20,07 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 13,15% (yoy). Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan penyaluran kredit menyebabkan menurunnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 54,48% (yoy) atau mengalami penurunan sebesar 3,33% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 57,80% (yoy). Penurunan LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau
Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 3,28% atau meningkat sebesar 1,38% dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tabel 3.3. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Provinsi Papua
I Total Asset (Rp miliar) 34,490 DPK (Rp miliar) 26,365 Giro (Rp miliar) 9,198 Deposito (Rp miliar) 5,556 Tabungan (Rp miliar) 11,610 Kredit Penggunaan (Rp miliar) 15,454 Modal Kerja 5,858 Investasi 2,195 Konsumsi 7,401 Kredit MKM (Rp miliar) 5,094 Modal Kerja 4,131 Investasi 963 Kredit Mikro (Rp miliar) 837 Modal Kerja 693 Investasi 140 Kredit Kecil (Rp Miliar) 2,239 Modal Kerja 1,815 Investasi 424 Kredit Menengah (Rp Miliar) 2,022 Modal Kerja 1,623 Investasi 399 NPL 237 NPL Ratio 1.5% LDR 58.6%
2013 II III 37,928 40,808 28,862 30,294 11,089 12,835 6,217 5,595 11,555 11,864 16,656 17,511 6,186 6,392 2,601 2,605 7,869 8,513 5,803 6,080 4,391 4,607 1,408 1,468 939 996 669 713 270 283 2,521 2,594 1,844 1,909 677 685 2,343 2,489 1,883 1,989 460 500 298 332 1.8% 1.9% 57.7% 57.8%
IV 37,429 29,653 9,078 5,607 14,968 18,367 6,598 2,897 8,872 7,418 5,480 1,933 1,107 780 322 2,828 1,974 854 3,482 2,726 756 318 1.7% 61.9%
I 36,028 29,275 9,742 6,748 12,785 18,166 6,778 2,649 8,739 7,161 5,397 1,759 1,090 780 306 2,695 1,916 779 3,375 2,701 674 371 2.0% 62.1%
2014 II 43,525 32,899 12,469 7,927 12,503 19,104 7,384 2,787 8,933 7,839 5,901 1,938 1,365 951 414 2,907 2,093 814 3,567 2,857 710 604 3.2% 58.1%
III 50,172 36,373 13,964 9,543 12,866 19,814 8,038 2,726 9,050 8,048 6,179 1,869 1,224 896 332 3,052 2,192 860 3,768 3,091 677 649 3.28% 54.48%
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
49
Growth YOY 14.8% 14.0% 12.4% 27.5% 8.2% 14.7% 19.4% 7.2% 13.5% 35.1% 34.4% 37.6% 45.4% 42.2% 53.3% 15.3% 13.5% 20.2% 52.2% 51.7% 54.3% 102.8% 1.4% 0.4%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
4.2.2 Aset Perbankan Pada triwulan III-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 50,17 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 81,03% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 18,33% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 0,64%. Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mencapai angka Rp 49,48 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 693 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 13,15% (yoy). Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua
Grafik 3.2. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
4.2.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 36,37 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 13,96 triliun, tabungan sebesar Rp 12,87 triliun dan deposito sebesar Rp 9,54 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 70,56% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 8,80% (yoy) dan pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,44% (yoy). Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 81,03% diikuti kelompok bank swasta 18,33% dan kelompok BPR 0,64%. Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana alokasi APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah
50
50
Triwulan III 2014
Daerah
Provinsi,
Kota
dan
Kabupaten
yang
ditempatkan
pada
Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Papua maupun Bank Pemerintah lainnya. Tabel 3.4. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelomok Bank Bank Pemerintah Giro Deposito Tabungan Bank Swasta Giro Deposito Tabungan BPR Deposito Tabungan Total DPK Provinsi Papua Giro Deposito Tabungan
2012 I 18,288 7,698 2,956 7,634 5,303 1,822 1,523 1,958 237 191 46 23,828 9,521 4,670 9,638
II 20,246 9,219 3,005 8,022 5,364 1,949 1,501 1,914 207 154 53 25,817 11,169 4,660 9,989
2013 III 21,741 11,182 3,073 7,486 4,496 1,541 1,277 1,678 217 162 55 26,454 12,723 4,511 9,220
IV 20,278 6,227 2,971 11,080 6,098 1,738 2,083 2,277 203 149 53 26,579 7,965 5,203 13,410
I 20,207 7,535 3,435 9,237 5,955 1,663 1,972 2,320 203 149 53 26,364 9,198 5,557 11,610
II 22,805 9,963 3,566 9,277 5,842 1,127 2,493 2,222 216 159 56 28,862 11,089 6,218 11,555
III 24,083 11,343 3,254 9,486 5,981 1,492 2,170 2,319 230 171 59 30,294 12,835 5,595 11,864
IV 22,640 6,665 3,772 12,203 6,784 2,413 1,669 2,702 229 166 63 29,653 9,078 5,504 14,968
I 22,544 7,709 4,741 10,094 6,502 2,033 1,841 2,628 229 166 63 29,172 9,742 6,645 12,785
2014 II 26,185 10,479 5,832 9,874 6,486 1,990 1,930 2,566 229 166 63 32,900 12,469 7,928 12,503
III 29,471 12,056 7,191 10,224 6,669 1,908 2,185 2,576 232 167 65 36,372 13,964 9,543 12,865
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 3.3. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
4.2.4 Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun sampai dengan September 2014, tingkat suku bunga perbankan masih belum mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak terlalu
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
51
Growth (yoy) 10.49% -2.12% 16.22% 21.00% 12.28% -8.77% 29.48% 18.50% -14.54% -21.86% 16.07% 10.64% -3.39% 18.99% 20.47%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 13,15% (yoy). Secara lebih mendalam, Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 25,76% (yoy), kredit konsumsi sebesar 6,31% (yoy) dan kredit investasi sebesar 4,64% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya konsumsi masyarakat dan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat juga tampak dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk Selain itu, kebutuhan kredit untuk pembangunan infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi. Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share sebesar 45,67%, modal kerja 40,57% dan investasi 13,76%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal (barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain. Tabel 3.5. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Provinsi Papua Kredit Sektoral (Rp miliar) Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
I 15,454 234 79 373 22 1,101 4,144 300 567 903 7,730
2013 II III 16,656 17,511 270 306 75 77 487 544 28 30 1,205 1,295 4,816 4,869 373 399 562 519 953 958 7,887 8,513
IV 18,367 797 62 510 32 1,259 4,929 437 547 1,090 8,704
I 18,166 710 46 371 33 1,217 4,953 462 545 1,217 8,612
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
52
52
2014 II 19,104 769 54 349 37 1,398 5,233 551 532 1,222 8,959
III 19,814 602 77 333 51 1,804 5,403 583 453 1,308 9,201
Growth YOY 14.7% 184.8% -28.0% -28.3% 32.1% 16.0% 8.7% 47.6% -5.3% 28.2% 13.6%
Triwulan III 2014
Grafik 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua
Grafik 3.5. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
4.2.5 LDR dan NPL Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di Provinsi Papua masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan yang hanya mencapai 54,48%, dimana angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Tingginya alokasi dana perimbangan dari Pemerintah Pusat menyebabkan kenaikan jumlah DPK yang cukup besar bagi perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua, hal tersebut tentunya menyebabkan angka LDR yang relatif stagnan meskipun pada saat yang sama kenaikan nilai penyaluran kredit tercatat cukup signifikan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Kantor pusat Bank Umum (BPD) yang masih terpusat pada daerah tertentu ditengarai juga menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya kemampuan UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan (bankable) juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua. Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong dalam batas rentang aman seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 3,28% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 21,92% dan 12,18%. Adapun untuk Sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
53
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih mencatatkan NPL yang relatif rendah (di bawah 10%) Tabel 3.6. Perkembangan Indikator Perbankan Papua 2013 I II III Pertanian 0.85% 1.15% 1.32% Pertambangan 1.27% 1.47% 0.00% Industri Pengolahan 4.29% 5.65% 4.96% Listrik,Gas dan Air 13.64% 10.00% 10.00% Konstruksi 1.91% 2.46% 3.17% Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.08% 2.20% 2.24% Angkutan dan Komunikasi 0.67% 0.86% 1.25% Jasa Dunia Usaha 1.94% 2.85% 2.89% Jasa Sosial 1.44% 1.76% 1.89% Lain-lain 0.98% 1.12% 1.28%
IV 0.88% 0.00% 5.10% 9.38% 3.02% 2.13% 1.37% 2.01% 1.74% 1.20%
Total
1.74% 2.04% 3.16% 3.27%
NPL PAPUA (%)
1.49% 1.79% 1.89%
Grafik 3.4. Perkembangan NPL & LDR
2014 I II III 1.13% 1.82% 2.66% 0.00% 0.00% 0.00% 8.09% 20.92% 21.92% 9.09% 8.11% 5.88% 3.45% 5.94% 5.16% 2.52% 3.17% 3.17% 1.73% 11.98% 12.18% 2.57% 2.63% 3.31% 1.97% 2.70% 3.59% 1.36% 1.70% 1.73%
Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat
4.2.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua 4.2.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Hingga bulan September 2014, penyaluran kredit sektor korporasi oleh perbankan di Provinsi Papua mencapai Rp 10,61 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 17,95% (yoy). Sektor usaha pertanian dan kontruksi mencatatkan nilai dan pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 528,57% (yoy) dan 125,90% (yoy). Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisinya masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Akan tetapi, jika dilihat secara sektoral, sektor industri pengolahan, sektor angkutan, sektor LGA dan sektor kontruksi memiliki pencapaian NPL yang berada di atas 5%. Namun demikian, karena pangsa kredit dari sektor-sektor tersebut tidak terlalu besar, menyebabkan pencapaian NPL secara keseluruhan masih berada pada level yang relatif aman.
54
54
Triwulan III 2014
Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua
Grafik 3.6. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
4.2.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih
menunjukkan
suatu
pertumbuhan
yang
nilainya
relatif
tinggi.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 12,26% (yoy) dan 19,76% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,45 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 39,50%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,68% dan 0.75%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun peruntukan konsumsi lainnya. Selanjutnya diinformasikan juga bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL secara keseluruhan yang masih jauh di bawah angka 5 %. Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua
Grafik 3.7. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
55
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
4.2.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan III-2014, kredit UMKM di Papua tercatat berhasil tumbuh sebesar 32,38% (yoy). Penyaluran kredit UMKM memiliki pangsa sebesar 40,62% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 8,05 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 76,78%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 23,22%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi.
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua
Grafik 3.9. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
4.3 Perbankan Provinsi Papua Barat 4.3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan III-2014. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan III-2014 mencapai Rp 13,58 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 17,98% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 12,43 triliun atau meningkat 17,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
56
56
Triwulan III 2014
Searah dengan hal tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 8,04 triliun atau tumbuh sebesar 23,49% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 64,66%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup rendah sebesar 2,03%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%. Tabel 3.7. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat 2012 I III IV Total Asset (Rp miliar) 7,865 9,002 9,136 DPK (Rp miliar) 7,225 8,376 8,284 Giro (Rp miliar) 2,474 3,517 2,085 Deposito (Rp miliar) 1,388 1,455 1,424 Tabungan (Rp miliar) 3,363 3,404 4,775 Kredit Penggunaan (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 Modal Kerja 1,915 2,351 2,574 Investasi 411 610 651 Konsumsi 1,851 2,013 2,172 Kredit MKM (Rp miliar) 1,840 2,226 2,357 Modal Kerja 1,573 1,843 1,938 Investasi 267 383 419 Kredit Mikro (Rp miliar) 265 343 377 Modal Kerja 244 311 341 Investasi 21 32 36 Kredit Kecil (Rp Miliar) 948 1,135 1,171 Modal Kerja 837 944 972 Investasi 111 191 199 Kredit Menengah (Rp Miliar) 627 749 809 Modal Kerja 492 588 625 Investasi 135 161 184 NPL 53 90 76 NPL Ratio 1.27% 1.81% 1.41% LDR 57.81% 59.38% 65.15% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Provinsi Papua Barat
IV I 9,136 9,554 8,284 9,381 2,085 3,489 1,424 3,863 4,775 1,630 5,397 5,614 2,574 2,508 651 710 2,172 2,371 2,357 2,220 1,938 1,799 419 421 377 312 341 278 36 38 1,171 1,036 972 881 199 155 809 868 625 640 184 228 76 93 1.41% 1.67% 65.15% 59.84%
2013 2014 II III IV I II III 10,556 11,508 12,262 11,305 12,795 13,577 9,727 10,591 11,061 10,289 11,690 12,433 4,171 4,862 3,882 3,729 5,241 5,522 1,738 1,810 1,963 2,129 2,125 2,497 3,818 3,918 5,216 4,431 4,324 4,413 6,194 6,510 6,857 7,352 7,815 8,039 2,699 2,778 2,884 3,287 3,695 3,837 915 970 1,086 1,157 1,177 1,091 2,580 2,762 2,887 2,908 2,943 3,111 2,543 2,589 3,003 3,342 3,654 3,704 1,894 1,927 2,213 2,463 2,709 2,765 649 662 789 878 944 939 360 386 404 458 536 528 287 309 318 324 368 378 73 77 86 134 168 150 1,137 1,172 1,168 1,235 1,311 1,352 847 868 859 891 938 981 290 304 308 343 373 371 1,046 1,031 1,431 1,649 1,806 1,824 760 750 1,036 1,248 1,403 1,406 286 282 395 401 403 418 119 148 132 140 160 163 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% 2.03% 63.68% 61.46% 62.15% 71.45% 66.85% 64.66%
Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company).
4.3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 13,58 triliun atau tumbuh 17,98% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi di Provinsi Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa 91,13% sedangkan bank swasta hanya 7,55% dan BPR 1,32%.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
57
Growth YOY 17.98% 17.39% 13.57% 37.94% 12.63% 23.50% 38.12% 12.52% 12.63% 43.07% 43.49% 41.84% 36.79% 22.33% 94.81% 15.36% 13.02% 22.04% 76.92% 87.47% 48.23% 9.75% -0.25% 3.20%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Grafik 3.10. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat
Grafik 3.11. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
4.3.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 12,43 triliun yang terdiri dari giro Rp 5,52 triliun, tabungan Rp 4,41 triliun dan deposito Rp 2,50 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, deposito mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 37,94% sedangkan giro dan tabungan masing-masing tumbuh terbatas sebesar 13,57% (yoy) dan 12,63% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 91,13% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 7,55% dan BPR sebesar 1,32% terhadap total keseluruhan DPK di Provinsi Papua Barat. Grafik 3.12. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
4.3.4 Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan III-2014 mencapai sebesar Rp 8,04 triliun atau tumbuh sebesar 23,50% (yoy) dibanding periode yang sama
58
58
Triwulan III 2014
tahun 2013. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 47,73%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 38,70%, dan diikuti oleh kredit investasi 13,57%. Tabel 3.8. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat Modal Kerja Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan Kredit Konsumsi Pertumbuhan
2012 I II III IV 1915 2198 2351 2574 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 411 522 610 651 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 1851 1910 2013 2172 42.60% 32.27% 36.94% 33.74%
2013 I 2507.8 30.96% 709.96 72.74% 2371 28.09%
II 2698.8 22.78% 915.4 75.36% 2580 35.08%
III IV 2777.9 2884 18.16% 12.04% 969.62 1004 58.95% 54.22% 2762 2843 37.21% 30.89%
2014 I 3287 31.07% 1157.1 62.99% 2907.6 22.63%
II 3695 36.91% 1177.1 28.59% 2942.6 14.05%
III 3837 38.12% 1091 12.52% 3111 12.63%
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar didominasi oleh kredit kredit perdagangan,hotel dan restoran (PHR) yang mencapai sebesar 30,63% dari total kredit secara keseluruhan. Selanjutnya, diikuti oleh sektor kontruksi yang mencapai sebesar 11,72% dari kredit secara keseluruhan. Tingginya pangsa kredit untuk sektor kontruksi terjadi seiring tingginya aktivitas pembangunan di Papua Barat yang merupakan salah satu daerah yang mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
59
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 3.8. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat Kredit Sektoral (Rp miliar) Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
I 4,177 33 1 54 2 340 1,298 65 163 99 2,122
2012 III IV 4,974 5,397 32 34 18 43 160 118 1 2 554 656 1,600 1,712 96 111 182 178 140 148 2,191 2,395
IV 5,397 34 43 118 2 656 1,712 111 178 148 2,395
2013 II 6,195 31 50 202 2 440 2,119 275 260 231 2,585
I 5,614 34 49 102 2 396 1,771 247 224 240 2,549
III 6,510 35 52 305 3 417 2,128 316 262 229 2,763
IV 6,857 108 51 149 3 599 2,151 263 275 314 2,944
I 7,352 206 57 145 4 624 2,341 280 295 402 2,998
2014 II 7,815 218 53 134 8 829 2,456 302 253 495 3,067
III 8,039 220 63 118 10 942 2,462 319 257 499 3,149
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
4.3.5 LDR dan NPL Pada triwulan III-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan
dengan
pertumbuhan
penyaluran
kredit
oleh
perbankan
mengakibatkan meningkatnya pencapaian Loan To Deposit Ratio (LDR) menjadi sebesar 64,66% atau meningkat sebesar 3,20% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang masih terbatas menunjukan bahwa
fungsi
intermediasi
perbankan
di
Provinsi
Papua
Barat
belum
menunjukkan fungsi yang optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat angka LDR tersebut diharapkan masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi. Ditengah masih belum tercapainya target LDR Perbankan di Provinsi Papua Barat, pada triwulan laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat juga masih berada dalam rentang yang cukup aman. Hal tersebut dapat tercermin dari adanya penurunan NPL menjadi sebesar 2,03% pada triwulan III-2014 dari 2,28% pada triwulan III-2013. Kedepannya perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit, hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan dihadapi oleh masing-masing bank.
60
60
Growth YOY 23.49% 528.57% 21.15% -61.31% 233.33% 125.90% 15.70% 1.00% -1.91% 117.90% 13.97%
Triwulan III 2014 Grafik 3.15. Perkembangan NPL & LDR
Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat 2013 2014 NPL PAPUA BARAT (%)
I II III Pertanian 8.82% 17.74% 20.00% Pertambangan 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 2.94% 3.56% 1.97% Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% Konstruksi 0.25% 1.59% 2.40% Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.16% 2.97% 3.34% Angkutan dan Komunikasi 0.00% 0.36% 1.74% Jasa Dunia Usaha 1.34% 1.54% 2.67% Jasa Sosial 0.42% 0.26% 0.87% Lain-lain 1.02% 1.01% 1.44% Total 1.66% 1.93% 2.28%
IV I 6.48% 2.91% 0.00% 0.00% 4.03% 5.52% 0.00% 0.00% 1.34% 0.80% 3.07% 2.99% 0.76% 0.36% 1.82% 1.69% 0.64% 1.24% 1.22% 1.33% 1.93% 1.90%
II 1.83% 0.00% 8.21% 0.00% 1.09% 3.09% 0.99% 2.77% 1.41% 1.40% 2.05%
III 1.82% 0.00% 8.47% 0.00% 1.17% 2.97% 1.25% 1.95% 1.60% 1.49% 2.01%
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
4.3.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat 4.3.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan III-2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang cukup baik. Hingga bulan September 2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 4,89 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 30,63%. Selanjutnya sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 11,72%, sektor jasa sosial masyarakat dengan pangsa sebesar 6,21%, dan sektor pengangkutan dengan pangsa sebesar 3,97%. Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang berada dibawah 5%, tercatat hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih dari 5% (yaitu sebesar 8,47%). Grafik 3.16. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat
Grafik 3.17. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
61
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
4.3.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 31,99% (yoy) dan 25,38% (yoy). Dari total kredit rumah tangga yang disalurkan sebesar Rp 2,94 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 41,71%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 18,96% dan 1,23%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun untuk peruntukkan konsumsi lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 3.18. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat
Grafik 3.19. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
4.3.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 43,07% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 46,08% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,70 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 74,65% lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 25,35%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup
62
62
Triwulan III 2014
baik seiring dengan terus bertumbuhnya jumlah UMKM dan semakin baiknya prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan. Grafik 3.20. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat
Grafik 3.21. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Barat
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
63
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 5.1 Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar ( outflow ) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 10,11 trilliun atau naik sebesar 1,77% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain diyakini terjadi karena masih besarnya ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Di sisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 14,25 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar 3,19% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui sarana RTGS terjadi seiring adanya pengalokasian berbagai dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat, dimana alokasi dana tersebut mayoritas baru terealisasi secara maksimal mulai pertengahan tahun 2014. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp 2,51 triliun atau turun cukup signifikan sebesar -18,00% (yoy) dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu. Tabel 5.1. Transaksi RTGS Wilayah Papua 2013
RTGS I
2014
II
III
I
II
III
12,831
7,991
9,930
13,739
8,248
7,442
10,106
1.77%
Lembar Warkat 10,342 Nominal (Rp.milliar) 11,545 Lembar Warkat 12,090 Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) Lembar Warkat 1,749 Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 Lembar Warkat 1,574 Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
12,183 11,476 14,890 3,485 2,707 1,476 2,009
11,764 14,716 15,230 4,786 3,466 3,060 2,092
13,586 18,411 16,698 4,671 3,112 5,199 2,197
10,882 9,654 13,699 1,406 2,817 1,166 1,780
10,887 11,618 14,785 4,176 3,898 1,567 1,813
11,505 14,246 15,697 4,140 4,192 2,509 2,076
-2.20% -3.19% 3.07% -13.51% 20.95% -18.00% -0.76%
Outflow (from) Inflow (to)
Nominal (Rp.milliar)
65
IV
Growth (YoY)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 5.1. Nilai Transaksi RTGS
Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat
* Data bulan belum termasuk bulan Maret
Dengan demikian, pada triwulan III-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat sebesar Rp 4,14 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -13,51% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurunnya nilai transaksi masuk bersih ke wilayah Papua terjadi seiring tingginya jumlah transaksi keluar wilayah Papua akibat adanya pembayaran kepada beberapa kontraktor pembangunan infrastruktur yang mayoritas berasal dari luar daerah Papua. Namun demikian, masih dicapainya nilai transaksi masuk bersih (net inflow) yang positif pada triwulan III-2014, menandakan bahwa jumlah dana perimbangan yang masuk wilayah Papua yang berasal dari pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten) yang ada di wilayah Papua memiliki porsi yang cukup tinggi. Adapun terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, seiring adanya tren yang menunjukan bahwa nilai transaksi bersih dalam beberapa waktu terakhir cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain semakin meningkat, terutama dari segi pasokan kebutuhan barang dan jasa. .
5.2 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat juga memfasilitasi terjadinya kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di wilayah Jayapura, Biak dan Sorong. Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh data elektronik yang penyelesaiannya dilakukan oleh sebuah sistem (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai
66
66
Triwulan III 2014
nominal yang relatif rendah dan memiliki tingkat urgensi yang rendah. Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang penyelesaiannya dilakukan seketika (real time). Tabel 5.2. Transaksi Kliring Wilayah Papua Kliring Total Volume (lembar) Total Nominal Kliring (Rp Miliar) Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (%) Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan (%)
I 49,407 1,214
2013 II III 48,419 44,343 1,312 1,617
IV 32,208 1,204
I 30,825 1,288
2014 II 33,757 1,343
III 40,455 1,557
Growth (YOY) -8.77% -3.72%
849
832
703
517
526
562
663
-5.75%
23.59
21.70
25.67
19.29
21.95
22.39
25.49
-0.70%
2.19 2.50
1.18 1.45
1.92 2.12
2.03 2.81
1.01 1.76
1.69 4.02
1.60 1.85
-0.32% -0.27%
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah kerja KPw BI Prov. Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,56
triliun,
angka
tersebut
menurun
sebesar
-3,72%
(yoy)
jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat sebanyak 40.455 lembar, menurun sebesar 8,77% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan pertumbuhan volume dan nilai kliring pada triwulan III-2014. Masih relatif rendahnya tingkat kesadaran masyarakat serta terbatasnya jumlah daerah (kota dan kabupaten) yang menyediakan fasilitas kliring di wilayah Papua, menjadi salah satu faktor yang menunjukan relatif rendahnya nilai transaksi keuangan melalui fasilitas kliring. Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan III-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring menjadi sebesar Rp 25,49 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar 0,70% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Ratarata harian warkat yang digunakan tercatat sebanyak 663 lembar/hari, atau turun sebesar -5,75% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mewaspadai terkait rasio rata-rata penolakan warkat, yang mana pada triwulan III-2014 secara nominal mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 1,85% dari pencapaian triwulan sebelumnya sebesar 4,02%.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
67
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Grafik 5.2. Perkembangan Kliring Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
5.3 Perkembangan Uang Kartal 4 Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang
di
masyarakat
diupayakan
dapat
memenuhi
kebutuhan
jumlah,
pecahan/denominasi maupun tingkat kelayakan edar. Pada triwulan III-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun atau menurun sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan III-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 646.37 miliar, yang artinya selama periode triwulan III-2014 jumlah uang yang keluar/diedarkan lebih banyak dari jumlah uang yang masuk/ditarik oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat. Namun begitu, jumlah netoutflow tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 995,77 Milyar. Penurunan netoutflow tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah semakin banyaknya uang kartal yang masuk ke wilayah Papua dari daerah lain, semakin meningkatnya transaksi non tunai serta dapat juga disinyalir sebagai indikator
Oleh karena kendala teknis, analisis mengenai Perkembangan Uang Kartal masih menggunakan data Triwulan II 2014 4
68
68
Triwulan III 2014
awal dalam perlambatan ekonomi sebagaimana yang diprediksi pada sepanjang tahun 2014 ini untuk di wilayah Papua. Tabel 5.3. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat Uang Kartal Inflow (Rp Miliar) Outflow (Rp Miliar) Net Inflow (Rp Miliar)
2012 I 2.171,39 1.006,40 1.164,99
II
2013 III
IV
1.179,91 1.664,51 1.628,75 2.374,08 1.820,59 6.234,39 (1.194,16) (156,08) (4.605,64)
I 2.702,12 1.020,06 1.682,06
II
2014 III
1.260,27 3.894,13 2.256,04 2.273,13 (995,77) 1.621,00
IV
II
Growth (YOY)
1.224,47 1.870,83 (646,37)
-2,84% -17,07% -35,09%
I
5.391,32 2.853,48 5.772,50 893,21 (381,17) 1.960,27
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 5.3. Perkembangan Uang Kartal
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi Juni 2014 dilaporkan mencapai Rp 700.02 miliar, atau meningkat 95,46% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
69
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
halaman ini sengaja dikosongkan
70
70
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN 6.1 Ketenagakerjaan Provinsi Papua Pada
triwulan
III-2014,
perekonomian
Provinsi
Papua
mengalami
pertumbuhan yang cukup baik. Kondisi tersebut turut berkontribusi terhadap kondisi ketenagakerjaan yang mana pada periode laporan menunjukan perkembangan yang positif. Hal ini dapat terlihat dari tumbuhnya angka tingkat partisipasi angkatan kerja serta meningkatnya jumlah orang yang berkerja di beberapa sektor ekonomi utama daerah.
6.1.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua5 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Agustus 2014 mencapai 1.675.113
orang,
mengalami
pertumbuhan
sebesar
4,01%
(yoy)
dibandingkan periode tahun laporan sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai 78,67% atau mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,97% dibandingkan dengan peride laporan tahun sebelumnya. Akan tetapi, tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan dari 3,15% pada Agustus 2013 menjadi 3,44% pada Agustus 2014. Kondisi demikian merupakan suatu keadaan yang tidak terlalu baik mengingat tingkat pengangguran dalam beberapa waktu terkahir selalu menunjukan tren peningkatan yang cukup persisten, sehingga dalam jangka panjang perlu diwaspadai sebagai salah satu faktor yang memicu peningkatan angka kemiskinan. Di sisi lain, minimnya tingkat partisipasi angkatan kerja di Papua terjadi seiring terbatasnya ketersediaan lapangan kerja yang cukup layak bagi masyarakat.
5
Data ketenagakerjaan diterbitkan oleh BPS setiap bulan Februari dan Agustus.
71
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama 2012
Kegiatan Utama
2013
2014
Februari
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Agustus
1. Penduduk 15+
2,017,383
1,989,403
2,057,145
2,072,706
2,097,242
2,129,404
2. AngkatanKerja
1,595,116
1,557,089
1,645,263
1,610,484
1,689,030
1,675,113
Bekerja
1,548,011
1,500,267
1,598,196
1,559,675
1,630,219
1,617,437
Penganggur
47,105
56,822
47,067
50,809
58,811
57,676
3. Bukan Angkatan Kerja
422,267
432,314
411,882
462,222
408,212
454,291
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
79.07
78.27
79.98
77.70
80.54
78.67
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
2.95
3.65
2.86
3.15
3.48
3.44
Sumber: BPS Provinsi Papua
Apabila dilakukan perbandingan pendapatan perkapita dari masyarakat yang berkerja di beberapa sektor ekonomi utama Papua, maka sektor pertanian menjadi sektor ekonomi dengan nilai pendapatan perkapita yang paling rendah diantara sektor lainnya yang mana nilainya hanya berada pada level Rp. 1.008,070.98,-. Sementara itu, sektor industri pengolahan menempati urutan
tertinggi
dengan
nilai
pendapatan
perkapita
sebesar
Rp
10.522.601,02,-. Tabel 6.2. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja PDRB Papua Per Kapita Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel & Restoran Jasa - jasa
2012 2013 Februari Agustus Februari Agustus 828,924.89 973,396.77 832,646.86 960,748.24 10,027,966.80 8,847,901.50 6,256,633.96 7,359,492.08 3,393,281.50 4,496,168.34 3,924,976.65 4,926,237.00 4,061,706.95 4,563,158.36 4,622,615.19 5,244,089.86
2014 Februari Agustus 910,048.83 1,008,070.98 12,825,621.20 10,522,601.02 4,073,028.75 5,273,041.29 5,842,682.57 4,072,781.93
Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah
6.1.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap hingga Agustus 2014 mengalami sedikit peningkatan sebesar 3,70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah sektor jasa-jasa (39,08%) dan sektor perdagangan (2,59%). Sedangkan sektor lainnya
tidak
mengalami peningkatan yang signifikan. Sampai dengan Agustus 2014, Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja di Papua. Tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 70,59% diikuti oleh sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 13,47% dan sektor lainnya sebesar 7,73%. Namun demikian, apabila dilihat dari besaran pendapatan per kapita, sektor ini justru merupakan yang paling rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Oleh
72
72
Triwulan III 2014
karena itu, perlu upaya dari pemerintah untuk melakukan melakukan pembenahan dalam rangka meningkatkan prospek dan kinerja sektor ini, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi mayarakat yang berkerja di sektor pertanian. Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua Lapangan Pekerjaan Utama
2012 Februari
Pertanian Industri Perdagangan Jasa-Jasa Lainnya TOTAL
2013 Agustus
1,119,729 14,852 140,242 150,928 122,260 1,548,011
1,086,559 17,003 114,830 156,278 125,597 1,500,267
Februari 1,161,204 23,383 137,808 159,301 116,500 1,598,196
2014 Agustus 1,140,787 21,496 113,899 156,594 126,899 1,559,675
Februari 1,197,105 12,929 146,072 153,189 120,924 1,630,219
Agustus 1,141,671 16,048 116,847 217,796 125,075 1,617,437
Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester Pertanian Industri Perdagangan Jasa-Jasa Lainnya TOTAL
8.0% -25.3% 7.2% 2.0% -13.4% 4.9%
-3.0% 14.5% -18.1% 3.5% 2.7% -3.1%
6.9% 37.5% 20.0% 1.9% -7.2% 6.5%
-1.8% -8.1% -17.3% -1.7% 8.9% -2.4%
4.9% -39.9% 28.2% -2.2% -4.7% 4.5%
-4.6% 24.1% -20.0% 42.2% 3.4% -0.8%
5.0% 26.4% -0.8% 0.2% 1.0% 4.0%
3.1% -44.7% 6.0% -3.8% 3.8% 2.00%
0.1% -25.3% 2.6% 39.1% -1.4% 3.70%
Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun Pertanian Industri Perdagangan Jasa-Jasa Lainnya TOTAL
2.5% -39.7% 18.7% -5.9% 19.5% 3.3%
4.8% -14.5% -12.2% 5.7% -11.0% 1.6%
3.7% 57.4% -1.7% 5.5% -4.7% 3.2%
Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
73
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
6.2 Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat 6.2.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Sampai dengan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai 398.424 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 7,46% dibandingkan periode tahun laporan sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan kerja diikuti secara positif oleh peningkatan pastisipasi angkatan kerja dari 67,20% pada Agustus 2013 menjadi 68,30% pada Agustus 2014. Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan lapangan kerja di Papua Barat yang selaras dengan dicapainya pertumbuhan perekonomian yang cukup signifikan pada triwulan III 2014. Namun, meningkatnya partisipasi angkatan kerja juga turut meningkatkan tingkat pengangguran terbuka dari 4,62% pada Agustus 2013 menjadi 5,02% pada Agustus 2014. Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan masih terus digiatkannya kegiatan pembangunan di wilayah di Papua Barat. Pembangunan yang dilakukan di Provinsi Papua Barat diharapkan dapat mendorong investor untuk menanamkan modalnya sehingga jumlah lapangan usaha juga turut bertambah. Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Februari 2012 Agustus 2014 Provinsi Papua Barat
Keterangan
2012 2013 2014 Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Penduduk 15+
531,489
538,709
Angkatan Kerja
384,092
361,597
- Bekerja
358,846
341,741
25,246
19,856
147,397
177,122
72.27
67.12
6.57
5.49
- Penganggur Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran terbuka (%)
549,724 375,189 358,430 16,759 174,535 67.44 4.47
558,262 370,750 353,619 17,131 187,512 67.20 4.62
573,822 407,707 392,634 15,073 166,115 71.05 3.70
558,262 398,424 378,436 19,988 184,950 68.30 5.02
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
6.2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Pada Agustus 2014, tingkat penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor utama perekonomian Papua Barat mengalami peningkatan tahunan yang positif sebesar 7,02% (yoy). Secara sektoral, pertumbuhan tertinggi dalam hal penyerapan tenaga kerja dicatatkan oleh sektor lainnya sebesar 47,77% (yoy),
74
74
Triwulan III 2014
dimana didalamnya tergabung beberapa sektor seperti: sektor pertambangan, LGA, kontruksi, transportasi dan keuangan. Sektor selanjutnya yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi adalah sektor perdagangan yang berhasil mencatatkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebesar 21,49% (yoy). Adapun jika melihat secara proporsi, sampai dengan Agustus 2014, Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja sebesar 45,28% dari keseluruhan, dikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 17,65%. Tabel 6.5. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Pekerjaan Utama
2012 Februari
2013 Agustus
Februari
2014 Agustus
Februari
Agustus
Pertanian
170,911
158,974
173,563
172,247
191,714
Industri
16,049
17,652
11,538
12,877
15,995
8,532
Perdagangan
56,596
51,869
50,998
51,120
53,705
62,107
Jasa-Jasa
62,655
60,633
69,675
70,244
78,215
66,810
Lainnya
52,635
52,613
52,656
47,131
53,005
69,647
TOTAL
358,846
341,741
358,430
353,619
392,634
378,436
Pertumbuhan tenaga kerja per semester 4.75 -6.98 9.18 Industri 38.59 9.99 -34.64 Perdagangan 0.48 -8.35 -1.68 Jasa-Jasa 6.68 -3.23 14.91 Lainnya 12.50 -0.04 0.08 TOTAL 6.61 -4.77 4.88 Pertumbuhan tenaga kerja per tahun Pertanian -1.66% -2.57% 1.55% Industri 57.22% 52.44% -28.11% Perdagangan 35.83% -7.91% -9.89% Jasa-Jasa 0.20% 3.24% 11.20% Lainnya 8.13% 12.45% 0.04% TOTAL 7% 2% 0% Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Pertanian
171,340
-0.76 11.61 0.24 0.82 -10.49 -1.34
11.30 24.21 5.06 11.35 12.46 11.03
-10.63 -46.66 15.64 -14.58 31.40 -3.62
8.35% -27.05% -1.44% 15.85% -10.42% 3%
10.46% 38.63% 5.31% 12.26% 0.66% 10%
-0.53% -33.74% 21.49% -4.89% 47.77% 7%
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
75
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
6.3 Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Pada awal tahun 2014, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada dasarnya, setiap kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Dalam
rangka
peningkatan
kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat telah memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang kemudian juga diikuti dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian, berbagai kebijakan tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat. Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Perlu adanya suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat, pengusaha/pemilik modal, tokoh adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang mana hal tersebut diharapkan dapat mempermudah penanaman modal maupun pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga kedepan, ketersediaan lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat Papua akan semakin meningkat .
6.3.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga Maret 2014 tercatat sebanyak 924.410 Jiwa atau sebanyak 30,05% dari jumlah penduduk Provinsi Papua, angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 1.017.400 Orang atau sebanyak 31,13% dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 355.380 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 40.355 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp 315.025 per kapita per bulan. Masih rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat. Namun begitu, peningkatan UMR tidak semena-mena dapat dilakukan. Sehingga kedepan, pemerintah perlu
76
76
Triwulan III 2014
menerapkan
suatu
kebijakan
yang
komprehensif
guna
menghilangkan
kemiskinan dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Tabel 6.7. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua
Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Presentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan Perkotaan Pedesaan
2011 Mar 944,800 31.98% 276,116 314,606 262,626
2012 Sept 946,400 31.24% 280,302 320,321 266,271
Mar 966,600 31.11% 284,388 321,228 271,431
2013 Sept Mar Sept 976,400 1,017,400 1,057,980 30.66% 31.13% 31.53% 297,502 315,025 339,096 344,415 362,401 387,789 281,022 298,395 322,079
2014 Mar 924,410 30.05% 355,380 404,944 338,206
Sumber: BPS Provinsi Papua
Grafik 6.1. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua
Grafik 6.2. Perkembangan UMR Prov. Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua diolah
6.3.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga Maret 2014 tercatat sebanyak 229.430 Jiwa atau sebanyak 27,13% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi Maret 2013 yang tercatat sebanyak 224.273 Jiwa atau sebanyak 26,67% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat. Peningkatan ketersediaan lapangan kerja di Provinsi Papua Barat ternyata belum mampu menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Papua Barat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Provinsi Papua Barat masih banyak yang bekerja di tingkat buruh kasar dimana penghasilannya masih lebih rendah dari angka garis kemiskinan yang ditetapkan. Oleh karena itu, program peningkatan kualitas SDM di Provinsi Papua Barat mutlak diperlukan. Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 397.662 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp 33.732 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp 363.930 per kapita per bulan. Meningkatnya angka garis kemiskinan yang cukup signifikan disinyalir disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat. Tabel 6.8. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat
Uraian Jumlah Penduduk Miskin Presentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan Perkotaan Pedesaan
Sumber: BPS Provinsi Papua
2011 Maret September 249,838 227,118 31.92% 28.53% 318,796 334,449 342,709 356,222 311,737 325,128
Grafik 6.3. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat
2012 Maret September 229,989 223,241 28.20% 27.04% 333,485 354,626 349,678 374,382 326,613 346,157
2014 Maret 229,430 27.13% 397,662 416,158 389,812
Grafik 6.4. Perkembangan UMR Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah
78
2013 Maret September 224,273 234,230 26.67% 27.14% 363,930 397,003 382,905 414,900 355,839 389,163
78
BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah 7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Berdasarkan perkembangan informasi serta indikator terkini, sepanjang tahun 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 4,55-5,05% (yoy), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar
14,84%
(yoy).
Adapun
pada
triwulan
IV-2014
pertumbuhan
perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,5-7,00% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah) dan investasi. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi yang positif didorong oleh kontribusi dari sektor bangunan, jasa-jasa, dan pertanian. Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Sektor Ekonomi
PAPUA
yoy (%)
1. Pertanian
2013 1
2
3
4
2013
2014 1
2
3
2014P
4P
4.96
6.76
5.33
10.0
6.79
8.8
5.70
3.30
5.94 -
6.44
5.62 -
6.12
2. Pertambangan & Penggalian
31.82
-24.61
43.04
64.24
29.77
-25.96
2.00
-1.34
0.52 -
1.02
-5.9 -
-5.4
3. Industri Pengolahan
-1.77
0.94
5.16
4.91
2.33
13.34
11.57
6.74
8.78 -
9.28
9.81 - 10.31
4. Listrik, Gas & Air Bersih
6.58
8.08
9.26
8.41
8.10
10.37
7.22
5.52
9.15 -
9.65
7.82 -
5. Bangunan
7.30
9.84
1.54
-1.11
3.98
11.09
7.39
10.02
11.18 -
11.68
9.73 - 10.23
13.66
11.82
8.69
7.41
10.25
9.73
10.60
9.80
10.56 -
11.06
9.96 - 10.46
9.58
9.07
7.64
8.26
8.61
12.84
11.20
10.42
9.72 -
10.22 10.78 - 11.28
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
17.43
12.32
14.92
23.09
16.97
17.77
14.81
1.74
11.41 -
11.91 10.96 - 11.46
9. Jasa - jasa PDRB
19.78 16.22
15.07 -0.05
16.03 18.01
10.44 23.86
14.89 14.84
15.71 0.04
14.92 8.19
7.20 4.14
13.61 6.50 -
14.11 12.55 - 13.05 7.00 4.55 - 5.05
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi
Sumber: BPS Provinsi Papua
7.1.1.1 Sisi Permintaan Pada triwulan IV-2014, tingkat konsumsi (rumah tangga dan Pemda) diperkirakan akan meningkat seiring dengan adanya perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru yang mana khusus di wilayah Papua, event tersebut selalu dirayakan secara sangat meriah. Sementara untuk konsumsi Pemda juga diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan praktik memacu penyerapan anggaran yang dilakukan oleh dilakulan Pemda setempat, dimana
79
8.32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat secara pola historis selalu terkonsentrasi di penghujung tahun anggaran. Dengan semakin mendekatnya akhir tahun juga akan meningkatkan belanja Pemda, dimana realisasi pembayaran proyek pembangunan infrastruktur mayoritas mulai dilakukan pada periode ini. Di sisi lain, adanya pembayaran bonus/Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan oleh beberapa perusahaan maupun instansi pemerintahan pada akhir tahun 2014, dinilai akan menjadi pemacu yang dapat meningkatkan kinerja konsumsi masyarakat. Komponen Investasi di triwulan IV-2014 diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Adanya realisasi proyek investasi baik yang sedang berjalan maupun yang baru akan mulai dilaksanakan pada triwulan IV2014, dinilai mampu memberi kontribusi yang besar bagi kinerja investasi pada triwulan yang akan datang. Selain itu, dengan disahkannya Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Pekan Olah Raga Nasional (PON) pada tahun 2020, diperkirakan juga akan mendorong kegiatan investasi dalam beberapa waktu kedepan. Tabel 7.2. Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua No.
Nama Proyek Investasi
Bidang
Status Pengerjaan
1 Optimalisasi dan ekstensifikasi lahan pertanian untuk pemberdayaan petani
Pertanian Pangan
80 -100 %
2 Pembangunan dan pengembangan Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP I) Jangka Pendek
Pertanian Pangan
1 - 80 %
3 Penambangan bawah tanah pada CoW Area Block A di Mimika
Tembaga
1 - 80 %
4 Penanganan Jalan Depapre - Bonggrang dan Ringroad Jayapura (137,1 Km) - Trans Papua
Jalan
1 - 80 %
5 Penanganan Jalan Merauke Okaba (Buraka) Wanam Bian Wogikel (152 Km) - Trans Papua
Jalan
1 - 80 %
6 Penanganan Jalan Merauke - Muting - Waropko (511,4 km)
Jalan
1 - 80 %
7 Penanganan Jalan Timika Potowaiburu Wagete - Nabire
Jalan
1 - 80 %
8 Pengembangan Bandara Sentani
Bandara
1 - 80 %
9 Pengembangan Pelabuhan Jayapura
Pelabuhan
1 - 80 %
10 Pengembangan Pelabuhan Merauke
Pelabuhan
1 - 80 %
11 Peningkatan produksi tambang emas
Lain-lain
1 - 80 %
12 Penyediaan modal pemberdayaan masyarakat dan pengembangan investasi
Pertanian Pangan
80 -100 %
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Papua
7.1.1.2 Sisi Penawaran Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2014 diperkirakan akan ditopang oleh kontribusi dari sektor bangunan, jasa-jasa dan pertanian. Pada triwulan yang akan datang, mayoritas kontraktor pembangunan akan berupaya mengejar penyelesaian proyek pembangunan infrastruktur skala kecil hingga menengah. Hal tersebut terjadi seiring adanya ketentuan yang dikelurkan Pemerintah guna mempermudah pencairan dana pada tahun anggran berjalan. Kinerja sektor jasa-jasa ditopang oleh semakin berkembangnya industri jasa-jasa didaerah, yang ditenggarai oleh bertambahnya
80
80
Triwulan III 2014
perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan (a.l. bioskop, karaoke, wahana permainan anak, dsb.). Sementara itu, di sektor pertanian, pada triwulan yang akan datang beberapa komoditas yang dihasilkan oleh subsektor perkebunan (a.l. kelapa sawit, kayu jati, kakao, dsb.) dan pertanian (a.l. cabai, bawang, tomat, dsb.) di Papua akan memasuki masa panen, sehingga dipercaya akan turut mendorong kinerja sektor tersebut pada periode yang akan datang. Namun demikian, adanya risiko banjir dan intensitas hujan yang sangat tinggi menjelang akhir tahun, dinilai dapat menjadi faktor risiko terjadinya gagal panen. Pada triwulan IV-2014, Sektor pertambangan yang merupakan salah satu sektor usaha utama di Provinsi Papua sudah dapat beroperasi secara normal. Hal ini sejalan dengan diperolehnya izin untuk melakukan ekspor mineral mentah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, meskipun pada praktiknya perusahan tersebut masih dikenakan bea keluar. Namun demikian, meskipun pada triwulan yang akan datang kondisi sektor pertambangan di Papua sudah tidak mengalami hambatan yang berarti, namun seiring tingginya pencapaian kinerja sektor ini pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka pada triwulan yang akan datang kinerja pertumbuhan sektor pertambangan secara relatif akan terlihat melambat jika dibandingkan dengan triwulan III-2013. Pada triwulan yang akan datang, kinerja beberapa sektor lainnya seperti Sektor angkutan & komunikasi diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang masih signifikan dan relatif sama dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi seiring meningkatnya kinerja dari sub sektor pengangkutan (angkutan udara) dimana menjelang akhir tahun 2014, di wilayah Papua terdapat libur panjang. Sehingga momen tersebut akan digunakan masyarakat untuk mudik ke daerah asal maupun berlibur. Sementara itu, sektor PHR pada triwulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang menguat dari triwulan sebelumnya seiring adanya beberapa perayaaan besar di wilayah Papua. kondisi tersebut secara historis selalu memberikan kontribusi yang positif bagi sektor PHR yang dipicu oleh kenaikan konsumsi masyarakat.
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
81
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 5,86-6,36% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,29% (yoy). Adapun pada triwulan IV-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,20-8,70% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah), investasi dan ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari sektor industri pengolahan, jasa-jasa dan bangunan. Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat 2013 1
2
3
4
2013
2014 1
2
3
2014P
4P
1. Pertanian
2.41
3.78
5.84
2.12
3.52
0.97
1.36
0.55
2.82 - 3.32
1.20 - 1.70
2. Pertambangan & Penggalian
-3.88
-0.93
2.84
2.99
0.19
1.78
2.25
-5.45
0.78 - 1.28
-0.39 - 0.11
3. Industri Pengolahan
13.41
-0.79
9.58
28.23
12.19
-2.42
10.2
8.3
9.38 - 9.88
6.07 - 6.57
8.67
9.65
9.45
8.33
9.02
8.33
8.65
8.68
8.60 - 9.10
8.34 - 8.84
5. Bangunan
12.03
11.51
11.31
10.73
11.37
15.75
14.45
13.21
13.73 - 14.23
14.03 - 14.53
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
12.51
12.78
11.11
10.75
11.76
9.39
9.11
8.86
9.29 - 9.79
8.94 - 9.44
7. Angkutan & Komunikasi
10.27
11.12
10.65
8.91
10.22
9.30
9.29
9.27
10.12 - 10.62
9.28 - 9.78
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
10.91
13.20
9.57
14.84
12.16
1.32
-3.20
-5.46
6.30 - 6.80
-0.39 - 0.11
9. Jasa - jasa
10.71
10.94
7.43
6.19
8.69
5.75
7.50
9.76
10.57 - 11.07
8.26 - 8.76
9.54
3.47
8.52
15.74
9.29
1.8
7.9
6.39
4. Listrik, Gas & Air Bersih yoy (%)
PAPUA BARAT
Sektor Ekonomi
PDRB
8.20 -
8.70
5.86 - 6.36
Sumber: BPS Provinsi Papua
Proyeksi
tingginya
pertumbuhan
ekonomi
pada
triwulan
IV-2014
dibandingkan dengan pencapaian pada beberapa triwulan sebelumnya didorong oleh beberapa faktor. Dari Sisi Permintaan, kinerja ekspor Papua Barat diprediksi akan mengalami perbaikan yang signifikan jika dibandingkan pencapaian kinerja pada periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi seiring adanya insentif bagi kinerja ekspor Migas dari Papua Barat seiring penerapan harga jual baru yang telah disepakati. Selain itu, permintaan masyarakat yang semakin meningkat menjelang perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru, dinilai akan turut meningkatkan konsumsi masyarakat secara keseluruhan. Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi akan menunjukan pertumbuhan kinerja yang cukup tinggi. Masih terbukanya peluang bagi produsen migas untuk meningkatkan kapasitas produksi, semakin meningkatnya harga internasional gas alam serta adanya optimisme produsen migas atas proses negosiasi harga jual gas alam yang baru dengan salah satu konsumen dinilai menjadi suatu katalis atas tercapainya pertumbuhan kinerja yang cukup
82
82
Triwulan III 2014
memuaskan dari sektor industri pengolahan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2014. Sektor jasa-jasa diprediksi dapat tumbuh cukup signifikan seiring adanya peningkatan penyerapan APBD Provinsi Papua Barat yang cukup signifikan pada tahun 2014. Sektor Bangunan juga diprediksi akan tumbuh signifikan seiring dengan adanya beberapa proyek seperti: proses pembangunan pabrik semen di Manokwari,
persiapan
pembangunan
fasilitas
produksi
migas
baru,
pembangunan gedung kantor pemerintahan seiring adanya pemekaran beberapa kota/kabupaten baru. Tabel 7.4. Daftar Proyek Investasi yang sedang Dilakukan di Papua Barat
No.
Nama Proyek Pembangunan
1 Pembangunan Proyek exploitasi Gas di Teluk Bintuni 2 Pembangunan padang pengembalaan Sapi di Fak Fak 3 Penanganan Jalan Fakfak -Kokas - Bomberai (139,9 km) 4 Penanganan jalan Manokwari - Kebar - Sorong (606,2 km) 5 Peningkatan Jalan Manokwari - Bintuni (257 Km)
Bidang Minyak dan Gas Peternakan Jalan Jalan Jalan
Status Pengerjaan 1 - 80 % 80 - 100 % 1 - 80 % 1 - 80 % 1 - 80 %
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
83
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
7.3 PROSPEK INFLASI 7.3.1 Inflasi Provinsi Papua Pada triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 4,45 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada triwulan mendatang diroyeksikan relatif lebih rendah dibanding pencapaian pada triwulan sebelumnya. Relatif terjaganya tingkat inflasi pada triwulan yang akan datang diakibatkan oleh masuknya musim penghujan dimana beberapa komoditas pertanian diprediksi akan mengalami panen raya disamping terjaganya kelancaran distribusi barang dari beberapa daerah pemasok. Adapun potensi risiko yang dapat menggiring inflasi ke tingkat yang lebih tinggi dari prediksi sebelumnya adalah potensi terjadinya banjir yang dapat menghambat pasokan beberapa komoditas bahan pokok apabila intensitas hujan terlampau tinggi dan yang paling utama adalah adanya kenaikan harga BBM yang sampai dengan akhir tahun dapat diputuskan oleh pemerintah. Dapat kami informasikan bahwa angka proyeksi yang kami sampaikan pada penjelasan sebelumnya adalah angka tanpa adanya asumsi kenaikan harga BBM sepanjang
tahun
2014.
Adapun
angka
proyeksi
inflasi
dengan
mempertimbangkan bahwa pada pada akhir tahun terjadi kenaikan harga BBM adalah sebesar 5,15% (yoy). Tabel 7.5. Proyeksi Inflasi Provinsi Papua
Provinsi
2012
2013
2014
I II III IV I II III IV I II III IVP Tanpa Kenaikan BBM 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 4.45 Inflasi YoY Papua (%) Kenaikan BBM 5.15 Sumber: Kantor Perwakilan BI Prov. Papua & Papua Barat
7.3.2 Inflasi Provinsi Papua Barat Pada triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level 5,50 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai cukup moderat seiring tingginya potensi kenaikan harga dari beberapa komoditas bahan makanan di wilayah Papua Barat. Namun demikian, besarnya kenaikan harga di Papua Barat untuk triwulan yang akan datang masih berada dalam rentang yang cukup terkendali. Serupa halnya seperti yang terjadi di Papua, adanya potensi kenaikan harga BBM sampai
84
84
Triwulan III 2014
dengan akhir tahun menjadi faktor pendorong meningkatnya inflasi dari prediksi sebelumnya. Dapat kami informasikan bahwa angka proyeksi yang kami sampaikan pada penjelasan sebelumnya adalah angka tanpa adanya asumsi kenaikan harga BBM sepanjang
tahun
2014.
Adapun
angka
proyeksi
inflasi
dengan
mempertimbangkan bahwa pada pada akhir tahun terjadi kenaikan harga BBM adalah sebesar 6,99% (yoy). Tabel 7.6. Proyeksi Inflasi Provinsi Papua Barat
Provinsi Inflasi YoY Papua Barat (%)
Tanpa Kenaikan BBM Kenaikan BBM
2012
2013
2014
I II III IV I II III IV I II III IVP 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 5.50 6.99
Sumber: Kantor Perwakilan BI Prov. Papua & Papua Barat
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
85