PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI MELALUI PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADA LOKASI SL-PTT DI PROVINSI JAMBI Endrizal, Adri dan Julistia Bobihoe
Balai Pengkjian Tenknologi Pertanian (BPTP) Jambi Alamat Email :
[email protected] ABSTRAK Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi telah dilakukan, namun hal ini belumlah cukup. Upaya untuk meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan dengan adanya inovasi teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi usahatani tanaman padi. Salah satu alternatif teknologi adalah tanam jajar legowo.
dengan sistem
Teknologi legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan
mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir (border effect). Kegiatan pengkajian dilaksanakan di lokasi SL-PTT pada 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dari luas tanam padi di Provinsi Jambi 176.423 ha, yang sudah menerapkan sistem tanam jajar legowo seluas 66,30 ha (37,58 %). Rata-rata produksi yang diperoleh dengan penerapan sistem tanam jajar legowo 4 : 1 adalah 6,26 ton/ha dibandingkan dengan sistem tanam tegel/biasa hanya memeroleh hasil 4,43 ton/ha. Dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa penerapan model PTT dengan menggunakan varietas unggul baru serta penerapan sistem tanam jajar legowo 4 : 1 dapat meningkatkan hasil dibandingkan dengan teknologi petani (sistem tanam tegel) sebesar 41 % atau sekitar 1,83 t/ha. Apabila usahatani padi di Provinsi Jambi dapat menerapkan sistem tanam jajar legowo sampai 50 % dari luas tanam yang ada, maka akan terjadi peningkatan produksi padi sekitar 4 juta ton GKP.
Kata kunci : Sistem Tanam Jajar Legowo 4 : 1, PTT Padi, Produksi
PENDAHULUAN 1
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia, setelah Negara Cina, India dan Amerika Serikat. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka ketahanan pangan nasional merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mewujudkan stabilitas politik, ekonomi, sosial dan keamanan (Kementan, 2011) Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, pada tahun 2013 Kementerian Pertanian menetapkan target produksi padi sebesar 76,60 juta ton GKG. Sampai tahun 2014 pertumbuhan produksi padi ditargetkan meningkat sebesar 5,22% per tahun. Instrumen yang dapat digunakan untuk mencapai target produksi tersebut adalah ; 1) perluasan areal; 2) peningkatan produktivitas; dan 3) rekayasa teknologi dan sosial. Perluasan areal dilakukan melalui pencetakan sawah baru, optimalisasi lahan, dan peningkatan indeks pertanaman (IP). Peningkatan produktivitas dilakukan melalui varietas unggul, pemupukan, pengendaliaan organisme pengganggu tanaman (POPT) dan teknologi pasca panen. Rekayasa teknologi dan sosial dilakukan melalui Demplot, Demfarm dan SL-PTT. Luas pertanaman padi Program SL-PTT di Provinsi Jambi 79.702 ha yang terbagi pada kawasan pertumbuhan 13.000ha, kawasan pengembangan 16.144 ha, dan kawasan pemantapan 50.558 ha. meningkat dari tahun ke tahun. Luas SL-PTT padi inbrida tahun 2012 60.000 ha sebelumnya 50.500 ha, luas padi hibrida 2012 2.500 ha sebelumnya 1.500 ha. Luas SL-PTT padi ladang dan jagung tetap, sedangkan luas SL-PTT kedelai mengalami penurunan 500 ha. Disamping peningkatan luas, juga terjadi peningkatan produktivitas SL-PTT. Hal ini terlihat dari ratarata produktivitas di Laboratorium Lapang (LL) lebih tinggi dibandingkan
2
dengan produktivitas di luar LL, apalagi bila dibandingkan dengan yang tidak masuk dalam Program SL-PTT. Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) merupakan upaya yang terkoordinasi untuk membangun sistem pertanian tangguh dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah melalui pendekatan agribisnis, pendekatan pembangunan kawasan usahatani terpadu dan berkelanjutan dengan
berbasis
sumberdaya
pertanian.
Disamping
itu
kelembagaan
perdesaan juga dibina, baik yang berfungsi sebagai pengantar (delivery) yaitu kelembagaan penyuluh pertanian, perkreditan, pemasok sarana produksi, serta pengelolaan dan pemasaran hasil, maupun yang berfungsi sebagai penyerap/penerima (receiving) yaitu kelompok tani dan koperasi (Dirjen Tanaman Pangan, 2007) Upaya Peningkatan produksi pangan terutama beras telah lama menjadi kebijakan nasional. Mulai Pelita I, teknik budidaya padi sawah di lahan irigasi menggunakan panca usahatani yang mencakup; (1) penggunaan benih ungul, (2) cara bercocok tanam, (3) pengaturan air irigasi, (4) pemupukan, dan (5) pemberantasan hama dan penyakit (Zaini, 2008). Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), yaitu suatu pendekatan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi, melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi padi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani, serta bersifat spesifik lokasi. Pemerintah Republik Indonesia mencanangkan swasembada padi dan jagung berkelanjutan dan mencapai swasembada kedelai pada tahun 2014. Salah satu instrument yang digunakan untuk mencapai swasembada tersebut adalah melalui ; 1) perluasan areal; 2) peningkatan produktivitas; dan 3) 3
rekayasa teknologi dan sosial. Perluasan areal dilakukan melalui pencetakan sawah baru, optimalisasi lahan, dan peningkatan indeks pertanaman (IP). Peningkatan produktivitas dilakukan melalui varietas unggul, pemupukan, pengendaliaan organism pengganggu tumbuhan (POPT) dan teknologi pasca panen. Rekayasa teknologi dan sosial dilakukan melalui konsep Sekolah lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Hasil kinerja pendampingan SL-PTT padi, jagung dan kedelai tahun 2012 didapatkan bahwa Varietas Unggul Baru (VUB) yang padi dan kedelai didisplaykan disukai oleh petani, karena VUB yang diuji memberikan performace dan hasil yang melebihi varietas eksis yang sudah beredar di petani. Secara kuantitatif didapatkan hasil Inpari 13 sebanyak 7,28 t/ha GKP, kemudian diikuti oleh Inpari 1 dan Inpari 10 sebanyak 7,2 t/ha, Inpari 12 sebanyak 6,48 t/ha GKP. Inpara 3 sebanyak 5,04 t/ha GKP Inpara 5 sebanyak 34 t/ha GKP. Dari pengujian VUB padi Inpari dan Inpara pada pendampingan SL-PTT tahun 2012 terjadi peningkatan produktivitas 39-69 % Berdasarkan hasil pengujian VUB tahun 2012 dan tahun sebelumnya, sudah dapat menggantikan varietas lama seperti IR 42 sudah dapat diganti dengan Inpari 12, Mekonga, Ciherang oleh Inpari 13, dan khusus buat agroekosistem lahan rawa pasang surut dan lebak VUB Inpara 3 sudah menyebar. Pembangunan pertanian nasional menunjukan kinerja yang semakin dinamis, ditandai oleh lahirnya berbagai program strategis Departemen Pertanian yang diprakarsai oleh Ditjen Teknis terkait, salah satu dinataranya adalah Sekolah lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) yang bertujuan
untuk
meningkatkan
produktivitas
padi
sehingga
tercipta
ketahanan pangan yang berkelanjutan (BBP2TP, 2009)
4
Provinsi Jambi mempunyai luas
sawah 138.323 ha dan luas
pertanaman lebih kurang 175.000 ha dengan produksi 501.125 ton dan ratarata produktivitas 3,6 t/ha (Disperta, 2003), hasil ini masih rendah bila dibandingkan dengan potensi genetik tanaman padi varietas unggul yang dapat mecapai diatas 5 t/ha. Rendahnya rata-rata produktivitas tersebut disebabkan oleh usahatani yang dilakukan petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi, belum kondusifnya kelembagaan usahatani dan kelembagaan agribisnis serta kurangnya pendampingan dari instansi terkait. Evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian cenderung melambat, bahkan menurun. Segmen rantai pasok inovasi pada subsistem penyampaian (delivery subsystem) dan subsistem penerima (receiving subsystem) merupakan bottleneck yang menyebabkan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian tersebut (Badan Litbang Pertanian, 2004). Badan Litbang Pertanian merasa terpanggil harus melakukan segala upaya yang mungkin untuk menjamin inovasi yang telah dihasilkannya, tidak saja diketahui oleh para pengguna (beneficiaries) tetapi juga dimanfaatkan secara luas dan tepat guna. Dengan demikian, Badan Litbang Pertanian merasa turut bertanggungjawab dalam menjamin terciptanya sistem inovasi pertanian nasional yang padu padan dengan sistem agribisnis, yang berarti merajut simpul antara subsistem rantai pasok pengadaan ( generating
subsystem) dengan subsistem penyampaian (delivery subsystem) atau subsistem penerimaan (receiving subsystem) inovasi pertanian nasional (Badan Litbang Pertanian, 2006).Untuk itu, salah satu upaya yang dapat meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai adalah melalui kegiatan Sl-PTT. 5
Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami). Mengungkapkan, menganalisis,
menyimpulkan
dan
menerapkan
(melakukan/mengalami
kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi (Dirjen Tanaman Pangan, 2013)
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melihat tingkat penerapan system tanaman jajar legor dan melihat perbandingan system jajar legowo dengan system tanam tegel
METODA/PROSEDUR Ruang Lingkup Pendekatan pendampingan SL-PTT dilakukan secara ; 1) Partisipatif, 2) Agroekosistem, 3) Agribisnis, (4) Wilayah, (5) Kelembagaan, dan (6) pemberdayaan masyarakat. Pendekatan Partisipatif ditujukan kepada stakeholder dan benefisieris yang terkait dengan pelaksanaan SL-PTT. Pendekatan agroekosistem berarti SL-PTT diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi biofisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya lahan dan air. Pendekatan Wilayah adalah penempatan pendampingan oleh BPTP berada di wilayah yang memiliki kegiatan SL-PTT. Pendekatan agribisnis berarti dalam implementasi SL-PTT diperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input usahatani, panen dan pascapanen. Pendekatan wilayah berarti optimalisasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan. Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan SL-PTT tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi 6
suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output tetapi juga mencakup modal, sosial, budaya dan aturan yang berlaku di lokasi masyarakat. Bentuk Dukungan 1. Melakukan koordinasi dan sosialisasi 2. Melaksanakan Display VUB 3. Melaksanakan pelatihan atau nara sumber 4. Melaksanakan temu lapang 5. Penyebaran informasi teknologi melalui media cetak dan elektronik 3.4. Tugas BPTP dalam Permentan No.45 tahun 2011 Model dan bentuk dukungan SL-PTT diatas ditujukan untuk dapat melaksanakan tugas BPTP Jambi yang diamanatkan dalam dalam Permentan No.45/Permentan/OT.140/8/2011 halaman 15 sebagai berikut : a. Menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi sesuai usulan
Dinas Teknis yang membidangi tanaman pangan b. Menyediakan kalender dan pola tanam menurut lokasi sentra
produksi padi c. Menyediakan informasi dan teknologi adaptasi terhadap pertumbuhan
iklim d. Merancang dan menyediakan benih untuk display dan uji adaptasi
varietas serta merekomendasikan penggunaan varietas unggul spesifik lokasi e. Menyediakan publikasi dan menyampaikan teknologi tepat guna
kepada
Sekretariat
Bakorluh/Bapeluh
sebagai
bahan
materi
penyuluhan
7
3.5 Mekanisme pendampingan
BAGAN MEKANISME TATA HUBUNGAN
PUSAT TIM PENGENDALI
MENTERI PERTANIAN
DITJEN TAN.PAN/ DITJEN TEKNIS TERKAIT
BADAN LITBANG
BPPSDMP
PROVINSI TIM PEMBINA
GUBERNUR
DINAS TEKNIS
BPTP
SET BAKORLUH
KABUPATEN/KOTA TIM PELAKSANA
BUPATI/ WALIKOTA
PENELITI BPTP
DINAS TEKNIS
BAPELUH
KECAMATAN TIM PELAKSANA
CAMAT
POPT
UPTD/ UPT Teknis
BP3K
KADES/ LURAH
PENYULUH
DESA/KELURAHAN
POKTAN/ GAPOKTAN TEMU LAPANG DI LAHAN USAHA TANI PADI
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Koordinasi merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan pendampingan SL-PTT. Koordinasi dilakukan pada tingkat Provinsi Jambi yang merupakan Tim Pembina dan pada tingkat 11 kabupaten / kota yang merupakan Tim Pelaksana. Dinas / instansi yang terlibat langsung dalam pendampingan SL-PTT yaitu Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Jambi, Badan Koordinator Penyuluhan Provinsi Jambi, UPTD, BPSBTP Provinsi Jambi, UPTD BPTPH Provinsi Jambi, UPTD Perbenihan Provinsi Jambi, Dinas Pertanian dan hortikultura pada 11 Kabupaten/kota se-Provinsi Jambi, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) di kabupaten/kota se-Provinsi Jambi, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan di masing-masing kecamatan. Penekanan
pada
kegiatan
koordinasi
adalah
bagaimana
mengusahakan agar kegiatan SL-PTT bisa berjalan dengan baik. Hal ini menyangkut dari penetapan CPCL, kawasan (pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan), bentuk dan mekanisme pendampingan oleh dinas / instansi terkait. Kebijakan Pemerintah mengenai benih untuk SL-PTT tahun 2013 adalah benih bersubsidi. Petani membayar benih hanya sebesar selisih harga benih dikurangi subsidi yang diberikan. Besarnya subsidi berbeda antara benih padi dengan benih jagung dan kedelai. Pengadan benih diserahkan kepada pihak ketiga yaitu PT. Pertani dan PT. SHS. Dengan demikian koordinasi pelaksanaan SL-PTT juga dilakukan pada pihak ketiga tersebut. Koordinasi dilakukan tidak hanya pada awal kegiatan, tetapi selalu dilakukan pada pertemuan formil maupun informil. 9
Sosialisasi Dalam sosialisasi disampaikan bentuk-bentuk dukungan, mekanisme pendampingan dan inovasi teknologi yang dianjurkan dalam kegiatan SL-PTT. Adapun
bentuk-bentuk
pendampingan
tersebut
adalah
;
melakukan
koordinasi dan sosialisasi, melaksanakan Display VUB, melaksanakan pelatihan atau nara sumber, melaksanakan temu lapang, dan Penyebaran informasi teknologi melalui media cetak dan elektronik Mekanisme pendampingan yang diterapkan adalah sesuai dengan Permentan No.45 tahun 2011, baik ditingkat Provinsi ( Tim Pembina ) dan tingkat Kabupaten ( Tim Pelaksana ). Tim Pembina terdiri dari Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Jambi, Badan Koordinator Penyuluhan (Bakorluh), dan BPTP Jambi. Tim Pelaksana di kabupaten/kota terdiri dari Dinas
Pertanian
dan
Hortikultura
kabupaten/kota,
Badan
Pelaksana
Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BP4K), dan Tim Peneliti BPTP Jambi (koordinator wilayah kabupaten/kota) Inovasi teknologi yang selalu disosialisasikan adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi, jagung dan kedelai. PTT padi berupa ; PTT jagung berupa ; varietas unggul baru baik hibrida maupun komposit,
benih
bermutu
dan
berlabel,
populasi
66.000
–
75.000
tanaman/ha, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah ( Komponen Teknologi Dasar ), penyiapan lahan yang baik, pembuatan saluran drainase di lahan kering pada musim hujan, atau saluran irigasi di lahan
sawah
pada
musim
kemarau,
pemberian
bahan
organik,
pembumbunan, pengendaliaan gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak, pengendaliaan hama penyakit, dan panen tepat waktu dan pengeringan segera. Nara Sumber / Pelatihan
10
Bentuk pendampingan nara sumber / pelatihan inovasi teknologi PTT sangat banyak dan sering dilakukan. Nara sumber / Pelatihan inovasi teknologi PTT ini dilakukan di tingkat provinsi (PL I) dan ditingkat kabupaten (PL II) serta pelatihan / nara sumber tingkat kecamatan (PL III). Setiap
kabupaten
/
kota
memiliki
kegiatan
pertemuan
untuk
pemberdayaan sumberdaya manusia petugas dan pelaksana SL-PTT. Peneliti BPTP diminta sebagai tenaga pengajar/nara sumber. Frekuensi pemberian materi inovasi teknologi PTT pada berbagai bentuk pertemuan di 11 kabupaten / kota se-Provinsi Jambi lebih dari 30 kali / tahun. Materi yang diminta berbeda darin satu kabupaten dengan kabupaten lainnya, sesuai dengan spesifik lokasi masing-masing. Pada umumnya materi yang diminta adalah inovasi untuk meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai. Pada spesifiknya seperti penggunaan varietas unggul baru yang cocok untuk daerah tertentu, pengendaaliaan hama dan penyakit utama seperti penyakit blast, kresek, kepinding tanah, tikus, burung, pemupukan spesifik lokasi dengan menggunakan Perangkat Uji tanah Sawah (PUTS), Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), Perngkat Uji tanah Sawah Rawa (PUTR). Alat uji tanah ini telah diberikan oleh BPTP Jambi kepada setiap kabupaten /kota sebagai contoh dan masing-masing SKPD terkait seperti Dinas Pertanian dan BP4K telah membeli sendiri. Peneliti BPTP memberikan pelatihan kepada penyuluh bagaimana mengoperasionalkan alat – alat uji tanah tersebut. Namun karena masih terbatasnya alat ini, maka tidak semua penyuluh di BP3K yang mengenal dan bisa menggunakan alat ini pada wilayah kerjanya. Sebagai gantinya, penyuluh memberikan rekomendasi pupuk kepada petani menggunakan dosis pupuk dari Permentan.
11
Pelatihan lain yang diberikan adalah teknik sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo yang benar adalah sistem tanam jajar legowo pagar. Kebanyakan petani melakukan sistem tanam jajar legowo tidak melakukan penyisipan tanaman pada baris terluar sehingga populasi tanaman berkurang dri sistem tegel dan tentunya produksi juga berkurang.
Sistem Tanam Jajar Legowo Dalam sistem tanam jajar legowo terdapat dua atau lebih baris tanaman padi yang diselingi oleh satu baris yang dikosongkan. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo disebut legowo 2:1, kalau tiga baris disebut legowo 3:1 dan kalau 4 baris legowo 4:1. Hasil pengkajian display VUB di kota Sungai Penuh didapatkan hasil Inpari 28 pada pertanaman sistem jajar legowo 2:1 hasilnya 8,8 ton/ha, sedang pada sistem jajar legowo 4:1 6,5 ton/ha atau sistem jajar legowo 2:1 lebih tinggi 33,3 %. Begitu juga dengan kegiatan yang dilakukan oleh Bakorluh Provinsi Jambi di Desa Pudak menggunakan varietas Ciherang pada sistem tanam jajar legowo 2: 1 hasilnya 8,6 sedangkan pada sistem jajar legowo 4:1 hanya 6,1 atau sistem 2:1 lebih tinggi 30,3% Sistem
tanam
jajar
legowo
4:1
lebih
tinggi
42,3%
hasilnya
dibandingkan sistem tanam tegel. Sistem tanam jajar legowo 4:1 ditingkat petani hasilnya beragam, hasil yang paling rendah 5,1 ton/ha dan hasil yang paling tinggi 7,2 ton/ha, sedangkan pada sistem tanam tegel hasil terendah 3,5 ton/ha dan hasil tertinggi 5,4 ton/ha. Luas pertanaman sijarwo di Provinsi Jambi baru mencapai 37,58%. Pada umumnya sijarwo dengan mudah diterapkan pada sawah irigasi. Pada sawah pasang surut, lebak dan sawah dataran tinggi penerapaan sijarwo 12
agak mengalami kesulitan. Bebarapa kendala penerapan sijarwo oleh petani menyangkut sijarwo membutuhkan tenaga dan biaya lebih banyak serta waktu tanam lebih lama.
Tabel 2. Luas penerapan sistem tanam jajar legowo dan produktivitas padi Kabupaten
Total Luas tanam padi (ha)
Luas tanam Jajar legowo (%)
Produktivitas (t/ha GKP) Legowo Legowo Tegel 2:1 4:1
Batang Hari
10.190
65
-
7,2
4,9
Bungo
12.191
25
-
6,8
5,4
Kerinci
27.460
30
-
5,5
4,5
Kota Jambi
1.447
10,4
-
6,8
5,4
Kota Sei.Penuh
8.771
35
8,8
6,5
4,0
Merangin
24.758
45
-
6,3
3,8
Muaro Jambi
11.242
48
8,6
6,1
4,7
Sarolangun
15.000
40
-
6,05
4,4
Tanjab-Barat
24.663
45
-
6,8
4,1
Tanjab-Timur
31.134
30
-
5,6
3,5
Tebo
9.567
40
-
5,1
3,9
37,58
-
6,26
4,4
Rataan
Pada sawah dataran tinggi kendala dihadapi pada topografi lahan yang memiliki petakan kecil-kecil, sedangkan pada lahan pasang surut dihadapi 13
pada masalah kondisi alam yang sering mengalami banjir. Namun dengan adanya
penyuluhan
kendala-kedala
tersebut
dapat
diatasi,
terutama
memberikan penyuluhan manfaat dan keuntungan sijarwo dan perubahan prilaku dan kebiasaan petani. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari sistem tanam jajar legowo antara lian; semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberikan hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir), pengendaliaan hama penyakit dan gulma lebih mudah, menediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas dan juga bisa untuk mina padi, dan penggunaan pupuk lebih efisen dan efektif. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan Pendampingan SL-PTT Padi dan Jagung di Provinsi Jambi tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Bentuk pendampingan yang telah dilakukan berupa ; koordinasi, soialisasi, sebagai nara sumber, memberikan teknologi
PTT
spesfik
lokasi,
pelatihan, penerapan
memberikan
kalender
tanam,
melaksanakan display VUB padi dan Jagung, menyebar luaskan distribusi
publikasi
melalui
media
cetak
dan
elektronik
dan
mengadakan rapat-rapat koordinasi dan pertemuan P2BN
Dengan adanya koordinasi dan sosialisasi diperoleh persamaan persepsi dari dinas/instansi terkait dalam mewujudkan swasembada beras dan jagung berkelanjutan dan mencapai swasembada kedelai sesuai dengan Permentan No.45 Tahun 2011 yang menyangkut bentuk dan mekanisme pendampingan
Pendampingan dalam bentuk nara sumber dan pelatihan yang merupakan salah satu metode dan bentuk pendampingan yang bisa 14
mempercepat dan memperluas penerapan dari PTT Padi, jagung dan Kedelai . Kegiatan nara
sumber selama tahun 2013 dilakukan
sebanyak 28 kali baik pada tingkat PL I, PL II, dan PL III. Materi yang diberikan berupa inovasi teknologi PTT padi, jagung dan kedelai. Jumlah peserta keseluruhan berjumlah 175 orang yang terdiri dari petugas teknis pertanian, penyuluh, ketua KTNA, ketua kelompok tani. Hasil dari apa yang disampaikan pada kegiatan nara sumber dan pelatihan diteruskan penyampaiannya ke petugas dan petani lainnya (sistem berantai)
Kalender tanam terpadu yang memuat inovasi teknologi spesifik lokasi disampaikan kepada kabupaten dan kecamatan. Inovasi-inovasi dalam katam terpadu memuat waktu tanam, pola tanam, varietas yang cocok pada lokasi tertentu, informasi hama dan penyakit utama yang bisa menyerang tanaman padi, jagung dan kedelai. Jumlah kalender tanam terpadu yang sudah dikeluarkan pada kecamatan se-Provinsi Jambi sebanyak 95 kecamatan
Display VUB padi yang dilakukan uji adaptasinya sebanyak 13 VUB yang diperuntukan untuk padi sawah dataran tinggi, padi sawah tadah hujan, padi rawa lebak, padi rawa lebak, dan padi ladang keragaan produktivitas VUB yang diuji berkisar dari 3,0 – 9,0 ton/ha GKP. Varietas Inpari 28 cocok untuk sawah dataran tinggi dengan produktivitas 5,6 – 7,84 ton/ ha GKP. Batang Piaman cocok untuk sawah bukaan baru dan rawa lebak, varietas ini mampu berproduksi 4,8 – 9,0 ton/ha GKP. Secara keseluruhan VUB yang diuji memberikan hasil lebih tinggi 2,3 - 63 % dinadingkan dengan rata-rata hasil padi di Provinsi Jambi
Display VUB jagung yang diuji adalah Bima 6, Bima 14 dan STJ. Produktivitas Bima 6 lebih tinggi dibandingkan Bima 14 dan STJ. Bima 15
6 mampu memberikan hasil sebesar 6,0 ton/ha, Bima 14 5,8 ton/ha dan STJ 3,8 ton/ha.
Penerapan sisten tanam jajar legowo di Provinsi Jambi masih rendah yaitu lebih kurang 37,58%. Namun pada beberapa desa sistem tanam jajar legowo ada yang mencapai 80-90% seperti di Sri Agung, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Desa Pauh, di Kabupaten Kerinci.
16
DAFTAR PUSTAKA Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Dirjen
Tanaman Pangan 2013. Pedoman Teknis Sekolah lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai tahun 2013. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,Departemen Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2011. Peraturan Menteri Pertanian No.45/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan Pertanian Dalam Menudkung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Zaini, Z. 2008. Memacu Peningkatan Produksi Padi Sawah Melalui Inovasi Teknologi Budidaya Spesifik Lokasi Dalam Era Revolusi hijau Lestari. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidan Budidaya Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor, April 2008 .
17
18