BAHAN .DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2003 sampai Februari 2005 di Balai Budidaya Air Payau (BBAP), Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Bahan Penelitian Hewan Uji Rewan uji yang digunakan adalab kepiting bakau betina yang didatangkan
dari perairan Pallime, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kepiting yang akan
digunakan diseleksi menurnt ukuran dan jenis kelarnin. Selanjutnya kualitasnya diselekai berdasarkan ciri-ciri kelengkapan anggota tubub, tingkab laku untuk mengbindar atau melawan bila akan dipegang, dan wama cerab hijau kecokelatan.
Pengangkutan kepiting terpilih ke lokasi penelitian menggunakan stirofoam berukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing 50 x 40 x 30 em. Pada setiap sisi stirofoam diberi lubang uotuk sirkulasi udara, dan bagian dasamya dilapisi kain hasah. Sebelum dimasukkan ke dalam stirofoam, kepiting diikat terlebih
dabulu dengan pelepah pisang serta dicelupkan ke dalam air laut selama beberapa saat. Selama pengangkutan berlangsung kepiting tidal< diberi pakan tetapi
diperciki dengan air laut setiap 1 jam. Segera setelah sampai di lokasi penelitian, kepiting ditempatkan dalam wadab penampungan berupa bak fiber berukuran panjang, lebar dan tinggi
masing-masing 2.0 x 1.0 x 0.5 m yang diisi air media bersalinitas 20 ppt selama 3 han. Selanjutnya salinitas air media secara perlahan-lahan disesuaikan dengan salinitas perlakuan. Sebelum ditebar ke wadab penelitian, kepiting terlebih dahulu diadaptasikan ke salinitas media dan pakan perlakuan.
Proses adaptasi ini
berlangsung selama 10 hari dan selama masa adaptasi tersebut kepiting diberi pakan buatan berbentuk bulat dengan diameter I em berkadar protein 35% dengan energi pakan 15.2 MJ/kg pakan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan
dua kali sehari secara ad libitum yakni padajam 06.00 dan 18.00.
24
Sumber Air dan Media Pemeliharaan Sumber air yang digunakan terdiri atas air laut bersalinitas 35 sampai 38
ppt, yang diperoleh dengan cara evaporasi. dan air tawar. Stok air laut diambil dari perairan pantai Galesong Sel.tan, K.bup.ten Takalar, Sulawesi Selatan dengan menggunakan mesin diesel Kubota berday. 22 PK yang ditarnpung pada
bak penampungan bervolume 225 ton. Dari bak: reservoar tersebut, air laut dialirkan ke bak beton bervolume 10 ton menggunakan pompa (dinarno) berd.ya 2.4 PK yang disaring dengan filter bag berukuran 20 I'm. Selanjutnya sebelum
dievaporasi, stok air laut tersebut dibiarkan (diendapkan) terlehih dahulu selama 24 jam dengan menggtmakan bak fiber bervolume 4 ton kemudian disaring
kembali dengan saringan nomor 10 J..lll1. Air tawar diperoleh dengan cara mendestilasi air sumur hor di Balai Budidaya Air Payau, Takalar. Untuk mendapatkan media perlakuan sesuai dengan
salinitas yang diinginkan maka dilakukan teknik pengenceran dengan air tawar (Gambar 3). Pengenceran dilakukan dengan berpedoman pada rumus
ax SI S2~
n+a dimana S2 adalab tingkat salinitas yang diinginkan (ppt), S I adalab tingkat
salinitas air laut yang akan diencerkan (ppt), a adalah volume air laut yang diencerkan (L), dan n adalab volume air tawar yang perlu ditarnbabkan (L).
Setelah diencerkan sesuai dengan salinitas perlakuan, air media ditampung pada bak fiber kerucut bervolume 300 liter sebanyak 8 buah. Selanjutnya dari bak
tersebut air dialirkan ke wadah-wadah penelitian. Sebelurn digunakan, semua wadah dan air media terlebih dahulu disterilkan dengan menggunakan khlorin 150 ppm kemudian dinetralisir dengan natrium thiosulfat (Na,S,O,) 25 ppm.
25
C
AIRLAUT
AlRTAWAR
~
dipompa Bak Penampungan (225 ton) Bak Penampungan (4 ton) Disaring denganfilter bag 10 )UTl Bak Penampungan (10 ton) Disaring denganfilter bag ukurnn 20 IU"
Bak Pengendapan (4 ton)
Bak Penampungan II (2 ton)
Disaring denganfilter bag 10 JUll, disterilkan dengan kblorin 1SO ppm dan dinetralkan dengan Na 2S203 25 ppm
Disterilkan deogan khlorin 150 ppm dan dine1nllkan dengan Na2S203 25 ppm
•
Bak Evaporasi (2 ton)
Bak Pencampuran (V~300 L) Proses pengenceran
dan aerasi
StokMedia Perlakuan
Gambar 3 Prosedur pembuatan media perlakuan.
26 Metode Peoelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan percobaan, yaitu:
pengaruh salinitas. pada
osmoregula~i
kepiting bakau, pengaruh salinitas pada metabolisme kepiting bakau, pengaruh salinitas pada tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan kepiting bakau, dan pengarub kadar protein pakan pada tingkat kelangaungan hidup dan pertumbuhan kepiting bakau pada salinitas optimwn.
Pengaruh Salioitas pada Osmoregulasi Kepiting Bakau Percobaan ini bertujuan UDtuk mengetahui pengaruh salinitas pada
osmoregulasi kepiting hakau betina. Wadah percobaan yang digunakan adaIah baskom plastik berwama hitam dengan volume 50 liter berjumlah 12 buah yang dilengkapi dengan peralatan
aerasi. Wadah-wadah tersebut diisi air media sebanyak 30 liter dan pada bagian dasamya diberi pasir seteha! 10 em. Kepiting uji yang digunakan mempunyai bobot 200 sarnpai 210 g dengan
lebar karapas 10 sampai 12 em per ekor. Percobaan ini berlangsung selama 20
hari. Selama percobaan berlangsung kepiting diberi pakan buatan berbentuk bulat dengan diameter 1 em berkadar protein 35%
dengan energi 15.2 MJ/kg.
Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari secara ad libitum yakni pada pukul 06.00 dan 18.00.
Percobaan dirancang dengan pola rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlaknan salinitas yaitu 5, 15, 25, dan 35 ppt yang diidentifikasi sebagai perlakuan A, B, C, dan D. Setiap perlaknan diulang 3 kali, sehingga
terdapat 12 unit percobaan. Penempatan unit-unit percobaan dilakukan secara acak menurut pola rancangan acak lengkap (Steel dan Torrie, 1993). Adapun tata letak satuan percobaan setelah pengacakan disajikan pada Gambar 4.
Peubah yang diamati adalah tingkat kerja osmotik (TKO), konsentrasi ionlon, glukosa, protein, asam amino, amoniak hemolimfe dan konsumsi oksigen. insang kepiting. Sampel hemolimfe diambil dari bagian membran arthrodial kaki jalan kepiting dengan menggunakan syringe bervolume 1 mL. Sebelum
27 pengambilan hemolimfe dilakukan, kepiting uji terlebih dahulu dipuasakan selama
riga hari dengan tujuan mengosongkan laju pencernaan.
Gambar 4 Tata letak satuan percobaan setelah pengacakan.
Pengukuran osmolaritas hemolimfe kepiting dilakukan di Laboratorium
Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor. Protein hemolimfe diukur di Laboratorium Pascapanen, Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, Cimanggu,
Bogor. Glukosa dan amonia hemolimfe diukur di Laboratorium Kualitas Air, Fakultas Urnu Kelautan dan Perikanan, UNHAS, Makassar. Konsentrasi ion-ion media dan hemolimfe kepiting diukur di Lahoratorium Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Makassar. Tingkat Kerja Osmotik Dntuk menentukan tingkat kerja osmotik (TKO) yang dialami kepiting uji,
osrnolaritas hemolimfe kepiting percobaan dan media perlakuan diukur. Tingkat kerja osmotik ditentukan dari perbedaan antara nilai osmolaritas hemolimfe kepiting dan osmolaritas media perlakuan (Lignot et al. 2000). Pengukuran osmolaritas dilakukan dengan menggunakan osmometer (SOP OSMOTAT 30) dan rumus Wheaton (1977).
28 Glukosa, Protein, Asam Amino dan Amania Hemolimfe Konsentrasi glukosa dan amonia hemolimfe diukur dengan menggunakan spektrofotometer. protein dengan. metode KjeldaW, dan asam amino dengan HPLC (high performance liquid chromatography) (AOAC 1990).
Konsentrasi Ion-ion Media dan Hemolimfe Konsentrasi ion-ion media dan hemolimfe yang diukur adalah natrium (Nal, kalsium (Ca'+), kalium (K+), magnesium (Mg''l, khIorida (CI), dan sulfat
(SO/)
Konsentrasi
ion-ion Na+, Ca2+, K+, dan
Mi+
diukur dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS), sedangkan
cr
dan SO/-
dengan spektrofotometer (Varian 1989; AOAC 199D). Konsumsi Oksigen Insang Konsumsi oksigen insang kepiting diukur pada wadah helVolume 30 mL
menggunakan DO meter model 5509 lutron (skala 0 sampai 20 ppm). Peubah yang diamati adalah konsumsi oksigen insang tanpa menggunakan digitalis hlok
ATPase (TG) yang melibatkan pompa ion dan menggnnakan
digitalis blok
ATPase (DG) yang tidak melibatkan pompa. Digitalis blok ATPase yang digunakan adalah digoxin (Yarindo, Serang) dengan dosis 0.025 mg. Selanjutnya dari selisih antara nilai konsumsi oksigen tanpa digitalis hlok ATPase dan digitalis blok ATPase dapat ditentukan besamya kemampuan pompa ion insang. Pengukuran berlangsung selama 1 jam untuk. setiap perlakuan dengan selang waktu pencatatan 5 menit.
Pengarub SaJinitas pada Metabolisme Kepiting Bakau Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas pada metabohsme kepiting bakau betina. Wadab percobaan yang digunakan adalab stoples plastik bervolume 16 L yang dirancang dengan sistem sirkulasi (Gambar 5). Wadah tersebut dilengkapi dengan alat pengatur subu (termostat).
29
Gambar 5 Wadah percobaan pengukuran metabolisme. Kepiting uji yang digunakan berukuran bobot 20, 40, 60, dan 80 g. Kepiting
ditebar dengan kepadatan I ekor per wadah pada setiap perlakuan berdasarkan bobot tubuh kepiting. Perlakuan yang digunakan sarna dengan yang dipakai pada
percobaan pengarub salinitas pada osmoregulasi kepiting bakau dan setiap
perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Percobaan ini berlangsung selama 150 han. Peubah yang diukur adalah laju metabolisme basal, kenyang, dan rutin. Laju
metabolisme basal ditentukan melaJui pelJgukuran tingkat konsumsi oksigen setelah kepiting uji terlebih dabu1u dipuasakan selama 48 jam dan nilai konsurnsi
oksigen yang diambil adalah yang terendah selama minimal LS jam. Untuk metabolisme kenyang, pengukuran konsumsi oksigen dilakukan pada saat sesudab kepiting makan sampai kenyang (feeding maximun) dan dipantau selama 24 jam.
Nilai konsumsi oksigen yang diambil adalah pada jam ke 8 sampai 14. Metaboli sme rutin diukur dalam keadaan kepiting tetap diberi pakan dan melakukan aaktivitas hariannya Pakan yang digunakan adalah pakan buatan berbentuk bakso berkadar protein 35% dengan energi 15.2 MJ/kg pakan. Pemberian pakan dilakukan sarna dengan percobaan pengaruh salinitas pada
osmoregulasi kepiting bakau. Laju metabolisme dihitung dengan rnengkonversi nilai rata-rata konsumsi oksigen (g) x 13.78 kJ/g untuk laju metabolisme basal (Becker dan Fishelson 1986) dan konsurnsi oksigen (g) x 14.85 kJ/g unTUk laju metabolisme kenyang dan
30 rutin (Huisman 1976).
Specific dynamic aClion (SDA) ditentukan dati selisih
antara laju metabolisme kenyang dan laju metabolisme basal (SDA
~
LMK -
LMs). Pengukuran konsumsi oksigen dilakukan dengan menggunakan dissolved oksigen meIer (model 5509 lutron skala 0 sampai 20 ppm) selama 24 jam dengan
selang waktu pencatatan 30 menit. Nilai konsumsi oksigen (0 2) dihitung dengan menggunakan modifikasi
rumus Rosas el at. (2001) x LA
BB
dimana QO, adalab konsumsi oksigen (g O,ig bobot badanljam), 0,,,, adalab
konsentrasi O2 yang masuk ke dalam wadah (mgIL).
020ut
adalah konsentrasi O2
yang keluar wadab (mg/L), LA adalab kecepatan aliran air (Ujam), dan BB adalab bobot badan. Pengaruh Salinitas pads Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Kepiting Bakau
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas pada tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan kepiting bakau betina, dan menentukan salinitas optimum yang menghasilkan pertumbuhan kepiting bakau betina yang
maksimum. Percobaan dirancang dengan pola rancangan aeak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan.
Perlakuan dan tata
letak satuan pereobaan ini sarna dengan yang dipakai pada percobaan pengaruh salinitas pada osmoregulasi kepiting bakau. Wadah pereobaan yang digunakan adalah akuarium kaca dengan sistem resirkulasi berukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing 75 x 75 x 50 em berjumlah 12 buah yang diisi air media sesuai perlakuan salinitas setinggi 25 em dan dilengkapi dengan pompa aerasi. Setiap akuarium disekat menjadi 6 bagian kecil yang masing-masing berukuran 37.5 x 25 x 50 em (Gambar 6). Pada setiap
bagian akuarium yang disekat, sebagian dasamya diberi pasir setebal 10 em dan· balok.
31
Gambar 6 Wadah percobaan pemeliharaan kepiting bakau.
32 Kepiting uji yang digunakan berukuran bobot tubub 25 sampai 30 g dengan lebar karapas 3 sampai 4 em per ekor yang ditebar dengan kepadalan 1 ekor per sekat atau 6 ekor per wadab. Sebelum ditebar ke wadab pereobaan, bobot badan dan lebar karapas awal terlebih dabulu ditentukan dengan menggunakan timbangan elekttik merek TOA dan jangka sorong berketelitian masing-masing 0.001 g dan
om
mm. Selain itu, analisis proksimat dilakukan pada beberapa
ekor kepiting. Percobaan ini berlangsung selama 90 hari. Selama percobaan
berlangsung, kepiting diberi pakan seperti pada percobaan pengaruh salinitas pada osmoregulasi kepiting bakau. Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari yakni pada pukul 06.00 dan 18.00. Komposisi baban pakan pereobaan disajikan pada Lampiran I.
Untuk menjaga kualitas air media percobaan, sisa-sisa pakan dan kotoran kepiting uji setiap bari dibuang dengan cara menyipon. Penyiponan dilakukan dengan menggunakan selang plastik berdiameter 5116 inei. Sebelum dilakukan penyiponan, pompa aerasi dimatikan.
Sisa-sisa pakan yang
telah disipon
dikumpulkan dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada subu 105'C
untuk selanjutnya ditimbang, Agar kualitas air media senantiasa berada pada ambang batas kelayakan hidup kepiting bakau, dilakukan pergantian air sebanyak
25% setiap hari dan 75% setiap lima belas hari. Untuk mempertahankan salinitas perlakuan, maka dilakukan pengukuran salinitas pada setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan hand refraktometer. Jika teIjadi peningkalan salinitas,
dilakukan penambahan air tawar sampai salinitas media sesuai dengan perlakuan. Peubab yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, konsumsi pakan
pertumbuhan. produksi biomassa. fenomena molting. retensi nutrien, efisiensi pemanfaatan pakan, dan neraca energi kepiting bakau. Selain itu dilakukan pengukuran beberapa pammeter fisika kimia air. Pada akhir percohaaan,
dilakukan penimbangan bobot, pengukuran lebar karapas serta anaIisis proksimat
akhir kepiting uji. Analisis proksimat pakan dan kepiting uji dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Temak, Fakultas Petemakan, UNHAS.
Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Fakultas Hmu. Kelautan dan Perikanan, UNHAS, Makassar. Percobaan ini berlangsung selama 90 hari.
33
Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup kepiting uji dihitung dengan menggunakan rumus Huynh'dan Fotedar (2004) TKH~
Nt - - x 100 No
dimana TKH .dalah kelangsungan hidup kepiting uji (%), No .dalah jumlah kepiling uji pada awal percobaan (ekor), dan Nt adaIah jumlah kepiting uji yang hidup pad. akhir percobaan (ekor). Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung dengan menggunakan nunus Bomer dan Concklin (1981)
Dimana F ad.lah jumlah pakan yang dikonsumsi (g), I adalah jumlah pakan yang diberikan (g), dan S .dalah jumlah pakan yang tersisa. Laju Pertumbuban Robot Spesifik Harian
Laju pertumbuhan bobot spesifik harian dihitung dengan menggunakan rumus Changbo el al. (2004)
LPBSH
~
(In WI -In Wo) - - - - - x 100 I
dimana LPBSH adalah laju pertumbuhan bobot spesifik harian (%), Wo adalah bobot rata-rata kepiting bakau pada awal percobaan (g), Wt adalah bobol rata-rata kepiling bokau pada waktu t (g), dan I adaIah lama pemeliharaan (hari)
Pertumbuban Lebar Karapas Pertumbuhan lebar karapas kepiling dihitung dengan menggunakan rumus Catacutan (2002)
34
PLK ~ LK, - LK" dimana PLK adalah pertumbuhan lebar karapas kepiting uji (em), LK, adalah lebar kampas kepiting pada awol pereobaaan (em), dan LK, adalah lebar kampas
kepiting pada akhir percobaan (em) Produksi Biomassa
Produksi biomassa kepiting hakau setiap perlakuan dihitung berdasarkan perkalian antara hobot rata-rata individu dan jumlah kepiting yang hidup pada
akhir percobaan. Fenomena Molting
Fenomena molting yang diamati adalah waktu molting, frekuensi molting, periode waktu antarmolting,
kadar kalsium dan fosfor eksuvia pacta setiap
molting. Waktu molting adalah saat terjadinya molting menurut pembagian waktu dini hari (00.01 sarnpai 05.00), pagi hari (05.01 sampai 10.00), siang hari (10.01 sampai 14.00), sore hari (14.01 sarnpai 18.00), dan malam hari (18.01 sampai 00.00). Pengamatan waktu molting dilakukan sebanyak 6 kali setiap hari yaitu pada pukul 00.00;
05.00; 10.00; 14.00; 18.00 dan 22.00.
Frekuensi molting
adalah jumlah kejadian molting pacta individu kepiting yang sarna selarna
percobaan. Periode waktu antannolting adalah lamanya waktu antara molting pertama dengan molting berikutnya.
Pengamatan peubah-peubah tersebut
dilakukan dengan mengikuti petunjuk AOAC (1990), Affandi
ef
aI. (1994), dan
Gorochova (2000). Retensi Nutrien
Retensi nutrien yang diamati adalah perubahan kandungan protein CPr), lemak (L), energi (E), kalsium (Ca), dan fosfor (P). Untuk mengetahui
pertambahan protein, lemak, energi, kalsium, dan fosfor kepiting bakau dilakukan analisis proksimat. Analisis dilakukan pada awal dan akhir percobaan dengan menggunakan metode AOAC (1990). Selanjutnya dengan mengalikan kandungan
protein, lemak, energi, kalsium, dan fosfor pakan dengan jumlah berat kering
35 pakan yang dikonsumsi maka jumJah protein, lemak, energi, kalsium, dan fosfoT dapat ditentukan. Persentase retensi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus Takeuchi (1988) Pertambahan Pr, L, E, Ca dan P (g) Retensi Pr, L, E, Ca, dan P (%) ~ x 100 Total Pr, L, E, Ca dan P yang dikonsumsi (g)
dimana Pr adalah protein, L adalah lemak, E adalah energi, Ca adalah kalsium, dan P adalah fosfor.
Efisiensi Pemanfaatan Pakan Efisiensi pemanfaatan pakan dihitung berdasarkan rumus Lixin dan Shuanglin (2002) (Bt + Bm) - Bo EPP
~
x 100 F
dimana EPP adalah efisiensi pemanfaatan pakan (%), Bt adalah biomassa kepiting
pada akhir percobaan (g), Bo adalah biomassa kepiting pada awal percobaan (g),
Bm adalah biomassa kepiting yang mati selama percobaan (g), dan F adalah
j umlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g), Neraca Energi Neraea energi yang diamati adalah konsumsi energi, energi metabolis, dan Teteosi energi. Konsumsi energi (KE) ditentukan berdasarkan jumlah pakan yang
dikonsumsi dikali dengan kandungan energi pakan. Energi metabolis (EM) dihitung berdasarkan penjumlahan antara laju metabolisme rutin dan retensi energi (EM ~ LMR + RE).
Retensi energi (RE) dihitung dan besamya
penambahan energi dari bobot tubub kepiting selama pemeliharaan. Kadar energi
tubuh kepiting diukur dengan menggunakan born kalorimeter (adiabatic bomb calorimeter). Pacia akhir percobaan dilakukan perhitungan nilai laju metabolisme basal, kenyang, dan rutin. Besamya nilai metabolisme tersebut ditentukan berdasarkan
36 pada persamaan regresi yang diperoleh pada percobaan pengarub salinitas pada
metabolisme kepiting bakau yang mengacu pada hobot kepiting pada akhir percobaan.
Fisika Kimia Air
Selama percobaan berlangsung dilakukan pengukuran beberapa parameter fisika kimia air. Adapun parameter fisika kimia yang diukur serta metode pengukurannya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Parameter fisika kimia air yang diukur dan metode/alat yang digunakan No. I.
2. 3. 4. 5.
6.
Metode!Alat
Parameter
Salinitas (ppt)
Hand-refractometer (model atago s/milt, skala
0- 100 ppt) Termometer Hg (skala -20 sampai 50"C) Suhu ("C) pH meter (model HI 98107 skala 1,0 - 14,0) pH (unit) Oksigen terIarut (ppm) DO meter (model 5509 lutron skala 0 - 20 ppm) Amonia (ppm) Spektrofotometer Spektrofotometer Nitrit (ppm)
Pengaruh Kadar Protein Pakan pada Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Kepitiog Bakau pada Salinitas Optimum
Percobaan ini bertujuan uotuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein berbeda pada salinitas optimun pada pertwnbuhan kepiting
bakau betina. Selain itu, menentukan kadar protein pakan optimwn yang menghasilkan pertumbuhan kepiting bakau betina yang maksimum. Kepiting uji dan wadah yang digunakan pada percobaan ini sarna dengan percobaan pengaruh salinitas pada pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup
kepiting bakau. Salinitas yang digunakan adalah salinitas optimun yang didasarkan pada hasil percobaan pengaruh salinitas pada pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup kepiting bakau. Komposisi bahan pakan percobaan yang digunakan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan yang masingwmasing mempunyai 3 ulangan. Perlakuan
37 yang dicobakan adalah 4 jenis pakan buatan dengan kadar 30, 35, 40, ,dan 45% yang masing-masing diidentifikasi sebagai perlakuan A, B, C, dan D.
Peubah yang diteliti adalah tingkat kelangsungan hidup, konsumsi pakan,
pertumbuhan, produksi biomassa mutlak, fenomena molting, retensi Dutrien tuhuh, dan efisiensi pemanfaatan pakan kepiting bakau. Metode dan cara pengukuran sarna dengan yang dilakukan pada percobaan pengarub salinitas pada pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau. Percobaan berlangsung selama 90 hari.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji respon. Uji Tukey digunakan untuk membandingkan perbedaan antara perlakuan. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk serta keeratan
sebagai efek perlakuan dilakukan analisis teknik regresi-korelasi (Steel dan Torrie, 1993). Sebagai alat bantu untuk melaksanakan uji statistik tersebut digunakan pake! program SPSS, Adapun peubah kualitas air yang diperoleh dianalisis secarn deskriptif berdasarkan kelayakan kehidupan kepiting bakau.