METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2006, di PT Centralpertiwi Bahari yang berlokasi di Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Analisa asam lemak dilakukan di Laboratorium Food Technology Departement, PT Charoen Pokphan Indonesia.
Materi Penelitian
Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva udang vaname (Litopenaeus vannamei) stadia zoea 2 (Z2). Larva tersebut diperoleh dari hasil penetasan induk di Maturation and Nauplii Production Department PT Centralpertiwi Bahari.
Pakan Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang digunakan adalah rotifer (Brachionus rotundiformis) dan naupli Artemia yang diperkaya dengan DHA 70 G. Rotifer sebagai pakan uji diperoleh dari hasil kultur di Algae Production Department PT Centralpertiwi Bahari, sedangkan naupli Artemia berasal dari penetasan kista merk Mackay dengan hatching rate 90%. Pakan buatan yang digunakan adalah CP Star 100, 200 dan 300 (protein 38%, lipid 9.5%, serat 4%, dan abu 15%), Lanzy-Shrimp ZM, MPL dan PL (protein 48%, lipid 13%, serat kasar 2.5% dan kadar air 8%). Bahan pengkaya rotifer dan Artemia adalah DHA 70G (Nippon Kagaku Shiryo Co., LTD, Japan; mengandung 70.7% DHA dan 5.2% EPA).
Wadah dan Media Wadah penelitian yang digunakan adalah toples plastik 1.5 liter yang diisi dengan air laut sebanyak 1 liter. Air media yang digunakan adalah air laut bersalinitas 31 ppt dan sebelum digunakan telah melewati proses ozonisasi. Kemudian air laut tersebut ditampung dalam fiber 500 liiter dan diberi EDTA 5 ppm sebelum digunakan. Untuk mempertahankan suhu media pemeliharaan agar tetap stabil, maka semua wadah penelitian ditempatkan dalam system water
11
bath yang diberi thermostat sehingga suhunya berada pada kisaran 29-31ºC. Sedangkan untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarutnya, setiap wadah penelitian diberi aerasi dengan menggunakan selang yang dihubungkan dengan pipet Pasteur. Wadah penelitian diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Wadah penelitian
Pengamatan kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut. Suhu diukur dengan thermometer batang dan salinitas diukur dengan hand refraktrometer Atago Smill yang masing-masing diamati setiap hari. Oksigen terlarut dan pH dilakukan pengukuran setiap dua hari sekali mengunakan DO meter YSI 51B dan pH meter WTW 320. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian suhu 30 ºC, salinitas 31 ppt, pH penelitian pertama 8.15-8.37 dan penelitian kedua 8.25-8.27, oksigen terlarut pada penelitian pertama 5.40-5.55 mg/l dan penelitian kedua 5.06-5.48 mg/l (Lampiran 1).
12
Metode Pemeliharaan
Penyediaan Rotifer Rotifer (Brachionus rotundiformis) diperoleh dari hasil kultur dengan menggunakan bak bervolume 1 ton (Lampiran 2). Pakan yang digunakan untuk rotifer adalah phytoplankton jenis Nannochloropsis sp yang sebelumnya dikultur pada bak berukuran 1 ton (Lampiran 2).
Penetasan Kista Artemia Untuk memperoleh naupli Artemia , kistanya diinkubasi selama 24 jam di dalam wadah penetasan yang terbuat dari fiber dengan dasar berbentuk kerucut berkapasitas 230 liter (Lampiran 2). Media air laut yang digunakan bersalinitas 30-32 ppt, dan kepadatan kista yang ditetaskan adalah 5 gr/lt. Selama proses penetasan wadah diaerasi kuat. Kista yang menetas dipanen lewat bawah dengan menyaring dengan planktonet mesh 300.
Pengkayaan Rotifer dan Naupli Artemia Bahan yang digunakan untuk pengkayaan Brachionus rotundiformis dan naupli Artemia adalah DHA 70 G (Nippon Kagaku Shiryo Co., LTD, Japan; mengandung 70,7% DHA dan 5,2% EPA).
Pengkayaan Rotifer Untuk teknik pengkayaan rotifer adalah dengan memasukkannya ke dalam ember berkapasitas 10 liter yang diisi air laut dengan kepadatan 1000 ind/ml. Salinitas air laut berkisar 30-32 ppt dan dilakukan aerasi. Bahan pengkaya dan kuning telur (sesuai dengan dosis perlakuan) dimasukkan ke dalam air akuadest 200 ml dan diemulsikan selama 2 menit (Suprayudi et al. 2002). Setelah diemulsikan, media pengkaya tersebut dimasukkan ke dalam wadah pengkayaan yang telah berisi rotifer. Pengkayaan dilakukan selama 6 jam.
Pengkayaan naupli Artemia Untuk teknik pengkayaan naupli Artemia adalah dengan memasukannya ke dalam fiber berkapasitas 230 liter yang diisi air laut dengan kepadatan 200000 ind/l (Karim 1998). Salinitas air laut yang digunakan berkisar 30-32 ppt dan
13
dilakukan aerasi. Bahan pengkaya dan kuning telur (sesuai dengan dosis perlakuan) dimasukkan ke dalam akuadest 200 ml dan diemulsikan selama 2 menit (Suprayudi et al. 2002). Setelah diemulsikan, media pengkaya tersebut dimasukkan ke dalam wadah pengkayaan yang telah berisi naupli Artemia . Pengkayaan dilakukan selama 12 jam (Karim 1998).
Pemeliharaan Induk Induk yang digunakan merupakan jenis SPF (Spesific Pathogen Free) yang berasal dari Hawaii, USA. Bobot induk betina yang digunakan sebesar 50 g dan bobot induk jantannya sebesar 40 g. Induk udang vaname yang telah diablasi dipelihara dalam bak beton yang berukuran 3x11x0,9 m yang diisi dengan air laut sebanyak 24 – 28 ton dengan salinitas 30-32 ppt dan suhu 25ºC. Pada bak pemeliharaan tersebut dilengkapi sistem sirkulasi dan diberi aerasi. Selama pemeliharaan, induk udang vaname diberi pakan berupa cacing 6 kali sehari sebanyak 25% bobot biomas/hari. Untuk menjaga kualitas air setiap hari dilakukan pergantian air sebanyak 200% dan penyiponan untuk membersihkan feces dan sisa pakan yang tidak termakan. Seleksi induk matang telur dilakukan setiap hari selama pemeliharaan, yang dimulai pada hari ke dua setelah ablasi. Seleksi dilakukan terhadap induk betina yang telah mencapai tingkat kematangan gonad ke-4 (TKG-4), yang ditandai dengan penuhnya ovary di daerah punggung, setelah itu induk dipindahkan ke bak spawning bervolume 2,5 ton.
Penetasan Telur dan Pemanenan Naupli Vaname Pelepasan telur biasanya terjadi 24 jam setelah induk dipindahkan ke bak spawning. Selama proses penetasan telur dilakukan pengadukan telur untuk mencegah terjadinya pengendapan di dasar bak. Induk yang telah mengeluarkan telur kemudian dipindahkan lagi ke bak pemeliharaan. Penetasan telur biasanya terjadi 12-18 jam setelah induk spent, dan dilakukan di bak spawning. Naupli yang telah mencapai instar 5 kemudian dipanen dan harus memenuhi kriteria bebas dari SEMBV, IHHNV, TSV, luminescent bakteri dan jamur serta memiliki hatching rate > 30% . Pemanenan naupli dilakukan dengan mematikan aerasi di bak spawning dan menghidupkan lampu pijar agar naupli cepat naik ke permukaan dan siap dipanen dengan menggunakan seser halus kemudian diambil dengan gayung
14
Sampel Asam Lemak Untuk mengetahui kadar asam lemak n-3 yang ada pada rotifer, Artemia dan larva udang vaname dilakukan dengan memelihara larva udang vaname di wadah yang terpisah. Wadah yang digunakan adalah fiber berbentuk bulat dengan volume 500 liter sebanyak 5 buah untuk penelitian tahap pertama dan 4 buah untuk penelitian tahap kedua. Wadah tersebut diisi air laut sebanyak 450 liter dan diisi dengan larva udang vaname dengan kepadatan 100 ind/l serta diaerasi dan diberi thermostat. Setiap hari larva udang vaname diberi pakan sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Setiap pengambilan sampel diambil sebanyak 2 g dengan saringan kemudian dimasukkan dalam plastik kedap udara dan disimpan di dalam freezer.
Rancangan Penelitian dan Analisa Data
Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang dilakukan dalam dua tahap dan masing-masing perlakuan dalam kedua tahap tersebut terdiri dari 3 ulangan. Penelitian pertama adalah pengkayaan dengan DHA 70G terhadap rotifer yang akan diberikan pada larva udang vaname stadia Z2 sampai PL1. Perlakuan pada penelitian tahap pertama ini adalah : A. Pakan buatan tanpa pemberian rotifer B. Rotifer+minyak kelapa 100 µL/L+pakan buatan C. Rotifer+DHA 70G 25 µL/L+minyak kelapa 75 µL/L+pakan buatan D. Rotifer+DHA 70G 50 µL/L+minyak kelapa 50 µL/L+pakan buatan E. Rotifer+DHA 70G 75 µL/L+minyak kelapa 25 µL/L+pakan buatan Pada tahap kedua adalah pengkayaan dengan DHA 70G terhadap Artemia yang akan diberikan pada larva udang vaname stadia PL1 sampai PL10. Perlakuan pada penelitian tahap kedua ini adalah : A. Artemia+minyak kelapa 100 µL/L+pakan buatan B. Artemia+DHA 70G 25 µL/L+minyak kelapa 75 µL/L+pakan buatan C. Artemia+DHA 70G 50 µL/L+minyak kelapa 50 µL/L+pakan buatan D. Artemia+DHA 70G 75 µL/L+minyak kelapa 25 µL/L+pakan buatan
15
Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh rotifer dan Artemia yang telah diperkaya dengan asam lemak terhadap tingkat kelangsungan hidup dan intermolt period, data diplotkan dalam suatu tabel dan dilakukan analisis sidik ragam antar perlakuan. Apabila hasil analisa sidik ragam menunjukkan perbedaan nyata kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan (Program SPSS 13.0 for Windows). Untuk data kandungan asam lemak dan kualitas air akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diinterprestasikan secara deskriptif.
Pelaksanaan Penelitian Penelitian Tahap Pertama Setelah mendapatkan naupli dari induk udang vaname yang telah dipijahkan, larva dipelihara pada tank 500 liter untuk dipelihara sampai dengan stadia Z2. Setelah berubah menjadi stadia Z2, larva udang vaname dipindahkan pada wadah penelitian. Sebelum memasukkan hewan uji dalam wadah penelitian, wadah tersebut terlebih dahulu ditempatkan secara acak pada system water bath dan diisi dengan air laut sebanyak 1 liter dan diberi aerasi. Kemudian larva udang vaname dimasukkan dalam wadah penelitian dengan kepadatan 100 ind/l, kemudian diberikan pakan sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Jumlah rotifer yang diberikan ditunjukkan pada Tabel 1. Larva tersebut dipelihara sampai dengan stadia PL1. Penelitian tahap pertama ini untuk melihat respon terhadap tingkat kelangsungan hidup yang paling bagus dari 7 perlakuan tersebut.
Penelitian Tahap Kedua Setelah mendapatkan naupli dari induk udang vaname yang telah dipijahkan, larva dipelihara pada tank 500 liter untuk dipelihara sampai dengan stadia mysis 3. Selama pemeliharaan larva udang vaname diberi pakan sesuai hasil penelitian pertama yang memberikan respon terbaik untuk tingkat kelangsungan hidup. Setelah berubah menjadi PL1, larva udang vaname dipindahkan pada wadah penelitian. Sebelum memasukkan hewan uji dalam wadah penelitian, wadah tersebut terlebih dahulu ditempatkan secara acak pada system water bath dan diisi dengan air laut sebanyak 1 liter dan diberi aerasi. Kemudian larva udang vaname dimasukkan dalam wadah penelitian dengan kepadatan 100 ind/l, kemudian diberikan pakan sesuai dengan perlakuan yang
16
diberikan. Jumlah naupli Artemia yang diberikan ditunjukkan pada Tabel 1. Larva tersebut dipelihara sampai dengan stadia PL 10. Pakan buatan ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan skala terkecil 0,0001 gr. Jumlah pakan buatan yang diberikan pada kedua tahap percobaan seperti ditunjukkan pada Lampiran 3. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 kali sehari, 2 kali untuk pakan alami dan 3 kali untuk pakan buatan. Pemberiannya dilakukan pada jam 04.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan jam 23.00. Untuk membuang pakan yang tersisa dan mempertahankan kualitas air dilakukan pergantian air pada pagi hari. Pengamatan stadia larva dilakukan pagi hari, jika ditemukan stadia yang berbeda pada wadah perlakuan yang sama, maka larva tersebut dipisahkan pada wadah yang berbeda. Kualitas air yang diamati adalah suhu air dan salinitas yang diamati setiap hari serta pH dan kandungan oksigen terlarut yang diamati setiap dua hari sekali. Pengamatan kualitas air tersebut dilakukan pada pagi hari. Disamping penelitian dalam wadah 1 liter, juga dilakukan pemeliharaan larva udang vaname pada wadah 500 liter dengan perlakuan yang sama dengan wadah 1 liter untuk mengambilan sampel pada pengamatan kandungan asam lemak larva udang vaname tersebut. Tabel 1. Jumlah rotifer dan Artemia (ind/ml) yang diberikan Stadia
Rotifer (ind/ml)
Z2
2
Z3
5
Z3-2
7
M1
10
M2
15
M3
20
M3-2
25
Artemia (ind/ml)
PL1 – PL 7
8
PL 8 – PL 10
10
17
Metode Pengukuran dan Pengamatan Peubah
Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup larva udang vaname selama pemeliharaan dihitung dengan menggunakan rumus : SR = Nt/No x 100% Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup larva udang vaname (%) Nt = Jumlah larva udang vaname yang hidup sampai akhir penelitian No = Jumlah larva udang vaname pada awal penelitian
Intermolt Period Intermolt periode larva udang vaname dihitung dengan menggunakan rumus (Suprayudi et al. 2004), yaitu:
∑ ∑
⎡ N. t ⎤ Dt = ⎢ ; ⎥ N ⎥⎦ ⎢⎣
Keterangan : Dt = Development time atau intermolt period (hari) N = jumlah larva dengan stadia pada waktu tertentu t = waktu Analisis Kimia Analisis asam lemak dilakukan pada rotifer, Artemia dan larva udang vaname stadia zoea 3, mysis 2, PL1, PL5 dan PL10. Asam lemak yang diamati meliputi eicosapentaenoic acid (EPA), docosahexaenoic acid (DHA), arachidonic acid (AA), linoleic acid (LA) dan linolenic acid (LNA). Metode analisa asam lemak tersebut dijelaskan lebih rinci pada Lampiran 4 dan 5.