8
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.
Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi 1.1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, akuades, dan larutan gliserin. 1.1.2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain patok, meteran gulung 25 m, tali raffia, pit fall trap, sekop, gelas plastik, sendok, baki plastik, core sampler, kantung kain, piring plastik, plastik, kertas label, pipet tetes, tissue, ice box, botol film, botol vital, timbangan tanah, kamera, soil tester, alat tulis, termohigrometer, Barlese Tullgren, cawan petri, spuit, botol spesimen dan mikroskop stereo. 1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di lahan pertanian organik dan intensif di Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan. 1.3. Deskripsi Lokasi dan Teknologi Pengolahan Lahan Pertanian yang diteliti terletak lereng Gunung Slamet bagian selatan, tepatnya di Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. Desa Melung memiliki topografi berbukit-bukit dengan kemiringan rata-rata 45% serta berada pada ketinggian rata-rata 400-700 m dpl. Selain itu Desa Melung juga termasuk beriklim sejuk dengan suhu ratarata 20°C-29°C dan kelembaban rata-rata 70%-85% serta curah hujan cukup tinggi antara 3000-4000 mm per tahun. Tekstur tanah di Desa Melung yaitu
9
tanah liat berpasir, subur, dan gembur. Lahan pertanian organik banyak ditanami tanaman holtikultura, antara lain caisim, sawi, kangkung, cabai, buncis dan daun bawang. Sedangkan, lahan pertanian intensif ditanami tanaman cabai, bayam, sawi dan kentang. Cara pengolahan tanah di lahan pertanian organik yaitu dilakukan tanpa penyemprotan herbisida atau pembasmi hama lainnya dan budidaya tanaman hanya menggunakan pupuk kandang. Kemudian, cara pengolahan tanah di lahan pertanian intensif yaitu sebelum ditanami tanaman, dilakukan penyemprotan herbisida kemudian setelah penanaman tanaman, langsung diberikan pupuk anorganik. Selain itu, sistem pertanian di Desa Melung kurang lebih telah berjalan selama lima tahun. 2.
Metode Penelitian 2.1. Pengambilan Sampel Penelitian
ini
menggunakan
metode
survey
dengan
teknik
pengambilan sampel, secara sistematik menggunakan line transek. Line transek dibuat dengan cara menarik garis secara diagonal pada masingmasing lahan. Pada setiap line transek ditentukan menjadi lima kuadran dengan luas per kuadran kurang lebih 1 m2 (Gambar 2.1.1). Pengambilan sampel menggunakan perangkap jebak (pit fall trap) dan core sampler yang dipasang secara sistematik pada masing-masing kuadran (Ward et al., 2001). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3x. Tata letak penentuan titik sampling tertera pada gambar 2.1.1 berikut ini:
10
Gambar 2.1.1. Tata letak titik sampling Coleoptera
2.2.1. Cara Kerja Penelitian Cara pengambilan sampel menggunakan pit fall trap, digunakan untuk menjebak serangga yang aktif merayap dipermukaan tanah. Pit fall trap berupa gelas plastik yang dipasang pada masing-masing kuadran. Setiap kuadran dipasang satu Pit fall trap dengan letak yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan penelitian. Gelas plastik yang telah diisi alkohol 70% setinggi 1/3 gelas dan ditambahkan larutan gliserin sebanyak 3 tetes, ditanam ke dalam tanah dengan permukaan rata dengan tanah. Pit fall trap dipasang selama 3 x 24 jam. Di atas gelas dipasang atap berupa seng untuk melindungi gelas dari hujan. Setelah tiga hari serangga yang diperoleh diambil dan dimasukkan ke dalam botol film berisi alkohol 70%, untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium guna proses enumerasi. Teknik sampling yang lain adalah menggunakan core sampler untuk mengoleksi serangga yang ada di dalam tanah. Core sampler berdiameter 5 cm. Sampel tanah diambil menggunakan core sampler pada kedalaman 5 cm pada masing-masing kuadran. Sampel tanah diambil sebanyak tiga kali ulangan per kuadran dan dimasukkan dalam kantung kain. Selama
11
pengangkutan menuju laboratorium sampel tanah perlu diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari hujan dan panas. Sesampainya di laboratorium sampel tanah di timbang dahulu, kemudian diproses dengan corong Barlese Tullgren yang dimodifikasi. Seluruh spesimen yang diperoleh dari pit fall trap maupun core sampler disimpan dalam botol film berisi alkohol 70% untuk selanjutnya dilakukan enumerasi dan identifikasi. 2.2.2. Pengukuran Faktor Lingkungan Penentuan data faktor lingkungan dilakukan dengan mengukur suhu tanah, kelembaban tanah dan pH tanah menggunakan soil tester. Kemudian pengukuran
suhu
dan
kelembaban
udara
dengan
menggunakan
termohigrometer dan dilakukan pada saat pengambilan sampel. 2.2.2. Identifikasi Sampel Setelah sampai di laboratorium masing-masing sampel tanah yang diperoleh dari lapangan ditimbang terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam Berlese-Tullgren funnel. Berlese-Tullgren funnel ditutup dengan kertas aluminium setelah sebelumnya diberi lampu 5 watt supaya serangga tanah bergerak turun. Ekstraksi dilakukan selama 5 hari, serangga tanah yang diperoleh ditampung dalam botol penampung yang berisi alkohol 70%. Selanjutnya dilakukan penyortiran sebelum ke tahapan identifikasi. Penyortiran dilakukan yaitu dengan pemisahan Coleoptera dari fauna tanah yang lainnya dan selanjutnya dilakukan enumerasi. Coleoptera yang diperoleh kemudian diidentifikasi di laboratorium Entomologi-Parasitologi Universitas Jenderal Soedirman hingga tingkat spesies dengan mengacu pada buku identifikasi Borror et al. (1992), Chung (2003), Bousquet (1990), serta beberapa jurnal ilmiah.
12
3.
Metode Analisis Data 1. Indeks analisis keragaman digunakan berdasarkan (Magurran, 1988): 1.1
Indeks Shannon-Winner H’ = - ∑ Pi In Pi dimana Pi = ni / N Total Keterangan:
H’: Indeks keragaman Pi : Proporsi spesies ke-i sampel total ni : Jumlah individu spesies ke-i i : Spesies ke-i N : Jumlah total spesies
Nilai hasil perhitungan indeks keragaman (H’) tersebut menunjukkan bahwa jika: H>3
: Keragaman spesies tinggi
1
1.2
: Keragaman spesies rendah
Indeks Kesamaan Morista-Horn CMH
=
2 ∑ ( ani x bni ) (da + db) aN x bN
da = ∑ ani2 aN2 Keterangan:
db = ∑ bni2 bN2 CMH : Indeks kesamaan/ketidaksamaan Morista-Horn aN : Jumlah total individu pada habitat a bN : Jumlah total individu pada habitat b ani bni da db
: Jumlah spesies total pada habitat a : Jumlah spesies total pada habitat b : Individu total pada spesies ke-i pada habitat a : Individu total pada spesies ke-i pada habitat b
2. Kelimpahan dan komposisi kumbang koprofagus di analisis dengan menggunakan Uji T-test pada tingkat kesalahan 10% dan 20%.