BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari awal Oktober 2008 sampai akhir November 2009.
Penyiapan Tanaman Pakan Tanaman brokoli (Brassica oleracea L. var. italica Plenck cv. Green Magic) yang digunakan sebagai sumber pakan untuk larva C. pavonana ditanam dalam kantung plastik hitam (polybag) kapasitas 5 kg. Benih brokoli disemai pada nampan semai berisi 50 lubang yang diisi media tanam Super Metan (PT.Enka Saritani, Jakarta). Saat penyemaian juga dilakukan pemupukan dengan pupuk majemuk “Dekastar” NPK 22-8-4 dengan dosis 1-2 butir per lubang tanam. Setelah bibit brokoli berumur 4 minggu, bibit dipindahkan ke polybag (5 l) yang berisi media tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 (w/w). Tanaman dipelihara dengan baik setiap hari dengan melakukan penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama secara mekanis jika ditemukan hama pada tanaman. Setelah tanaman berumur 2 bulan, tanaman siap digunakan sebagai sumber pakan dan bahan perlakuan larva C. pavonana.
Pembiakan Serangga Uji Serangga uji yang digunakan adalah larva instar II C. pavonana yang merupakan hasil perbanyakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman IPB.
Pembiakan serangga tersebut
dilakukan mengikuti prosedur yang digunakan oleh Prijono dan Hassan (1992). Telur C. pavonana diperoleh dengan meletakkan daun brokoli bertangkai yang diletakkan pada botol film berisi air dalam kurungan plastik-kasa berbingkai kayu (50 cm x 50 cm x 50 cm). Menjelang menetas kelompok telur dipindahkan ke dalam kotak plastik (28 cm x 20 cm x 5 cm) berjendela kasa yang dialasi dengan kertas stensil, lalu di dalamnya diletakkan daun brokoli bebas pestisida sebagai
pakan larva. Menjelang berpupa, larva dipindahkan ke dalam wadah plastik lain yang berisi serbuk gergaji sebagai medium berpupa.
Insektisida Uji Insektisida yang digunakan ialah formulasi berbahan aktif Bacillus thuringiensis (Bt) (Bactospeine WP, bahan aktif δ-endotoksin B. thuringiensis Berliner serotype H.14 16,000 IU/mg) dan emamektin benzoat (Proclaim 19 EC, bahan aktif 19 g/l), masing-masing diperoleh dari PT. Exindo Raharja Pratama dan PT. Syngenta, Jakarta.
Metode Pengujian Pengujian insektisida tunggal dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji pendahuluan dan uji lanjutan. Pada uji pendahuluan, formulasi Bt diuji pada tiga taraf konsentrasi, yaitu 0,25; 0,5; dan 1 g/l, sedangkan formulasi emamektin benzoat diuji pada empat taraf konsentrasi, yaitu 0,0019; 0,019; 0,475; dan 0,19 mg/l.
Semua pengujian dilakukan dengan menggunakan metode celup daun.
Formulasi Bt dan emamektin benzoat diencerkan dengan air suling (akuades) yang mengandung perekat Agristick 0,5 ml/l sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan, sedangkan larutan kontrol berupa air suling yang mengandung perekat Agristick 0,5 ml/l. Daun brokoli yang dipotong dengan ukuran 4 cm x 4 cm dicelup satu per satu dalam suspensi bahan uji pada konsentrasi tertentu atau larutan kontrol sampai basah merata, kemudian dikeringudarakan di atas kertas stensil di dalam kamar asap (fume hood). Daun perlakuan dan kontrol diletakkan secara terpisah dalam cawan petri (diameter 9 cm) yang dialasi tisu yang ukurannya melebihi ukuran cawan sehingga cawan tertutup rapat dan larva tidak dapat keluar dari cawan petri.
Cawan petri yang dialasi tisu tersebut diletakkan pada posisi
terbalik. Selanjutnya 15 ekor larva instar II C. pavonana yang baru berganti kulit dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi daun perlakuan atau daun kontrol. Larva diberi makan daun perlakuan selama 2 x 24 jam, dan 24 jam berikutnya larva diberi daun tanpa perlakuan. Larva diamati setiap hari sampai hari ke-3 (72 jam sejak awal perlakuan [JSAP]). Pada uji pendahuluan ini, perlakuan dengan Bt
diulang tiga kali sedangkan perlakuan dengan emamektin benzoat diulang empat kali. Pada uji lanjutan, formulasi Bt dan emamektin benzoat masing-masing diuji pada enam taraf konsentrasi yang diharapkan akan menghasilkan kematian larva C. pavonana antara 10% dan 100%. Konsentrasi formulasi Bt yang diuji ialah 0,1; 0,14; 0,18; 0,22; 0,26; dan 0,3 g/l, sedangkan konsentrasi bahan aktif emamektin benzoat yang diuji adalah 1,9; 3,04; 4,18; 5,32; 6,46; dan 7,6 µg/l. Kisaran konsentrasi tersebut ditentukan berdasarkan hasil uji pendahuluan (Lampiran 1 dan 2). Cara pengujian sama seperti uji pendahuluan, tetapi dalam uji lanjutan ini setiap perlakuan diulang enam kali dan pengamatan dilakukan tiap hari sampai hari ke-4 (96 JSAP). Data mortalitas larva kumulatif pada 72, dan 96 JSAP diolah dengan analisis probit menggunakan program POLO-PC (LeOra Software 1987). Data persentase larva yang telah menjadi instar III pada 48 JSAP dan yang telah menjadi instar IV pada 96 JSAP diolah dengan sidik ragam berdasarkan rancangan acak lengkap dan pembandingan nilai tengah antar perlakuan dilakukan dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Analisis statistika dilakukan dengan menggunakan paket program SAS (SAS Institute 1990). Formulasi Bt dan emamektin benzoat (EB) juga diuji dalam bentuk campuran dengan tiga macam perbandingan konsentrasi, yaitu perbandingan konsentrasi formulasi Bt dan bahan aktif EB dalam campuran pertama (C1), campuran kedua (C2), dan campuran ketiga (C3) berturut-turut 15.789,5:1, 31.579:1, dan 94.737:1 (w/w).
Perbandingan konsentrasi Bt dan EB dalam
campuran kedua sekitar perbandingan LC50 kedua insektisida tersebut. Proporsi konsentrasi formulasi Bt dalam campuran pertama diturunkan menjadi setengahnya relatif terhadap proporsi konsentrasi EB. Pada campuran ketiga, proporsi konsentrasi formulasi Bt dinaikan tiga kali relatif terhadap proporsi konsentrasi EB. Setiap campuran diuji pada enam taraf konsentrasi seperti yang dicantumkan pada Tabel 1. Cara perlakuan, pengamatan, dan analisis data sama seperti pada pengujian insektisida tunggal.
Tabel 1 Konsentrasi campuran formulasi B. thuringiensis (Bt) dan emamektin benzoat (EB) dalam pengujian aktivitas campuran Konsentrasi Bt + EB
Campuran
( g/l + µg/l) 0,0675 + 4,275 0,059 + 3,743
C1
0,0565 + 3,563
(Bt + EB = 15.789,5:1)
0,0422 + 2,67 0,03375 + 2,138 0,025 + 1,606 0,12 + 3,8 0,105 + 3,325
C2
0,09 + 2,85
(Bt + EB = 31.579:1)
0,075 + 2,375 0,06 + 1,9 0,045 + 1,425 0,18 + 1,9 0,1575 + 1,663
C3
0,135 + 1,425
(Bt + EB = 94.737:1)
0,1125 + 1,188 0,09 + 0,95 0,0675 + 0,713
Analisis Sifat Aktivitas Campuran Bakteri Bt bekerja dengan merusak dinding saluran pencernaan makanan serangga yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian (Glare & O’Callaghan 2000) dan emamektin benzoat bekerja dengan menghambat hantaran impuls saraf yang akhirnya dapat mengakibatkan kelumpuhan dan kematian serangga (Jansson & Dybas 1997).
Karena itu, aktivitas campuran Bt dan emamektin benzoat
dianalisis berdasarkan model kerja bersama berbeda dengan menghitung indeks kombinasi (IK) pada taraf LC50 dan LC95 (Chou & Talalay 1984):
1 (cm) IK = LCX 1 LCX
LCX2 (cm) LCX2
LCX1 (cm) x LCX2 (cm) LCX2 LCX1
LCx1 dan LCx2 masing-masing merupakan LCx formulasi Bt dan emamektin benzoat pada pengujian secara terpisah; LCx1(cm) dan LCx2(cm) masing-masing merupakan LCx formulasi Bt dan emamektin benzoat dalam campuran yang mengakibatkan mortalitas x (misal 50% dan 95%). Nilai LCx dalam campuran diperoleh berdasarkan pengalian LCx campuran dengan proporsi konsentrasi komponen formulasi Bt dan emamektin benzoat dalam campuran. Kategori sifat interaksi campuran adalah sebagai berikut (Gisi 1996; Kosman & Cohen 1996): (1) bila IK < 0,5, komponen campuran bersifat sinergistik kuat; (2) bila 0,5 ≤ IK ≤ 0,77, komponen campuran bersifat sinergistik lemah; (3) bila 0,77 < IK ≤ 1,43, komponen campuran bersifat aditif; (4) bila IK > 1,43, komponen campuran bersifat antagonistik.