BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan destruktif dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Uji fitokimia dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 – Maret 2012.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kemuning yang berasal dari biji, kotoran ayam, kotoran kambing, polybag hitam ukuran 15 cm x 7.5 cm, bahan laboratorium, arang sekam, dan tanah. Alat yang digunakan alat ukur, timbangan, gunting stek, sprayer, alat pertanian, alat laboratorium, paranet dengan naungan 55%, dan alat tulis.
Metode Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu komposisi media dan jenis pupuk organik dengan lima taraf perlakuan: 1. P0 = tanpa pemupukan 2. P1 = media campuran kotoran kambing dengan fertigasi kotoran kambing. 3. P2 = media campuran kotoran kambing dengan fertigasi kotoran ayam. 4. P3 = media campuran kotoran ayam dengan fertigasi kotoran kambing. 5. P4 = media campuran kotoran ayam dengan fertigasi kotoran ayam.
11
Tiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 25 tanaman dengan satu tanaman per polybag, sehingga populasi kemuning seluruhnya adalah 375 tanaman. Model statistika untuk rancangan dengan data yang menyebar normal pada penelitian ini adalah: Yij
µ
βi
Pj
εij
Yij
= Pertumbuhan tanaman dari aplikasi pemupukan ke-j.
µ
= Nilai rataan umum hasil pengamatan.
βi
= Pengaruh aditif dari ulangan ke-i (i = 1, 2, 3).
Pj
= Pengaruh aplikasi pemupukan pada faktor pertumbuhan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5).
εij
= Pengaruh acak dari komposisi pemupukan ke-j.
Data analisis mengunakan analisis ragam (uji F) pada taraf kesalahan 5%. Apabila hasilnya berpengaruh signifikan maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat perbandingan nilai tengah tiap parameter yang diamati antar perlakuan (Gomez dan Gomez, 1995).
Pelaksanaan Percobaan Pembibitan Bibit yang digunakan adalah bibit hasil persemaian dari biji yang tingginya telah mencapai lebih kurang 5-10 cm. Jumlah bibit yang digunakan sebanyak 375 bibit. Bibit yang digunakan merupakan bibit yang segar, tidak terserang hama dan penyakit, bentuk pertumbuhan normal, dan tidak cacat. Cara penanamannya, setiap bibit dipindahkan dari polybag persemaian ke polybag baru yang telah diisi media sesuai dengan perlakuan masing-masing. Komposisi media arang sekam, tanah, dan pupuk organik yakni 1:1:1 (v/v). Setelah itu, seluruh polybag berisi tanaman diletakkan di dalam net house. Tujuan diletakkan di dalam net house yakni untuk melindungi tanaman yang masih rentan
12
terhadap perubahan lingkungan yang akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemeliharaan Pemeliharaan selama penelitian yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Aplikasi penyiraman dilakukan setiap hari. Aplikasi fertigasi dilakukan setiap dua minggu sekali dengan dosis 60 ml. Dosis 60 ml dipilih berdasarkan kapasitas lapang terbesar pada komposisi media (Lampiran 1). Pupuk kandang yang digunakan untuk fertigasi, menggunakan konsentrasi yang digunakan oleh Lestari (2011), yakni 1 kg bahan per 5 liter air. Larutan pupuk kandang diaduk hingga tercampur rata dan langsung diaplikasikan ke tanaman. Pengamatan Pengamatan yang diamati adalah karakter morfologi tanaman yang terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anak daun, jumlah cabang, luas daun, dan bobot tanaman. Pengamatan juga dilakukan terhadap karakter fisiologi berupa analisis bahan bioaktif daun yang dilakukan secara kualitatif meliputi kandungan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, triterponoid, dan steroid. Untuk menunjang penelitian juga dilakukan pengamatan bobot jenis media dan kapasitas lapang media. Pengamatan dimulai pada 2 minggu setelah perlakuan (MSP). Parameter yang diamati antara lain: 1. Tinggi tanaman (Gambar 1a) Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang utama yang menyentuh tanah hingga titik tumbuh batang utama yang diukur seminggu sekali. 2. Jumlah daun (Gambar 1b) Jumlah daun yang dihitung yaitu daun telah membuka sempurna pada seluruh tanaman yang diukur seminggu sekali. 3. Jumlah anak daun (Gambar 1c) Jumlah anak daun yaitu banyaknya lembaran anak daun pada tiap daun yang dihitung seminggu sekali.
13
4. Jumlah cabang (Gambar 1d) Jumlah cabang yang muncul dari batang utama yang diukur seminggu sekali. 5. Jumlah bunga (Gambar 1e) Jumlah bunga yang telah mekar sempurna yang dihitung seminggu sekali. 6. Jumlah buah (Gambar 1f) Jumlah buah yang terbentuk yang dihitung seminggu sekali. 7. Panjang akar (Gambar 1g) Panjang akar diukur sebulan sekali dengan metode destruktif.
(a)
(d) Gambar 1.
(b)
(e)
(c)
(f)
(g)
Karakter Morfologi yang Diamati (a) Tinggi tanaman, (b) Jumlah Daun, (c) Jumlah Anak Daun, (d) Jumlah Cabang, (d) Jumlah Bunga, (f) Jumlah Buah, dan (g) Panjang Akar
8. Luas daun per tanaman Luas daun per tanaman dihitung dengan metode penimbangan, dengan menggunakan rumus: LD = LD1 x BD BD1 Keterangan: LD
= Luas daun (cm2)
LD1 = Luas daun 1 x 1 cm2
14
BD = Bobot daun (g) BD1 = Bobot daun 1 x 1 cm2 (g) 9. Bobot tanaman Bobot tanaman dihitung untuk mengetahui pengaruh interaksi media dan pupuk organik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kemuning, yang dilihat melalui laju tumbuh relatif dan laju asimilasi basah yang dihitung sebulan sekali dengan menggunakan rumus: LTR = ln W2 – ln W1 T2 – T1 LAB = W2 – W1 x ln A2 – ln A1 A2 – A1
T2 – T1
Keterangan: LTR = Laju Tumbuh Relatif (g/bulan) LAB = Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/bulan) T1
= Waktu pengamatan awal (bulan)
T2
= Waktu pengamatan akhir (bulan)
W1 = Bobot kering total pada waktu T1 (g) W2 = Bobot kering total pada waktu T2 (g) A1
= Masing-masing luas daun total pada waktu T1 (cm2)
A2
= Masing-masing luas daun total pada waktu T2 (cm2)
10. Skoring Bibit Berkualitas Baik Penilaian dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan selang nilai tengah pengamatan 2-13 MSP. Skor terendah bernilai 1 dan skor tertinggi bernilai 4 (Tabel 1).
15
Tabel 1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kemuning di Pembibitan Skor 1 2 3 4
Tinggi (cm) < 7.78 atau > 8.77 7.78 8.11 8.12 8.44 8.44 - 8.77
Jumlah Daun < 9.25 9.25 10.10 10.11 10.95 > 10.95
Jumlah Anak Daun < 11.74 11.74 15.09 15.01 18.43 > 18.45
Jumlah Bunga > 0.18 0.18 0.15 0.16 0.12 < 0.12
Jumlah Cabang < 1.95 1.95 2.34 2.35 2.72 > 2.72
Panjang Akar (cm) < 15.26 15.26 16.70 16.71 18.13 > 18.13
11. Analisis kandungan bioaktif daun Analisis kandungan bioaktif daun dilakukan secara kualitatif, untuk menganalisis kandungan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid dan tanin. Analisis data dilakukan pada skor kandungan bioaktif masingmasing jenis dengan menggunkan skor dari Pusat Studi Biofarmaka IPB (Tabel 2).
Tabel 2. Skor Kandungan Bahan Bioaktif Skor
Saponin
Flavonoid
Tanin
Steroid
Alkaloid
Triterpenoid
+ ++
berbusa jingga cokelat hijau ada endapan merah berbusa jingga cokelat hijau banyak merah tebal tua tua tua endapan tua +++ berbusa jingga pekat/ cokelat hijau sangat merah sangat kemerahan kehitaman pekat banyak pekat tebal endapan Keterangan: (+) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif rendah; (++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif sedang; dan (+++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif kuat.
- Persiapan bahan: daun basah dicuci terlebih dahulu kemudian dicincang halus. Selanjutnya, daun dibagi dalam tiga tabung reaksi. - Pengujian alkaloid: daun dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes 2 M H2SO4 dan kloroform 10 ml kemudian dikocok dan disaring. Setelah di saring, larutan dikocok kembali sampai terbentuk lapisan keruh dan bening. Lapisan bening diambil dan dibagi menjadi tiga bagian pada spot plate. Ekstrak pada spot plate ditetesi reagen Dragendorff, Mayer, dan Wagner. Uji alkaloid positif bila salah satu spot menunjukkan adanya
16
endapan warna jingga dengan reagen Dragendorf, warna putih kekuningan dengan reagen Mayer, dan cokelat pada reagen Wagner. - Pengujian triterpenoid: daun pada tabung reaksi dilarutkan dengan etanol 96% hingga larut kemudian disaring. Ekstrak kemudian dipanaskan hingga kering dan diletakkan pada cawan. Setelah kering, ditambahkan dietil eter, 1 tetes H2SO4, dan 3 tetes asam asetat glasial lalu diaduk cepat. Uji steroid positif jika pada pinggir cawan timbul warna hijau sedangkan triterpenoid ditandai dengan adanya warna merah atau ungu . - Pengujian saponin, flavonoid dan tanin: daun pada tabung reaksi ditambah dengan aquades secukupnya, kemudian dikocok kuat dan dibagi menjadi dua tabung. 1. Tabung pertama dikocok secara vertikal, dan bila timbul busa yang stabil selama 10 menit menandakan uji saponin positif. 2. Tabung berisi filtrat bekas uji saponin, ditambah dengan logam Mg, beberapa HCl pekat, etanol, dan larutan amil alkohol, kemudian dikocok. Uji flavonoid positif ditunjukkan dengan timbulnya warna jingga hingga kemerahan. 3. Tabung ketiga ditambah dengan FeCl3 1% bila menghasilkan warna biru, hitam, atau cokelat menandakan uji tanin positif. 12. Bobot jenis media Bobot jenis media diukur dengan cara menimbang gelas piala terlebih dahulu. Kemudian memasukan media ke dalam gelas piala hingga skala 100 ml dan ditimbang. Hasil penimbangan media dikurangi dengan hasil penimbangan gelas ukur sehingga diperoleh bobot jenis media dengan satuan g/cm3. 13. Kapasistas lapang media Kapasitas lapang media diukur dengan cara menuangkan air ke media secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit. Penuangan air dihentikan apabila air berhenti menetes dari polybag. Selisih volume awal dan volume akhir air yang dituangkan ke media (ml) merupakan kapasitas lapang media.