BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2007 – Maret 2008 di kandang B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor selama 35 hari. Analisa dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Pascapanen Pertanian, Cimanggu-Bogor, Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM-IPB, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fapet-IPB, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah Fapet-IPB, Laboratorium Ilmu Nutrisi Unggas Fapet-IPB, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fapet-IPB, Laboratorium Patologi Klinik dan Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi FKH-IPB.
Materi Penelitian Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain Ross 1 Super Jumbo 747 umur satu hari sebanyak 100 ekor dibeli dari PT. Cibadak Indah Sari Farm Sukabumi. Ayam dipelihara sampai umur 5 minggu. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah dengan sistem litter dengan ukuran 1 m x 1 m x 1 m (panjang x lebar x tinggi) yang ditempatkan dalam empat ruang kandang utama. Tempat pakan berupa nampan dengan ukuran 15x20 cm dan tempat air minum ukuran 500 ml digunakan sampai ayam berumur 1 minggu. Pemanasan kandang dilakukan selama 2 minggu menggunakan lampu wolfram berkekuatan 60 watt yang dipasang pada tiap petak kandang. Setelah periode tersebut lampu pijar digunakan sebagai penerang dimalam hari di kandang utama. Peralatan lain yang digunakan adalah plastik wadah ransum, baskom, tirai, timbangan elektrik, alat semprot untuk desinfektan.
34
Ransum Ransum perlakuan diberikan pada ayam broiler mulai d.o.c (day old chicken) sampai umur 5 minggu setelah melalui pengacakan. Bahan penyusun ransum terdiri dari dedak padi, jagung, minyak, tepung ikan, bungkil kedelai, CaCO3, DCP, vitamin dan mineral, lysin dan methionin. Ransum yang digunakan dalam penelitian disusun menurut NRC (1994) dengan kandungan protein 23.5% dan energi 3 215.04 kkal/kg pada ransum basal yang dibuat di pabrik pakan ternak PT. Indofeed. Ransum perlakuan terdiri dari ransum basal ditambah dengan serbuk kunyit, serbuk bawang putih dan mineral zink (ZnO) sebagai feed additive dan dibuat dalam bentuk crumble. Susunan ransum penelitian disajikan pada Tabel 6 dan kandungan serta kebutuhan zat makanan ransum penelitian disajikan pada Tabel 7. Ransum perlakuan terdiri atas 5 macam ransum, yaitu : R0 = Ransum basal (kontrol) R1 = Ransum basal + serbuk bawang putih 2.5% + serbuk kunyit 1.5% R2 = Ransum basal + serbuk bawang putih 2.5% + ZnO 120 ppm R3 = Ransum basal + serbuk kunyit 1.5% + ZnO 120 ppm R4 = Ransum basal + serbuk bawang putih 2.5% + serbuk kunyit 1.5% + ZnO 120 ppm Perlakuan Kunyit dan Bawang Putih Serbuk kunyit dan bawang putih diperoleh melalui serangkaian proses, mula-mula dilakukan pencucian kunyit segar hingga bersih dari tanah yang menempel dan ditiriskan kemudian diiris-iris tipis, sedangkan bawang putih dilakukan pengupasan kulit luar lalu diiris-iris tipis. Irisan kunyit dan bawang putih ditutup plastik hitam dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Kunyit dan bawang putih yang telah kering digiling untuk dibuat serbuk agar mudah tercampur dengan bahan pakan dan siap digunakan sesuai level pada perlakuan.
35
Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Sebanyak 100 ekor d.o.c dibagi secara acak kedalam lima perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan, sehingga ada 20 unit percobaan dan masing-masing unit percobaaan terdiri dari 5 ekor d.o.c yang telah ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal. Selama penelitian ternak ayam broiler dipelihara dalam kandang beralaskan sekam padi dengan ukuran 1 x 1 m2 selama 5 minggu. Vitamin yang digunakan adalah vita stress. Vaksin yang digunakan adalah vaksin ND (New Castle Disease) dan vaksin gumboro. Vaksin ND1 diberikan saat ayam berumur 4 hari melalui tetes mata, vaksin gumboro diberikan saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan vaksin ND II diberikan saat ayam berumur 21 hari melalui mulut (cekok). Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Ayam broiler ditimbang untuk mengetahui pertambahan berat badan setiap seminggu sekali, dan penimbangan pakan sisa untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi. Pada akhir penelitian ternak ayam broiler diambil tiga ekor pada masing-masing unit percobaan secara acak untuk dipotong, sehingga jumlah ayam broiler yang dipotong sebanyak 60 ekor. Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi performa (pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, konversi ransum), bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas (%), lemak abdominal (%), kolesterol karkas (%), lemak karkas (%), bobot relatif organ dalam (%), kandungan zink dalam serum, jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, diferensial leukosit, luas permukaan villi dan luas permukaan mukosa. Untuk mendapatkan data kandungan zink dalam serum, eritrosit, leukosit, diferensial leukosit, hematokrit dan hemoglobin pengambilan darah dilakukan dari vena axillaris yang terletak dibagian bawah sayap dan dibuat preparat ulas darah tipis untuk diferensial leukosit yang dilakukan pada akhir penelitian (umur 35 hari). Data kolesterol karkas dan lemak karkas juga diambil pada umur 35 hari pada daging bagian paha kemudian digiling sampai daging hancur dan homogen, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode Liebermen Burchrad (Kliener
36 dan Dotti 1962) dan analisa lemak karkas dengan metode ekstraksi sochlet (AOAC 1984). Tabel 6 Komposisi ransum penelitian Bahan Makanan Jagung Dedak Minyak Tepung ikan Bungkil kedelai CaCO3 DCP Vitamin dan mineral* Lysin Methionin Total Kunyit Bawang putih ZnO
R0 R1 R2 R3 R4 ---------------------------%---------------------------51 51 51 51 51 3 3 3 3 3 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 12 12 12 12 12 26.3 26.3 26.3 26.3 26.3 1 1 1 1 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 100 100 100 100 100 0 1.5 0 1.5 1.5 0 2.5 2.5 0 2.5 0 0 0.012 0.012 0.012
* Setiap 1 kg premiks mengandung : vitamin A = 4 000 000 IU, D3= 800 000 IU, E = 4 500 mg, K3 = 450
mg, B1 = 450 mg, B2 = 1 350 mg, B6= 480 mg, B12 = 6 mg, Ca-d pantothenate = 2 400 mg, Folic acid = 270 mg, Nicotinic acid = 7 200 mg, Choline chloride =28 000 mg, DL-Methionine = 28 000 mg, LLysine = 50 000 mg, Fe = 8 500 mg, Cu = 700 mg, Mn = 18 500 mg, Zn = 14 000 mg, Co = 50 mg, I = 70 mg, Se = 35 mg, Antiox. carrier add = 1 kg B
Tabel 7 Kandungan dan kebutuhan zat makanan ransum ayam broiler umur 1-35 hari Zat makanan R0 EM (kkal/kg) Energi Bruto (kkal/kg)* Protein kasar (%)** Serat kasar (%)** Lemak kasar (%)** Ca (%)*** P tersedia (%)*** Lysin (%) Methionin (%) Zink (%)*** *
3 862 25.17 1.93 11.96 0.913 0.660 0.036
Ransum perlakuan R1 R2 R3 4 026 25.77 2.08 12.1 0.914 0.665 0.038
3 962.73 25.64 1.96 11.98 0.913 0.664 0.049
3 926.25 25.30 2.04 12.08 0.914 0.661 0.048
Energi Bruto di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB (2007)
R4
Kebutuhan NRC (1994)
4 026 25.77 2.08 12.1 0.914 0.665 0.050
3 200 23 3.9 7.8 0.9 0.6 1.1 0.5 0.004
37 **
Analisis proksimat bahan makanan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM-IPB *** Analisis mineral di Laboratorium Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB (2007)
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masingmasing satu unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam, sehingga jumlah ayam keseluruhan adalah 100 ekor ayam broiler. Model matematis yang digunakan adalah : Yij = μ + τi + εij,
i = 1, 2, ...,5 dan j = 1, 2, 3, 4
Yij = Respon pengamatan satuan percobaan yang memperoleh perlakuan kei dan ulangan ke-j μ = Rataan umum τi = pengaruh perlakuan ke-i εij = pengaruh galat Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (Analyses of Variance/ANOVA) dengan software SPSS versi 13.0 dan adanya perbedaan antara perlakuan diuji lanjut dengan uji LSD. Peubah dan Prosedur Pengukuran •
Konsumsi pakan Konsumsi pakan rataan per ekor per minggu diukur berdasarkan selisih pakan yang diberikan dengan sisa pakan setiap minggu pada setiap unit percobaan.
•
Pertambahan berat badan Rataan pertambahan bobot badan per ekor per minggu dihitung dari rataan bobot badan per ekor pada akhir minggu dikurangi rataan bobot badan per ekor pada awal minggu. Dari rataan bobot badan per ekor yang diperoleh setiap minggu selama 5 minggu dirata-ratakan lagi menjadi rataan per minggu selama 5 minggu.
•
Konversi pakan
38 Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan antara rataan pertambahan bobot badan dengan rataan konsumsi pakan setiap minggu
•
Bobot karkas Bobot karkas adalah bobot tubuh setelah dipotong, dikurangi bulu, kepala, kaki (shank), alat pencernaan, dan organ-organ tubuh bagian dalam kecuali ginjal dan paru-paru. Bobot karkas ditimbang pada akhir penelitian.
•
Persentase karkas Persentase karkas dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup ayam broiler pada akhir penelitian dikalikan 100%.
•
Lemak abdominal Lemak abdominal disisihkan dari rongga perut dan ditimbang sebagai lemak abdominal
•
Bobot badan Penimbangan bobot badan awal dilakukan satu persatu pada waktu anak berumur tiga hari, hal ini dimaksudkan agar selama dua hari ayam diberi kesempatan untuk menyesuaikan pada keadaan lingkungan kandang. Penimbangan bobot badan berikutnya dilakukan setiap minggu sampai pada akhir minggu ke-lima.
•
Kolesterol karkas Kolesterol karkas diukur dari daging paha ayam dengan metode Lieberman Burchard. Sebanyak ± 0.1 g sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudian ditambahkan campuran alkohol : heksan 3:1 sebanyak 8 ml, dan diaduk hingga bercampur dengan baik. Pengaduk dibilas dengan alkohol : heksan 3:1 sebanyak 2 ml lalu disentrifuge dengan kecepatan 3 000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipindahkan kedalam gelas baker 100 ml dan diuapkan pada penangas air sampai kering. Residu diuapkan dengan kloroform (sedikit demi sedikit) sambil dituangkan kedalam tabung berskala (sampai volume 5 ml), ditambahkan 2 ml acetic anhidrida dan 0.2 ml H2SO4
39 pekat (pa) sebanyak 2 tetes. Selanjutnya divortex dan disimpan selama 15 menit didalam ruang gelap selama 25 menit. Lalu dilakukan pembacaan absorbansinya
dengan
menggunakan
spektrofotometer
pada
panjang
gelombang (λ) 420 nm dengan standar yang digunakan = 0.4 mg/ml. Nilai kolesterol diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Absorbans sampel Kolesterol (mg/100g) =
100 x 0.4 (konsentrasi standar) x
Absorbans standar
•
berat sampel
Lemak karkas Pengukuran lemak karkas dilakukan dengan metode Sochlet. Sebanyak 2 gram sampel disebar diatas kapas lalu diovenkan selama 1 jam kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 30 menit. Sampel kering tadi beralas kapas dan kertas saring digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan kedalam labu soxhlet. Kemudian dilakukan ekstraksi selama 3 jam dengan menggunakan pelarut lemak berupa heksana sebanyak 150 ml. Setelah 2.5 jam ekstraksi, thimble diangkat dan dimasukkan kedalam erlemeyer yang sebelumnya telah ditimbang. Kemudian masukkan kedalam oven ± 1 jam pada suhu 100°C, lalu masukkan desikator ± 30 menit kemudian ditimbang. Bobot lemak terekstrak Kadar lemak
=
x 100% Bobot sampel kering
•
Kandungan zink dalam serum Kandungan zink dalam darah dianalisis dengan metode AAS Prinsip Kerja AAS dalam Analisis Zink: a) Larutan serum sampel dihisap oleh nebuliser b) Dibakar dengan adanya gas acetyline HP (High Pure) c) Larutan sampel tersebut diubah menjadi partikel-partikel halus d) Partikel tersebut sekitar 60% terabsorpsi oleh detektor dan 40% terbuang e) Absorbance sample dibandingkan dengan absorbance standard dikalikan konsentrasi standard
40 Pemisahan Serum a) Sampel darah dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1 500 rpm b) Pemisahan serum darah merah dari sel darah merah c) Serum disimpan dalam tube serum dan disimpan dalam freezer d) Pada minggu berikutnya, serum dari freezer divortex selama + 3 detik
Pengenceran Sampel a) Serum sample diencerkan 10 kali pengenceran b) Pipet serum sample sebanyak 75 mikroliter (µl) c) Taruh di dalam tabung serum (efendorf) d) Tambahkan air bebas mineral 9 kali penyaringan sebanyak 675 µl Analisis Pembacaan pada alat AAS 1. Pembacaan diawali dengan blanko dengan konsentrasi zink nol (0) 2. Selanjutnya diikuti dengan pembacaan larutan standar 1, 2, 3 dan 4 dengan konsentrasi zink untuk masing-masing larutan standard adalah 0.2, 0.4, 1, dan 2 μl/l 3. Pembacaan selanjutnya adalah pembacaan serum sample yang sudah diencerkan Perhitungan Untuk mengetahui kadar zink dalam plasma darah, telah dilakukan analisis dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectrometer) Flame. Perhitungan konsentrasi mineral zink dalam serum darah mengikuti persamaan sebagai berikut: absorbance sample Konsentrasi zink
=
x konsentrasi standard absorbance standard
•
Jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin, dan hematokrit Sampel darah diambil melalui vena sayap dengan menggunakan spoit yang mengandung antikoagulan untuk memperoleh whole blood, dan tanpa
41 antikoagulan untuk memperoleh serum. Pengambilan darah dilakukan pada akhir penelitian.
Perhitungan Jumlah Eritrosit Sampel darah dihisap menggunakan pipet eritrosit hingga pada tera 1 dengan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissue, lalu dihisap larutan modifikasi Rees & Ecker hingga tanda 101, kemudian memutar pipet dengan membentuk angka 8, setelah homogen cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet ke kertas tisue. Setelah itu meneteskan satu tetes darah kedalam hemositometer dan jangan sampai ada udara yang masuk. Kemudian mendiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu perhitungan dapat dimulai dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Perhitungan eritrosit dalam hemocytometer, menggunakan kotak eritrosit yang berjumlah 25 buah dengan mengambil bagian sebagai berikut: satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan bawah dan satu kotak pojok kiri bawah. Untuk membedakan kotak eritrosit dengan kotak leukosit dapat berpatokan pada tiga baris pemisah pada kotak eritrosit serta luas kotak eritrosit yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kotak leukosit. Setelah jumlah eritrosit diperoleh maka jumlah darah dikalikan dengan 5 000, untuk mengetahui jumlah erirosit dalam 1 mm3 darah. Jumlah eritrosit per mm3 darah = a butir x 5 000
Perhitungan Jumlah Leukosit Sampel darah dihisap menggunakan pipet eritrosit hingga pada tera 1 dengan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissue, lalu dihisap larutan modifikasi Rees & Ecker hingga tanda 101, kemudian memutar pipet dengan membentuk angka 8, setelah homogen cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet ke kertas tisue. Setelah itu meneteskan satu tetes darah kedalam hemositometer dan jangan sampai ada udara yang masuk. Kemudian mendiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu perhitungan
42 dapat dimulai dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Perhitungan leukosit dalam hemocytometer, menggunakan kotak leukosit yang berjumlah 25 buah dengan mengambil bagian sebagai berikut: satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan bawah dan satu kotak pojok kiri bawah. Untuk membedakan kotak eritrosit dengan kotak leukosit dapat berpatokan pada tiga baris pemisah pada kotak eritrosit serta luas kotak eritrosit yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kotak leukosit. Setelah jumlah leukosit diperoleh maka jumlah darah dikalikan dengan 250, untuk mengetahui jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah. Jumlah leukosit per mm3 darah = a butir x 250
Perhitungan Kadar Hemoglobin Metode yang digunakan adalah metode sahli. Larutan HCl 0.1 N diteteskan pada tabung sahli sampai pada tera 10 atau garis batas bawah, kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet sahli hingga mencapai tanda tera 20 cm (0.02 ml). Sampel darah segera dimasukkan ke dalam tabung dan di tunggu selama 3 menit atau hingga berubah warna menjadi coklat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan hemoglobin membentuk asam hematin. Setelah itu larutan ditambah dengan aquades dan meneteskannya sedikit demi sedikit sambil diaduk. Larutan aquadest ditambah
hingga
warna
larutan
sama
dengan
warna
standar
hemoglobinometer. Nilai hemoglobin dilihat dengan membaca tinggi permukaan cairan pada tabung sahli, dengan melihat skala jalur g %, yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (Sastradipradja et al. 1989).
Perhitungan Jumlah Hematokrit Pengisian pipa mikrokapiler dilakukan dengan memiringkan tabung yang berisi sampel darah dengan menempatkan ujung mikrokapiler yang bertanda merah. Pipa diisi sampai mencapai 4/5 bagian kemudian ujung
43 pipa disumbat dengan crestaseal, kemudian pipa mikrokapiler tersebut disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan putaran 2 500 rpm. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan menggunakan alat baca hematocrite reader. Uji ini dilakukan dengan duplo (Sastradipradja et al. 1989).
Diferensiasi Leukosit Setetes darah yang diteteskan pada gelas objek pertama dengan posisi mendatar. Gelas objek yang lainnya ditempatkan pada darah tadi dengan membentuk sudut 30–45º sehingga darah menyebar sepanjang garis kontak antar gelas objek. Selanjutnya, gelas objek didorong kearah depan sehingga terbentuk usapan darah tipis diatas gelas objek. Ulasan darah tersebut dikeringkan diudara, kemudian difiksasi. Fiksasi dilakukan dengan menggunakan methanol. Supaya ulas darah melekat pada gelas objek, gelas objek direndam dalam methanol selama 2–5 menit. Setelah dilakukan fiksasi, langsung dilakukan pewarnaan dengan menggunakan Giemsa 10%. Gelas objek yang telah difiksasi direndam dalam larutan Giemsa selama 15–30 menit. Hasil rendaman dialiri dengan air sampai berwarna pink lalu dikeringkan di udara atau dengan tissu (Sastradipradja et al. 1989). Cara menghitung persentase jenis-jenis BDP (Differential Leucocyte Count) adalah dengan menghitung persentase masing-masing jenis BDP dalam 100 sel leukosit yang telah diamati dan dipelajari pada preparat ulas darah tersebut dengan alur perhitungan yang berurutan seperti membentuk huruf U yang tidak terputus untuk menghindari pengulangan perhitungan.
•
Luas permukaan villi Perhitungan luas permukaan per villi usus, kerapatan vili dan luas permukaan mukosa dilakukan dengan membuat preparat histopatologi usus,
44 yaitu dengan memotong bagian usus (duodenum) secara membujur dan dibilas dengan air untuk membersihkan isinya. Kemudian masukkan kedalam larutan fixative BNF (Buffer Normal Formalin) 10%. Setelah mengalami fiksasi maka langkah selanjutnya adalah dehidratasi yaitu menarik air dalam batas tertentu dengan menggunakan larutan alkohol atau aceton konsentrasi bertingkat. Larutan alkohol yang digunakan pada konsentrasi awal adalah 70% selama 2 jam, kemudian dipindahkan kedalam alkohol 80% selama 2 jam, lalu dipindahkan kedalam alkohol 95% selama 2 jam terakhir dipindahkan kedalam alkohol absolut (PA) I, II, III selama 2 jam. Selanjutnya proses clearing (penjernihan) dengan larutan xylol I, II dan III selama 1 jam yaitu untuk menarik alkohol dalam jaringan sehingga jaringan menjadi jernih. Proses infiltering dengan memasukkan jaringan pada parafin I, II, dan III dengan suhu 60ºC selama 1 jam. Proses embedding (penanaman jaringan) berfungsi untuk membantu memudahkan pemotongan jaringan yang sangat tipis. Jaringan dimasukkan dalam paraffin cair, setelah didinginkan parrafine block tissue dipotong dengan mikrotome setebal 5−6 mikron. Potongan direntangkan pada air hangat suhu ± 50ºC, dan setelah dilekatkan pada gelas objek, jaringan dimasukkan kedalam inkubator 40ºC. Proses deparafinisasi dan rehidrasi dilakukan dengan memasukkan jaringan kedalam larutan xylol selama 2−3 menit, dipindahkan kedalam alkohol absolut selama 1−2 menit, alkohol 95% 1−2 menit, alkohol 70% 1−2 menit, dan dipindahkan ke aquadest. Proses pewarnaan dengan hematoksilin dilakukan selama 10 menit, lalu dicuci dengan air kran mengalir selama 15 menit, dimasukkan kedalam larutan eosin selama 20 menit, kemudian aquadest. Setelah itu proses dehidrasi kembali dilakukan dengan menarik air dan alkohol, yaitu slide dipindahkan dari alkohol 70% sampai alkohol 95%, alkohol absolut I, II dan III masing-masing beberapa celupan. Proses clearing xylol I, II dan III masing-masing 5–15 menit, lalu proses mounting menggunakan canada balsam (Maidie et al. 1975). Penghitungan luas permukaan per villi dihitung dengan mikroskop (olympus) dengan pembesaran objectif 4 kali dan video mikrometer (video measuring yauge IV – 560, For A Company Limited) pada 10 lapang pandang
45 pada setiap preparat histopatologi. Kemudian dihitung luas permukaan villi menurut metode Iji et al. (2001) dan luas permukaan mukosa menurut Drozdowski et al. (2005). Kerapatan vili dilakukan dengan menghitung jumlah villi pada 1 mm panjang usus menggunakan mikroskop (olympus) pembesaran objektif 4 kali dan video mikrometer (video measuring yauge IV – 560, For A Company Limited) pada 10 lapang pandang setiap preparat histopatologi.
B
C
A
Gambar 5 Gambaran villi usus secara garis besar menunjukkan bagian yang terlibat dalam pengukuran dalam penetapan secara morphometrik dari mukosa usus; lebar basal villi (A), lebar apikal (B), tinggi villi (C). Luas permukaan villi usus (mm2/villi) = [(A + B)/B] x C (Iji et.al 2001). Luas permukaan mukosa usus (mm2/mm2) = kerapatan villi/mm2 x luas permukaan villi usus (mm2/villi) (Drozdowski et al. 2005). •
Persentase Bobot Hati (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot hati dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
46 •
Persentase Bobot Ginjal (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot ginjal dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
•
Persentase Bobot Pankreas (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot pankreas dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
•
Persentase Bobot Empedu (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot empedu dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
•
Persentase Bobot Jantung (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot jantung dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
•
Persentase Bobot Limpa (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot limpa dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100%.
•
Persentase Bobot Rempela (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot rempela dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100%.
•
Persentase Bobot Usus (%) Usus yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot kosong. Diperoleh dari pembagian antara bobot usus dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100%.
•
Persentase Bobot Seka (%)
47 Seka yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot kosong. Diperoleh dari pembagian antara bobot seka dengan bobot hidup ayam broiler umur 35 hari dikalikan dengan 100%.