BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu ajir, peralatan tanam, alat ukur, pompa sawah irigasi model GX120T1 (Gambar 1), selang dengan ukuran diameter 2 inci (5.08 cm) dan timbangan digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini benih kedelai varietas Tanggamus, abu jerami, dan insektisida, dan kapur dolomit. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, pupuk KCl, dan pupuk SP-36.
Gambar 1. Pompa Sawah Irigasi model GX120T1 Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 3 ulangan dan satu faktor yaitu dosis abu jerami. Penelitian menggunakan 4 perlakuan dosis abu jerami yaitu tanpa pemupukan (kontrol), 1 000 kg/ha, 2 000 kg/ha, dan 3 000 kg/ha dengan perlakuan pembanding 100 kg KCl/ha, 2 000 kg Kapur/ha, serta campuran antara 100 kg KCl/ha dan 2 000 kg Kapur/ha. Tiap ulangan terdiri dari 7 petak yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 21 unit satuan percobaan. Tiap petak diambil 5 tanaman contoh sehingga terdapat 105 tanaman contoh yang akan diamati pada setiap petak. Jarak tanam
15
yang digunakan yaitu 20 cm x 25 cm dengan jumlah benih per lubang tanam yaitu 2 benih. Model rancangan yang digunakan adalah: Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij
: nilai pengamatan pada perlakuan ke - i, dan kelompok ke - j
µ
: nilai rata-rata umum
αi
: pengaruh perlakuan pemupukan ke - i
βj
: pengaruh ulangan k ke - j
εij
: pengaruh galat percobaan pemupukan taraf ke - i, dan ulangan ke - k
i
: dosis abu jerami (P0 - P3) dan dosis pemupukan sebagai pembanding (P4 - P6) ke - i (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7).
j
: kelompok (1, 2,3) Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, dengan uji lanjut Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5 % (Gomez dan Gomez, 2007). Pelaksanaan Penelitian Lahan yang belum diolah ditumbuhi oleh gulma (Gambar 3). Pengolahan lahan dilakukan dengan cara membuat saluran sehingga terbentuk bedengan dan digenangi air sehingga kondisi bedengan selalu basah (Gambar 4). Setiap petak percobaan memiliki ukuran 2 m x 2 m dengan jarak antar petak percobaan 30 cm, saluran memiliki kedalaman 25 cm dan lebar 30 cm (Lampiran 6). Pemberian air irigasi dilakukan sejak penanaman hingga panen dengan kedalaman muka air 15 cm di bawah permukaan tanah (DPT) (Gambar 2). Sumber air berasal dari saluran sekunder maupun saluran tersier yang terpengaruh oleh pasang yang dialiri melalui saluran drainase. Kelebihan air hujan dibuang melalui saluran pembuangan agar kondisi tanah tidak terlalu jenuh.
16
Gambar 2. Ukuran Saluran Drainase dan Kedalaman Tinggi Muka Air 15 cm Pemberian perlakuan dilakukan pada satu minggu sebelum penanaman yaitu pada saat pengolahan tanah. Setiap petak percobaan diberikan pupuk sebanyak 200 kg SP-36/ha. Penanaman dilakukan satu minggu setelah pengolahan lahan. Setiap lubang tanam diberikan 3 benih kedelai dengan kedalaman lubang 1 - 2 cm. Insektisida berbahan aktif Karbosulfan 25.53 % diberikan pada saat benih ditanam sebanyak 15 g/kg benih untuk mengatasi lalat bibit. Penjarangan dilakukan pada 2 Minggu Setelah Tanam (MST) untuk menghindari kompetisi antar tanaman dalam menyerap unsur hara dan radiasi matahari menjadi 2 benih/lubang tanam (populasi tanaman 400 000 tanaman/ha). Kedelai diberikan pupuk daun N pada 3, 4, 5, dan 6 MST dengan konsentrasi 10 g Urea/l air dengan menggunakan volume semprot 400 l air/ha.
Gambar 3. Lahan Belum Diolah
Gambar 4. Lahan Sudah Diolah
Pengendalian terhadap gulma dilakukan secara manual pada 8 MST karena telah mengganggu kondisi tanaman. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida berbahan aktif Cypermethrin 113 g/l, Klorantraniliprol 50 g/l, Fipronil 50 g/l dan BPMC 500 g/l. Pengairan dalam saluran dipertahankan ketinggiannya sejak penanaman hingga panen.
17
Kriteria tanaman yang telah siap dipanen adalah pada saat kira-kira 90 % dari populasi tanaman sudah luruh daunnya, warna polong sudah berubah dari hijau berwarna kuning kecoklatan, polong dan biji sudah berkembang penuh, kriteria penentuan saat panen seperti itu merupakan cara yang paling mudah untuk menentukan saat masak fisiologis benih kedelai yang tepat. Panen dilakukan pada tanaman kedelai di dalam ubinan dengan ukuran 1 m x 1 m (Gambar 5).
Gambar 5. Contoh Denah Panen dalam 1 Petak Percobaan Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh di 21 unit satuan percobaan. a. Pengamatan vegetatif Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh, akan dilakukan pada 4, 8 MST, dan Saat Panen. Jumlah daun telah terbentuk secara sempurna (terbuka), dilakukan pada 4 , dan 8 MST. Bobot bintil akar, akar, batang dan daun umur 8 MST b. Analisis hara tanah sebelum tanam. c. Analisis abu jerami.
18
d. Pengamatan Komponen Produksi (saat panen) 1. Tinggi tanaman yang dipanen Pengukuran dilakukan pada saat panen pada 5 tanaman contoh tiap petak percobaan. 2. Jumlah cabang per tanaman Penghitungan dilakukan pada saat panen pada 5 tanaman contoh tiap petak percobaan. 3. Jumlah buku produktif dan tidak produktif per tanaman Penghitungan dilakukan pada saat panen pada 5 tanaman contoh tiap petak percobaan. 4. Jumlah polong isi per tanaman 5. Jumlah polong hampa per tanaman 6. Bobot biji kering/m²(g) Dilakukan dengan cara menimbang seluruh biji hasil panen pada setiap petak percobaan. 7. Bobot kering 100 biji (g) 8. Produksi biji (ton/ha)