9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April
sampai
Agustus 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Tanggamus, Dolomit. inokulan Rhizobium sp, dan insektisida berbahan aktif Karbosulfan 25.53%. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk daun N, SP36, dan KCl. Peralatan yang dibutuhkan adalah peralatan tanam, ajir, alat ukur, gelas ukur, pengaduk, dan timbangan. Metode Penelitian Menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah tinggi muka air yang terdiri atas 10 dan 20 cm di bawah permukaan tanah (DPT). Sebagai anak petak adalah lebar bedengan yang terdiri atas lebar bedengan 2, 4, 6, dan 8 m. Tiap anak petak diulang 3 kali dalam setiap petak utama, sehingga terdapat 24 unit satuan percobaan. Tiap petak diambil 10 tanaman contoh, sehingga terdapat 240 tanaman contoh yang diamati pada seluruh petak. Model linier untuk mengujinya adalah : Yijk
= µ + δi + αj + εij + βk + (αβ)jk + Єijk
Dimana: i
: Ulangan/kelompok (1, 2, 3)
j
: Tinggi muka air (1, 2)
k
: Lebar bedengan (1, 2, 3, 4)
Yijk
: Nilai hasil pengamatan pengaruh tinggi muka air ke-j. lebar bedengan ke-k dan ulangan ke-i.
µ
: Rataan umum/nilai tengah
10
δi
: Pengaruh ulangan/kelompok ke- i
αj
: Pengaruh tinggi muka air ke-j
εij
: Pengaruh galat yang muncul pada tinggi muka air ke-j dan ulangan ke-i
βk
: Pengaruh lebar bedengan ke-k
(αβ)jk : Nilai interaksi antara faktor tinggi muka air taraf ke-j dan lebar bedengan taraf ke-k. Єijk
: Pengaruh galat tinggi muka air ke-j dan lebar bedengan ke-k pada ulangan ke-i
Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam, bila beda nyata dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 1995).
VVVVVV
VVVVVV 30 cm 20 cm
25 c
5 cm
m Gambar 1. Ukuran Saluran dan Pengukuran Kedalaman Muka Air 20 cm
VVVVVV
VVVVVV 30 cm 10 cm
25 c
15 cm
m Gambar 2. Ukuran Saluran dan Pengukuran Kedalaman Muka Air 10 cm
11
Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan dilakukan dengan cara membuat bedengan anak petak berukuran 2 m x 5 m, 4 m x 5 m, 6 m x 5 m, dan 8 m x 5 m sehingga petak utama akan berukuran 5 m x 20 m. Setiap petak utama dikelilingi saluran air yang berukuran lebar 30 cm dengan dalam 25 cm. Dengan demikan kondisi petakan selalu basah pada saat air irigasi diberikan. Air irigasi diberikan sejak tanam dengan ketinggian muka air sesuai perlakuan.
Keterangan:
Saluran air (lebar 30 cm dengan dalam 25 cm) : Aliran air : Anak petak (Lebar bedengan 2 , 4, 6 dan 8 m) : Pematang / Jalan : Pintu air
Gambar 3. Skema Pengaturan Air Kedelai dipupuk sebanyak 2 ton kapur/ha, 2 ton pupuk kandang/ha, 200 kg SP36/ha, dan 100 kg KCl/ha serta diberi inokulan Rhizobium sp 5 g/kg benih, Kapur Dolomit, pupuk kandang, SP36, dan KCl akan dicampur dan diinkubasikan selama 1 minggu. Pada saat tanam benih diberi insektisida berbahan aktif Karbosulfan 25.53% sebanyak 15 g/kg benih untuk mengatasi lalat bibit.
12
Benih varietas Tanggamus ditanam dangkal, 1-2 cm menggunakan jarak tanam 20 cm x 25 cm, 3 biji per lubang. Penyulaman dilakukan pada umur 5 hari setelah tanam (HST). Pada umur 2 minggu setelah tanam (MST) dilakukan penjarangan menjadi 2 tanaman/lubang (populasi tanaman 400 000 tanaman/ha). Penjarangan dilakukan bertujuan untuk menghindari kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara dan radiasi matahari. Kedelai pada saat umur 3, 4, 5, dan 6 minggu diberi pupuk daun N dengan konsentrasi 7.5 g Urea/l air menggunakan volume semprot 400 l air/ha.
Gambar 4. Petak Percobaan Sebelum Dibentuk
Gambar 5. Petak Percobaan yang Telah Dibentuk
13
Pemeliharaan Pengendalian gulma dilakukan secara manual pada saat 4 MST karena pertumbuhan gulma telah mengganggu pertanaman. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida berbahan aktif Cypermethrin 113 g/l pada saat 4 MST karena serangannya dianggap telah mengganggu pertumbuhan tanaman atau telah mencapai ambang ekonomi yang dapat menurunkan produksi. Pengendalian hama dilakukan pada malam hari, karena hama terutama ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricus) aktif pada malam hari. Dengan pengendalian pada malam hari ulat Grayak dapat dikendalikan. Pengairan dalam parit dilakukan sejak awal tanam sampai panen dengan tinggi muka yang stabil sesuai perlakuan.
Panen Kriteria tanaman yang telah siap dipanen adalah pada saat kira-kira 90% dari populasi tanaman sudah luruh daunnya. warna polong sudah berubah dari hijau berwarna kuning kecoklat-coklatan. Polong dan biji sudah berkembang penuh. Kriteria penentuan saat panen seperti itu merupakan cara yang paling mudah untuk menentukan saat masak fisiologis benih kedelai yang tepat.
Pengamatan Karakter agronomi yang diamati adalah: 1. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi 10 tanaman contoh dilakukan setiap 2 minggu. Caranya diukur dari pangkal sampai titik tumbuh yang terletak diujung bunga utama. 2. Jumlah daun trifoliate Dihitung setiap 2 minggu dengan menghitung semua daun mulai dari daun unifoliet yang sudah terbuka penuh dari 10 tanaman contoh. 3.
Bobot bintil, akar, batang, dan daun (g), dilakukan pada umur 6 minggu setelah tanam Tanaman sampel berumur 6 MST sebanyak 12 tanaman (diperkirakan bobot kering daun cukup untuk analisis hara daun) diambil mulai dari akar. Sampel dikeringkan dalam oven selama 72 jam dengan suhu 60oC. Setelah
14
dikeringkan. bagian-bagian tanaman dipisahkan yaitu akar, batang, daun, dan bintil, lalu ditimbang. 4.
Tinggi tanaman dan jumlah cabang saat panen Penghitungan dilakukan saat panen pada 10 tanaman contoh tiap petak.
5. Jumlah buku produktif dan tidak produktif saat panen 6. Jumlah polong isi dan hampa per tanaman (buah) Penghitungan dilakukan sebanyak satu kali saat panen dengan menghitung semua polong yang berisi dan yang hampa dari 10 tanaman contoh. 7. Bobot 100 biji (g) Dilakukan dengan cara menimbang biji yang dipanen dari petak panen. 8. Bobot biji per petak (ton/ha) Dilakukan dengan cara menimbang biji perpetak yang dipanen dari petak panen. 9.
Analisis hara N, P, K, Fe, dan Mn daun Contoh daun umur 6 MST diambil dari lapangan, dikeringkan dalam oven dengan suhu 60oC selama 72 jam kemudian daun kering dihaluskan. Kandungan N daun ditentukan dengan metode Kjeldahl dengan alat titrasi. P daun ditentukan dengan metode pengabuan kering dan ditetapkan dengan sfektrofotometer. K, Fe, dan Mn ditentukan dengan metode HCLO4+HNO3 menggunakan alat Atomic Absorption Spectrometer (AAS).
10. Analisis fisik dan kimia tanah sebelum dan sesudah panen Analisis tanah dilakukan untuk komposisi tekstur tanah (pasir, debu, dan liat). pH, C organik, N, P2O5, K2O, nilai tukar kation Ca, Mg, K, Na, dan KTK, kejenuhan basa, Al3+, H+, unsur hara mikro Fe, S, dan Mn serta pirit. Tekstur tanah ditentukan dengan metode pipet. Keasaman tanah (pH) ditentukan dengan ekstrak 1:5 menggunakan H2O dan KCl, C organik ditentukan dengan metode kurmis, N ditentukan dengan metode Kjeldahl, P2O5 ditentukan dengan metode Bray I, K2O ditentukan dengan metode Morgan, Kation dan unsur hara mikro dengan metode AAS, dan KTK dengan metode titrasi.
15
11. Analisis air meliputi pH, DHL, kation, anion, dan kadar lumpur Keasaman tanah (pH) diukur dengan pH meter menggunakan elektrode gelas kombinasi. Daya hantar listrik (DHL) diukur dengan menggunkan konduktometer. Kation diukur dengan metode sesuai dengan masing-masing kation. Ca, Mg, Fe, Al, Mn ditentukan dengan metode AAS. K dan Na dengan fotometer nyala, NH4 dengan sfektrofotometri, SO4 dengan turbidimetri, Cl dengan argentometri, PO4 dengan kolorimetripewarnaan biru molibden pada panjang gelombang 693 nm, CO3 dan HCO3 dengan titrasi menggunakan asam hingga pH tertentu.