12
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi, Subang, Jawa Barat pada Bulan Oktober 2008 sampai Juli 2009.
Metode penelitian Penelitian dibagi menjadi 2 tahap. Tahap 1 adalah evaluasi pemberian bahan aromatase inhibitor terhadap nisbah kelamin, bobot individu dan sintasan benih 3 genotipe ikan nila (XX, XY dan YY). Tahap 2 adalah evaluasi performansi benih 3 genotipe ikan nila (XX, XY dan YY) yang diberi penambahan bahan aromatase inhibitor pada tahap pembesaran meliputi bobot dan panjang individu, keragaman ukuran, sintasan, konversi rasio pakan, bobot panen dan perkembangan organ reproduksi. Secara keseluruhan, tahapan penelitian dari percobaan tahap 1 sampai tahap 2 disajikan secara skematik pada Gambar 2.
Percobaan 1. Pengaruh pe mberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial, 2 faktor. Faktor uji 1 terdiri atas 3 taraf, yaitu pemberian bahan aromatase inhibitor, penambahan hormon 17a-mt sebagai kontrol (+) dan tanpa penambahan bahan apapun sebagai kontrol (-). Faktor uji 2 juga terdiri atas 3 taraf, yaitu genotipe ikan nila XX, XY dan YY. Sebagai pembanding digunakan populasi ikan nila genotipe campuran antara XX dan XY. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan 4 kali. Bahan utama percobaan berupa larva ikan nila genotipe XX diperoleh dengan mengawinkan induk ikan nila jantan genotipe XX dengan induk betina normal. Larva ikan nila genotipe XY diperoleh dengan mengawinkan induk ikan nila jantan genotipe YY varietas GESIT dengan induk betina normal, sedangkan
13
larva genotipe YY diperoleh dengan mengawinkan induk ikan nila jantan genotipe YY varietas GESIT dengan induk betina genotipe YY. Induk ikan nila jantan genotipe YY dan nila jantan genotipe XX berasal dari BBPBAT Sukabumi, sedangkan induk betina yang digunakan adalah varietas NIRWANA (Nila Ras Wanayasa) yang berasal dari BPBI Wanayasa. Khusus larva genotipe YY diperoleh dari BBPBAT, Sukabumi. Hal ini karena induk betina genotipe YY hanya tersedia di institusi tersebut dan tidak diperjual-belikan. Sebagai populasi pembanding digunakan populasi larva ikan nila genotipe campuran XX dan XY, diperoleh dengan mengawinkan induk jantan normal dengan induk betina normal. Induk jantan dan betina yang digunakan dalam perkawinan normal ini adalah ikan nila varietas NIRWANA. Sebelum pemijahan, dilakukan pemilihan induk dari masing-masing genotipe dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina. Setelah melalui masa conditioning selama 2 minggu, induk jantan dan betina dimasukkan ke kolam pemijahan ukuran 4x4x0,75 m. Jumlah induk yang dipijahkan untuk masing-masing kombinasi sebanyak 10 jantan dengan 20 betina. Setelah 10 hari di kolam pemijahan, dilakukan pengecekan induk betina. Telur yang terdapat di dalam mulut induk-induk betina yang memijah diambil dan ditampung dalam wadah berisi air yang diaerasi. Selanjutnya telur hasil koleksi dimasukkan ke dalam bak penetasan dengan kepadatan 3.000 butir/bak. Jumlah bak penetasan yang digunakan untuk masing-masing kombinasi pemijahan sebanyak 2 unit. Selanjutnya larva hasil penetasan telur ditampung dalam bak fiber volume 500 liter secara terpisah untuk masing-masing genotipe. Pada hari ke 5 setelah menetas, larva ditebar dalam akuarium ukuran 60x40x40 cm yang diisi 75 liter air dan diaerasi. Padat tebar yang digunakan adalah 4 ekor/l atau setara dengan 300 ekor per akuarium. Jumlah akuarium yang digunakan sebanyak 3 perlakuan x 3 genotipe x 4 ulangan = 36 buah, ditambah 4 buah akuariu m untuk populasi campuran XX-XY sehingga jumlah total akuarium sebanyak 40 buah. Bahan aromatase inhibitor yang digunakan adalah imidazole. Pemberian imidazole dilakukan melalui pakan, yaitu dengan mencampur 25 mg imidazole yang dilarutkan dalam alkohol 70% ke dalam 1 kg pakan komersial dengan kandungan protein kasar 40% (Ariyanto et al. 2009). Penambahan hormon 17a-mt
14
sebagai kontrol (+) juga dilakukan melalui pakan, yaitu dengan mencampur 60 mg hormon 17a-mt yang sudah dilarutkan dalam alkohol 70% ke dalam 1 kg pakan komersial dengan kandungan protein kasar 40%. Pakan yang diberikan untuk populasi kontrol (-) dan populasi campuran XX-XY berupa pakan komersial yang sama dengan pakan di atas tanpa penambahan bahan apapun. Pemberian pakan kepada larva dimulai pada hari 7 setelah menetas dan dilakukan secara ad-satiasi dengan frekuensi 5-6 kali sehari. Pemberian perlakuan melalui pakan dilakukan selama 28 hari. Selanjutnya 10 populasi benih ikan nila tersebut dipindahkan ke dalam 40 unit hapa pendederan ukuran 2x2x1 m yang ditempatkan di kolam tanah ukuran 400 m2. Jarak antar masing-masing hapa adalah 0,5 m. Kepadatan benih yang ditebar sebanyak 250 ekor/hapa. Selama 60 hari masa pendederan, benih diberi pakan komersial dengan kandungan protein 32% secara ad-satiasi dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
Pengamatan 1. Persentase kelamin jantan. Persentase kelamin jantan =
? ? ?
? ????
N? = Jumlah individu berkelamin jantan
N = Jumlah total individu yang diamati. 2. Bobot individu Bobot individu ditimbang menggunakan alat timbang digital dengan ketelitian 0,01 g. Jumlah sample sebanyak 30 ekor setiap ulangan pada semua perlakuan. Penimbangan bobot individu sample dilakukan setiap 30 hari. 3. Sintasan Sintasan dihitung berdasarkan jumlah individu yang mampu bertahan hidup sampai batas akhir percobaan. Nilai sintasan dihitung berdasarkan formula sebagai berikut : Sintasan =
??
??
? ????
Nt = Jumlah individu pada waktu t (akhir percobaan) N0 = Jumlah individu pada waktu awal penebaran.
15
4. Kualitas air Pengamatan dilakukan terhadap air media pemeliharaan di akuarium selama perlakuan dan di kolam pendederan. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, kandungan oksigen terlarut, pH, amonia dan nitrit. Pengamatan menggunakan alat ukur digital dan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Termometer maksimum-minimum digunakan untuk mengukur kisaran suhu maksimal dan minimal pada media perairan.
Analisis data Data persentase kelamin jantan, bobot individu dan sintasan benih ikan nila dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA). Jika hasilnya berbeda nyata, maka untuk membedakan nila i tengah antar semua genotipe dan perlakuan digunakan uji wilayah ganda Duncan (Duncan’s multiple range test) pada taraf kepercayaan 95%. Tabulasi dan analisis data di komputer dilakukan menggunakan program Excell 2007 dan SPSS versi 12. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan referensi yang ada. Percobaan 2. Performansi tiga genotipe ikan nila yang diberi imidazole, sebagai bahan aromatase inhibitor, pada tahap pembesaran. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial, 2 faktor. Faktor uji 1 terdiri atas 3 taraf, yaitu pemberian imidazole, penambahan hormon 17a-mt sebagai kontrol (+) dan tanpa penambahan bahan apapun sebagai kontrol (-). Faktor uji 2 terdiri atas 3 taraf, yaitu genotipe ikan nila XX, XY dan YY. Sebagai pembanding digunakan populasi ikan nila genotipe campuran antara XX dan XY. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan 4 kali. Bahan utama pada percobaan 2 adalah benih ikan nila hasil percobaan 1 yang berumur 95 hari setelah menetas, terdiri atas 8 populasi benih berkelamin jantan, 1 populasi benih berkelamin betina dan 1 populasi benih berkelamin campuran antara jantan dan betina dalam proporsi yang sama. Delapan populasi benih berkelamin jantan terdiri atas dua populasi benih genotipe XX yang diberi imidazole dan hormon 17a-mt (kontrol (+)), tiga populasi benih genotipe XY (penambahan imidazole, kontrol (+) dan kontrol (-)) dan tiga populasi benih
16
genotipe YY (penambahan imidazole, kontrol (+) dan kontrol (-)). Populasi benih tunggal kelamin betina adalah populasi benih genotipe XX tanpa perlakuan, sedangkan 1 populasi benih berkelamin campuran adalah populasi benih genotipe XX-XY yang terdiri atas 50% jantan dan 50% betina. Selanjutnya 10 populasi benih ikan nila yang mempunyai bobot individu rata-rata relatif sama ditebar dalam 40 unit waring pembesaran ukuran 4x4x1,5 m yang ditempatkan di kolam tanah ukuran 400 m2. Penempatan masing-masing ulangan pada setiap perlakuan dilakukan secara acak. Namun demikian, benih dengan jenis kelamin jantan, betina dan campuran ditempatkan di kolam yang terpisah untuk menghindari terjadinya kematangan gonad lebih awal. Padat penebaran benih yang digunakan sebanyak 5 ekor/m2 sehingga jumlah benih di dalam masing-masing waring sebanyak 80 ekor. Selama 120 hari pemeliharaan, benih diberi pakan buatan komersial berbentuk pelet dengan kandungan protein 30-32%. Jumlah pakan yang diberikan pada 30 hari pertama sampai ke-empat secara berturut sebanyak 10; 7,5; 5 dan 2,5% dari biomasa ikan per hari. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
Pengamatan 1. Bobot dan panjang individu Bobot individu ditimbang menggunakan alat timbang digital dengan ketelitian 0,01 g sedangkan panjang diukur menggunakan mistar dengan ketelitian 0,1 cm. Jumlah sample sebanyak 30 ekor setiap perlakuan dan setiap ulangan. Pengamatan bobot dan panjang individu dilakukan setiap 30 hari. Sample yang telah diamati dimasukkan kembali dalam unit percobaan yang sama. 2. Keragaman ukuran Keragaman ukuran bobot individu equivalen dengan nilai coefficient of variance (CV) karakter tersebut. Keragaman ukuran bobot dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Keragaman ukuran =
?? ?
? ????
SD = standar deviasi bobot individu setiap perlakuan W = bobot individu rata-rata setiap perlakuan
17
3. Sintasan Sintasan dihitung berdasarkan jumlah individu yang mampu bertahan hidup sampai batas akhir percobaan. Nilai sintasan dihitung berdasarkan formula : Sintasan =
??
??
? ????
Nt = Jumlah individu pada waktu t (akhir percobaan) N0 = Jumlah individu pada waktu awal penebaran. 4. Food conversion ratio FCR dihitung berdasarkan jumlah pakan yang diberikan dan pertambahan bobot yang dihasilkan sampai akhir percobaan. ? ?
FCR =
?? ?? ? ? ?
Wp= bobot total pakan yang diberikan Wt = bobot total panen W0= bobot total awal 5. Bobot panen Bobot panen dihitung menggunakan alat timbang digital dengan ketelitian 0,01 g. Penimbangan dilakukan pada setiap perlakuan dan setiap ulangan. 6. Perkembangan organ reproduksi Perkembangan organ reproduksi diamati pada akhir percobaan yaitu dengan menghitung indeks gonad somatik (IGS) dan melakukan analisis histologis. Jumlah sample yang dibedah sebanyak 5 ekor setiap ulangan. Sample diambil secara acak pada waktu panen. Indeks gonad somatik dihitung sesuai dengan formula sebagai berikut : IGS =
????? ????? ????? ?????
7. Kualitas air
? ???
Parameter kualitas air media pemeliharaan meliputi suhu, kandungan oksigen terlarut, pH, amonia dan nitrit. Pengamatan menggunakan alat ukur digital dan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Pengukuran dilakukan pada kedalaman ±40 cm dari permukaan air. Pada awal, pertengahan dan akhir percobaan dilakukan pengukuran suhu dan kandungan oksigen terlarut setiap 2 jam sekali selama 24 jam.
18
Analisis data Bobot dan panjang individu, sintasan, keragaman
individu, food
conversion ratios dan bobot panen dianalisis menggunakan prosedur analysis of variance (ANOVA). Jika hasilnya berbeda nyata, maka untuk membedakan nila i tengah antar semua genotipe dan perlakuan digunakan uji wilayah ganda Duncan (Duncan’s multiple range test) pada taraf kepercayaan 95%. Tabulasi dan analisis data di komputer dilakukan menggunakan program Excell 2007 dan SPSS versi 12. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan referensi yang ada.
19
10 induk jantan XX 20 betina XX
10 induk jantan YY 20 betina XX
10 induk jantan YY 20 betina YY
6000 btr telur, 2 bak penetasan telur
6000 btr telur, 2 bak penetasan telur
6000 btr telur, 2 bak penetasan telur
5000 ekor larva XX
5000 ekor larva XY
5000 ekor larva YY
10 induk jantan XY 20 betina XX
3000 btr telur, 1 bak penetasan telur
2500 ekor larva XXXY
Pemijahan induk H1-H10
Koleksi dan penetasan telur H11H20
Pemeliharaan larva H21-H27
300 ekor x 4 akuarium (XX-MT)
250 ekor x 4 hapa (XX-MT)
80 ekor jantan x 4 jaring (XX-MT)
300 ekor x 4 akuarium (XX-AI)
250 ekor x 4 hapa (XX-AI)
80 ekor jantan x 4 jaring (XX-AI)
300 ekor x 4 akuarium (XX)
250 ekor x 4 hapa (XX)
80 ekor betina x 4 jaring (XX)
300 ekor x 4 akuarium (MT)
250 ekor x 4 hapa (MT)
80 ekor jantan x 4 jaring (XY-MT)
300 ekor x 4 akuarium (AI)
250 ekor x 4 hapa (AI)
80 ekor jantan x 4 jaring (XY-AI)
300 ekor x 4 akuarium (kontrol)
250 ekor x 4 hapa (kontrol)
80 ekor jantan x 4 jaring (XY)
300 ekor x 4 akuarium (MT)
250 ekor x 4 hapa (MT)
80 ekor jantan x 4 jaring (YY-MT)
300 ekor x 4 akuarium (AI)
250 ekor x 4 hapa (AI)
80 ekor jantan x 4 jaring (YY-AI)
300 ekor x 4 akuarium (kontrol)
250 ekor x 4 hapa (kontrol)
80 ekor jantan x 4 jaring (YY)
300 ekor x 4 akuarium
250 ekor x 4 hapa
(40 ekor jantan + 40 ekor betina) x 4 jaring (XX-XY)
Perlakuan H28-H56
Pendederan H57-H116
Pembesaran H117-H236
Percobaan tahap 1
Gambar 2. Skema pelaksanaan penelitian dari percobaan tahap 1 sampai tahap 2.
Percobaan tahap 2