DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN
DIDIK ARIYANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Diferensiasi Kelamin dan Performansi Tiga Genotipe Ikan Nila yang diberi Bahan Aromatase Inhibitor hingga Tahap Pembesaran adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2010
Didik Ariyanto
iii
ABSTRACT DIDIK ARIYANTO. Sex Differensiation and Performance of Three Genotypes of Nile Tilapia Administered with Aromatase Inhibitor until The Grow-out Period. Under direction of KOMAR SUMANTADINATA and AGUS OMAN SUDRAJAT . Tilapias are endemic to Africa, but interest in their aquacultural potential led to nearly worldwide distribution within more than the past fifty years. The desirability of monosex populations for tilapia culture is well established. Growout of monosex male populations prevents or minimizes recruitment and thereby competition between recruits and stocked fish which, in mixed sex populations, can significantly reduce harvested yields. This study conducted to know the effect of dietary administration of aromatase inhibitor imidazole for sex reversal in three genotypes of Nile tilapia i.e. XX, XY and YY genotype. Sex reversed tilapia with methyl-testosterone was used as positive control. Application of imidazole was given to 7 days after-hatching larvae for 28 days. Both of control negative and mixed sex population were fed a standard commercial ration. We also want to evaluate the performance of these populations in growing period in ponds. Mixed sex population, consisting of 50% XX genotype and 50% XY genotype was used as check population. The results showed that dietary administration of imidazole in XX genotype were significantly increased male proportion. The same treatment in XY genotype did not significantly increased the proportion of male but significantly increased male proportion in YY genotype. Until the end of fingerling rearing period, all genotypes and treatments did not significantly affect on both of growth and survival rate, except in YY genotype. Over the grow-out culture period of 120 days, all male populations especially in XY genotype and sex reversed from XX genotype have a better both of growth rate and harvest yield than those of all female and mixed sex populations. All genotypes and all treatments did not significantly affect on size variability, survival rate and food conversion ratios, except in YY genotype. Generally, YY genotype has a lowest performance until the end of grow-out period. Keywords : Nile tilapia, aromatase inhibitor, sex ratio, phenotypic performances, grow-out period.
iv
RINGKASAN DIDIK ARIYANTO. Diferensiasi Kelamin dan Performansi Tiga Genotipe Ikan Nila yang diberi Bahan Aromatase Inhibitor hingga Tahap Pembesaran. Dibimbing oleh KOMAR SUMANTADINATA dan AGUS OMAN SUDRAJAT. Laju pertumbuhan ikan nila dipengaruhi oleh jenis kelamin (sexual dimorphism). Ikan nila jantan mempunyai laju pertumbuhan lebih cepat dibanding ikan betina sehingga budidaya menggunakan populasi tunggal kelamin jantan diharapkan mempunyai produktivitas lebih baik dibanding populasi campuran. Salah satu metode produksi masal benih ikan nila tunggal kelamin jantan adalah dengan menambahkan hormon sintetik 17a-methyltestosterone. Namun demikian, saat ini penggunaan bahan sintetik tersebut sudah sangat dibatasi. Selain karena bersifat karsinogenik, hormon tersebut berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Dalam rangka mendapatkan bahan alternatif penggantinya, dilakukan penelitian pemanfaatan bahan aromatase inhibitor, khususnya imidazole. Bahan ini dapat digunakan dalam proses pembalikan kelamin karena menghambat sekresi enzim aromatase yang bertanggung jawab dalam konversi hormon androgen menjadi estrogen. Tingginya kadar androgen dalam tubuh akan mengarahkan proses diferensiasi kelamin ke arah kelamin jantan. Beberapa kegiatan penelitian sex reversal, umumnya menggunakan bahan genotipe campuran antara XX dan XY sehingga akurasi tingkat efektivitas dan efisiensi bahan aktif yang digunakan tidak optimal. Selain itu, sebagain besar penelitian sex reversal berhenti pada hasil nisbah kelamin yang diperoleh. Evaluasi performansi banih yang dihasilkan melalui kegiatan sex reversal, kaitannya dengan kegiatan akuakultur belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan aromatase inhibitor, khususnya imidazole terhadap tiga genotipe ikan nila, yaitu genotipe XX, XY dan YY, khususnya terhadap nisbah kelamin yang dihasilkan, laju pertumbuhan serta tingkat sintasan sampai tahap pendederan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi performansi benih tiga genotipe ikan nila yang diberi imidazole tersebut sampai tahap pembesaran, khususnya pada karakter laju pertumbuhan, sintasan, keragaman ukuran, food conversion ratios, bobot panen dan perkembangan organ reproduksi. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap. Bahan utama pada percobaan tahap 1 adalah larva ikan nila genotipe XX, XY dan YY. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan imidazole, hormon sintetik 17a-methyltestosterone sebagai kontrol (+) dan tanpa pemberian bahan apapun sebagai kontrol (-). Pemberian imidazole dilakukan melalui pakan pada larva ikan nila yang berumur 7 hari setelah menetas selama 28 hari. Setelah itu, benih dipelihara dalam hapa pendederan yang ditempatkan di kolam selama 60 hari. Pada akhir pendederan, dilakukan identifikasi jenis kelamin, bobot individu rata-rata dan sintasan benih ikan nila pada setiap ulangan dan perlakuan. Selain itu, juga dilakukan pemilihan individuindividu yang berkelamin jantan untuk dipelihara lebih lanjut pada tahap pembesaran. Sebagai pembanding digunakan populasi tunggal kelamin betina dan populasi campuran, terdiri atas 50% individu berkelamin jantan dan 50% berkelamin betina. Pemeliharaan benih pada tahap pembesaran dilakukan di
v
dalam jaring ukuran 4x4x1,5 m yang ditempatkan di kolam. Pemeliharaan tahap pembesaran dilakukan selama 120 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan imidazole secara nyata meningkatkan rasio kelamin jantan, khususnya pada genotipe XX, yaitu mencapai 82,44%. Populasi kontrol (-) genotipe XX mempunyai persentase kelamin jantan sebesar 7,55%. Penambahan hormon 17a-mt sebagai kontrol (+) menghasilkan persentase kelamin jantan sebesar 82,42% tidak berbeda nyata dibanding pemberian imidazole. Pemberian imidazole dan hormon 17a-mt pada genotipe XY, meskipun tidak terlalu nyata tetapi juga meningkatkan rasio kelamin jantan, yaitu mencapai 82,03 dan 85,13 % dari populasi kontrol (-) genotipe XY sebesar 79,81%. Namun demikian, perlakuan yang sama pada genotipe YY secara signifikan meningkatkan rasio kelamin jantan mencapai 97,12 dan 99,10 % dari kontrol (-) genotipe YY sebesar 83,01%. Sampai akhir tahap pendederan, semua perlakuan dan genotipe yang berbeda tidak memberikan efek yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan maupun nilai sintasan, kecuali pada genotipe YY yang mempunyai bobot dan sintasan paling rendah. Pada tahap pembesaran, penggunaan populasi tunggal kelamin jantan selain genotipe YY, yaitu genotipe XY maupun genotipe XX yang diberi imidazole mempunyai laju pertumbuhan dan hasil panen lebih baik dibandingkan populasi populasi campuran XX-XY, masing-masing sebesar 38,14 dan 23,58%. Sampai akhir tahap pembesaran, semua perlakuan dan genotipe yang berbeda tidak memberikan dampak yang berbeda nyata terhadap nilai keragaman ukuran, sintasan maupun nilai food conversion ratios, kecuali pada genotipe YY. Rendahnya laju pertumbuhan, sintasan dan hasil panen serta tingginya tingkat keragaman ukuran dan nilai food conversion ratios pada genotipe YY disebabkan tingkat inbreeding yang tinggi pada populasi tersebut. Selama kegiatan penelitian, organ reproduksi pada semua populasi berkembang normal. Populasi campuran genotipe XX-XY mempunyai perkembangan organ reproduksi lebih cepat dibanding populasi tunggal kelamin. Kata kunci : Ikan nila, aromatase inhibitor, ratio kelamin, performansi benih, tahap pembesaran.
vi
@ Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa ijin IPB.
vii
DIFERENSIASI KELAMIN DAN PERFORMANSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA YANG DIBERI BAHAN AROMATASE INHIBITOR HINGGA TAHAP PEMBESARAN
DIDIK ARIYANTO
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
viii
Judul Tesis : Diferensiasi Kelamin dan Performansi Tiga Genotipe Ikan Nila yang diberi Bahan Aromatase Inhibitor hingga Tahap Pembesaran Nama : Didik Ariyanto NRP : C151070181
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc.
Anggota
Ketua
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Akuakultur
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Enang Harris, M.Si.
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal ujian : 30 Desember 2009
Tanggal lulus :
ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini bisa diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak bulan Oktober 2008 ini adalah teknik sex reversal ikan nila dan performansi benih ikan hasil sex reversal dalam kegiatan budidaya, dengan judul ā€¯Diferensiasi Kelamin dan Performansi Tiga Genotipe Ikan Nila yang diberi Bahan Aromatase Inhibitor hingga Tahap Pembesaranā€¯. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc. dan Bapak Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, MSc., selaku pembimbing. Disamping itu, terima kasih juga disampaikan kepada Komisi Pengembangan SDM Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP atas kesempatan dan beasiswa untuk mengikuti Program Magister Ilmu Akuakultur, di IPB dan juga kepada Ibu Ir. Retna Utami, MSc., selaku Kepala Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi atas segala dukungan dana dan fasilitas penelitian serta masukannya. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Mennofatria Boer atas saran dan masukannya dalam analisis statistik hasil penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman peneliti dan teknisi di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi dan juga teman-teman di Program Studi Ilmu Akuakultur, IPB atas segala kebersamaan dan dukungannya. Selain itu, kepada ibu, bapak (alm.), saudara-saudaraku, istri dan anak-anakku, terima kasih atas segala doa, dorongan dan kasih sayang yang tiada terhingga. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang akuakultur pada khususnya.
Bogor, Januari 2010
Didik Ariyanto
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1973 di Kulonprogo, D.I. Yogyakarta, merupakan putra ke 4 dari 4 bersaudara, anak dari pasangan Bapak Sadiyo dengan Ibu Siswantinah. Gelar sarjana penulis diperoleh dari Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang pada tahun 1997. Penulis bekerja sebagai peneliti di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi sejak tahun 2000 hingga sekarang. Pada tahun 2007, penulis diberi kesempatan dan dibiayai oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana di Program Studi Ilmu Akuakultur, Institut Pertanian Bogor.