47
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap ; Penelitian Tahap I Penentuan Koef.dan Indeks Sinkr. Deg. Protein & BO Bahan Pakan dlm umen. Tujuan : Mengetahui indeks sinkr. deg protein dan BO pd. nisbah sinkronisasi degradasi protein dan BO (20, 25, dan 30 g N/kg BO) bahan pakan dlm rumen. Penelitian Tahap II Penentuan Nisbah Optimum Sinkr.Deg. Protein dan BO Ransum dalam Rumen. Tujuan : Mengetahui nisbah optimum sinkr.deg. protein dan degradasi BO (20, 25, dan 30 g N/kg BO) untuk efisiensi sintesis N mikroba rumen & efi.ransum.
Penelitian Tahap III Penentuan Kebutuhan Energi dan Protein Ransum dlm. Ransum yang Sinkron Degradasi Protein dan BO ransum dalam Rumen Tujuan : Mengetahui kebutuhan energi dan protein yg optimal dlm.ransum yg sinkron untuk efisiensi sintesis Nmikroba rumen dan efisiensi ransum. Gambar 4 Bagan alir tahap penelitian. Tahap I : Penentuan Koefisien dan Indeks Sinkronisasi Degradasi Protein dan BO Bahan Pakan dalam Rumen. Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan koefisien degradasi protein dan BO bahan pakan secara in sacco (Orskov adan McDonald 1979) yang digunakan untuk menentukan indeks sinkronisasi penyediaan N dan BO terfermentasi berdasarkan nisbah degradasi protein dan BO per jam (hourly degradation) dalam rumen, selanjutnya indeks sinkronisasi ini dijadikan dasar dalam formulasi ransum yang sinkron penyediaan N-protein dan energi untuk sintesis protein mikroba rumen yang efisien. Bahan Pakan Terdiri atas dua kategori, yakni bahan pakan hijauan dan pakan konsentrat baik yang konvensional (biasa diberikan) maupun yang inkonvensional berupa hasil ikutan /limbah agroindustri (onggok, ikan asin afkir dan jerami yang diolah) (Tabel 3).
48
Tabel 3 Komposisi kimia (%) bahan pakan hijauan dan konsentrat yang dievaluasi secara in sacco Kelompok Bahan Pakan Konsentrat : Sumber energi : Dedak Onggok Silase onggok+) Singkong Ubi jalar Jagung Sumber protein: Ampas tahu Bk. kedele Bk. kelapa Bk.in.sawit/BIS Tep. ikan Hijauan : Rumput : R. lapangan R. g a j a h R. r a j a Jr.padi moniasi*) Leguminosa : Jer. kac. tanah Jer. kedele D.turi D.gamal D.lamtoro D. kaliandra
BK
BO
SK
PK
LK
Abu
BETN
TDN
92.14 83.32 90.32 47.35 38.24 88.90
90.27 99.15 97.37 99.83 98.80 97.13
13.57 11.74 14.34 1.29 0.82 1.18
13.81 3.15 3.15 6.60 3.33 10.27
11.49 0.90 1.03 1.10 0.97 4.01
9.73 0.85 2.63 0.17 1.20 2.87
51.40 83.36 78.85 90.84 93.68 81.17
74.50 83.84 76.32 87.96 85.97 77.35
80.70 88.58 89.21 90.73 87.21
96.61 92.26 79.74 87.59 59.89
13.02 5.60 9.73 13.85 11.20
28.16 48.81 17.62 18.04 22.66
6.12 1.26 9.65 4.14 3.35
3.39 7.74 20.26 12.41 40.14
49.31 36.59 42.74 51.56 22.68
78.26 81.63 65.29 63.92 12.30
. 34.28 31.71 25.52 44.28
93.01 92.14 96.93 82.52
26.10 29.80 34.32 26.05
11.22 12.44 13.61 10.95
2.86 0.33 2.00 0.70
6.98 7.85 3.07 17.48
52.83 49.57 47.00 44.82
69.51 67.12 59.25 61.48
19.25 29.53 33.90 28.44 22.90 28.43
88.04 92.35 95.31 93.54 93.64 95.39
21.74 16.92 11.28 15.21 17.54 17.61
18.99 19.83 20.81 17.37 13.97 21.08
3.08 3.44 4.53 4.25 2.43 5.91
11.96 7.64 4.68 6.46 6.36 4.61
44.23 52.16 58.69 56.71 59.70 50.79
65.53 66.61 76.27 63.54 83.12 75.23
Keterangan : *) Amoniasi dengan 4% N-protein-urea/kg jerami padi, dan menggunakan kotoran ayam sebagai sumber urease (Warly et al. 1997). +) Ensilase onggok untuk menurunkan kadar HCN (Yerizal 2001).
Hewan Percobaan Dua ekor sapi berfistula rumen dengan berat sekitar 140 kg, ditempatkan dalam kandang individu (2.5 x 1.2 m) yang dilengkapi tempat makan dan minum. Pemberian pakan sebanyak 1.1 x kebutuhan energi hidup pokok (rekomendasi AFRC 1993; diacu Richardson et al. 2003) dilakukan 2 x sehari pukul 8.00 dan 16.30. Air minum tersedia setiap saat (ad libitum). Prosedur Inkubasi Sebagai persiapan, sampel pakan konsentrat digiling sementara sampel pakan
49
hijauan diris-iris sepanjang 5 mm agar lewat saringan 2 mm untuk diperoleh ukuran partikel > 45 µm. Sekitar 5 gram sampel dimasukkan ke dalam kantong nilon berukuran 14 x 9 cm. Sebanyak 8 kedalam
rumen
kantong
berisi sampel
tersebut dimasukan
sebelum pemberian makan pagi. Kemudian diambil setelah
interval waktu inkubasi tertentu, yaitu untuk pakan hijauan adalah 2, 4, 6, 12, 24, 48, 72 jam sementara untuk pakan konsentrat adalah 2, 4, 6, 8, 12, 24, 48 jam. Selanjutnya kantong dicuci dengan air mengalir. Kantong nilon yang berisi sampel tanpa diinkubasi dalam rumen, dicuci seperti tersebut di atas untuk menentukan jumlah komponen yang cepat larut pada waktu t = 0 (fraksi a). Setelah pencucian, kantong yang berisi residu sampel dikeringkan dalam oven 60o C dan ditimbang lagi, selanjutnya diketahui nilai degradasi protein dan degradasi BO. Koefisien degradasi ditentukan dengan memasukkan data nilai degradasi protein dan atau BO tersebut ke dalam persamaan menurut Orskov dan McDonald (1979), sebagai berikut :
p = a + b (1 – e-ct)
(1)
dimana : p adalah jumlah kumulatif yang terdegradasi pada waktu t, a adalah fraksi yang cepat terlarut, b adalah fraksi yang potensial didegradasi dalam rumen, c adalah laju degradasi fraksi b, dan t adalah waktu dalam jam. Tingkat degradasi efektif yakni menggunakan persamaan : p = a + ((bc)/(c+k)) (1-e-(c-k)t)
(2)
dimana : k adalah laju pakan yang solid dari rumen, besarnya untuk konsentrat diasumsikan sebesar 5 %/jam dan hijauan 3 %/jam (Nocek dan Russell 1988). Bila ada lag phase, tingkat degradasi efektif tersebut dihitung sebagai berikut; p = a + b ((bc)/(c+k)(1-e-(c-k) (t-lag))(e-klag)
(3)
dimana :a, b, dan c adalah yang tersebut di atas dan lag phase dalam jam. Keterangan : Urea diasumsikan mempunyai fraksi a sebesar 0.90 dan sisanya yang terdegradasi 0.10 dengan laju degradasi (c) sebesar 0.5 %/jam (Richardson et al. 2003). “Hourly degradation” protein dan BO dihitung sebagai perbedaan degradasi antara waktu yang berurutan dan dialokasikan pada jumlah jam sehari (Sinclair et al. 1993).
50
Indeks sinkronisasi dihitung dari nilai “hourly” protein dan BO yang didegradasi tersebut menggunakan persamaan (Sinclair et al. 1993) sebagai berikut : 25 − ∑
1− 24
Indeks Sinkronisasi =
(25 − hourlyN / OM ) 2 24 25
(4)
dimana : 25 = 25 gr N-protein/kg BO terfermentasi dalam rumen, diasumsikan rasio yang optimal. Indeks sinkronisasi dengan nilai 1 menunjukkan sinkronisasi sempurna antara penyediaan N-protein dan BO selama sehari dan nilai < 1 diindikasikan tidak sinkron. Angka ”25” pada persamaan (4) diganti dengan angka 20 dan 30 untuk menentukan indeks sinkronisasi pakan pada nisbah 20 g N/kg BO dan pada nisbah 30 g N /kg BO terfermentasi dalam rumen. Sehingga setiap bahan pakan mempunyai tiga macam nilai indeks sinkronisasi yakni indeks sinkronisasi pada nisbah 20 g N /kg BO terfermentasi (I20),
nisbah 25 g N /kg BO terfermentasi (I25), dan indeks
sinkronisasi pada nisbah 30 g N/kg BO terfermentasi (I30). Selanjutnya dapat disusun tiga macam ransum yang mana bahan pakannya sama tetapi berbeda nisbah sinkronisasi degradasi protein dan degradasi BO dalam rumen (20, 25, dan 30 g N /kg BO terfermentasi dalam rumen). Ketiga ransum tersebut digunakan untuk penelitian tahap II. Tahap II : Penentuan Nisbah Optimum Sinkronisasi Degradasi Proteina dan BO dalam Rumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nisbah optimum sinkronisasi degradasi protein dan degradasi BO untuk efisiensi sintesis N mikroba rumen dan efisiensi ransum. Menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan ; Sebagai perlakuan adalah tiga macam ransum yang berbeda nisbah N terse-dia dan BO terfermentasi dalam rumen,yaitu : 20, 25 dan 30 g N /kg BO ransum yang terfermentasi dalam rumen.
Ketiga ransum tersebut disusun dari bahan pakan yang
sama (Tabel 4) dan mempunyai kandungan protein dan TDN serta indeks sinkronisasi yang relatif sama (Tabel 5). Dua belas ekor sapi berumur 1 – 1.5 tahun dengan bobot badan 82 – 113 kg
51
Tabel 4 Komposisi kimia (%) dan indeks sinkronisasi bahan pakan ransum penelitian Pakan R.lap Dedak Jagung Bk.kel. Tp.ikan
BK 35.6 87.8 85.8 89.2 87.2
Mineral 100
BO 94.3 90.8 99.1 79.7 59.8
PK 10.2 13.0 7.7 17.6 22.7
SK 27.8 11.6 0.9 9.7 11.2
LK 2.0 8.6 3.5 9.7 3.4
Abu 5.7 9.2 0.9 20.3 40.2
TDN 63.7 66.8 81.9 65.3 12.3
I20 1) 0.538 0.277 0.660 0.827 -0.167
I25 0.430 0.621 0.528 0.695 0.266
I30 0.359 0.851 0.440 0.580 0.555
.
-
-
-
100
-
-
-
-
Keterangan : 1) indeks sinkronisasi penyediaan N-protein dan energi pakan dikaitkan dengan efisiensi sintesis N mikroba, yakni sebesar 20, 25, 30 g N/kg BO terfermentasi dalam rumen
Tabel 5 Komposisi pakan dan kimia (%) serta indeks sinkronisasi ransum penelitian Pakan Rumput lapangan Dedak Jagung Bungkil kelapa Tepung ikan Mineral
R20 27.24 21.52 38.55 5.50 6.68 0.50
Bahan kering Bahan organik Protein Serat kasar Lemak kasar Abu BETN TDN Indeks sinkronisasi ransum
72.93 91.83 11.04 11.70 4.50 8.17 6.59 6.69 0.500
R25 27.16 29.03 34.30 0.21 8.80 0.50
R30 50.00 30.67 14.02 2.10 2.71 0.50
72.98 91.41 11.23 12.23 4.55 8.59 63.40 65.98 0.503
61.52 92.19 11.16 18.09 4.43 7.81 58.51 65.50 0.529
,
Keterangan : R20; R25; R30 adalah ransum berturut-turut disusun bahan pakan mempunyai I20, I25, dan I30.
dan dibagi menjadi empat kelompok. Sapi tersebut digunakan sebagai hewan percobaan (in vivo) untuk mengetahui pengaruh ransum perlakuan tersebut. Periode penelitian adalah selama 37 hari, 14 hari untuk periode adaptasi, 14 hari periode penggemukan dan 7 hari menjelang akhir penelitian untuk periode koleksi. Setiap ransum perlakuan diberikan kepada 4 ekor sapi yang ditempatkan secara acak pada kandang individu (2.5 x 1.5 m). Pemberian ransum dilakukan 2x sehari dengan takaran sama pada pukul 8.00 dan 16.30.
Air minum tersedia setiap saat (ad libitum).
52
Penimbangan dilakukan pada awal/akhir periode sebelum pemberian makan pagi dan dilakukan 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan berat rata-rata. Pada periode koleksi setiap harinya dilakukan pengukuran konsumsi ransum (selisih yang diberikan dengan sisa pakan), pengumpulan feses dan urin. Feses yang terkumpul ditimbang, diambil contoh sebanyak 10% untuk dianalisis. Pada penampung urin ditambah sekitar 25 ml 10% H2SO4 untuk menghindari terjadinya penguapan N-urin dan kerusakan derivat purin oleh bakteri. Cairan rumen diambil dari sapi berfistula rumen yang diberi makan ransum perlakuan, yaitu sebelum diberi makan pagi (0 jam) dan 3, 6, 9 setelah pemberian makan. Peubah yang diamati adalah konsumsi dan daya cerna bahan kering (BK), BO dan protein ransum, retensi N; allantoin dalam urin (Chen dan Gomes 1992), parameter cairan rumen (VFA, NH3, dan pH rumen) pertambahan berat badan (PBB), dan efisiensi ransum. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam untuk rancangan acak kelompok (RAK) dengan menggunakan Prosedur GLM SAS (2004). Ransum perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik dijadikan rujukan untuk penelitian tahap III, yaitu ransum yang mempunyai nisbah degradasi protein dan BO yang sinkron sebesar 20 N-protein/kg BO terfermentasi dalam rumen. Tahap III : Kandungan Energi dan Protein dalam Ransum Berbasis Sinkronisasi Degradasi Protein dan BO Ransum dalam Rumen Sapi Lokal Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan energi dan protein yang optimal dalam ransum yang nisbah sinkronisasi degradasi protein dan bahan organik dalam rumen sebesar 20 g N/kg BO terfermentasi dalam rumen, agar diperoleh efisiensi sintesis N mikroba rumen dan pertumbuhan sapi lokal serta efisiensi ransum. Menggunakan bahan yang telah dianalisis proksimat dan diketahui nilai indeks sinkronisasinya (I20) (Tabel 4), disusun 6 macam ransum mengikuti rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 3. Faktor A adalah level TDN ransum, yaitu A1 = 65%; A3 = 70%. Faktor B adalah level protein ransum, yaitu B1 = 10%; B2 = 12%; B3 = 14%. Semua ransum tersebut sinkron dalam hal penyediaan N-protein dan energi untuk fraksi mikroba dalam rumen, yaitu nisbah yang optimal sinkronisasi degradasi protein dan BO yang terfermentasi dalam rumen yakni 20 g N/kg BO (Tabel 6).
53
Tabel 6 Komposisi pakan dan kimia (%) serta indeks sinkronisasi ransum penelitian Pakan R.lapangan Dedak Jagung Bk.kelapa Tp.ikan Mineral
R1 86.28 6.73 6.48 0.01 0.50
R2 43.43 6.27 37.97 8.08 3.75 0.50
R3 32.95 6.06 28.27 23.67 8.55 0.50
R4 22.15 23.09 29.12 23.02 2.12 0.50
R5 13.17 21.70 20.04 37.57 7.02 0.50
R6 8.98 32.64 18.96 36.76 2.16 0.50
BK BO PK SK LK Abu
38.98 93.15 10.45 24.67 2.60 6.85
53.51 92.96 10.45 14.35 3.64 7.04
59.16 88.58 12.44 13.38 4.74 11.42
66.18 90.34 12.05 11.57 5.74 9.65
73.69 86.15 13.93 10.80 6.69 13.84
77.71 87.51 13.60 10.27 7.27 12.49
BETN TDN R D P 1) R U P 2) Fermented OM Unfermented OM Ind.sinkr.
55.43 64.67 7.27 3.18 66.33 26.82 0.562
64.52 68.65 6.38 4.07 62.04 30.92 0.562
58.02 64.67 6.74 5.70 56.77 31.81 0.562
60.99 68.65 6.84 5.21 57.60 32.74 0.562
54.74 64.67 7.17 6.76 52.64 33.51 0.562
56.37 67.30 7.27 6.33 53.66 33.85 0.564
Keterangan : R1= ransum 10% PK, 65% TDN; R2 = ransum 10% PK, 70% TDN; R3 = ransum 12% PK, 65% TDN; R4 =ransum 12% PK, 70% TDN; R5 = ransum 14% PK, 65% TDN; R6 = ransum 14% PK, 70% TDN; 1)RDP = rumen degradable protein; 2) RUP = rumen undegraded protein
Setiap ransum diberikan kepada 3 ekor sapi (umur 1-1.5 tahun dan bobot badan 90–135 kg) yang ditempatkan secara acak pada kandang individu (2.5 x 1.5 m). Pemberian ransum untuk pertumbuhan yang optimal, diberikan 2 x sehari dengan takaran sama pada pukul 8.00 dan 16.30.Air minum tersedia setiap saat (ad libitum). Periode penelitian adalah selama 37 hari, 14 hari untuk periode adaptasi terhadap ransum perlakuan,14 hari periode penggemukan dan 7hari menjelang akhir penelitian untuk periode koleksi. Pada periode koleksi setiap harinya dilakukan pengukuran konsumsi ransum, pengumpulan feses dan urin. Feses yang terkumpul ditimbang, disampling sebanyak 10% untuk dianalisis. Pada penampung urin ditambah sekitar 25 ml 10% H2SO4 untuk menghidari terjadinya penguapan N-urin dan kerusakan derivat purin oleh bakteri. Penimbangan dilakukan seminggu sekali sebelum pemberian makan pagi. Cairan rumen diambil dari sapi berfistula rumen yang diberi makan ransum perlakuan, yaitu sebelum diberi makan pagi (0 jam) dan 3, 6, 9 jam setelah
54
pemberian makan. Keenam ransum tersebut dilihat pengaruhnya terhadap konsumsi dan kecernaan BK, BO, PK dan serat kasar (SK) ransum, retensi N, allantoin urin, blood urea nitrogen (BUN), parameter cairan rumen, pertambahan berat badan (PBB), dan efisiensi ransum. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam untuk rancangan acak kelompok (RAK) dengan menggunakan Prosedur GLM SAS (2004).
Pengukuran Peubah Pengukuran Konsentrasi VFA Cairan Rumen Konsentrasi VFA diukur dengan menggunakan metode steam destilation (GLP 1966). Sebanyak supernatan cairan rumen dimasukan kedalam tabung destilasi kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 15%. Tabung secepatnya ditutup sumbat karet yang telah dihubungkan dengan pipa destilasi berdiameter ± 0.5 cm. Kemudian ujung pipa yang lain dihubungkan dengan alat pendingin Leibig. Tabung destilasi dimasukkan kedalam labu destilasi yang telah berisi air mendidih tanpa menyentuh permukaan air tersebut. Hasil destilasi ditampung dalam Erlenmeyer 500 ml yang telah diisi 5 ml NaOH 0.5 N. Destilasi selesai pada saat jumlah destilat yang tertampung mencapai 300 ml. Destilat yang tertampung ditambahkan indikator phenolphthalein (pp) sebanyak 2-3 tetes lalu dititrasi dengan HCL 0.5 N sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu menjadi tidak berwarna (bening). Kadar VFA total dapat dihitung sebagai berikut : VFA total (mM) = (ml HCL – ml blanko) x N HCl x 1000/5 Pengukuran Konsentrasi NH3 Cairan Rumen Analisis konsentrasi NH3 cairan rumen dilakukan dengan metode destilasi. Reagen yang digunakan adalah trichloro acid (TCA) 20 %; indikator asam borat 2 %; Na tetra borat jenuh; dan H2SO4 0.02 N. Sampel cairan rumen sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung centrifuge kemudian ditambahkan TCA 20% sebanyak 3 ml. Selanjutnya dilakukan centrifuge
55
selama 15 menit. Kemudian pada supernatan diambil 3 ml dan dimasukkan ke dalam labu destilasi. Pada labu destilasi ditambahkan Na tetra borat jenuh sebanyak 15 ml. Destilat ditampung dalam gelas piala yang berisi 5 ml indikator asam borat 2 % sampai volume keseluruhannya sebanyak 20 ml. Setelah itu destilat dititer dengan H2SO4 0.02 N sampai larutan berwarna biru. Konsentrasi NH3 cairan rumen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Konsentrasi NH3 cairan rumen (mg/100ml) = 0.28 x volume titer x 100 Pengukuran pH Cairan Rumen Pengukuran pH cairan rumen dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sintesis N Mikrobial Sintesis N mikroba rumen diestimasikan berdasarkan ekskresi total derivate purin (DP) urin yakni allantoin. Estimasi sintesis N mikroba rumen dihitung menurut Chen dan Gomes (1992), yakni dengan rumus : Y = 0.85 X + 0.385 BB0.75 N mikroba rumen (gN/hr) =
X (mmol / hari) x70 = 0.727 X 0.116 x0.83 x1000
Keterangan : Y
= ekskresi DP (mmol/hari)
X
= absorbsi purin
0.85
= proporsi DP melalui plasma dan diekskresikan lewat urin
0.385 BB0.75 = kontribusi endogenus pada ekskresi DP 0.83
= koefisien cerna untuk N mikroba rumen
70
= kandungan N purin (mg/mmol)
0.116
= rasio N purin : total N pada biomas mikroba rumen
Konsentrasi allantoin dalam urin diukur dengan spektrofotometer dengan ppanjang gelombang 522 nm. Allantoin dihidrolisis dalam kondisi alkali pada suhu 100 0C menjadi asam allantoat yang kemudian akan didegradasi menjadi urea dan asam glioksilat dalam larutan asam. Asam glioksilat akan bereaksi dengan phe-
56
nilhidrazin hidroklorid menjadi phenilhidrazon yang akan membentuk senyawa berwarna dengan potassium ferrisianida. Reagen yang digunakan adalah NaOH 0.5 M; HCL 0.5 M; Phenilhidrazin hidroclorid 0.023 M yang dipreparasi segar sebelum digunakan (0.1663 g phenilhidrazin hidroklorid dilarutkan dengan aquades sampai volume 50ml). Urin diencerkan yakni 1 ml urin diencerkan 10 - 40 kali tergantung kepekatannya sehingga dapat masuk dalam kisaran larutan standar yang digunakan. Sebanyak 1 ml urin yang telah diencerkan dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 5 ml aquades dan 1 ml 0.5 M NaOH, dicampur sehingga homogen dengan vortex. Tabung dimasukkan dalam oil bath bersuhu 100 0C selama 7 menit kemudian didinginkan. Selanjutnya ditambahkan 1 ml HCL 0.5 M dan 1 ml phenilhidrazin dan dicampur sehingga homogen dengan vortex, diinkubasikan kembali dalam oil bath bersuhu 100 0C selama 7 menit dan didinginkan dalam alcohol ice. Sebanyak 3 ml HCl pekat dingin dan 1 ml potassium ferrisianida dicampur dengan vortex, dan setelah 20 menit dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 522 nm. Konsumsi Nutrien
Konsumsi nutrien diperoleh dengan menimbang makanan yang diberikan dikalikan dengan kandungan nutrien (BK, BO, SK, PK), kemudian dikurangi sisa makanan yang dikalikan kandungan nutrien tersebut. Kecernaan Nutrien
Kecernaan nutrien dihitung berdasarkan selisih antara nutrien (BK, BO, SK, PK) yang dikonsumsi dengan jumlah nutrien tersebut dalam feses, kemudian dibagi dengan nutrien yang dikonsumsi dan dikalikan 100%. Kecernaan (%) =
nutrien yang dikonsumsi - nutrien dalam feses x100% nutrien yang dikonsumsi
Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi
Pertambahan bobot badan (PBB) harian diperoleh dari selisih antara bobot badan akhir periode pengamatan dengan bobot badan awal periode pengamatan
57
dibagi waktu periode pengamatan. Pertambahan bobot badan harian sapi dihitung dengan menggunakan rumus berikut : PBBH =
W2 - W1 t2 - t1
Keterangan : PBBH = pertambahan bobot badan harian sapi W2
= bobot badan sapi pada akhir periode pengamatan
W1
= bobot badan sapi pada awal periode pengamatan
t2
= waktu akhir periode pengamatan
t1
= waktu awal periode pengamatan
Retensi Nitrogen (Nitrogen Retention)
Retensi nitrogen diketahui dengan cara menghitung jumlah nitrogen makanan yang dikonsumsi dikurangi dengan nitrogen yang keluar melalui feses dan urin. Efisiensi Penggunaan Ransum
Efisiensi penggunaan ransum dihitung berdasarkan perbandingan antara pertambahan bobot badan harian dan konsumsi bahan kering (BK) ransum. Protein Efficiency Ratio (PER)
Protein efficiency ratio dihitung berdasarkan perbandingan antara pertambahan bobot badan harian dan konsumsi protein ransum. Pengukuran Blood Urea Nitrogen (BUN)
Analisis konsentrasi urea plasma darah dilakukan dengan metode Berthelot (Chaney dan Marbach 1962). Membuat tiga macam larutan : 1) plasma darah diencerkan dengan cara 20 µl plasma darah + 500 µl larutan NaCl fisiologis, diambil 50 µl plasma darah yang telah diencerkan + 20 µl urease suspension; 2) 20 µl larutan standar urea diencerkan dengan 500 µl larutan NaCl fisiologis, diambil 50 µl larutan standar yang telah diencerkan + 20 µl urease suspension; 3) reagen blank dibuat dengan mengencerkan 20 µl urease suspension dengan 50 µl aquabidest.
58
Ketiga macam larutan di atas diinkubasikkan pada suhu 37 0C selama 15 menit. Kemudian ditambahkan 500 µl phenol reagen dan 500 µl hypoclorit solution. Selanjutnya diinkubasi kembali pada suhu 37 0C selama 10 menit. Absorban sampel dan standar dibaca diselingi dengan blank untuk mengenolkan. Pembacaan absorban dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer coleman 44 dengan panjang gelombang 578 nm. Konsentrasi urea plasma darah dihitung sebagai berikut : Konsentrasi urea plasma darah (mg/100ml) = Absorban sampel x
40 Absorban standar
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2006 sampai dengan 28 Januari 2008, dan dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang dan laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan IPB, Bogor.