BAGIAN EMPAT
ANALISA DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL. Pad
ang
Rumah Sakit Agung
Jl. Bu
ki t
Tin
gg i
JL
.D R.
kti
Sa ha rj
Ba
o
. JL
. JL an M iU a ra gg ta ra
w .S a ay ad
n sio Sta
JL
4.1 Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Stasiun Manggarai Didalam buku Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah kecamatan Tebet Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan tahun 2005 PEMDA DKI Dinas Tata Kota, untuk Rencana Pengembangan Prasarana antara lain : a. Prasarana transportasi untuk pejalan kaki dan kendaraan bermotor, angkutan kereta api, angkutan sungai, danau dan penyebrangan, angkutan laut dan angkutan udara yang dikembangkan sebagai pelayanan angkutan terpadu untuk lalu lintas local, regional, nasional dan internasional . b. Pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut : Tersusunnya suatu jaringan sistem transportasi yang efisien dan efektif Meningkatnya kelancaran lalu lintas dan angkutan. Terselenggaranya pelayanan angkutan umum yang aman, tertib, nyaman, teratur, lancar dan Efisien. Terselenggaranya pelayanan angkutan barang yang sesuai dengan perkembangan sarana angkutan dan teknologi transportasi angkutan barang. Meningkatnya keterpaduan baik antara sistem angkutan laut, udara dan darat maupun antar moda angkutan darat. Meningkatnya disiplin pengguna jalan dan pengguna angkutan c. Mengembangkan sistem jaringan dan kapasitas angkutan kereta api melalui pengembangan kereta api layang, pada permukaaan maupun jaringan kereta api bawah tanah. d. Rel Kereta api
84
Angkutan kereta api diharapkan dapat menjadi sarana angkutan umum utama, karena adanya rencana pengembangan stasiun kereta api Manggarai. Sampai tahun 2005 direncanakan pembangunan Manggarai yang merupakan terminal terpadu antara angkutan kereta api (stasiun Kereta Api) dengan bus (terminal). Lintasan kereta api di terminal Terpadu ini 18 direncanakan berada di lantai dasar, akan melayani KRL jabotabek serta kereta api super cepat (antar kota) dan memiliki 22 jalur kereta api dengan 9 peron. Empat jalur disediakan khusus untuk kereta api cepat. Rencana jangka panjang terminal terpadu ini juga akan dibangun stasiun bawah tanah (metro)18
4. 2 Peraturan serta Peruntukan Lahan Sampai Tahun 2005 - Luas tapak : 60.000 m2 - GSB : 5m - KDB : 50 % Luas lantai dasar yang diizinkan : 50 % x 60.000 m2 = 30.000 m2 - KLB : 3,5 < KLB < 4 Luas lantai bangunan maksimum : 3,5 x 60.000 m2 - Perhitungan ketinggian : 21/30 M - Tinggi bangunan maksimum
: 7 lantai
- Luas kebutuhan ruang
: 49.343 m2
- Kebutuhan ruang dalam - Peruntukan
: 49.343 m2 dibulatkan 50.000m2 : Pengembangan Stasiun
4. 3 Kondisi Topografi Kondisi topografi cenderung mendatar tanpa ada perbedaan ketinggian kontur yang berarti. Hal ini sangat memudahkan dalam penataan lingkungan tapak. 4. 4 Analisa Stasiun Kereta Api Manggarai Angkutan Kereta Api diharapkan dapat menjadi sarana angkutan umum utama, karena adanya rencana pengembangan Stasiun Kereta Api Manggarai, sampai dengan tahun 2005 direncanakan pengembangan Stasiun Manggarai yang sarana angkutan kereta Api (Stasiun Kereta) lintasan kereta api di terminal terpadu ini direncanakan berada di diatas permukaan tanah, akan melayani KRL Jabotabek serta kereta api susun cepat (antar kota) dan memiliki 22 jalur kereta api dengan sembilan peron, empat jalur disediakan khusus untuk kereta api cepat. 18 Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan Tebet Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan tahun 2005, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Tata kota, 2005
85
kereta api dengan sembilan peron, empat jalur disediakan khusus untuk kereta api cepat. Pengembangan juga akan direncanakan di Stasiun Manggarai ini, dengan rencana Perum Angkasa Pura II yang akan membangun jalur kereta api khusus bandara yang akan menghubungkan bandara dengan Stasiun Kereta Api Manggarai, Jakarta. Rencananya, stasiun akan dibangun di stasiun Manggarai. Pengadaan kereta api khusus ini dibuat mengikuti negaranegara seperti Kuala Lumpur, Changi, Shanghai, dan Schipol yang sudah lebih dulu membangunnya. Jalur Kereta Api khusus bandara ini akan dibangun bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia dan PT Industri Nasional Kereta Api (INKA). Di Stasiun Kereta Api Manggarai rencananya akan disiapkan fasilitas yang sekaligus berfungsi sebagai terminal pusat Check-in. Artinya, ketika penumpang masuk di stasiun terpadu KA Manggarai, mereka sudah bisa check-in tiket pesawat lalu naik kereta api menuju bandara dalam waktu 20 menit dan terhindar dari masalah kemacetan dan banjir yang sering terjadi di jalan tol bandara. PT KA dan Perum Angkasa Pura II bersepakat untuk pembangunan jalan kereta api sepanjang 40 km dari Stasiun Manggarai ke Bandara Soekarno- Hatta. Ide utama jenis kereta yang nantinya melayani kedua bandara itu adalah jenis kereta penumpang, namun jika dalam perkembangannya
permintaan
terhadap
angkutan
barang
(kargo)
juga
tinggi akan
dipertimbangkan kemudian. Untuk Pembangunan Stasiun Kereta api ini Perum Angkasa Pura II melibatkan PT Kereta Api dan PT Industri Kereta Api (INKA). PT Kereta Api akan ditunjuk sebagai operator sedangkan PT Inka sebagai penyedia sarana kereta api. Ketiga perusahaan itu akan membentuk konsorsium KA Bandara.
4. 5 Analisa Kegiatan 4. 5.1 Kedudukan Proyek Terhadap Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan proyek Stasiun Kereta Rel Manggarai dikategorikan sebagai pelaku kegiatan dinamis, hal ini disebabkan karena fungsinya sebagai sarana transportasi terpadu. Terdapat aneka ragam karakteristik pelaku kegiatan.
86
4. 5.2 Sasaran Pelayanan Untuk Pelaku Kegiatan Sasaran pelayanan Stasiun Kereta Api Manggarai adalah : Para komuter yaitu penduduk yang tinggal di sekitar kawasan Manggarai, yang melakukan perjalanan secara rutin setiap hari untuk melakukan aktifitas dari rumah menuju tempat kerja di Jabotabek Orang-orang yang melakukan perjalanan dengan moda kereta api yang transit di Stasiun Kereta Api Manggarai untuk melanjutkan perjalanan. Orang-orang dari tempat lain yang melakukan perjalanan ke Manggarai dan sekitarnya dengan moda kereta api. - Sebagian orang-orang yang ingin melakukan perjalanan ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur ( ke luar kota). Orang-orang yang menggunakan moda angkutan umum dalam kota lainnya seperti Bus, metro mini, mikrolet, taksi dan sebagainya.
4. 5.3 Perhitungan Jumlah Penumpang Pelaku Kegiatan Stasiun
Kereta Api
Manggarai ini berfungsi untuk melayani orang-orang yang
menggunakan angkutan kereta api dan moda angkutan umum dalam kota (bus, metro mini, taksi dsb.) untuk melakukan perjalanan. Setelah mengetahui sasaran pelayanan Stasiun Kereta Api Terpadu ini maka perlu diketahui jumlah penumpang yang akan menggunakan Stasiun Kereta Api ini. Jumlah penumpang yang naik/turun di Stasiun Kereta Api Manggarai setiap harinya + 153.500 orang dari jumlah penumpang seluruh perjalanan dari / ke Stasiun Kereta Api Manggarai.
Sumber : Kereta Sampai Manggarai Saja, Koran Tempo, kamis, 4 Mei 2006 5
Jumlah penumpang yang naik/turun di Stasiun Kereta Api Manggarai dalam 2 jam padat antara jam 6.00 – 8.00 WIB dan jam 16.00 – 18.00 WIB adalah 25.583 penumpang.
87
4. 5. 4 Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan pada Stasiun Kereta Api Manggarai secara garis besar adalah : Orang-orang yang tinggal di Manggarai dan sekitarnya yang melakukan perjalanan Setiap hari untuk bekerja, sekolah, berbisnis dan sebagainya (para komuter). Orang-orang yang melakukan perjalanan jarak jauh ke Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan rute dan jadwal khusus (luar kota). Orang-orang yang mengelola kegiatan komersial dan pedagang yang berjualan pada Area tertentu untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang berada di Stasiun Kereta Api Terpadu Manggarai. Sekelompok orang yang bekerja mengelola bangunan terpadu Stasiun Kereta Api Manggarai yang terdiri dari karyawan Perumka dan terminal bus. Sehingga dalam merancang bangunan Stasiun Kereta Api harus diperhatikan masalah kapasitas penumpang, kecepatan, keselamatan, ketepatan waktu, kenyamanan dan efektifitas waktu tunggu sebagai dasar untuk mencapai pelayanan yang efisien sebagai bangunan utilitas. Para komuter sebagai pengguna rutin yang melakukan perjalanan dari pinggir kota (sub urban) ke kota (urban) atau sebaliknya untuk bekerja, sekolah dan lainnya, menjadi factor penting yang harus diperhatikan dalam merencanakan stasiun kereta api secara praktis, efektif dan produktif. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan para komuter selain bepergian, bangunan ini dipadukan dengan fungsi komersial (perbelanjaan, restoran, took, kios, bank, dll.) secara terpadu.
4. 5. 5 Skema Alur Kegiatan Berdasarkan pertimbangan karekteristik pelaku kegiatan, sirkulasi alur kegitan
yang
berlangsung di dalam Stasiun Kereta Api Manggarai adalah : 1. Penumpang Komuter Didalam sarana transportasi terpadu banyak pihak yang terlibat dan saling mengadakan kegiatan untuk mencapai kebutuhan yang diinginkan, yaitu : 1. Penumpang Penumpang di dalam proyek dibedakan atas penumpang : Pengguna jasa kereta rel berupa : Kereta Rel Komuter, Kereta Rel Jarak Jauh. Pengguna jasa emplasmen kendaraan berupa : Bus Antar Kota, Bus Terminal Udara atau Bus Khusus Pelabuhan Laut. Karakter penumpang dapat dibedakan menjadi :
88
Penumpang yang berangkat Penumpang yang tiba. 2. Pengantar atau Penjemput Yaitu orang yang melakukan aktivitas mengantar atau menjemput penumpang yang akan bepergian. 3. Pengurus atau Pengelola Yaitu orang yang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan penyelenggaraan fungsi sarana transportasi terpadu. Berdasarkan pertimbangan karekteristik pelaku kegiatan, sirkulasi alur kegitan yang berlangsung di dalam Stasiun Kereta Api Terpadu Manggarai adalah : 1. Penumpang Komuter Kelompok penumpang komuter ini adalah masyarakat yang tinggal di kawasan Manggarai dan sekitarnya yang secara rutin setiap hari pulang pergi untuk beraktifitas dari sub urban ke urban dan sebaliknya.
. Penumpang kereta api datang dengan kendaraan pribadi Datang Calon penumpang yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi (mobil, motor, dll) adalah orang yang tinggal di area yang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Calon penumpang tersebut datang ke stasiun dan menitipkan kendaraannya kemudian berangkat dengan KA
Belanja, makan, Minum, istirahat
Datang
Parkir
Beli Karcis
Masuk Stasiun
Masuk Peron
89
Naik KA
Berangkat
Pulang Penumpang turun dari kereta api lalu pulang dengan kendaraan pribadinya. Belanja, makan Minum, istirahat Turun Dari KA
Peron
Periksa Karcis
Keluar Stasiun
Ambil Kendaraan
Pulang
Penumpang kereta api datang dengan kendaraan umum Datang Belanja, makan Minum, istirahat Turun dari Angkutan umum
Terminal
Beli Karcis
Masuk Peron
Masuk Stasiun
Pulang
Naik KA
Berangkat
Belanja, makan, Minum,istirahat
Turun Dari KA
Peron
Keluar Stasiun
Periksa Karcis
Terminal bus
Naik Angkutan Umum
. Penumpang kereta api datang dengan berjalan kaki Para calon penimpang kereta api yang datang ke stasiun kereta api dengan berjalan kaki adalah orang yang tinggal di sekitar stasiun kereta api yang berjarak radius +1 km dengan menggunakan jalur pedestrian. Datang Belanja, makan, minum istirahat Datang Pulang
Masuk Stasiun
Beli Karcis Masuk Peron 90
Naik KA
Berangkat
Turun Dari KA
Periksa Karcis
Peron
Keluar Stasiun
Pulang
Belanja, makan Minum, istirahat 2. Penumpang ke Luar kota Para calon penumpang ke luar kota dikategorikan dengan kereta kelas ekonomi. Kelompok ini hanya bepergian dengan rute dan waktu keberangkatan yang telah ditentukan. . Penumpang kereta api datang dengan kendaraan pribadi Keberangkatan Calon penumpang kereta api adalah calon penumpang yang diantar dengan kendaraan pribadi.
Belanja, makan, Minum, istirahat
Datang
Parkir
Beli Karcis
Masuk Peron
Masuk Stasiun
Naik KA
Berangkat
Kedatangan Para penumpang turun dari kereta api lalu dijemput dengan kendaraan pribadi. Belanja, makan, Minum, Istirahat Turun Dari KA
Peron
Periksa Karcis
Keluar Stasiun
91
Ambil Kendaraan
Pulang
.Penumpang kereta api datang dengan kendaraan umum Keberangkatan
Belanja, makan, Minum, istirahat
Turun dari Angkutan Umum
Beli Karcis
Masuk Stasiun
Terminal
Masuk peron
Naik KA
Berangkat
Kedatangan Belanja, makan, Minum, istirahat
Turun Dari KA
Peron
Periksa Karcis
Keluar Stasiun
Terminal Bus
Naik Angkutan Umum
Dari uraian skema diatas jelas terdapat pemisahan sirkulasi antara kedatangan dengan keberangkatan penumpang pada saat penumpang akan naik atau turun dari kereta api, bagi penumpang komuter dan yang ke luar kota. Pengelola dan karyawan Kelompok ini adalah sekelompok orang atau badan yang diberi tanggung jawab atas kegiatan yang bersifat teknis dan administratif yang berlangsung dalam stasiun kereta api, dalam hal ini adalah Perumka dan kelompok yang lainnya untuk mengelola kegiatan-kegiatan komersil yang ada di dalam stasiun. Skema kegiatan pengelola stasiun kereta api dan terminal bus :
Pulang Datang
Absen
Bekerja Menginap
92
4. Kelompok Pedagang Orang yang melakukan kegiatan menjual barang kebutuhan dan jasa bagi para penumpang/pengguna stasiun, yang
memanfaatkan ruang yang disediakan untuk kegiatan
komersil dengan sistem sewa pada pengelola. Skema kegiatan pengelola kegiatan komersial :
Datang
Absen
Bekerja
Pulang
4. 5. 6 Sirkulasi Pelaku Kegiatan Terhadap Emplasemen Kemungkinan pertimbangan sirkulasi pergerakan penumpang kereta rel menuju atau keluar dari peron adalah sebagai berikut : Alternatif 1 : - Penyebrangan diatas jalur atau menggunakan jembatan penyebrangan. Sirkulasi (Jembatan Penyebrangan)
Peron
Peron
Peron
Peron
Peron
Peron
Peron
Gambar Sirkulasi Jembatan Penyebrangan Pada Stasiun
Keuntungan : - Dapat terciptanya sirkulasi pergerakan penumpang yang aman karena tidak terjadi persilangan sirkulasi dengan lintasan kereta rel. - Pandangan ke arah peron mudah dikuasai sehingga mudah didalam hal pengawasan. Kerugian
: - Memerlukan biaya yang lebih besar Desain perencanaan menggunakan sirkulasi jembatan penyebrangan ke peron, Karena lintasan rel tetap berada dipermukaan tanah.
93
Alternatif 2 : - Penyebrangan di bawah jalur atau terowongan
Peron
Peron
Peron
Peron
Peron
Peron Peron
Peron
Sirkulasi Terowongan
Gambar Sirkulasi Terowongan Pada Stasiun
Keuntungan : - Dapat terciptanya sirkulasi pergerakan penumpang yang aman karena tidak terjadi persilangan. Kerugian
: - Memerlukan biaya yang lebih besar - Pandangan ke arah peron tidak segera dikuasai sehingga sukar didalam pengawasan.
4. 6 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Aktifitas Pelaku No. 1.
KELOMPOK KEGIATAN Administrasi & Manajemen
2.
Operasional
3.
Bagian Pelayanan Penumpang KA
-
PELAKU Pimpinan Karyawan
-
Karyawan Petugas keamanan Kondektur & masinis
-
Penumpang Karyawan Petugas keamanan
-
-
-
-
-
94
KRITERIA Nyaman Aman Kemudahan pengawasan Nyaman Aman Kemudahan pengawasan Kewaspadaan tinggi Nyaman Aman Daya tampung Kemudahan pengawasan Kewaspadaan tinggi Praktis Produktif Efektif
-
KEBUTUHAN RUANG Station master office R. Rapat Kantor pengelola dan Administrasi stasiun R. PPKA R. Polsuska dan keamanan R. Kondektur dan masinis R. Inap Loker dan istirahat karyawan
-
Hall utama R. Informasi R. Penjualan tiket Hall pemesanan tiket Area pintu gerbang Concourse Koridor
-
4.
Peron
Penumpang Karyawan Petugas keamanan Petugas PPKA -
-
5.
Fasilitas Penunjang
-
Pedagang Penumpang Karyawan Petugas keamanan
6.
Fasilitas Service dan Utilitas
-
Penumpang Karyawan Petugas Pedagang
7.
Perparkiran
-
Penumpang Karyawan Staf Pedagang Pengantar Pimpinan Karyawan
8.
Administrasi & Manajemen
-
10.
Operasional
Karyawan Petugas keamanan Kondektur dan supir -
95
-
Informatif Nyaman Aman Daya tampung Kemudahan pengawasan Kewaspadaan tinggi Praktis Efektif Produktif Informatif Nyaman Aman Kemudahan Praktis Efektif Produktif Aman Nyaman Pengawasan
ketat -
Efektif Bersih
-
Aman Nyaman Pengawasan ketat
-
Efektif
-
Nyaman Aman Kemudahan pengawasan Nyaman Aman Kemudahan pengawasan Kewaspadaan tinggi
-
-
-
Peron Platform Lintasan jalur KA
Kios majalah/buku/koran Restaurant dan kafetaria Kantor Pos Biro perjalanan Bank P3K dan kesehatan Minimarket Toilet karyawan Toilet umum Musholla Telepon umum Genset Panel listrik R. Pompa R. Mesin Gudang Dapur/pantry Parkir mobil Parkir titip mobil Parkir motor Parkir titip motor Parkir taksi Parkir service R. Kepala Terminal R. Rapat Kantor Pengelola terminal dan administrasi Menara pengawas R. Keamanan R. Kondektur dan Supir R. Loker dan istirahat
4. 7 Penzoningan Kegiatan Dalam Bangunan
Untuk dapat mewujudkan criteria dari sebuah bangunan stasiun kereta api yang dapat memenuhi kapasitas, kecepatan, kselamatan, ketepatan waktu, kenyamanan dan efektifitas waktu tunggu secara praktis, efektif dan produktif, maka penzoningan kegiatan dalam bangunan stasiun kereta api sangatlah penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penzoningan kegiatan dalam bangunan adalah pengelompokkan yang berdasarkan kegiatan dalam bangunan. Kegiatan yang ada dalam bangunan : 1. Administrasi dan Manajemen 2. Operasional 3. Bagian Pelayanan penumpang Kereta Api 4. Peron/platform 5. Fasilitas Penunjang (Pusat perbelanjaan) 6. Fasilitas Service dan utilitas 7. Parkir
Zoning Horizontal 1
4
2
3
Zoning Vertikal 4 5
7
1
2
6
3
5
6
7
7
Gambar Zoning Pada Bangunan 4. 8 Analisa lingkungan 4. 8.1 Lokasi Kawasan Manggarai dilihat dari posisinya yaitu kecamatan Tebet, dimana pada posisinya berada ditengah-tengah kota Jakarta yang dalam jangkauan radius 10 km dapat mencapai pusatpusat strategis ibukota seperti Centre Business District, yaitu secara administrasi berbatasan dengan : 96
-
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Matraman
-
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Setiabudi
-
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pancoran
-
Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Jatinegara Kecamatan Tebet dengan luas 902,60 Ha merupakan induk dari Kawasan Tebet yang
Yang mempunyai jumlah kepadatan penduduk menurut data statistik tahun 1995 sebesar 282.556 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata tergolong menengah tinggi, yaitu 363 jiwa/Ha. Daerah yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi pada Kecamatan Tebet adalah Manggarai Selatan, yaitu 680 jiwa/Ha. Sedangkan Kelurahan Manggarai mempunyai kepadatan penduduk 430 jiwa/Ha. Di dalam struktur pengembangannya, Kawasan Manggarai akan dikembangakan menjadi kawasan sentra primer baru dengan interaksi yang dinamis dengan daerah botabek seiring dengan Pembangunan rumah susun pada bagian selatan Kompleks Sentra Primer Manggarai, penyatuan kegiatan perdagangan dan jasa, serta pengembangan fasilitas transportasi. Berdasarkan pendekatan masterplan tahun 2005, pusat kota Jakarta yang terletak di sekitar Monas, akan bergeser ke arah kawasan Manggarai, karena kawasan ini akan direncanakan menjadi : Lokasi strategis sebagai sebuah Sub-Centre yang memilik pusat perekonomian yang didukung oleh pengembangan prasarana infrastruktur seperti jalan kerete rel dan jalan-jalan arteri serta sarana struktur seperti stasiun kereta api.
4. 8.2 Pemilihan Tapak Pertimbangan dalam pemilihan tapak tersebut : -
Lokasi sesuai area peruntukan lahan tahun 2005
-
Lokasi relatif mudah dicapai dari kawasan-kawasan stategis ibukota
-
Lokasi sangat dekat dengan kawasan CBD di jalan jendral Sudirman dan kawasan CBD sekitarnya
-
Wujud peremajaan kota berupa pengembangan bersifat komersial. Prioritas perbaikan lingkungan ditujukan pada peningkatan fasilitas umum dan pemukiman layak.
97
-
Prakiran kepadatan penduduk diatas 500 rang/ha, yang merupakan kategori tertinggi yang direncanakan di dalam tahun 2005
4. 8.3 Analisa Lintasan Kereta Api Kereta-kereta yang melintasi Stasiun Kereta Api Manggarai umumnya adalah komuter yang berasal dari jalur arah Utara dan jalur Selatan Stasiun Kereta Api. Kedudkan Stasiun Kereta Api Manggarai terhadap kereta api yang melintasi stasiun adalah di pusat (central) dari arah kedatangan kereta api. Jakarta - Kota
TN- Abang
Manggarai
Jatinegara
Bogor Maka analisa jalur kereta api dari arah Utara adalah : Jakarta - Kota
Jatinegara
TN - Abang
Bogor
Dari jalur kereta api dari arah Selatan adalah : Jakarta - Kota
Jatinegara
TN - Abang
Bogor
98
Maka dari analisa tersebut, diketahui jalur lintasan kereta api dari : Kota
Jatinegara 2 Lintasan Bogor
Tanah Abang
Jatinegara 2 Lintasan Bogor
Dan sebaliknya Jatinegara
Kota 2 lintasan Tanah Abang
Bogor
Kota 2 lintasan Tanah Abang
Maka dari analisa diatas, diperlukan 4 lintasan prinsipal untuk kereta api jabotabek. Sedangkan untuk luar kota, hanya dibutuhkan 3 lintasan kereta api, dengan analisa : Keberangkatan kereta api yang menuju ke Jawa Tengah dan jawa Timur pada waktu tertentu dan tidak bersamaan antara kedatangan dan keberangkatan.
Untuk lintasan cadangan /tambahan dibutuhkan 4 lintasan karena hanya berfungsi pada saat-saat tertentu saja, seperti jika ada kereta mogok, dan sebagainya. Sehingga pada Stasiun Kereta Api Manggarai ini lintasan kereta api yang digunakan berjumlah 11 lintasan yang terdiri : -
4 lintasan utama (principal track)
-
3 lintasan antar kota
-
4 lintasan cadangan/tambahan/parkir
Jumlah jalur kereta rel yang melintas pada stasiun kereta rel Manggarai adalah 7 buah jalur rel + 4 jalur rel untuk melangsir kereta rel = 11 buah jalur rel, yang mengoperasikan rute kommuter Jabotabek dan antar kota. Kereta rel komuter melayani jurusan :
99
- Jurusan Jakarta – Kota -------------- Manggarai ----------------- Bogor (dua arah) - Jurusan Tanah Abang -------------- Manggarai ----------------- Bogor (dua arah) - Jurusan Tanah Abang --------------- Manggarai ----------------- Bekasi (dua arah) - Jurusan Jakarta International Airport Cengkareng -------- Kota -------- Manggarai ------Jatinegara (dua arah). Untuk area dalam kota, jalur yang direncanakan disesuaikan dengan : 1. Pada jalur Bekasi dan Jatinegara, membutuhkan ‘Double Track’ untuk setiap jurusan. 2. Frekwensi arus pergerakan kereta rel cukup tinggi (6 menit sekali kereta rel datang). 3. Lama berhentinya kereta rel 1 menit. Berdasarkan jumlah jurusan maka kereta rel komuter Jabotabek direncanakan 4 jalur rel. Kereta rel antar kota atau kereta rel jarak jauh melayani 3 tempat tujuan : - Manggarai ------------- Semarang --------------- Surabaya - Manggarai ------------- Cirebon ---------------- Yogyakarta - Manggarai -------------- Bandung Untuk area antar kota, jalur yang direncanakan disesauikan dengan : 1. Fungsi stasiun Manggarai sebagai stasiun terusan antar kota. 2. Frekwensi arus pergerakan cukup lama dengan interval waktu pemberangkatan dan waktu tiba 30 – 60 menit. 3. Lama berhenti kereta rel 15 – 20 menit ( berangkat). 4. Lama berhenti kereta rel 10 – 15 menit (tiba) Dengan memperhitungkan waktu kereta datang, menurunkan barang lalu mempersiapkan kereta untuk ditarik ke depo Bukit Duri untuk dibersihkan. Juga diperhitungkan antara kereta rel yang akan berangkat dengan yang tiba pada waktu hampir bersamaan. Maka kereta rel jarak jauh direncanakan dengan 2 jalur rel + 1 jalur rel cadangan = 3 buah jalur rel. Dibawah ini pola jalur kereta di Stasiun Kereta Manggarai ke Stasiun lain :
POLA A : RUTE JAKARTA KOTA - JATINEGARA
100
POLA B : RUTE TANAH ABANG - JATINEGARA
POLA C : RUTE JAKARTA KOTA - BOGOR
POLA D : TANAH ABANG - BOGOR
POLA E : KEDATANGAN PADA TRACK No. 2
POLA F : KEBERANGKATAN DARI TRACK No. 2
101
POLA G : KEBERANGKATAN DARI DEPOT BUKIT DURI POLA H : KEBERANGKATAN MENUJU DEPOT BUKIT DURI
POLA I : RUTE LANGSIR
Ada beberapa alternatif untuk peletakan jalur Kereta Rel yaitu sebagai berikut :
Alternatif I : Peletakan Jalur kereta rel diatas
Gambar Jalur Rel Diatas Keuntungan : - Pengaturan sirkulasi lebih mudah - Dibawah jalur layang terdapat ruangan yang dapat dimanfaatkan - Menghindari terjadinya persilangan dengan jalan kendaraan bermotor Kerugian
: - Hubungan struktru jalur rel dengan bangunan harus diperhatikan
102
Alternatif II : Peletakan Jalur kereta rel ada dipermukaan
Gambar Jalur Rel di Permukaan Keuntungan : - Biaya lebih murah karena memanfaatkan existing yang ada Kerugian
: - Tidak terbentuk pemisahan penumpang kereta rel - Terjadinya persilangan dengan jalan kendaraan bermotor
Ada 2 alternatif pembagian penumpang untuk jalur rel dalam kota dan luar kota yaitu : Alternatif 1 :
Bangunan Stasiun Central Business district Keuntungan : - Pembagian zona penumpang dalam kota dan luar kota jelas dan terorganisir. - Pencapaian penumpang dalam kota lebih dekat terhadap central business district (CBD). Kerugian
: - Pencapaian penumpang luar kota lebih jauh terhadap kawasan central business - district (CBD).
Alternatif 2 :
Bangunan Stasiun
Central Business Distric Keuntungan : - Pembagian zona penumpang dalam kota dan luar kota jelas terorganisir - Pencapaian penumpang dalam kota lebih dekat terhadap kawasan central business district Kerugian
: - Pencapaian penumpang luar kota lebih jauh terhadap kawasan central business district
103
4. 8.4. Peron Kereta Rel Pada prinsipnya, semua kereta rel yang berhenti harus ada dalam batas peron. Jadi panjang peronn ditentukan oleh panjangnya kereta rel. Tinggi peron ditentukan atau tergantung kepada ukuran kereta relnya. Sedangkan untuk lebar peron ditentukan oleh : - Berdasarkan besarnya kerumunan orang, arus orang yang turun dan naik dari kereta rel. - Luas yang perlu untuk tiang – tiang bangunan, tangga dan lain sebagainya. Untuk peletakan peron kereta rel Stasiun kereta Rel Manggarai berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : - Pemisahan sirkulasi penumpang berangkat dan tiba. - Kemudahan pencapaian menuju gerbong kereta r - Pemisahan sirkulasi penumpang dan barang
Arah masuk Arah keluar
4. 8.4. a. Peron Kereta Rel Dalam Kota Untuk jalur rel dalam kota di layani oleh 4 jalur dimana pertimbangan pemilihan bentuk track adalah sebagai berikut : Alternatif 1 : Single Track - Tidak memerlukan peron yang besar - Harus menyediakan jumlah peron yang banyak - Arus penumpang baik, tidak terjadi persilangan antara penumpang yang naik dan yang turun SINGLE TRACK
104
Gambar Jalur Single Track
Alternatif 2 : Double Track - Jumlah peron lebih sedikit - Dibutuhkan peron yang besar, untuk menampung arus penumpang naik dan turun dari 2 kereta rel - Arus penumpang berangkat dengan yang tiba bercampur
Gambar Jalur Double Track
4. 8. 4. b Peron Kereta Rel Luar Kota Untuk jalur luar kota, dilayani oleh 2 jalur. Dengan memperhitungkan waktu kereta datang sampai harus ditarik menuju depo untuk dibersihkan dapat memakan waktu bagi kereta rel yang datang dengan selisih waktu yang tidak berbeda jauh (kurang dari 60 menit), maka tidak memungkinkan bagi luar kota untuk ditetapkan apakah untuk peron kedatangan atau peron keberangkatan. Beberapa alternatif peletakan peron sebagai berikut : Alternatif 1 : Single Track - Cukup menyediakan satu buah peron - Ukuran peron cukup besar, agar dapat menampung orang berangkat atau tiba pada dua buah kereta rel. - Menyediakan dua buah peron barang, sehingga kemungkinan kurang efektif.
105
Pengembangan akibat kebutuhan akan jalur sirkulasi barang. Peron Barang
Gambar Jalur Single Track Alternatif 2 : - Menyediakan 2 buah peron - Ukuran peron tidak begitu besar - Untuk peron barang, cukup satu buah saja. Peron Barang
Pengembangan akibat kebutuhan akan jalur sirkulasi barang Peron Barang
Gambar Jalur Single Track
106
4.9 Tapak dan Lingkungan 4. 9.1 Kondisi tapak a. Kondisi Administrasi tapak Kotamadya : Jakarta Selatan Kecamatan : Tebet Kelurahan : Manggarai b. Batas tapak Barat
: Jalan lingkungan untuk 2 mobil
Timur
: Jalan Manggarai Utara
Selatan
: Jalan Dr. Saharjo
Utara
: Underpass Manggarai dan jalan Tambak
DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL.
Pa da ng
Rumah Sakit Agung
Jl.
Bu k it
T in gg i
. JL Ba
JL .
D
R
.
Sa ha rjo
kti . JL U ai ar gg an M ra ta
a ay ad
n sio
Sw
S ta
. JL
Gambar Lokasi Tapak
4. 9.2 Analisa Lingkungan Sekitar Utara
: Perumahan menengah ke bawah dan kanal Kali Ciliwung
Selatan : Perumahan menengah ke bawah Timur
: Penghijauan dan taman
Barat
: Area terbuka (open space) yaitu terminal bus dan perumahan menengah ke Bawah
107
4.9.3 Analisa Sikulasi Sekitar Tapak 1. Analisa Sirkulasi Kendaraan Sisi barat : Sisi Barat tapak yaitu Jalan Manggarai Selatan dengan lebar jalan 8 m untuk 2 arah hingga separuh bagian tapak. Separuh bagian lagi adalah jalan bercabang dua dlebar jalan 8 m untuk 1 arah.
DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL.
Pa da ng
Rumah Sakit Agung
Jl.
Bu k it
T in gg i
. JL Ba
JL .
D
R
.
Sa ha rjo
kti . JL U ai ar gg an M ra ta
a ay ad
n sio
Sw
S ta
. JL
Gambar
Sirkulasi kendaraan
Sisi Utara : Sisi Utara tapak terdapat underpass yang dapat menghubungkan tiga wilayah Jakarta, yaitu wilayah Selatan, Timur dan Pusat. Underpass ini merupakan pencapaian ke tapak dari Selatan dengan lebar jalan 16 m untuk jalur 2 arah ditambah 1 arah terpisah dengan lebar jalan 6 m. Pada jam sibuk terutama pagi dan sore bagian Utara underpass ini merupakan arus lalu lintas yang padat.
Gambar Underpass
108
Sisi Selatan : -
Pada sisi Selatan yaitu JL. Dr. Saharjo dengan lebar jalan + 5 m merupakan daerah padat lalu lintas karena terjadi simpul pada terminal bus dan jalan raya
-
Jl. Sultan Agung merupakan jalan untuk pencapaian menuju tapak dari arah Selatan dan Pusat dengan lebar jalan + 5 m untuk arus lalu lintas 2 arah.
-
Terdapat jalan lingkungan yang dapat di lewati dua mobil, yang letaknya tepat di samping Stasiun Kereta Api Manggarai dan berbatasan dengan pemukiman yang dipisahkan oleh saluran air yang lebarnya + 6 m
-
Kemacetan yang terjadi lebih banyak diakibatkan oleh Terminal Bus Manggarai yang
-
disebabkan oleh kurang disiplinnya pengguna jalan dan sirkulasi yang kurang efisien.
-
Sirkulasi dan peencapaian kendaraan ke Tapak diusahakan menghindari terjadinya simpul silang yang akan menimbulkan kemacetan sehingga dibuat alternatif dengan cara memutar di Jalan Tambak dan memutar di Jalan Manggarai Utara II.
2. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki -
Disediakan pedestrian di Jalan Manggarai Utara dan Jalan-jalan sekitar tapak yang ditata dengan baik dan ditanami pepohonan sebagai peneduh
-
Disediakan jembatan penyebrangan untuk menghindari adanya persilangan antara kendaraan dan manusia.
109
KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRIC
EXISTING STASIUN
Kondisi Existing
. JL
gg an M
iU ara
ta
ra
B
JL
.
kti Ba
A
110
4. 9.4 Pencapaian Menuju Kawasan Manggarai : Untuk mencapai Stasiun Kereta Api dapat melalui beberapa akses berupa jalan-jalan radial, yaitu : 1. Jalan Slamet Riyadi – Manggarai Utara, untuk arah dari Kampung Melayu dan Jatinegara 2. Jalan Matraman – Tambak, untuk arah dari Pasar Senen, Kramat, Mataman dan Pulo Gadung 3. Jalan Teuku Cik Ditiro – Laturharhari – Sultan Agung, untuk arah dari Tanah Abang, Kebon Sirih, Setiabudi, Menteng. 4. Jalan Tebet Timur – Saharjo, untuk arah dari Tebet, Pasar Minggu
DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL.
Pa da ng
Rumah Sakit Agung
Jl.
Bu k it
T in gg i
. JL Ba
JL .
D
R
.
Sa ha rjo
kti . JL U ai ar gg an M ra ta
a ay ad
n sio
Sw
S ta
. JL
Ganbar Pencapaian ke Lokasi
4. 9.5 Analisa Pencapaian ke Tapak Dari analisa-analisa yang ada, maka dihasilkan pencapaian ke tapak yang terdiri atas : 1. Pencapaian Umum Yaitu pencapaian umum dengan kendaraan pribadi maupun berjalan kaki 2. Pencapaian Kendaraan Umum Pencapaian dengan menggunakan moda angkutan umum dalam kota yang terdiri dari bus kota, metro mini, mikrolet dsb. 3. Pencapaian Service
111
Pencapaian ini dipisahkan dari pencapaian umum agar tidak mengganggu kegiatankegiatan utama. Hal penting bagi bangunan stasiun kereta api adalah keselamatan, kemudahan dan kecepatan bagi caln penumpang untuk mencapainya. Kriteria pencapaian menuju tapak meliputi : -
Keamanan pencapaian
-
Jarak pencapaian baik dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum maupun dengan berjalan kaki
-
Kelancaran arus lalu lintas di sekitar tapak
-
Jalan mudah dikenali dengan adanya existing-existing yang ada seperti underpass dan lain-lain. Kriteria
A
B
Aman
2
1
Mudah Dikenali
2
0
Kepadatan transportasi Umum
1
0
Kepadatan lalu lintas
1
2
Mudah di capai
2
1
8
4
Total
4.9.6 Analisa Sirkulasi Dalam Tapak Penataan sirkulasi dalam tapak harus mempertimbangkan : - Sirkulasi kendaraan umum dan kendaraan pribadi agar tidak terjadi kemacetan dalam tapak yang dapat mengakibatkan polusi udara di dalam tapak dan di dalam bangunan - Perbedaan pergerakan antara pejalan kaki dan kendaraan - Menghindari persilangan sirkulasi yang dapat menimbulkan kerumitan sirkulasi. Agar sirkulasi mudah dan aman, maka sirkulasi dibuat searah dan menghindari terjadinya
112
persilangan antara pejalan kaki, kendaraan umum dan kendaraan pribadi.
4. 9.7 Orientasi Matahari Pada tapak perlu diperhatikan arah bukaan pada bangunan stasiun kereta api karena berpengaruh pada orang yang berada dalam bangunan. Untuk itu perlu alternatif penyelesaian untuk mengurangi dampak sinar matahari yang menyilaukan. Hal ini akan berdampak pada desain dan struktur bangunan khususnya bagian atap dan bukaan bangunan.
DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL.
Pa da ng
Rumah Sakit Agung
Jl.
Bu k it
T in gg i
. JL Ba
JL .
D
R
.
Sa ha rjo
kti . JL U ai ar gg an M ra ta
a ay ad
n sio
Sw
S ta
. JL
Gambar Orientasi Matahari
4.9.8 Orientasi Masa Bangunan Bangunan Stasiun kereta Api Manggarai diharapkan menjadi kebanggaan kawasan Manggarai dengan menjadikannya sebagai landmark kawasan. Untuk itu perlu diperhatikan orientasi massa bangunan yang dapat dilihat dari arah-arah strategis. Tampak dibawah ini gambar kondisi Existing.
113
KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRIC
EXISTING STASIUN
Bangunan Dapat Terlihat dari Jalan Utama ORIENTASI MASA BANGUNAN
UNDER PASS JALAN UTAMA
JALAN UTAMA
PENGHIJAUAN & TAMAN
PERON
JALAN UTAMA JALAN UTAMA
TA P A K JALAN UTAMA
PERUMAHAN OPEN SPACE
ORIENTASI MASA BANGUNAN
Gambar Orientasi Masa Bangunan 4.9.9 View ke Dalam Tapak Diharapkan pengamat dari luar tapak dapat melihat bangunan stasiun kerekereta api ini dengan jelas sebagai suatu landmark kawasan, dengan memperhatikan arah pandang dari luar tapak ke dalam tapak dan bangunan, dimana pada existing tapak, arah pandang itu hanya terdapat dari dua sisi jalan yang mengapitnya.
DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL.
Pa da ng
Rumah Sakit Agung
Jl.
Bu k it
T in gg i
. JL Ba
JL .
D
R
.
Sa ha rjo
kti . JL U ai ar gg an M ra ta
a ay ad
n sio
Sw
S ta
. JL
Gambar View Ke Tapak
114
4.9.10 Analisa Kebisingan Kebisingan pada area sekitar tapak umumnya dipengaruhi oleh transportasi yang melayani pengguna jasa di sekitar bangunan stasiun kereta api itu sendiri, yaitu kebisingan yang berasal dari kereta api dan angkutan umum (bising mesin, masalah teknis dsb) hal tersebut dapat menggangu lingkungan sekitar dan pengguna bangunan itu sendiri. Untuk menghindari kebisingan yang berlebihan pada bangunan terpadu ini yang umumnya disebabkan oleh kereta api, maka perlu alternatif penyelesaian, antara lain dengan cara : - Memberi karet peredam pada bantalan rel kereta api agar getaran yang dihasilkan dapat diredam sekecil mungkin.
Gambar Bantalan Peredam Kebisingan - Pemisahan struktur yang menopang jalur rel kereta api dengan struktur bangunan keseluruhan dengan menggunakan delatasi bangunan
Gambar Dilatasi Pada Bangunan Stasiun - Memberi lapisan khusus pada dinding bangunan dengan alternatif penggunaan bahan material yang dapat meredam getaran dan suara. - Alternatif lain Memberi sekat atau dinding pembatas antara penumpang kereta api berupa - Dinding transparan atau kaca untuk mengurangi kebisingan yang berasal dari kereta api
Gambar Dinding Peredam kebisingan 4.9.11 Zoning Tapak Zoning dalam tapak disusun berdasarkan pada : 1. Analisa Tapak 2. Hierarki kegiatan dalam tapak 3. Pengelompokkan kegiatan
115
4. Keadaan lingkungan
DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL.
Pa da ng
Rumah Sakit Agung
Jl.
Bu k it
T in gg i
. JL Ba
JL .
D
R
.
Sa ha rjo
kti . JL U ai ar gg an M ra ta
a ay ad
n sio
Sw
S ta
. JL
Gambar Zoning Tapak 4.9.12 Tata Ruang Luar Berdasarkan kegiatan dan fungsinya maka ruang luar dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Ruang Luar Aktif Ruang luar yang digunakan untuk enampung kegiatan yang dilakukan di luar ruang atau bangunan (garden to live), seperti : -
Parkir
-
Pedestrian
-
Sirkulasi kendaraan dan lain-lain
b. Ruang Luar Pasif Ruang luar yang fungsinya hanya dapat dinikmati secara visual dan memberikan dampak psikologis Fungsi ruang luar pada bangunan ini adalah : - Mengolah ruang luar aktif menjadi ruang transisi (zona perantara) yang dapat berfungsi sebagai ruang interaksi antar penghuni. -
Sebagai buffer terhadap suara, debu, sinar matahari, yang dapat mengganggu kegiatan
-
Sebagai pengarah sirkulasi
116
-
Sebagai unsur estetika penunjang bangunan sesuai dengan jenis bangunan yang ditata.
Ruang luar pasif bangunan terpadu Stasiun Kereta Api Manggarai meliputi elemen keras dan elemen lunak : 1. Elemen Keras Meliputi area parkir kendaraan bermotor, pedestrian serta halte bus 2. Elemen Lunak Berupa penataan taman (landscape) yang berfungsi sebagai : Pohon peneduh untuk kendaraan yang parkir, pedestrian, tanaman kerdil dan rerumputan. Elemen-elemen yang akan digunakan untuk mengisi ruang terbuka pada bangunan terpadu ini :
Fungsi dan Tujuan Sebagai buffer sinar matahari, debu dan suara bising dari luar proyek
Jenis Tanaman yang digunakan
Flamboyan Sebagai penyejuk dan peneduh
Angsana Pengarah sirkulasi dalam tapak
Palem Raja Pembatas ruang kegiatan, kesan terlindung, dan ruang yang menerus dengan ruang sekelilingnya Camara Angin Sebagai penambah nilai estetika
Kiara payung
117
4.10
Analisa Bangunan Analisa Bentuk Bangunan “Bentuk massa bangunan terpilih adalah persegi panjang dengan transformasinya”.
Gambar
Massa Bangunan persegi panjang
Pertimbangan : -
Bentuk bangunan stasiun kereta api mengikuti karakter dari panjang kereta api yang linier.
-
Bangunan stasiun kereta api menuntut ruang-ruang yang fleksibel
-
Sirkulasi yang memanjang mengikuti panjang kereta api
-
Bentuk massa fleksibel, dapat berbentuk empat persegi panjang linier yang mengikuti bentuk karakter kereta api
-
Efisiensi gerak yang tinggi
-
Penataan ruang mudah
Tabel pemilihan bentuk dasar massa bangunan : Lingkaran
Fleksibilitas terbatas, untuk pengembangan di masa mendatang. Penataan ruang sulit. Mudah memberi penekanan. Sudut pandang luas.
Persegi Panjang
Fleksibilitas tinggi, mudah untuk pengembangan di masa mendatang. Penataan ruang mudah. Efisiensi gerak dan sirkulasi baik. Sudut pandang terbatas Sistem struktur sederhana. Orientasi bangunan kurang.
118
Segi tiga
Fleksibilitas terbatas, untuk pengembangan di masa mendatang. Penataan ruang cukup sulit. Efisiensi gerak dan sirkulasi kurang. Mudah mendapatkan sudut pandang.
4.11 Analisa Pola Massa Bangunan Pola massa bangunan yang dipilih adalah : Massa Tunggal
Gambar Massa Tunggal persegi panjang Dengan analisa : Pada pemilihan pola massa bangunan ini berdasarkan pada keterkaitannya dengan judul proyek, topik dan tema. - Pada judul proyek yang menuntut bangunan didasarkan pada fungsi ruang dari bangunan, yaitu antara stasiun kereta api, dan fasilitas komersial, sehingga fungsifungsi tersebut dapat disatukan dalam satu bangunan. - Pada keterkaitan dengan topik yaitu integrasi fungsi yang erat hubungannya dengan judul proyek yang menuntut keterpaduan, dimana fungsi-fungsi kegiatan terintegrasi pada massa dalam satu bangunan sehingga untuk efisiensi dari segi desain, kegiatan, serta pencapaian bangunan lebih baik dipilih massa tunggal. - Pada keterkaitan dengan tema, yang menuntut panataan massa untuk optimalisasi fungsi bangunan, massa tunggal lebih mudah dalam penerapannya, guna lebih mengoptimalkan fungsi bangunan pada tapak yang terbatas. Pola massa yang dikenal ada 2, yaitu pola massa tunggal dan pola massa majemuk.
Gambar Massa Tunggal dan Massa Majemuk Massa Tunggal
Massa Majemuk
. Pencapaian antar kegiatan mudah dan dekat
. Pencapaian antar kegiatan relatif jauh
. Keterpaduan lebih mudah diterapkan
. keterpaduan lebih sulit diterapkan
. Mudah dalam pengawasan
.Perlu pengawasan yang lebih banyak
. kegiatan dapat menjadi satu tempat
. Orientasi kegiatan menyebar
. membutuhkan lahan yang relatif sedikit
. membutuhkan lahan yang lebih luas
119
4.12 Pola Penataan Ruang “Pola penataan ruang pada bangunan ini adalah linear dan terpusat”
Linear
Terpusat
Gambar Pola Linear dan Terpusat Dengan pertimbangan : -
Penyesuaian dengan karakter kereta api yang memanjang
-
Fungsi pelayanan lebih dapat melayani penumpang dengan efisien
-
Sirkulasi penumpang lebih cepat
4.13 Tata Ruang Dalam Pada penataan ruang dalam diperlukan pertimbangan dari segi fungsi bangunan dan jenis kegiatan dalam bangunan stasiun kereta api yang terdiri dari berapa jenis kelompok kegiatan yang akan mempengaruhi kualitas ruang dengan mempertimbangkan aspek : -
Jenis kegiatan dalam ruang
-
Persyaratan ruang
-
Kualitas ruang yang bersifat nyaman dan informative terhadap jenis kegiatan Kualitas Ruang
Kualitas ruang dipengaruhi oleh : Pencahayaan, penghawaan, proporsi, serta penampilan struktur.
4.14 Fasilitas Stasiun Perwujudan fasilitas proyek sarana transportasi terpadu terhadap pelaku kegiatan khususnya para pengguna jasa penumpang berdasarkan pertimbangan karakteristik aktivitas dan sirkulasi pelaku kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Fasilitas pemakai jasa emplasemen kereta rel - Penumpang kereta rel komuter adalah sebagai berikut : - Hall penumpang
120
- Informasi - Karcis dan administrasinya - Toilet - Sarana Telekomuniskasi Umum - Peron - Sirkulasi 15 % - Penumpang Kereta Rel Antar Kota adalah sebagai berikut : - Hall Penumpang - Informasi -
Karcis dan Administrasinya
-
Bagasi
-
Locker
-
Ruang Tunggu
-
Toilet
-
Sarana Tekomunikasi umum
-
Peron
-
Sirkulasi 15 %
2. Fasilitas Pemakai Jasa emplasemen kendaraan bus antar kota dan kendaraan bus bandara udara/laut - Hall Penumpang - Informasi - Karcis dan administrasinya - Bagasi - Locker - Ruang Tunggu - Toilet - Sarana Telekomunikasi Umum - Ruang Tunggu Bus - Sirkulasi 15 % 3. Fasilitas Pengurus atau Pengelola - Pengurus atau Pengelola Stasiun Kereta Rel
121
Pengurus Inti - Ruang Kerja pengurus inti stasiun beserta ruang tamu Bagian Operasional - Ruang Operasi dan pengendalian - Ruang Masinis dan kondektur - Ruang Pengurusan bagasi penumpang antar kota -
Gudang
-
Ruang Istirahat crew kereta rel
-
Toilet dan kamar mandi
-
Locker
-
Sirkulasi 10 %
- Pengurus atau pengelola emplasemen bus kota dan antar kota Pengurus Inti - Ruang kerja pengurus inti beserta ruang tamu Bagian Operasional - Ruang Operasi dan pengendalian - Ruang Pengurusan bagasi penumpang bus antar kota dan lain sebagainya - Gudang - Ruang Istirahat crew emplasemen bus - Toilet dan kamar mandi - Locker - Sirkulasi 10 % - Pengurus atau pengelola administrasi dan keuangan - Ruang kerja bagian administrasi - Ruang kerja bagian keuangan - Ruang Rapat atau diskusi - Ruang Istirahat - Ruang Makan - Ruang Tamu bersama -
Toilet
-
122
4. Fasilitas penunjang dan Servis Kegiatan Penunjang - Restoran dan kios-kios - Kantor pos - Biro Perjalanan -
Bank atau ATM
- Kegiatan Service - Ruang Mekanikal dan Elektrikal - Ruang Perawatan kereta rel - Ruang Pelayanan bagasi - Ruang keamanan - Ruang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) - Musholla - Parkir Kegiatan Luar Sarana Transportasi Terpadu - Emplasemen bus dalam kota - Parkir kendaraan pribadi - Plaza dan Pedestrian - Hotel Transit - Pusat perbelanjaan
4.15 Perhitungan Luas Ruang Perhitungan Luas Ruang pada bangunan berdasarkan : 1. Pengelompokan Kegiatan a. Administrasi dan Manajemen a.
Operasional
b.
Pelayanan Penumpang kereta Api
c.
Peron/platform
d.
Fasilitas penunjang
e.
Fasilitas Parkir
f.
Fasilitas Service dan Utilitas
123
2. Standar a. Neufert b. Time Saver Standard c. A,J Metric d. Basic Design, Cosulting Engineering Service forJabotabek Railway Project e. Data Perumka (Stasiun Kereta Api Manggarai) 3. Pedoman kebutuhan dan luasan ruang stasiun Kereta Api a. Luas ruang bangunan stasiun kereta api harus dapat menampung serta menjamin kelancaran dalam 1 jam padat b. Perencanaan Plaza/ruang terbuka stasiun dan halte angkutan umum sebagai sarana penggantian moda transportasi. 4. Faktor Rasio a. Prakiraan jumlah penumpang pada Stasiun Kereta Api manggarai yang naik dan turun Periode 24 jam pada tahun 2006 sebesar + 153.500 Orang
Sumber : Kereta Sampai Di Manggarai Saja, Koran tempo, Kamis, 4 mei 2006 b. Jumlah penumpang pada 2 jam Sibuk : 1 jam kepadatan penumpang kereta api = ¼ dari 153.500 = ¼ x 153.500 = 38.375 2 jam sibuk
= 2 x 38.375 = 76.750
c. Perbandingan jumlah penumpang yang naik/turun pada pagi hari atau sore hari pada 2 jam sibuk secara umum : 75 % : 25 % = 57.562 : 19.187 124
d. Perbandingan penumpang antar kota dan dalam kota = 6 % : 94 % - Antar kota = 6 % x 76.750 = 4.605 penumpang/jam - Dalam kota = 94 % x 76.750 = 72.145 penumpang/jam e. Perbandingan jumlah penumpang antar kota dan dalam kota yang naik/turun pada 2 jam sibuk : - Antar kota = 75 % : 25 % = 3.453 : 1.151 = 75 % x 4.605 = 3.453 = 25 % x 4.605 = 1.151 - Dalam Kota = 75 % : 25 % = 54.108 : 18.036 = 75 % x 72.145 = 54.108 = 25 % x 72.145 = 18.036
f. Headway kereta api (Jarak antara satu rangkaian kereta api dengan rangkaian kereta api di belakangnya ) : - Antar Kota = + 30 menit - Dalam kota (komuter) pada peak hour = + 5 menit g. Asumsi 1/3 dari seluruh penumpang membeli tiket pulang pergi dan 2/3 nya berlangganan mingguan atau bulanan. Perkiraan tahun 2006 jumlah pengguna jasa sarana transportasi kereta rel maksimum kedatangan dan keberangkatan dalam satu hari di Stasiun Kerea Api manggarai adalah 153.500 orang (Sumber Kereta sampai di Manggarai saja, Koran Tempo, Kamis 4 mei 2006) Dalam 1 jam kepadatan pengguna jasa sarana transportasi kereta rel tersebut diasumsikan sebesar 14 % dari 153.500 penumpang, yaitu : 21.490 penumpang Diasumsikan 21.490 penumpang dibedakan atas : - Penumpang antar kota sebanyak 6 % 6 % x 21.490 penumpang = 1.289 penumpang / jam Khusus pada hari raya berlipat ganda maka diperhitungkan akan bertambah 2 kalinya, 1.289 penumpang x 2 = 2.578 penumpang / jam
125
- penumpang dalam kota sebanyak 94 % x 21.490 penumpang = 20.200 penumpang / jam Headway kereta api (Jarak antara satu rangkaian kereta api dengan rangkaian kereta api di belakangnya ) : antar kota + 30 menit maka kepadatan penumpang dalam 30 menit : 30 / 60 x 2.578 penumpang = 1.289 penumpang Headway kereta api (Jarak antara satu rangkaian kereta api dengan rangkaian kereta api di belakangnya ) : Dalam kota + 6 menit maka kepadatan penumpang dalam 6 menit : 6 / 60 x 21.490 penumpang = 2.149 orang. . Jumlah pengantar atau penjemput = 500 orang / jam Pada hari raya akan bertambah 2 kalinya, 500 orang x 2 = 1.000 orang / jam. Diasumsikan : - 65 % x 1.000 orang = 650 orang / jam setiap 30 menit : 30/60 x 650 orang = 325 orang - 35 % pengantar atau penjemput dalam kota 35 % x 1.000 orang = 350 orang / jam Setiap 6 menit : 6 / 60 x 350 orang = 35 orang
4.15 Kebutuhan Ruang Ruang Stasiun Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Penumpang
Peron Antrian Loket Hall Kedatangan HallKeberangkatan R. Informasi R. Pelayanan Bagasi R. Tunggu Ekonomi R. Tunggu Eksekutif Toilet Pria Toilet Wanita
Kapasitas 3200 Orang 240 Orang 1600 Orang 1600 Orang 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 9 buah 9 buah Jumlah
126
Standar
Luas
Acuan
0.8 m2 0.7 m2 0.8 m2 0.8 m2 4 m2 63m2 40m2 50 m2 17 m2 15 m2
2560 168 1280 1280 4m2 63m2 40m2 50m2 153m2 135m2
C (A.J Metric Standard) C (A.J Metric Standard) C (A.J Metric Standard) C (A.J Metric Standard) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
5733 m2
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Pengelola (Bangunan A) Lt. Dasar
Kepala stasiun Wkl. Kepala Stasiun R. Administrasi R. Rapat R. Locker Pengelola R. Pengawas Peron R. Tamu R.. Sinyal R. Telekomunikasi Toilet Pria Toilet Wanita R. Polsuska Kepala pusat Pengendali Kereta Wakil Pusat Pengendali Kereta Loket Tiket R. Administrasi Keuangan & Komputer Ruang Rapat & Serbaguna Operasi & Pengendalian Gudang & peralatan Toilet Pria Toilet Wanita R. Bagasi
Kapasitas
Standar
Luas
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
30 m2 24 m2 29 m2 48 m2 22 m2 25 m2 14 m2 23.5m2 60 m2 17 m2 15 m2 29 m2
30 m2 24 m2 29 m2 25 m2 22 m2 25 m2 42 m2 23.5m2 60 m2 17 m2 15 m2 29 m2
1 buah
31 m2
31 m2
1 buah 1 buah 1 buah
27 m2 62 m2 107m2
27 m2 62 m2 107m2
1 buah
170 m2
170 m2
1 buah
182 m2
182 m2
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
82 m2 17 m2 15 m2 83 m2
82 m2 17 m2 15 m2 83 m2
Jumlah
1089 m2
127
A (Asumsi) Acuan A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Penunjang (bangunan A) Lt.Dasar
Biro Perjalanan
Bank Kantor Pos Pembantu Wartel R. Tunggu R. Tunggu R. Klinik R.Apotik Retail Retail Retail Retail Restaurant Restaurant Café Café
Kapasitas
Standar
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Penunjang (bangunan A) Lt. 1
Retail Retail Retail Retail Restaurant Retail Retail Restaurant Restaurant Retail Retail Retail Retail Café Café Retail Restaurant
Acuan
1 buah 1 buah 4 buah 4 buah 1 buah
32 m2 28 m2 30 m2 30 m2 61 m2
32 m2 28 m2 120m2 120 m2 61 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 1 buah 1 buah 98 Orang 84 Orang
30 m2 40m2 50 m2 25 m2 20.9m2 20 m2 16 m2 15 m2 14 m2 51 m2 47 m2 0.86m2 0.86m2
30 m2 40 m2 50 m2 25 m2 20.9m2 20 m2 16 m2 15 m2 42 m2 51 m2 47 m2 85 m2 73 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) B (Joseph de Chiara Time Saver Standart)
Jumlah Jenis Kegiatan
Luas
Kapasitas 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 42 Orang 42 Orang 1 buah 1 buah 128
875.9 m2 Standar
Luas
Acuan
23 m2 14 m2 23.5m2 30 m2 60 m2 29 m2 14 m2 51 m2 47 m2 14 m2 23 m2 24 m2 22 m2 0.86m2 0.86m2 26 m2 46 m2
23 m2 14 m2 23.5m2 30 m2 60m2 29 m2 14 m2 51 m2 47 m2 14 m2 23 m2 24 m2 22 m2 36.5m2 36.5m2 26 m2 46 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) B (Joseph de Chiara Time Saver Standart) A (Asumsi) A (Asumsi)
Jumlah
519.m2
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Penunjang (bangunan A) Lt. 1
Retail Retail Retail Retail Restaurant Retail Retail Restaurant Restaurant Retail Retail Retail Retail Café Café Retail Restaurant Restaurant Café Café Retail Retail Retail
Kapasitas
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 42 Orang 42 Orang 1 buah 1 buah 1 buah 59 Orang 59 Orang 1 buah 1 buah 1 buah 29 buah
Standar
Luas
Acuan
23 m2 14 m2 23.5m2 30 m2 60 m2 29 m2 14 m2 51 m2 47 m2 14 m2 23 m2 24 m2 22 m2 0.86m2 0.86m2 26 m2 46 m2 47 m2 0.86m2 0.86m2 18 m2 18 m2 18.5m2 16.5m2
23 m2 14 m2 23.5m2 30 m2 60m2 29 m2 14 m2 51 m2 47 m2 14 m2 23 m2 24 m2 22 m2 36.5m2 36.5m2 26 m2 46 m2 47 m2 51m2 51m2 18 m2 18 m2 18.5m2 478.5 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) B (Joseph de Chiara Time Saver Standart) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) B (Joseph de Chiara Time Saver Standart) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
Jumlah Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Service (bangunan A) Lt. Dasar
R. Cleaning Service R. Trafo R. Panel R. Gudang R. Gudang Mushola R. Mesin AC R. Pompa R. Genset Bak Sampah
Kapasitas
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
1183.5 m2 Standar
14 m2 23 m2 24 m2 22 m2 26 m2 23 m2 47 m2 47 m2 47 m2 24 m2 Jumlah
129
Luas
Acuan
14 m2 23 m2 24 m2 22 m2 26 m2 23 m2 47 m2 47 m2 47 m2 24 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
297
Jenis Kegiatan Kegiatan Pengelola (Bangunan B) Lt. Dasar
Kebutuhan Ruang
Kepala & Wakil Kepala emplasemen R. Administrasi R. Rapat R. Pengawas Peron Loket Tiket R. Tamu R. Sinyal R. Telekomunikasi R. Polsuska Toilet Pria Toilet Wanita
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Penunjang (Bangunan B) Lt. Dasar
Café Café Cafe Restaurant Restaurant Restaurant Ruang Tunggu Ruang Tunggu Retail Retail Retail Retail Café Restaurant Retail Restaurant
Kegiatan Penunjang (Bangunan B) Lt 1
Kapasitas
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
Kapasitas
45 Orang 45 Orang 45 Orang 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 12 buah 3 buah 14 buah 2 buah 5 buah 1 buah 1 buah 3 buah
130
Standar
Luas
Acuan
39 m2
39 m2
A (Asumsi)
63 m2 56 m2 25 m2 35 m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 17 m2 15 m2
63 m2 56 m2 25 m2 35 m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 17 m2 15 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
Jumlah
406 m2
Standar
Luas
Acuan
0.86m2 0.86m2 0.86m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 19 m2 20 m2 20.8m2 19 m2 20 m2 27 m2 20.9m2 20.9m2
39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 39 m2 228m2 60m2 291.2m2 38 m2 100 m2 27 m2 20.9m2 62.7m2
B (Joseph de Chiara Time SaverStandart) idem A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
Jumlah
1139.8 m2
Jenis Kegiatan Kegiatan Service (Bangunan B) Lt. Dasar
Jenis Kegiatan Kegiatan Penunjang (Bangunan C) Lt. Dasar
Kebutuhan Ruang
Mushola R. Trafo R. Pompa R. Genset R. AC/AHU Cleaning Service R. Gudang
Kebutuhan Ruang
Mushola Cafe Restaurant
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan Parkir Lt. Dasar
Parkir mobil Parkir mobil menginap Parkir motor Parkir Mobil di bangunan B
Kapasitas
Standar
Luas
Acuan
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
39 m2 39 m2 79 m2 65 m2 54 m2 19 m2 19 m2
39 m2 39 m2 79 m2 65 m2 54 m2 19 m2 19 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
Jumlah
314 m2
Kapasitas
Standar
Luas
Acuan
1 buah 3 buah 4 buah
61 m2 61 m2 61 m2
61 m2 183 m2 244 m2
A (Asumsi) A (Asumsi) A (Asumsi)
Jumlah
488 m2
Standar
Luas
99 mobil 65 mobil
25 m2 25 m2
2475m2 (D Bien Poen, Standar 1625m2 parkir Jakarta)
100 m2 36 mobil
4 m2 25 m2
400 m2 900m2
Jumlah
488 m2
Kapasitas
131
Acuan
Contoh Pehitungan ruang 1. Bagasi Diasumsikan penumpang antar kota yang berangkat menitipkan bagasi sebanyak 75 % pada jam padat dan 10 % penumpang kereta rel yang tiba mengambil bagasi sebesar ; (75 % x 4.605) + ( 10 % x 12 x 65 ) = 3.531 bagasi 1 bagasi dilayani + 20 detik oleh 1 karyawan dalam 1 jam dapat melayani : 60 x 60 / 20 = 180 orang Jumlah karyawan yang dibutuhkan : 3.531/180 = 19 orang Luas ruang untuk 1 orang = 4 m2 (Standard Time Saver) Kebutuhan luasan untuk 19 orang : 19 x 4 m2 = 74 m2 2. Biro Perjalanan. Diasumsikan pengguna jasa biro perjalanan adalah 10 % penump«ng antar kota baik yang menggunakan emplasemen kereta rel maupun emplasemen kendaraan bus : ( 10 % x 2.578) + ( 10 % x 4.298) = 429 orang / jam. 1 biro perjalanan menggunakan 10 pegawai ( semuanya ikut melayani ) dimana tiap orang dapat melayani 20 orang / jam. Jumlah biro perjalanan yang dibutuhkan : 429 / 10 x 20 = 6 buah biro perjalanan. Tiap biro perjaianan membutuhkan luasan ruang sebagai berikut ( Standard A.J. Metric): 10 x 3 m2 = 30m2. Kebutuhan luas 6 biro perjalanan : 6 x 30 m2 = 180m2.
3. Kantor Pos Pembantu. Diasumsikan jumlah pegawai ada 7 orang dimana 1 orang butuh luasan ruang 8 m
(
Standard Neufert) Kebutuhan luas : 7 x 8 m2 = 56 m2.
4. Bank. Diasumsikan terdapat 5 bank cabang dengan 1 bank cabang memiliki 5 pegavai (1 kepala cabang dibantu dengan 4 staff).
132
1 bank membutukan luasan ruang ( Standard A.J. Metric ) •
Kepala cabang : 1 x 15 m2
= 15 m2
•
Staff
: 4 x 3,7 m2
= 15 m2 ----------= 30 m2
Luasan ruang untuk 5 bank cabang adalah : 5 x 30 m2 = 150 m2.
5. PPPK dan Kesehatan. Diasumsikan pengunjung yang memutuhakan sebesar 0,5 % dari jpm padat : 0,5 % x ( 21.490 + 1.000) = 112 orang / jam. Diperkirakan 1 orang membutuhkan waktu 5 menit pengobatan maka jumlah pengunjung yang membutukan pengobatan dalam satu jam = 20 orang. 1 orang butuh luasan 1,2 m2 ( Standard A.J Metric ) : Luas ruang : 20 x 1,2 m2 = 25 m2.
4.16 Sirkulasi Dalam Bangunan Berdasarkan alur kegiatan pada analisa manusia, maka sirkulasi pada stasiun kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam mendesain bangunan terpadu ini. Yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan pola sirkulasi dalam bangunan adalah : - Kemudahan ------- Pola sirkulasi yang bersifat memberi arahan pada pergerakan penumpang. - Kenyamanan ------ Pola sirkulasi yang singkat dan efisien sehingga kedatangan dan keberangkatan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. - Kelancaran ------- Adanya pemisahan sirkulasi antara penumpang yang datang dan turun - Keamanan ------- Memberikan sirkulasi yang bebas dari pergerakan kereta api sehingga aman untuk mencapai peron yang akan dituju. Konfigurasi sirkulasi yang dipakai Pada Bangunan Utama (Stasiun) -
Linear : Konfigurasi ini dipakai pada daerah peron mengikuti alur rel dan bentuk
kereta api yang berbentuk linear. Peron keberangkatan dan kedatangan dipisah guna menghindari crossing penumpang. -
133
Gambar Sirkulasi Linear Peron
Naik
Kereta Api
Peron -
Naik
Kereta Api
Kereta Api
Turun
Turun
Radial : Dipakai pada daerah concourse (Tempat Terbuka di Stasiun) sebagai area
pengikat dan sirkulasi kegiatan pelayanan dan kedatangan dan keberangkatan penumpang dalam stasiun.
Tempat Terbuka Di Stasiun
Gambar Sirkulasi Radial Pada Area Pebelanjaan -
Linear : - Pada penataan ruang dan sirkulasi lebih efisien pada area terbatas
-
Penyesuaian dengan pola massa bangunan yang berbentuk linear Toko
Toko
Toko
Toko
Gambar Sirkulasi Linear Pada Pusat Perbelanjaan Sarana Sirkulasi
134
a. Sirkulasi Horizontal - Lobby : Pada entrance stasiun kereta api - Councourse : Dalam bangunan stasiun kereta api - Peron
: Pada platform stasiun untuk naik/turun kereta api terjadi pemisahan sirkulasi antara kedatangan/keberangkatan.
- Koridor
: Menghubungkan ruang-ruang dalam stasiun dan pada pusat perbelanjaan.
b. Sirkulasi Vertikal - Tangga - Eskalator
4. 17 Analisa Jumlah Jalur Kereta Api dan peron pada Platform Jalur kereta api yang melayani lintasan kereta api berjumlah 18 lintasan (kondisi existing) tapi untuk jalur yang dilalui untuk berhenti di peron berjumlah 11 lintasan (jalur) : a. 4 lintasan (berada di tengah) - Untuk kereta menerus - Untuk kereta berhenti sesaat menaikkan/menurunkan penumpang dari 2 arah b. 3 lintasan luar kota berada di tepi - Untuk kereta api tujuan luar kota c. 4 lintasa tambahan berada di tepi - Untuk kereta berhenti lama - Untuk perhentian terakhir kereta api - Antisipasi terhadap kendala teknis. 4. 18 Pengolahan Masa Bangunan dan Gubahan Masa Analisa bentuk masa bangunan dipengaruhi oleh : -
Lintasan rel
-
Volume lalu lintas kereta
-
Jumlah emplasemen
-
Dan susunan ruang
Analisa bentuk fisik : - Lapis 1 : Peron/platform, pengelola,retail - Lapis 2 : Fasilitas Penunjang
135
Terjadi integrasi Stasiun kereta api dan fasilitas penunjang Bentuk masa tunggal linear persegi panjang, bentuk masa ini lebih efisien dalam : - Efisiensi waktu naik dan turun - Keamanan dan kenyamanan - Sirkulasi penumpang - Pencapaian antar kegiatan
4. 19 Peletakan Massa Pengembangan Dasar pertimbangan peletakan massa pengembangan dengan memperhatikan berbagai hal, yaitu : 1. Existing bangunan lama dibuat bangunan baru 2. Bentuk tapak ada area baru untuk tambahan bangunan baru stasiun 3. Tata guna tanah tapak 4. Peletakan jalur rel 5. Peraturan Pemerintah : GSB , KDB, KLB dan lain sebagainya. 6. Jarak antara bangunan stasiun dengan pintu jalur kereta rel (tempat sinyal awal atau sinyal akhir) minimal 300 meter. Dengan memperhatikan hal diatas yang terletak ditengah tapak, beberapa pertimbangan mengenai peletakan massa pengembangan.. 6. Keadaan lingkungan
136
DATA TAPAK (EXISTING) Terminal Bus Manggarai
Pasaraya Manggarai
JL.
Pa da ng
Rumah Sakit Agung
Jl.
Bu k it
T in gg i
. JL Ba
JL .
D
R
.
Sa ha rjo
kti . JL U ai ar gg an M ra ta
a ay ad
n sio
Sw
S ta
. JL
Gambar Penggabungan Massa Existing (dibuat bangunan baru dan Massa Pengembangan Keuntungan : - Segala fasilitas yang direncanakan dapat terpenuhi serta tercipta sirkulasi yang berkesinambungan pada bangunan baru stasiun. Pengembangan yang dilakukan adalah penambahan bangunan baru dimana penampilan dari bangunan baru diselaraskan dengan kondisi tapak. Penambahannya merupakan desain bangunan baru sehingga terjadinya suatu bentuk image baru dalam stasiun
4. 20 Struktur Bangunan Struktur konstruksi terbagi atas kaki, badan dan kepala - Kaki merupakan pondasi sebagai penunjang utama stasiun, yang harus dapat meredam getaran akibat beban hidup yang selalu dating, getaran kuat akibat kereta. Rencana pondasi disini pondasi tiang pancang untuk bangunan 2 lantai sedang untuk 1 lantai pondasi batu kali. - Badan : hubungan antara struktur penunjang (kolom dan balok), yang kemudian diikat oleh struktur ikat yaitu dinding dengan memperhatikan kembali efek getaran kereta. Struktur badan ini menggunakan modul untuk mempermudah pekerjaan dan pemasangan di lapangan. - Kepala : Penutup dalam bangunan stasiun harus sesuai dengan tuntutan ruang. Dalam desain penutup atap ditentukan pula oleh pemilihan bahan untuk keindahan bangunan stasiun. Mengingat ada area dalam stasiun seperti lobby dan area lainnya memerlukan area bebas kolom maka dibutuhkan struktur bentang lebar.
137
4. 21 Perlengkapan Bangunan - Air bersih, air bersih didapat dari PAM yang ditampung pada penampungan air terlebih dahulu kemudian disalurkan ke masing-masing unit. - Air kotor cair, dari sumber ke bak kontrol (penampungan lemak) kemudian ke roil lota. - Air kotor padat, dari sumber ke bak kontrol terlebih dahulu (septitank) kemudian ke roil kota. - Sampah ditaruh pada tempat sampah (Bak sampah) kemudian dibawa ke TPA sampah dan hal ini dilakukan pada waktu pagi (subuh) dan malam hari. - Pencegahan kebakaran, menggunakan pencegahan kebakaran aktif yang terdiri : Fire fighting : (sprinkler, fire hydrant), Fire alarm : smoke detector (pengindra asap), Thermal detector (pengindra panas) Pencegah kebakaran pasif : Pintu keluar, koridor, tangga kebakaran. - Air hujan, dari saluran air disalurkan ke tempat penampungan air hujan atau air hujan diresap langsung oleh taman yang ada dilingkungan sekitar tapak Air bersih PAM – Meteran – Reservoar bawah - pompa – reservoar atas - unit deep wall - kran Air kotor cair Sumber - Bak penampungan lemak – r oil kota Sampah Sumber - shaf sampah - tempat sampah - mobil sampah - tempat pembuangan sampah Listrik Genset PLN – Gardu Listrik – Meteran –Panel Listrik Air Hujan Saluran air – Sumur Resapan
- Penangkal Petir Pertimbangan pemilihan penangkal petir didasarkan kepada : - Faktor keamanan yang secara teknis tidak mengabaikan keserasian bangunan - Bangunan stasiun yang bertingkat rendah. - Pengkondisian Udara Menggunakan pengkondisian udara alami dan AC Pengkondisian udara alami digunakan untuk area peron platform, Pengkondisian udara buatan/AC untuk ruang-ruang Administrasi dan manajemen, operasional
138
dan fasilitas penunjang komersil. - Penerangan ada penerangan alami dan penerangan buatan Penerangan alami yang dapat memperoleh cahaya matahari langsung (peron/platform) Penerangan buatan yang tidak dapat penerangan matahari langsung menggunakan penerangan listrik bola lampu pada ruang administrasi, pengelola dan fasilitas penunjang.
4. 22 Kondisi Iklim di Tapak Kondisi iklim di wilayah Manggarai berpengaruh pada penataan pengkondisian udara dalam bangunan, yaitu bersuhu rata-rata 28 – 33 c dengan tingkat kelembaban tinggi. Penataan lingkungan sekitar tapak akan berperan dalam mendukung ekspresi bangunan terpadu dengan konsep integrasi fungsi. Pengamatan tapak dapat dilakukan dari lingkungan di sekitar tapak. - Pengamatan dari kolektor dan jalan local. Pada jarak tertentu pengamat dari kendaraan dapat melihat dengan jelas bangunan stasiun kereta api karena bentuk bangunan yang bertingkat. - Pengamatan dari Pedestrian Pengamat yang berjalan kaki dapat melihat langsung bentuk fisik bangunan terpadu stasiun kereta api sehingga keterpaduan kegiatan melalui integrasi fungsi secara visual dapat terlihat dengan baik. Terdapatnya potensi lingkungan sekitar dengan aktifitas-aktifitasnya sangat mendukung keberadaan Stasiun Kereta Api Manggarai.
4. 23 Ruang dan Sirkulasi Masalah utama dalam suatu stasiun kereta adalah ruang dan Sirkulasi. Sebagai bangunan umum yang merupakan bangunan pelayanan bagi masyarakat banyak dan dilihat dari fungsinya, dapat dimaklumi betapa pentingnya pengaturan sirkulasi manusia dalam stasiun. Sedemikian banyaknya manusia yang naik dan turun dari kereta pada waktu bersamaan, menurut penanganan baik agar dua arus manusia itu tidak saling bertubrukan. Pada Stasiun kecil, yang hanya melayani satu jalur atau satu line saja, masalah sirkulasi ini tidak terlalu rumit bahkan sederhana sekali. Tapi tidak demikian halnya pada Stasiun besar yang melayani beberapa line kereta. Apalagi pada tempat-tempat strategis yang dekat daerah pusat kegiatan, seperti perkantoran, sekolah, pertokoan dan sebagainya.20 20 Stasiun Kereta di Jepang, Bukan Sekedar tempat Perhentian, Kontruksi April 1990
139
4. 24 Desain Bangunan Masalah yang akan timbul menyangkut bangunan Stasiun : - Masalah sirkulasi, kendaraan pribadi dan manusia harus didesain senyaman mungkin agar tidak saling bersilangan. - Pengelompokkan kegiatan dan zoning harus dapat memungkinkan pelaksanaan kegiatan secara efektif dan terorganisir sehingga berfungsi optimal. - Fasilitas penunjang harus berfungsi untuk menunjang stasiun tersebut - Tapak desain bangunan harus dapat mewakili pemakainya dan mencerminkan fungsi sebagai stasiun besar. - Perhitungan moda transportasi yang ada di Jakarta harus dapat terpenuhi oleh proyek ini harus memenuhi syarat perkembangan. - Pendekatan bangunan haruslah terurai dalam bentuk fisik bangunan - Bagaimana perencanaan sistem dasar struktur sehingga dapat mengatasi beban yang diakibatkan oleh getaran kereta api. - Bagaimana cara menanggulangi panas matahari pada bangunan, dikaitkan pemakaian bahan/material bangunan. - Bagaimana sistem penghawaan (alami atau buatan) dapat mengatasi ketidaknyamanan akibat suhu dan kelembaban yang tinggi.
140