Bab5 Pengukuran danTesPsikologi
Pada bab ini akan dibahas beberapa hal antara lain adalah: A. Definisi Tes Psikologi B. Jenis-jenis Tes 1. Tes Prestasi 2. Tes Kemampuan (Ability Tests) 3. Tes Kepribadian C. Karakteristik Tes Yang Baik 1. Reliabilitas 2. Validitas 3. Norma D. Pengukuran Intelegensi E. Testing Untuk Bakat-Bakat Tertentu 1. Bakat-Bakat Sekolah 2. Bakat dan Minat dalam Pekerjaan 3. Tes-Tes Pencil-And-Paper F. Metode-Metode Proyektif G. Pengukuran Perilaku H. Masalah Checklist LATIHAN SOAL
A.
DEFINISI TES PSIKOLOGI
'!~ psikol()gi adalah suatu teknik yang terstruktur yang di&..u!la~anuntu_kJD~ngbasilkan satu contoh perilaku terpilih. Contoh perilaku ini digunakan uIltuk membuaLkesimpulan tentang atribut-atribut psikologis dan seseorang yang sedang dite~. Beberapa contohatribut orangaaarafiTriiJegensi, self esteem (hargadiri), needforachievemef!:t(kebutuhan berprestasi), d~bagamya. Tes ini ada beberapa jenis. Beberapa tes melibatkan situasi open-ended den~~sti.mulus ~t~nd1lr(misalnya: serangkaian gambar); cara ini sering digunakaILUDtuk me!lgeluarkan respon-respOll..}'.angbersifafEribadi (seperti misalnya komposisi cerita dalam merespon g~J11bar-ga.mQi!!1-Tes-tes yang lain melibatkan situasi yang sangat terstruktur dimana rentang jawaban yang mungkin sempit dan jawabannya hanya benar atau salah. 84
Tes-tes bukan sesuatu yang gaib atau sesuatu yang misterius. Ada eara standar untuk mengl1asilkansampe~rilaku 0!!lng.Tetapi pengukuran perilaku infdIpertimbangkan 1ebih informatif daripada pengukuran berdasarkan observasi yang £leakdari perilaku seseorang. ~i~i khus~s eara pengukuran se.l?ertiini ad_ala!!. (Morgan dkk., 1986): 1'_..Serag!!m. Prosedur ditentukan seeara tepat sehiQ.ggates!eryaog herhe.daakanrnengikuti l~kah-langkah yang sarnasetiap ~ali mereka me1aksanakantes. Ini berarti bahwa hasil tes dari orang yang oerbeoa Tiifauorang yang sarna dites pada saat yang berbeda) dapat dibandingkan see£Iralangsung. 2. Objektjf. Aturanuntuk penilaiandiuraikandenganjelas, sepertiaturanuntukpelaksanaan ~. Jadi, masukansubjektif dari tester diminimalkan dan potensi adanya bias pribadi dalam skoring tes selalu dapat dikontrol. 3. Dapat diinter'p.!etasikan. Tes-tes yang lebih baik telah dijadikan subjek penelitian
-
. ---
-~~~~t
skor te.s punya arti unttlK a.hHp_sjkologi. Conlohnya,
penelitian -mungkin
menunjukkan apa ciri-eiri daXi9.fllPg.Y'!.Qgeen.derupg dihubungkan dengan skor yang rend'ah atau tinggi.
B. JENIS-JENIS TES Tes telah dikembangkanuntukmengukurkarakteri~tjk-kaJ;:.~teristik ataueiri-eirimanusia yang-oaiiYaksekali. bi antara tes-tes yang paling banyak digunakan adalah tes yang didesain untuKffiengufciii apa yang telah dipelajarf orang yaitu ketrampllan-ketrampilan seperti membaca dan aritmatik dan informasi umum tentang apa yang sudah dicapai seseorang.Tes prestasi ini telah dikembangkan dan distandardisir untuk tingkat pendidikan yang merentang dari prasekolah sampai perguruan tinggi. Tes prestasi ini lebih banyak dipakai olehpara pendidilsQ.~ada oleh para psikolog. Para psikolog lebih suka menggunakan tes ability (tes kemampuan) dan tes' kepribadian (Morgan dkk., 1986). Dengan demikian Morgan mengklasifikasikan tes menjadi 3 jenis, yaitu: a. tes prestasi b. tes ability (kemampuan) c. tes kepribadian. Sementara itu Saifudin Azwar (1987) membagi tes menjadi 4 jenis, yaitu: a. Tes yang mengukur intelegensi umum (general intelligence tests) yang biasa dikenal sebagai tes IQ. Tes ini merupakan tes standar yang sudah harus niemenuhi berbagai persyaratan kualitas. p. Tes yang mengukur kemampuan khusus (special ability test). Tes jenis ini disebut juga tes bakat...dandimaksudkan untuk mengungkap kemampuan potensial atau kermrmptian yan&belum muncul pada diri subjek. Dari hasil tes jenis ini diharapkan dapat diperoleh suatu prediksi mengenai keberhasilan subjek dibidang tertentu, apabila ia diberi kesempatan untuk menunjukkan prestasinya di bidang tersebut. c. Tes yang mengukur prestasi (achievement test). Tes prestasi dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar.
85
d.
Tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality assesement). Hasil pen~~~uran kepribadian dinyatakan dalam bentuk deskripsi kualitatif yang kemudian diikuti oleh kategorisasi menurut aspek kepribadian mana yang diungkap. -
1.
Tes Prestasi
1'~s.prestasi menurut Saifudin Azw_ar(1987) bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang dieapai siswa dalam belajar. Dalam pendidikan formal pentingnya tes prestasi fidak dapat disangsikan lagi. Fttllgsiutama tes prestasi di sekolah adalah untuk mengukur prestasi belajar sisw_a(Ebel dalam Azwar, 1987). Norman E~Gronlund (dalam Azwar, 1987) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi, yaitu: (1). Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi seearajelas sesuai dengan !ujuan instruksional. Artinya suatu tes prestasi harus membatasi tujuan ukuran. (2). Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dieakup oleh program instruksi atau pengajaran. (3). Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling eoe~k guna mengukur ha$il belajar yang diinginkan. (4). Tes prestasi harus diraneang agar coeok dengan tujuan penggunaan hasilnya. (5). Tes prestasi harus dibuat sereliabel mungkin dan kemudian harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati. (6). Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa. Tes prestasi mempunyai keterbatsan terutama karena objek ukur tes prestasi.ada1ah. aspek mental psikologis. Berbeda dengan pengukuran aspek fisik yang dapat dilakukan dengan akurasi dan keeermatan yang tinggi dan de.ngan alat yang jauh Jebih mudah dibuat, maka pengukuran aspek mental psikologis tidak pemah dapat meneapai keeermatan yang sangat tinggi. Demikian halnya dengan tes prestasi. Ada beberapaeontoh tes prestasi yang eukup terstandardisasikan yaitu TP A (Tes Potensi Akademik), TOEFL (Test Of English Foreign Language). Contoh lain yang lebih sederhana adalah NEM dan IPK. 2.
Tes Kemampuan
(Ability Tests)
Testing kemampuan difokuskan pada pertanyaan apa yang dapat dilakukan dengfll!.9asi I terbagu~ dad seseoran.z. Dengan kata lain, tes kemampuan didesain untuk mengulmr kapa~it'!$ atill!jJotensiseseorang datiIJa.9a untuk mengukur prestasi nyata. Dengan kata lain, feS-kemampuan tetap tidak dapat mengukur -h-allain selain apa yang dikerjakan orang terhadap tes itu sendiri. Dengan ~emikian, setiap tes adalah tes prestasi/achievemElt. Untuk mengatasi masalah In'i, p~n tes kemampuan seringkali meneoba mengukur skill dan pengetahuan dimana pengambil tes (peserta) terbanyak telah mempunyai kesempatan yang sarna untuk belajar. Contohnya, pertanyaan-pertanyaan yang diambil untuk ketrampilan dalam memeeahkan masalah-masalah umum atau pengetahuan bahasa dari orang pribumi
86
dapat membantu membedakan orang dengan kemampuan tinggi dalam bidang bahasa ini dari orang dengan kemampuan lebih rendah yang telah memiliki kesempatan sarna untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang berhubungan dengan hal tersebut. ~n lainnya adalah memasukkan tugas-tugas yang biasanya tidak begitu dikenalkedalam tes-tes yang paring banyak dipakai. Contohnya, orang mungkin diminta untuk mengingat dan menggunakan daftar simbol-simbol tidak masuk akal yang telah ditugaska!ldengan beberapa artyYang berubah-ubah. Simbol @ mungkin digunakan untuk menandai anjing, simbol $ untuk menandai kucing, dan sebagainya. Karena setiap orang akan belajar simbol-simbol ini un~lJla kalinya, maka perbedaan peifOrmance (kinerja) individu-akan menunjukkan perbedaan kemampuanindividual dalamjenis tugas ini.Dengan metode seperti ini,penyusunpenyusun tes kemampuan mencoba untuk meminimalkan pengaruh pengalaman orang dimasa lalu sehingga tes ini mengukur secara lebihbaik kapasitas atau potensi yang benar dari seseorang. Beberapa tes.kemampuan benar-benar disebut tes kemamrman. Kebanyakan disebut tes .-intelegensi atau test aptitude (bakat). Dua istilah ini perlu dibedakan satu dengan yang lainnya. rntelegensi mungkin dibuat untuk banyak kemampuan, tetapi istilah ini seringkali digunakan untuk menunjuk ke kapasitas menyeluruhuntuk belajar dan memecahkan masalah. Suatu tes intelegensi yang baik mengukur kapasitas seperti potensi seorang anak untuk , belajardi sekolahataukemampuanorangdewasauntuk mengatasimasalah-masalahintelektual umum. AptJ..ttude(bakat) biasanya menunjuk kepada kemampuan untuk mempelajari satu jenis tertentu dari ketrampilan yang diperlukan dalam suatu situasi tertentu. Contohnya, kita bisameng-etesNikat seseorang untuk belajar bagaimana membuat gambar mekanis, belajar bagaimanaseorangpilotdalam pesawatitu,ataubelajarbagaimanamenjualsecarameyakinkan. .
3.
Tes Kepribadian
Kepribadianseseorangitutermasukjuga ciri-ciricaraberfikir,merasakanatauberperilaku. Tes-tes kepritmdian didesain untuk menunjukkan beberapa dari pola-pola karakteristik ini. Beberapa tes kepribadian mengukur sikap, yaitu cara seseorang menanggapi orang lain, benda, ~tau s~secara emosional atau secara rasional. Beberapa tes kepribadian mengukur minat, misalnya minat terhadap pekerjaan. Tes kepribadian yang lain didesain untuk mengukur keadaan emosional seseorang, atau mengukur pola perilaku yang menyimpang atau abnormal dan menunjukkan penyimpangan psikologis. c.
KARAl5I£BIs:FIK-TESYANG-BA/K
Banyak segi dari kemampuan dan kepribadian menarik minat ahli psikologi, dan tes-tes ini telah direncanakan untuk mengukur banyak segi tadi. Karen a itu, langkal:1.penting pextama dalam kebanyakan tes psikologi adalah memili~syatu tesI~u1ijeTas-jelas difol
Ada tigaciri paling penting dalam memilih suatu tes psikologi, yaitu.(l.}t:e.liaQjJitas, (2) v~alidi.tas., dan (3) norI1!.a.
87 -
-
1.
Reliabilitas
~ang baik hams tinggi reliabilitasnya. ~niberarj!1J~l1wa tes haru~rnemheri ~sil yang samames1:i ~ilak!!.kal!'Q~hJ~stefyang berbe_d~atau diskQrQlehQrangyang..b~da, ~.Dtuk tesyang diberikan berbeda, dan orang yang ~ama melakukan tes pada waktu yang berbedap'!~.H!!ya.hams te.!.illlsamfl. Reliabilitas biasanya dicek dengan membandingkan sera~gkaian skor-skor yang berbeda. Reliability of two tests
Validity of two lovability test
Smith's test
Jones' test
High
High
If .
j tj = Low
,-,
.. Smith'stest
jtjtj
High
i L-J Low
Low
Excellent
II
11
.D "
>
L-J Low
L-J Poor
Low reliability
Low validity
(A)
(B)
Gambar
.3 Poor
. High
---.J
:g >
High validity
Jones'test High
'80 c
j
Low
OS c
...
L...J Low
High reliability
c
,g
'
:
· L...J
---'
Excellent
High ,-,
-,
V.1. Contoh
Reliabilitas
dan Validitas
.3
Tes
Sumber: Morgan dkk. (1986)
Sutrisno Hadi (1989) menyebutkan bahwa reliabilit.asbisa diuji dengan tiga cara yaitu: 1. test retest: artinya subjek yang sarna dites dua kali dan skomya dibandingkan. 2. split-hdlJ: artinya subjek hanya dites sekali tetapi skor item dibelah menjadi dua, misalnya: genap-ganjil. 3. ~uk.para1el: artinya suatujenis tes memiliki bentuk paralei (misal bentuk A & B) dan -kedua bentuk tersebut sudah diuji terlebih dulu reliabilitasnya.
88
2.
Validitas
~inya tes harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitasj!aUng ban¥ak diukur dengan menyelidiki bagaimana skor tes itu berhubungan dengan beberapa kriterium, yaitu beberapa perilaku, prestasi pribadi. atau lcarakteristik-karakteristiJsyang ":ukkan ciri-ciri yang ingin di ukur dari tes tersebut. Untuk me~g"ulivaliditas ada 2jeniskriterium yang digunakan.(Hadi. 1982)~Y
yaitu kriterium yang diambil dari luar alat tes itu Misaln)'a: tes ketelitian kerja diujj validitasnya dari prestasi kerja. .12:. tcriterium
dalal]l
(validitas
internal):
-
-
diambil dari hasil keseluruhan pengukuran (total skor) sebagai kriteriumnya. Misalnya: intelegensi itu terdiri darifaktor-faktor sebagai berikut, yaitu daya analisis, .daya klasifikasi,daya ingatan,daya pemahaman,daya kritik, dan sebagainya.Maka jawaban terhadapdayaanalisadicocokkan denganhasiltes intelegensisecarakeseluruhan. ~~m~inya: jika faktor daya analisa merupakan bagian dari intelegensi, maka jika seseorang tinggi intelegensinya maka daya analisanya juga tinggi. Ada 5 jenis validitas: rr. Face Valldl.tl Face validity atau validitas tampang dimiliki ketika suatu alat ukur kelihatannya benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya: tes bahasa Inggris, soalnya berupa tulisan dalam bahasa Inggris. Tes kepribadian, soalnya menanyakan masalah kebiasaan-kebiasaan, atau kecenderungan-kecenderungan perilaku, bukan menanyakan jumlah mobil yang dimiliki dan sebagainya. 2). Logical- validity Konsep validitas logik bertitik tolak dari kosntruksi teoritik tentang faktor-faktor yang hendak diukur oleh suatu alat pengukur. Dari konstruksi teoritis ini dilahirkan definisi-definisi yang digunakan oleh pembuat tes sebagai pangkal kerja dan sebagai ukuran valid tidaknya pengukur (tes) yang dibuatnya. !<arena itu validitas logika kadang-kadang disebut juga construct validity (validitas konstruksi), atau validity by definition.
3). Facf(Jrial Validity Penilaian terhadap validitas faktor suatu alat pengukur harus ditinjau dari segi apakah item-item yang disangka mengukur faktor-faktor tertentu telah benar-benar dapat memenuhi fungsinya mengukur faktor-faktor yang dimaksudkan. Untuk dapat menyelesaikan penilaian ini dapat ditempuh dua jalan: a). dengan kriterium internal: mengecek kecocokan antara item-item dengan keseluruhan item.
89
b). dengan kriterium eksternal: mengecek apakah item-item itu menunjukkan hal yang sarna dengan item-item dari alat pengukur lain yang telah dipandang memiliki validitas yang tinggi untuk mengutip faktor yang dimaksud. 4). Content Validity Content validity (validitas isi), artinya tes itu harus berisi item-item yang memang mau diukur oleh tes tersebut. 5). Empirical Validity yaitu seberapaderajadkesesuaian antara apayang dinyatakan oleh hasil pel!.gukuran dengan keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari. Misaln..ya:skor tes kecakapan memimpin dengan keberhasilan memimpin perusahaan.
_
Untuk mengetahui validitas empiris ini, kita tidak bisa langsung mengetahuinya. Ada waktu tertentu untuk mengetahui kebenaran dari validitas empirik ini, sehingga bisa disebut sebagai kriteria untuk memprediksi kesuksesan dimasa yang akan datang. 3.
Norma
Norma adalah serangkaian skor yang ditetapkan oJeh kelompok-kelompok yang representatif dari orang-orang yang dituju oleh tes tersebut. Skor-skor yang diperoleh dari kelompok-kelompok ini memberi suatu dasar untuk melakukan interpretasi skor individu lain. D.
PENGUKURAN INTELEGENSI
Setiap teori tentang pengorganisasian dan sifat dari intelegensi tentu saja menyebabkan cara yang berbeda dalam mengestimasi kem~mpuan mentaTmanusia.-Misalnya saja, teori.Q faktor berpendapat bahwa skor tunggal akan menunjukkan intelegensi seseorang secara memadai. Sedangkan teori multifaktortentang intelegensi berpendapat bahwa perlu membuat ~ubte;.subieS"untuk mengukur berbagai faktor kemampuan. Contohnya, Guilford dan .
kawan-kawannya telah bekerja dengan sangat cemerlang bertahun-tahun untuk mengembangkan satu sub tes untuk masing-masing sel dari 120 sel dalam model tiga dimensinya. Sedangkanteori-teoriyangberorientasiprosesmenekankanpola-polakhusus, komponenkomponen proses, kapasitas atau skill yang perlu diukur dalam tes intelgensi. Tes intelegensi yang paling dikenal dan paling banyak digunakan tidak mengakar pada teori tertentu, tetapi tes-tes tersebut menggunakan subtes-subtes, dan mereka menghasilkan skor keseluruhan. ~~ntelegensi paling penting adalah Stanford-Binet Intelligenc.fl--5~n tiga tes yan~lah gikemba~~1! oleh Davjd Wechsler ul!tukt!ga kelompok umur yang beri?ecl.a, yaitu ---tes untuk anak prasekolah, untuk anak-anak, dan untuk orang dewasa.
90
Evaluation
Operations
J
Convergent production Divergent production Memory Cognition Units Classes Relations
Products
( Systems Transformations Implication Figural Symbolic
Contents
Semantic
{
Behavioral
Gambar V.2. Model Intelegensi Guilford (Model Kubus) Sumber: Morgan dkk. (1986)
E.
TESTING UNTUK BAKAT-BAKAT TERTENTU
1[n~~ bak~-bak:at tenentu terdapat beberapa tes antara lain adalah tes untuk: Bakat Sekolah, Bakat dan Minat dalam Pekerjaan, dan Tes-tes Pencil-And-Paper.
1.
Bakat-bakat Sekolah
Jika kita mencoba meramalkan/memprediksi kesuksesan dalam latihan akademik~-maka kita bicara mengenai bakat sekolah. Tes yan~~~lin~ dik~nal untuk maskud ini adalah SAT J§..dlOlasticAptitude Test), yaitu tes yangdiberikan ke siswa Yilngingin masuk perguruan tinggi. Jenis tes ini biasanya mengungkap biikalkhusus sesual dengan profesi yang hendak mereka masuki. Banyak sekolah profesional dan program pascasarjana yang menuntut pelamar untuk menempuh suatu tes sebagai syarat masuk. Misalnya TPA (Tes Potensi Akademik) dan TOEFL. P
2.
Bakat dan Minat dalam Pekerjaan Para ahli psikologi sering menunjuk tes kemampuan yaitu tes intelegensi dan tes kemampuan akademik sebagai kemampuan kognitif. Kemampuan-kemampuan tersebut memang dibutuhkan untuk melanjutkan sekolah, dan tingkatan tertentu dalam pendidikan 91
merupakan persyaratan untuk memasuki pekerjaan tertentu. Ketika seseorang, kemampuankemampuan di atas menjadi berkurang tingkat kepentingannya. Justru ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaan tidak termasuk dalam kemampuan kognitif. Misalnya: kesehatan dan ketajaman penglihatan. Banyak tes ditujukan untuk pekerjaan-pekerjaantertentu.Contohnya, tes untuk mekanik, ada tes untuk operator mekanik, ada tes untuk pekerja perakitan. Tes-tes psikomotor adalah kelas umum kedua dari tes bakat pekerjaan (Vocationalaptitude test). Mereka memasukkan tugas-tugas psikomotorik seperti ketrampilan tangan, kekuatan otot, keeepatan respon, dan koordinasi banyak gerakan kedalam satu kesatuan. Sehingga untuk tes semaeam ini jelas merupakan tes psikomotorik semata yang tidak ada kaitannya dengan kemampuan mekanik. Tes-tes bakat pekerjaan digunakan baik untuk menyeleksi karyawan, danjuga digunakan oleh konselor-konselor pekerjaan untuk membantu mereka mengukur bakat mereka untuk berbagai jenis pekerjaan yang berbeda. Para pembimbing karir sering menggabungkan berbagai tes supaya bisa mengetes berbagai bakat. Contoh tes battery yang khusus untuk pekerjaan adalah DAT (Differential Aptitude Test). 3.
Tes-Tes Pencil-And-Paper . Jenis paling coeok dalam pengukuran yang bisa digunakan untuk berbagai tujuan psikologis adalah tes pencil and paper, baik dalam bentuk kuesioner maupun inventory (daftar pertanyaan). Tes-tes jenis ini dapat diberikan dengan eepat dan biaya murah pada sejumlah besar orang. Dan sebagai konsekuensinya, para psikolog harus meng"konstruk" sejumlah besar variasi tes. a.
Kuesioner
Tes pencil and paper untuk karakteristik kepribadian biasanya dalam bentuk kuesioner, berupa pertanyaan atau pernyataan sederhana denganjawaban "ya" atau "tidak", atau benar atau salah. Tes-tes seperti ini sering dipilih karena item-item mereka nampak valid, atau memiliki face validity. Tetapi nampaknya saja, bisa menipu. Karena itu perlu diuji dulu validitasnya, bila ingin yakin apakah tes tersebut benar-benar valid atau hanya sekedar nampak valid. b.
MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) Tes kepribadian yang sudah terbukti valid untuk banyak tujuan pemakaian adalah MMPI. MMPI kadang digunakan dengan maksud untuk menentukan diagnostik apa yang tepat diberikan pada orang yang sedang mengalami masalah psikologis. Tetapi, tes ini juga seringkali digunakan untuk mengukur karakteristik pribadi dari orang yang perilakunya tidak menyimpang terlalu kentara. Untuk menginterpretasi tes ini, para psikolog harus melihat pada profil total, bukan hanya sebagian dari skala. Contoh tes paper and pencillainnya adalah 16PF (The 16 Personality Factor Questionnaire). Tes inidikembangkan olehRaimondCatelldan koleganya.Semuladia mengumpulkan 4500 kata sifat yang dapat diterapkan pada perilaku manusia, dan kemudian dikuranginya
92
hingga tinggal170 sifat. Kemudian dia menggunakan prosedur statistik yaitu tehnik analisis faktoruntuk mengidentifikasipengelompokan 170faktor tadi,dan ditemukan mengelompok menjadi 16 dan disebut oleh Cattel sebagai karakteristik kunci. F. METODE-METODEPROYEKTIF Tidak seperti tes paper and pencil, dimana orang yang dites diminta untuk memilih sejumlah alternatif yang telah disediakan, tes proyektif didesain dengan sengaja untuk memunculkan respon-respon individual. Kebanyakan tes-tes jenis ini kemudian disebut metode proyektif. Metode proyektifdidasarkan pada hipotesisproyektif yang diambildari teori kepribadian Freud. Gagasan dasar adalah bahwa cara orang merespon pada situasi kabur atau ambigu sering merupakan proyeksi perasaan dan motif-motif yang disembunyikan. Contoh dari metode proyektif ini adalah Tes Rorschach, dan TAT (Thematic Apperception Test). Interpretasi hasil tes proyektif ini lebih memerlukan kepandaian seorang seniman daripada seorang ilmuwan. Karena itu masalah validitas untuk tes proyektif merupakan masalah yang sulit untuk dijawab. G. PENGUKURAN PERILAKU Pengukuran perilaku melibatkan beberapa metode, dimana masing-masing met ode tersebut bertujuan untuk mendapatkan beberapa aspek perilaku individual yang bisa diamati. Umumnya metode ini tidak peduli terhadap sifat dan proses mental, alasannya karena sifat dan proses mental itu tidak dapat dilihat secara langsung. Metode pengukuran perilaku punya dua ciri umum: a.
b.
mereka didesain untuk memunculkan kondisi-kondisi stimulus yang berkaitan dengan perilaku sasaran khusus. Contohnya: keadaan seperti apa yang memicu kemarahan tetangga? Mereka melibatkan penelitian dengan cermat secara langsung - misalnya: mengobservasi perilaku seseorang, atau setidaknya membicarakan deskripsi khusus dari perilaku dan situasi dimana itu terjadi.
H. MASALAH CHECKLIST Satu metode behavioral yang menjadi populer adalah masalah checklist. Beberapa checklist digunakan untuk detail-detail khusus dari perbedaan individual dalam satu bidang masalah tertentu. Contohnya, satu checklist tentang ketakutan mungkin mendaftar objekobjek dan situasi-situasi yang dihindari banyak orang (misal: bicara didepan orang banyak, ular, pergi ke dokter gigi) dan meminta orang untuk menunjukkan mana yang dia hindari. Ahli terapi perilaku sering meminta pasien mengisi ckecklist ini diawal terapi dengan maksud membantu terapi memutuskan masalah khusus perilaku mana yang perlu di-treatmellt (diperiakukan), dan membantu membuat urutan penanganan. Jadi checklist bisa diatur dan digunakan sebagai informasi yang berasal dari klien itu sendiri, selain checklist dari anggota keluarga yang lain, atau orang lain yang signifikan, misalnya: guru atau terapis. 93
I.
TEKNIK-TEKNIK CONTOH PERILAKU
Kebanyakan ahli pengukuran perilaku percaya bahwa penting bagi pengamat untuk mengobservasi perilaku seseorang yang terjadi secara wajardalamkehidupan yang sebenarnya. Karena observasi langsung seperti ini dapat dilakukan, para psikolog sering meng- usahakan mengamati perilaku dalam situasi laboratorium yang penuh batasan, yang didesain menjadi percobaan yang analogi dengan kehidupan nyata. Baik pengamatan kehidupan nyata maupun pengamatan dalam laborat, tidak lepas dari masalah. Misalnya, mengamati perilaku dalam situasi nyata akan sangat sulit karena begitu ban yak faktor yang mempengamhi perilaku dan kit a tidak mampu mengontrol faktor-faktor tersebut, sehinggaketika peri 1aku yang kita amati terjadi, kita ragu-ragu untuk menentukan secara pasti faktor apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, pengamatan di laborat, membuat perilaku menjadi tidak wajar, karena mereka tahu bahwa perilakunya diamati, dan tanpa sadar setiap orang ingin menunjukkan hasil ideal dimata orang lain. Sehingga banyak perilaku yang muncul pada saat eksperimen, ternyata dalam kehidupan sehari-harinya iajarang sekali muncul, bahkan tidak pernah. Meskipun demikian, metode pengukuran perilaku menunjukkan reliabilitas yang tinggi dan validitas yang baik. Kritik terhadap metode pengukuran perilaku ini yaitu bahwa dengan metode ini kita hanya menangkap bagian permukaan saja (yang nampak saja) dan orang yang kita amati perilakunya hanya memberitahu kita sedikit tentang kepribadian atau karakterisitik dari dalam. Pendukung pengukuran perilaku kembali mengingatkan bahwa kita hams belajar mengukur perilaku yang nampak sebelum mencoba menyimpulkan inner karakteristik yang tidak dapat kita lihat. LATIHAN SOAL 1. Ada 3 kriteria supaya pengukuran disebut baik. Jelaskan ! 2. Morgan menggolongkan tes menjadi 3 jenis. Jelaskan dan beri contoh ! 3. Berikan contoh tes yang mengukur intelegensi umum ! 4. Berikan contoh tes yang mengukur prestasi ! 5. Berikan contoh tes yang mengukur aspek kepribadian ! 6. Gronlund menerangkan beberapa prinsip dasar dalam mengukur prestasi. Jelaskan ! 7. Apakah reliabilitas itu ? Jelaskan ! 8. Cara menguji reliabilitas ada beberapa cara. Jelaskan ! 9. Apakah validitas itu ? Jelaskan I 10. Ada beberapa cara menguji validitas. Jelaskan ! I 1. Berikan 2 contoh tes pencil and paper!
94