BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Tari klasik gaya Yogyakarta merupakan seni kebatinan dalam hal ini adalah “Joged Mataram” yang digunakan sebagai isi atau jiwanya. Joged mataram terdiri dari empat unsur atau konsep dasar yaitu Sawiji, Greged, Sengguh, Ora Mingkuh yang lebih lanjut dipadukan dengan tiga konsep tari klasik gaya Yogyakarta yaitu Wiraga, Wirama, Wirasa. Ketujuh konsep dasar tersebut merupakan bekal atau sesuatu yang harus dimiliki oleh penari tari klasik gaya Yogyakarta. Pendidikan karakter merupakan sesuatu konsep pendidikan moral dan etika yang dapat diterapkan sejal dini, dalam penelitian ini dimulai sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang menggunakan indikator dari pedoman pendidikan karakter 2011, kementerian pendidikan dan kebudayaan serta Undang-undang No 40 Pasal 3 tahun 2009 tentang kepemudaan. Perpaduan indikator pendidikan karakter dalam penelitian berjumlah 25 unsur nilai pendidikan karakter. Hasil penelitian menunjukkan secara konseptual bahwa tari klasik gaya Yogyakarta dapat digunakan sebagai sarana pendidian karakter. Hal tersebut tercermin dari terpenuhinya 25 indiktor unsur nilai pendidikan karakter. Tari klasik gaya Yogyakarta memiliki relevansi terhadap ketahanan budaya. Ketahanan budaya tercapai karena didasarkan pada parameter yaitu toleransi dan pendidikan nasional telah terpenuhi dalam unsur nilai pendidikan karakter.
160
161
Hasil penelitian terhadap tari klasik gaya Yogyakarta secara teknik pembelajaran di Siswa Among Beksa telah menunjukkan bahwa tari klasik gaya Yogyakarta dapat digunakan sebagai sarana pendidikan karakter. Total indikator yang tercapai dalam teknik pembelajaran tari klasik gaya Yogyakarta yaitu 24 indikator unsur nilai pendidikan karakter. Nilai gemar membaca tidak terakomodir dalam
pembelajaran
teknik
tari
klasik
gaya
Yogyakarta,
karena
dalam
pembelajarannya murid hanya dibekali konsep dasar dan teknik dasar menari. Peran tari klasik gaya Yogyakarta terhadap pendidikan karakter juga terindikasi pada murid-murid di Siswa Among Beksa. Hasil penelitian menunjukan bahwa murid yang belajar tari klasik gaya Yogyakarta merasakan adanya perubahan pada dirinya. Hal tersebut tercermin dalam indikator yang terpenuhi sebanyak 22 indikator unsur nilai pendidikan karakter. Empat indikator yang tidak terpenuhi yaitu nilai religius, nilai gemar membaca dan nilai peduli lingkungan. Ketiga indikator tersebut tidak dirasakan oleh murid karena tidak ada peningkatan antara sebelum dan sesudah mengikuti tari klasik gaya Yogyakarta. Walaupun demikian, secara mayoritas indikator unsur nilai terlah terpenuhi maka dapat disimpulkan bahwa tari klasik gaya Yogyakarta dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter. Tari klasik gaya Yogyakarta berperan terhadap pendidikan karakter serta memiliki relevansi terhadap ketahanan budaya. Ketahanan budaya dapat tercapai karena dalam penggunaan parameter tersebut yaitu nilai toleransi terpenuhi dalam indikator unsur nilai pendidikan karakter. Parameter pendidikan nasional tercapai dilihat dari indikator unsur nilai pendidikan karakter telah terpenuhi.
162
Perbedaan pada sikap dan pola pikir yang terjadi pada murid Siswa Among Beksa dialami oleh orang tua murid. Berdasarkan hasil wawancara menghasilkan data bahwa dari 25 indikator unsur nilai pendidikan karakter telah terpenuhi. Peningkatan yang tidak signifikan terjadi pada beberapa nilai yaitu nilai religius, nilai jujur, dan nilai toleransi karena sudah ditanamkan sejak kecil sebelum mengikuti tari klasik gaya Yogyakarta. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tari klasik gaya Yogyakarta berperan dalam pendidikan karakter. Relevansi terhadap ketahanan budaya tercapai dengan terpenuhinya parameter nilai toleransi dan pendidikan nasional yang bersumber pada indikator pendidikan karakter. Indikator lain yang digunakan untuk mengetahui relevansi terhadap ketahanan budaya diantaranya keterkaitan identitas sebagai parameter ketahanan budaya, perkembangan zaman atau adanya globalisasi tidak merubah keaslian suatu budaya, budaya lokal mampu mengatasi serangan budaya asing. Keterkaitan identitas sebagai parameter ketahanan budaya berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan belajar tari klasik gaya Yogyakarta para murid khususnya tidak malu dan lebih cenderung bangga dapat menjadi bagian dari murid tari klasik gaya Yogyakarta. Hal tersebut terjadi karena untuk menari tari klasik gaya Yogyakarta tidak semua orang bisa untuk melakukannya, dan dibutuhkan teknik khusus untuk menarikan tari klasik gaya Yogyakarta. Perkembangan zaman atau adanya globalisasi tidak merubah keasliansuatu budaya dalam hal ini yaitu tari klasik gaya Yogyakarta. Hal tersebut tampak bahwa dalam setiap gerakan yang ada dalam suatu tarian tidak mengalami perubahan sama sekali sejak tarian itu diciptakan.
163
Globalisasi ditanggapi positif oleh pengurus yayasan Siswa Among Beksa dengan memanfaatkan teknologi yang ada untuk mendukung penampilan ataupun mendukung kegiatan dalam proses pendidikan tari klasik gaya Yogyakarta. Kemampuan mengatasi serangan budaya asing terhadap budaya lokal juga tampak dalam pendidikan tari klasik gaya Yogyakarta di Yayasan Siswa Among Beksa. Hal tersebut terlihat dari tetap dipegang teguhnya aturan-aturan dan etika yang diajarkan saat dilakukannya pendidikan tari klasik gaya Yogyakarta. Kemauan untuk membawa tari klasik gaya Yogyakarta ke luar negeri oleh para murid juga mengindikasikan bahwa budaya Indonesia dalam hal ini tari klasik gaya Yogyakarta dapat menjadi sarana untuk ekspansi budaya nusantara ke luar lingkup wilayah lokal. Indikator tersebut menunjukkan bahwa tari klasik gaya Yogyakarta berperan dalam pedidikan karakter serta memiliki relevansi terhadap ketahanan budaya.
164
7.2 Rekomendasi Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
perbedaan
pemaknaan
antara
konseptual tari klasik gaya Yogyakarta dengan implementasi pembelajaran tari klasik gaya Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya dibuat suatu metode pembelajaran yang proporsional dan personal. Metode pembelajaran proprorsional merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan teknik-teknik tari klasik gaya Yogyakarta tetapi dalam setiap pemberian teknik menari tari klasik gaya Yogyakarta sebaiknya diberitahukan mengenai makna, filosofi dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakan. Metode pembelajaran personal yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk memegang beberapa murid dan memberikan bimbingan secara komrpehensif baik dari teknik tari klasik gaya Yogyakarta ataupun pemberian materi makna, filosifi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Maksud dengan memberikan wewenang dan batas maksimal murid untuk menjaga konsistensi guru dalam menjaga dan mengawasi setiap gerak murid. Sisi pendekatan secara personal perlu dikembangkan komunikasi yang lebih intens. Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkan keberanian komunikasi antara guru dengan murid. Penanaman komunikasi yang baik dan intens akan menjadikan murid lebih aktif dan akan mempercepat penguasaan teknik tari klasik gaya Yogyakarta. Komunikasi yang baik akan mempermudah guru untuk menanamkan makna, filosofi dan nilai-nilai yang terkandung dalam tari klasik gaya Yogyakarta.