62
BAB VII IMPLIKASI KONVERSI LAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH
7.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kuningan merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kuningan, yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, provinsi, kabupaten atau kota, serta sebagai acuan bagi instansi pemerintah daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi, dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Kuningan. Tujuan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kuningan ini adalah untuk menjadi pedoman bagi: a) perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Kuningan; b) mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar bagian wilayah Kabupaten Kuningan serta keserasian antar sektor; c) penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Kabupaten Kuningan; d) penyusunan rencana rinci tata ruang di Kabupaten Kuningan; e) pelaksanaan
pembangunan
dalam
memanfaatkan
ruang
bagi
kegiatan
pembangunan di wilayah Kabupaten Kuningan. Penggunaan lahan di Kabupaten Kuningan mengalami banyak perubahan, terutama pada penggunaan lahan untuk kawasan lindung yang luasnya mengalami penurunan (RTRW Kabupaten Kuningan, 2008). Hal ini disebabkan oleh bertambahnya lahan terbangun di Kabupaten Kuningan, yang pertumbuhannya secara sporadis di sepanjang pembangunan jalan baru. Permasalahan alih fungsi lahan ini berupa kecenderungan perubahan fungsi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun, diantaranya: 1. Alih fungsi lahan kawasan lindung menjadi kawasan permukiman di Kecamatan Karangkancana, Ciwaru, Subang dan Selajambe dan lain – lain; 2. Alih fungsi lahan kawasan berfungsi lindung menjadi kawasan permukiman; 3. Alih fungsi lahan kawasan konservasi menjadi kawasan permukiman; 4. Alih fungsi lahan kawasan lindung ideal menjadi kawasan permukiman;
63
5. Alih fungsi lahan kawasan pertanian lahan basah irigasi teknis menjadi lahan permukiman dan terminal tipe A. Salah satu permasalahan alih fungsi lahan adalah alih fungsi lahan kawasan pertanian lahan basah irigasi teknis menjadi lahan permukiman dan terminal kelas A. Kebutuhan akan aksesibilitas di Kabupaten Kuningan dengan dibangunnya Terminal Tipe A Kertawangunan semakin meningkat, terutama untuk peningkatan jalan. Jalan yang diperlukan untuk menembus Terminal Tipe A Kertawangunan adalah jalan lingkar timur. Hal ini telah direncanakan oleh pemerintah daerah selesai pada tahun 2010. Jalan lingkar timur dibangun dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), akan dibangun dengan jalan sepanjang 3,25 kilometer dan lebar 15 meter. Jalan ini akan menjadi jalur alternatif lalu lintas menuju ke Terminal Tipe A Kertawangunan, sehingga dapat memperlancar arus lalu lintas menuju tempat tersebut, disamping itu dapat membuka akses Kedungarum-Kertawangunan-Ancaran. Pembangunan jalan lingkar timur ini sudah terdapat dalam RTRW Kabupaten Kuningan. Kebutuhan lahan untuk pembangunan jalan lingkar timur akan mengorbankan lahan sawah irigasi teknis yang masih tersisa di sekitar terminal. Lahan sawah ini pun telah melalui proses pembebasan dengan pemilik lahan. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya terkait dengan kawasan pertanian dalam RTRW Kabupaten Kuningan salah satunya adalah pengendalian untuk luasan sawah beririgasi teknis di daerah secara keseluruhan tidak boleh berkurang. Pada kenyataannya, setelah pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan yang mengorbankan sawah irigasi teknis, harus kembali mengorbankan lahan sawah irigasi teknis yang lain untuk dikonversikan. Kebijakan tentang pengendalian lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten Kuningan yang telah ada, tidak dapat mencegah terjadinya konversi lahan sawah irigasi teknis. Sebagaimana penuturan dari Bapak YYN pegawai Dinas Tata Ruang: “sebenarnya dalam peraturan memang tidak boleh lahan sawah irigasi teknis dikonversikan. Meskipun pembangunan terlihat dengan jelas di depan mata, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.Berhubung lahan tersebut dibutuhkan untuk pembangunan terminal dan ada kewenangan dari pemerintah daerah, oleh karena itu pembangunan dapat dilaksanakan.”
64
Kawasan Strategis Kawasan Budidaya dengan pendayagunaan sumberdaya alam yang dikendalikan Perkembangannya dalam RTRW Kabupaten Kuningan salah satunya adalah kawasan irigasi teknis di Kecamatan Sindang Agung, tetapi konversi lahan di Desa Kertawangunan tetap tidak dapat dihindarkan. Dampak lebih lanjut dari pembangunan terminal Tipe A Kertawangunan adalah pembangunan pemukiman dan perdagangan di sekitar desa dan Kecamatan Sindang Agung. Hal ini diproyeksikan pada Masterplan Kabupaten Kuningan, bahwa kecamatan yang memiliki kecenderungan pertumbuhan lahan terbangun tinggi yang terletak di sepanjang jalan kabupaten (kawasan perkotaan), meliputi: Cilimus, Jalaksana, Kramatmulya, Kuningan, Kadugede, Cigugur, Nusaherang, Ciawigebang, Garawangi, Sindang Agung, Lebakwangi, Luragung, dan Cibeureum. Salah satu kecamatan yang memiliki kecenderungan pertumbuhan lahan terbangun tinggi adalah Sindang Agung. Struktur ruang Sindang Agung berbentuk linier dengan embrio pertumbuhan lahan terbangun di sepanjang jalan kolektor tengah ke depan (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006). Kecamatan Sindang Agung dimungkinkan mengalami perkembangan yang cukup signifikan karena adanya pembangunan terminal tipe A di Desa Kertawangunan, sehingga aksesibilitas yang menghubungkan kota ini dengan wilayah lain cenderung lebih lancar. Proyeksi masterplan dalam arahan pengembangan kawasan perkotaan atau skenario urban design Kabupaten Kuningan juga disebutkan bahwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,68 persen per tahun, jumlah penduduk Sindang Agung pada tahun 2030 menjadi sebesar 50.442 jiwa dengan kepadatan netto 106 jiwa/hektar. Sindang Agung ke depan akan tumbuh cepat terutama kawasan permukiman dan perdagangan sebagai imbas adanya pembangunan terminal tipe A. Pertumbuhan permukiman di kota Sindang Agung sebesar 1,33 persen per tahun, dan diperkirakan pada tahun 2030 luas kawasan terbangun di kota ini menjadi seluas 474 hektar (sebesar 38 persen).
65
Tabel 8. Proyeksi Kebutuhan Lahan Terbangun Kabupaten Kuningan Tahun 2030 Kebutuhan Lahan Terbangun (hektar) Luas Permukiman tahun 2005 (ha)
Kebutuhan Lahan Permukiman (ha)
Jumlah Kebutuhan Lahan Permukiman (ha) Kebutuhan Fasilitas Permukiman (ha) Total Kebutuhan Permukiman + Fasilitas (ha) Luas Permukiman tahun 2030 (ha) r Permukiman per tahun 2005-2030 (%) Luas Built Up Area 2030 (ha) Jumlah Penduduk 2030 Kepadatan Netto 2030 (jiwa/ ha) r Penduduk per tahun 2005-2030 (%)
Kavling Besar (500m2) Kavling Sedang (300m2) Kavling Kecil (100m2)
Sindang Agung 307 17 31 37 85 34 120 426 1.33 474 50,442 106 1.68
Sumber: Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006
Menurut Kustiawan (1997) faktor eksternal yang berpengaruh dalam konversi lahan pertanian berkaitan dengan dinamika pertumbuhan perkotaan, yaitu perkembangan kawasan terbangun, pertumbuhan penduduk perkotaan dan pertumbuhan PDRB. Hal ini dapat dilihat dari kasus pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan yang diproyeksikan pada tahun 2030 akan mengalami pertumbuhan perkotaan. Jumlah penduduk yang diproyeksikan di Kecamatan Sindang Agung akan mengalami peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi dari Tahun 2009-2029 (Lampiran 1). Pada tahun 2030, rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Sindang Agung diproyeksikan mencapai 40 jiwa/hektar (Lampiran 2). Hasil analisis proyeksi kepadatan penduduk Kecamatan Sindang Agung tergolong tinggi karena kepadatan rata-rata untuk Kabupaten Kuningan adalah 22 jiwa/hektar. Luas pemukiman di Kecamatan Sindang Agung pada Tahun 2030 pun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada Tahun 2030 diperkirakan luas kawasan terbangun untuk pemukiman sebesar 256 hektar dengan pertambahan jumlah penduduk 17.220 jiwa (Lampiran 3). Pendapatan Domestik Bruto Regional Kabupaten Kuningan pun sampai Tahun 2030 akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
66
perkembangan kawasan terbangun (dibahas pada sub bab 7.3). Sebagaimana dinyatakan oleh Kustiawan (1997) bahwa semakin besar
laju perkembangan
kawasan terbangun, laju pertumbuhan penduduk semakin tinggi, dan laju pertumbuhan PDRB semakin besar mengakibatkan laju penyusutan luas lahan sawah semakin besar. Jika diproyeksikan kebutuhan lahan menurut standar kepadatan netto tiaptiap kecamatan yang terbagi dalam tiga kriteri kepadatan (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006), yaitu Kota Sedang 60 jiwa/ha, Kota Kecil 30 jiwa/ha, dan Rural 15 jiwa/ha yang dikelompokkan sebagai kota sedang dan kota kecil, yaitu pembagian menurut rencana hirarki eksisting Kabupaten Kuningan (Lampiran 4). Beberapa kecamatan yang akan ditekan pertumbuhannya yang terletak di pintu gerbang jaringan jalan yang menghubungkan dengan kota-kota di wilayah lain, serta kecamatan-kecamatan yang dilewati koridor jalan yang menghubungkan Kabupaten Kuningan dengan wilayah lain yang diproyeksikan pada 25 tahun ke depan akan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangan ini terutama kebutuhan akan lahan terbangun untuk permukiman dan fasilitas umum perkotaan. Jika dilihat dari standar kepadatan netto ini kebutuhan lahan terbangun di beberapa kecamatan ada yang melebihi wilayah administrasinya (over bounded zone), seperti Kecamatan Cipicung, Kalimanggis, Kramatmulya, Kuningan, Lebakwangi, Pancalang, dan Sindang Agung, sehingga mengindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan ini mengalami perkembangan kota yang cukup signifikan mengingat kebutuhan lahan terbangunnya sangat tinggi (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006). Kecamatan Sindang Agung merupakan salah satu kecamatan pada 25 tahun mendatang akan mengalami kebutuhan lahan terbangun sangat tinggi untuk pemukiman dan fasilitas perkotaan.
7.2 Prioritas Pertumbuhan Ekonomi Secara umum kebijaksanaan pembangunan di Kabupaten Kuningan diprioritaskan pada pembangunan berbasis perencanaan yang jelas, terarah, komprehensif dan berkesinambungan. Kebijaksanaan ini berdasar pada tujuan yang telah ditetapkan dengan tetap bertumpu pada pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada kemitraan terutama di sektor-sektor unggulan dan berpotensi, diantaranya sektor pertanian, jasa, dan perdagangan. Rencana visi
67
Kabupaten Kuningan tahun 2027 berdasar Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah :”Kuningan sebagai Kabupaten Agropolitan dan Wisata Termaju di Jawa Barat Tahun 2027.” Kabupaten agropolitan dan wisata dalam konteks visi ini mengandung pengertian kabupaten yang produksi daerahnya didominasi oleh dua besar sektor yaitu secara berturut-turut sektor pertanian dan jasa pariwisata. Dinamika kegiatan sektor pertanian berlangsung pada seluruh sub sistemnya dengan fokus pada sub sistem pengolahan (agroindustri) yang secara keseluruhan mewujudkan kawasan agropolitan yang padu. Pada dasarnya tujuan pembangunan Kabupaten Kuningan saat ini dalam rangka mengembangkan usaha berbasis sumber daya lokal, yaitu pada sektor pertanian dan pariwisata. Secara implisit dari visi tersebut dapat diketahui arahan pembangunan Kabupaten Kuningan saat ini memiliki kecenderungan ke depan untuk berorientasi dan memusatkan prioritasnya pada pengembangan usaha berbasis pertanian dan pariwisata (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006). Secara lebih spesifik visi pembangunan ini dalam Masterpalan Kabupaten Kuningan perlu diintegrasikan pada beberapa aspek yang secara tidak langsung dicapai dengan cara membangun fundamental perekonomian Kabupaten Kuningan. Hal ini secara rinci diimplementasikan dengan mengembangkan wilayah potensial dan kawasan pengembangan agrobisnis yang masing-masing wilayah menetapkan alternatifalternatif komoditas unggulan. Tujuan pembangunan sektor pertanian yaitu tercapainya produktivitas dan kualitas produk pertanian dan kehutanan yang didukung oleh pengembangan paket teknologi tepat guna dan tepat usaha dengan mengembangkan kelembagaan, permodalan sektor pertanian serta memperbaiki sarana pertanian, sistem informasi, dan tata niaga pertanian. Tujuan dan sasaran pembangunan jangka panjang Kabupaten Kuningan tahun 2030 merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi pembangunan jangka panjang yang telah disepakati saat ini (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006).
Substansi
ini
memberikan
gambaran
mengenai
langkah-langkah
pembangunan umum yang bersifat arahan (indikatif) yang harus dilakukan selama 25 tahun ke depan. Rumusan kebijakan pembangunan yang bersifat lebih operasional (imperatif) dalam kurun waktu yang lebih pendek, yaitu 5 tahunan
68
(jangka menengah) dan tahunan (jangka pendek) harus mengacu secara konsisten terhadap tujuan dan sasaran pembangunan jangka panjang. Berdasarkan kondisi obyektif yang dianalisis dalam masterplan pembangunan ini, penjabaran tujuan dari perumusan visi Kabupaten Kuningan yang merupakan rencana makro Kuningan tahun 2030 yang dituangkan dalam skenario makro, sebagai berikut: 1. mewujudkan sektor pertanian sebagai leading sector dengan arahan ke depan pada pengembangan agrobisnis dan agroindustri, 2. meningkatkan dan mengembangkan sektor pariwisata, sebagai industri jasa yang kuat dan terintegrasi dengan leading sector, 3. mempertahankan wilayah konservasi dan resapan air untuk mendukung ketahanan pangan dan produktivitas sektor pertanian, serta 4. mewujudkan Kota Kuningan sebagai kota jasa (transit point city). Pada dasarnya pembangunan sektor pertanian dalam jangka panjang ke depan diarahkan untuk menunjang ketahanan pangan serta menghasilkan produkproduk yang berdaya saing tinggi, dan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian yang dilaksanakan dengan sistem usahatani yang produktif dan berkelanjutan (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006). Pembangunan di sektor pariwisata ditujukan dalam rangka mengembangkan dan mendayagunakan potensi kepariwisataan yang terus ditata secara menyeluruh dengan sektor lain yang terkait, sehingga dapat meningkatkan daya tarik dan peran masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan. Hal ini sangat berkaitan dengan pengembangan Kota Kuningan sebagai transit point city. Secara tidak langsung hal ini merupakan multiplier effect dari sektor pariwisata yang diarahkan sebagai simpul kota transit yang mendukung arah pergerakan dan aksesibilitas barang dan orang dari wilayah sekitarnya, sehingga perlunya digalakkan kegiatan pemasaran sektor kepariwisataan dengan peningkatan mutu obyek dan kawasan wisata. Pengoptimalan sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan perlu ditunjang oleh sektor pertanian dan transportasi. Kegiatan dalam menunjang sektor pariwisata di sektor transportasi salah satunya adalah dengan pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan dan akan dibangunnya jalan lingkar timur.
69
Bapak NN (pegawai Dinas Perhubungan) menuturkan bahwa: ”dengan dibangunnya terminal tipe A maka akan semakin terbuka akses antar provinsi. Mobilitas orang ke Kabupaten Kuningan akan semakin banyak, apalagi di Majalengka sedang dibangun Bandara Internasional Kertajati. Hal ini dapat menguntungkan Kabupaten Kuningan sebagai kota transit yang letaknya strategis yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.”
Pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan ini telah mengorbankan sektor lain yaitu sektor pertanian, dengan adanya pengkonversian kawasan pertanian lahan basah irigasi teknis. Walaupun hanya sebagian kecil saja kawasan pertanian lahan basah irigasi teknis yang terkonversi, namun berdampak besar bagi masyarakat di sekitarnya. Masyarakat (petani) yang biasanya dapat memenuhi pangan sehari-hari secara mandiri, sekarang harus membeli beras untuk mencukupi kebutuhan pangan. Pencapaian visi Kuningan sebagai kabupaten agropolitan dan wisata termaju, seharusnya dapat saling mendukung antara sektor pertanian dan sektor pariwisata. Arahan pembangunan sektor pertanian dalam jangka panjang ke depan dalam Masterplan Kabupaten Kuningan diarahkan untuk menunjang ketahanan pangan. Pada kenyataanya masyarakat (petani) di Desa Kertawangunan tidak dapat menyediakan pangan secara mandiri lagi. Arahan lainnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian yang dilaksanakan dengan sistem usahatani yang produktif dan berkelanjutan. Pengkonversian lahan sawah irigasi teknis di Desa Kertawangunan telah menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan petani yang tidak memiliki lahan. Selain adanya terminal tipe A, dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan terdapat fenomena lain yang muncul yaitu kecenderungan untuk menarik kegiatan perkotaan ke wilayah timur kota yaitu dengan dikembangkannya kegiatan perkantoran disepanjang jaringan jalan tersebut. Adanya kegiatan perkantoran ke wilayah timur dan adanya lokasi terminal tipe A baru di daerah perbatasan kecamatan, maka kecenderungan perkembangan ke wilayah timur cukup kuat. Hal ini disebabkan kegiatan yang ditimbulkan oleh perkantoran dan terminal tipe A akan memberikan pengaruh ganda cukup besar terhadap kegiatan lainnya, dimana kegiatan yang akan tumbuh
70
di sekitarnya adalah perdagangan, jasa, pemukiman dan lain-lain. Sebagaimana penuturan Bapak HDR Kepala Bagian Tata Ruang: ”pemerataan pembangunan sedang diarahkan ke wilayah Timur Kabupaten Kuningan. Oleh karena itu, sekarang kantor-kantor pemerintahan dan toko-toko banyak yang di bangun di wilayah timur.”
Salah
satu
kecamatan
yang
berfungsi
sebagai
kawasan
pemerintahan,
perdagangan, jasa, dan permukiman yang terletak di pusat kota dalam analisis dan proyeksi kondisi obyektif Kabupaten Kuningan adalah Sindang Agung. 7.3 Sumber PDRB Dominan Konversi lahan sawah irigasi teknis menjadi Terminal Tipe A Kertawangunan merupakan langkah awal dalam perkembangan kota di Kecamatan Sindang Agung. Pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan sebagaimana telah dijelaskan akan menyebabkan Kecamatan Sindang Agung mengalami kecenderungan pertumbuhan terbangun tinggi. Semakin tinggi lahan terbangun di Kecamatan Sindang Agung semakin tinggi pula konversi kawasan pertanian lahan basah irigasi teknis. Kasus di Desa Kertawangunan ini, akan berdampak pula pada perkembangan Kota Kuningan. Hal ini disebabkan lahan yang terkonversi merupakan lahan pertanian, sedangkan selama ini PDRB di Kabupaten Kuningan yang berkontribusi paling besar adalah pada sektor pertanian. Struktur perekonomian di Kabupaten Kuningan dibentuk oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan jasa. Ketiga sektor tersebut dalam kurun waktu 2001-2005 (Tabel 9) memiliki rata-rata kontribusi sebesar 79,24 persen. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar bagi Kabupaten Kuningan sebesar 44,83 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 19,69 persen, serta sektor jasa-jasa sebesar 14,72 persen. Dilihat perkembangan secara sektoral perekonomian di Kabupaten Kuningan pada tahun 2001-2005 (Tabel 9), sektor pertanian yang memiliki ratarata distribusi yang terbesar memiliki kecenderungan yang semakin menurun, hal ini berlawanan dengan sektor perdagangan dan jasa yang mengalami peningkatan dalam kontribusinya. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat perkembangan pembangunan sektor tersier yang semakin mempersempit lahan pertanian di
71
Kabupaten Kuningan, sehingga berimbas pada menurunnya produktivitas sektor pertanian. Arah tranformasi dari sektor primer ke sektor tersier di Kabupaten Kuningan semakin terlihat dengan kecenderungan menurunnya sektor pertanian dan meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dan jasa (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006). Perkembangan lahan terbangun sebagai dampak dari meningkatnya sektor tersier ini yang berupa maraknya pembangunan fasilitas ekonomi dan sosial juga berdampak secara tidak langsung pada berkurangnya areal pertanian di Kabupaten Kuningan. Sektor pertanian di Kabupaten Kuningan dalam Masterplan Pembangunan Kabupaten Kuningan 2030 terkait Analisis dan Proyeksi Kondisi Obyektif diperkirakan kedepannya mengalami pertumbuhan yang relatif lambat dilihat dari laju pertumbuhannya selama lima tahun yaitu pada Tahun 2001 sampai Tahun 2005. Laju pertumbuhan yang lambat ini tidak diikuti oleh sektor lain, bahkan beberapa sektor ekonomi, terutama sektor tersier, seperti sektor perdagangan, keuangan, dan jasa pada lima tahun (2001-2005) mengalami peningkatan. Sektor sekunder, seperti sektor industri pengolahan juga mengalami tingkat laju pertumbuhan yang cukup tinggi. Tumbuhnya sektor tersier dan sekunder ini akibat adanya aktivitas di sektor pertanian. Diproyeksikan 25 tahun ke depan sektor pertanian ini masih akan menjadi leading sector perekonomian di Kabupaten Kuningan, hal ini disebabkan sektor pertanian selama ini memiliki kontribusi terbesar dalam menyumbang pendapatan daerah Kuningan meskipun pertumbuhannya cenderung menurun. Sektor pertanian juga merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di Kabupaten Kuningan. Jadi, dalam jangka panjang 25 tahun ke depan diperkirakan meskipun sektor perdagangan dan jasa mengalami peningkatan hal ini lebih disebabkan kedua sektor ini ditunjang oleh sektor pertanian yang semakin maju melalui kegiatan agribisnis dan agroindustri melalui konsep agropolitan yang berkelanjutan.
72 Tabel 9. Peran Sub Sektor dalam PDRB Kabupaten Kuningan Atas Dasar Harga Konstan (2000=100) Tahun 2001-2005 (dalam %) LAPANGAN USAHA
TAHUN 2001
2002
2003
2004
2005*
47,72
46,08
44,00
43,65
42,69
1
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
2
a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan hasil – hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
37,36 4.57 4,75 0,36 0,67 0,90
33,60 6,77 4,60 0,35 0,76 0,87
31,11 7,22 4,49 0,36 0,82 0,85
30,70 7,36 4,36 0,36 0,86 0,82
30,41 6,70 4,35 0,36 0,88 0,79
3
a. Minyak dan gas bumi ( migas ) b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN
0,00 0,00 0,90 1,62
0,00 0,00 0,87 1.69
0,00 0,00 0,85 1,90
0,00 0,00 0,82 2,07
0,00 0,00 0,79 2,09
a. Industri migas b. Industri tanpa migas LISTRIK , GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas kota c. Air bersih BANGUNAN
0,00 1,62 0,44 0,33 0,00 0,11 4,87
0,00 1,69 0,43 0,32 0,00 0,11 4,84
0,00 1,90 0,43 0,31 0,00 0,11 4,91
0,00 2,07 0,42 0,30 0,00 0,11 4,79
0,00 2,09 0,40 0,29 0,00 0,10 4,66
DAN PERIKANAN
4
5 6
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
19,56
19.54
19,74
19,69
19,90
7
a. Perdagangan besar dan eceran b. H o t e l c. Restoran PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
17,79 0,02 1,75 6,83
17,78 0,03 1,73 7,45
17,96 0,03 1,75 7,62
18,02 0,03 1,64 7,63
18,24 0,03 1,63 8,30
8
a. Pengangkutan 1) Angkutan rel 2) Angkutan jalan raya 3) Angkutan laut 4) Angkutan sungai dan penyeberangan 5) Angkutan udara 6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH
6,08 0,00 5,82 0,00 0,00 0,00 0,26 0,75 4.34
6,72 0,00 6,45 0,00 0,00 0,00 0,27 0,73 4,99
6,90 0,00 6,63 0,00 0,00 0,00 0,27 0,72 5,16
6,93 0,00 6,66 0,00 0,00 0,00 0,27 0,70 5,85
7,61 0,00 7,33 0,00 0,00 0,00 0,28 0,69 5,78
9
a. B a n k b. Lembaga keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa bangunan e. Jasa perusahaan JASA – JASA
0,33 0,62 0,00 3,02 0,37 13,71
0,98 0,59 0,00 3,04 0,38 14,05
1,12 0,58 0,00 3,08 0,38 15,39
1,82 0,56 0,00 3,09 0,39 15,07
1,75 0,54 0,00 3,10 0,39 15,39
a. Pemerintahan Umum b. S w a s t a 1) sosial kemasyarakatan 2) Hiburan dan rekreasi 3) Perorangan dan rumah tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
7,50 6,21 2,50 0,25 3,47 100,0
8,08 5,97 2,37 0,25 3,36 100,00
9,42 5,98 2,35 0,25 3,37 100,00
9,11 5,96 2,39 0,26 3,31 100,00
9,33 6,06 2,44 0,26 3,35 100,00
*angka perbaikan Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kuningan dalam http://bappedakuningan.blogspot.com/2010/01/pdrb.html. Diakses tanggal 26 Agustus 2010.
73
Pada Masterplan Kabupaten Kuningan diproyeksikan pendapatan regional Kabupaten Kuningan pada 25 tahun ke depan dengan menggunakan laju pertumbuhan masing-masing sektor dengan asumsi terjadi revitalisasi di sektor pertanian yang akan menciptakan ketahanan pangan melalui kegiatan agropolitan yang didukung sektor perdagangan, industri pengolahan, dan jasa pariwisata, sehingga dalam jangka panjang sektor pertanian masih memiliki kontribusi terbesar dan tetap menjadi leading sector. Perhitungan proyeksi laju pertumbuhan ekonomi dan kontribusi sektoral secara rata-rata selama 25 tahun ke depan, sektor tersier memiliki persentase laju pertumbuhan jauh lebih besar daripada sektor primer dan sekunder. Perbedaan yang sangat besar tersebut semakin menyiratkan bahwa dominasi dari sektor tersier di Kabupaten Kuningan ke depan akan semakin meningkat. Tingginya PDRB sektor tersier ini sebagian besar disuplai oleh sektor perdagangan dan jasa yang menyumbang 36,42 persen, namun sektor pertanian masih memiliki kontribusi lebih besar dari kedua sektor tersebut, yaitu sebesar 39,26 persen daripada sektor-sektor yang lain. Melalui proyeksi laju pertumbuhan perekonomian sebesar 6,4 persen dan kontribusi tiap-tiap sektor dengan asumsi perbandingan sektor primer, sekunder, dan tersier sebesar 40 persen, 10 persen, dan 50 persen berdasar rata-rata kontribusi lima tahun terakhir (Lampiran 5). Diproyeksikan pada tahun 2030 peranan sektor pertanian di Kabupaten Kuningan akan tetap dominan walaupun secara nomimal mengalami penurunan. Proyeksi laju pertumbuhan ekonomi ke depan tetap mengacu pada pertumbuhan kurun waktu lima tahun (2001-2005) sebesar 3,87 persen dengan asumsi dalam jangka panjang 25 tahun ke depan akan terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar empat sampai delapan persen yang tumbuh secara bertahap. Target laju pertumbuhan ekonomi ini juga tetap mengacu pada rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional Tahun 2006 yang tumbuh sebesar lima sampai enam persen. Seiring dengan menurunnya kontribusi sektor pertanian ini sektor sekunder dan tersier di wilayah Kuningan secara tidak langsung akan memberikan kontribusi yang meningkat.
74
Naiknya kontribusi sektor perdagangan dan jasa ini diakibatkan efek turunan (derived demand) dari imbas sektor pertanian melalui kegiatan agropolitan (Masterplan Kabupaten Kuningan, 2006). Pembangunan yang berbasis pada sektor pertanian dengan implikasinya pada konsep agropolitan, seperti yang diprogramkan di Kabupaten Kuningan saat ini, diperkirakan akan berimbas pada kedua sektor tersebut. Jadi secara tidak langsung mendukung sektor pertanian melalui kegiatan agibisnis dan agroindustri. Kegiatan industri di Kabupaten Kuningan diarahkan pada pengolahan komoditas pertanian menjadi produk jadi yang akan di ekspor ke luar wilayah. Pada Tahun 2008 semua sektor perdagangan dan jasa mengalami peningkatan dari dua tahun sebelumnya. Sesuai dengan RPJPD Kota Kuningan yaitu Kuningan sebagai kota pariwisata dan agrowisata termaju di Jawa Barat dimana alam iklimnya mempunyai daya tarik bagi wisatawan, tidak mengherankan jika pada Tahun 2008 terjadi peningkatan dalam penjualan jasa penginapan terutama hotel-hotel yang letaknya sangat strategis (BPS Kabupaten Kuningan, 2009). Laju pertumbuhan sub sektor hotel, hiburan dan rekreasi mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya, sedangkan sektor pertanian lajunya melambat. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peralihan lahan dari lahan pertanian ke non pertanian. Banyaknya pembangunan rumah dan gedung (fisik) menyebabkan berkurangnya lahan pertanian, sehingga walaupun kontribusi sektor pertanian paling dominan namun dilihat dari peningkatan produksi cenderung menunjukkan penurunan, terutama tanaman bahan makanan (Lampiran 6). Pertumbuhan sektor pertanian tidak setinggi sektor-sektor yang lain, tetapi pertanian merupakan sektor dominan yang memberikan peranan tertinggi dalam pencapaian PDRB Kabupaten Kuningan.
7.4 Ikhtisar Luasan penggunaan lahan di Kabupaten Kuningan mengalami banyak penurunan untuk kawasan lindung. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya lahan terbangun di Kabupaten Kuningan. Salah satunya adalah pengalihfungsian kawasan pertanian lahan basah irigasi teknis menjadi lahan permukiman dan terminal tipe A. Pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan akan mengakibatkan kecenderungan pertumbuhan lahan terbangun tinggi di Kecamatan
75
Sindang Agung. Pada proyeksi masterplan dalam arahan pengembangan kawasan perkotaan atau skenario urban design Kabupaten Kuningan, Kecamatan Sindang Agung ke depan perdagangan
akan tumbuh cepat terutama kawasan permukiman dan
sebagai
imbas
adanya
pembangunan
Terminal
Tipe
A
Kertawangunan. Meskipun dalam RTRW Kabupaten Kuningan terdapat pengendalian konversi lahan sawah irigasi teknis, namun konversi lahan tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan aksesibilitas jalan yang menghubungkan antar kecamatan yang akan melewati Terminal Tipe A Kertawangunan. Kabupaten Kuningan memiliki keunggulan dan potensi pada tiga sektor yaitu sektor pertanian, jasa dan perdagangan. Visi Kabupaten Kuningan dalam RPJPD adalah Kuningan sebagai Kabupaten Agropolitan dan Wisata Termaju di Jawa Barat Tahun 2027. Visi ini secara tidak langsung menggambarkan perekonomian Kabupaten Kuningan mengandalkan dua sektor yaitu pertanian dan pariwisata. Pengoptimalan sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan perlu ditunjang oleh sektor pertanian dan transportasi. Kegiatan dalam menunjang sektor pariwisata di sektor transportasi salah satunya adalah dengan pembangunan Terminal Tipe A Kertawangunan. Pembangunan terminal ini mengorbankan sektor lain yaitu sektor pertanian dengan terkonversinya lahan sawah irigasi teknis. Sektor pertanian memiliki kontribusi paling besar dari pada sektor lainnya di Kabupaten Kuningan, namun PDRB pada sektor pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan terutama tanaman bahan makanan. PDRB pada sektor perdagangan dan jasa mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan perkembangan pembangunan sektor tersier (perdagangan dan jasa) akan semakin mempersempit lahan pertanian di Kabupaten Kuningan. Diproyeksikan 25 tahun ke depan sektor pertanian ini masih akan menjadi leading sector perekonomian di Kabupaten Kuningan, hal ini disebabkan sektor pertanian selama ini memiliki kontribusi terbesar
dalam
menyumbang
pendapatan
pertumbuhannya cenderung menurun.
daerah
Kuningan
meskipun