86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Dari data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan kecerdasan visual-spasial yang dimiliki oleh lima siswa kelas X-J SMA Negeri 1 Klaten yang dipilih sebagai subjek penelitian, jenis miskonsepsi yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal mengenai ruang dimensi tiga ditinjau dari kecerdasan visual-spasial adalah : a. Siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi tidak mengalami miskonsepsi. b. Siswa dengan kecerdasan visual-spasial sedang cenderung mengalami miskonsepsi teoritikal dan miskonsepsi korelasional. Miskonsepsi yang dialami siswa yaitu : 1) Miskonsepsi teoritikal tentang alasan kedudukan dua bidang, dalam kasus ini adalah kedudukan dua bidang sejajar. 2) Miskonsepsi korelasional tentang sudut antara dua garis dan hubungan garis perpotongan dua bidang dengan sudut yang terbentuk antara dua bidang tersebut. c. Siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah cenderung mengalami miskonsepsi teoritikal, miskonsepsi klasifikasional dan miskonsepsi korelasional. Miskonsepsi yang dialami siswa yaitu : 1) Miskonsepsi teoritikal tentang definisi kedudukan dua garis dan kedudukan dua bidang. 2) Miskonsepsi klasifikasional dalam mengidentifikasi kedudukan dua garis dan mengidentifikasi kedudukan dua bidang. 3) Miskonsepsi
korelasional
dalam
menentukan
titik
potong,
menentukan jarak dua bidang, sudut antara dua garis dan sudut antara dua bidang. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam menyelesaikan soalsoal mengenai materi ruang dimensi tiga ditinjau dari kecerdasan visualspasial siswa adalah : a. Untuk siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi tidak mengalami miskonsepsi b. Untuk siswa dengan kecerdasan visual-spasial sedang antara lain : 1) Jenis miskonsepsi teoritikal yaitu guru kurang menekankan dalam menerangkan alasan kedudukan dua bidang, dalam kasus ini alasan dua bidang sejajar. 2) Jenis miskonsepi korelasional yaitu siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang aktif bertanya dan aspek praktis. c. Untuk siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah antara lain : 1) Jenis miskonsepsi teoritikal yaitu siswa salah dalam memahami definisi dan guru kurang menekankan dalam menerangkan alasan kedudukan dua bidang, dalam kasus ini kedudukan dua bidang sejajar. 2) Jenis
miskonsepsi
klasifikasional
yaitu
siswa
tidak
bisa
membayangkan gambar pada soal dengan baik. 3) Jenis miskonsepsi korelasional yaitu siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa kurang aktif bertanya, siswa terpengaruh dengan kata diperpanjang, aspek praktis serta siswa kurang tertarik dengan materi.
B. IMPLIKASI Dengan diperolehnya kesimpulan tersebut, maka sebagai implikasi dari penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Seperti yang diungkap oleh beberapa ahli, kecerdasan visual spasial adalah kemampuan seseorang untuk memahami lebih mendalam hubungan antar objek dan ruang. Dalamcommit penelitian ini kecerdasan visual-spasial dibagi to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi tiga, yaitu kecerdasan visual-spasial tinggi, kecerdasan visual-spasial sedang dan kecerdasan visual-spasial rendah. Siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi cenderung lebih dapat mengimajinasikan bentuk-bentuk dan bangun ruang serta lebih memahami hubungan antar objek dan ruang. Siswa dengan kecerdasan visual-spasial sedang cenderung kurang dalam mengimajinasikan bentuk-bentuk dan bangun ruang serta kurang memahami hubungan antar objek dan ruang. Siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah cenderung tidak dapat mengimajinasikan bentuk-bentuk dan bangun ruang serta kurang memahami hubungan antar objek dan ruang. Karena dapat memahami hubungan antar objek dan ruang dengan baik, siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi dimungkinkan untuk tidak mengalami miskonsepsi dalam menyelesaikan masalah, sedangkan siswa dengan kecerdasan
visual-spasial
sedang
dimungkinkan
sedikit
mengalami
miskonsepsi dalam menyelesaikan masalah karena siswa kurang memahami hubungan antar objek dan ruang , serta siswa dengan kecerdasan visualspasial rendah dimungkinkan banyak mengalami miskonsepsi karena tidak memahami hubungan antar objek dan ruang dengan baik. Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah menyelesaikan soal mengenai materi ruang dimensi tiga. 2. Secara Praktis Secara teoritis siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi karena dapat memahami hubungan antar objek dan ruang dengan baik, siswa tidak mengalami miskonsepsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu siswa dnegan kecerdasan visual-spasial tinggi tidak mengalami miskonsepsi. Untuk siswa dengan kecerdasan visual spasial sedang mengalami miskonsepsi teoritikal yang disebabkan oleh guru yang kurang menekankan dalam menerangkan alasan kedudukan dua bidang sejajar dan miskonsepsi korelasional yang disebabkan karena siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang aktif bertanya dan aspek praktis. Sedangkan siswa dengan kecerdasan visual-spasial rendah mengalami miskonsepsi teoritikal yang commit to user disebabkan karena siswa salah dalam memahami definisi dan guru kurang
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menekankan dalam menerangkan alasan kedudukan dua bidang, dalam kasus ini kedudukan dua bidang sejajar kemudian siswa juga mengalami miskonsepsi klasifikasional yang disebabkan karena siswa tidak bisa membayangkan gambar pada soal dengan baik, serta miskonsepsi korelasional yang disebabkan karena siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa kurang aktif bertanya, siswa terpengaruh dengan kata diperpanjang, aspek praktis serta siswa kurang tertarik dengan materi.
C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru a. Guru sebaiknya memberikan contoh soal yang lebih bervariasi baik jenis dan bentuknya, khususnya untuk siswa dengan kecerdasan visual-spasial sedang dan rendah sehingga dapat meminimalisir miskonsepsi siswa yang disebabkan oleh aspek praktis. b. Dari temuan miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi, guru dapat merancang model pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing kecerdasan visual-spasial siswa. Misalnya guru memberikan banyak latihan soal yang lebih susah untuk siswa dengan kecerdasan visualspasial tinggi agar imajinasi siswa lebih terasah, kemudian untuk siswa dengan kecerdasan visual-spasial sedang dan rendah guru dapat membawa model benda yang lebih nyata agar siswa lebih mudah membayangkan. 2. Bagi Siswa a. Siswa harus lebih banyak mengerjakan soal-soal ruang dimensi tiga agar daya imajinasinya lebih terasah dan mengetahui beberapa variasi soal, khususnya untuk siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi. b. Siswa harus lebih teliti dalam menerima dan menggunakan definisi dan rumus dalam menyelesaikan soal, khususnya untuk siswa dengan to user kecerdasan visual-spasial commit sedang dan rendah.
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Siswa harus lebih peduli dan memperhatikan konsep pada materi dalam pembelajaran matematika serta juga lebih teliti dalam membayangkan bentuk bangun ruang, khususnya untuk siswa dengan kecerdasan visualspasial rendah. d. Siswa harus lebih aktif menggali informasi misalnya bertanya atau berdiskusi. Selain ini hendaknya siswa mengemukakan apa yang belum dipahami 3. Bagi Peneliti Lain Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa masih mengalami miskonsepsi. Maka dari itu penelitian tentang miskonsepsi penting untuk dikembangkan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Peneliti lain mungkin dapat menganalisi mengenai teori miskonsepsi yang lain atau dapat melakukan penelitian dengan tema sama tetapi dengan sudut peninjauan yang berbeda, misalnya tinjauan gaya kognitif, tingkat berfikir dan lain-lain.
commit to user