BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah satu peninggalan leluhur masyarakat Paser, Belian memiliki makna dan tujuan khusus terkait kekhawatiran akan gangguan makhluk-makhluk halus terhadap kehidupan masyarakat seperti datangnya wabah penyakit yang aneh yang akan menyerang penduduk desa dan musibah-musibah terhadap perkampungan yang akan mendatangkan kerugian. Mitos-mitos yang berkembang dalam masyarakat Paser mengenai ritual Belian memang berdasarkan atas kepercayaan nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun, yang memberikan dampak dalam kehidupan anak-cucu mereka. Pada upacara adat Belian, terdapat banyak simbol-simbol sebagai bentuk penghormatan terhadap roh-roh nenek moyang. Simbol-simbol dilambangkan dari berbagai benda-benda seperti pakaian, sesajen, gerakan-gerakan tubuh dalam pelaksanaan upacara adat Belian. Selain simbol, terdapat nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara adat Belian. Nilai yang terkandung dalam upacara Belian seperti nilai kebenaran, kebaikan, keindahan dan religius akan memberikan dampak dalam kehidupan manusia. Nilai merupakan hasil dari perwujudan dari suatu rangkaian
103
104
kegiatan yang di dalamnya akan menimbulkan sikap baik atau buruk, benar atau salah, indah atau jelek. Perubahan makna simbolik juga diikuti dengan perubahan nilai-nilai yang ada pada upacara adat Belian. Nilai-nilai budaya yang terkandung memberikan gambaran bahwa suatu upacara adat itu memiliki manfaat yang akan mempengaruhi perasaan dari individu atau masyarakat yang menyaksikan pelaksanaan upacara adat tersebut. Perubahan nilai budaya, berarti dipengaruhi oleh perubahan masyarakat itu sendiri. Aspek alam, agama dan ilmu pengetahuan, yang menjadikan penyebab pengaruh perubahan di dalam masyarakat. Tahap perkembangan memberikan gambaran terjadinya pergeseran makna dan nilai-nilai budaya yang terjadi dalam masyarakat yang berpengaruh pada perubahan upacara adat Belian. Berkaitan dengan perkembangan kebudayaan dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, Tahap mitis terjadi sebelum masuknya agama ke dalam masyarakat Paser yakni masyarakat masih bersifat sederhana dan primitif. Segala kehidupan masih sangat bergantung pada kekuatan pada alam. Mitos-mitos juga masih melingkupi segala pemikiran terhadap masyarakat, sehingga manusia masih dikekang oleh kekuatan alam. Upacara adat Belian sebagai bentuk komunikasi tahap ontologis, menggambarkan manusia sudah mulai bergerak dan tidak lagi bergantung pada alam sekitarnya. Kedua, tahap ontologis. Masuknya agama pada masyarakat Paser memberikan pengaruh kuat dan memberikan perubahan tatanan kehidupan. Manusia sudah mulai mandiri dan tidak terlalu terkekang oleh alam. Demikian juga dengan upacara adat Belian yang sudah tidak lagi digunakan pada
105
segala bidang kehidupan namun hanya sebagai ritual pengobatan dan selamatan. Masuknya agama juga memberikan dampak lain pada pelaksanaan upacara adat Belian. Ketiga, pada tahap fungsionil, masyarakat sudah masuk era modernisasi akibat pengaruh ilmu pengetahuan. Upacara adat Belian juga masih berjalan namun sudah menjadi tradisi peninggalan budaya leluhur yang dilestarikan. Fungsi dan manfaatnya pun sudah mengalami perubahan, tidak seperti pada tahap mitis dan ontologis.
B. Saran Upacara adat Belian memiliki banyak jenis di dalam kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan maupun yang ada di daerah lain. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk menemukan persamaan maupun perbedaan serta tujuan masing-masing upacara adat Belian. Mengeksplorasi jenis-jenis upacara adat Belian yang ada di setiap daerah Kalimantan dan Riau guna untuk mengetahui bagaimana sebenarnya upacara adat Belian tersebut dan dapat menambah wawasan mengenai kearifan lokal dalam upacara adat. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan yaitu dengan mewawancarai beberapa narasumber dari tokoh-tokoh adat masyarakat Paser. Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya supaya lebih rinci saat mewawancarai narasumber dan mencari lebih banyak narasumber agar data yang didapat data yang lebih lengkap. Nilai-nilai budaya yang terkandung seperti nilai moral, nilai estetika, nilai religius dan nilai sosial dapat dijadikan pedoman dan gambaran bagaimana kehidupan
106
budaya Indonesia yang kaya akan keanekaragaman. Nilai-nilai budaya dalam upacara adat Paser dapat dikaji secara lebih mendalam lagi untuk lebih menambah wawasan mengenai nilai-nilai budaya suatu upacara adat. Selain itu dapat dijadikan referensi mengenai nilai-nilai budaya agar menjadi bahan dasar bacaan maupun sebuah tulisan yang sifatnya deskriptif maupun bersifat ilmiah. Bagi ranah ilmu filsafat, upacara adat Belian mungkin dapat dikaji dengan meggunakan etika Pancasila yaitu melihat bagaimana upacara adat Belian dilihat dari sisi Pancasila sebagai dasar ideologi bangsa Indonesia. Apakah sesuai dengan nilainilai Pancasila atau bertentangan dengan isi Pancasila. Etika Pancasila mengkaji upacara adat Belian apakah sesuai dengan sisi etika yang dikandung dalam Pancasila. Penulis juga menyarankan mungkin upacara adat Belian ini dapat dikaji dengan menggunakan objek formal filsafat sosial. Filsafat sosial membahas mengenai ranah-ranah sosial yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Filsafat sosial dapat menjelaskan bagaimana keadaan masyarakat Paser dengan diadakannya upacara adat Belian, mengetahui dampak yang disebabkan oleh pelaksanaan Belian dalam kehidupan masyarakat Paser dan mempelajari gejala-gejala yang akan muncul dalam pelaksanaan Belian. Upacara adat Belian juga dapat dikaji dengan menggunakan filsafat mistik. Upacara adat Belian merupakan upacara adat yang yang sifatnya mitis yaitu mengundang roh-roh halus untuk hadir dalam tata pelaksanaan Belian. Apabila dikaji dengan menggunakan filsafat mistik maka akan diperoleh makna-makna dalam
107
pelaksanaan Belian dan menemukan relevansi antara roh-roh halus yang di undang dengan kehidupan manusia. Masih banyak yang dapat dikaji mengenai upacara adat Belian dari ranah ilmu filsafat. Penulis mengharapkan ada yang mengkaji upacara adat Belian menggunakan objek formal filsafat yang lain agar dapat memperkaya ilmu filsafat mengenai upacara adat dan semoga tulisan ini dapat berguna dan dapat menambah wawasan mengenai kearifan lokal.