BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Masyarakat Kabupaten Brebes mayoritas beragama Islam, kekayaan folklor yang dimiliki daerah tersebut adalah CRJP. Tokoh Jaka Poleng bekerja sebagai pengurus kuda bupati K.A.Arya Singasari Panatayuda I. Jaka dipercaya berasal dari Karawang dan dianggap sebagai sesepuh Brebes yang melindungi masyarakat dan juga melindungi wibawa pemimpin Brebes. 2. Cerita rakyat JP berbentuk mitos yaitu berarti suatu cerita yang benar dan cerita ini menjadi milik mereka yang paling berharga, karena memiliki sesuatu yang suci, bermakna, menjadi contoh model bagi tindakan manusia, memberi makna dan nilai pada kehidupan ini. Mite atau mitos yang hidup dalam suatu masyarakat bukan merupakan cerita khayal atau rekaan, tetapi oleh masyarakat pendukungnya dianggap benar-benar terjadi dan berguna bagi kehidupannya. Artefak-artefak peninggalan Jaka Poleng sampai sekarang masih ada dan akan terus dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah daerah Brebes. 3. Cerita rakyat Jaka Poleng memiliki dua versi, yaitu versi cerita lisan yang dituturkan dari mulut ke mulut dan versi cerita tertulis yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes yang hampir mirip dengan cerita Ciung Wanara dari Jawa Barat. Masyarakat Kabupaten masih menghormati tradisi peninggalan nenek moyangnya, bahkan masih menghormati para sesepuh mereka walaupun mereka sudah wafat. Penghormatan itu ditunjukan dengan 138
140
tetap menjaga benda-benda peninggalan JP dan selalu mengunjungi makam para sesepuh Brebes untuk memberikan doa serta berziarah. Perbandingan antara karya sastra lisan dan tulis memberikan sumbangannya dalam hal pengawetan karya sastra. Perbandingan di sini bukan menemukan ataupun mencari kelemahan masing-masing karya sastra, akan tetapi sebuah usaha bijak untuk mengungkapkan aspek-aspek budaya dan kekayaan budaya yang terkandung dalam karya sastra. 4. Keberadaan cerita rakyat Jaka Poleng mampu memberikan transfer pengetahuan dalam berbagai hal, serta memiliki fungsi dalam membimbing watak masyarakat Brebes dalam berbuat baik dan menghormati alam sehingga keseimbangan alam masih terus terjaga. Tradisi masyarakat Brebes juga masih berbaur dengan genius lokal masyarakat setempat yang menghubungkan Brebes dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada nenek moyang mereka. Belajar dari cerita Jaka Poleng, kita jadi memahami bahwa karya sastra jaman dahulu memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mempengaruhi masyarakat. Karena itu karya sastra bukan semata-mata sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai upaya menanamkan nilai-nilai moral juga sebagai propaganda politik. Masih banyak pengunjung yang ngalap berkah berasal dari berbagai kalangan dari petani, pedagang, buruh, nelayan, dan pegawai negeri. Hal ini merupakan irasionalisme manusia Jawa khususnya masyarakat Brebes yang masih yakin bahwa ”laku” ”teknik menjalani hidup” lebih penting dari pada ilmu pengetahuan.
141
5. Hubungan antara K.A.Arya Singasari Panatayuda I dengan Jaka Poleng adalah hubungan ”manunggaling kawula gusti” di mana kedudukan K.A.Arya Singasari Panatayuda I sebagai gusti (tuan) atau penguasa sedangkan kedudukan Jaka Poleng adalah sebagai priyayi (wong cilik) / bawahan atau rakyat jelata.
B. Saran 1. Untuk Pemerintah a). Pemerintah Kabupaten Brebes dan masyarakat Brebes diharapkan terus menjaga artefak peninggalan Jaka Poleng. Dan selanjutnya Pemerintah Kabupaten serta masyarakat Brebes diharapkan lebih mengiatkan pengenalan
benda-benda
peninggalan
Mbah
Jaka
serta
mampu
menjadikannya daya tarik wisata daerah. Oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Brebes juga harus meningkatkan fasilitas kenyamanan pengunjung yang datang sehingga daya tariknya mampu mempesona para pengunjung lebih banyak lagi. b). Pemerintah Kabupaten Brebes lebih banyak mendokumentasikan cerita rakyat Jaka Poleng dalam bentuk tulisan. Dan mendokumentasikan bukti artefak-artefak peninggalan Mbah Jaka dalam bentuk buku serta difilmkan sebagai usaha pelestarian. c). Pemerintah Kabupaten Brebes diharapkan lebih giat lagi dalam mengenalkan cerita rakyat Jaka Poleng kepada generasi muda agar
142
kedepannya cerita ini terus lestari. Hal ini bisa diusahakan dengan adanya acara perlombaan. d). Pemerintah bertanggungjawab untuk memfasilitasi penggalian dan pemanfaatan tradisi lisan di Brebes. Perlu diadakan kursus-kursus dan pelatihan untuk mendidik masyarakat Brebes mengenal tradisi lisan mereka. 2. Untuk masyarakat Brebes agar lebih mengenal kebudayaan sendiri, masyarakat Brebes juga diharapkan untuk ikut berperan serta dalam menjaga atau melestarikan artefak-artefak CRJP. Agar generasi selanjutnya masih bisa menikmati kekayaan intelektual para pendahulu mereka. 3. Untuk para seniman yang ikut merayakan peringatan hari jadi Kabupaten Brebes supaya lebih bersemangat lagi dalam mementaskan atraksi-atraksi kesenian asli Brebes. Bagi pemerintah Kabupaten Brebes diharapkan memberikan motifasi agar para seniman asli Brebes terus berkembang dan tanpa henti tetap berkarya, hal ini sebagai usaha pelestarian kebudayaan Brebes agar tidak tergeser waktu dan mampu bertahan sesuai perkembangan zaman.
143
DAFTAR PUSTAKA Abdurrochim, Saefudin. 2002. Mitos Djaka Poleng. Brebes Ketanggungan: Matarindo Investama Azwar, Saifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baried, Siti Baroroh, et. El., 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. B. Miles, Mattew. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Bagong Suyanto, et. El., 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Danandjaja, James. 1984. Folklore Indonesia, Ilmu Gosip Dongeng dan Lain-lain Jakarta: Graviti Djoko Pradopo, Rakhmat, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Prasetia Widia Pratama Eliade, Mircea. 2002. Mitos Gerak Kembali Yang Abadi. Yogyakarta: Ikon Teralitera Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress . 2009. Metodologi Penelitian Folklor, Konsep, Teori dan Aplikasi. PT. Buku Kita . 2005. Metode dan Teori Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra (edisi terjemahan oleh Sapardi D. Damono). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta. University Press UMS HB. Sutopo. 1993. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar Teoritis dan Praktis. Surakarta: Sebelas Maret University Press Idrus, Mohammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif & Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press Kutha Ratna, Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
144
Mulyana, Deddy, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya M. Laksono, P. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nawawi, Hadari, 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Univerity Press Peursen, C. A. van. 1988. Strategi Kebudayaan (terjemahan). Yogyakarta: Kanisius Peta Wisata Kabupaten Brebes, Brebes
2008, Brebes: Kantor Pariwisata Kabupaten
Purwadi. 2002. Penghayatan Keagamaan Orang Jawa. Yogyakarta: Media Pressindo Sadi Hutomo, Suripan. 1993. Merambah Matahari (Sastra dalam Perbandingan). Surabaya: Gaya Masa. Shri Ahimsa, Heddy. 2006. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press Strauss, Anselm. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugihastuti. 2007. Teori Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Susanto, P.S. Hary. 1987. Mitos Menurut Pemikiran Mircea Eliade. Yogyakarta; Kanisius Tim Puspar. 2004. Wawasan Budaya: Menoleh Kearifan Lokal. Yogyakarta: Pilar Politika Twikromo, Y. Argo. 2003. Mitologi Kanjeng Ratu Kidul. Yogyakarta: Nidia Pustaka. Wellek, Renne dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan (edisi terjemahan oleh Melani Budianto). Jakarta: Gramedia