BAB V PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS V.1.
Perencanaan Parkir Pelataran
V.1.1. Standar Kebutuhan Ruang Parkir Standar kebutuhan ruang parkir untuk tiap kendaraan di pelataran parkir BIJB dapat dilihat dari Tabel 2.3 sampai dengan Tabel 2.8.
Untuk memaksimalkan luas lahan yang ada, konfigurasi sudut parkir yang digunakan dalam perencanaan adalah 900. Agar lebih mudah, resume ukuran-ukuran yang digunakan untuk desain pelataran parkir ini dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Dimensi Ruang Parkir yang Digunakan pada Desain Pelataran Parkir BIJB Jenis Mobil Taksi Bus Motor
Panjang Lebar Lebar Gang Luas desain 2 m m 5,5 2,5 6,2 30,0 5,5 2,5 6,2 30,0 13,0 3,0 75,0 2,5 1,5 1,5 5,0
V.1.2. Kebutuhan Ruang Parkir Dari data persentase penggunaan kendaraan adalah sebagai berikut: - Penumpang yang menggunakan mobil = 45 % - Penumpang yang menggunakan taksi = 49 % - Penumpang yang menggunakan angkutan umum =6%
Sehingga perhitungan untuk kebutuhan jumlah ruang parkir untuk jenis kendaraan tersebut adalah sebagai berikut: a. Ruang Parkir untuk Penumpang Pesawat Persentase calon penumpang pesawat yang menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju bandara adalah 45 %. Dengan asumsi durasi parkir untuk kendaraan pribadi ini pada jam puncak adalah 30 menit, sehingga layover untuk kendaraan pribadi adalah 60/30 = 2. Dengan menggunakan Safety Factor (SF) sebesar 1,1, maka kebutuhan ruang parkir untuk kendaraan pribadi adalah: Tahun 2020 0,45 × (3.282 pnp : 1,2 pnp / kend ) × 1,1 Mobil Pribadi = = 677 ruang parkir 2kend / ruang
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
57
Banyaknya calon penumpang pesawat yang menggunakan taksi dan bus asumsinya masing-masing adalah 49 % dan 6%. Durasi parkir pada jam puncak untuk taksi adalah 10 menit dan untuk bus 20 menit, sehingga layover untuk taksi 60/10 = 6 dan untuk bus 60/20 = 3. Dengan asumsi taksi mengangkut 2 penumpang per kendaraan dan bus mengangkut 20 penumpang per kendaraan. Maka kebutuhan ruang parkirnya adalah sebagai berikut: Tahun 2020 0,49 × (3.282 pnp : 2 pnp / kend ) × 1,1 Taksi = = 147 ruang parkir. 6kend / ruang Bus
=
0,06 × (3.282 pnp : 20 pnp / kend ) × 1,1 = 4 ruang parkir. 3kend / ruang
b. Ruang Parkir untuk VVIP dan Karyawan Banyaknya pegawai di BIJB yang didapat data yang diperoleh dari master plan rencana induk pembangunan BIJB adalah 582 orang, namun jumlah karyawan yang bekeja di sekitar gedung terminal adalah sebanyak 442 karyawan saja. Asumsi persentase kendaraan yang digunakan karyawan sebagai berikut: - Karyawan yang menggunakan mobil = 40% - Karyawan yang menggunakan motor = 20% = 40% - Karyawan yang menggunakan bus Sehingga kebutuhan ruang parkir untuk karyawan adalah: Mobil
= 0, 4 × 442 × 1,1 = 65 ruang parkir.
Motor
= 0, 2 × 442 × 1,1 = 33 ruang parkir.
Bus
=
Dan VVIP
= diasumsikan ruang parkir yang disediakan sebanyak 50 ruang parkir.
3 shift
3 shift
0,4 × ( 442 pnp : 20 pnp / kend ) × 1,1 = 4 ruang parkir. 3 shift
c. Kebutuhan Luas Pelataran Parkir Dengan luas lahan untuk tiap ruang parkir mobil dan taksi 30 m2, luas lahan untuk bus seluas 75 m2 , dan untuk kendaraan motor untuk karyawan seluas 4,875 m2 tiap ruang parkir motor yang dibulatkan menjadi 5 m2 untuk kemudahan dalam perencanaan. Kebutuhan luas pelataran parkir untuk penumpang, VVIP, dan karyawan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
58
Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang Parkir Minimum di Bandara Internasional Jawa Barat Ruang parkir Ruang/kendaraan Luas lahan Tahun 2020 2 (m ) (m2) (buah) Penumpang Umum 677 30 20310,00 Mobil Taksi 147 30 4410,00 24720,00 Sub Total
VVIP Mobil Sub Total Karyawan Mobil Motor Sub Total Bus Sub Total TOTAL
50
30
1500,00 1500,00
65 33
30 5
8
75
1950,00 165,00 2115,00 600,00 600,00 28.335,00
Sedangkan dari hasil desain (menggunakan program AutoCad), total luas keseluruhan lahan parkir yang dibutuhkan mencapai 32.479,24 m2, hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut: - Jumlah ruang parkir mobil yang tersedia sebanyak 712 ruang, sedangkan kebutuhan minimum (sesuai demand) hanya sebanyak 677 ruang. - Jumlah ruang parkir mobil (karyawan) yang tersedia sebanyak 66 ruang, sedangkan kebutuhan minimum (sesuai demand) hanya sebanyak 65 ruang. - Jumlah ruang parkir motor (karyawan) yang tersedia sebanyak 50 ruang, sedangkan kebutuhan minimum (sesuai demand) hanya sebanyak 33 ruang. - Jumlah ruang parkir VIP yang tersedia sebanyak 52 ruang, sedangkan kebutuhan minimum (sesuai demand) hanya sebanyak 50 ruang. Tabel 5.3 Luas Lahan Parkir Tersedia Lahan Parkir Penumpang Mobil Taksi Karyawan Parkir A Parkir B Bus VIP Lain-lain Total Total pekerjaan perkerasan = Lahan parkir - Taman =
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
Luas (m2) Taman
20475,30 5485,66
842,31 775,29
1534,09 1492,81 1762,24
328,93 155,07 132,63
1729,14
328,21
32479,24
460,51 3022,94 29456,30
59
Penambahan luas lahan terjadi dikarenakan adanya penambahan ruang parkir pada ruang yang tersisa dari lahan yang ada. Karena bila tidak dimanfaatkan untuk ruang parkir, lahan ini akan mengganggu sirkulasi dan tidak efisien, serta tidak bagus dilihat dari segi estetikanya. V.1.3. Fasilitas Drop-off dan Drop-in Lajur khusus untuk menaikkan dan menurunkan penumpang ini diletakkan di muka bangunan terminal penumpang dengan maksud memudahkan penumpang yang akan maupun telah menggunakan jasa penerbangan, sehingga tidak perlu menyeberangi jalan. Ukuran-ukuran yang digunakan sesuai dengan standar Young (1993), yang dapat dilihat pada Tabel 2.9. Untuk perencanaan fasilitas ini digunakan sudut parkir 0º dengan panjang ruang parkir 6 m dan lebar 2,3 m.
Gambar 5.1 Ruang Drop-off dan Drop-in pada BIJB Tabel 5.4 Dimensi Ruang Drop-off dan Drop-in pada BIJB Desain Ruang Panjang Parkir P Jenis Pelataran Parkir Mobil Taksi Bus Motor Drop Off dan Drop In Mobil Taksi Bus
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
Lebar D (m)
Lebar Gang M
5,5 5,5 13 2,5
2,5 2,5 31,5
6 6 13
2,3 2,3 3
Konfigurasi Sudut (derajat)
6,2 6,2 1,5
90 90 90 90
3 3 5
0 0 0
60
V.2. Perencanaan Struktur Perkerasan Pelataran Parkir BIJB Tipe perkerasan yang akan didesain dan direncanakan untuk pelataran parkir kendaraan di BIJB adalah perkerasan lentur. Perencanaan ini didasarkan pada banyaknya kendaraan yang parkir yang dihitung dalam total kumulatif beban sumbu standar kendaraan pada setiap harinya. Metode yang digunakan untuk menentukan tebal perkerasan pelataran parkir adalah Metode Analisis Komponen (MAK).
Rumus untuk menentukan ITP dengan Metode Analisis Komponen (MAK): ⎛ IPo− IPt ⎞ log ⎜ ⎟ ⎛ 1 ⎞ ⎝ 4,2 − 1,5 ⎠ Log (LER× 3.650) = 9,36log (ITP + 2,54) − 3,982+ + log ⎜ ⎟ + 0,372(DDT − 3) 138.072 ⎝ FR⎠ 0,4 + 5,19 (ITP + 2,54)
Dengan menggunakan persyaratan ketebalan minimum, ketebalan lapisan perkerasan dihitung dengan kondisi memaksimumkan tebal lapisan pondasi bawah. Penyelesaian dilakukan secara berurutan dari mulai persamaan untuk ITP2 yang mendapatkan tebal lapis permukaan kemudian dilanjutkan dengan persamaan untuk ITP3 yang akan mendapatkan tebal lapis pondasi, dan terakhir dengan persamaan untuk ITP4 yang akan mendapatkan tebal lapis pondasi bawah. Masing-masing tebal yang didapatkan harus dikontrol dengan tebal minimum. Jika tebal yang didapat lebih kecil dari tebal minimum, maka digunakan tebal minimum sesuai persyaratan seperti pada Tabel 2.13. Parameter desain yang digunakan adalah sebagai berikut: - CBR desain = 6 % - IPo = 4 - IPt = 1,5 - FR = 0,5 - DDT = 4,3 Log (6) + 1,7 = 5,046 Untuk contoh perhitungan, digunakan bahan material sebagai berikut: - Tanah dasar dengan CBR = 6 % - Lapisan pondasi bawah menggunakan pasir batu (SIRTU) kelas C dengan koefisien relatif (a3) 0,11, CBR = 30 %, dan tebal minimum 10 cm. - Untuk lapisan pondasi, digunakan batu pecah kelas B dengan koefisien relatif (a2) = 0,13, CBR = 80 % dan tebal minimum 15 cm. - Lapisan permukaan menggunakan LASTON dengan koefisien relatif (a1) 0,32 dan tebal minimum 5 cm.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
61
Proyeksi penumpang harian pada tahun 2010 = 32.145 penumpang -
Mobil =
32.145 × 0,45 1,2 pnp / kend
-
Taksi =
32.145 × 0,49 2 pnp / kend
-
Bus
32.145 × 0,06 20 pnp / kend
=
= 12.054 kendaraan/hari. = 7.876 kendaraan/hari. = 96 kendaraan/hari.
Sedangkan dari sebanyak 442 karyawan, maka kendaraan yang digunakan oleh karyawan adalah: - Mobil = 0,4 × 442 = 176 ,8 ≈ 177 kendaraan/hari. -
Motor
= 0,2 × 442 = 88 ,4 ≈ 89 kendaraan/hari.
-
Bus
= 0,4 × (442 pnp : 20 pnp / kend ) = 8,84 ≈ 9 kendaraan/hari.
Berikut langkah-langkah perhitungan tebal struktur perkerasan: a. Perhitungan Angka Ekivalen Kendaraan (AE) 4
4
⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞ AE mobil = ⎜ ⎟ = 0,000451 ⎟ +⎜ ⎝ 8,16 ⎠ ⎝ 8,16 ⎠ 4
4
⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞ AE taksi = ⎜ ⎟ = 0,000451 ⎟ +⎜ ⎝ 8,16 ⎠ ⎝ 8,16 ⎠ 4
4
⎛ 3,06 ⎞ ⎛ 5,94 ⎞ AE bus = ⎜ ⎟ +⎜ ⎟ = 0,3006 ⎝ 8,16 ⎠ ⎝ 8,16 ⎠ b. Perhitungan LEP (Lintas Ekivalen Permulaan), LEA (Lintas Ekivalen Akhir), LET (Lintas Ekivalen Tengah), LER (Lintas Ekivalen Rencana) n
LEP = ∑ LHR j × C j × E j j =1 n
LEA = ∑ LHR j (1 + i)UR × C j × E j j =1
Dengan: LHR n i Cj Ej
: lalu lintas harian rata-rata : Jenis kendaraan : Faktor pertumbuhan lalu lintas : Koefisien Distribusi Kendaraan : Angka ekivalen beban sumbu kendaraan
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
62
Nilai koefisien distribusi kendaraan dapat dilihat dari Tabel 2.10 diketahui besar Cj = 0,4 untuk kendaraan ringan (mobil, taksi) dan Cj = 0,5 untuk kendaraan berat (bus), dengan perencanaan jumlah jalur sebanyak 3 jalur (2 jalur utama dan 1 jalur bahu). Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut: = 12.054 × 0,4 × 0,000451 = 2,175 - LEP mobil -
LEP taksi
= 7.876 × 0,4 × 0,000451 = 1,421
-
LEP bus
= 96 × 0,5 × 0,3006 = 14,493
LEP total penumpang
= 18,089
Dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas pertahun i = 3 % dan umur rencana UR=10 tahun, maka: -
LEA mobil
= 12.054 × 0,4 × (1 + 0,03)10 × 0,000451 = 2,923
-
LEA taksi
= 7.876 × 0,4 × (1 + 0,03)10 × 0,000451= 1,910
-
LEA bus
= 96 × 0,5 × (1 + 0,03)10 × 0,3006 = 19,477
LEA total penumpang
= 24,310
LEP + LEA 18,089 + 24,310 = = 21,199 2 2 UR 10 LER = LET × = 21,199 × = 21,199 10 10
LET =
Sedangkan untuk lalu lintas kendaraan karyawan adalah sebagai berikut: = 177 × 0,4 × 0,000451 = 0,0319 - LEP mobil -
LEP bus
LEP total karyawan
= 9 × 0,5 × 0,3006 = 1,353
= 1,385
Dengan jumlah karyawan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 adalah tetap, dengan kata lain tingkat pertumbuhan pertahun i = 0 % dan umur rencana UR=10 tahun, maka: = 177 × 0,4 × 0,000451 = 0,0319 - LEA mobil -
LEA bus
LEA total karyawan
= 9 × 0,5 × 0,3006 = 1,353
= 1,385
LEP + LEA 1,385 + 1,385 = = 1,385 2 2 UR 10 LER = LET × = 1,385 × = 1,385 10 10
LET =
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
63
LER total = LER penumpang + LER karyawan LER total = 21,199 + 1,385 = 22,584 c. Perhitungan Tebal Lapisan Permukaan DDT2 = 4,3Log (80) + 1,7 = 9,883 Dari Tabel 2.12 dan Tabel 2.13 diperoleh nilai IPo = 4,0 dan IPt = 1,5. Nilai ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan tebal perkerasan. Perhitungan berikut mengambil contoh perhitungan alternatif 14. ⎛ 4 − 1,5 ⎞ log⎜⎜ ⎟⎟ ⎛ 1 ⎞ ⎝ 4,2 − 1,5 ⎠ + log⎜⎜ ⎟⎟ + 0,372(9,883 − 3) Log(22,584 × 3.650) = 9,36 log(ITP2 + 2,54) − 3,982 + 138.072 ⎝ 0,5 ⎠ 0,4 + 5,19 ( ITP2 + 2,54)
Dengan cara iterasi didapat besar nilai ITP2 = 1,888 cm. ITP 2 = a 1 × D 1 1,888 = 0 ,32 × D 1 D 1 = 5 ,900 cm Karena D1 = 5,900 cm, maka untuk lapisan permukaan digunakan tebal lapisan permukaan sebesar 6,0 cm (pembulatan ke atas). d. Perhitungan Tebal Lapisan Pondasi DDT3 = 4,3Log (30) + 1,7 = 8,052 ⎛ 4 − 1,5 ⎞ log⎜ ⎟ 4,2 − 1,5 ⎠ ⎛ 1 ⎞ ⎝ + log⎜ Log (22,584 × 3.650) = 9,36 log(ITP3 + 2,54) − 3,982 + ⎟ + 0,372(8,052 − 3) 138.072 ⎝ 0,5 ⎠ 0,4 + ( ITP3 + 2,54)5,19
Dengan cara iterasi didapat besar nilai ITP3 = 2,697 cm.
ITP3 = a1 × D1 + a 2 × D2 2,697 = 0,32 × 6 + 0,13 × D2 D2
= 5,977 cm
Karena D2 < tebal minimum lapis pondasi, maka digunakan ketebalan lapisan pondasi minimum sebesar 15 cm (Tabel 2.13). e. Perhitungan Tebal Lapisan Pondasi Bawah DDT4 = 4,3Log (6) + 1,7 = 5,046
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
64
⎛ 4 − 1,5 ⎞ log⎜⎜ ⎟⎟ ⎛ 1 ⎞ ⎝ 4,2 − 1,5 ⎠ Log(22,584× 3.650) = 9,36log(ITP3 + 2,54) − 3,982 + + log⎜⎜ ⎟⎟ + 0,372(5,046 − 3) 138.072 ⎝ 0,5 ⎠ 0,4 + (ITP3 + 2,54)5,19
Dengan cara iterasi didapat besar nilai ITP4 = 4,362 cm.
ITP4 = a1 × D1 + a 2 × D2 + a 3 × D3 4,362 = 0,32 × 6 + 0,13 × 15 + 0,11 × D3 D3
= 4,4732 cm
Dengan D3 < tebal minimum lapis pondasi bawah, maka digunakan ketebalan lapisan pondasi bawah minimum sebesar 10 cm (Tabel 2.13).
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
65
Tabel 5.5 Ketebalan Lapisan Permukaan Alternatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis LASTON 0,3 LASTON 0,3 LASTON 0,3 LASTON 0,32 LASTON 0,32 LASTON 0,32 LASTON 0,3 LASTON 0,3 LASTON 0,3 LASTON 0,3 LASTON 0,3 LASTON 0,32 LASTON 0,35 LASTON 0,32 LASTON 0,35 LASTON 0,35
Lapis Permukaan LASTON CBR (%) tebal (cm) a 0,30 7,5 0,30 6,5 0,30 6,0 0,32 6,5 0,32 6,0 0,32 5,5 0,30 7,0 0,30 6,5 0,30 6,0 0,30 7,0 0,30 7,0 0,32 6,5 0,35 6,0 0,32 6,0 0,35 5,0 0,35 5,5
Jenis batu Pecah kelas C batu Pecah kelas B batu Pecah kelas A batu Pecah kelas C batu Pecah kelas B batu Pecah kelas A batu Pecah kelas C batu Pecah kelas B batu Pecah kelas A batu Pecah kelas C batu Pecah kelas C batu Pecah kelas C batu Pecah kelas C batu Pecah kelas B batu Pecah kelas A batu Pecah kelas B
Lapis Pondasi Batu Pecah a CBR (%) tebal (cm) 0,12 60 20 0,30 80 20 0,14 100 20 0,12 60 20 0,13 80 20 0,14 100 20 0,12 60 15 0,13 80 15 0,14 100 15 0,12 60 15 0,12 60 15 0,13 60 15 0,12 60 15 0,13 80 15 0,14 100 20 0,13 80 20
Lapis Pondasi Bawah Tanah Dasar Lempung Kepasiran a CBR (%) tebal (cm) Jenis Lempung Kepasiran 0,10 20 10 Lempung Kepasiran 0,10 20 10 Lempung Kepasiran 0,10 20 10 Lempung Kepasiran 0,10 20 10 Lempung Kepasiran 0,10 20 10 Lempung Kepasiran 0,10 20 10 Sirtu kelas C 0,11 30 10 Sirtu kelas C 0,11 30 10 CBR = 6 % Sirtu kelas C 0,11 30 10 Sirtu kelas A 0,13 70 10 Sirtu kelas B 0,12 50 10 Sirtu kelas B 0,12 50 10 Sirtu kelas B 0,11 30 10 Sirtu kelas C 0,11 30 10 Lempung kepasiran 0,10 20 10 Lempung kepasiran 0,10 20 10
Dari Tabel 5.5 di atas yang berisi hasil perhitungan ketebalan lapisan struktur perkerasan dengan berbagai jenis Lapis Permukaan, Lapis Pondasi, dan Lapis Pondasi Bawah, kami mengambil alternatif 14 sebagai desain ketebalannya. Alternatif ini kami pilih dengan alasan dengan penggunaan aspal berkualitas “sedang” sudah mampu melayani lalu-lintas di atasnya dengan baik. Selain itu pada proses konstruksi nantinya akan mampu menghemat biaya dengan ketebalan lapisan permukaan yang dikerjakan hanya menambah sedikit di atas ketebalan hasil perhitungan, sehingga tidak banyak biaya tambahan yang dikeluarkan. Hasil perhitungan alternatif 14 tersebut kami sertakan pada Tabel 5.6.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
66
Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Alternatif 14 CBR tanah = 6 % Lapisan Permukaan Lapis Pondasi Lapis Pondasi Bawah Jenis LASTON 0,32 batu Pecah kelas B Sirtu kelas C Koef kekuatan relatif 0,32 0,13 0,11 80 30 CBR (%) ITP 1,888 2,697 4,362 Tebal hitung 5,900 5,977 4,473 Tebal Konstruksi 6 15 10
Di bawah ini digambarkan potongan melintang dengan mengambil potongan pada ruas jalan sirkulasi di dalam pelataran parkir.
Gambar 5.2 Potongan Melintang Tebal Perkerasan Rencana
V.3.
Perencanaan Sistem Drainase Pelataran Parkir BIJB
V.3.1. Penentuan Curah Hujan Regional Penentuan curah hujan regional dilakukan dengan metode rata-rata, yaitu menjumlahkan curah hujan maksimum harian dari setiap stasiun hujan pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah stasiun hujan. Hasil perhitungan penentuan hujan regional terdapat pada Tabel 5.7.
Contoh perhitungan Ch regional rata-rata tahun 1979: Ch rata − rata =
Ch pakumbahan + Ch kadipaten + Ch majalengka 3 stasiun
94 + 65 + 98 3 = 86 mm =
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
67
Tabel 5.7 Curah Hujan Regional dengan Metode Rata-rata Ch (mm) Ch rata-rata (mm) Pakumbahan Kadipaten Majalengka 94 65 98 86 145 56 115 105 128 150 122 133 140 105 90 112 77 91 90 86 135 79 110 108 64 99 115 93 68 98 115 94 69 102 131 101 71 105 150 109
Tahun 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988
V.3.2. Analisis Hidrologi Setelah pengumpulan data curah hujan dan penentuan curah hujan regional dilakukan analisis harga ekstrim curah hujan untuk mendapatkan curah hujan rencana . Metode yang digunakan untuk analisis harga ekstrim adalah dengan metode Distribusi Normal, Log Normal, Gumbel dan Distribusi Log Pearson III. Tabel 5.8 Perhitungan Curah Hujan Tahun 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 ∑ XRata-rata
CH (mm) (x-xrata)^2 86 285,610 7,654 105 946,588 133 112 82,810 86 274,454 108 29,521 93 98,010 94 79,210 101 3,610 109 37,210 1.025,67 1844,678 102,57
X rata − rata =
∑ X = 1025,667 = 102,567
S log x =
10
N
X log rata − rata =
Sx =
logx (logx-logx rata)^2 (logx-logx rata)^3 0,00556 -0,00041 1,93281 0,00023 0,00000 2,02257 2,12494 0,01382 0,00163 2,04792 0,00164 0,00007 1,93450 0,00531 -0,00039 2,03342 0,00068 0,00002 1,96692 0,00164 -0,00007 1,97159 0,00128 -0,00005 2,00289 0,00002 0,00000 2,03610 0,00083 0,00002 20,07365 0,03101 0,00082 2,01
∑ log X = 20,074 = 2,007
∑ (x − x
10
N
rata − rata
N −1
∑ (log x − log x N −1
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
)2
=
rata − rata
1844,678 =14,317 9
)2
=
2,007 = 0,059 9
68
Tabel 5.9 Perhitungan Distribusi Normal m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P(weilbull) 0,091 0,182 0,273 0,364 0,455 0,545 0,636 0,727 0,818 0,909
Distribusi Normal Tr Kt 11,000 1,313 5,500 0,886 3,667 0,468 2,750 0,211 2,200 0,056 1,833 -0,392 1,571 -1,007 1,375 -1,468 1,222 -1,827 1,100 -2,115
Xtr 121,368 115,251 109,264 105,580 103,370 96,961 88,151 81,544 76,405 72,294
Contoh perhitungan distribusi normal untuk data (m) ke 1: m 1 = = 0,09091 - P(Weilbull) = n + 1 10 + 1 1 1 = = 11 P 0,09091
-
Tr =
-
Cs untuk normal =0 Kt=1,313 Xtr = Rrata − rata + KtSx = 102,567 + 1,313 × 14,317 = 121,368 mm
Tabel 5.10 Perhitungan Distribusi Log Normal m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Distribusi Log Normal P(weilbull) Tr Kt 0,091 11,000 1,313 0,182 5,500 0,886 0,273 3,667 0,468 0,364 2,750 0,211 0,455 2,200 0,056 0,545 1,833 -0,392 0,636 1,571 -1,007 0,727 1,375 -1,468 0,818 1,222 -1,827 0,909 1,100 -2,115
Xtr 121,465 114,649 108,348 104,646 102,485 96,467 88,769 83,401 79,452 76,427
Contoh perhitungan distribusi log normal untuk data (m) ke 1: m 1 = = 0,09091 - P(Weilbull) = n + 1 10 + 1 1 1 = = 11 P 0,09091
-
Tr =
-
Cs untuk log normal =0 Kt=1,313 log Xtr = log Rrata − rata + Kt × S log x = 2,007 + 1,313 × 0,059 = 2,084 mm Xtr = 121,465 mm
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
69
Tabel 5.11 Perhitungan Distribusi Gumbel m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P(weilbull) 0,091 0,182 0,273 0,364 0,455 0,545 0,636 0,727 0,818 0,909
Distribusi Gumbell Tr Kt 11,000 1,383 5,500 0,803 3,667 0,442 2,750 0,169 2,200 -0,060 1,833 -0,265 1,571 -0,459 1,375 -0,655 1,222 -0,866 1,100 -1,133
Xtr 122,373 114,058 108,900 104,989 101,712 98,775 95,992 93,196 90,163 86,353
Contoh perhitungan distribusi Gumbel untuk data (m) ke 1: m 1 = = 0,09091 - P(Weilbull) = n + 1 10 + 1 1 1 = = 11 P 0,09091
-
Tr =
-
Kt = −
-
=−
-
Xtr = Rrata − rata + Kt × Sx = 102,567 + 1,383 × 14,317 = 122,373 mm
⎡ ⎛ Tr ⎞ ⎤ ⎫ 6⎧ ⎟⎥ ⎬ ⎨0,5772 + ln ⎢ln⎜ π ⎩ ⎣ ⎝ Tr − 1 ⎠ ⎦ ⎭
⎡ ⎛ 11 ⎞⎤ ⎫ 6⎧ ⎟⎥ ⎬ = 1,383 ⎨0,5772 + ln ⎢ln⎜ π ⎩ ⎣ ⎝ 11 − 1 ⎠⎦ ⎭
Tabel 5.12 Perhitungan Distribusi Log Pearson III m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Distribusi Log Pearson III P(weilbull) Tr Kt 0,091 11,000 1,366 0,182 5,500 0,855 0,273 3,667 0,404 0,364 2,750 0,130 0,455 2,200 0,033 0,545 1,833 -0,399 0,636 1,571 -0,878 0,727 1,375 -1,238 0,818 1,222 -1,517 0,909 1,100 -1,741
Xtr 122,341 114,171 107,424 103,520 102,159 96,375 90,328 86,044 82,852 80,385
Contoh perhitungan distribusi log Pearson untuk data (m) ke 1: m 1 = = 0,09091 - P(Weilbull) = n + 1 10 + 1 -
Tr =
1 1 = = 11 P 0,09091
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
70
N
∑ (log x − log x
rata −rata )
3
=
10 × 0,00982 = 0,566 9 × 8 × (14,317) 3
-
Cs =
-
Kt=1,366 (hasil interpolasi Tabel 2.20)
-
log Xtr = log Rrata − rata + Kt × S log x = 2,007 + 1,313 × 0,059 = 2,088 mm
-
Xtr = 122,341 mm
( N − 1)( N − 2)( S log x )
3
Selanjutnya dilakukan perhitungan error relatif (D), yaitu nilai mutlak hasil selisih dari data aktual dan data hasil perhitungan dari 4 metode distribusi harga ekstrim. Hasil perhitungan error relatif dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Perhitungan Error Relatif Data 133 112 109 108 105 101 94 93 86 86
CHmax (mm) Normal Log Normal Gumbel 121,368 121,465 122,373 115,251 114,649 114,058 109,264 108,348 108,900 105,580 104,646 104,989 103,370 102,485 101,712 96,961 96,467 98,775 88,151 88,769 95,992 81,544 83,401 93,196 76,405 79,452 90,163 72,294 76,427 86,353
Log Pearson III 122,341 114,171 107,424 103,520 102,159 96,375 90,328 86,044 82,852 80,385 Rata-rata Error Relatif
error relatif (|Chdata-Chperhitungan|) Normal Log Normal Gumbel Log Pearson III 11,965 11,869 10,961 10,992 3,584 2,982 2,391 2,505 0,597 0,318 0,233 1,243 2,420 3,354 3,011 4,480 1,963 2,848 3,622 3,174 3,706 4,199 1,892 4,292 5,516 4,898 2,325 3,338 11,123 9,265 0,530 6,623 9,595 6,548 4,163 3,148 13,373 9,239 0,686 5,282 6,384
5,552
2,981
4,508
Dari Tabel 5.13 diperoleh metode analisis harga ekstrim yang sesuai untuk menentukan curah hujan rencana adalah Metode Gumbel, karena mempunyai harga rata-rata D yang lebih kecil yaitu 2,981. Selanjutnya dicari nilai D yang minimum dari setiap nilai D maksimum setiap metode, didapat nilai D maksimum yang mempunyai nilai minimum dari Metode Gumbel adalah 10,961 mm. Nilai D tersebut harus dibandingkan dengan nilai Smirnov-Kolmogorov. Dari Tabel 5.14 untuk data N = 10 dan tingkat probabilitas 5 % didapatkan nilai D = 0,41 x 100% = 41. Sehingga perhitungan dengan metode Gumbel memenuhi syarat untuk menentukan curah hujan maksimum rencana karena nilai Dmaks yaitu 10,961 lebih kecil dari D yang ditetapkan Smirnov – Kolmogorov, yaitu 41. Tabel 5.14 Nilai Smirnov – Kolmogorov
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
71
0,20 0,45 0,32 0,27 0,23 0,21 0,19 0,18 0,17 0,16 0,15
N 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Nilai Kritis 0,10 0,05 0,51 0,56 0,37 0,41 0,30 0,34 0,26 0,29 0,24 0,27 0,22 0,24 0,20 0,23 0,19 0,21 0,18 0,20 0,17 0,19
0,01 0,67 0,49 0,40 0,36 0,32 0,29 0,27 0,25 0,24 0,23
Curah hujan maksimum rencana dengan periode ulang 10 tahun dengan metode Gumbel:
⎡ ⎛ 10 ⎞⎤ ⎫ 6⎧ ⎟⎥ ⎬ = 1,305 ⎨0,5772 + ln ⎢ln⎜ π ⎩ ⎣ ⎝ 10 − 1 ⎠⎦ ⎭
-
Kt = −
-
Xtr = X rata−rata + Kt × Sx = 102,567 + 1,305 × 14,317 = 121,35 mm
V.3.3. Kurva Intensitas Hujan Penentuan Intensitas hujan rencana berdasarkan Rumus van Breen dimana curah hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah hujan sebesar 90% dari jumlah hujan selama 24 jam. I=
90% Xtr 90% × 121,35 = = 27,3 mm 4 4
Harga I = 27,3 mm diplotkan pada kurva intensitas basis pada waktu intensitas t=240 menit, tarik garis lengkung yang searah dengan garis lengkung intensitas basis. Kurva ini merupakan intensitas hujan rencana. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
72
Kurva Intensitas Rencana
Gambar 5.3 Kurva Intensitas Hujan
V.3.4. Perencanaan Dimensi Saluran Drainase Pelataran parkir dibagi beberapa catchment area, kemudian air yang berasal dari tiap catchment area ini akan dialirkan menuju saluran drainase yang telah ditentukan dan akhirnya dari beberapa saluran ini akan bergabung menuju kolam penampungan (storage). Untuk lebih jelasnya masing-masing catchment area dan skema arah aliran dapat dilihat pada lembar lampiran. Contoh perhitungan penentuan dimensi saluran L4: -
Amobil Ataksi Atotal nd s v Lomobil Lotaksi L t1mobil
= 4.512,42 m2 = 2.485,4 m2 = 6.997,2 m2 = 0,013 (koefisien hambatan untuk aspal beton) = 0,02 = 1,5 m/s (kecepatan maksimum ijin untuk bahan beton = 1,5 m/s) = 52,47 m = 28,9 m = 86 m
nd ⎞ ⎛2 = ⎜⎜ * 3,28 * lof * ⎟⎟ s⎠ ⎝3
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
0 ,167
⎛2 0,013 ⎞⎟ = ⎜⎜ * 3,28 * 52,47 * 0,02 ⎟⎠ ⎝3
0 ,167
= 1,482 menit
73
nd ⎞ ⎛2 = ⎜⎜ * 3,28 * lof * ⎟⎟ s⎠ ⎝3
0 ,167
⎛2 0,013 ⎞⎟ = ⎜⎜ * 3,28 * 28,9 * 0,02 ⎟⎠ ⎝3
0 ,167
= 1,341 menit
-
t1taksi
-
t1total = t1mobil + t1taksi = 2,823menit
-
t2 =
-
Tc = t1 + t 2 = 3,783 menit
-
I
-
Q=
-
Perhitungan dimensi saluran, saluran yang digunakan segi empat A=
L 86 = = 57,33 det ik = 0,96 menit v 1,5
= 190 mm/jam (dari Gambar 5.3) 1 1 C .I . A = × 0,7 × 190 × 6.997,2 = 0,259 m 3 / s 3.600.000 3.600.000
Q 0,259 = = 0,173 m 2 v 1,5
A = b × d ; b = 2d A = 2d 2 0,173 = 2d 2 0,173 = 0,0865 = 0,294 m 2 b = 2d = 2 × 0,294 = 0,588 m d=
-
Tinggi jagaan (freeboard) W = 0,5 d = 0,5 × 0,294 = 0,383 m
-
Panjang Saluran = 86,00 m (dari layout drainase)
-
R=
-
2 ⎛ ⎞ ⎛ 1,5 × 0,016 ⎞ ⎜V × n ⎟ ⎜ ⎟ S =⎜ 2 ⎟ =⎜ = 0,0074 = 0,74 % 2/3 ⎟ ⎜ 3 ⎟ ⎝ 0,147 ⎠ ⎝ R ⎠
A bd 0,588 × 0,294 0,172872 = = = = 0,147 P 2d + b (2 × 0,294) + 0,588 1,176 2
Namun karena kemiringan saluran pada beberapa saluran sangat besar, maka kami mengubah besar kecepatan aliran air dari 1,5 m/s menjadi 1,0 m/s dan 0,5 m/s. Hal ini akan mempengaruhi dimensi saluran menjadi lebih besar. Berikut adalah contoh kecepatan aliran: - Akend.pribadi - Ataksi - Atotal
perhitungan penentuan dimensi saluran L4 setelah mengubah = 4512,42 m2 = 2485,4 m2 = 6997,2 m2
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
74
-
nd s v Lomobil Lotaksi L
= 0,013 (koefisien hambatan untuk aspal beton) = 0,02 = 1,0 m/s (kecepatan maksimum ijin untuk bahan beton = 1,5 m/s) = 52,47 m = 28,9 m = 86 m 0 ,167
⎛2 0,013 ⎞⎟ = ⎜ * 3,28 * 52,4 * ⎜3 0,02 ⎟⎠ ⎝
0 ,167
t1mobil
⎛2 nd ⎞ ⎟⎟ = ⎜⎜ * 3,28 * l of * s⎠ ⎝3
-
t1taksi
⎛2 nd ⎞ ⎟⎟ = ⎜⎜ * 3,28 * l of * s⎠ ⎝3
-
t1total = t1mobil + t1taksi = 2,823 menit
-
t2 =
-
Tc = t1 + t 2 = 4,257 menit
-
I
-
Q=
-
Perhitungan dimensi saluran, saluran yang digunakan segi empat Q 0,259 A= = = 0,259 m 2 v 1,0
-
0 ,167
⎛2 0,013 ⎞⎟ = ⎜ * 3,28 * 28,9 * ⎜3 0,02 ⎟⎠ ⎝
= 1,482 menit
0 ,167
= 1,341 menit
L 86 = = 1,433 menit v 1,0
= 190 mm/jam (dari Gambar 5.3) 1 1 C .I . A = × 0,7 × 190 × 6.997,2 = 0,259 m 3 / s 3.600.000 3.600.000
A = b × d ; b = 2d A = 2d 2 0,259 = 2d 2 0,259 = 0,1295 = 0,360 m 2 b = 2d = 2 × 0,360 = 0,720 m d=
-
Tinggi jagaan (freeboard) W = 0,5d = 0,5 × 0,360 = 0,42 m
-
Panjang Saluran = 86,00 m (dari layout drainase)
-
R=
-
2 ⎛ ⎞ ⎛ 1,0 × 0,016 ⎞ ⎜V × n ⎟ ⎟ S = ⎜ 2 ⎟ = ⎜⎜ = 0,00252 = 0,25 % 2/3 ⎟ ⎜ 3 ⎟ ⎝ 0,1798 ⎠ ⎝ R ⎠
A bd 0,720 × 0,360 2,592 = = = = 0,1798 P 2d + b (2 × 0,360) + 0,720 1,440 2
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
75
Dimensi ini merupakan dimensi optimum yang didapat dari perhitungan dengan memperkecil kecepatan aliran rencana, dengan debit Q yang sama dengan debit sebelumnya. Namun untuk memudahkan pelaksanaan konstruksi di lapangan, maka dilakukan pengelompokkan dimensi saluran menjadi beberapa tipe. Contohnya adalah untuk saluran L4 menggunakan dimensi 100 cm x 70 cm (Lebar x Tinggi), dengan demikian maka ketinggian aliran akan berubah dari 0,36 m menjadi 0,26 m (dengan semakin membesarnya lebar saluran dari 0,72 m menjadi 1,00 m). Untuk perhitungan dimensi tersebut, berarti perhitungan dimensi optimum tidak bisa lagi digunakan. Maka perhitungannya menjadi seperti perhitungan berikut. -
Luas area tangkapan, panjang saluran, dan waktu aliran sama besar, yang berbeda mulai dari perhitungan dimensi salurannya. Dimensi yang digunakan tetap persegi panjang. Q 0,259 A= = = 0,259 m 2 v 1,0
A=b×d ; d =
A b
0,259 = 1,00 × d 0,259 = 0,259 m d= 1,00
-
Tinggi jagaan (freeboard) W = 0,5d = 0,5 × 0,259 = 0,36 m
-
Panjang Saluran = 86,00 m (dari layout drainase)
-
R=
-
2 ⎛ ⎞ ⎛ 1,0 × 0,016 ⎞ ⎜V × n ⎟ ⎟ = 0,0027095 = 0,27 % S = ⎜ 2 ⎟ = ⎜⎜ 2/3 ⎟ ⎜ 3 ⎟ ⎝ 0,1704 ⎠ ⎝ R ⎠
A bd 1,00 × 0,259 0,259 = = = = 0,1704 P 2d + b (2 × 0,259) + 1,00 1,517 2
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
76
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
77
Tabel 5.15 Hasil Perhitungan Dimensi Saluran Drainase Dengan Kecepatan Aliran Rencana Maksimum (v = 1,5 m/s) Nama Saluran
Debit
Tinggi (d)
Lebar (b)
Freeboard
Luas Basah 2
m
(m3/s)
Keliling Basah
R
m
m
0,916 1,056 0,158 1,174 1,206 1,103 1,887
0,1145 0,1319 0,0198 0,1468 0,1508 0,1378 0,2359
1,04% 0,86% 10,78% 0,74% 0,72% 0,81% 0,40%
59,00 37,40 31,70 86,00 97,45 97,45 86,00
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
0,611 0,321 3,418 0,640 0,699 0,788 0,340
s
Panjang Saluran
v rencana
delta H
m
m/s
m
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7
0,157 0,209 0,005 0,259 0,273 0,228 0,668
0,23 0,26 0,04 0,29 0,30 0,28 0,47
0,46 0,53 0,08 0,59 0,60 0,55 0,94
0,34 0,36 0,14 0,38 0,39 0,37 0,49
m 0,105 0,139 0,003 0,172 0,182 0,152 0,445
L8 L9 L10 L11 L12
0,260 0,266 0,006 0,050 0,062
0,29 0,30 0,05 0,13 0,14
0,59 0,60 0,09 0,26 0,29
0,38 0,39 0,15 0,25 0,27
0,173 0,178 0,004 0,034 0,041
1,178 1,192 0,186 0,519 0,573
0,1472 0,1490 0,0232 0,0648 0,0716
0,74% 0,73% 8,70% 2,21% 1,94%
86,50 97,40 16,80 35,90 75,05
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
0,641 0,710 1,461 0,794 1,454
L13 L14 G1 G2 G3
0,496 1,163 0,273 0,006 0,266
0,41 0,62 0,30 0,05 0,30
0,81 1,25 0,60 0,09 0,60
0,45 0,56 0,39 0,15 0,39
0,330 0,776 0,182 0,004 0,178
1,626 2,491 1,206 0,186 1,192
0,2032 0,3114 0,1508 0,0232 0,1490
0,48% 0,27% 0,72% 8,70% 0,73%
86,50 86,50 8,00 4,00 8,00
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
0,417 0,236 0,057 0,348 0,058
Dari hasil perhitungan di atas, kemiringan saluran (s) maksimum yang terjadi adalah s = 10,78 % pada saluran L3 dan yang terkecil s = 0,27 % pada saluran L14. Dari berbagai kemiringan saluran tersebut, yang menghasilkan perbedaan tinggi terbesar di hulu dan hilir saluran adalah pada saluran L3 sebesar 3,418 m. Hal ini akan membuat ketidaksesuaian ketinggian pada pertemuan antar saluran sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang. Perhitungan ulang dilakukan dengan mengurangi kecepatan aliran dari 1,5 m/s menjadi 1,0 m/s dan 0,5 m/s.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
78
Tabel 5.16 Hasil Perhitungan Dimensi Saluran Drainase Optimum Dengan Memperkecil Kecepatan Aliran Rencana Nama Saluran
Debit
Tinggi (d)
Lebar (b)
Freeboard
Luas Basah 2
m
(m3/s)
Keliling Basah
R
m
m
1,121 1,293 0,274 1,438 1,478 1,350 2,311
0,1402 0,1616 0,0342 0,1798 0,1847 0,1688 0,2889
0,35% 0,29% 0,58% 0,25% 0,24% 0,27% 0,13%
59,00 37,40 31,70 86,00 97,45 97,45 86,00
1,0 1,0 0,5 1,0 1,0 1,0 1,0
0,207 0,109 0,183 0,217 0,237 0,267 0,115
s
Panjang Saluran
v rencana
delta H
m
m/s
m
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7
0,157 0,209 0,005 0,259 0,273 0,228 0,668
0,28 0,32 0,07 0,36 0,37 0,34 0,58
0,56 0,65 0,14 0,72 0,74 0,68 1,16
0,37 0,40 0,18 0,42 0,43 0,41 0,54
m 0,157 0,209 0,009 0,259 0,273 0,228 0,668
L8 L9 L10 L11 L12
0,260 0,266 0,006 0,050 0,062
0,36 0,37 0,08 0,22 0,25
0,72 0,73 0,16 0,45 0,50
0,42 0,43 0,20 0,34 0,35
0,260 0,266 0,013 0,101 0,123
1,442 1,460 0,322 0,898 0,992
0,1803 0,1825 0,0402 0,1123 0,1240
0,25% 0,25% 0,46% 0,12% 0,10%
86,50 97,40 16,80 35,90 75,05
1,0 1,0 0,5 0,5 0,5
0,217 0,241 0,078 0,042 0,078
L13 L14 G1 G2 G3
0,496 1,163 0,273 0,006 0,266
0,50 0,76 0,37 0,08 0,37
1,00 1,53 0,74 0,16 0,73
0,50 0,62 0,43 0,20 0,43
0,496 1,163 0,273 0,013 0,266
1,991 3,051 1,478 0,322 1,460
0,2489 0,3813 0,1847 0,0402 0,1825
0,16% 0,09% 0,24% 0,46% 0,25%
86,50 86,50 8,00 4,00 8,00
1,0 1,0 1,0 0,5 1,0
0,141 0,080 0,019 0,019 0,020
Hasil perhitungan di atas menggunakan perhitungan dengan memperkecil kecepatan aliran rencana, dengan demikian kemiringan saluran menjadi lebih landai. Kemiringan saluran (s) maksimum yang terjadi adalah s = 0,58 % pada saluran L3 dan yang terkecil s = 0,09 % pada saluran L14. Dari berbagai kemiringan saluran tersebut, yang menghasilkan perbedaan tinggi terbesar di hulu dan hilir saluran adalah pada saluran L6 sebesar 0,267 m dari kemiringan s = 0,27 %. Dimensi saluran di atas merupakan dimensi optimum yang didapatkan dari hasil perhitungan drainase setiap saluran.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
79
Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Dimensi Saluran Drainase Dengan Pengelompokkan Tipe Saluran Nama Saluran
Debit
Tinggi (d)
Lebar (b)
Freeboard
Luas Basah 2
m
(m3/s)
Keliling Basah
R
m
m
1,314 1,418 0,362 1,517 1,546 1,456 2,390
0,1196 0,1473 0,0258 0,1704 0,1766 0,1566 0,2793
0,43% 0,33% 0,84% 0,27% 0,26% 0,30% 0,14%
59,00 37,40 31,70 86,00 97,45 97,45 86,00
1,0 1,0 0,5 1,0 1,0 1,0 1,0
0,256 0,123 0,265 0,233 0,252 0,296 0,121
s
Panjang Saluran
v rencana
delta H
m
m/s
m
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7
0,157 0,209 0,005 0,259 0,273 0,228 0,668
0,16 0,21 0,03 0,26 0,27 0,23 0,45
1,00 1,00 0,30 1,00 1,00 1,00 1,50
0,28 0,32 0,12 0,36 0,37 0,34 0,47
m 0,157 0,209 0,009 0,259 0,273 0,228 0,668
L8 L9 L10 L11 L12
0,260 0,266 0,006 0,050 0,062
0,26 0,27 0,04 0,14 0,18
1,00 1,00 0,30 0,70 0,70
0,36 0,37 0,15 0,27 0,30
0,260 0,266 0,013 0,101 0,123
1,520 1,533 0,386 0,988 1,052
0,1711 0,1738 0,0335 0,1021 0,1170
0,27% 0,26% 0,59% 0,13% 0,11%
86,50 97,40 16,80 35,90 75,05
1,0 1,0 0,5 0,5 0,5
0,233 0,257 0,100 0,048 0,084
L13 L14 G1 G2 G3
0,496 1,163 0,273 0,006 0,266
0,33 0,78 0,27 0,04 0,27
1,50 1,50 1,00 0,30 1,00
0,41 0,62 0,37 0,15 0,37
0,496 1,163 0,273 0,013 0,266
2,161 3,051 1,546 0,386 1,533
0,2294 0,3813 0,1766 0,0335 0,1738
0,18% 0,09% 0,26% 0,59% 0,26%
86,50 86,50 8,00 4,00 8,00
1,0 1,0 1,0 0,5 1,0
0,158 0,080 0,021 0,024 0,021
Tabel perhitungan di atas menggunakan data lebar saluran yang telah dikelompokkan. Namun dengan mengelompokkan dimensi saluran yang terjadi menjadi lebih besar (lebih curam), meskipun sedikit. Kemiringan terbesar terdapat pada saluran L3 sebesar 0,84 %, dan kemiringan terkecil pada saluran L14 sebesar 0,09 %. Pengelompokkan dimensi saluran drainase, yaitu dengan cara melakukan pembulatan ke atas terhadap besar dimensi saluran yang didapat dari hasil perhitungan. Pengelompokkan tipe saluran drainase ini dapat dilihat pada Tabel 5.18.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
80
Tabel 5.18 Pengelompokkan Dimensi Saluran Nama Saluran
Debit Hitung
L1 L2 L3
0,157 0,209 0,005
Lebar (b) Desain
Tinggi (d) Desain m
(m3/s) 1,00 1,00 0,30
v rencana
Tipe Saluran
m/s 0,70 0,70 0,20
1,00 1,00 0,50
Tipe 3 Tipe 3 Tipe 1
L4
0,259
1,00
0,70
1,00
Tipe 3
L5
0,273
1,00
0,70
1,00
Tipe 3
L6
0,228
1,00
0,70
1,00
Tipe 3
L7 L8 L9 L10
0,668 0,260 0,266 0,006
1,50 1,00 1,00 0,30
1,00 0,70 0,70 0,20
1,00 1,00 1,00 0,50
Tipe 4 Tipe 3 Tipe 3 Tipe 1
L11
0,050
0,70
0,50
0,50
Tipe 2
L12 L13 L14 G1 G2 G3
0,062 0,496 1,163 0,273 0,006 0,266
0,70 1,50 1,50 1,00 0,30 1,00
0,50 1,00 1,50 0,70 0,20 0,70
0,50 1,00 1,00 1,00 0,50 1,00
Tipe 2 Tipe 4 Tipe 5 Gorong 1 Gorong 2 Gorong 1
Pengelompokkan dimensi saluran ini terbagi menjadi 5 tipe saluran dan 2 tipe goronggorong. Saluran terkecil adalah tipe 1 dengan dimensi (lebar x tinggi) 30 cm x 20 cm, dan saluran terbesar adalah tipe 5 dengan dimensi 150 cm x 150 cm. V.4.
Estimasi Biaya Konstruksi Pelataran Parkir BIJB
Dalam perencanaan biaya yang akan dilakukan, dilakukan pemecahan jenis pekerjaan yang ada dalam konstruksi pelataran parkir BIJB. Jenis pekerjaan yang dilakukan akan dijabarkan satu-persatu seperti WBS (Work Breakdown Structure) berikut.
Gambar 5.4 Work Breakdown Structure Pelataran Parkir Bandara Internasional Jawa Barat
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
81
V.4.3. Metode Pelaksanaan Konstruksi Pelataran parkir BIJB Untuk pelaksanaan konstruksi pelataran parkir, tentunya dibutuhkan metode pekerjaan yang tepat agar tidak terjadi pemborosan bahan, waktu, dan biaya konstruksi. Urutan pekerjaan dimulai dari pekerjaan di bagian bawah pelataran parkir, termasuk pekerjaan galian saluran drainase. Berikut adalah metode yang dilakukan untuk pekerjaan pada konstruksi pelataran parkir. Konstruksi pelataran parkir BIJB secara garis besar terbagi menjadi tiga (3) pekerjaan, yang meliputi: pekerjaan saluran drainase, pekerjaan struktur perkerasan, dan pekerjaan perlengkapan jalan. Yang pertama kali akan dijelaskan dalam sub-bab ini adalah pekerjaan saluran drainase. Pekerjaan saluran drainase ini biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan struktur perkerasan, maksudnya adalah tahap penggalian tanah dapat dilakukan mulai dari awal, setelah persiapan lahan telah selesai dilakukan. Berikut adalah penjelasan metode pelaksanaan pembuatan saluran drainase: 1. Setelah pekerjaan persiapan selesai dilakukan, kita bisa langsung melakukan pekerjaan tanah dan pekerjaan pelapisan saluran drainase dengan adukan semen (plesteran). Salah satu yang termasuk pekerjaan persiapan ini adalah pengukuran (longitudinal dan cross section). 2. Pekerjaan tanah Pekerjaan tanah dalam membuat saluran drainase merupakan pekerjaan galian saluran. Saluran drainase dibuat dengan cara menggali dan membentuk saluran drainase, setelah pekerjaan galian dan timbunan pada pekerjaan persiapan telah mencapai rata datar meja. Lahan yang telah diberi tanda-tanda untuk membatasi saluran drainase kemudian digali dengan cangkul. Pekerja menggali tanah saluran drainase itu hingga mencapai kedalaman yang diinginkan. Setelah selesai digali, kemudian dilakukan pengecekan elevasi dan hasil kerja, sehingga dapat langsung diperbaiki bila terjadi kesalahan. 3. Pekerjaan dinding saluran drainase Berikut adalah pelaksanaan pekerjaan plesteran: a. Buat batas dengan tali (benang kasur) untuk membuat batas ketebalan dinding yang sama (3-5 cm), baik horisontal maupun vertikal. b. Setelah dibuat adukan semen dan pasir (bahan plesteran) dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir, maka dilakukan pemasangan batu bata untuk dinding saluran dan dasar saluran sesuai dengan batas tali yang telah ditentukan, sekaligus dilakukan penempelan dengan menggunakan adukan semen dan pasir tadi. c. Setelah pasangan batu bata tersebut telah cukup kuat, maka dilakukan pemlesteran dengan campuran semen dan pasir lagi. Pemlesteran dilakukan pekerja dengan cara
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
82
kamprotan dengan jarak lemparan + 50 cm dari permukaan yang dikamprot dengan ketebalan 3-5 cm. Ratakan dengan roskam, sehingga dinding saluran halus dan rata. d. Bersamaan dengan kamprotan pada dinding saluran, kemudian langsung dilanjutkan dengan membuat lapisan pada dasar saluran dengan ketebalan + 5 cm. Kemudian jangan lupa juga diratakan dan dihaluskan, agar air dapat mengalir dengan baik. e. Setelah plesteran kering, dilakukan curing dengan menyiram dengan air untuk menghindari retak pada plesteran. Sedangkan untuk pembuatan struktur lapis perkerasan pelataran parkir, metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Sub Base dan Base Pekerjaan sub base dilakukan setelah pekerjaan pemadatan tanah selesai. Selanjutnya dilakukan pencampuran dan pembuatan material sub base. Pencampuran dilakukan dengan motor grader atau alat lain pada kadar air yang dikehendaki. Setelah dilakukan penebaran material dan perataan, dilakukan pemadatan dengan menggunakan mesin gilas (three steel rollers), mesin gilas roda karet (pneumatic tired rollers). Penggilasan dilakukan dari tepi menggeser ketengah, berjalan dengan paralel dengan as jalan dan diusahakan berlangsung terus tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai digilas. 2. Pekerjaan Lapis Permukaan (LASTON) Material bitumen harus dipanaskan terlebih dahulu, pemanasan tersebut harus diusahakan tetap dan kontinu agar dapat mensupply mixer dengan aspal pada temperatur yang ditentukan. Agregat yang akan dipakai dalam campuran harus dikeringkan dan dipanaskan sebelum pengadukan. Pemanasan hendaknya diatur agar agregat tidak menjadi rusak dan kotor. Setelah dipanaskan agregat disaring menjadi 3 fraksi dan diangkut ke bin-bin yang terpisah untuk persiapan dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan pada temperatur yang disyaratkan dimana temperatur agregat tidak boleh berbeda lebih besar dari 140C terhadap temperatur bitumen. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan batching plant, campuran agregat harus terlebih dahulu diaduk dalam keadaan kering, kemudian aspal dalam jumlah tertentu ditambahkan dalam campuran dan diaduk paling sedikit 45 detik atau lebih lama agar semua partikel dari agregat telah tercampur dengan aspal. Setelah mixing dilakukan, adukan tersebut diangkut ke lokasi untuk proses penghamparan. Setelah adukan dihamparkan, segera permukaannya harus diperiksa lagi yaitu kepadatannya, bentuk dan ketebalannya, bila perlu harus segera diperbaiki. Pemadatan Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
83
dilakukan dengan roller ini hendaknya dimulai dari tepi, berangsur-angsur menggeser ke tengah. Pada tempat-tempat dimana roller tidak dapat bekerja karena sempitnya ruangan atau terdapat rintangan-rintangan, maka lapisan aspal dipadatkan dengan alat pemadat tangan. Penggilasan harus dilakukan terus menerus untuk mencapai kepadatan yang merata. V.4.4. Perhitungan Biaya Konstruksi Pelataran Parkir BIJB Untuk perhitungan biaya konstruksi pelataran parkir ini dibutuhkan data-data untuk menghitung volume pekerjaan yang akan dilakukan. Data-data itu antara lain: luas lahan yang akan dikerjakan, spesifikasi material dan kualitas bahan yang akan digunakan, jumlah pekerja, jumlah alat yang digunakan, dan lain-lain. Namun dalam menghitung Rincian Anggaran Biaya sudah ada faktor pengali tiap-tiap bahan, alat, dan upah yang dipengaruhi dari produktifitas alat, pekerja, dan jumlah bahan yang terbuang. Rincian koefisien alat, bahan material, dan upah pekerja dapat dilihat contohnya dalam perhitungan berikut: Tabel 5.19.a Analisis Harga Satuan Untuk Pekerjaan Lapis Permukaan (1 dari 3) N0 KODE I
L t Tk
1 2 3 4 5 6
D1 D2 D3 D4 D5 7 Fh1 Fh2 Fh3 Fh4 II
URAIAN ASUMSI Menggunakan cara mekanik Lokasi pekerjaan: parkir pelataran Jarak Rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan Tebal Lapisan permukaan Jam Kerja efektif berat jenis bahan - AC - Agregat kasar (72,5%) - Agregat halus (22,5%) - Filler (5%) - Aspal(7%) faktor kehilangan material - Agregat kasar - Agregat halus - Filler - Aspal
KOEF
SATUAN
0,5 0,06 7,00
Km m Jam
2,35 2,68 2,44 2,71 1,03
ton/m 3 ton/m 3 ton/m 3 ton/m 3 ton/m
3
1,05 1,09 1,03 1,02
URUTAN KERJA 1 Wheel Loader memuat agregat dan asphalt ke dalam AMP 2 Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan AMP untuk dimuat langsung ke dump truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan 3 campuran panas AC dihamprkan dengan asphalt finisher dan dipadatkan dengan tandem roller dan pneumatic tire roller 4 selama pemadatan,sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dengan alat bantu
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
84
Tabel 5.19.b Analisis Harga Satuan Untuk Pekerjaan Lapis Permukaan (2 dari 3) III m1 m2 m3 m4 m5
V Fb Fa
T1 T2 TS1 Q1
V Fa Q2
Q3
V fa v1 v2 Q2b tb
T1 T2 T3 T4 TS2 Q4
PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA 1 Bahan 2 =D1x1m xtx0,93 1.a AC 1.b Agregat 3 -Kasar = 0,725x((D1x0,06 m )/D2)*Fh1 -Halus = 0,225x((D1x0,06 m3)/D3)*Fh2 -Filler = 0,05xm1 1.c Aspal = 0,07xD5x1m2xt 2 Alat dan tenaga kerja 2.a Wheel Loader -Kapasitas Bucket -Faktor Bucket -Efisiensi alat Waktu siklus -waktu muat -lain-lain kap prod/jam= (VxFbxFax1m2x60)/(m2+m3+m4)xTs1 2 Koef alat/m 2.b Asphalt Mixing Plant(AMP) -Kapasitas produksi -Faktor efisiensi alat kap. prod/jam = (VxFa)/(D1xt) 2 Koef alat/m 2.c Genset kap produksi=AMP 2 Koef alat/m 2.d Dump truck kapasitas faktor efisiensi alat kec rata-rata bermuatan kec rata-rata bermuatan kosong kap AMP/Batch waktu menyiapkan 1 batch AC waktu siklus - waktu mengisi =(V:Q2b)xtb - waktu angkut = (L/v1)x60 mneit - waktu tunggu+dump+putar - waktu kembali= (L/v2)x60 mneit
kap prod/jam=(Vxfax60)/(D1xtxTS2) 2 koef alat/m
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
0,13113
Ton
0,04005084 0,01417223 0,0065565 0,00987
m 3 m ton ton
3
m
1,5 0,9 0,9
0,75 0,25 1 1199,41612 0,00083374
3
menit menit menit 2 m /jam jam
50 Ton/jam 0,9 2
319,148936 m /jam 0,00313333 jam
319,148936 m2/jam 0,00313333 jam
8 0,9 25 50 0,5 0,5
8 1,2 0,5 0,6 10,3
Ton km/jam km/jam ton menit
menit menit menit menit menit 2
297,459203 m /jam 0,00336181 jam
85
Tabel 5.19.c Analisis Harga Satuan Untuk Pekerjaan Lapis Permukaan (3 dari 3) v b n Fa Q4
2.e TANDEM ROLLER Kec rata-rata alat Lebar efektif pemadatan Jumlah lintasan Faktor efisiensi alat kap prod/jam=vx1000xbxFa/n 2 koef alat/m tenaga kerja -mandor -pekerja
Qt
v b n Fa Q5
V fa Q6
produksi HRS/hari = Tk x Q1 2 koefisien tenaga/m -mandor = (Tk*M)/Qt -pekerja = (Tk*P)/Qt
1,5 1,2 6 0,9 270 0,0037037
km/jam m lintasan
2
m /jam
1 orang 2 orang 2
1890 m /hari 0,0037037 orang 0,00740741 orang
2.f PNEUMATIC TIRE ROLLER Kec rata-rata alat Lebar efektif pemadatan Jumlah lintasan Faktor efisiensi alat kap prod/jam=vx1000xbxFa/n 2 koef alat/m
1,5 1,5 6 0,9 337,5 0,00296296
2.g Ashpalt Finisher -Kapasitas produksi -Efisiensi alat Kap prod/jam =(VxFa)/(D1xt) 2 koef alat/m
40 Ton/jam 0,9 255,319149 m2/jam 0,00391667 jam
2.h Alat Bantu -kereta dorong -sekop -garpu -tongkat kontrol ketebalan penghamparan
km/jam m lintasan
jam
2 buah 3 buah 2 buah
Selanjutnya sebelum menghitung besar biaya pembangunan tersebut, kita harus mengetahui berapa volume pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam hal ini adalah luas pelataran parkir yang akan dibangun. Berikut adalah rincian luas alahan parkir yang akan dibangun, berdasarkan luas dari layout pelataran parkir.
Indra Susatyo_15003011 Bagja Munggaran_15003081
86
Tabel 5.20.a Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Pelataran Parkir BIJB (1 dari 5) Keluaran (Output)
No.
1
Kode dan Nama Kegiatan
Satuan Ukur
Volume
2
3
4
M2
29.456,30
PEMBANGUNAN BARU PELATARAN PARKIR
Masukan (Input)
Keterangan
Jenis/Rincian Masukan
Satuan Ukur
Harga per Satuan Ukur
5
6
7
Volume
Jumlah Biaya (Rp)
Indeks Harga
8
9 = 7*8
10=9/8
29.456,30
9.170.102.614 101.232.844
I. DRAINASE 1 A
Galian Drainase UPAH
M3
10.219,86
909,72
9.297.186,37
jam jam
4.700,00 7.865,00
0,2142 0,0535
1.006,69 421,15
B
- Pekerja galian (L01) - Mandor (L03) BAHAN
jam Ls
81.600,00 1.000,00
0,0955 1,0000
7.792,02 1.000,00
Plesteran Saluran Drainase UPAH
M3
119.206,87
744,53
88.753.567,22
- Pekerja (L01) - Tukang (L02) - Mandor (L03) BAHAN - Semen (PC) (M12) - Pasir (M01) - Batu bata merah ALAT - Conc. Mixer (E06) - Alat Bantu
jam jam jam
4.700,00 7.600,00 7.865,00
4,0161 1,2048 0,4016
18.875,50 9.156,63 3.158,63
zak M3 M2
70,90 55.708,37 17.400,00
78,8618 0,2365 3,4000
5.591,43 13.176,36 59.160,00
jam Ls
46.200,00 1.000,00
0,1967 1,0000
9.088,32 1.000,00
3
Gorong2 pipa beton 60 cm x 75 cm
M1
159.104,53
20
3.182.090,60
A
UPAH - Pekerja (L01) - Tukang Batu (L02) - Mandor (L03) BAHAN - Beton K-300 (M37) - Baja Tulangan (M39) - Urugan Tanah (M08) - Mat. Pilihan (M09) ALAT - Alat Bantu
jam jam jam
4.700,00 7.600,00 7.865,00
1,3364 0,1670 0,1670
6.280,91 1.269,55 1.313,81
M3 Kg M3 M3
719.600,23 7.596,60 15.193,19 21.776,91
0,1500 4,5633 0,0444 0,2737
107.940,03 34.665,55 674,97 5.959,71
Ls
1.000,00
1,0000
1.000,00
C
2 A
B
C
B
C
ALAT - Dump Truck (E8) - Alat Bantu
11
10.220
87
Tabel 5.20.b Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Pelataran Parkir BIJB (2 dari 5) PEMBANGUNAN BARU PELATARAN PARKIR
4.064.111.868,45
II. STRUKTUR PERKERASAN II.1 PERKERASAN BERBUTIR Lapis pondasi bawah 1 A
M2
19.923,81
29.456,30
586.881.753,90
jam jam
4.700,00
0,0037
17,41
7.865,00
0,0074
58,26
M3
62.726
0,1200
7.527,08
- Wheel Loader (E15)
jam
223.200,00
0,0357
7.967,87
- Dump Truck (E09)
jam
81.600,00
0,0060
486,42
- Motor Grader (E13)
jam
208.800,00
0,0009
193,35
- Vibratory Roller (E19) - P. Tyre Roller (E18)
jam jam
192.000,00 81.600,00
0,0037 0,0030
711,17 241,78
- Water Tanker (E23)
jam
81.600,00
0,0211
1.720,48
- Alat Bantu
Ls
1.000,00
1,0000
1.000,00
118.047,08
29.456,30
3.477.230.114,55
Sirtu kelas C UPAH - Pekerja (L01) - Mandor (L03)
B
BAHAN - Sirtu
C
2
(M16)
ALAT
M2
Lapis pondasi A
UPAH
jam jam
4.700,00
0,0037
17,41
7.865,00
0,0074
58,26
M3
165.822
0,5400
89.543,91
- Wheel Loader (E15)
Jam
223.200,00
0,0357
7.967,87
- Dump Truck (E09)
Jam
81.600,00
0,1454
11.866,32
- Pekerja (L01) - Mandor (L03) B
BAHAN - Bahan Agr.Base Kelas B
C
Luas perkerasan (M2) 29.456,30
Batu pecah kelas B
(M27)
ALAT
- Motor Grader (E13)
Jam
208.800,00
0,0117
2.445,78
- Tandem Roller (E17)
Jam
192.000,00
0,0178
3.427,04
- Water Tanker (E23)
Jam Ls
81.600,00
0,0211
1.720,48
1.000,00
1,0000
1.000,00
- Alat Bantu
88
Tabel 5.20.c Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Pelataran Parkir BIJB (3 dari 5) PEMBANGUNAN BARU PELATARAN PARKIR
II.2
PERKERASAN ASPAL
1
Laston Lapis Permukaan (AC-WC) A
65.477,64
29.456,30
1.928.728.865,83
jam jam
4.700,00
0,0037
17,41
7.865,00
0,0074
58,26
- Agregat Kasar (M03)
M3
70.901,56
0,0401
2.839,61
- Agregat Halus (M04)
M3
71.914,44
0,0142
1.019,19
- Filler (M05)
Kg
820,43
6,5000
5.332,81
- Aspal (M10)
Kg
5.064,40
9,8700
49.985,60
- Pekerja (L01)
C
BAHAN
ALAT
- Wheel Loader (E15) - AMP (E01) - Genset (E12) - Dump Truck (E09) - Asp. Finisher (E02) - Tandem Roller (E17) - P. Tyre Roller (E18) - Alat Bantu
2
Lapis resap pengikat (PC) A
- Mandor (L03)
C
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Ls
223.200,00
0,0008
174,10
1.066.540,19
0,0031
3.338,27
97.200,00
0,0031
304,24
97.200,00
0,0034
326,59
122.400,00
0,0039
479,81
97.200,00
0,0037
360,22
81.600,00
0,0030
241,54
1.000,00
1,0000
1.000,00
Liter
12.156,16
44.184,45
537.113.290,48
jam jam
4.700,00
0,0602
283,13
1,5 L / M2
UPAH - Pekerja (L01)
B
tebal = 6 cm
UPAH - Mandor (L03)
B
2.465.842.156,31
M2
7.865,00
0,00 0,0000
BAHAN - Aspal (M10)
Kg
5.064,40
1,5019
7.605,99
- Kerosene (M11)
liter
4.051,52
0,7419
3.005,78
- Asp. Sprayer (E03)
Jam
45.600,00
0,0060
274,70
- Compressor (E05)
Jam
52.800,00
0,0094
495,00
- Dump Truck (E08)
Jam
81.600,00
0,0060
491,57
ALAT
89
Tabel 5.20.d Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Pelataran Parkir BIJB (4 dari 5) PEMBANGUNAN BARU PELATARAN PARKIR
57.778.004,46
III. PERLENGKAPAN JALAN
1
Marka Thermoplastis
M2
84.457,03
556,93
47.036.229,52
jam jam jam
4.700,00
0,4633
2.177,57
7.600,00
0,1784
1.355,51
7.865,00
0,0750
589,88
Kg Liter Kg
33.956,74
1,6359
55.548,60
7.090,16
1,0500
7.444,66
23.581,07
0,3800
8.960,81
45.600,00
0,0750
3.420,00
52.800,00
0,0750
3.960,00
- Alat Ban tu
Jam Jam Ls
1.000,00
1,0000
1.000,00
Rambu jalan
BH
682.352,88
10
6.823.528,84
jam jam jam
4.700,00
0,7743
3.639,37
7.600,00
0,4646
3.530,96
7.865,00
0,1549
1.218,03
BH Batang M3 Ls
232.962,28
1,0000
232.962,28
415.280,59
1,0000
415.280,59
567.783,78
0,0160
9.084,54
2.000,00
1,0000
2.000,00
Jam Ls
81.600,00
0,1549
12.637,12
- Alat Ban tu
2.000,00
1,0000
2.000,00
Patok pengarah
BH
72.979,90
20
1.459.598,00
jam jam jam
4.700,00
0,7380
3.468,56
7.600,00
0,3690
2.804,37
7.865,00
0,0922
725,54
M3 Kg Ls
567.783,78
0,0354
20.120,84
7.596,60
4,6512
35.333,07
1.000,00
1,0000
1.000,00
Jam Ls
81.600,00
0,0922
7.527,52
2.000,00
1,0000
2.000,00
- Pekerja Biasa (L01) - Tukang (L02) - Mandor (L03)
lbr garis = 10 cm, pjg garis total = 5569,25 m
A UPAH
B BAHAN - Cat Marka - Thinner - Blass Bit
C ALAT - Compresor (E05) - Dump Truck (E08)
2
10 bh
A UPAH - Pekerja Biasa (L01) - Tukang (L02) - Mandor (L03)
B BAHAN - Pelat Rambu (M35a) - Pipa Galvanis (M24) - Beton K-225 (M38) - Cat, dan bahan lainnya
C ALAT - Dump Truck (E08)
3 A
- Pekerja Biasa (L01) - Tukang (L02) - Mandor (L03)
B
BAHAN - Beton K-225 (M38) - Baja Tu langan (M39) - Cat, dan material lainnya
C
20 bh
UPAH
ALAT - Dump Truck (E08) - Alat Ban tu
90
Tabel 5.20.e Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Pelataran Parkir BIJB (5 dari 5) 4
Patok KM
BH
245.864,81
10
2.458.648,10
jam jam jam
4.700,00
0,5243
2.464,37
7.600,00
0,2097
1.593,97
7.865,00
0,1049
824,78
M3 Kg Ls
567.783,78
0,1512
85.848,91
7.596,60
18,9000
143.575,67
1.000,00
1,0000
1.000,00
Jam Ls
81.600,00 2.000,00
0,1049 1,0000
8.557,12 2.000,00
10% A 3% (A+B) 10% (A+B+C) SUB TOTAL 10% E E+F
10,0% 3,0% 10,0%
10 bh
A UPAH - Pekerja Biasa (L01) - Tukang (L02) - Mandor (L03)
B BAHAN - Beton K-225 (M38) - Baja Tulangan (M39) - Cat, dan material lainnya
C ALAT - Dump Truck (E08) - Alat Bantu Harga Konstruksi PPn+Overhead (10%A) Mobilisasi & Demobilisasi, dll PPh (10% A+B+C) MK Total biaya Program Luas Total Perkerasan Biaya per M2
A B C D E F
Rp
10,0%
6.688.964.873,41 668.896.487,34 220.735.840,82 757.859.720,16 8.336.456.921,73 833.645.692,17 9.170.102.613,90
29.456,30 M2 311.312,11 / M2
Dari Tabel 5.20, perhitungan estimasi biaya untuk konstruksi pelataran parkir adalah Rp. 6.688.964.874,-, namun setelah ditambahkan berbagai biaya seperti pajak, biaya mobilisasi alat, overhead, pajak, keuntungan, dan manajemen konstruksi, biayanya mencapai Rp. 9.170.102.614,- untuk lahan seluas 29.456 m2, sehingga biaya tiap m2-nya adalah Rp. 311.312,-.
91