BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN
V.1. Kesimpulan V.1.1. Aplikasi teori behaviorisme di asrama adalah adanya peraturan terkait kehidupan asrama serta adanya pelanggaran terhadap peraturan makan, peraturan meninggalkan dan kembali ke asrama, piket kebersihan lingkungan asrama dan jam belajar. Penegakan peraturan di asrama, sistem reward/reinforcement dan punishment kurang tegas bahkan cenderung ada pembiaran. V.1.2. Aplikasi teori sosial kognitif di asrama terlihat dominan dalam penelitian ini, yaitu: adanya pengasuh asrama yang menjadi role model mahasiswa putri, kecenderungan mahasiswa belajar dengan mengamati dan mencontoh orang lain, interaksi antar mahasiswa dalam belajar, pengaturan sendiri oleh mahasiswa dalam belajar. Aplikasi teori sosial kognitif dapat efektif jika senioritas antara kakak kelas dan adik kelas diminimalkan serta penegakan aturan untuk meminimalkan adanya pengaruh buruk dari mahasiswa lain. Teori belajar yang mendukung kemandirian belajar mahasiswa di asrama adalah teori sosial kognitif dengan alasan mahasiswa belajar dengan mengamati orang lain (modelling), mahasiswa belajar dengan mencontoh orang lain (teman atau pengasuh asrama), mahasiswa mempunyai pengaturan belajar sendiri (self regulatory) walaupun sudah ada peraturan terkait jam belajar, pengaruh lingkungan dan teman dominan terhadap perilaku belajar mahasiswa,
72
73
mahasiswa belajar lebih ketika berkelompok atau berinteraksi dengan teman karena bisa berdiskusi jika mengalami kesulitan. V.1..3 Aplikasi teori konstruktivisme, yaitu: pengasuh asrama memfasilitasi mahasiswa di asrama dalam hal jam keluar masuk asrama dan makan selama mahasiswa praktik klinik,
menyiapkan kegiatan ramadhan,
melaksanakan kerja bakti kebersihan asrama, kegiatan keagamaan, rolling kamar, pendataan fasilitas asrama yang rusak/perlu diganti, dan senam pagi. Interaksi dan kolaborasi antara pengasuh asrama dan mahasiswa maupun antar mahasiswa, dan adanya pembelajaran sesuai konteks keperawatan baik secara kognitif maupun secara afektif seperti disiplin, peduli, tanggung jawab, dan komunikasi. Peran memfasilitasi mahasiswa dalam hal belajar belum terlihat dalam penelitian ini. Idealnya aplikasi teori ini dapat diterapkan dengan membentuk kelompok belajar mahasiswa di asrama. V.1.4. Kekurangan pendidikan berasrama adalah senioritas antara kakak kelas dan adik kelas sehingga adanya lempar tanggung jawab dalam piket kebersihan asrama (asrama putra), kesulitan pengaturan dan penegakan aturan karena banyaknya mahasiswa, adanya efek buruk dari mahasiswa yang diluar asrama terhadap perilaku warga asrama misalnya sering berkunjung tanpa izin dan merokok di asrama, kondisi asrama kurang kondusif untuk belajar, kurang sosialisasi dengan lingkungan luar asrama. Sedangkan kelebihannya adalah interaksi antar warga asrama lebih banyak
dan
intens
sehingga
memudahkan
mahasiswa
untuk
74
belajar/diskusi, motivasi belajar meningkat karena pengaruh teman sehingga bisa belajar berkelompok dan adanya persaingan prestasi antar mahasiswa, senang karena banyak teman, menciptakan kerjasama dan kebersamaan antarmahasiswa, mudah berkoordinasi baik masalah kuliah maupun kegiatan kampus, memandirikan mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari dan belajar.
V.2. Saran V.2.1. Bagi sekolah berasrama dapat menerapkan teori yang sesuai, misalnya teori behaviorisme dengan penegakan aturan yang jelas, sistem punishment dan reinforcement yang tegas. V.2.2. Bagi sekolah berasrama disarankan menyediakan pengasuh asrama sebagai role model dan fasilitator kehidupan di asrama untuk mendukung pembelajaran karena menurut penelitian ini didapatkan hasil bahwa siswa belajar dengan mengamati dan mencontoh serta siswa banyak tinggal di lingkungan asrama, sehingga diperlukan fasilitator di asrama. Pengasuh asrama juga sebagai penegak peraturan di asrama. V.2.3. Progam mentoring dari kakak kelas dapat dilakukan untuk mempercepat adaptasi mahasiswa baru, menetralisir adanya senioritas serta mengontrol perilaku mahasiswa. Program mentoring dapat dibuat setiap kamar yang beranggotakan 4 mahasiswa dengan kakak kelas sebagai mentor. Program mentoring dapat berupa memberikan penjelasan mengenai kehidupan di asrama
terkait
kewajiban
mahasiswa,
memberikan
nasihat
dan
75
memfasilitasi adik kelas dalam kehidupan di asrama. Program mentoring juga dapat digunakan sebagai sarana untuk belajar bersama. V.2.4. Bagi institusi pendidikan yang berasrama, hendaknya memfasilitasi sarana kegiatan yang melibatkan mahasiswa dengan lingkungan luar asrama, sehingga mahasiswa dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. V.2.5. Sekolah berasrama perlu menciptakan manajemen yang mampu menjaga komitmen seluruh staf yang terlibat
dalam mendukung proses
pembelajaran di asrama dan menegakkan peraturan terkait dengan kehidupan di asrama. V.2.6. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan program yang sesuai di asrama mahasiswa untuk mendukung pembelajaran mahasiswa dengan mempertimbangkan
berbagai
faktor,
misalnya
usia
pembelajar,
lingkungan sosial, dan lain sebagainya. Juga dapat dilakukan penelitian tentang kemandirian belajar mahasiswa di asrama dari 3 domain pembelajaran, yaitu kognitif, afekstif dan psikomotor serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar pada mahasiswa yang tinggal di asrama
V.3. Ringkasan Belajar adalah cara memperoleh tidak hanya skill (ketrampilan) dan knowledge (pengetahuan), tetapi juga value (nilai), attitude (sikap) dan reaksi emosional. Teori belajar yang mendasari cara seseorang belajar terdiri dari teori
76
belajar behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme. Sistem asrama merupakan pendidikan informal yang mendukung pembelajaran formal. Dengan sistem asrama, mahasiswa diharapkan dapat mandiri, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi teori belajar di asrama mahasiswa berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Subjek penelitian berjumlah 13 mahasiswa dan 1 pengasuh asrama. Pengambilan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Lokasi penelitian di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG dan dilakukan selama 2 bulan. Aplikasi teori behaviorisme dalam penelitian ini adalah adanya peraturan terkait dengan kehidupan asrama serta adanya pelanggaran terhadap peraturan di asrama. Akan tetapi punishment kurang tegas dan cenderung ada pembiaran. Aplikasi teori sosial kognitif di asrama adalah adanya pengasuh asrama yang menjadi role model mahasiswa putri, kecenderungan mahasiswa belajar dengan mengamati dan mencontoh orang lain, interaksi antar mahasiswa dalam belajar, pengaturan sendiri oleh mahasiswa dalam belajar. Pada asrama putra, tidak ada role model yang bisa dijadikan contoh baik dari lurah asrama atau kakak kelas serta tidak ada pengasuh asrama. Aplikasi teori konstruktivisme adalah pengasuh asrama memfasilitasi mahasiswa di asrama dalam hal jam keluar masuk asrama dan makan selama mahasiswa praktik klinik, menyiapkan kegiatan ramadhan, melaksanakan kerja bakti kebersihan asrama, kegiatan keagamaan, rolling kamar,
77
pendataan fasilitas asrama yang rusak/perlu diganti, dan senam pagi, adanya interaksi dan kolaborasi antara pengasuh asrama dan mahasiswa maupun antar mahasiswa, dan adanya pembelajaran sesuai dengan konteks keperawatan baik secara kognitif maupun secara afektif seperti disiplin, peduli, tanggung jawab, dan komunikasi. Peran memfasilitasi mahasiswa dalam hal belajar belum terlihat dalam penelitian ini.