BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1.
Kesimpulan Dari pembahasan empat perusahaan dagang pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa masalah yang sering ditemui pada perusahaan dagang adalah yang berhubungan dengan piutang dan persediaan. PT A memiliki masalah dengan piutang yang tak tertagih disebabkan karena penggelapan oleh salesman, toko fiktif, dan lain sebagainya. Dari segi persediaan, banyak barang yang sudah usang dan tidak lancar. PT B memiliki masalah dengan deposito yang tidak tahu dimana keberadaan dari deposito tersebut. Piutang PT B ada yang tidak memiliki rincian berdasarkan pelanggan sehingga PT B mengalami kesulitan untuk melakukan netoff antara piutang dengan uang muka. Hal ini menyebabkan uang muka dan piutang PT B neraca disajikan terlalu besar dari yang seharusnya. Persediaan PT B banyak yang usang dan tidak lancar disebabkan natura bisnis dari PT B yang menjual sepeda motor dimana model berganti dengan cepat. PT C memiliki saldo bank negatif dikarenakan pencatatan pengeluaran bilyet giro yang kurang tepat. Persediaan PT C memiliki banyak jenis barang dengan harga per item yang tidak terlalu tinggi dikarenakan menjalankan bisnis dalam bidang supermarket. Pencatatan untuk hutang dan piutang tidak diklasifikasikan dengan tepat.
58
PT D memiliki saldo bank negatif dikarenakan pencatatan pengeluaran bilyet giro yang kurang tepat. Daftar persediaan dari bulan Januari sampai Juni tidak disimpan oleh PT D baik secara softcopy maupun hardcopy. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam pengujian penetapan harga dan kompilasi persediaan. Dari empat perusahaan dagang tersebut dapat disimpulkan bahwa hal yang sering menjadi masalah dalam kas dan setara kas adalah perusahaan masih mengakui bahwa deposito masih ada tetapi tidak mengetahui kebenaran data yang ada. Perusahaan juga melakukan pencatatan pengeluaran uang di bank yang kurang tepat sehingga saldo bank menjadi negatif, seolah-olah perusahaan memiliki hutang. Untuk piutang, hal yang sering menjadi masalah pada perusahaan dagang adalah perusahaan tidak memiliki kartu piutang, perusahaan tidak melakukan penyisihan piutang tak tertagih, pencatatan hutang dan piutang tidak dipisah menjadi akun yang berbeda, dan perusahaan memiliki kesulitan untuk melakukan net-off antara uang muka dan piutang dagang. Pada persediaan, kesulitan yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah daftar persediaan tidak disimpan oleh perusahaan, stok opname tidak dilakukan untuk semua jenis barang, dan banyak persediaan yang sudah usang dan tidak lancar.
59
Tabel 5.1: Ringkasan Masalah Audit PT A-PT D Kas dan setara kas PT A
Tidak ada
Persediaan
Hutang/Piutang
Banyak barang usang
Piutang tak tertagih
dan tidak lancar
ada sejak tahun 1997
sudah ada sejak tahun 2011 PT B
Keberadaan deposito
Banyak barang usang
- Tidak ada rincian
tidak dapat
dan tidak lancar
pelanggan
diverifikasi
- Kesulitan melakukan net-off antara piutang dan uang muka
PT C
- Saldo negatif karena
- Persediaan tidak
- Pencatatan transaksi
pencatatan
dilakukan stock
hutang/piutang tidak
pengeluaran bilyet
opname untuk semua
berdasarkan natura
giro yang kurang
jenis barang
transaksi
tepat
- Selisih persediaan
- Pencatatan transaksi
- Satu kode akun
sering tidak
antar divisi tidak
menampung beberapa
direalisasi
seragam
Saldo negatif karena
Daftar kartu
- Pencatatan transaksi
pencatatan
persediaan Jan-Juni
hutang/piutang tidak
pengeluaran bilyet
tidak disimpan oleh
berdasarkan natura
giro yang kurang
perusahaan
transaksi
rekening bank PT D
tepat
- Saldo di kartu piutang tidak sama dengan saldo di neraca
60
V.2.
Saran PT A harus menelaah piutang yang jatuh tempo lebih dari setahun beserta
alasannya
sehingga
angka
piutang
tak
tertagih
tidak
terlalu
besar.
PT A juga harus melakukan peninjauan atau kunjungan secara acak ke toko-toko yang ada untuk menghindari adanya toko fiktif. Untuk pelanggan yang bangkrut, kabur atau susah bayarnya, PT A sebaiknya menetapkan jumlah batasan yang dapat diambil oleh toko-toko tersebut sehingga jika toko-toko itu tidak dapat melakukan pembayaran, jumlahnya tidak terlalu besar. Persediaan usang dan tidak lancar perusahaan harus ditelaah setiap tahun sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan di kemudian hari seperti menjual barang tersebut dengan harga diskon. Jika barang tersebut sudah tidak dapat dijual, perusahaan dapat membebankan pada tahun yang bersangkutan. PT B harus mendokumentasikan dokumen bilyet deposito yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat diketahui apakah deposito tersebut memang masih ada atau sudah dilakukan penarikan. PT B juga harus memiliki rincian piutang usaha dan koordinasi antara bagian akuntansi dan keuangan untuk melakukan net-off antara uang muka dan piutang dagang. Jika jumlah outstanding antara uang muka dan piutang dagang terlalu besar dan tidak dapat dilakukan rekonsiliasi, manajemen perusahaan dapat melakukan net-off secara global dengan persetujuan dewan direksi. Untuk persediaan usang dan tidak lancar, perusahaan dapat menelaahnya setiap tahun sehingga dapat dilakukan diskon atas penjualan motor atau melakukan pembebanan pada tahun berjalan.
61
Pada saat melakukan jurnal untuk pengeluaran BG sebaiknya PT C memiliki akun tersendiri seperti “BG yang belum cair” atau “Hutang Usaha” dan tidak langsung mengurangi saldo di bank. Dengan demikian saldo bank PT C tidak memiliki negatif saldo di neraca dan manajemen dapat mengetahui posisi keuangan pada periode tertentu. Persediaan pada PT C sebaiknya dilakukan stok opname untuk semua jenis barang dalam satu tahun buku sehingga dapat diketahui barang yang mana saja yang paling sering memiliki selisih yang banyak. Untuk pencatatan hutang dan piutang, PT C harus memisahkan kedua pencatatan ini berdasarkan natura dari transaksi yang ada. Dengan demikian saldo hutang dan piutang disajikan dengan wajar di neraca dan tidak ada saldo-saldo negatif yang muncul di akun hutang. PT D sebaiknya memiliki akun tersendiri seperti “BG yang belum cair” atau “Hutang Usaha” untuk mencatat pengeluaran BG yang akan jatuh tempo dalam tiga sampai enam bulan ke depan. Dengan ini, laporan keuangan PT D lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya. PT D juga harus menyimpan daftar persediaan baik secara softcopy maupun hardcopy. Harus ada komunikasi antara bagian akuntansi dan bagian IT dalam menyimpan data tersebut sehingga tidak saling menyalahkan satu sama lainnya. Pembukuan hutang dan piutang harus
dipisah
berdasarkan
natura
transaksi.
Perusahaan
juga
harus
membandingkan saldo yang ada di neraca dengan yang ada di kartu piutang sehingga tahu saldo mana yang benar.
62
Dari empat perusahaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan dan memeriksa perusahaan dagang ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1. Daftar persediaan harus disimpan dengan baik karena daftar persediaan dibutuhkan baik untuk keperluan akuntansi maupun untuk perpajakan. Persediaan juga harus dilakukan penilaian ulang dari tahun ke tahun sehingga untuk persediaan usang atau mulai ketinggalan jaman, dapat dilakukan langkah yang sesuai untuk mengurangi kerugian yang ada. 2. Piutang harus ditelaah dari tahun ke tahun untuk menentukan piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang sebaiknya memiliki daftar pelanggan sehingga dapat diketahui pelanggan mana saja yang belum melakukan pembayaran. Untuk piutang yang tidak dapat ditagih harus ditentukan langkah apa yang selanjutkan akan diambil oleh manajemen. Apakah manajemen akan melakukan tindakan lewat hukum jika ada piutang tak tertagih atau dibebankan di laba rugi pada periode yang tepat. Dengan demikian laba/(rugi) perusahaan tidak akan menurun terlalu banyak.
63