BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan V.1.1.
Mahasiswa PSIK FK UGM yang telah terpapar dengan kurikulum PBL selama fase pendidikan praklinik dan sedang mengikuti pendidikan klinik dalam penelitian ini memiliki kemampuan SDL yang tinggi dengan ratarata skor 154.
V.1.2.
Ada hubungan positif antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa di klinik. Koefisien korelasi yang diperoleh (r = 0,373). Hipotesis dalam penelitian ini tidak didukung karena menggunakan nilai koefisien korelasi r ≥ 0,60.
V.1.3.
Ada hubungan positif antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar di klinik yang dimoderasi oleh pengalaman belajar mandiri dan aktif di SMA dan pencapaian hasil belajar praklinik (IPK) dengan masing-masing nilai koefisien regresi yaitu, B = 0,387, B = 0,329, B = 0,170. Nilai koefisien determinasi R Square = 0,250.
V.1.4.
Mahasiswa yang memiliki skor SDL tinggi dalam penelitian ini mampu melakukan semua proses SDL sesuai dengan gambaran proses SDL yang dikemukakan oleh Knowles (1975), yaitu mampu menetapkan kebutuhan dan tujuan belajar secara mandiri, mengidentifikasi sumber belajar secara mandiri, memilih strategi belajar yang tepat dan mengevaluasi hasil belajar secara mandiri. Mahsiswa sudah menginternalisai nilai-nilai SDL. Mahasiswa memiliki manajemen diri yang baik dalam belajar, memiliki
104
105
keinginan yang kuat untuk belajar, memiliki kontrol diri yang baik dalam belajar dan memiliki motivasi internal yang dominan dalam belajar. V.1.5.
Mahasiswa yang memiliki skor SDL rendah hanya mampu melakukan sebagian proses SDL yang digambarkan Knowles (1975), yaitu mengidentifikasi sumber belajar secara mandiri dan memilih strategi belajar yang tepat secara mandiri. Mahasiswa belum menginternalisasi nilai-nilai SDL. Mahasiswa tidak memiliki kemampuan manajemen diri yang baik dalam belajar dan tidak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar. Mahasiswa memiliki motivasi eksternal yang lebih dominan dalam belajar. V.2. Saran
V.2.1.
Kemampuan SDL adalah potensi yang dimiliki pembelajar dewasa yang cukup sesuai dengan semua situasi pembelajaran, sehingga kemampuan SDL perlu ditingkatkan melalui penerapan kurikulum pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kemampuan SDL tersebut, misalnya kurikulum PBL.
V.2.2.
Salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa keperawatan adalah mampu bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya. Untuk mencapai kompetensi ini salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah SDL, oleh karena itu para pengajar bertanggungjawab untuk mensosialisasikan dan mengajarkan SDL kepada mahasiswa.
106
V.2.3.
Meningkatkan
kemampuan
SDL mahasiswa
melalui
pendekatan
pembelajaran yang dapat mengembangkan otonomi mahasiswa, salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi pilihan pengajar untuk meningkatkan otonomi mahasiswa adalah Grow’s model, yaitu Grow’s stages in learning autonomy. Selain itu langkah-langkah untuk menerapkan SDL yang dikemukakan oleh Knowles (1975) perlu dipahami dan dilaksanakan baik oleh pengajar maupun mahasiswa, yaitu mendiagnosis
kebutuhan
belajar,
menetapkan
tujuan
belajar,
mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajar. V.2.4.
Penelitian selanjutnya yang perlu dilakukan, yaitu mengamati dan mengukur kemampuan SDL mahasiswa pada dua institusi pendidikan yang menerapakan kurikulum berbeda serta melihat hubunganya dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa dengan sampel yang lebih besar dan rancangan penelitian yang lebih kuat.
V.2.5.
Mengeksplorasi sifat atau karakter mahasiswa keperawatan dengan latar belakang budaya dan status ekonomi berbeda secara kualitatif yang menggambarkan kemampuan SDL mahasiswa keperawatan di Indonesia.
V.3. Ringkasan Penelitian Institusi pendidikan keperawatan saat ini semakin menekankan pada penerapan konsep pendidikan orang dewasa termasuk konsep SDL dalam kurikulum keperawatan. Hal ini sangat bermanfaat dalam memberikan dan
107
meningkatkan kemampuan mahasiswa tentang keterampilan untuk mencari, menganalisis dan memanfaatkan informasi secara efektif, tentunya para pendidik memiliki peran utama untuk membantu mahasiswa keperawatan memperoleh keterampilan tersebut (Lunyk - Child et al., 2001). Calon perawat yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan keperawatan akan bekerja pada situasi lingkungan yang kompleks yang terus terjadi perubahanperubahan sosial di masyarakat. Pada saat yang sama, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan terus berkembang dengan pesat, begitu pun juga tuntutan masyarakat terhadap lulusan keperawatan yang profesional dan akuntabel terus meningkat. Kondisi ini akan menjadi tantangan tersendiri dalam dunia kerja mereka yang akan datang dan pendidikan keperawatan memiliki peran penting untuk memastikan bahwa mereka dapat beradaptasi dan menghadapi tantangan tersebut (Williams, 2001; O’Shea, 2003). Seorang profesional menganggap belajar sebagai kebutuhan ataupun keinginan, hal ini tentu akan memberikan keleluasaan untuk menentukan materi yang harus dipelajari dan cara terbaik untuk mempelajarinya. Hal ini berarti dibutuhkan suatu kemandirian dalam proses belajar tersebut (Williams, 2001; Jarvis, 2005). Menurut Knowles (1975), self directed learning (SDL) adalah proses individu dalam mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam
mendiagnosis
kebutuhan
belajar,
merumuskan
tujuan
belajar,
mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai serta mengevaluasi hasil pembelajaran. SDL yang menjadi dasar dalam konsep model pembelajaran andragogy mengasumsikan
108
bahwa dalam pembelajaran andragogi pembelajar adalah self directing, berpengalaman dan memiliki motivasi internal (Merriam, 2001). Brockett dan Hiemstra lebih lanjut menjelaskan bahwa SDL merupakan suatu proses untuk mengambil tanggung jawab dan peran utama dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar dan pembelajar memiliki keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya (disitasi dari Merriam & Brockett, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan Lunyk Child et al. (2001) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan SDL dapat mengembangkan keterampilan untuk belajar seumur hidup, meningkatkan kepercayaan diri dan otonomi. Terdapat banyak penelitian yang dilakukan untuk mengamati efektivitas SDL, baik SDL diposisikan sebagai karakter pembelajar dewasa maupun SDL sebagai metode dan tujuan dalam proses pembelajaran terhadap pencapaian kompetensi dan prestasi akademik mahasiswa. Para peneliti sebelumnya menemukan bahwa pendekatan belajar yang menggunakan SDL berdampak positif terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa, mereka menyarankan SDL sebagai salah satu metode alternatif dalam proses pembelajaran (Bhat et al., 2007; Carvalho et al., 1977; Cyril, 2014; Graham et al. 1999; Liao & Campbell, 2002; Manisha & Sudha, 2009; Mahmoud et al., 2006; Owen et al., 2008; Schneeweiss & Ratnapalan, 2007; Vidal et al., 2001). Beberapa peneliti yang lain menemukan bahwa mahasiswa kedokteran dan keperawatan yang telah terlibat dalam kurikulum terintegrasi dengan pendekatan PBL memiliki kemampuan SDL yang tinggi dibandingkan dengan kemampuan
109
SDL mahasiswa umum yang dikemukakan oleh Guglielmino (1978) dan memiliki korelasi positif dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa (Shokar et al., 2002; Lorenzo & Abbot, 2004; Findley & Bulik, 2011; Avdal, 2013). Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, tampak jelas dinyatakan bahwa SDL merupakan salah satu kemampuan dan karakter pembelajar dewasa juga sebagai metode pembelajaran yang memberikan dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar dan performa mahasiswa. Mahasiswa keperawatan yang akan memberikan pelayanan keperawatan profesional seharusnya memiliki kemampuan SDL, karena dengan kemampauan ini mahasiswa keperawatan akan mampu beradaptasi dengan perkembangan IPTEK, lingkungan pelayanan kesehatan yang kompleks dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan profesional (Williams, 2001). Mahasiswa yang memiliki kemampuan SDL akan selalu aktif dan memiliki inisiatif untuk terus belajar sepanjang hayat serta akan selalu berusaha untuk mengambil tanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya sendiri, sehingga kompetensi-kompetensi lanjutan akan dikuasai dengan baik. Beberapa tahun terakhir banyak pendidikan keperawatan di Indonesia telah melakukan upaya pengembangan kurikulum dan inovasi proses pembelajaran. Tentu hal ini dilakukan dengan harapan tercipta lingkungan pembelajaran yang kreatif, humanis dan menyediakan akases yang seluas-luasnya terhadap sumber belajar agar mahasiswa lebih termotivasi, aktif, mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Kemampuan SDL akan membuat mahasiswa menjadi pembelajar sepanjang hayat, sehingga mampu beradaptasi dengan
110
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan yang berkembang begitu pesat. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan SDL diharapkan dapat mendorong pencapaian standar komptensi perawat terutama standar 3 pengembangan profesional yaitu bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya. Namun, sampai saat ini belum ada yang mengamati kemampuan SDL mahasiswa keperawatan di pendidikan klinik dan melihat hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar pada program pendidikan klinik. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengamati hubungan antara kedua variabel tersebut pada mahasiswa keperawatan yang sedang mengikuti pendidikan klinik di PSIK FK UGM. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada saat mengikuti praktik klinik keperawatan yang ditunjukkan dengan nilai ujian akhir stase?”. Tujuan penelitian ini yaitu; (1) Mengetahui kemampuan SDL mahasiswa pada saat mengikuti pendidikan klinik setelah terlibat dalam kurikulum PBL, (2) Mengetahui hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada saat mengikuti praktik klinik keperawatan yang ditunjukkan dengan nilai ujian akhir stase, (3) Menganalisis hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa yang dimoderasi oleh pengalaman belajar mandiri dan aktif pada saat di SMA dan pencapaian hasil belajar praklinik (IPK) pada saat
111
mengikuti praktik klinik keperawatan, (4) Menjelaskan lebih lanjut gambaran SDL dalam proses belajar mahasiswa keperawatan PSIK FK UGM. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk mengamati hubungan antara variabel kemampuan SDL dengan variabel hasil belajar yang dimoderasi oleh pengalaman belajar mandiri dan aktif, dan pencapaian hasil belajar praklinik (IPK) serta mengeksplorasi lebih lanjut proses SDL pada mahasiswa keperawatan. Pada penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan fenomenografi yang bertujuan untuk memperoleh pandangan partisipan mengenai proses SDL dan memahami esensi pengalaman mereka terkait dengan isu SDL tersebut sesuai dengan pandangan dan keyakinan yang dialami oleh partisipan. Pengumpulan data kuantitatif menggunakan kuesioner kuesioner SDLRS dari Fisher et al. (2001). Data yang terkumpul dalam penelitian ini berasal dari 60 mahasiswa keperawatan PSIK FK UGM yang sedang mengikuti pendidikan klinik pada bulan September 2014 - Februari 2015. Kuesioner yang terkumpul dan dianalisis berjumlah 60 kuesioner. Pengumpulan data kualitatif menggunakan indepth interview, yaitu wawancara mendalam terhadap beberapa partisipan yang dipilih berdasarkan hasil interpretasi data kuantitatif dan mengacu pada kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Proses wawancara mendalam diikuti oleh 8 orang mahasiswa dengan 3 kriteria berbeda, yaitu mahasiswa yang memiliki skor SDL tinggi dan nilai ujian akhir stase tinggi, mahasiswa yang memiliki skor SDL tinggi
112
nilai ujian akhir stase sedang dan mahasiswa yang memiliki skor SDL rendah dan nilai ujian akhir stase tinggi. Analisis hubungan antara variabel dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson dan uji regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini memiliki kemampuan SDL yang tinggi. Hasil uji korelasi variabel independen dan variabel dependen menunjukkan bahwa kemampuan SDL mahasiswa memiliki hubungan yang positif dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa di klinik, hal ini dapat dimaknai bahwa setiap kenaikan skor SDL akan diikuti pula kenaikan skor pencapaian hasil belajar mahasiswa di klinik. kekuatan hubungan kedua variabel tersebut lemah dengan koefisien korelasi r = 0,373. Sejalan dengan hasil uji korelasi antara variabel prediktor dan variabel kriterion diatas, analisis bersama antara variabel independen, variabel moderator dan variabel dependen dalam uji regresi linier menujukkan hubungan yang posistif antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar di klinik yang dimoderasi pengalaman belajar mandiri dan aktif di SMA dan pencapaian hasil belajar praklinik (IPK). Dari analisis regresi tersebut diperoleh koefisien determinsi R Square = 0,250, hal ini dapat dimaknai bahwa 25 % pencapaian hasil belajar di klinik dapat dijelaskan oleh peran variabel-variabel dalam penelitian ini. Selain itu, hasil analisis regresi juga menunjukkan bahawa variabel pengalaman belajar mandiri dan aktif di SMA dan pencapaian hasil belajar praklinik (IPK) dapat memoderasi hubungan SDL dan pencapaian hasil belajar di klinik.
113
Mahasiswa yang memiliki skor SDL tinggi mampu melakukan semua proses SDL yang digambarkan oleh Knowles (1975), yaitu mampu menetapkan kebutuhan dan tujuan belajar secara mandiri, mampu mengidentifikasi sumber belajar secara mandiri, mampu memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai secara mandiri dan mampu mengevaluasi hasil belajar secara mandiri. Mahasiswa sudah menginternalisasi nilai-nilai SDL. Mahasiswa memiliki manajemen diri yang baik dalam belajar, memiliki keinginan yang kuat untuk belajar, memiliki kontrol diri yang baik dalam belajar dan didorong oleh motivasi internal yang dominan dalam belajar. Mahasiswa yang memiliki skor SDL rendah hanya mampu melakukan sebagian proses yang dikemukakan oleh Knowles (1975), yaitu mahasiswa mampu mengidentifikasi sumber belajar secara mandiri dan mampu memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat secara mandiri. Mahasiswa belum menginternalisasi nilai-nilai SDL. Mahasiswa kurang memiliki keinginan yang kuat untuk belajar, orientasi belajar mahasiswa fokus untuk lulus pada tahap ujian dan didorong oleh motivasi eksternal.