Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
BAB V. ANALISIS DAN RENCANA AKSI 5.1. Peluang Pengembangan Energi Terbarukan 5.1.1. Potensi Energi Terbarukan Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%. Untuk itu langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah adalah menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada tahun 2025, kapasitas terpasang Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang angin (PLT Bayu) sebesar 0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024, dan nuklir 4,2 GW pada tahun 2024.
Upaya pengembangan potensi energi terbarukan dapat dikelompokkan menjadi dua potensi: a. Energi setempat (local energy/isolated), yaitu potensi energi yang hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi setempat (lokal); b. Energi yang diperjualbelikan (tradable energy/on grid), yaitu potensi energi yang pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan energi setempat dan apabila ada kelebihan energi (excess power) dapat dijual ke pihak lain melalui interkoneksi.
Pengelompokan tersebut dapat berubah dengan terjadinya perubahan kondisi. Misalkan PLTMH yang tadinya hanya dapat dimanfaatkan untuk melistriki perkampungan di sekitarnya (energi setempat) berubah menjadi energi yang diperjualbelikan setelah adanya jaringan transmisi listrik.
Laporan Akhir
Hal V - 1
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5.1.1.1 Tenaga Air Pengelompokkan potensi energi air ke dalam kelompok energi setempat (local energy) dan energi yang diperjualbelikan (tradable energy) berdasarkan daya terbangkit. Potensi dengan daya terbangkit di bawah 1 MW (< 1 MW) tergolong dalam kelompok energi setempat (local energy), sedangkan potensi dengan daya terbangkit di atas 1 MW (> 1 MW) termasuk dalam kelompok energi yang diperjualbelikan (tradable energy).
Berikut gambaran sumber energi alternatif yang berasal dari air di Kabupaten Bandung:
Gambar 5.1. Lokasi Survey Sumber Energi Air
Tabel 5.1. Sumber Energi Air No
No Pos Duga Air
DAS
Desa
Kecamata
Kabupaten
LS
BT
1 2 3 4 8 9 10 11
02-016-04-02 02-016-04-09 02-016-05-02 02-016-04-12 02-016-02-07 02-016-03-03 02-016-03-01 02-016-03-02
Citarum Citarum Citarum Citarik Cirasea Cisangkuy Cisangkuy Ciwidey
Nanjung Dayeuhkolot Majalaya Bd Cangkuang Cengkrong Pataruman Kamasan Cukang genteng
Marga asih Dayeuhkolot Majalaya Cicalengka Ciparay Pangalengan Banjaran Cisondari
Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung
6 56' 30'' 6 59' 05'' 7 03' 02'' 6 58' 06'' 7 03' 32'' 7 06' 35'' 7 02' 45'' 7 04' 13''
107 32' 10'' 107 36' 59'' 107 45' 23'' 107 50' 25'' 107 42' 27'' 107 32' 50'' 107 34' 39'' 107 29' 21''
Laporan Akhir
Hal V - 2
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Data Debit air dari masing-masing Das sebagai berikut ini: 1. Sungai Citarik Pos Bd. Cangkuang ____________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) ____________________________________________________ 2 12 6 7 6 5 21 14 9 18 10 27 25 10 27 25 34 49 11 39 50 39 78 13 48 100 45 123 14 57
2. Sungai Cirasea Pos Cengkrong
___________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) ___________________________________________________ 2 21 20 20 19 5 36 31 22 34 10 45 39 24 45 25 58 50 25 59 50 67 59 26 71 100 76 68 27 82 ____________________________________________________
3. Sungai Ciwidey Pos Cukanggenteng _____________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) _____________________________________________________ 2 37 22 23 28 5 95 62 43 90 10 133 110 64 134 25 182 214 96 194 50 218 337 141 241 100 253 513 192 290
4. Sungai Citarum Pos Dayeuh Kolot ___________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) ___________________________________________________ 2 171 166 167 154 5 264 239 179 260 10 326 290 186 336 25 404 356 192 440 50 461 408 198 520 100 519 461 203 603
5. Sungai Cisangkuy Pos Kamasan ______________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) _____________________________________________________ 2 118 116 118 112 5 155 145 121 151 10 179 164 123 180 25 211 189 124 219 50 234 208 125 249 100 257 227 126 281
Laporan Akhir
Hal V - 3
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
6. Sungai Citarum Pos Majalaya
__________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) _________________________________________________ 2 123 115 112 104 5 217 193 132 219 10 279 250 144 302 25 358 326 156 415 50 417 385 168 502 100 475 446 178 593
7. Sungai Citarum Pos Nanjung ___________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) ___________________________________________________ 2 386 398 386 369 5 523 502 400 498 10 614 557 407 591 25 729 617 414 718 50 814 654 421 815 100 898 688 425 917
8. Sungai Cisangkuy Pos Pataruman __________________________________________________ Periode Ulang Gumbel Log Pearson Log Normal Haspers (tahun) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) __________________________________________________ 2 57 43 39 41 5 84 75 49 70 10 101 95 56 91 25 124 118 63 120 50 140 133 71 142 100 157 146 77 166 ___________________________________________________
Disamping sumber energi dari air sungai, ada juga sumber energi yang bersumber dari air terjun, yang berada di Cicalengka yaitu air terjun Cindulang dan air terjun anak Cindulang
Gambar : 5.2. Air Terjun Cindulang
Laporan Akhir
Hal V - 4
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Gambar : 5.3. Air terjun anak Cindulang
5.1.1.2 Tenaga Surya Secara umum rata-rata potensi estimasi energi matahari sepanjang tahun yang dapat dihasilkan di daerah Jawa Barat bagian Utara lebih besar dibandingkan daerah selatan, rata-rata energi maksimal yang dapat dihasilkan adalah sekitar 0,55 kWh/m2/jam. Berikut gambaran peta potensi energi matahari (“Yunandra Ingria – Program Studi Kebumian ITB)
Gambar 5.4 Potensi Energi Matahari (“Yunandra Ingria – diolah) Laporan Akhir
Hal V - 5
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Tabel 5.2. Potensi Energi Matahari
(Yunandra Ingria – dan diolah) Laporan Akhir
Hal V - 6
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5.1.1.3 Biogas
Potensi sumber energi biogas, dapat dilihat dari target perkembangan populasi ternak yang ada di kabupaten Bandung sampai tahun 2015.
Gambar 5.5. Lokasi Survey Sumber Biogas
Tabel 5.3. Populasi Ternak di Kabupaten Bandung.
Target Populasi ternak Kabupaten Bandung tahun 2011 s/d 2015 (ekor) No
Jenis Ternak
1
Sapi Perah
2
Sapi Potong
3
Domba
4
Kambing
5
2011 Realisasi Target 31,227
36,403
2012 Realisasi Target 37.495
31,937
2013
2014
2015
Target
Target
Target
38.620
39.392
40.968
17,997
36,849
37.677
28,067
38.544
39.315
40.887
233,025
231,257
239.929
234,795
249.527
260.132
271.837
23,071
23,579
24.464
24,98
25.442
26.523
27.717
Unggas
7.486.915
6.862.229
7.192.023
5.112.029
7.484.414
7.709.030
8.066.386
Ayam Buras
1.644.558
1.746.044
1.883.981
1.863.970
1.964.051
1.954.051
2.052.433
443,951
407,388
422.665
414,93
439.572
458.254
478.875
4.920.976
4.233.047
4.391.786
2.443.390
4.567.457
4.761.574
4.975.845
477,43
475,75
493.591
389,739
513.334
535.151
559.233
Ayam Petelur Ayam Pedaging itik
Laporan Akhir
Hal V - 7
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Gambar 5.6. Peternakan Masyarakat
5.1.1.4 Geothermal Sumberdaya geothermal terdapat di 4 (empat) lokasi yaitu di Kamojang di Kec. Ibun dan paseh sebesar 855 MW, di Wayangwindu di kec Pangalengan, Cimaung dan pacet sebesar 460 MW, Patuha di kec. Pasirjambu dan rancabali sebesar 706 MW dan di Cibuni kec. Rancabali dan dan Ciwidey sebesar >50 MW
Gambar 5.7. Lokasi Survey Geothermal
Laporan Akhir
Hal V - 8
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Tabel 5.4. Lokasi Sumber Geothermal dapat digambarkan sebagai berikut: MAJALAYA 1 indonesia POWER 2 pertamina geothermal CIWIDEY 3 pt teknosa 4 pt teknosa 2 5 cbn PANGALENGAN 6 wayang windu
0807761 0808135
9209873 9209827
0762672 0762020 0761986
9207088 9206675 9204883
0789517
9203184
Tabel 5.5. Peluang Pengembangan Sumberdaya Geothermal Potensi No Panas Bumi
Lokasi
Geothermal(MW)
1
Kamojang
Ibun dan Paseh
855
2
Wayang windu
Pangalengan, Cimaung dan Pacet
460
3
Patuha
Pasirjambu dan Rancabali
706
4
Cibuni
Rancabali dan Ciwidey
50
Gambar 5.8. Potensi Energi Panas Bumi Laporan Akhir
Hal V - 9
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5.1.1.5 Biofuel Penanaman jarak pagar (Jatropha curcas) di kabupaten Bandung sebagian besar diusahakan oleh swasta dan sebagian kecil adalah perkebunan percontohan milik instansi pemerintah. Kabupaten Bandung memiliki lokasi-lokasi yang layak untuk dibudidayakan tanaman jarak pagar seluas 122.950 ha atau 41,94% dari luas wilayah kab bandung, dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di lokasi pembibitan dan budidaya tanaman jarak pagar rendah dan miskin ( Analisis Sosisl ekonomi dan budidaya jarak pagar- Iskandar MP, Rina MM, dan Sustrisno T) Terdapat 2 (dua) komponen yang dapat dimanfaatkan dari biji jarak pagar (Jatropha curcas) yaitu minyak dan cake (ampas biji yang masih mengandung minyak). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah :
Faktor rendemen/expelling ratio adalah 30 %;
Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 2.100 kg Crude Jatropha Oil .
Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 4.900 kg cake.
Peluang pengembangan Biofuel di Kab. Bandung adalah : Crude Jatropha Oil => 122.950 x 2100 Kg = 258195 Ton Crude Jatropha Oil Cake => 122.950 x 4900 kg = 602455 Ton Cake
5.1.1.6 Biomasa Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi di Bidang Pertanian. Hasil-hasil yang telah dicapai sub fungsi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan selama tahun 2001 s/d 2004 antara lain adalah meningkatnya produksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura, produksi peternakan dan perikanan. Pada tahun 2004, tercatat produksi sejumlah komoditi tanaman pangan dan hortikultura sayuran dan perkebunan adalah sebagai berikut : jagung 82.119 ton, ubi kayu 139.469 ton, dan kelapa 1.411 ton.
Laporan Akhir
Hal V - 10
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5.1.1.7 Tenaga Angin Berdasarkan topografinya, sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung merupakan pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian bervariasi antara 500 m hingga 1.812 m di atas permukaan laut. Lokasi geografis yang berada di dataran tinggi tersebut menjadikan iklim Kabupaten Bandung cenderung sejuk dengan suhu berkisar antara 12 0 C hingga 240 C. Informasi detail mengenai topografi setiap kecamatan di Kabupaten Bandung
Tabel 5.6 Topografi Wilayah No .
WP
1
WP Soreang
2
WP Baleendah
3
WP Banjaran
4
WP Majalaya
5
WP Cicalengka
6
WP Cileunyi
7
WP Cimenyan - Cilengkrang WP MargaasihMargahayu
8
Laporan Akhir
Kecamatan 1 Kec. Soreang 2 Kec. Kutawaringin 3 Kec. Katapang 4 Kec. Rancabali 5 Kec. Pasirjambu 6 Kec. Ciwidey 1 Kec. Baleendah 2 Kec. Dayeuhkolot 3 Kec. Bojongsoang 1 Kec. Banjaran 2 Kec. Pangalengan 3 Kec. Cangkuang 4 Kec. Cimaung 5 Kec. Arjasari 6 Kec. Pameungpeuk 1 Kec. Majalaya 2 Kec. Ciparay 3 Kec. Pacet 4 Kec. Kertasari 5 Kec. Paseh 6 Kec. Ibun 7 Kec. Solokan Jeruk 1 Kec. Cicalengka 2 Kec. Nagreg 3 Kec. Cikancung 1 Kec. Cileunyi 2 Kec. Rancaekek 1 Kec. Cimenyan 2 Kec. Cilengkrang 1 Kec. Margaasih 2 Kec. Margahayu
Topografi Wilayah
Ketinggian (mdpl)
Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/ Punggung Bukit Dataran Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran Dataran Dataran Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/ Punggung Bukit Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran
700-825 500-1.100 675 – 700 1.200 sd 1.550 1.000-1.200 700 sd 1.200 600 – 715 600 681 – 687 750 – 800 984 – 1571 700 – 710 765 – 1.057 550 – 1.000 650-675
Dataran Dataran Dataran, Lereng/Punggung Bukit, Lembah/ DAS Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran
681 – 796 678 – 805 700 – 1.116 1.250 – 1.812 600 – 800 700 – 1.200 671-700
Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran Lereng/Punggung Bukit Dataran, Lereng/Punggung Bukit Dataran Dataran
667 – 850 715-948 600-1.200 600-700 608-686 750 – 1.300 600-1.700 600 700
Hal V - 11
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Untuk mengetahui kecepatan angin di kabupaten bandung, dilakukan pengukuran dibeberapa kecamatan agar diketahui, potensi energi anginnya. Dari hasil survey yang kami dapatkan, kecepatan anginnya kurang rata-rata dibawah 5 m/s.
Gambar 5.9. Lokasi Survey Kecepatan Angin
Tabel 5.7. Sample Data Kecepatan Angin di Kab. Bandung No Lokasi
Kecepatan Rata-rata (m/s)
1
Cileunyi
0,888
2
Cilengkrang
0,975
3
Cicalengka
2,975
4
Nagreg
4,175
5
Cikancung
3,000
6
Rancaekek
3,288
7
Solokanjeruk
3,250
Laporan Akhir
Lokasi Pegamatan 802901
9235739
802768
9236547
814044
9228350
817071
9224254
811424
9222898
805419
9230113
803878
9225252
Hal V - 12
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Gambar 5.10. Pengamatan Kecepatan Angin
5.1.2. Pemanfaatan Energi Terbarukan a. PLTM/PLTMH Pemanfaatan energi terbarukan disamping untuk memenuhi kebutuhan energi setempat dalam perkembangan selanjutnya bisa digunakan untuk masyarakat lain, jika pemakaian listrik oleh masyarakat setempat lebih kecil daripada daya yang dibangkitkan. Dalam hal ini terdapat excess power yang dapat dijual ke PLN. P = g.Hnet.Qd. ηtot (kW) dimana: P = daya output (kW) Hnet = tinggi jatuh air bersih (m) Qd = debit desain (m3/detik) g = konstanta gravitasi bumi (9.81 m/s2) ηtot = efisiensi total (%)
Laporan Akhir
Hal V - 13
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Tabel.5.8. Peluang Pengembangan Potensi Tenaga Air 1. Sungai Citarik Pos Bd. Cangkuang Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt
KW
2
7750
14
0,75
0,9
0,93
0,95
634759,3
634,7592996
5
15500
14
0,75
0,9
0,93
0,95
1269518,6
1269,518599
10
22250
14
0,75
0,9
0,93
0,95
1822373,5
1822,373473
25
33250
14
0,75
0,9
0,93
0,95
2723322,2
2723,322156
50
44500
14
0,75
0,9
0,93
0,95
3644746,9
3644,746946
100
59750
14
0,75
0,9
0,93
0,95
4893789,4
4893,789439
2. Sungai Cirasea Pos Cengkrong Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt
KW
2
20000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
1638088,5
1638,088515
5
22000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
1801897,4
1801,897367
10
24000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
1965706,2
1965,706218
25
25000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
2047610,6
2047,610644
50
26000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
2129515,1
2129,51507
100
27000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
2211419,5
2211,419495
3. Sungai Ciwidey Pos Cukanggenteng Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt
KW
2
23000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
1883801,8
1883,801792
5
43000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
3521890,3
3521,890307
10
64000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
5241883,2
5241,883248
25
96000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
7862824,9
7862,824872
50
141000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
11548524
11548,52403
100
192000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
15725650
15725,64974
4. Sungai Citarum Pos Dayeuh Kolot Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt
KW
2
167000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
13678039
13678,0391
5
179000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
14660892
14660,89221
10
186000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
15234223
15234,22319
25
192000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
15725650
15725,64974
50
198000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
16217076
16217,0763
100
203000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
16626598
16626,59843
Laporan Akhir
Hal V - 14
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5. Sungai Cisangkuy Pos Kamasan Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt
KW
2
118000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
9664722,2
9664,722239
5
121000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
9910435,5
9910,435516
10
123000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
10074244
10074,24437
25
124000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
10156149
10156,14879
50
125000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
10238053
10238,05322
100
126000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
10319958
10319,95764
6. Sungai Citarum Pos Majalaya Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt
KW 9173,295684
2
112000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
9173295,7
5
132000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
10811384
10811,3842
10
144000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
11794237
11794,23731
25
156000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
12777090
12777,09042
50
168000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
13759944
13759,94353
100
178000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
14578988
14578,98778
7. Sungai Citarum Pos Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
2
386000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt 31615108
KW 31615,10834
5
400000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
32761770
32761,7703
10
407000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
33335101
33335,10128
25
414000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
33908432
33908,43226
50
421000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
34481763
34481,76324
100
425000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
34809381
34809,38094
8. Sungai Cisangkuy Pos Pataruman Liter/det
HEAD (meter)
(ηT)
(ηG)
ηM
ηsal
14
0,75
0,9
0,93
0,95
Watt
KW
2
39000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
3194272,6
3194,272604
5
49000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
4013316,9
4013,316862
10
56000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
4586647,8
4586,647842
25
63000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
5159978,8
5159,978822
50
71000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
5815214,2
5815,214228
100
77000
14
0,75
0,9
0,93
0,95
6306640,8
6306,640783
Laporan Akhir
Hal V - 15
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
b. PLTS Pengembangan PLTS baik tersebar dan komunal disesuaikan dengan kebutuhan dan pola pemukiman daerah tersebut. Misalnya PLTS komunal lebih tepat diimplementasikan di daerah dengan pola pemukiman mengumpul (cluster), sedangkan PLTS tersebar lebih cocok untuk daerah dengan pola pemukiman yang terpencar.
c. PLTA Estimasi daya angin lokasi Setelah kecepatan rata-rata angin harian diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung
estimasi
kecepatan
rencana
pemasangan
kincir
angin
menggunakan persamaan (1) dan estimasi daya angin lokasi menggunakan persamaan (2), sebagai berikut:
Dimana V(Zhub) = Kecepatan Angin pada ketinggian rencana )m/s), V(Zanem) = Kecepatan angin pada titik pengukuran (m/s), Zhub = Ketinggian rencana kincir angin (m), Zanem = ketinggian pengukuran kecepatan angin(m), Zo = Tinggi kekasaran permukaan, P = Daya angin rata-rata (W/m2), p = Kerapatan udara di lokasi dari tabel (kg/m3), Vz = Kecepatan angin lokasi pada ketinggian tertentu (m/s), dan FPE = Faktor pola energi (dari tabel)
Tabel 5.9. Estimasi Daya Yang dihasilkan Kecamatan Cileunyi Cilengkrang Cicalengka Nagreg Cikancung Rancaekek Solokanjeruk
Laporan Akhir
V(Z) 0,888 0,975 2,975 4,175 3 3,288 3,25
ρ
FPE 1,116 1,116 1,116 1,116 1,116 1,116
1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
P (Watt/m2) 0,547017 0,724063 20,56947 56,85016 21,0924 27,76884
1,116
1,4
26,81713
Hal V - 16
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
C. Biogas Berdasarkan data yang ada di dinas peternakan, maka tabel potensi biogas dapat digambarkan seperti tabel berikut ini: Tabel 5.10. Kotoran Ternak Sapi
Langkah-langkah Kapasitas Biogas dan PLT Biogas 1. Penentuan data Bahan baku Biogas 2. Perhitungan jumlah total solid(TS) dan Volatile Solid(VS) dalam proses anaerobic digestion 3. Perhitungan Jumlah Volume gas metan 4. Perhitungan potensi energi listrik E = Vgm x FK kWh E = Produksi Energi Listrik (kWh) Vgm = Jumlah Volume gas Meta (m3) FK = Faktor Konversi (kWh /m3)
Laporan Akhir
Hal V - 17
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Tabel 5.11. Rasio C/N (carbihidrat/Nitrogen)beberapa bahan organik
Bahan Organik
Rsio C/N
Kotoran Bebek
8
Kotoran Manusia
8
Kotoran Ayam
10
Kotoran kambing
12
babi
18
domba
19
Kerbau/sapi
24
Eceng gondok
25
gajah
43
Jerami(Padi)
70
Jerami(gandum)
90
Sisa Gergajian
Diatas 200
Sumber : karki and Dixit(1984)
Laporan Akhir
Hal V - 18
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Tabel 5.12. Unsur yang terdapat pada Biogas
Uraian
Referensi
Hasil Uji dan Analisis
1. Kondisi bahan (kotoran api) -
Total Solid, kg/ekor/hari
4,8
-
-
Votalite Solid, kg/ekor/hari
3,9
-
-
Kadar air, %
7-9
-
C/N Ratio
1:25 – 1:30
2. Kondisi dalam reaktoe (proses) -
Suhu ,0C
35
-
PH
7,0 – 8,0
3. Kandungan Kimia Biogas -CH4, %
50-60
-CO2, %
30 -40
-H2S, ug/m3
< 1%
-NH3, ug/m3
-
Widodo and Hendriadi, 2005
Tabel 5.13. Konversi Energi gas Metan Menjadi Energi Listrik Jenis Energi
Setara Energi
Referensi
1. 1 Kg Gas Metan
6,13 x 107 J
Reneewable Energy
2. 1 kWh
3,60 x 106 J
Conversion, Transmision
3. 1 m3 Gas Metan
4,0213x 107 J
and Storage, Bent Sorensen, Juni 2007
Masa Jenis Gas Metan adalah 0,656 Kg/m3 4. 1 m3 Gas Metan
11, 17 kWh
Sumber : harahap, dkk (1978)
Laporan Akhir
Hal V - 19
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Tabel 5.14. Kandungan Gas Hasil Biogas Biogas Jenis Gas
Kotoran sapi
Campuran Kotoran + Sisa Pertanian
Metan (CH4)
65,7 %
54 – 70 %
Karbon dioksida (CO2)
27,0 %
45 -57 %
Nitrogen (N2)
2,3 %
0,5 – 3,0 %
Karbon monoksida (CO)
0%
0,1%
Oksigen (O2)
0,1 %
6,0 %
Propena(C3H8)
0,7 %
-
Hidrogen sulfida (H2s)
-
sedikit
Nilai Kalor(kkal/m2)
6513
4800 -6700
Tabel 5.15. Hasil Perhitungan kapasitas biogas dan PLT Biogas di kabupaten Bandung
No Jenis Proses Perhitungan
Hasil Perhitungan
1
Potensi Kotoran Sapi
207.090 KG/hari
2
Perhitungan jumlah total solid (TS)
662.68,80 Kg/hari
3
Perhitungan jumlah dari volatile solid(VS)
538.43,40 Kg/hari
4
Perhitungan jumlah volume produksi biogas
828.3,6 M3/hari
(VBS) 5
Perhitungan jumlah volume gas
544.2,33 m3/hari
metan(VGM) 6
Perhitungan potensi energi listrik (E)
7
Daya yang dibangkitkan oleh Pembangkit
2,53 MW
Listrik Tenaga Biogas
Laporan Akhir
Hal V - 20
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Tabel 5.16. Peluang pengembangan Biogas
Laporan Akhir
Hal V - 21
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
d. PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Asumsi yang digunakan yaitu :
Karena tergolong energi yang diperjualbelikan (tradable energy), sumberdaya panasbumi diasumsikan dapat dimanfaatkan maksimal sebesar cadangan yang tersedia;
Tahapan rencana pembangunan mengikuti Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN (Persero) Wilayah Jawa Barat.
Tabel 5.17. Peluang Pengembangan Geothermal Potensi No Panas Bumi
Geothermal(MW)
1
Kamojang
855
2
Wayang windu
460
3
Patuha
706
4
Cibuni
50
e. Biofuel
Terdapat 2 (dua) komponen yang dapat dimanfaatkan dari biji jarak pagar (Jatropha curcas) yaitu minyak dan cake (ampas biji yang masih mengandung minyak). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah :
Faktor rendemen/expelling ratio adalah 30 %;
Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 2.100 kg Crude Jatropha Oil atau 2.307 liter;
Setiap 1 Ha tanaman jarak pagar menghasilkan 4.900 kg cake.
Kabupaten Bandung memiliki lokasi-lokasi yang layak untuk dibudidayakan tanaman jarak pagar seluas 122.950 ha atau 41,94% dari luas wilayah kab bandung, dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di lokasi pembibitan dan budidaya tanaman jarak pagar rendah dan miskin ( Analisis
Laporan Akhir
Hal V - 22
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Sosisl ekonomi dan budidaya jarak pagar- Iskandar MP, Rina MM, dan Sustrisno T) Peluang pengembangan Biofuel di Kab. Bandung adalah : Crude Jatropha Oil => 122.950 x 2100 Kg = 258195 Ton Cake => 122.950 x 4900 kg = 602455 Ton
f. PLT Biomassa Pemanfaatan biomassa secara langsung seperti kayu bakar dan arang untuk keperluan memasak rumah tangga tidak termasuk dalam pemanfaatan energi terbarukan. Adapun yang termasuk dalam pemanfaatan energi terbarukan adalah untuk pembangkitan listrik melalui proses gasifikasi biomassa.
5.2 Analisis Pengembangan Energi Baru Terbarukan
a. PLTM/PLTMH
Supply Demand Micro Analysis dibuat berdasarkan pengamatan di lapangan. Analisis ini menjadi pertimbangan karena sifat dan peluang pemanfaatan energi terbarukan yang sangat “site spesific”. Misalnya tujuan pembangunan PLTMH pada awalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan energi setempat dengan mempertimbangkan jumlah dana pembangunan yang tersedia. Namun pada perkembangan selanjutnya, karena pemakaian listrik oleh masyarakat setempat lebih kecil daripada daya yang dibangkitkan, maka terdapat excess power yang dapat dijual ke PLN. Dari hasil pengamatan dan observasi lapangan diketahui bahwa pemanfaatan potensi energi air di
beberapa
lokasi
diantaranya Curu g Cindulang, Sub Das Sungai Citarum mempunyai potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai sumber daya listrik oleh masyarakat namun demikian hal tersebut belum dimanfaatkan. sehingga pemanfaatannya masih rendah dibandingkan dengan potensi yang ada. Hal ini disebabkan olehjumlah penduduk, faktor lain yang mempengaruhi adalah pola pemanfaatan listrik oleh masyarakat yang masih belum bergantung
Laporan Akhir
Hal V - 23
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
sepenuhnya pada keberadaan listrik. Beberapa rumah tangga merasa belum begitu perlu menggunakan litrik untuk kehidupan seharinya.
Itulah sebabnya
masyarakat di sekitar sumber potensi tenaga listrik mempunyai produktivitas rendah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena mengandalkan pekerjaan yang dilakukan di siang hari. Selain itu listrik yang bersumber dari PLN juga listrik yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan hanya untuk penerangan sehingga persentase daya yang termanfaatkan dari seluruh daya terbangkit kecil. Oleh sebab itu pemanfaatan PLTMH ke depan diarahkan pada pengembangan usaha produktif, nilai 91,55% digunakan untuk mengeneralisasi pemanfaatan potensi energi air setempat pemanfaatan potensi
(local)
di
lokasi
lain,
dengan
catatan
tetap mempertimbangkan ketersediaan dana. Potensi
energi air yang diperjualbelikan (tradable) pemanfaatannya maksimal atau 100%.
b. PLTS
Pengembangan PLTS baik tersebar dan komunal
disesuaikan
dengan
kebutuhan dan pola pemukiman daerah tersebut. Misalnya PLTS komunal lebih tepat diimplementasikan di daerah dengan pola pemukiman mengumpul (cluster), sedangkan PLTS tersebar lebih cocok untuk daerah dengan pola pemukiman yang terpencar. Berdasarkan hasil kajian potensi energi surya atau matahari di Kabupaten bandung adalah di Kecamatan Cimenyan dan kecamatan
Cilengkrang
Sedangkan
potensi
yaitu
energi
mencapai
yang
0.511
terendah
di
s.d
0.54
Kecamatan
kWh/m2/hari. Rancaekek,
Kecamatan Pasir Jambu dan Kecamatan Pangalengan yaitu 0.48 s.d 0.51 kWh/m2/hari. (seperti yang tersaji pada Gambar 5.4). Potensi yang begitu besar di Kecamatan Cilengkrang dan Cimenyan apabila dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik akan menghasilkan tenaga listrik yang melebihi kebutuhan masyarakat kecamatan yang bersangkutan. Eksplorasi tenaga sinar matahari sebagai sumber listrik juga harus mempertimbangkan aspek efisiensi dan skala ekonomi, sehingga biayanya relatif cukup besar. Oleh sebab itu pemanfaatan tenaga sinar matahari di dua kecamatan tersebut diarahkan pada pemenuhan Laporan Akhir
Hal V - 24
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
kebutuhan listrik di kecamatan lain yang tidak atau kurang mempunyai potensi EBT. Arah pengembangan pada kecamatan lain tersebut antara lain bertujuan untuk memenuhi aspek keseimbangan suply dan demand.
c. Biogas
Berdasarkan data sebaran jumlah ternak sapi yang tersaji pada tabel 5.15. ternyata di Kabupaten Bandung mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan sebagai sumber EBT Biogas. Potensi terbesar biogas adalah di Kecamatan Cikancung dan pangalengan, namun potensi tersebut pada kenyataannya belum dijadikan sebagai energi alternatif secara terpadu. Pemanfaatan biogas di beberapa Kecamatan seperti Pangalengan baru sebatas untuk energi kebutuhan rumah tangga khususnya kompor masak. Pemanfaatan biogas untuk listrik masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Oleh sebab itu pemanfaatan potensi biogas oleh masyarakat di sentra potensi biogas baru mencapai kurang dari 1 persen dari potensinya.
Secara ekonomi pengembangan energi biogas harus juga diikuti oleh perubahan perilaku masyarakat agar dapat memanfaatkan biogas sebagai sumber energi listrik. Hal ini penting dilakukan agar keseimbangan suply dan demand terhadap listrik yang berasal dari biogas dapat terpenuhi. Asumsi yang digunakan untuk
menghitung
jumlah
sapi
yang
potensial
untuk
pengembangan biogas adalah : o Potensi
sapi
untuk
y a n g d i g u n a k a n u n t u k pengembangan
biogas adalah s eluruh potensi peternakan sapi yang ada; o Mempertimbangkan
sistem
pemeliharaan
intensif
menggunakan
kandang yang diterapkan, pengembangan biogas dilakukan di Kabupaten Bandung o Kecenderungan pertumbuhan populasi
sapi
mengikuti
skenario
program pengembangan peternakan di Kabupaten Bandung
Laporan Akhir
Hal V - 25
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
d. Panas Bumi (Geo Thermal). Potensi EBT panas bumi di Kabupaten relatif besar untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di kabupaten Bandung. Namun hingga saat ini masih belum dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan tersebut. Hal ini antara lain disebabkan karena investasi untuk ekplorasi panas bumi sangat mahal. Di Kabupaten Bandung potensi panas bumi terdapat di Kawasan Kamojang dan Patuha, wayang Windu, dan Cibuni (Tabel 5.17).
e. Biofuel
Sumber Energi Baru Tebarukan dari bioful yang berasal dari tanaman jarak di kabupaten Bandung masih sulit di temukan.
Program pengembangan
Tanaman Jarak yang pernah dilakukan pada tahun 2005 di Beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung, ternyata tidak berkembang dengan baik. Hal tersebut karena secara ekonomis meneurut para petani jarak tidak dapat dipenuhi. Oleh sebab itu potensi EBT di Kabupaten Bandung masih sangat rendah. Rencana pengembangan EBT Bioful memerlukan perencanaan yang lebih detail terkait dengan populasi tanaman yang menjadi sumber EBT. e. Angin
Sumber energi yang berasal dari angin di Kabupaten Bandung relatif kecil. Hal ini karena secara topografis wilayah Kabupaten Bandung sebagian besar terletak di dataran tinggi, dan lahan terbuka.
Potensi EBT angin yang tersaji
pada Tabel 5.7. bahwa kecepatan di lokasi pengamatan rata-rata kecepatan angin (v) dibawah 5 m/detik. Sedangkan kecepatan minimum untuk dapat dijadikan sebagai sumber tenaga penggerak turbin angin minmum adalah 10 m/detik.
Laporan Akhir
Hal V - 26
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5.3. Rencana Aksi Pengembangan Energi baru terbarukan Untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan energi alternatif, diperlukan langkah-langkah yang terpadu, agar kegiatan Energi alternatif bisa terwujud, langkah tersebut diantaranya : a. Membentuk dan menjalankan kelembagaan pelaksana; b. Menyusun dan menerapkan skema pendanaan; c. Menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi; d. Menyusun rencana detail implementasi.
5.3.1. Kelembagaan Pelaksanaan Kelembagaan pelaksana adalah lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengembangan energi terbarukan. Pembentukan Forum Ketenagalistrikan dan Energi Daerah (FORKENDA) Kabupaten Bandung.
Nama lembaga : Tim Pengembangan Energi Terbarukan Pembina
: Bupati kab. Bandung
Ketua Umum
: Bappeda Kabupaten Bandung
Ketua Harian : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung
Pengembangan PLTA/PLTM Koordinator
: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung
Anggota
: - Balai Wilayah Sungai Kab. Bandung - Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung - PT. PLN Wilayah Jawa Barat - Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung - Dinas Kehutanan Kabupaten Bandung
Pengembangan PLTMH Koordinator
: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung
Anggota
: - Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung - Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bandung - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung
Laporan Akhir
Hal V - 27
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
Pengembangan PLTS Koordinator
: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung
Anggota
: - PT. PLN (Persero) Wilayah Jawa Barat - Dinas Terkait Kabupaten Bandung - Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bandung
Pengembangan Biogas Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung Anggota
: Dinas Peternakan Kabupaten Bandung
Pengembangan Geothermal Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung Anggota
: - PT. PLN Wilayah Jawa Barat - Badan Lingkungan Hidup Kab. Bandung - Dinas Kehutanan Kab. Bandung
Pengembangan Biofuel (Biodiesel dan Bioethanol) Koordinator : Dinas Perkebunan Kabupaten Bandung Anggota
: - Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Bandung - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bandung - Pertamina; - Asosiasi industri/pedagang.
Pengembangan Biomassa Koordinator : Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Bandung Anggota
: - Dinas Pertanian Kab. Bandung - Dinas Perkebunan Kab. Bandung - Dinas Kehutanan Kab. Bandung - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bandung - Asosiasi Industri/pedagang
Laporan Akhir
Hal V - 28
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5.3.2. Skema Pendanaan Mengingat biaya teknologi pemanfaatan energi terbarukan yang masih tinggi, diperlukan sharing pendanaan antara Pemerintah/Pemerintah Daerah melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan pihak swasta/IPP.
Pembiayaan kegiatan pengembangan energi terbarukan selain berasal dari anggaran negara antara lain APBN dan APBD juga dapat berasal dari sumber pendanaan lain yang beragam, yaitu : Tabel 5.18 Sumber Pendanaan Pengembangan Energi Terbarukan Lembaga Pemerintah Dirjen EBT
Kementrian Koperasi dan UKM
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Departemen Perindustrian dan Perdagangan Departemen Pertanian
Peranan dalam Pengembangan Energi Terbarukan (EBT) Penyiapan rumusan kebijakan dan standarisasi energi terbarukan seperti : PLTS, PLTMH, Biogas dan Bahan Bakar Nabati (BBN) Implementasi dalam rangka pengembangan usaha perdesaan: PLTMH Implementasi dalam rangka pengembangan daerah tertinggal: PLTMH, PLTS, BBN Implementasi dalam rangka pengembangan industri perdesaan: BBN Implementasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani: BBN
Lembaga Donor JICA
Implementasi EBT untuk pengembangan usaha di perdesaan: PLTMH
dll
..................
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Asosiasi Asosiasi Hidro Bandung
dll
Laporan Akhir
Pengembangan teknologi dan implementasi EBT: PLTMH
..................
Hal V - 29
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
5.3.3. Menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi
Dalam rangka mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya manusia dan teknologi yang dibutuhkan untuk mencapai target pengembangan energi terbarukan, langkah-langkah yang ditempuh adalah : a. Meningkatkan kompetensi SDM daerah di bidang energi terbarukan melalui pendidikan dan latihan teknis yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan latihan yang sesuai dan terakreditasi; b. Menyediakan dana Comdev di bidang energi terbarukan untuk mendidik SDM daerah di wilayah proyek energi yang bersangkutan; c. Meningkatkan kualitas SDM dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat
mengikuti
perkembangan
teknologi
khususnya
bidang
energi
terbarukan; d. Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi energi terbarukan untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan energi; e. Melaksanakan penelitian energi yang ditekankan pada penelitian terapan sebagai tindak lanjut dari penelitian yang ada dengan cara bekerja sama antara lembaga penelitian baik dalam dan luar negeri seperti ITB (Institut Teknologi Bandung), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Pusair (Puslitbang Air Kementerian Pekerjaan Umum) dan P3TKEBT (Pusat Penelitian
dan
Pengembangan
Ketenagalistrikan
dan
Energi
Baru
Terbarukan).
5.3.4. Menyusun rencana detail implementasi a. PLTM
1) Mendorong implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) atau minihydro untuk memperbaiki tingkat bauran energi yang dikelola oleh PLN; 2) Meningkatkan unsur Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada keseluruhan komponen pembangkit;
Laporan Akhir
Hal V - 30
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
3)
Pihak
swasta
berkewajiban
yang untuk
terlibat
dalam
melaksanakan
pembangunan program
PLTA/minihydro
Coorporate
Social
Responsibility (CSR) bagi masyarakat lokal yang tinggal di sekitar pembangkit; 4) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman; 5) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan feed in tariff, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
b. PLTMH
1) Melakukan inventarisasi dan identifikasi pemanfaatan energi air skala kecil, mikro dan mini hidro khususnya bagi masyarakat pedesaan dan daerah terpencil; 2) Meningkatkan kegiatan studi kelayakan/detail engineering design di lokasilokasi yang potensial untuk pembangunan mikrohidro; 3) Mendorong pembangunan mikrohidro off grid di daerah-daerah yang belum terjangkau listrik PLN untuk meningkatkan rasio elekrifikasi; 4) Mendorong penelitian dan pengembangan serta pabrikasi lokal komponen pembangkit microhydro; 5) Pemberdayaan komunitas lokal untuk kegiatan produktif yang berpeluang meningkatkan taraf penghasilan yang melibatkan peran dari berbagai pihak/instansi terkait; 6) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman; 7) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan feed in tariff dan kredit investasi.
c. PLTS
1) Pemberian bantuan SHS dan PLTS terpusat dilakukan di daerah-daerah yang tidak memiliki potensi energi setempat lain untuk dikembangkan; 2) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman;
Laporan Akhir
Hal V - 31
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
3) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk kebijakan feed in tariff, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
d. PLTP 1) Melakukan inventarisasi dan evaluasi potensi melalui eksplorasi secara intensif untuk merubah status potensi sumberdaya spekulatif dan hipotetik menjadi cadangan terduga, mungkin dan terbukti; 2) Pengembangan potensi panas bumi baik untuk pemanfaatan langsung (pengeringan
hasil
pertanian
dan
lain-lain)
dan
tidak
langsung
(pembangkitan listrik); 3) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil yang pembiayaannya dapat berasal dari pemerintah, IPP dan koperasi lokal; 4) Pemerintah berkontribusi secara tidak langsung melalui pemberian subsidi tarif dan kredit investasi yang ditetapkan melalui kebijakan feed in tariff dan subsidi pendanaan; 5) Meningkatkan unsur Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada keseluruhan komponen pembangkit; 6) Menciptakan kondisi yang kondusif bagi investor pengembangan energi panas bumi.
e. Biogas 1) Melakukan indentifikasi desa/dusun yang siap untuk pembangunan biogas; 2) Berkoordinasi secara intensif dengan pihak pengembang biogas seperti Hivos; 3) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman; 4) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk subsidi pembangunan, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
f. Biofuel 1) Membuat regulasi mengenai tata niaga dan pasar biofuel oleh pemerintah;
Laporan Akhir
Hal V - 32
Kajian Rencana Pengembangan Energi Terbarukan di Kab. Bandung 2013
2) Meningkatkan pengembangan pemanfaatan tanaman jarak (Jatropha Curcas) sebagai bahan bakar lain untuk pembangkit tenaga listrik dan bahan bakar memasak rumah tangga; 3) Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang upgrading kualitas biofuel, pengkajian dan penerapan blending dan sistem budidaya bahan baku jarak pagar; 4) Implementasi program terpadu dimulai dari sistem budidaya jarak pagar yang baik hingga pemanfaatan biofuel di sisi hilir untuk menjamin kontinuitas bahan baku; 5) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman; 6) Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan dapat diberikan dalam bentuk subsidi tarif, kredit investasi dan pembebasan pajak impor.
g. PLT Biomassa 1)
Pemanfaatan biomassa dengan bahan bakar kayu hasil hutan wajib memperhatikan konsep pemberdayaan hutan produksi yang berkelanjutan;
2)
Mensosialisasikan
secara
intensif
kepada
masyarakat
mengenai
penggunaan limbah pertanian seperti tempurung kelapa dan sekam padi sebagai bahan bakar untuk membangkitkan listrik; 3) Menciptakan iklim investasi yang sehat dan aman; 4) Implementasi program ”Hutan Cadangan Energi Daerah”.
Laporan Akhir
Hal V - 33