1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes, 2001). Kesehatan organ reproduksi dan organ genitalia menjadi bagian yang penting. Kebersihan daerah kewanitaan bagi perempuan sangat penting karena dapat membuat wanita merasa nyaman dan dapat mencegah dari penyakit serta infeksi menular (Taylor, 2000). Sebagian besar perempuan menganggap kebersihan genitalia internal dan eksternal merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menjaga kesehatan organ reproduksi dan organ seksual mereka. Berbagai macam cara pun dilakukan untuk menjaga kebersihan daerah feminim tersebut (Taylor, 2000). Salah satu cara perawatan daerah feminim dapat dilakukan dengan douching vagina. Douching vagina merupakan kegiatan mencuci atau membersihkan vagina dengan cara menyemprotkan air atau cairan lain (cuka, baking soda atau larutan douching komersil) ke dalam vagina.
Menurut
Taylor, dkk (2000) tujuan douching yang sesungguhnya adalah untuk tujuan terapeutik, yaitu untuk membersihkan vagina setelah dilakukan tindakan pembedahan, dan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri setelah diberikan antiseptik. Akan tetapi bagi wanita yang sehat, douching dengan berbagai bahan dan larutan akan mengubah flora bakterial normal dan keseimbangan kimiawi vagina serta akan mengubah mucus/lender yang alami sehingga menganggu ekologi vagina. Douching vagina meliputi eksternal douching maupun internal douching. Eksternal douching meliputi pembilasan labia dan bagian luar vagina dengan bahan-bahan tertentu, sedangkan internal douching meliputi memasukkan
2
bahan atau alat pembersih ke dalam vagina dengan menggunakan jari dan atau dalam bentuk spraying atau liquid. Air atau cairan lain (cuka, baking soda, atau larutan douching komersil) tersebut diletakkan dalam botol kemudian disemprotkan kedalam vagina melalui suatu tabung dan ujung penyemprot (Qomariyah, 2004). Membersihkan daerah genital akan lebih aman bila menggunakan air saja dibandingkan dengan menggunakan obat-obatan atau bahan-bahan komersil dipasaran karena akan mempengaruhi pertumbuhan flora dalam vagina yang akan meningkatkan resiko infeksi dan meningkatkan resiko terjadinya keputihan (fluor albus) (Qomariyah, 2004). Setiap wanita akan mengalami pengeluaran cairan dari vagina sesudah ia mendapatkan haid yang pertama. Didalam vagina terdapat bakteri laktobasilus yaitu bakteri yang baik yang berfungsi untuk mempertahankan keasaman vagina agar bakteri pathogen mati dan untuk menjaga keseimbangan flora normal vagina. Terganggunya keseimbangan flora normal pada vagina dapat menyebabkan berbagai masalah. Salah satunya adalah terjadinya keputihan (fluor albus) (Sianturi, 2001). Penggunaan deodoran dan douching vagina dapat menyebabkan membran mukosa teriritasi dan dapat membunuh flora normal yang ada dalam vagina. Hal tersebut memungkinkan timbulnya serangan keputihan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek douching vagina dapat meningkatkan resiko kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Pelvic Inflammatory Disease atau Penyakit Radang Panggul (PRP) (Yayasan Abdi Asih: 1996, dan Joesoef, dkk: 1993). Penelitian yang dilakukan joesoef, dkk (1993) pada 599 ibu hamil (19% douching menggunakan air, 63% douching menggunakan air dan sabun, 2% menggunakan produk komersil, dan 8% menggunakan menggunakan daun sirih paling sedikit sekali pada bulan terakhir kehamilan) juga menunjukkan adanya hubungan praktek douching dengan kejadian IMS. Douching dengan air saja setelah berhubungan seksual tidak berhubungan dengan IMS, tetapi resiko IMS akan meningkat 2,6 kali lebih tinggi jika menggunakan air dan sabun, atau dengan daun sirih atau
3
produk komersil. Penggunaan deodoran dan douching vagina menyebabkan membran mukosa teriritasi dan dapat membunuh flora normal yang ada dalam vagina. Hasil observasi yang dilakukan oleh Ayom Nilamsari (2005) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang, didapatkan data bahwa kebanyakan para wanita yang pekerjaannya sebagai penjaja seks sebagian besar dari mereka melakukan douching dengan menyemprotkan sejenis antibiotik yang mereka beli dari toko obat, bahkan ada juga yang memakai pasta gigi, ataupun sabun sirih. Keluhan yang dirasakan antara lain panas, perih, alergi, gatal dan bahkan bisa menyebabkan genitalia berwarna hitam. Menurut survei yang dilakukan oleh Yayasan Hotline Surabaya (YHS) tahun 2003 di Kecamatan Krembangan Surabaya terhadap 431 perempuan, douching vagina telah menjadi bagian dari personal hygiene mereka, yang selalu dilakukan secara rutin. Sebagai gambaran Kecamatan Krembangan memiliki karakteristik perempuan yang bervariasi, mulai dari ibu rumah tangga hingga pekerja seks, karena lokasi kecamatan ini berdekatan dengan lokalisasi Bangunsari. Bahan yang biasa digunakan untuk douching, sebagian besar 50,3% menggunakan sabun, 17,4% pembersih vagina cair dengan berbagai produk
yang
ada,
12,5%
menggunakan
air,
9,7%
menggunakan
handuk/kain/tissue, 5,1% menggunakan pasta gigi, 4,9% menggunakan air sirih. Hasil survey dan wawancara terhadap lima orang ibu rumah tangga di Dusun
Bandungmulyo,
Desa
Bandungrejo,
Kecamatan
Mranggen,
menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka melakukan eksternal douching vagina dengan menggunakan sabun mandi dan juga ada yang menggunakan produk komersil seperti air daun sirih. Sebagian dari mereka masih merasakan keputihan dengan bau yang tidak enak dan gatal-gatal di sekitar vagina walaupun sudah menggunakan produk pembersih daerah kewanitaan. Berdasarkan uraian fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan antara Perilaku Eksternal
4
Douching Vagina dengan Kejadian Fluor Albus pada Ibu Rumah Tangga di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen”.
B. Rumusan Masalah Kesehatan genitalia merupakan salah satu bagian yang penting dalam kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual wanita. Salah satu cara yang digunakan oleh sebagian besar wanita adalah dengan eksternal douching vagina atau bilas labia dan bagian luar vagina untuk menjaga kebersihan daerah genitalia mereka. Padahal pada wanita dalam kondisi normal, melakukan eksternal douching vagina atau labia dan bagian luar vagina dengan menggunakan bahan obat-obatan atau produk komersil yang dijual dipasaran tidak dianjurkan karena akan mengganggu keseimbangan kimiawi dan ekologi pada vagina yang pada akhirnya justru akan meningkatkan resiko infeksi dan menimbulkan keputihan (fluor albus). Berdasarkan observasi awal peneliti di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen Semarang, hampir sebagian besar ibu rumah tangga melakukan eksternal douching vagina dengan menggunakan sabun, produk alami seperti air daun sirih, dan juga ada yang menggunakan produk komersil seperti sabun sirih. Mereka berpendapat bahwa membersihkan daerah genital dengan menggunakan bahan antibiotik atau produk komersil akan membuat daerah genital menjadi bersih, nyaman, menghilangkan bau yang tidak sedap pada daerah kewanitaan akibat dari keputihan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dicari mengenai apakah ada hubungan antara melakukan eksternal douching vagina dengan kejadian fluor albus pada ibu rumah tangga di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen.
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara perilaku eksternal douching vagina dengan kejadian fluor albus pada ibu rumah tangga di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi perilaku eksternal douching vagina pada ibu rumah tangga di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen. b. Mengidentifikasi tentang kejadian fluor albus pada ibu rumah tangga di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen. c. Menganalisis hubungan perilaku eksternal douching vagina dengan kejadian fluor albus pada ibu rumah tangga di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen.
D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang hubungan antara eksternal douching vagina dengan kejadian fluor albus pada ibu rumah tangga, yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti Peneliti mendapatkan informasi baru mengenai cara membersihkan dan melakukan perawatan pada daerah genital. Peneliti juga mendapatkan pengalaman baru dalam hal melakukan penelitian yang nantinya dapat menjadi pengalaman dan bekal yang berharga untuk kemajuan ilmu peneliti. 2. Institusi Penelitian ini diharapkan sebagai masukan atau tambahan informasi yang dapat digunakan untuk memperkaya bahan diskusi para mahasiswa. 3. Ibu rumah tangga Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang benar mengenai pembersihan daerah genital yang aman bagi ibu rumah tangga.
6
4. Tenaga Kesehatan Memberikan pemahaman yang benar mengenai cara membersihkan daerah genital yang aman sebagai salah satu cara mengurangi resiko terkena keputihan dan penyakit IMS. 5. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut Hasil penelitian ini mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian sejenis