BAB IV POTRET MAJALAH SUARA HIDAYATULLAH DI INDONESIA DAN HASIL PENELITIAN
A. Potret Majalah Suara Hidayatullah dalam Industri Pers di Indonesia 1. Dinamika Industri Pers/Surat Kabar di Indonesia Dari pengertian jurnalistik sebagai karya seni, maka pers merupakan wadah para seniman informasi. Dalam hal ini pers merupakan organisasi pelaku industri informasi. Selaku produsen, pers melakukan kegiatan industri berupa pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian informasi dalam bentuk produk jurnalistik yang terdiri dari berita (news), komentar atau pandangan (views) dan iklan (advertisement). Untuk surat kabar atau media cetak lainnya (majalah), jenis informasinya bersifat visual. Istilah pers visual jelas menunjukkan spesifikasi kerja dari pers itu sendiri, yaitu melakukan industri di bidang produk jurnalistik yang bersifat visual. Memang banyak media komunikasi yang menghasilkan informasi visual, seperti pamflet, spanduk, dan lain sebagainya. Namun produk tersebut bisa dikerjakan oleh perorangan ataupun suatu usaha (industri) kecil yang berkiprah di bidang kerajinan tangan. Sedang produk jurnalistik seperti surat kabar dan majalah, sekarang tidak bisa lagi dikerjakan oleh beberapa orang penulis saja. luasnya objek dan subjek garapan dari media massa tersebut menuntut suatu manajemen yang canggih untuk menanganinya. Selain membutuhkan fungsi-
41
42
fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan tenaga kerja dan pengawasan yang handal, juga memerlukan sarana manajemen yang memadai. Disamping orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing dan mencakup seluruh segi kehidupan manusia, juga diperlukan fasilitas kerja (bahan baku, mesin, dan, pasar dan metode kerja) yang tepat guna. Dalam hal ini, pengetahuan, seni dan keterampilan teknis dipadukan dalam suatu koordinasi dari seluruh unsur organisasi industri sehingga menghasilkan produk yang bisa diminati dan dinikmati orang banyak.1 Di Indonesia, pers mulai dikenal pada abad XVIII, tepatnya pada tahun 1744, ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles diterbitkan oleh pengusaha Belanda. 2 Baru pada abad XX, di Bandung terbit surat kabar pertama milik bangsa Indonesia dengan nama Medan Prijaji.3 Setelah proklamasi kemerdekaan, jumlah surat kabar di Indonesia semakin bertambah banyak. Pada masa itu, pers nasional menunjukkan jati dirinya sebagai pers perjuangan. Bahkan sejak tahun 1950, pers Indonesia hanyut dalam dunia politik praktis. Pers lebih banyak memerankan diri sebagai corong partai-partai politik besar. Inilah yang disebut dengan era pers partisan. Namun, era ini tidak berlangsung lama. Pers nasional memasuki masa gelap 1
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik, cet I, Bandung: Nuansa, 2004, h. 53. 2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, cet. II, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, h. 103. 3
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, cet III, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, h. 19.
43
gulita sejak Dekrit Presiden 1 Juli 19959, karena setiap perusahaan pers diwajibkan memiliki Surat Izin Terbit (SIT).4 Sekarang, pers Indonesia telah memasuki fase baru. Pertumbuhan pers menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan postur pers masa lalu. Pers pada masa lalu umumnya hanya terdiri dari redaksi, mesin cetak milik orang lain, iklan tidak banyak dan tiras juga terbatas. Pers sekarang berkembang menjadi lembaga yang lengkap, yang terdiri dari redaksi, percetakan dan manajemen. Selain itu, iklan yang dimuat juga cukup banyak dan tirasnya mencapai di atas 100.000. Penampilan koran dan majalah sekarang juga menjadi lebih modern, lebih berwarna (full color) dan ditangani secara lebih profesional. 5 Fase baru dalam perkembangan pers di Indonesia tersebut merupakan bukti bahwa eksistensi pers atau lancarnya tidaknya kehidupan pers di suatu negara dipengaruhi bahkan ditentukan oleh sistem politik pemerintahan di negara di mana pers itu beroperasi. 6 Setiap perubahan sitem politik akan merubah sistem pers, sekaligus dan serentak, sesuai dengan yang dikehendaki kekuasaan. Tetapi di sisi lain, sesuai dengan sifat media yang tidak stagnan, media cetak di Indonesia berkembang di segala sisinya. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi dan petang, sebagai harian, 4
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, h. 20.
5
Yakob Utama, Perspektif Pers Indonesia, cet II, Jakarta: LP3ES, 1989, h. 25.
6
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, h. 87.
44
mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan koran pun ikut mengadakan perubahan. Kompas misalnya, dipertengahan tahun 2005 mengadakan perubahan ukuran, kolom, gambar, foto serta tata letak dan tata wajah, juga dalam bahasa penyajian dan gaya pelaporannya. Begitu juga dengan tampilan majalah. sejak reformasi bergulir di Indonesia, banyak majalah bermunculan. Mereka mengejar kebutuhan masyarakat akan berbagai informasi, dari yang ringan sampai yang berat. Di berbagai majalah berita, misalnya, para wartawannya bukan sekedar melaporkan peristiwa publik, perusahaan komersial, atau pemerintahan. Para reporter ditugaskan melaporkan kejahatan, bisnis, tim sepak bola profesional, dan lainnya. Semua itu didasarkan pada kebijakan redaksi dari perusahaan yang ditujukan untuk menerbitkan berbagai majalah dengan
masing-masing spesifikasi target
pembacanya.7 Selain itu, pertumbuhan pers Indonesia juga dipengaruhi oleh sistem ekonomi baru, yaitu sistem ekonomi berencana yang berlaku setelah 1969.8 Pertumbuhan ekonomi yang cenderung naik menyebabkan komponenkomponen ongkos produksi juga semakin naik. Untuk mengimbangi hal tersebut, maka surat kabar yang dijual harus memperoleh keuntungan. Keuntungan mempunyai fungsi yang terikat pada kontinuitas penerbitan surat
7
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 85-86. 8
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, h. 22.
45
kabar itu sendiri. Karena jika hanya impas, sementara ongkos produksi cenderung naik, maka tidak mungkin suatu surat kabar dapat mempertahankan kehadirannya. 9 Keadaan ekonomi di Indonesia ini mengakibatkan pers Indonesia tumbuh menjadi suatu unit usaha dengan bobot bisnis dan industri yang cukup berkembang. 10 Secara kuantitatif, dalam lima tahun pertama era reformasi 1998-2003, jumlah perusahaan penerbitan pers di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu ini, tercatat 600 perusahaan penerbitan pers baru, 50 di antaranya terdapat di Jawa Barat. Harus diakui, hasrat dan minat masyarakat menerbitkan pers dalam lima tahun pertama reformasi bagai “jamur di musim hujan”. Bahkan pada tahun pertama-kedua masa reformasi, di setiap kota di pulau Jawa terdapat 10 perusahaan penerbitan pers baru dengan komposisi 70 % terbit mingguan dan 30 % terbit harian. 11 Dengan demikian, pers pada saat itu menjadi lahan industri yang berpotensi tinggi. Para penyandang dana berlomba untuk menanamkan modalnya di sektor industri yang menawarkan keuntungan sekaligus gengsi politik. Pengelolaan bisnis pers juga menuntut pendekatan
9
Yakob Utama, Perspektif Pers Indonesia., h. 30.
10
Ibid., h. 41.
11
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, h. 26.
46
manajemen yang profesional untuk mempertahankan eksistensinya pada segmen pasar yang semakin menyempit.12 Kecenderungan maraknya penerbitan pers sebagai dampak langsung reformasi itu ternyata tidak berlangsung lama. Dari seluruh perusahaan penerbitan pers baru, 70 % gulung tikar paling lama pada tahun ketiga, 20 % berikutnya tutp layar pada tahun keempat, dan hanya 10 % saja yang masih mencoba terus bertahan melewati tahun kelima. Sebagai contoh, di Bandung, ibu kota Jawa Barat, sekarang terdapat dua surat kabar harian lokal (local newspaper) yang lahir dalam era reformasi. Keduanya berjuang sangat keras untuk bisa tetap eksis secara bisnis, sosiologis dan politis. 13 Kenyataan tersebut menunjukkan kemerdekaan pers pada era reformasi sejak 1988 tidak turut serta menghantarkan pers nasional pada zaman keemasan. Secara historis, pers Indonesia yang dahulu dikenal dan menamakan diri sebagai pers perjuangan, dilahirkan untuk hidup. Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Atas dasar itu, pers Nasional yang sekarang tetap terbit dan terus bertahan di seluruh pelosok Indonesia berusaha untuk merujuk pada pedoman filosofis itu. Sekali lahir, pantang bagi mereka untuk mati. Tidak demikian halnya dengan pers yang lahir dalam era reformasi. Mereka begitu mudah untuk lahir, tetapi jauh lebih mudah lagi
12
Ridwan Saidi, “Panji Masyarakat Tahun 2000”, Islam dan Era Reformasi, Jakarta: Pustaka Panjimas, Juni 1989, h. 229. 13
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, h. 26.
47
untuk mati. Seolah-olah sebagian besar dari mereka ditakdirkan lahir untuk mati. Bila dianalisis, mereka ternyata belum memiliki tiang penyangga utama yang kokoh sebagai syarat mutlak pendirian bangunan pers, yaitu ideealisme, komersialisme dan profesionalisme. 14 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pers Dakwah/Islam di Indonesia Saat pers dihubungkan dengan ajaran Islam, biasanya dikenal dengan istilah pers Islam dan jurnalistik Islam. Pada zaman sekarang, media massa cetak, seperti surat kabar, majalah, buletin brosur, tabloid dan lain-lain, adalah media untuk menyebarkan pikiran-pikiran dan prinsip-prinsip dakwah dengan pena (dakwah bil qalam) kepada semua tingkatan manusia. 15 Pers merupakan saluran penyebar Informasi yang cukup efektif dan efisien. Efektif karena kakuatan daya persuasinya yang mampu menembus daya rasa dan daya pikir para pembaca atau pendengarnya. Sedangkan efisien karena luas terpaannya yang dapat menjangkau jutaan bahkan ratusan juta massa yang secara geografis tersebar diberbagai tempat dan suasana. Oleh karena itu, pers mampu membentuk opini secara massal, yang sekaligus akan membingkai peta pengetahuan, pengalaman, dan sikap setiap komunikan yang menjadi sasarannya.
14
15
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, h. 26-27.
Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika dan Kebebasan Pers Menurut Islam, cet I, Jakarta: Al-Kautsar, 2008, h. 22.
48
Jadi pers memiliki peran yang cukup besar dalam merekayasa pola kehidupan suatu masyarakat. Termasuk salah satunya dalam memberikan pengetahuan dan membingkai pengalaman keagamaan. Hal ini karena agama juga memerlukan proses transformatif, mulai dari penyebaran informasi pesan-pesan keagamaan hingga upaya pembentukan sikap dan perbaikan perilaku. Dari sisi kepentingan ini, pers merupakan media yang relatif lebih mampu untuk menyebarkan pesan-pesan tersebut.16 Munculnya sejumlah pers, atau lebih tepat disebut dengan pers Islam,
merupakan
salah
satu
indikator
adanya
perhatian
terhadap
kecenderungan masyarakat dalam kehidupan beragama. Kehidupan beragama di Indonesia yang terasa semakin bergairah ini perlu memperoleh respon yang positif dari berbagai kalangan, termasuk kalangan pers. Masalah-masalah menyangkut pemahaman keagamaan, pembaharuan pemikiran ajaran Islam, tentang aspirasi umat, dan lain-lain akan dapat dengan mudah dikaji dan didekati melalui media komunikasi. 17 Pertumbuhan dan perkembangan media pers di Indonesia, seperti surat kabar dan majalah, sangat erat kaitannya dengan proses pembentukan umat dan bangsa. Pada umumnya, surat kabar dan majalah tersebut dapat dikategorikan menjadi pers Nasional. Namun, ada beberapa diantaranya yang 16
Asep S Muhtadi, “Pers dan Penyebaran Pesan-Pesan Agama,” Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, Bandung: Pusdai Press, Maret 2000, h. 66. 17
Ibid., h. 67.
49
mempunyai ciri khas dan bercorak media-pers Islam, karena pers tersebut mempelopori dan menyuarakan misi Islam serta menunjukkan identitas membawa aspirasi Islam. Jika suatu surat kabar atau majalah memuat kolom religi, misalnya seperti kolom Khutbah Jum’at, maka hal tersebut merupakan pertanda bahwa surat kabar atau majalah tersebut disebut sebagai media-pers Islam. Apabila ditelusuri, riwayat perkembangan media pers Islam di Indonesia dapat dibagai menjadi dua periode, yaitu perode zaman penjajahan Belanda dan periode sesudah kemerdekaan Indonesia.18 Misi media pers Islam di zaman Kolonial Belanda lebih dititikberatkan kepada kepentingan rakyat, menyoroti kebijakan politik pihak penjajah yang dianggap merugikan dan merampas hak-hak rakyat. Menurut catatan sejarah, surat kabar yang merupakan pelopor media pers Islam diantaranya adalah Utusan Hindia (1912) yang terbit di Surabaya, dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto dan merupakan organ resmi Central Sarekat Islam. Di Jakarta pernah terbit harian Neraca di bawah pimpinan Abdul Muis / Agus Salim, harian Hindia Baru (Pimpinan Agus Salim), Bendera Islam dan Fajar Asia (Pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto / Agus Salim). Di Jogyakarta pernah terbit harian Muskita (pimpinan Agus Salim). Adapun di Solo terbit
18
Yunan Nasution, “Peranan Media Pers Islam dalam Kebangkitan Umat,” Islam dan Era Reformasi, Jakarta: Pustaka Panjimas, Juni 1989, h. 220-221.
50
harian Adil yang dipimpin oleh Syamsuddin Sutan Makmur, akhirnya dipimpin oleh Firdaus (nama samaran Harun al-Rasyid).19 Di samping harian tersebut, terbit juga majalah di Indonesia yang bernuansa Islam periode awal seperti Pembela Islam, Semangat Islam, dan AlLisan.20 Di Medan (Sumatra Utara) banyak terbit majalah-majalah Islam di antaranya Soeloeh Islam (3 kali sebulan), Medan Islam (Organ Al-Jam’iyatul Washliyah), Dewan Islam di bawah pimpinan Arsyad Thalib Lubis yang banyak menguraikan perbandingan antara ajaran Islam dan Kristen. Selain itu juga ada Menara Putri (Rangkayo Rasuna Said), majalah mingguan Panji Islam (di bawah pimpinan Zainah Abidin Ahmad) dan Pedoman Masyarakat (di bawah pimpinan Asbiran Ya’koeb, kemudian Hamka dan M. Yunan Nasution). Kedua majalah tersebut tersebar luas di Indonesia dan masingmasing bisa mencapai tiras sampai 5.000 eksemplar setiap terbit, suatu tiras yang sudah termasuk rekor pada waktu itu. 21 Kedua majalah ini sama-sama bercorak Islam, namun juga terdapat sedikit perbedaaan. Majalah Panji Islam banyak mengarahkan perhatiannya ke segi politik Islam, sedangkan Pedoman Masyarakat lebih banyak mengarah ke dakwah. Kedua majalah ini dapat
19
Yunan Nasution, “Peranan Media Pers Islam, h. 221.
20
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Anzah,
2008, h. 197. 21
Yunan Nasution, “Peranan Media Pers Islam, h. 221.
51
bertahan terbit masing-masing selama 7 tahun dan terhenti karena masuknya tentara pendudukan Jepang ke Indonesia.22 Ada satu hal yang mengembirakan di kalangan pemuda atau mahasiswa yang belajar di sekolah-sekolah kolonial. Para pemuda dan mahasiswa tersebut berhasil menerbitkan majalah yang berbahasa Belanda, di antaranya majalah Het Licth (cahaya) yang diterbitkan oleh pengurus besar Jong Islamitten Bond (JIB), dan majalah Moslimse Reveil yang diterbitkan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam (Studenten Islam Vereniging).23 Adapun di zaman kemerdekaan, pernah terbit majalah Islam yang berjaya seperti Gema Islam. Sekarang juga terbit majalah seperti Risalah, Suara Masjid, Al-Muslimun, Panji Masyarakat, Amanah, Kiblat, Risalah Ulumul Qur’an, Ummat, Sabili, Hidayatullah, Ummi, Nurani, Aula dan Tabloid Massa.24 Terbit juga majalah Islam, di antaranya Harmonis dan Serial Media Dakwah dan lain-lain. 25 Tetapi tiras majalah-majalah tersebut sangat tidak seimbang dengan jumlah umat Islam di Indonesia. Kurang maraknya tiras majalah atau media cetak dakwah Islamiyah ini suatu hal yang
22
Yunan Nasution, “Peranan Media Pers Islam, h. 222.
23
Ibid., h. 222-223.
24
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Anzah,
2008, h. 197. 25
Yunan Nasution, “Peranan Media Pers Islam, h. 223.
52
memprihatinkan di tengah derasnya masuk penerbitan buku-buku dan majalah asing yang membawa dampak negatif bagi keberlangsungan budaya Islam. 26 Bahkan di antara penerbitan tersebut ada yang seperti “hidup segan mati tak mau”. Seperti majalah Panji Masyarakat, Amanah, Hidayatullah dan Al-Muslimun yang mengalami masa surut dan ada beberapa diantaranya yang berujung pada kematian. Akhirnya kaum muslim membaca media massa umum yang tidak memiliki misi dakwah. 27 Oleh sebab itu, media massa perlu mendapat dukungan umat Islam. Kebanyakan media massa muslim atau pers Islam mengalami pasang surut, yang berakhir dengan ditutupnya media massa tersebut. Hingga saat ini, belum ada media massa cetak Islam atau milik umat muslim yang dapat bertahan hingga 50 tahun. Bisa bertahan sampai 25 tahun saja sudah beruntung, bahkan sebagian hanya bertahan 2-7 tahun. Seperti jurnal Ulumul Qur’an yang hanya bertahan samapi 5 tahun, sedangkan majalah GOZian yang bertahan tidak lebih dari 3 edisi saja. 28 Selain majalah tersebut, pada zaman kemerdekaan sudah pernah juga tebit surat kabar harian yang masuk dalam kategori media pers Islam, di antaranya harian Abadi (Masyumi) yang dibredel ketika terjadi peristiwa Malari (1974). Pada zaman itu di Jakarta terbit juga harian Duta Masyarakat 26
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran, h. 197-198.
27
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010, h. 161. 28
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah, h. 162.
53
(Nahdatul ‘Ulama), Mercu Suar (Muhammadiyah) dan Nusa Putera (PSII). Sedangkan di Medan terbit harian Islam Berjuang (pemimpin M. Yunan Nasution/M.A. Hanafiah Lubis). Di Jogyakarta terbit harian Jihad (Masyumi) di bawah pimpinan A. Gaffar Ismail dan kawan-kawan. 29 Selain itu, juga ada surat kabar Pelita dan Republika, yang mengusung nilai-nilai Islam bagi kemakmuran bangsa dan kaum muslim secara luas, bukan bersifat golongan atau parokial. Republika mengangkat isuisu nasional sebagai headline, namun sering juga mengangkat isu-isu umat Islam. Hal ini membawa optimisme kaum muslim karena masih ada pengendali opini umat Islam yang cukup besar. Umat Islam akan membentuk sikap dan perilakunya seiring dengan apa yang disuarakan dalam opini dari figur publik yang mereka pandang sebagai acuan pendapat.30 Jika melihat pertumbuhan dan perkembangan pers Islam tersebut, maka pers Islam ini harus terus berbenah diri mengikuti tuntutan para pembacanya. Salah satu caranya adalah dengan memenuhi tuntutan kebutuhan akan informasi keagamaan yang sekarang nampak semakin meningkat. Pers Islam sekarang hadir dengan penuh nuansa, tetapi tetap memelihara nilai-nilai agama, baik secara tekstual maupun kontekstual, menyampaikan pesan spiritual lewat bahasa yang lebih universal. Inilah cara lain dalam menterjemahkan prinsip dasar dakwah Islam, yaitu dengan menggunakan 29
Yunan Nasution, “Peranan Media Pers Islam, h. 223.
30
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah, h. 161.
54
bahasa kaum di mana komunikasi itu berlangsung dan pers adalah salah satu medianya. 31 3. Gambaran Majalah Suara Hidayatullah sebagai Pers Islam di Indonesia a. Hidayatullah Sebagai Ormas Islam Hidayatullah pada masa awal merupakan sebuah pondok pesantren (ponpes) yang didirikan oleh (alm) Ustadz Abdullah Said di Balikpapan pada tanggal 7 Januari 1973 atau 2 Dzulhijjah 1392 H. Dalam perjalannya, ponpes ini berkembang dan memperluas kegiatannya di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi, seperti mendirikan Baitul Maal Hidayatullah, Muslimat Hidayatullah (Mushida) dan Induk Koperasi Hidayatullah (Inkophida). Pendirian ponpes juga meluas ke berbagai wilayah di Nusantara.32 Dakwah adalah program utama sejak awal perlangkahan Hidayatullah. Pengiriman santri untuk berdakwah ke daerah-daerah adalah model pendidikan yang harus dilalui. Dengan doktrin (Alm) Ust. Abdullah Said sebagai pendiri, yaitu “Allah di sini sama dengan Allah yang di Papua” menjadi pelecut semangat untuk berdakwah di rimba manapun. Adapun ciri-ciri da’i Hidayatullah adalah penuh semangat juang, kesederhanaan dan siap untuk terjun pada kondisi yang ganas sekalipun. 31
32
Asep S Muhtadi, “Pers dan Penyebaran Pesan, h. 72-73.
Sumber diperoleh dari Abdullah Khadirin (Sekertaris Redaksi Majalah Suara Hidayatullah) Manajemen Majalah Suara Hidayatullah, dikirim via email pada hari Kamis, 11 April 2013 pada pukul 10:13 WIB.
55
Eksistensi Hidayatullah di berbagai tempat adalah upaya untuk membangun jaringan dakwah yang luas dan mampu menyentuh dan melayani seluruh lapisan umat. Hidayatullah berupaya memposisikan da’i sebagai missionaris of Islam sehingga sosok da’i adalah sosok yang memiliki karakterisitik unggul membangun peradaban yang seimbang antara duniawi dan ukhrawi. 33 Sejak tahun 1978, Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Hidayatullah (STIM-HIDA) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di Balikpapan. Lembaga pendidikan ini fokus pada pengkaderan da’i dengan memberikan beasiswa penuh bagi mahasiswa STAIL dan STIS dengan pola ikatan dinas. Da’i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga tiga tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada. Mulai tahun 1998, lembaga pendidikan kader da’i ini telah menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah terutama Indonesia Timur dan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di Indonesia
33
Da’i dan Da’iyah Hidayatullah, Menjemput Pertolongan Allah, Jakarta: Pustaka Inti dan Baitul Maal Hidayatullah, 2005, h. 145-146.
56
dengan 50 diantaranya adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kader da’i. Lembaga pendidikan Hidayatullah ini hampir ada di semua daerah yang meliputi taman anak-anak dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Selain itu juga ada tiga perguruan tinggi yang ada di Surabaya, Balikpapan dan Depok. Pada musyawarah Nasional I tanggal 9-13 Januari 2000, lembaga
Hidayatullah
meresmikan
bentuk
organisasinya
menjadi
organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menegaskan sebagai gerakan perjuangan Islam dengan dakwah dan pendidikan sebagai program utamanya. Jaringan kerja Hidayatullah meluas dan memilki perwakilan di 26 DPW (setingkat provinsi) dan 194 DPD (setingkat kabupaten/kota), yang mana 51 DPD terdapat di Pulau Jawa dan 143 di luar Pulau Jawa. 34 Adapun visi Hidayatullah adalah membangun peradaban Islam. sedangkan misi adalah mencapai ridho Allah SWT yang diupayakan melalui: 1) Penegakkan kalimat tauhid, dengan lahirnya masyarakat Qur’ani. 2) Pelaksanaan syariat Islam oleh segenap kaum muslimin. 34
Sumber diperoleh dari Abdullah Khadirin (Sekertaris Redaksi Majalah Suara Hidayatullah) Manajemen Majalah Suara Hidayatullah, dikirim via email pada hari Kamis, 11 April 2013 pada pukul 10:13 WIB.
57
3) Perwujudan kekuatan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan. 4) Lahirnya kader-kader untuk gerakan amar ma’ruf nahi munkar. 5) Meningkatnya harkat dan martabat manusia. 35 b. Sejarah Singkat Terbentuknya Majalah Suara Hidayatullah Terbitnya majalah Islam Suara Hidayatullah tidak lepas dari sejarah didirikannya Pesantren Hidayatullah. Almarhum Ustadz Abdullah Said, pendiri Pesantren Hidayatullah, mempunyai obsesi yang besar untuk menyebarkan para dai ke pelosok wilayah serta menerbitkan majalah sebagai sarana dakwah. Beliau beranggapan bahwa media cetak termasuk media dakwah yang sangat efektif. 36 Majalah Hidayatullah sendiri berada dalam naungan salah satu badan usaha di lingkungan Hidayatullah yang menggarap bidang pers, yakni PT Lentera Jaya Abadi. Awalnya majalah ini hanya berupa buletin hasil karya beberapa santri di Pesantren Hidayatullah Balikpapan. Karena mengingat begitu strategisnya posisi dakwah bil qalam melalui media massa, buletin tersebut terus dikembangkan. Hingga akhirnya sejak tahun baru Islam, tepatnya tanggal 1 Muharram 1409 Hijriah atau 15 Mei 1988, buletin tersebut mengalami perubahan ke dalam format majalah yang berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur. Dalam perkembangannya, 35
http://Hidayatullah.or.id/in/profil-topmenu-101/visi-dan-misi.html (online 23
April 2013). 36
Dadang Kusmayadi, “Tonggak-Tonggak Sejarah Majalah Hidayatullah,” Suara Hidayatullah, No. 1, Mei 2008, h. 90.
58
majalah ini kemudian membuka kantor perwakilan pemasaran dan redaksi di Jakarta pada 1994.37 Majalah ini berisi tentang problematika dan dinamika dakwah, baik di Indonesia maupun dunia. Di dalamnya ada rubrik wawancara dengan tokoh ternama, kajian al-Qur’an dan Hadits, kisah kepahlawanan perjuangan da’i di berbagai pelosok tanah air, hingga masalah keluarga dan kesehatan. Menyadari
perkembangan
teknologi
informasi,
majalah
Hidayatullah merambah ke versi internet pada januari 1996 dengan menumpang pada website pribadi milik mahasiswa Indonesia yang kuliah di Inggris. Sembilan bulan kemudian, tepatnnya Oktober 1996, majalah ini baru memiliki alamat situs resmi di www.Hidayatullah.com yang memilki konten senada dengan versi majalah.38 c. Majalah Suara Hidayatullah sebagai Media Dakwah Islam Majalah Suara Hidayatullah merupakan salah satu majalah Islam di Indonesia. Majalah ini merupakan salah satu media cetak yang membawa simbol-simbol Islam. Dalam penyebutannya, majalah Suara Hidayatullah biasa disingkat dengan majalah Hidayatullah.
37
Sumber diperoleh dari Abdullah Khadirin (Sekertaris Redaksi Majalah Suara Hidayatullah) Manajemen Majalah Suara Hidayatullah, dikirim via email pada hari Kamis, 11 April 2013 pada pukul 10:13 WIB. 38
Sumber diperoleh dari Abdullah Khadirin (Sekertaris Redaksi Majalah Suara Hidayatullah) Manajemen Majalah Suara Hidayatullah, dikirim via email pada hari Kamis, 11 April 2013 pada pukul 10:13 WIB.
59
Selain itu, majalah yang terbit sebulan sekali ini memiliki ciri khas, yaitu keberpihakan yang kuat kepada umat Islam. Hal ini sesuai dengan moto majalah ini sendiri, yaitu “jaringan masyarakat bertauhid”. Moto tersebut menunjukkan bahwa majalah ini mempunyai karakter visi dan misi tersendiri, yaitu membentuk masyarakat bertauhid. Adapun kebijakan redaksional majalah Suara Hidayatullah pada umumnya tidak berbeda dengan kebijakan redaksional media-media lain, yaitu berusaha bekerja sesuai etika jurnalistik dan undang-undang pers. Namun majalah Suara Hidayatullah juga memiliki kebijakan redaksional yang berbeda dengan media lainnya, yaitu tidak melanggar kaidah syar’i. Oleh karena itu, kriteria isi yang diangkat dalam tulisan di majalah Suara Hidayatullah adalah segala hal yang menyangkut kehidupan manusia yang dikupas dari sudut pandang Islam. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mahladi sebagai berikut: “Kebijakan Redaksinal majalah Suara Hidayatullah tidak berbeda dengan kebijakan redaksional media-media lain. Kami berusaha bekerja sesuai etika jurnalistik, undang-undang pers, dan tidak melanggar kaidah syar’i. Adapun kriteria isi dalam majalah Suara Hidayatullah adalah mengupas dari sudut pandang Islam”39 Meskipun membahas segala hal yang menyangkut kehidupan manusia, namun majalah Suara Hidayatullah tidak mengangkat isu yang sedang berkembang dalam masyarakat. Jika majalah yang terbit bulanan ini
39
Wawancara dengan Mahladi Hidayatullah) via email, 23 April 2013.
(Pemimpin
Redaksi
Kelompok
Media
60
meembahas atau memberitakan isu yang sedang berkembang, maka informasi tersebut akan ketinggalan dibandingkan dengan media cetak harian atau media elektronik yang selalu memberikan informasi up to date setiap hari. Hal ini juga diutarakan oleh Mahladi ketika diwawancarai via telpon seagai berikut: “Majalah Hidayatullah adalah majalah Bulanan. Kalau majalah bulanan itu harus mengikuti isu yang berkembang, otomatis ketinggalan. Misalnya sekarang ini isu yang paling hangat dan berkembang dalam masyarakat itu seperti meninggalnya Ustadz Jefri. Jika berita tentang meninggalnya Ustadz Jefri kami beritakan, maka akan ketinggalan. Karena itu kami tidak mengikuti perkembangan isu yang berkembang. Karena itulah di majalah itu, persentase berita itu sedikit sekali, hanya sekitar 20%, selebihnya adalah kajian.”40 Klasifikasi rubrik atau kolom yang ada dalam majalah Suara Hidayatullah terdiri dari news/feature (20 %) dan artikel/opini/kajian (80 %).41 Adapun rinciannya sebagai berikut:42 1) Rubrik kajian : Kajian Utama, Hikmah, Mutiara Qur’an dan Mutiara Hadist. 2) Rubrik Liputan : Laporan Khusus, Ihwal, Perjalanan dan Silaturahim 3) Rubrik Tokoh : Figur, Serial Da’i dan Profil.
40
(Pemimpin
Redaksi
Kelompok
Media
41
(Pemimpin
Redaksi
Kelompok
Media
Wawancara dengan Mahladi Hidayatullah) via telpon, Senin, 29 April 2013. Wawancara dengan Mahladi Hidayatullah) via email, 23 April 2013. 42
Sumber diperoleh dari Abdullah Khadirin (Sekertaris Redaksi Majalah Suara Hidayatullah) Manajemen Majalah Suara Hidayatullah, , dikirim via email pada hari Rabu, 24 April 2013 pada pukul 11:46 WIB.
61
4) Rubrik Jendela Keluarga : Mar’ah, Usrah, Profil Jendela Keluarga dan Kolom Parenting. Adapun struktur divisi/redaksi majalah Suara Hidayatullah adalah sebagai berikut:43 Gambar 4.1 Struktur Redaksi Kelompok Media Hidayatullah (KMH) KELOMPOK MEDIA HIDAYATULLAH Pemimpin Redaksi
Suara Hidayatullah/Al-Qolam Pemred
Redpel
Asredpel
PJI
PJ2
PJ3
PJ4 Sahid/Al-Qolam
HIDAYATULLAH NEWSROOM
Sumber: manajemen majalah Suara Hidayatullah
43
Sumber diperoleh dari Abdullah Khadirin (Sekertaris Redaksi Majalah Suara Hidayatullah) Manajemen Majalah Suara Hidayatullah, , dikirim via email pada hari Selasa, 23 April 2013 pada pukul 13:21 WIB.
62
Kelompok Media Hidayatullah (KMH) merupakan suatu kelompok yang menangani atau membawahi berbagai media yang dimiliki oleh
ormas
Hidayatullah.
Pemimpin
redaksi
Kelompok
Media
Hidayatullah adalah Mahladi. Adapun KMH mempunyai beberapa media, diantaranya majalah (Karimah dan Suara Hidayatullah) dan situs Hidayatullah. Masing-masing media tersebut mempunyai pemimpin redaksi masing-masing. Adapun pemimpin redaksi majalah Suara Hidayatullah adalah Dadang Kusmayadi. Di bawah pemred ada redaktur pelaksana, yaitu bidang yang mengawal kegiatan redaksi sehari-hari. Jadi pemred itu istilahnya seperti raja, sedangkan redpel itu seperti Perdana Menterinya. Redpel juga dibantu oleh asisten radaktur pelaksana. Karena majalah Suara Hidayatullah ini dikelola di dua tempat, di Jakarta dan Surabaya, sehingga redaktur pelaksana perlu wakil, yaitu asredpel. Di bawah redaktur pelaksana ada penanggung jawab rubrik (redaktur). Di bawah penanggung jawab rubrik ada reporter. Reporter ini tergabung dalam Hidayatullah newsroom.44 d. Distribusi Majalah Suara Hidayatullah di Indonesia Majalah Suara Hidayatullah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Jawa Timur (18%), Sulawesi (18%), Kalimantan (15%),
44
Wawancara dengan Mahladi (Pemimpin Hidayatullah) via telpon, Senin, 29 April 2013.
Redaksi
Kelompok
Media
63
Jawa Tengah dan DIY (10%), Sumatera (10%), Jawa Barat dan Banten (9%) dan DKI Jakarta (8%).45
Gambar 4.2 Distribusi majalah Suara Hidayatullah Jawa Timur
Sulawesi
Kalimantan
Jawa Tengah dan DIY
Sumatera
Jawa Barat dan Banten
11% 22% 13%
13% 22%
19%
Sumber: manajemen majalah Suara Hidayatullah Dengan segmen pembaca khusus, menjadi alat seleksi tersendiri bagi nilai sebuah produk maupun jasa yang akan ditawarkan pada masyarakat.
Kepercayaan
yang
diberikan
oleh
perusahaan
yang
mempromosikan produknya di majalah Suara Hidayatullah merupakan
45
Sumber diperoleh dari Abdullah Khadirin (Sekertaris Redaksi Majalah Suara Hidayatullah), Manajemen Majalah Suara Hidayatullah, dikirim via email pada hari Kamis, 11 April 2013 pada pukul 10:13 WIB.
64
bukti bahwa pembaca potensial majalah Suara Hidayatullah patut diperhitungkan.46
B. Hasil Penelitian Subbab ini berisi mengenai pembahasan yang menyangkut data yang telah dipaparkan penulis pada bab sebelumnya, sekaligus menjawab pertanyaanpertanyaan yang terjabar dalam rumusan masalah. Sebelum melangkah pada penyajian data yang akan dianalisis, terlebih dahulu penulis menampilkan data dan informasi yang dikumpulkan, diuraikan berdasarkan konstruksi kategori dan kemudian menganalisis data dan informasi tersebut. Sampel yang diteliti adalah rubrik kajian yang terdapat dalam majalah Suara Hidayatullah edisi Mei 2011 sampai dengan edisi April 2012. Rubrik kajian utama ini merupakan rubrik yang mengkaji sesuatu yang dibutuhkan masyarakat dalam sudut pandang Islam. Adapun rubrik kajian tersebut terdiri dari rubrik Kajian Utama, rubrik Mutiara Qur’an, rubrik Mutiara Hadis dan rubrik Hikmah. Dengan demikian, jumlah keseluruhan rubrik yang dijadikan sampel adalah 48 rubrik. Untuk lebih jelasnya, sampel penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
46
Pusdok Majalah Suara Hidayatullah, “Profil Majalh Suara Hidayatullah Tahun 2011”, Suara Hidayatullah, No. 1, Mei 2011.
65
Tabel 4.1 Judul Sampel dan Edisi Terbit
NO
EDISI
Edisi 1
Mei
RUBRIK
JUDUL
Kajian Utama
Carilah Hartamu untuk Akhiratmu!
Mutiara Qur’an
Meniti Tangga Takwa
Mutiara Hadist
Nasib Pendusta di Akhir Zaman
Hikmah
Saat Imam Ahmad Berbeda dengan Imam Syafi’i
Kajian Utama
Jadilah Pribadi Bijaksana
Mutiara Qur’an
Syukur Boleh, Kufur Silahkan
Mutiara Hadist
Mau Selamat, Jauhi Pluralisme Agama
Hikmah
Jangan Rakus Memberi Fatwa
Kajian Utama
Cerdas Sejati, CerdasUkhrawi
Mutiara Qur’an
Ilmu Dulu Baru Alam
Mutiara Hadist
Bertanya pun Ada Batasnya
Hikmah
Satu Bidang Ilmu Saja Tak Cukup
Kajian Utama
Puasamu, Perisaimu!
Mutiara Qur’an
Ramadhanku, Madrasahku
Mutiara Hadist
Melimpahnya Berkah Saat Sahur
Hikmah
Ketika Lapar Membawa Khasiat
Kajian Utama
Dahsyatnya Memaafkan
2011
Edisi 2
Juni 2011
Edisi 3
Juli 2011
Edisi 4
Agustus 2011
5
Edisi
66
September
Mutiara Qur’an
Kiat Beristiqamah Berislam
Mutiara Hadist
Kenapa Bilanng Syariat Islam itu Sulit?
Hikmah
Berkorban Dulu, Menang Kemudian
Kajian Utama
Jadilah Pendengar, Bukan Pembual
Mutiara Qur’an
Karakteristik Pemuda Islam Kontemporer
Mutiara Hadist
Cara Allah Mengistimewakan Orang Beriman
Hikmah
Berhaji dengan Sedekah
Kajian Utama
Jadilah Pewaris Kebaikan
Mutiara Qur’an
Kalau Benar Cinta Ikuti Nabi!
Mutiara Hadist
Berzikirlah, Maka Gelisahpun Hilang
Hikmah
Bershalawat Cara Ahli Hadis
Kajian Utama
Berbagilah Maka Anda Akan Bahagia
Mutiara Qur’an
Menghisab Diri, Sebelum Dihisab
Mutiara Hadist
Berdusta Tanpa Disadari
Hikmah
Bijak Menyikapi Kebenaran
Kajian Utama
Bangun Mental Mandiri
Mutiara Qur’an
Mari Jemput Kemenangan
Mutiara Hadist
Jangan Dikerjakan Jika Tak Berguna
2011
6
7
Edisi Oktober 2011
Edisi November 2011
Edisi 8
Desember 2011
Edisi 9
Januari 2012
67
Edisi 10
Hikmah
Ikhlas dengan Menyembunyikan Amalan
Kajian Utama
Cegah Kemungkaran dengan Dakwah
Mutiara Qur’an
Orientasi Hidup Seorang Muslim
Mutiara Hadist
Mudahnya Meraih Pertolongan Allah
Hikmah
40 Tahun Belajar Diam
Kajian Utama
Jadilah Dalang, Jangan Jadi Wayang
Mutiara Qur’an
Masjid adalah Sumber Kebaikan
Mutiara Hadist
Sikap Syar’i Terhadap Sahabat
Hikmah
Pemimpin Amanah Rakyat Berkah
Kajian Utama
Melihat dengan Mata Hati
Mutiara Qur’an
Kebaikan yang Sia-Sia
Mutiara Hadist
Jangan Salah Memilih Idola
Hikmah
Menangkis Godaan Harta dengan Perjuangan
Pebruari 2012
Edisi 11
Maret 2012
Edisi 12
April 2012
Sumber: Hasil Analisis 1. Reliabilitas Koding Dalam penelitian analisis isi, reliabilitas koding perlu dilakukan untuk mencapai objektifitas penelitian. Untuk menguji reliabilitas penelitian, peneliti menggunakan rumus Ole R. Holsty. Oleh karena itu, peneliti menunjuk seseorang sebagai coder. Dalam penelitian ini, penulis memilih Ahmad Faruqi (alumni mahasiswa Jurusan Dakwah Program Studi
68
Komunikasi dan Penyiaran Islam) sebagai coder. Alasan penulis memilih Ahmad Faruqi sebagai coder adalah sebagai berikut: 1. Karena melihat latar belakang pendidikan Ahmad Faruqi yang berasal dari pondok pesantren, sehingga Ahmad Faruqi sudah menguasai dan memahami materi yang berhubungan dengan kategorisasi yang telah ditetapkan penulis, yaitu masalah akidah, syariah dan akhlak. 2. Karena Ahmad Faruqi merupakan mahasiswa alumni jurusan Dakwah program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, sehingga Ahmad Faruqi sudah pernah mendapatkan dan mempelajari masalah metodologi penelitian komunikasi, termasuk metode analisis isi. Hal ini dapat mempermudah coder ketika mengisi coding sheet yang diberikan peneliti. Hasil pengkodingan antara peneliti dan coder tersebut akan dibandingkan dengan menggunakan rumus Holsty, yaitu:47 2M CR = N1 + N2
Dari hasil penelitian yang dilakukan antara coder dan peneliti terhadap 48 rubrik yang telah ditetapkan, diperoleh 38 rubrik yang disetujui oleh coder dan peneliti. Dengan demikian terdapat perbedaan dalam
47
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 234-235.
69
pengkodingan kategorisasi antara periset dengan coder sebesar 10 item. Hasil tersebut dimasukkan dalam rumus Holsty sebagai berikut: 2 (38) CR = 48 + 48 = 76 / 96 = 0.79 Hasil yang diperoleh dari rumus di atas adalah 0.79 disebut Observed Agreement (persetujuan yang diperoleh dari hasil penelitian). Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reliabilitas kategorisasi adalah 0.75. Dengan demikian, kategorisasi yang dibuat oleh peneliti pada penelitian ini sudah mencapai tingkat keterandalan atau keterpercayaan, sehingga penelitian dapat dilanjutkan. 2. Nilai-Nilai Dakwah dalam Majalah Suara Hidayatullah Pada subbab ini, peneliti akan menganalisis nilai-nilai dakwah yang terkandung dalam rubrik kajian yang ada dalam majalah Suara Hidayatullah. Penelitian ini ingin melihat bagaimana aktivitas dakwah bil qalam yang dilakukan dalam suatu majalah. Data yang diolah berupa artikel yang ada dalam setiap rubrik Kajian yang mengandung nilai-nilai dakwah. Dalam menganalisis isi pesan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis isi yang akan dianalisis secara kuantitatif.
70
Untuk mengetahui nilai-nilai dakwah rubrik Kajian yang ada dalam majalah Suara Hidayatullah, maka peneliti melakukan analisis data yang mengacu pada kategorisasi nilai dakwah, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui nilai dakwah yang dominan dalam majalah Suara Hidayatullah. Adapun pesan dakwah yang mengandung nilai akidah frekuensinya sebesar 16, pesan dakwah yang mengandung nilai syariah frekuensinya sebesar 16, dan pesan dakwah yang mengandung nilai akhlak frekuensinya sebesar 16. Adapun rincian dari rubrik-rubrik yang masuk kategori akidah, syariah dan akhlak menurut kesepakan peneliti dan coder dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Rincian Kategori Nilai Dakwah No
Rubrik
Judul AKIDAH
1
Kajian Utama
Carilah Hartamu untuk Akhiratmu!
2
Mutiara Hadist
Nasib Pendusta di Akhir Zaman
3
Mutiara Qur’an
Syukur Boleh, Kufur Silahkan
4
Mutiara Hadist
Mau Selamat, Jauhi Pluralisme Agama
5
Kajian Utama
Cerdas Sejati, Cerdas Ukhrawi
6
Mutiara Hadist
Bertanya pun Ada Batasnya
7
Mutiara Qur’an
Kiat Beristiqamah Berislam
8
Mutiara Qur’an
Karakteristik Pemuda Islam Kontemporer
71
9
Mutiara Hadist
Cara Allah Mengistimewakan Orang Beriman
10
Mutiara Qur’an
Menghisab Diri, Sebelum Dihisab
11
Mutiara Qur’an
Orientasi Hidup Seorang Muslim
12
Mutiara Hadist
Sikap Syar’i Terhadap Sahabat
13
Hikmah
Pemimpin Amanah Rakyat Berkah
14
Kajian Utama
Melihat dengan Mata Hati
15
Mutiara Qur’an
Kebaikan yang Sia-Sia
16
Hikmah
Menangkis Godaan Harta dengan Perjuangan SYARIAH
1
Hikmah
Jangan Rakus Memberi Fatwa
2
Mutiara Qur’an
Ilmu Dulu Baru Amal
3
Hikmah
Satu Bidang Ilmu Saja Tak Cukup
4
Kajian Utama
Puasamu, Perisaimu!
5
Mutiara Qur’an
Ramadhanku, Madrasahku
6
Mutiara Hadist
Melimpahnya Berkah Saat Sahur
7
Mutiara Hadist
Kenapa Bilang Syariat Islam itu Sulit?
8
Hikmah
Berhaji dengan Sedekah
9
Kajian Utama
Jadilah Pewaris Kebaikan
10
Mutiara Qur’an
Kalau Benar Cinta Ikuti Nabi!
11
Mutiara Hadist
Berzikirlah, maka Gelisahpun Hilang
12
Kajian Utama
Berbagilah Maka Anda Akan Bahagia
13
Mutiara Qur’an
Mari Jemput Kemenangan
72
14
Hikmah
Ikhlas dengan Menyembunyikan Amalan
15
Kajian Utama
Cegah Kemungkaran dengan Dakwah
16
Mutiara Qur’an
Masjid adalah Sumber Kebaikan AKHLAK
Mutiara Qur’an
Meniti Tangga Takwa
Hikmah
Saat Imam Ahmad Berbeda dengan Imam Syafi’i
3
Kajian Utama
Jadilah Pribadi Bijaksana
4
Hikmah
Ketika Lapar Membawa Khasiat
5
Kajian Utama
Dahsyatnya Memaafkan
6
Hikmah
Berkorban Dulu, Menang Kemudian
7
Kajian Utama
Jadilah Pendengar, Bukan Pembual
8
Hikmah
Bershalawat Cara Ahli Hadis
9
Mutiara Hadist
Berdusta Tanpa Disadari
10
Hikmah
Bijak Menyikapi Kebenaran
11
Kajian Utama
Bangun Mental Mandiri
12
Mutiara Hadist
Jangan Dikerjakan Jika Tak Berguna
13
Mutiara Hadist
Mudahnya Meraih Pertolongan Allah
14
Hikmah
40 Tahun Belajar Diam
15
Kajian Utama
Jadilah Dalang, jangan Jadi Wayang
16
Mutiara Hadist
Jangan Salah Memilih Idola
1 2
Sumber: Hasil Analisis
73
Berdasarkan hasil penghitungan, ditemukan hasil bahwa pesan dakwah yang mengandung nilai akidah persentasenya sebesar 33.33 %, pesan dakwah yang mengandung nilai syariah persentasenya sebesar 33.33 %, dan pesan dakwah yang mengandung nilai akhlak persentasenya juga sebesar 33.33 %. Untuk lebih jelasnya, persentase masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Rincian Hasil Penelitian Berdasarkan Kategorisasi Kategorisasi
Frekuensi
Persentase (%)
Akidah
16
33.33 %
Syariah
16
33.33 %
Akhlak
16
33.33 %
Total
N= 48
99.99 % ≈ 100 %
Sumber: Hasil Analisis Dari data dalam tabel 4.3, dapat diketahui bahwa tidak ada nilai dakwah yang paling dominan dalam rubrik Kajian yang ada dalam majalah Suara Hidayatullah. Semua kategori dalam majalah Suara Hidayatullah cenderung seimbang, karena masing-masing kategori memiliki frekuensi dan persentase yang sama besar, yaitu 33.33 %. Perbandingan dari ketiga kategori tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut.
74
Gambar 4.3 Perbandingan Tiga Kategori Nilai Dakwah 18
Akidah
Syariah
Akhlak
16
14 12
10 8
6
4 2
0 Akidah
Syariah
Akhlak
Sumber: Hasil Analisis Dengan
demikian,
dapat
diketahui
bahwa
majalah
Suara
Hidayatullah mengangkat materi dakwah yang sangat bervariasi. Setiap nilai dakwah tersebut, baik akidah, syariah maupun akhlak, memiliki kedudukan yang seimbang dan tidak ada yang mendominasi satu sama lain.
75
3. Karakteristik Pesan Dakwah dalam Majalah Suara Hidayatullah Setelah mengetahui nilai-nilai dakwah yang ada dalam rubrik Kajian, selanjutnya peneliti akan menganalisis karakteristik pesan majalah Suara Hidayatullah. Untuk mengetahui karakterisitik pesan yang dominan dalam rubrik kajian yang ada dalam majalah Suara Hidayatullah, maka peneliti melakukan analisis data yang mengacu pada setiap item atau subkategori dalam kategorisasi nilai dakwah, yakni: a. Akidah, yang meliputi subkategori iman kepada Allah SWT, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Rasul-Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha-qadhar. b. Syariah, yang meliputi subkategori ibadah (thaharah, sholat, zakat, puasa dan haji) dan muamalah (Al-Qanunul Khas / hukum perdata); muamalah / hukum niaga, munakahat / hukum nikah, waratsah / hukum waris, dan lain lain, serta Al-Qanunul ‘Am / hukum publik); hinayah / hukum pidana, khilafah / hukum negara, jihad / hukum perang dan damai, dan lain-lain). c. Akhlak, yang meliputi subkategori akhlak kepada Allah SWT dan akhlak kepada makhluk. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: a. Pesan Akidah dalam Majalah Suara Hidayatullah Akidah adalah segala sesuatu yang diwajibkan kepada setiap muslim untuk mempercayai atau meyakininya. Akidah menjadi acuan bagi ibadah, tingkah laku dan semua amal perbuatan setiap muslim, baik
76
yang menyangkut personal maupun sosial. 48 Sebagai suatu sistem keimanan atau kepercayaaan kepada Allah SWT, aqidah atau masalah keimanan ini telah ditentukan kerangkanya/rukun-rukunnya di dalam agama yang terangkum dalam Arkanul Iman (Rukun Iman). Pembahasan tentang keimanan serta rukun-rukunnya juga mejadi pembahasan dalam ilmu tauhid. 49 Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori nilai akidah menurut kesepakan peneliti dan coder yang dibagi ke dalam masing-masing subkategori: Tabel 4.4 Kategori Pesan Akidah Rubrik
Judul
Subkategori
Kajian Utama
Carilah Hartamu untuk Akhiratmu!
Iman kepada hari Akhir
Mutiara Hadist
Nasib Pendusta di Akhir Zaman
Iman kepada hari Akhir
Mutiara Qur’an
Syukur Boleh, Kufur Silahkan
Iman kepada Allah SWT
Mutiara Hadist
Mau Selamat, Jauhi Pluralisme Agama
Iman kepada Allah SWT
Kajian Utama
Cerdas Sejati, Cerdas
Iman kepada hari Akhir
48
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah Ilallah, cet. I, Jakarta: Studia Presss,
2002, h. 128. 49
Abdullah Zakiy al-Kaaf dan Maman Abdul Djaliel, Mutiara Ilmu Tauhid, cet I, Bandung: Pustaka Setia, 1999, h. 61.
77
Ukhrawi Mutiara Hadist
Bertanya pun Ada Batasnya
Iman kepada Allah SWT
Mutiara Qur’an
Kiat Beristiqamah Berislam
Iman kepada Allah SWT
Mutiara Qur’an
Karakteristik Pemuda Islam Kontemporer
Iman kepada Allah SWT Iman kepada Allah SWT
Mutiara Hadist
Cara Allah Mengistimewakan Orang Beriman
Mutiara Qur’an
Menghisab Diri, Sebelum Dihisab
Iman kepada hari Akhir
Mutiara Qur’an
Orientasi Hidup Seorang Muslim
Iman kepada hari Akhir
Mutiara Hadist
Sikap Syar’i Terhadap Sahabat
Iman kepada Alah SWT
Hikmah
Pemimpin Amanah Rakyat Berkah
Iman kepada hari Akhir
Kajian Utama
Melihat dengan Mata Hati
Iman kepada hari Akhir
Mutiara Qur’an
Kebaikan yang Sia-Sia
Iman kepada Allah SWT
Menangkis Godaan Harta dengan Perjuangan
Iman kepada Allah SWT
Hikmah Sumber: Hasil Analisis
78
Adapun berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan akidah yang dibagi ke dalam masing-masing subkategori: Tabel 4.5 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Akidah N = 16 No.
Kategorisasi Nilai Akidah
Frekuensi
Persentase (%)
1
Iman kepada Allah SWT.
9
56.25 %
2
Iman kepada Malaikat
-
0%
3
Iman kepada Kitab-Kitab
-
0%
4
Iman kepada Rasul-Rasul
-
0%
5
Iman kepada Hari Akhir
7
43.75 %
6
Iman kepada Qadha-Qadhar
-
0%
16
100 %
Total Sumber: Hasil Analisis
Dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa nilai akidah yang sering diangkat dalam majalah Suara Hidayatullah adalah tentang iman kepada Allah SWT dan iman kepada hari Akhir. Adapun nilai yang dominan pada kategori akidah yaitu berisi tentang iman kepada Allah SWT dengan persentase sebesar 56.25 %. Sedangkan iman kepada hari Akhir persentasenya sebesar 43.75 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut.
79
Gambar 4.4 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Akidah
56.25% 60.00%
43.75%
50.00% 40.00% Iman kepada Allah SWT
30.00%
Iman kepada hari Akhir
20.00% 10.00% 0.00%
Akidah
Sumber: Hasil Analisis 1) Iman Kepada Allah SWT Manusia merupakan hamba Allah SWT yang dikasihi dan dirahmati. Setiap hari manusia dapat merasakan nikmat yang luar biasa dari Allah SWT. Dengan demikian, manusia seharusnya banyak bersyukur kepada Sang Pemberi dengan selalu meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Iman (percaya) pada Allah SWT merupakan rukun iman yang pertama. Iman kepada Allah SWT adalah meyakini bahwa Allah itu ada, Esa dalam dzat-Nya, Esa dalam perbuatan-Nya, dan Esa dalam sifat-Nya. Menyatukan keyakinan dan
80
kepercayaan kepada Allah SWT disebut dengan Tauhid. 50 Beriman kepada Allah SWT berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan menerima segala apa yang diperintahkan-Nya dan apa yang dilarang-Nya sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. 51 Dalam majalah Suara Hidayatullah, salah satu rubrik yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT adalah rubrik Mutiara Qur’an dengan judul Syukur Boleh, Kufur Silahkan. Rubrik ini menguraikan makna firman Allah surat Al-Insan [76] ayat 3:
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”52 Dari rubrik tersebut
dijelaskan
bahwa ayat
di atas
mengandung makna bahwa keimanan kepada Allah SWT yang dimiliki oleh umat manusia merupakan as-sabil (jalan) yang lurus atau benar, karena keyakinan tersebut bukanlah tanpa dasar. Keyakinan ini
50
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah: Pedoman untuk Menjadi Mujahid Dakwah, cet. I, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, h. 148. 51
52
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah., h. 128.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1993, h. 1199.
81
muncul karena adanya kesadaran manusia bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia serta melengkapi kehidupan dunia ini dengan kenikmatan dan segala tawaran fasilitas dari-Nya. Dengan keyakinan tersebut, berarti manusia telah meyakini bahwa Allah SWT itu Esa dalam perbuaannya, karena hanya Dialah yang mampu melakukan hal tersebut. dengan keimanan yang dimilki manusia itulah nantinya akan mendorong
manusia
untuk
memilih
jalan
hidupnya,
apakah
mensyukuri nikmat tersebut atau malah kufur terhadap nikmat-Nya. Keimanan seperti ini disebut dengan tauhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah SWT sebagai pencipta, pemberi aturan/hukum dan sebagai pemelihara alam semesta. Selain tauhid Rububiyah, juga ada tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah merupakan keimanan terhadap Tuhan yang Esa sebagai satu-satunya tempat
menyembah atau
mengabdi,
memohon petunjuk
dan
pertolongan.53 Sebagai seorang muslim, keimanan kepada Allah SWT sudah menjadi kewajiban yang sangat mendasar. Semakin besar keimanan seseorang kepada Allah SWT, maka manusia akan semakin pandai bersyukur, begitu juga sebaliknya. 2) Iman Kepada Malaikat
53
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 148.
82
Iman kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua. Malaikat merupakan suatu makhluk ciptaan Allah SWT yang terbuat dari nur (cahaya). Malaikat disebut juga sebagai makhluk ghaib, sehingga tidak ada manusia yang mengetahui wujud atau bentuk fisik dan rupanya selain Allah SWT. Selain itu, malaikat adalah hamba Allah SWT yang sangat taat, berbakti dan senantiasa menuruti perintaNya, sehingga Allah SWT sangat memuliakan malaikat.54 Oleh sebab itu, setiap individu yang mengaku beriman wajib mengetahui dan mempercayai adanya malaikat. Iman kepada Malaikat Allah SWT yaitu meyakini dan beriman kepada malaikat-malaikat utusan Allah SWT dengan tugas yang khusus. 55 Iman kepada Malaikat berarti iman kepada wujudnya, hakikatnya, kedudukannya, tugas dan kewajibannya dalam sistem semesta.56 Malaikat sebenarnya berjumlah sangat banyak, namun malaikat yang wajib diketahui ada 10. Malaikat tersebut diantaranya malaikat Jibri, malaikat Mikail, malaikat Israfil, malaikat Izrail, malaikat Munkar, malaikat Nakir, malaikat Roqib, malaikat Atid, malaikat Malik dan malaikat Ridlwan. 57
54
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, cet. II, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, h. 89.
55
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 148-149.
56
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah Ilallah, h.129.
57
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 148-149.
83
3) Iman Kepada Kitab-Kitab Mempercayai atau meyakini kitab-kitab Allah SWT adalah rukun iman yang ketiga. Allah SWT menurunkan kitab-kitab tersebut agar digunakan sebagai pedoman atau pembimbing bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, manusia wajib beriman kepada kitab-kitab yang telah Allah turunkan kepada para Nabi-Nya. 58 Adapun Iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah meyakini bahwa Allah SWT telah memberikan kitab kepada para Nabi dan Rasul sebagai pedoman ajaran bagi manusia. Kitab-kitab yang wajib diimani tersebut diantaranya:59 a) Kitab Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud as. b) Kitab Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa as. c) Kitab Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa as. d) Kitab al-Qur’an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 4) Iman Kepada Rasul-Rasul
58
Abdullah Zakiy al-Kaaf dan Maman Abdul Djaliel, Mutiara Ilmu Tauhid., h.
59
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 149.
115.
84
Rasul merupakan manusia pilihan Allah SWT yang bertugas membawa syiar agama atau membimbing umat manusia kepada jalan yang benar dan diridhai Allah SWT. Setiap umat muslim wajib untuk beriman kepada Rasul sebagaimana yang tertuang dalam rukun iman yang keempat. Iman kepada Rasul-Rasul Allah SWT, yaitu meyakini bahwa Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia. Nabi dan Rasul yang wajib diketahui ada 25, diantaranya: Adam as, Idris as, Nuh as, Hud as, Sholeh as, Ibrahim as, Luth as, Ismail as, Ishaq as, Yaqub as, Yusuf as, Ayyub as, Dzulkifli as, Syuaib as, Yunus as, Musa as, Harun as, Ilyas as, Ilyasa as, Daud as, Sulaiman as, Zakaria as, Yahya as, Isa as, dan Muhammad SAW. 60 Para Rasul itu sudah dipersiapkan Allah SWT dengan ilmu dan hikmah yang telah diberikan-Nya. Mereka ditugaskan untuk menyampaikan wahyu Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, untuk mengubah kekafiran menjadi keimanan dan mengubah kesesatan menuju petunjuk. Oleh karena itu, wajib hukumnya beriman kepada Rasul agar iman kepada Allah SWT menjadi sempurna.61 5) Iman Kepada Hari Akhir
60
61
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. h. 149-150. Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 130-131.
85
Hari akhir adalah hari pada saat dunia hancur dan tiada lagi kehidupan. Pada saat itu, seluruh alam semesta ini akan hancur dan terjadi berbagai peristiwa yang sangat dahsyat dan menakutkan. Hari akhir dinamakan juga hari Kiamat.62 Sebagai orang yang beriman, setiap manusia wajib untuk beriman atau mempercayai adanya hari Kiamat. Adapun dalam al-Qur’an, perintah untuk beriman kepada Allah SWT selalu diiringi dengan perintah beriman kepada hari Kiamat. Salah satunya seperti dalam surat al-Baqarah [2] ayat 8 berikut:
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”63 Iman kepada hari Kiamat atau hari akhir yaitu meyakini bahwa ada kehidupan setelah kematian, ada kebangkitan kembali dan hisab. Iman kepada hari akhir juga berarti meyakini bahwa setiap makhluk di dunia ini ada batas akhirnya, ada ajalnya, dan seluruh
62
Abdullah Zakiy al-Kaaf dan Maman Abdul Djaliel, Mutiara Ilmu Tauhid, h.
211. 63
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 5.
86
sistem semesta ini akan mengalami kehancuran suatu saat nanti, sehingga alam semesta ini disebut sebagai alam fana. Selanjutnya seorang muslim juga harus mengimani bahwa setelah kehancuran semesta ini, Allah SWT akan membangkitkan kembali umat manusia untuk menjalani kehidupannya yang kedua. Jadi dunia ini hanya koridor untuk menuju kehidupan lain. 64 Allah SWT berfirman:
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.”(Ar-Ruum [30]: 27).65 Hari kiamat adalah akhir dari kehidupan, baik akhir kehidupan seseorangyang disebut mati/kiamat Sughro, atau akhir dari kehidupan di dunia atau alam semesta yang disebut dengan kiamat Kubro.66 Dalam majalah Suara Hidayatullah, salah satu rubrik yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT adalah rubrik Kajian Utama yang berjudul Carilah Hartamu untuk Akhiratmu. Rubrik ini berisi
64
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 133.
65
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 804.
66
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 150.
87
tentang pentingnya mengingat kehidupan masa depan, dalam hal ini adalah kehidupan akhirat. Hal ini karena kehidupan di dunia hanya sementara, sehingga segala yang dilakukan di dunia harus berorientasi kepada kehidupan akhirat. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah dalam hal mencari harta, karena hampir setiap orang pasti berharap memiliki harta yang berlimpah. Namun yang perlu diingat setiap muslim bahwa ternyata harta tersebut tidak selamanya membawa kebahagiaan. Jika salah dalam mengguanakan harta, maka harta
yang
dibangga-banggakan
tersebut
dapat
membawa
kesengsaraan di dunia maupun di akhirat. Jadi, rubrik ini lebih mengarahkan
umat
muslim
untuk
menggunakan
harta
yang
dimilikinya tidak hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat. Bagi umat muslim yang menggunakan hartanya dengan bijaksana untuk kepentingan di dunia maupun di akhirat, maka Allah akan memberikan balasan yang mulia di akhirat kelak. Seperti firman Allah SWT dalam sura at-Taubah [ 9] ayat 111 berikut:
88
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”67 6) Iman Kepada Qadha-Qadhar Seluruh makhluk tidak ada yang mengetahui takdir apa yang akan ditetapkan Allah SWT kepadanya. Namun, manusia wajib berikhtiar
untuk
mencapai apa
yang dicita-citakannya,
yaitu
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hal ini nerkaitan dengan rukun iman yang keenam, yaitu iman kepada qadha dan qadhar. Qadha adalah kepastian, dan qadhar adalah ketentuan. Kedua ditetapkan Allah SWT untuk seluruh mahluk-Nya. Setiap manusia wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, baik sengaja maupun tidak sengaja, telah ditetapkan oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib beriman kepada qadha dan qadhar Allah SWT. Iman kepada qadha-qadhar, yaitu mengembalikan setiap masalah kepada Allah SWT dengan keyakinan bahwa apa yang terjadi pada manusia dalam kehidupan ini dapat terjadi dan akan terjadi sebagaimana qadha dan qadhar (ketentuan) Allah SWT. Seorang muslim harus menerima segala ketentuan Allah SWT dengan hati yang ikhlas dan selalu memohon kepada Allah SWT untuk
67
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 389.
89
memperoleh kekuatan dalam menghadapinya, karena seseorang tidak mengetahui apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.68 b. Pesan Syariah dalam Majalah Suara Hidayatullah Syariah adalah serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas manusia muslim di dalam semua aspek kehidiupannya, yang mengatur antara yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, antara yang halal atau haram, dan sebagainya. Syariah juga menyangkut masalah hubungan manusia dengan Allah SWT (hablum minallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablum minannas).69 Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori nilai syariah menurut kesepakan peneliti dan coder yang dibagi ke dalam masing-masing subkategori: Tabel 4.6 Kategori Pesan Syariah Rubrik
Judul
Subkategori
Hikmah
Jangan Rakus Memberi Fatwa
Muamalah
Mutiara Qur’an
Ilmu Dulu Baru Amal
Muamalah
Hikmah
Satu Bidang Ilmu Saja Tak Cukup
Muamalah
68
69
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 134. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 146.
90
Kajian Utama
Puasamu, Perisaimu!
Ibadah
Mutiara Qur’an
Ramadhanku, Madrasahku
Ibadah
Mutiara Hadist
Melimpahnya Berkah Saat Sahur
Ibadah
Mutiara Hadist
Kenapa Bilang Syariat Islam Ibadah itu Sulit?
Hikmah
Berhaji dengan Sedekah
Ibadah
Kajian Utama
Jadilah Pewaris Kebaikan
Ibadah
Mutiara Qur’an
Kalau Benar Cinta Ikuti Nabi!
Ibadah
Mutiara Hadist
Berzikirlah, maka Gelisahpun Hilang
Ibadah
Kajian Utama
Berbagilah Maka Anda Akan Bahagia
Ibadah
Mutiara Qur’an
Mari Jemput Kemenangan
Ibadah
Hikmah
Ikhlas dengan Menyembunyikan Amalan
Muamalah
Kajian Utama
Cegah Kemungkaran dengan Dakwah
Muamalah
Mutiara Qur’an
Masjid adalah Sumber Kebaikan
Ibadah
Sumber: Hasil Analisis Adapun berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan syariah yang dibagi ke dalam masing-masing subkategori: Tabel 4.7 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Syariah N = 16
91
No.
Kategorisasi Nilai Syariah
Frekuansi
Persentase (%)
1
Ibadah
11
68.75 %
2
Muamalah
5
31.25 %
Total
15
100 %
Sumber: Hasil Analisis Dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa nilai yang dominan pada kategori Syariah yaitu tentang ibadah dengan persentase sebesar 68.75 %. Sedangkan muamalah mendapatkan persentase sebesar 31.25 %. Untuk lebih jelasnya, rincian hasil penelitian dari kategorisasi pesan Syariah dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 4.5 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Syariah
31.25% 68.75% Muamalah
Syariah
Ibadah
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
Sumber: Hasil Analisis 1) Ibadah Ibadah adalah refleksi dari akidah, menerjemahkan iman dalam tindakan nyata. Ibadah ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Ibadah dalam maknanya yang terperinci (khusus) adalah
92
melaksanakan semua rukun Islam dan tidak mengabaikannya. 70 Semua ibadah yang tercantum dalam rukun Islam merupakan ibadah yang difardhukan oleh Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya. Selain ibadah fardhu (wajib), juga ada ibadah yang disunahkan bagi umat muslim yang disebut dengan ibadah nawafil (tambahan). Ibadah ini juga menyerupai dengan ibadah wajib, seperti dzikir, shalat sunnah, puasa sunnah, bersedekah dan umrah.71 Dalam majalah Suara Hidayatullah, salah satu rubrik yang berkaitan dengan ibadah adalah rubrik Kajian Utama yang berjudul Puasamu Perisaimu. Rubrik ini berisi tentang penjelasan mengenai ibadah puasa. Ibadah puasa, khususnya puasa Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap orang yang beriman untuk memperkuat perisainya masing-masing supaya tahan godaan, tahan ancaman, tahan uji dan tahan emosi. Hal ini mengingat bahwa perjuangan melawan hawa nafsu merupakan perjuangan yang sangat besar dan tidak mudah bagi setiap orang. Oleh karena itu, untuk menjaga dan membentengi diri seorang muslim dari hawa nafsu tersebut, salah satu caranya adalah dengan berpuasa. Jika seseorang konsisten dalam melaksanakn ibadah, khususnya di bulan Ramadhan, maka akan terjadi perubahan pada struktur kepribadian seseorang, baik dari segi pola pikir, karakter 70
71
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 135-136. Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 142.
93
atau perilaku kehidupan sehari-hari. Itulah keistimewaan dari ibadah. Ibadah tidak hanya sekedar menjadi manifestasi keimanan seorang hamba, namun ibadah juga bisa menjadi perisai untuk melawan semua musuh umat muslim, baik musuh internal maupun eksternal.
2) Muamalah Muamalah juga disebut sebagai ibadah dalam arti luas. Ibadah ini bertujuan untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Ibadah dalam arti luas ini banyak macamnya. Selain ibadah yang memang difardhukan, setiap amal perbuatan manusia (aktivitasnya) yang dikerjakan sehari-hari juga bisa menjadi ibadah kepada Allah SWT. Perbuatan tersebut akan mendapatkan pahala dari-Nya jika dilakukan secara ikhlas karena Allah SWT serta bukan merupakan hal yang diharamkan Allah SWT atau yang dibenci-Nya. 72 Dalam majalah Suara Hidayatullah, salah satu rubrik yang berkaitan dengan muamalah adalah rubrik Hikmah yang berjudul Satu Bidang Ilmu Saja Tak Cukup. Rubrik tersebut membahas tentang pentingnya menuntu ilmu bagi setiap umat muslim. Bahkan umat muslim dianjurkan untuk menuntut ilmu dari berbagai disiplin ilmu, khususnya ilmu-ilmu keislaman. Karena masing-masing keilmuan
72
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 143.
94
pasti mempunyai korelasi satu sama lain. Dengan menguasai berbagai disiplin ilmu, maka akan membantu terwujudnya masyarakat muslim yang kokoh, adil dan makmur. Karena ilmu yang dikuasai oleh seseorang tidak hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, namun juga dapat dipraktekkan atau diajarkan kepada orang lain. Dengan demikian, ilmu tersebut akan mengalir dan bernilai ibadah. Inilah yang disebut sebagai ibadah dalam arti luas (muamalah). c. Pesan Akhlak dalam Majalah Suara Hidayatullah Pembahsan tentang akhlak menyangkut tata cara berhubungan, baik secara vertikal (hubungan dengan Allah SWT) maupun secara horizontal (hubungan dengan sesama manusia dan seluruh makhluk Allah SWT).
73
Nilai-nilai akhlak menjadi pegangan bagi tingkah laku manusia
di tengah masyarakat. Akhlak dengan segala kaidahnya adalah pedoman bagi kehidupan seorang muslim di tengah masyarakat, baik muslim maupun nonmuslim. 74 Berikut ini adalah analisis pesan yang mengandung kategori nilai akhlak menurut kesepakan peneliti dan coder yang dibagi ke dalam masing-masing subkategori: Tabel 4.8 Kategori Pesan Akhlak 73
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 146.
74
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 143.
95
Rubrik
Judul
Subkategori
Mutiara Qur’an
Meniti Tangga Takwa
Akhlak SWT
kepada
Allah
Akhlak kepada Makhluk
Hikmah
Saat Imam Ahmad Berbeda dengan Imam Syafi’i
Kajian Utama
Jadilah Pribadi Bijaksana
Akhlak kepada Makhluk
Hikmah
Ketika Lapar Membawa Khasiat
Akhlak kepada Makhluk
Kajian Utama
Dahsyatnya Memaafkan
Akhlak kepada Makhluk
Hikmah
Berkorban Dulu, Menang Kemudian
Akhlak kepada Makhluk
Kajian Utama
Jadilah Pendengar, Bukan Pembual
Akhlak kepada Makhluk
Hikmah
Bershalawat Cara Ahli Hadis
Akhlak kepada Allah SWT
Mutiara Hadist
Berdusta Tanpa Disadari
Akhlak kepada Makhluk
Hikmah
Bijak Menyikapi Kebenaran
Akhlak kepada Allah SWT
Kajian Utama
Bangun Mental Mandiri
Akhlak kepada Makhluk
Mutiara Hadist
Jangan Dikerjakan Jika Tak Berguna
Akhlak kepada Makhluk
Mutiara Hadist
Mudahnya Meraih Pertolongan Allah
Akhlak kepada Makhluk
Hikmah
40 Tahun Belajar Diam
Akhlak kepada Makhluk
Kajian Utama
Jadilah Dalang, jangan Jadi Wayang
Akhlak kepada Makhluk
96
Jangan Salah Memilih Idola
Mutiara Hadist
Akhlak kepada Allah SWT
Sumber: Hasil Analisis
Adapun berikut ini merupakan hasil penelitian dari kategorisasi pesan akhlak yang dibagi ke dalam masing-masing subkategori: Tabel 4.9 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Akhlak N = 16 No.
Kategorisasi Nilai Akhlak
Frekuansi
Persentase (%)
1
Akhlak kepada Allah SWT
4
25 %
2
Akhlak kepada Makhluk
12
75 %
16
100 %
Total Sumber: Hasil Analisis
Dari tabel 4.9, dapat diketahui bahwa nilai yang dominan pada kategori Akhlak yaitu tentang akhlak kepada makhluk dengan persentase sebesar 25 %. Sedangkan akhlak kepada Allah SWT mendapatkan persentase sebesar 75 %. Untuk lebih jelasnya, rincian hasil penelitian dari kategorisasi pesan akhlak dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 4.6 Rincian Hasil Penelitian Kategorisasi Pesan Akhlak
97
Akhlak
75% kepada Akhlak
Makhluk Akhlak kepada Allah SWT
25%
0%
20%
40%
60%
80%
Sumber: Hasil Analisis 1) Akhlak Kepada Allah SWT Akhlak merupakan segala kaidah yang menjadi pegangan bagi tingkah laku manusia dalam kehidupan. Ajaran Islam secara keseluruhan mengandung nilai akhlak yang luhur, salah satunya mencakup akhlak terhadap Allah SWT. Akhlak kepada Allah SWT ini bertolak pada pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
SWT.75
Dengan
kesadaran
tersebut,
manusia
mampu
memainkan perannya dalam menentukan baik dan buruknya tindakan dan sikap yang ditampilkannya, dalam hal ini adalah terhadap Allah SWT.76 Jadi akhlak kepada Allah SWT ini menyangkut tata cara bagaimana seseorang melakukan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta (Khaliq).77
75
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 119.
76
Ibid., h. 117.
77
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 153.
98
Dalam majalah Suara Hidayatullah, salah satu rubrik yang berkaitan dengan akhlak kepada Allah SWT adalah rubrik Mutiara Qur’an yang berjudul Meniti Tangga Takwa. Rubrik ini membahas tentang proses untuk mencapai derajat takwa. Seorang yang sudah mengaku muslim belum tentu sudah mencapai derajat takwa. Takwa adalah sebuah proses. Takwa merupakan buah dari keimanan yang kokoh dan dipupuk dengan khauf (merasa takut terhadap azab dan murka Allah SWT), raja’ (selalu berharap atas limpahan rahmat Allah SWT) dan muraqabatullah (merasakan pengawasan Allah SWT). Dengan melalui semua jenjang tahapan tersebut, maka seseorang dapat dikatakan sudah mencapai derajat takwa. Takwa adalah salah satu bentuk akhlak seorang makhluk terhadap Khaliq. Oleh sebab itu, orang yang bertakwa memiliki kedudukan tertinggi di mata Allah SWT. 2) Akhlak Kepada Makhluk Selain akhlak kepada Allah SWT, akhlak kepada makhluk juga merupakan salah satu nilai akhlak yang terkandung dalam ajaran Islam. Akhlak kepada makhluk adalah tata cara bagaimana seseorang melakukan hubungan dengan sesama makhluk.78 Nilai-nilai akhlak ini
78
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan, h. 153.
99
menjadi pegangan bagi tingkah laku manusia di tengah masyarakat.79 Adapun akhlak terhadap makhluk ini mencakup: a. Akhlak tehadap manusia, yang meliputi akhlak terhadap diri sendiri, tetangga dan masyarakat lainnya. b. Akhlak terhadap bukan manusia, yang meliputi akhlak terhadap flora, fauna, dan lain sebagainya. 80 Dalam majalah Suara Hidayatullah, salah satu rubrik yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT adalah rubrik Kajian Utama yang berjudul Jadilah Pribadi Bijaksana. Rubrik ini berisi tentang ajakan kepada umat muslim untuk pribadi yang bijaksana. Bijaksana adalah keadaan di mana jiwa selalu tenang dan berpikir jernih sebelum berucap dan bertindak. Orang yang bijaksana dapat menentukan sikap scara mandiri dan tidak terlalu mudah terperangkap oleh pandangan dangkal orang lain. Orang yang bijaksana memiliki pandangan yang jauh terhadap sebuah masalah. Mereka selalu melihat masalah dalam konteks yang luas, tidak berpikir sempit. Orang yang memiliki pribadi bijaksana adalah orang yang bisa memberikan dan mendatangkan kebaikan dan kebahagian bagi orang lain. Sebagai bukti, rakyat negeri manapun di dunia ini pasti lebih senang dipimpin oleh orang-orang
79
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Dakwah, h. 143.
80
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, cet. I, Jakarta: Kencana, 2004, h. 95.
100
bijak yang berlaku adil dan melindungi rakyatnya. Begitu juga sebuah keluarga akan bahagia jika dibina oleh suami dan istri yang bijaksana. Sebuah organisasi akan berkembang bila sipimpin oleh orang yang bijaksana. Bahkan, penjahat pun akan merasa lega menerima keputusan dari hakim yang bijaksana. Dengan demikian, bijaksana merupakan salah satu bentuk akhlak terhadap sesama makhluk yang harus dimiliki oleh setiap manusia.
Dari hasil analisis dari setiap subkategori yang dibuat, diperoleh data yang memperlihatkan bahwa untuk kategori pesan akidah, nilai dakwah yang paling dominan adalah tentang iman kepada Allah SWT dengan persentase sebesar 56.25 %. Untuk kategori syariah, yang dominan adalah tentang ibadah dengan persentase sebesar 68.75 %. Sementara untuk kategori akhlak, yang dominan adalah tentang akhlak kepada makhluk dengan persentase sebesar 75 %. Untuk lebih jelasnya, persentase rincian dari masing-masing subkategori dapat dilihat pada grafik 4.7 berikut ini: Gambar 4.7 Persentase Rincian dari Masing-Masing Subkategori
101
Akhlak
Akhlak kepada Makhluk, 75%
Akhlak kepada Allah SWT, 25% Muamalah, 31.25%
Syariah
Ibadah, 68.75% Iman kepada hari Akhir, 43.75%
Akidah
0.00%
Iman kepada Allah SWT, 56.25%
10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%
Sumber: Hasil Analisis Dengan demikian, jika melihat dari rincian persentase dari setiap subkategori yang dibuat, seperti pada gambar 4.7, maka terlihat bahwa majalah Suara Hidayatullah ini ternyata lebih banyak mengarah pada masalah tauhid. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya persentase masalah keimanan kepada Allah SWT dan masalah ibadah. Dari hasil penelitian, iman kepada Allah SWT mendapat persentase sebesar 56.25 % dan ibadah dengan persentase sebesar 68.75 %. Selain itu, iman kepada hari akhir juga termasuk dalam ranah pembahasan tauhid. Dalam gambar 4.7, iman kepada hari akhir mendapat persentase sebesar 43.75 %. Tauhid membahas segala masalah yang menyangkut masalah keimanan yang tercantum dalam rukun iman. Akidah atau tauhid ini merupakan acuan bagi ibadah setiap muslim. Tingginya keimanan kepada Allah SWT
102
tentunya dapat dimanifestasikan dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah SWT, hanya akan sujud, patuh, serta taat kepada Allah SWT, sehingga tujuan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, masalah keimanan, baik iman kepada Allah SWT maupun hari akhir, dan masalah ibadah merupakan masalah yang sering diangkat dalam majalah Suara Hidayatullah, karena kedua hal tersebut berhubungan dengan masalah tauhid. Hal ini senada denga moto majalah Suara Hidayatullah yaitu “jaringan masyarakat bertauhid”. Itulah yang menjadi misi dari majalah Suara Hidayatullah, yaitu untuk mengukuhkan akidah tauhid pembacanya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Mahladi, Pimpinan Redaksi Kelompok Media Hidayatullah: “Salah satu misi majalah ini supaya mengukuhkan akidah tauhid pembaca. Jadi pembaca-pembaca majalah ini kami harapkan bisa membaca dan mengikuti majalah ini setiap bulan, sehingga tauhidnya semakin kuat. Jika pembaca-pembaca kami ini sudah meningkat imannya, tauhidnya, maka itu akan menjadi atau terbentuk jaringan-jaringan dari pembaca Hidayatullah yg kami harapkan bisa dididik, imannya semakin meningkat, tauhidnya semakin meningkat.”81
Sementara
itu,
dibalik
kuatnya
pengaruh
ketauhidan
yang
disampaikan oleh majalah Suara Hidayatullah ini, sebenarnya majalah ini juga mengarahkan pembacanya untuk memperbaiki masalah akhlaknya. Hal ini karena di dalam Islam, akhlak selalu terkait dengan iman atau akidah. Iman tanpa akhlak akan kosong dan tak bermakna, sedangkan akhlak tanpa iman 81
Wawancara dengan Mahladi Hidayatullah) via telpon, Senin, 29 April 2013.
(Pemimpin
Redaksi
Kelompok
Media
103
tentunya akan rusak. Keimanan itu bukan hanya sekedar dibayangkan atau bersemayam dalam hati seorang muslim, namun juga harus dimanifesatasikan dalam kehidupan manusia. Salah satu materi dakwah Islam dalam rangka manifestasi penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat adalah akhlak. Oleh sebab itu, materi tentang akhlak, terutama berhubungan dengan akhlak terhadap makhluk menempati persentase yang lebih besar dibandingkan nilai dakwah yang lainnya, yaitu dengan persentase 75 %. Meskipun perbedaannya tidak terlalu signifikan, namun dari data tersebut membuktikan bahwa majalah Suara Hidayatullah juga sangat memperhatikan dalam hal pembinaan akhlak. Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk manifestasi dari ketauhidan yang menjadi misi majalah Suara Hidayatullah. Pembinaan akhlak ini juga merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh majalah Suara Hidayatullah. Hal ini juga tergambar dari hasil wawancara dengan Mahladi: “Ciri khas majalah ini sebetulnya adalah bahwa segala sesuatu itu sangat tergantung pada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Jadi yang kuat itu bukan manusia. itu yang ingin ditonjolkan dalam majalah ini. Yang kuat itu hanya Allah SWT. Kandungan isinya kira-kira saperti itu, sehingga pembaca majalah ini semakin terkikis kesombongannya, terkikis keangkuhannya, sangat tergantung kepada Allah SWT, dan itulah yang kami harapkan.”82 Dari penjelasan
tersebut,
nampak
bahwa
perbaikan
akhlak
merupakan tujuan dari majalah Suara Hidayatullah sebagai bentuk konkrit dari kuatnya ketauhidan seseorang. Dengan adanya kesadaran bahwa manusia 82
Wawancara dengan Mahladi Hidayatullah) via telpon, Senin, 29 April 2013.
(Pemimpin
Redaksi
Kelompok
Media
104
merupakan makhluk yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT serta kesadaran bahwa setiap manusia memiliki dejarat yang sama dihadapan Allah (yang membedakan hanyalah iman), maka manusia dianjurkan untuk memperbaiki akhlaknya, baik akhlak kepada Allah SWT maupun akhlak kepada sesama makhluk Allah SWT.