Edisi April 2010
1
Majalah
SUARA ANGKASA Penanggung Jawab Marsma TNI Bambang Samoedro, S.Sos Wakil Kolonel Sus Drs. Mulyono Dewan Redaksi Kol Nav Yoyok Y. Setyono Kol Sus Basuki Mindarwono Kol Adm Prabowo, S.AP Letkol Sus Bintang Yudianta Letkol Sus Lisa M. Tarigan, MSi Letkol Sus Dwi Budi Haryanto Pemimpin Redaksi Kol Sus Titiek Purbaningsih Wakil Pemred Letkol Sus Yulias Rasyid Redaktur Pelaksana PNS III/D Dra. Sri Hatmini Staf Redaksi Mayor Sus Heri Susanto, SS Kapten Adm Sumadji Kapten Sus A. Muhsin Serma Roslina Tambunan Serda Rineu Octaviani PNS III/A Yulia Himawati, A. Md
Menghadapi program kerja tahun 2010, para Pimpinan Angkatan Udara melaksanakan Rapim dan Apel Komandan Satuan, pada tanggal 27 Januari 2010 di Kampus AAU, Yogyakarta. Pada kesempatan itu Kasau menetapkan beberapa sasaran pembinaan yang harus menjiwai setiap insan Angkatan Udara, di antaranya, sasaran jangka pendek mengupayakan agar tidak terjadi accident dalam satu tahun ke depan, dan sasaran jangka panjang menjadikan Angkatan Udara sebagai The First Class Air Force. Kebijakan apa saja dan bagaimana sasaran pembinaan yang diputuskan Pimpinan TNI AU, pada penerbitan Suara Angkasa kali ini redaksi menyajikan hasil rapat pimpinan (Rapim) tersebut di samping Rapim TNI yang dilaksanakan sebelumnya. Dari Rapim TNI ada tujuh kebijakan Panglima TNI yang disebut Sapta Tunggal Kebijakan Panglima TNI. Pembaca yang budiman, tanggal 9 April ini Angkatan Udara memperingati Hari Jadi yang ke-64; satu momen di mana pada umumnya merupakan momen tepat untuk introspeksi dan mengevaluasi diri guna meningkatkan prestasi dan pengabdian kita kepada bangsa dan negara. Kita pasti berharap Angkatan Udara yang kita cintai ini akan bertambah besar dan dicintai rakyat sepanjang masa. Semoga keinginan menjadikan Angkatan Udara sebagai The First Class Air Force akan menjadi kenyataan. Selamat membaca dan Dirgahayu Angkatan Udara.
Desain Grafis Kapten Sus Arsyad Kapitan, A. Md Fotographer Serka Wahyu Hadi Pamungkas Serka Sahrul Kristiawan Serda W. Nugroho Distribusi Letkol Sus Drs. Taibur Rahman Kapten Adm Sri Suminingtri Alamat Redaksi Dinas Penerangan TNI AU Cilangkap, Jakarta 13870 Telp. (021) 8709156 (021) 8709259 Fax. (021) 8714181 E-mail :
[email protected] Redaksi menerima kiriman naskah, foto, gambar, dan karikatur dari pembaca sesuai misi majalah ini; naskah diketik 2 (dua) spasi, maksimum 6 halaman quarto 2
Edisi April 2010
Edisi April 2010
2
12 Laporan Khusus 20 Tahun F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3
Kulit Muka: Duapuluh tahun pesawat tempur F-16 Fighting Falcon mengabdi untuk negeri.
Iptek Sayang Tak Ada CN-235 di Singapura __________________
20
Hukum 4
Laporan Utama Rapim
TNI
Tahun
2010
Perjuangan Penegakan Hukum Kedaulatan Negara di Udara
25
dari Bumi Merauke yang Kandas di Mahkamah Agung _____
Kesehatan Dukungan Medis Terhadap Penanggulangan
28
Korban Massal Pada Kecelakaan Penerbangan _____________
Psikologi 32
Sekilas Tentang Produktivitas Kerja __________________________________
64
Sejarah Berita Daerah
Pengabdian Angkatan Udara Pada Negara dan Bangsa
34
(Sejak kelahirannya hingga dewasa ini ) __________________
Koperasi Koperasi TNI Merupakan Organisasi Nonstruktural ________
41
Cerpen 54
Mawar Merah Jambu _________________________________ Kasau Naik Pangkat Menjadi Marsekal TNI
90
Bintal Nikmatnya Mengingat Allah Saat Menyibak Awan di Laut Cina Selatan _______________________________
Profil
57
Profil Satuan Kosekhanudnas IV Perisai Negara di Wilayah Udara Timur __
61
Manajemen Mewujudkan TNI AU Menjadi “The First Class Air Force” ___
64
PIA Ardhya Garini Ny. Dra Maya Imam Sufaat, Banyak Sukanya “Kadispenau Tantangan Tersendiri”
Karena Menikmati Setiap Peran _______________________ Edisi April 2010
94 3
Laporan Utama
T
entara Nasional Indone sia mengadakan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI tahun 2010 selama dua hari pada akhir Januari di Mabes TNI. Rapim diikuti 142 pejabat jajaran TNI serta 10 pejabat dari kementrian dan lembaga pemerintah nonkementrian yang terkait dengan TNI. Rapim hari pertama diisi dengan pembekalan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilanjutkan dengan pembekalan dari Menhan Purnomo Yusgiantoro. Hari kedua dilakukan paparan dan diskusi untuk mengevaluasi pelaksanaan program kerja TNI tahun 2009 serta penyampaian dan pembahasan program kerja tahun anggaran 2010. Presiden didampingi Menkopolhukam Djoko Suyanto, Meneg BUMN Mustafa Abubakar, Menteri
Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam pembekalannya, Presiden mengingatkan kepada TNI dan jajarannya, termasuk Dephan untuk meningkatkan postur militer yang makin andal, modern, makin tangguh, sekaligus peningkatan kemampuan dan kesiagaan. Presiden menambahkan, sumber konflik dunia sekarang ini tidak lagi hanya seputar soal ideologi, tetapi juga soal persaingan di antara negara-negara dalam mendapatkan akses terhadap pangan, energi, dan air. Juga ketidakseimbangan ekonomi global, munculnya penyakitpenyakit menular yang baru, dan adanya perubahan iklim. Semua itu menurut Presiden, termasuk sumber dan jenis
ancaman global dan memiliki kaitan ataupun operasi dengan keamanan dalam arti yang luas. “Menghadapi ancaman global itu, kita harus memiliki daya antisipasi strategis, cara pandang dalam menghadapi ancaman dan tantangan global. Dengan demikian akan selalu bisa menghadapi tantangantantangan itu. Singkat kata, jangan sampai tidak tahu, atau terlambat mengetahui bahwa dunia telah berubah dengan segala tantangan-tantangan– nya,” tegas Presiden. Dari Rapim ini berhasil dirumuskan tujuh kebijakan TNI yang disebut sebagai Saptatunggal Kebijakan TNI Tahun 2010. Kebijakan ini lahir berdasarkan perkiraan anca– man yang mungkin dihadapi dan sebagai antisipasi terhadap perkembangan lingkungan strategis; disamping juga melanjutkan dan meningkatkan pen– capaian hasil berdasarkan Pancatunggal Kebijakan Tahun 2009 yaitu pembinaan postur, penggunaan kekuatan, kesejahteraan personel, reformasi administrasi, dan tertib administrasi. Dua aspek yang dinilai sangat strategis untuk tahun 2010 ini
Rapim TNI Tahun 2010 4
Edisi April 2010
Laporan Utama
sehingga ditambahkan dari lima aspek sebelumnya yaitu pengawasan dan optimalisasi peran TNI. Pengawasan di– maksudkan sebagai langkah penting guna meningkatkan akurasi pencapaian sasaran dan mencegah terjadinya penyimpangan serta inefisiensi dalam setiap pengadaan, kegiatan operasi dan latihan, dan penggunaan anggaran. Sedangkan optimalisasi peran TNI dilandasi pemikiran bahwa sumberdaya manusia, alat peralatan, dan sarana prasarana yang dimiliki TNI masih memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi kehidupan ber– bangsa dan bernegara, di samping penggunaan untuk tugas pokok TNI, kerjasama kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah. Dengan demikian, tahun 2010 ini terdapat tujuh target capaian TNI yang meng– gantikan Pancatunggal, kebi– jakan tahun 2009. Di samping itu, seperti dikatakan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, TNI terus berupaya meningkat– kan penggunaan senjata produksi dalam negeri. Untuk senjata buatan luar negeri, TNI hanya memakai teknologi
tinggi yang belum bisa di– produksi di Indonesia. Penertiban Rumdis Terkait dengan kesejah– teraan personel, TNI menye– diakan 500 rumah di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Rumah dengan harga murah ini diperuntukkan bagi prajurit dari ketiga angkatan, TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Menurut Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, TNI masih kesulitan untuk meme– nuhi kebutuhan rumah dinas (rumdis) bagi prajurit. Hanya 22,5% rumah dinas di Jakarta yang ditempati TNI aktif. Sisanya 77,5% dihuni anggota yang sudah tidak aktif lagi.
Menyikapi persoalan ini, sangat beralasan jika TNI mengadakan penertiban terhadap rumahrumah dinas tersebut. Selain untuk memenuhi kebutuhan akan rumah dinas bagi anggota aktif, penertiban juga sebagai bagian dari penegakan pera– turan, dimana sebagai purna– wirawan sesungguhnya hak menempati rumah dinas berakhir pula. Selain itu, penertiban juga dilakukan karena para purna– wirawan itu sudah memiliki rumah pribadi, atau rumah dinas itu fungsinya sudah beralih, misalnya menjadi kantor sekretariat organisasi tertentu, disewakan dan sebagainya.*
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Panglima TNI Djoko Santoso, Menhan Purnomo Yusgiantoro dan Menkeu Sri Mulyani Indrawati meninjau salah satu stand pameran disela Rapim TNI.
Edisi April 2010
5
Laporan Utama
Rapim TNI AU 2010 Menuju Kondisi Lebih Baik di Semua Bidang
S
etelah Rapim TNI di Mabes TNI, Angkatan Udara menggelar rapat pimpinan (Rapim) dan Apel Komandan Satuan (Dansat) tahun 2010 di Yogyakarta, akhir Januari. Rapim merupakan tindak lanjut dari Rapat Pimpinan TNI dan sebagai ba– gian dari upaya untuk meman– tapkan konsolidasi dalam jajaran Angkatan Udara, sehingga lebih memantapkan peran pengabdian masingmasing sesuai bidang tugasnya. Rapim bertujuan untuk; Pertama, adanya pemahaman yang sama mengenai kebijakan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Udara untuk meng– hadapi tugas-tugas yang akan datang. Kedua, memantapkan visi, persepsi dan interpretasi TNI Angkatan Udara dalam menghadapi perkembangan lingkungan yang dinamis; Ketiga, meningkatkan koor– dinasi guna memantapkan pembinaan satuan, khususnya pembangunan kesiapsiagaan menghadapi tugas pengabdian mendatang. Keempat, men–
6
Edisi April 2010
dapatkan ma– sukan dan me– nyampaikan kebijakan pim– pinan dalam rang– ka pelaksanaan program pengem– bangan kemam– puan dan pembi– naan kekuatan TNI Angkatan Udara sesuai dukungan anggaran yang tersedia. Rapim dan Apel Dansat dibuka oleh Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat. Dalam sambutannya Kasau menekankan, masa depan TNI Angkatan Udara ada di tangan kita. Jika tidak melakukan perubahan, tidak akan ada perbaikan masa depan, akibat– nya TNI Angkatan Udara akan makin tertinggal. Perubahan menuju kondisi yang lebih baik di semua bidang harus menjadi tekad kita bersama. Lebih lanjut dikatakan, prioritas peningkatan kesiapan operasional Angkatan Udara, tetap difokuskan pada terca–
painya kemampuan operasio– nal secara terpadu dari satuansatuan yang ada. Dengan de– mikian, kesiapan operasional dan tuntutan akan kualitas SDM Angkatan Udara dapat kita capai dan dapat diandal– kan. Guna meningkatkan postur yang tangguh serta profesional dalam mengemban tugas Angkatan Udara berupaya membangun kekuatan dan memodernisasi serta merege– nerasi alutsista yang dimiliki saat ini. Hal tersebut tidak terlepas dari apa yang di ama– natkan Presiden Republik Indonesia tentang revitalisasi industri-industri pertahanan negara kita yang merupakan prioritas program pemerintah. Namun, keinginan untuk melaksanakan tugas secara tuntas, juga tidak sedikit kendala yang dihadapi. Program peningkatan kemampuan alutsista sudah dicanangkan dalam Renstra pembangunan TNI AU tahun
Laporan Utama
2010-2014. Dalam tahun ang– garan 2010, rencana kebu– tuhkan jam terbang sebanyak 55.252 jam akan digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, pen– didikan dan kegiatan lainnya. Sedangkan radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam perhari. Tema Rapim “Melalui Rapat Pimpinan TNI Angkatan Udara tahun 2010, kita tingkatkan kemampuan opera– sional secara terpadu agar siap menegakkan kedaulatan nega– ra, menjaga keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bang– sa”. Rapim diisi dengan paparan Irjen, Asrena, Aspers, Aslog, dan Asops.*
Optimalisasi Pengawasan Internal Anggaran yang dialokasikan untuk TNI AU mendapat penekanan pimpinan agar penggunaannya tepat sasaran, tepat guna, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu perlu dilaksakan optimalisasi pengawasan internal (PI ) guna mewujudkan pengelolaan anggaran tersebut. Mengapa pengawasan internal perlu dioptimalkan? Dalam upaya pencapaian sasaran tugas TNI AU, disamping dilaksanakan pengawasan oleh Itjenau secara fungsional, juga dituntut adanya pengawasan langsung dan terus menerus. Dalam hal ini Kasatker memegang peranan penting untuk secara proaktif melaksanakan pengawasan internal secara berjenjang pada setiap strata. Atasan harus turun ke lapangan untuk mengecek kenyataan pelaksanaannya secara faktual. Sebaliknya bawahan juga harus memelihara komunikasi langsung dengan atasan masing-masing secara terus menerus yang dilandasi oleh kejujuran dan keterbukaan serta itikad baik. Walaupun pengawasan internal dan pengawasan fungsional sudah dilaksanakan, berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas internal maupun eksternal, masih ditemukan penyimpangan, pelanggaran maupun pemborosan anggaran. Akibatnya, anggaran yang di– alokasikan belum tepat sasaran, tepat guna, tidak transparan dan tidak akuntabel. Dari berbagai temuan tersebut di atas, salah satu faktor penyebabnya adalah kurang optimalnya fungsi PI maupun pengawasan fungsional. Dengan demi– kian agar pengelolaan keuangan negara dapat dilakukan secara tepat sasaran, tepat guna, transparan dan akuntabel, maka fungsi tersebut harus dioptimalkan.*
Edisi April 2010
7
Laporan Utama
Kebijakan Para Asisten Kasau pada Rapim TNI AU 2010 Asrena Kasau Sejalan dengan kebijakan pemerintah, Dephan dan Mabes TNI, maka Srenaau dalam menyusun perencanaan program dan anggaran unit organisasi TNI AU TA 2010 berpedoman kepada reformasi pengelolaan keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Berdasarkan reformasi aspek pengelolaan keuangan negara tersebut secara umum dapat dilihat sebagai berikut : 1. Perubahan anggaran belanja negara yang sebelumnya terdiri dari anggaran rutin
8
Edisi April 2010
dan anggaran pembangunan menjadi anggaran terpadu unified budget. 2. Proses perencanaan anggaran negara berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, yang akan mengaplikasikan anggaran berbasis kinerja. 3. Penyusunan perencanaan anggaran menggunakan format Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), dalam penyusunan RKA-KL tersebut disusun secara rinci per kegiatan dan harus disertai dengan data pendukung yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. 4. Dasar RKA-KL yang telah disahkan oleh Depkeu dengan persetujuan DPR RI inilah, dijadikan pedoman Depkeu dalam pembuatan daftar isian pelaksanaan
anggaran (DIPA) yang kemudian digunakan tiap-tiap kementrian/lembaga sebagai dasar dalam melaksanakan program kerja dan anggarannya. Dalam Sistem Perencanaan Program dan Anggaran Pertahanan Negara (SPP Hanneg), mekanisme perencanaan program dan anggaran Unit Organisasi TNI Angkatan Udara dilaksanakan secara bottom up dan top down yaitu usulan disusun dari bawah, namun keputusan tetap ditentukan oleh pimpinan TNI AU dengan memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah/ Menkeu serta Menhan dan Panglima TNI. Dalam proses penyusunan perencanaan program dan anggaran dibutuhkan waktu yang cukup panjang serta dinamika perubahan yang sangat bervariatif.
Laporan Utama
Aspam Kasau Spamau dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan telah merumuskan rencana tindakan dalam mengembangkan sense of security dan sense of intelligence bagi personel TNI AU. Hal ini agar tercipta situasi kondusif di seluruh unit kerja dan lingkungan TNI AU, khususnya bagi prajurit agar terhindar dari pengaruhpengaruh negatif yang dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan tugas. Budaya global (universalisme) di satu sisi berdampak positif bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dengan melahirkan kreativitas, invention (penemuan), inovasi (pembaharuan), entrepreneurship (kewiraswastaan) dan ethos kerja yang mengedepankan profesionalisme, rasionalisme, produktivitas serta efisiensi. Namun di sisi lain
berdampak negatif bagi integritas dan identitas suatu bangsa, yang ditandai dengan terjadinya : 1. Erosi nasionalisme, yang disebabkan oleh gencarnya pembangunan ekonomi (industri kapitalis) secara global berdampak pada tumbuhnya identitas dan soli– daritas sosial yang bersifat kedaerahan atau primordial, seperti kelompok yang berba– sis agama, etnisitas, kelas sosial dan lain-lain. 2. Dekadensi moral, norma dan nilai-nilai masyarakat, yang disebabkan pengaruh budaya global sehingga prinsip-prinsip originalitas, otonomi, otensitas dan inte– gritas semakin sulit untuk dihayati dan dipertahankan. 3. Demokrasi, sudah tidak lagi menggunakan permusya– waratan melalui perwakilan, tetapi cenderung semua orang berhak untuk berbicara tanpa menghormati atau mengede-
pankan perwakilan, termasuk demokrasi jalanan (unjuk rasa). Musyawarah untuk mufakat tidak lagi mengede– pankan penyelesaian perse– lisihan dengan mengede– pankan untuk mendapatkan kesepakaan bersama, tetapi lebih kepada adu argumen yang cenderung saling meng– hujat dan membuka aib orang lain. 4. HAM, pemahamannya sesuai kepentingan yang diusung oleh individu maupun kelompoknya. Dalam pelaksanaan tugas, kita sebagai aparat negara juga akan berhadapan dengan ketentuan internasional tentang demokrasi, HAM, dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, agar dunia internasional/negara tertentu tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri khususnya keamanan NKRI, maka kita juga harus lebih profesional dan mampu bekerja dalam koridor hukum yang ada.
Edisi April 2010
9
Laporan Utama
operasi serta koordinasi antar unsur dalam mengemban suatu misi. Selanjutnya untuk meningkatkan keterampilan masing-masing satuan telah direncanakan kegiatan latihan satuan dan antar satuan tahun 2010. Kegiatan latihan tersebut lebih diprioritaskan untuk menambah keterampilan dan kecakapan satuan serta meningkatkan profesionalisme awak pesawat dengan harapan dapat meningkatkan kesiapan operasional satuan dihadapkan dengan tantangan tugas yang semakin komplek di masa mendatang.
Asops Kasau Kebijakan dalam mewujudkan sasaran pembinaan kekuatan, TNI AU tetap konsisten untuk melanjutkan program pengembangan per– tahanan matra udara. Sasa– ran pembinaan kekuatan menca–kup aspek penyempurnaan organisasi, pembinaan personel yang profesional, tersedianya materiil suku cadang untuk mendukung kesiapan alutsista, sistem perencanaan dan pembinaan organisasi serta pengelolaan anggaran yang disesuaikan dengan skala prioritas se– hingga tercapai sasaran secara tepat guna dan tepat sasaran. Didasarkan pada skala prioritas, maka pelak–sanaan pembangunan pertaha–nan matra udara pada periode mendatang adalah pengadaan dan pemeliharaan alutsista, sarana dan prasarana pen– dukung, amunisi dan bahan peledak serta pembangunan jaringan komunikasi.
10
Edisi April 2010
Bila diprosentase dengan sasaran kebutuhan operasi maka pelaksanaan kegiatan latihan dan pendidikan yang dilaksanakan meliputi latihan perorangan, latihan satuan, latihan antar satuan, latihan gabungan TNI, latihan bersama negara tetangga, penggunaan jam terbang latihan telah mencapai 20.773:30 jam (62%), sedang untuk pendidikan sekolah penerbang dan instruktur penerbang mencapai 10.065:45 jam (105 %). Sebagai aplikasi dari proses kesiapan operasi dan latihan serta untuk mening– katkan profesionalisme awak pesawat ke depan, maka staf operasi telah menyusun ren– cana latihan bersama tahun 2010 dengan negara di kawasan ASEAN. Kemudian rencana kegiatan latihan gabungan maupun latihan gabungan bersama yang melibatkan unsur kekuatan lain telah direncanakan secara matang untuk meningkatkan kerja sama dan menguji ketrampilan dalam pelaksanaan misi
Aspers Kasau Sebagai matra yang berbobot teknologi, sedari awal para insan TNI AU telah menyadari, untuk memperoleh kemajuan harus terus dilaku– kan perubahan, dan sudah lama pula niat untuk melaku– kan perubahan itu dicanang– kan. Namun, untuk mereali– sasikannya tidaklah mudah, karena terkait dengan kebiasaan, kemauan, “mind– set”, keteguhan moral dan totalitas setiap invidu. Agar perubahan itu dapat berjalan dengan tepat dan efektif, kita harus memulainya dari individu. Secara mana– jerial, TNI AU ditopang oleh lima bidang yaitu perencana– an, operasi, personel, logistik dan bidang pengamanan. Bila kelima bidang tersebut telah menghasilkan keluaran yang baik, maka secara akumulatif akan baik pula TNI Angkatan Udara dengan sasaran jangka panjang menjadi The First Class Air Force tercapai. Dengan strategi Binpers dan Binkar yang terencana
Laporan Utama
dengan baik dan berkelanjutan serta prinsip tepat sasaran, tepat waktu dan tidak diskriminatif diharapkan akan terwujud personel TNI AU yang profesional, bermoral dan modern. Personel-personel inilah yang akan mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan oleh TNI AU, baik sebagai komponen utama pertahanan matra udara maupun sebagai sayap tanah air. Mengacu pada konsep minimum essential force (MEF) TNI Angkatan Udara yaitu 80% dari kebutuhan personel, penyebaran penempatan personel dan pemenuhan tiap korps masih belum merata. Ada satker yang sudah melebihi 100% pemenuhannya, tetapi ada beberapa satuan yang pemenuhannya hanya sampai 50%. Sedangkan pengawakan PNS lebih kecil dibandingkan dengan pengawakan militer, dengan komposisi yang tidak seimbang. Kekuatan riil PNS TNI per 31 Desember 2009 mencapai 75,58%, lebih rendah dibandingkan 2008 dengan komposisi per golongan dan kejuruan yang sangat timpang karena jumlah yang pensiun lebih besar dari pada pengadaan. Hal ini terjadi karena pengadaan PNS sepenuhnya ditentukan oleh Menteri PAN melalui Dephan tidak sesuai dengan perencanaan PNS di TNI. Jumlah riil golongan III sudah mencapai 300,37%, namun untuk golongan II baru mencapai 55,35% dan golongan I baru mencapai 54,55%.
yang dimiliki TNI AU yang banyak sudah tua dan perlu perawatan yang intensif, sehingga tetap terjaga kesiapannya didalam pelaksanaan tugas-tugas ke depan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut maka yang perlu dilakukan adalah penggunaan anggaran seselektif mungkin, pemberdayaan fasilitas pemeliharaan dijajaran TNI AU dan pemberdayaan kemampuan BUMNIS, guna terwujudnya kesiapan dan keandalan Alutsista dalam rangka mendukung tugas TNI Angkatan Udara. Minimnya alokasi anggaran yang diterima telah berdampak pada dukungan logistik secara keseluruhan. Dampak yang paling dirasakan adalah faktor pembinaan logistik guna mendukung pemeliharaan terhadap alutsista. Untuk mengatasi hal tersebut maka ditempuh berbagai kebijakan, diantaranya penggunaan anggaran (skala prioritas) diutamakan
untuk mempertahankan kesiapan pesawat, terutama pesawat yang digunakan dalam mendukung kegiatan pemerintah khususnya dalam melaksanakan bantuan angkutan udara. Hal tersebut di atas menggambarkan bahwa kesiapan rata-rata keseluruhan pesawat pada umumnya belum tercapai sesuai Sasbinpuan, penyebabnya adalah karena masih banyak dukungan suku cadang AWP dan kritis yang belum terealisir. Untuk memenuhi kebutuh– an pemeliharaan, beberapa pesawat tidak dapat beroperasi karena kekurangan suku cadang (AWP). Langkah yang diambil adalah dengan melaksanakan pemilihan sasaran prioritas dalam penyediaan suku cadang, memanfaatkan dan meningkatkan secara bertahap kemampuan Depo-Depo Pemeliharaan TNI AU, dan bekerja sama dengan mitra kerja BUMNIS guna dapat melaksanakan pemeliharaan komponen pesawat terbang.*
Aslog Kasau Kenaikan anggaran pada tahun 2010 belum cukup untuk mendukung semua alutsista
Edisi April 2010
11
Laporan Khusus
12
Edisi April 2010
Laporan Khusus
Skadron Udara 3, Sarang Pesawat Tempur Legendaris
S
epertinya sudah menjadi gawan bayi jika orang Jawa bilang, bila menengok sejarah skadron yang berlambang panah bersayap ini; sejak lahir selalu diisi oleh pesawatpesawat tempur terkenal dan melegenda yang tak pernah henti sibuk dengan tugas-tugas operasi. Didirikan tanggal 3 April 1951 hingga saat ini Skadron Udara 3 tidak pernah istirahat dari kegiatan operasi militer. Hari-hari mereka selalu disibukkan dengan berbagai macam kegiatan penerbangan yang semuanya bermuara pada kesiapan operasional awak dan pesawatnya, tetap tinggi dan siap tempur. P-51 Mustang adalah pesawat legendaris pertama yang menghuni Skadron Udara 3. Pesawat buatan Amerika ini sangat masyhur sebagai penempur andalan tentara
Sekutu. Pesawat ini menjadi air cover bagi pesawat lain dan pergerakan pasukan-pasukan lainnya di permukaan, dan sering menjadi pemenang pada duel udara melawan pesawat musuh. Di dalam negeri, Mustang terlibat dalam berbagai operasi penting skala nasional, seperti penumpasan pembe– rontakan PRRI/Permesta, DI/ TII, serta operasi tempur lainnya seperti Dwikora dan Trikora. Bahkan Mustang yang diawaki Kapten Udara Dewanto berhasil merontokkan pesawat tempur musuh jenis B25 yang dibesut pilot sewaan asal Amerika Allan Pope. Hal ini menjadi ace pertama dan satu-satunya hingga kini yang dimiliki TNI AU. Nama Komodor Muda Udara Dewanto saat ini diabadikan sebagai salah satu gedung pertemuan yang megah di Lanud
Iswahjudi Madiun. Setelah 25 tahun mengab– di, Mustang pun harus mundur dari garis depan TNI AU. Penggantinya adalah OV10 Bronco, buatan Rockwell USA; masih menggunakan propeller namun tidak seperti Mustang yang bermesin Piston. Bronco sudah menggunakan teknologi turbo propeller, dan engine yang terpasang 2 buah, sehingga mampu membawa amunisi lebih banyak. Peran Bronco pada operasi-operasi militer dalam negeri tak kalah “ngetop” dengan Mustang. Kehadiran “Si Kuda Liar” ini selalu membuat gentar para pemberontak dan separatis. Kelincahan manuver di low speed adalah kunci keberhasilannya melaksanakan misi operasi serangan udara ke darat. Kemampuan Bronco untuk mengusung senjata jauh Edisi April 2010
13
Laporan Khusus
lebih banyak jika dibanding Mustang, sehingga misi yang diemban lebih efektif. Seiring dengan program modernisasi pesawat tempur, di tahun 1986 TNI AU tertarik pada Si Elang penempur F-16, yang saat itu tampil perdana di Indonesia Airshow ’86. Saat itu F-16 adalah pesawat tempur tercanggih yang sudah mengaplikasikan fly by wire dengan thrust to weight ratio 1:1,2, sehingga kelincahan bermanuvernya tak tertandingi. Akhirnya dengan proyek Bima Sena didatangkanlah 12 pesawat tempur F16 Fighting Falcon pada awal 1990. Dengan perbagai pertimbangan para petinggi TNI AU, diputuskan F-16 masuk ke jajaran Skadron Udara-3, dan Bronco berubah menjadi Skadron Udara 1. Bergabungnya Si Falcon di jajaran tempur sergap TNI AU
14
Edisi April 2010
saat itu tak pelak memberikan nuansa deterence power yang tinggi, terutama bagi negaranegara kawasan Asia Tenggara, karena baru Indonesia yang memiliki pesawat tempur canggih generasi IV. Boleh jadi kita bangga saat itu, apalagi beberapa persenjataan yang diusungnyapun cukup modern, yaitu rudal AGM-65 Maverick dan AIM-9P4 all aspect. Entah karena persaingan, tak berapa lama setelah itu para negara tetangga juga ikut memodernisasi pesawat tempurnya. Tahun 1993 Singapura dan Thailand membeli F-16, dan dua tahun kemudian Malaysia memborong Mig-29 dan F-18 Hornet. Begitu 12 pesawat F-16 Fighting Falcon masuk dalam line up Skadron Udara-3, tak salah jika kita menyebut Skadron Udara 3 adalah sarang pesawat tempur legendaris. Tidak ada lagi yang meragukan ketenaran F-
16 baik di dalam negeri maupun dunia internasional. Pesawat tempur F-16 pun menjelma menjadi sosok pesawat legendaris TNI AU, meneruskan ketenaran dua pesawat pendahulunya, Mustang dan Bronco. Pesawat Tempur Generasi IV Andalan TNI AU Memang tidak salah jika Indonesia memilih F-16 block 15 OCU sebagai langkah modernisasi alutsista. Kemampuan dan reability pesawat ini sangat baik. Tidak hanya unggul dalam air to air di mana pesawat ini dijuluki “the best closed fight aircraft”, tapi untuk air to ground juga sangat andal. Bahkan sebagai interceptor, Si Falcon mampu melesat hingga lebih dari dua kali kecepatan suara dan melambung hingga 50.000 feet. Operasi malam di hari dan cuaca buruk pun mampu dilakoninya. Sehingga julukan “all weather and multi role
Laporan Khusus
fighter” memang pantas disandang F-16 Fighting Falcon. Sesuai kontrak, pembe– lian 12 pesawat tidak serta merta langsung datang semua tetapi dibagi tiga gelombang. Akhir tahun 1989 dikirimlah 4 pesawat pendahuluan, Sang Falcon pun mendaratkan kakinya pertama kali di Indonesia pada 19 Desember 1989. Empat pesawat pengiriman pertama itu dibawa langsung oleh empat penerbang TNI AU yang dididik di Amerika, Letkol Pnb Wartojo, Mayor Pnb Erris Haryanto, Mayor Pnb Basri Sidehabi dan Kapten Pnb Rodi Suprasodjo. Awal Januari 1990, bendera Pataka lambang Skadron Udara 3, resmi diserahkan dari Danlanud Iswahjudi ke Letkol Pnb Wartojo, Komandan Skadron Udara 3, maka sejak saat itu F-16 resmi menjadi kekuatan Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi. Tahun 2010 ini tepat sudah 20 tahun F-16 A/ B bersarang di Skadron Udara 3 dan mengabdi pada negara. Selama 20 tahun itulah banyak kisah suka-duka dan pengalaman operasi yang dirasakan, maupun tugastugas tambahan yang tak kalah pentingnya. “King of Battle” Selama 20 tahun Sejak awal bergabung di Skadron Udara 3 Lanud
Danskadron Udara 3 Letkol Pnb Fajar Adriyanto
Iswahjudi, tugas F-16 sebagai kekuatan inti tempur sergap tak pernah berhenti mengemban tugas negara. Falcon tampil perdana mengebom sasaran saat Latihan Gabungan ABRI tahun 1992 di Asembagus, Jawa timur. Hasilnya sesuai harapan, sasaran semuanya hancur. Sejak itu, hingga kini F-16 selalu menjadi andalan dalam setiap atraksi penghancuran sasaran yang ditonton oleh para pejabat, baik dengan bom, roket, peluru maupun rudal AGM-65 Maverick. Hampir tidak ada sasaran yang tersisa jika Si Elang penempur ini memuntahkan amunisinya. Bahkan dalam beberapa demo seringkali F16 disuguhkan paling akhir dengan maksud menghan-
curkan dan menyapu bersih sisa sasaran yang masih belum dihancurkan oleh pesawat yang lain. Kecanggihan teknologi yang ditanamkan pada pesawat ini sangat membantu pilotnya saat menghancurkan sasaran secara visual dengan akurasi yang tinggi. Tidak hanya untuk demo dan latihan saja, di medan operasi sesungguhnya F-16 selalu berada digaris depan. Saat Operasi Pemulihan Keamanan di NAD beberapa tahun silam, semua sasaran yang diperintahkan untuk dihancurkan dapat dilaksanakan nyaris tanpa cacat. Setiap ada gejolak yang menyangkut pertahanan dan harga diri bangsa, F-16 selalu hadir di lini depan. Konflik Ambalat,
Edisi April 2010
15
Laporan Khusus
pengamanan pulau terluar, patroli perbatasan, hingga saat ini Indonesia masih selalu mengandalkan Si Falcon. Kemampuan terbang jarak jauh atau “long range” meski mengusung persenjataan yang berat, memberikan rasa per– caya pada pimpinan untuk memberi order pada F-16. Kiprah F-16 Skadron Udara 3 dalam operasi Hanud juga sangat menentukan dan telah berbuat banyak untuk negeri ini. Sudah banyak pesawat mata-mata asing yang terbang tanpa ijin masuk ke wilayah kedaulatan negara dan berhasil di-intercept. Kisah yang paling seru adalah saat dua Falcon mencegat lima pesawat tempur US Navy, F-18 Hornet dari kapal induk yang terbang tanpa ijin di Laut Jawa. Peristiwa ini menjadi insiden nasional dan terkenal dengan “Peristiwa Bawean 2003”. Kejadian ini sempat membuat gusar DPR-RI dan menuntut Amerika meminta maaf karena melanggar kedaulatan negara kita. Masih banyak kisah pengejaran dan pencegatan oleh F-16 terhadap pesawat asing yang nyelonong tanpa ijin. Banyak di antara mereka yang sempat di shadowing bahkan diusir dari wilayah NKRI. Foto-foto hasil tang– kapan para “Dragon” itu ada beberapa yang dipajang didinding hanggar Skadron. Kesiagaan F-16 untuk scramble (gerakan cepat karena situasi darurat perang) terhitung cukup cepat. Jika dibutuhkan dalam waktu kurang dari tiga
16
Edisi April 2010
menit, satu flight F-16 sudah bisa mengudara, dihitung mulai dari start engine hingga posisi climbing ke arah sasaran. Karena kesigapan dan kecepatannya menuju sasaran, Kohanudnas sering mengandalkan F-16 jika menemukan LASA X pada displai radar di bawah komandonya. Tidak hanya sukses melaksanakan berbagai macam operasi, pesawat F-16 TNI AU juga pernah mendulang keberhasilan bahkan decak kagum dunia internasional saat enam pesawat F-16 meliuk-liuk di udara mempertontonkan kelihaiannya bermanuver aerobatik secara formasi pada even Indonesia Airshow 96. Itulah tim aerobatik pertama milik Indonesia yang tampil pada even internasional. Elang Biru, nama tim aerobatik F-16 yang dipimpin Letkol Pnb Rodi Suprasodjo ini. Manuvernya disejajarkan dengan beberapa tim aero– batik kelas dunia seperti Red arrows dan Roullets. Dengan perbandingan thrust to weight ratio 1:1,2 maka F-16 sangat ideal untuk sebuah tim aero– batik. Amerika sendiri, yaitu Thunder bird menggunakan F-16 selama lebih dari 25 tahun bahkan hingga kini. Tak pelak F-16 menjadi pesawat yang paling lama digunakan oleh sebuah tim aerobatik dunia. Kegiatan lain yang mem– bawa nama harum TNI AU
Laporan Khusus
adalah ketika melaksanakan latihan bersama dengan negara lain. Umumnya para pilot negara lain memuji dan kagum akan performance para pilot F-16 Indonesia yang tangguh, ulet tidak gampang menyerah dan mampu ber– manuver memaksimalkan ke– mampuan pesawat hingga limit tertinggi. Selama ini F-16 Indonesia telah melawat ke negara-negara tetangga yaitu Thailand, Singapura, Malaysia dan Australia. Resume dari beberapa latihan bersama tersebut dijadikan pelajaran bagi para pener– bang untuk lebih meningkat– kan kemampuan para penerbang Skadron Udara 3. Jika melihat dari peran F-16 selama ini di TNI AU, tak salah jika julukan King of Battle disematkan pada pesawat ini. Semua jenis tugas dan manu– ver dilaksanakan dengan baik di segala cuaca, baik itu manuver air to air, air to surface, air intercept dan juga aerobatic. Hampir semua operasi skala Kohanudnas atau Koopsau, atau antar angkatan bahkan skala nasional sudah kenyang dilakoni F-16. Maka pantas jika selama 20 tahun Sang Falcon selalu menjadi kebanggaan TNI AU dan rakyat Indonesia. Dragon dan Falcon Setiap satuan pesawat militer selalu memiliki call sign atau panggilan khusus bagi para pilotnya. Seperti Thunder untuk Skadron Udara 11,
Panther untuk Skadron Udara 12. Ketika Skadron Udara 3 masih berkedudukan di Malang dengan pesawat OV-10, para pilotnya bercallsign “Bronco”. Namun seiring kedatangan F-16, pesawat OV-10 tetap dipakai dan berganti baju menjadi Skadron Udara 1, maka nama “Bronco” ikut pindah ke Skadron Udara 1. Setelah melalui pertim– bangan, maka dipilih nama “Dragon” yang pantas bagi para Jockey F-16, yang kebetulan Dragon adalah”callsign Danlanud Iswahjudi saat itu yaitu Marsma TNI FX Suyitno. Di kemudian hari pemilihan nama Dragon ini memang dinilai sangat tepat, sesuai karakternya, Dragon adalah perlambang kekuatan dan kewibawaan, penuh keberanian tidak takut siapa– pun, pantang menyerah dan menyeramkan. Sangat meng– gambarkan para penerbang F-16 yang penuh dedikasi siap melaksanakan tugas negara dalam situasi apapun. Nama binatang khas Indonesia yaitu komodo juga disebut Dragon dalam bahasa Inggris, Kadal purba raksasa dan predator yang lincah dan gesit ini siap menerkam mangsanya. Setiap Penerbang yang telah lulus konversi atau transisi di F-16 berhak menyandang gelar Dragon. Untuk urutan nomor didasarkan pada senioritas, Dragon 01 disandang oleh
Wartoyo, Dragon 02 dimiliki Basri Sidehabi begitu seterus– nya, hingga saat ini nomor Dragon sudah sampai Dragon 46. Artinya, selama 20 tahun Skadron Udara pilot F-16 sudah melahirkan 46 Pilot F-16 yang siap operasional. Saat ini juga tengah mendidik empat pilot lagi, sehingga total ada 50 pilot selama 20 tahun. Khusus Nomor sakti Dragon 00 hanya disandang oleh pejabat Komandan Skadron Udara 3. Perpaduan antara Dragon dan Falcon sangatlah cocok, Pesawat F-16 berjulukan Fighting Falcon, yaitu elang penem– pur yang gesit, lincah, peta– rung andal, tatapan matanya tajam dan tidak pernah salah sasaran. Sedangkan yang mengawaki Sang Falcon adalah para pilot yang berjulukan Dragon, yaitu naga yang kuat berwibawa, menyeramkan, pantang menyerah, selalu siap kapanpun dibutuhkan namun berjiwa sportif dan berhati lembut kepada sesama. Saat ini performance para “Naga” di Skadron Udara 3 tetap terjaga bahkan semakin terasah. Harihari mereka selalu disibukkan dengan belajar dan berlatih. Keselamatan terbang tetap menjadi prioritas yang utama dalam setiap latihan penerbangan. Hikmah Perjalanan 20 tahun Malang melintang selama 20 tahun menjaga dirgantara negeri, bukanlah waktu yang
Edisi April 2010
17
Laporan Khusus
singkat. Meski berbagai prestasi telah terukir indah, namun tetap masih jauh dari sempurna, karena pesawat F-16 buatan manusia. Ada beberapa peristiwa berupa incident maupun accident yang mencerminkan bahwa masih ada kelemahan yang senantiasa diperbaiki minimal dikurangi. Sejak kedatangannya, 20 tahun silam hingga saat ini, performa Falcon sama sekali tidak menurun, kemampuan bermanuvernya pun tetap terjaga, load 9 G’s masih bisa digapai tanpa kesulitan. Namun sayangnya, selama 20 tahun nyaris tidak ada up grade yang berarti khususnya untuk meningkatkan kemampuan bertempur Sang Falcon. Up grade hanya menyentuh bagian airframe dan penggantian kabel (wiring system), belum ke bagian yang substansial seperti avionik, radar ataupun persenjataan. Sehingga praktis F-16 yang sekarang tak berbeda jauh dengan saat datang 20 tahun lalu. Sementara pemilik F-16 di negara-negara lain sudah beberapa tahun lalu meng-up grade pesawat F-16 nya. Awalnya saat datang dulu, Indonesia telah selangkah lebih maju di kawasan Asia Tenggara, dengan mengoperasikan F-16 Block-15 OCU yang pertama. Namun saat ini kita sudah ketinggalan, meski kemampuan para Pilot kita masih bisa disejajarkan dengan negara lain, tetap saja modernisasi alutsista adalah sesuatu hal mutlak yang harus dipikirkan. Penggunaan pesawat F-16 18
Edisi April 2010
selama 20 tahun memang sudah membuktikan keandalan Si Fighting Falcon, yang mudah perawatan, bandel, akurasi tinggi, long range operation dan readiness tinggi. Dari pendapat para pilot yang pernah mengawakinya pasti akan berkomentar bahwa F-16 adalah pesawat yang nyaman, powerfull, dengan posisi duduk dan side stick yang comfortable menjadikannya mudah diajak berbagai manuver, berakurasi tinggi dan dengan bubble canopy memiliki view yang luas. Dari segi pemeliharaan F-16 termasuk pesawat yang tidak rewel, gampang pemeliharaannya, bahkan hingga kini engine-nya masih bisa digunakan secara full power tanpa khawatir akan rusak. Belum pernah ditemui kejadian engine fail saat terbang. Kebutuhan akan spare part pun tidak sulit, karena F16 termasuk pesawat yang paling laku di dunia. Melihat catatan pengalaman di atas, maka rencana modernisasi dengan mendatangkan F-16 seri terbaru yaitu F-16 C/D block 50-60 adalah sebuah pilihan yang masuk akal. Jika kita akan melompat ke F-22 atau F-35, sangat mahal sekali dan kondisi keuangan negara saat ini tidak memungkinkan. Jika kita memilih F-16 C/D seri terbaru maka biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Pertama sistem pemeliharaan yang tidak jauh berbeda tinggal melanjutkan, yang kedua adalah pelatihan untuk para penerbangnya juga tidak memerlukan effort yang
besar, karena tidak ada perbedaan signifikan dalam mengoperasikan antara F-16 A/ B dan F-16 C/D. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah F16 C/D masih banyak digunakan negara-negara di dunia, bahkan masih ada beberapa negara yang memesan, sehingga diperkirakan hingga 20 tahun ke depan F-16 C/ D masih dapat digunakan TNI Angkatan Udara. Syukuran 20 Tahun Meski keberadaan pesawat F-16 di tanah air ini cukup fenomenal dan melegenda, namun syukuran 20 tahun F-16 bagi warga Skadron Udara 3 tidak dirayakan secara besar-besaran. Sejak naik menjadi Komandan Skadron Udara 3, Letkol Pnb Fajar Adriyanto telah merencanakan rangkaian acara perayaan ini dengan berbagai kegiatan yang lebih cenderung pada syukuran, doa selamat dan acara lain yang sederhana. Pertama adalah khataman membaca Al-Quran. Kedua, panen ikan dari kolam peliharaan sendiri, sebagai acara terakhir adalah pemotongan tumpeng dan doa serta makan bersama seluruh warga Skadron Udara 3 beserta keluarganya. Selain itu kita juga membuat tulisan dan foto-foto yang dikirim ke berbagai media cetak untuk dimuat agar seluruh masyarakat Indonesia juga tahu bahwa pesawat F-16 Fighting Falcon kebanggaannya telah berusia 20 tahun dan tetap siaga menjaga dan menegakkan kedaulatan negara di udara.* (Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi)
Laporan Khusus
CORETAN BOM Sebagian orang menganggap hal ini adalah sebuah ritual, sebagian lagi mengira hal itu hanyalah sebuah coretan tanpa makna; namun bagi sebagian kecil dari mereka yang mengerti, apa yang dilakukan adalah sebuah ungkapan dan pesan dari hati, tidak perlu orang lain memahami, cukup dia dan Tuhan yang tahu. Adalah suatu kebiasaan yang telah berlangsung bertahun-tahun, para penerbang F-16 selalu mencoretkan sesuatu pada bom yang akan mereka luncurkan. Bagaikan petarung yang berteriak “terimalah ini” kepada lawannya. Namun sebenarnya coretan itu bermakna lebih dalam. Salah seorang penerbang berkata, hal ini (coretan pada bom) dapat menimbulkan rasa lebih percaya diri saat akan meluncurkan bom tersebut. Adrenalin akan semakin meningkat seiring dengan semakin dekatnya waktu peluncuran. Kepuasan diri akan datang bersamaan
dengan hancurnya sasaran. Lalu apa hubungan antara mencoret bom dengan ketepatan mengebom? Secara teknis apabila dikaji lebih dalam, apabila terjadi kasus dimana bom tidak meledak sebagimana mestinya, akan dapat dikenali siapa yang meluncurkan bom tersebut. Disini dituntut profesionalisme dalam melaksanakan tugas pengebomam. Semakin tepat sasaran maka akan semakin membuktikan profesionalismenya sebagai seorang fighter sejati, terlepas dari meledak atau tidaknya bom tersebut. Bagi para pilot luar negeri, mereka beranggapan apa yang mereka coretkan adalah sebuah harapan, dengan meledaknya bom tersebut mereka yakin harapan mereka akan dapat terwujud. Itu adalah suatu kepercayaan, tidak untuk diyakini, namun juga itu adalah sesuatu yang tidak untuk diperdebatkan. Apapun maksud dan tujuan para pilot F-16 dengan menco–
ret bom sebelum melaksanakan pengeboman, hendaklah kita mengerti sebatas itu adalah suatu ekspresi yang menunjukkan bahwa mereka melaksanakan tugas pengeboman dengan penuh tanggung jawab dan se– bagai ajang pembuktian profe– sionalisme pilot tempur. Sisi baik yang dapat kita ambil adalah para pilot F-16 selalu berusaha untuk dapat melak– sanakan segala tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Lalu masih pantaskah me– nganggap coretan itu tanpa makna? Bagi khalayak awam dapat dikatakan sebuah beban mental, namun bagi orang yang selalu berpikir positif kegiatan ini dapat juga dikatakan sebagai motivator. Tergantung dari mana kita melihatnya. Bagaimana menurut Anda?
Edisi April 2010
19
Iptek
Sayang Tak Ada CN-235
di Singapura Oleh Ninok Leksono
K
ontras itu memang amat jauh : antara Pameran Kedirgantaraan Paris 1997 dan Pameran Kedirgantaraan Singapura 2010. Di Salon Le Boruget 1997, ada prototipe N250, pesawat penumpang bermesin baling-baling hasil rekayasa putra-putri Indonesia yang dilengkapi kontrol fly-bywire. N-250 datang ke Paris dua tahun setelah terbang perdana menjelang HUT ke-50 RI dan masih menandai era kejayaan industri kedirgantaraan RI. Namun, persis dari Paris itulah pecah krisis yang lalu memorakporandakan semuanya. Bukan hanya N-250 lalu menjadi seonggok artefak yang gagal memunculkan pendapatan bagi negara, industri kedirgantaraan Indonesia pun runtuh. Dua tahun 20
Edisi April 2010
silam, di Pameran Kedirganta– raan Singapura, masih ada karya PT Dirgantara Indonesia (DI) yang hadir di pameran, yakni CN-235 versi maritim. Kini, industri Indonesia betulbetul absen. Sementara itu, meski ada krisis global, negara-negara yang punya tradisi kedirganta– raan masih memunculkan karya baru. Di bidang militer, misalnya, Rusia melalui Komsomolskna-Amure Aviation Production Association (KNAAPO) dan Sukhoi Aircraft pada 29 Januari lalu berhasil menerbangkan prototipe pesa– wat T-50, jet tempur tak kasat radar (stealth). Sebelum ini, dari pesawat militer ada penerbangan per– dana pesawat angkut Airbus A 400M (11/12/09) dan juga
pesawat angkut Jepang Kawasaki C-X. Sementara dari jajaran pesawat sipil ada penerbangan perdana Boeing 787 Dreamliner (15/12/09), pesawat penumpang generasi baru yang dipromosikan akan merevolusi perjalanan udara. Diakui, masih ada pengaruh krisis ekonomi yang menyesakkan bagi siapa pun. Bahkan, raksasa seperti Boeing pun mengakui betapa beratnya krisis. Namun, Boeing tetap hadir, bahkan dengan profil tinggi. Alasannya adalah kawasan Asia Pasifik merupakan sentra pertumbuhan kedirgantaraan pada masa depan. Boeing tentu tidak mau kehilangan peluang. Ini pula yang menjelaskan mengapa Boeing juga me– mikirkan untuk memunculkan
Iptek
varian baru produk sukses seri 737 setelah pesaingnya, Airbus, mempertimbangkan hal sama untuk seri 320. Semestinya hadir Dalam derap perkembangan kedirgantaraan yang sangat dinamis ini, PT DI semestinya memang hadir di Singapura. Dengan CN-235 yang terakhir dibuat pun tak apa-apa, sekadar untuk memelihara citra dan eksistensi. Dengan C-212400 pun, bila setelah EADS/ CASA memfasilitasi produksinya, juga tidak apa-apa, yang penting Indonesia tak terhapus dari peta industri kedirgantaraan regional. Ada dua pesan penting yang sebetulnya terlewatkan dengan ketidakhadiran Indonesia di Singapura. Pertama, kita memiliki kemampuan di bidang teknologi dirgantara yang dapat kita tawarkan kepada kawasan atau bahkan dunia. Kedua, kita adalah bangsa yang memiliki ko– mitmen pada penguasaan teknologi yang besar manfaatnya bagi kemajuan, baik untuk perekonomian maupun untuk menjaga kedaulatan. C-212 ataupun CN-235 adalah produk sudah jadi (meskipun tetap bisa dilakukan penyempurnaan). Dinamisnya otonomi daerah dan semakin meningkatnya mobilitas ma– syarakat Indonesia, termasuk di wilayah yang sebelum ini masih kurang berkembang sarana transportasinya, mem– buat kehadiran pesawatpesawat perintis besar pe– ranannya. Kini maskapai penerbangan nasional, seperti Merpati atau Trigana, mestinya sudah bisa merasakan denyut penerbangan sipil perintis yang
semakin dinamis. Semboyan ”Jembatan Nusantara” kiranya tetap relevan. Kalau C-212 dan CN-235 tak layak ditampilkan, adakah yang baru? Melangkah ke karya baru, seperti misalnya meng– hidupkan N-2130? Mimpi pun mungkin tak sanggup. Selain masalah dana, tenaga ahli untuk mendukung pewu– judannya pun sudah jadi diaspora. Menghidupkan kembali N250 hingga menjadi pesawat turboprop yang kembali stateof-the-art? Sempat terpikir. Menurut Prof BJ Habibie yang dulu memimpin proyek ini, N-250 bisa didesain ulang, yaitu dengan mengganti mesinnya dengan jenis lebih mutakhir yang lebih irit bahan bakar dan lebih bertenaga, dengan kokpit dan roda pendarat utama yang dipindah ke bawah sayap. Namun, proyek yang bisa dikerjakan dalam tempo 3-5 tahun ini membutuhkan dana tak kurang dari 500 juta dollar AS atau sekitar Rp 5 triliun. Soal dana mungkin pelik, tetapi bila ada kemauan dan visi jelas, besar kemungkinan ini masih bisa diatasi. Tentu saja proyek semacam ini juga harus dikawal dengan manajemen yang lebih ketat dan kemudian pemasaran yang lebih piawai. Tanpa unsur terakhir ini, meski peluang pesawat regional berkapasitas 50-70 penumpang besar, sulit kita untuk mere– butnya. Lebih-lebih ketika pesaing seperti ATR-72 sudah lalu-lalang menerbangi langit Nusantara. Pemasok ekstra-regional Untuk pesawat tempur yang menuntut teknologi canggih,
negara-negara Asia Tenggara sepenuhnya masih bertumpu pada teknologi asing ekstra regional. F-16, F-15, dan F/A-18 dari Amerika, Su-30 dari Rusia, dan JAS-39 Gripen dari Swedia. Ketika membu–tuhkan pesawat latih, negara semaju Singapura pun masih harus menoleh ke Korea dan ke Italia. Demikian pula untuk pesawat sipil berbadan lebar, Boeing dan Airbus-lah pemasok utamanya. Lalu, ketika kebutuhan makin beragam, pemasok asing yang sudah lebih siap dengan pro– duknya berada dalam posisi berpeluang besar. Misalnya saja, ketika era penerbangan nirawak makin penting, Israel termasuk yang tampak siap merebut pe– luang. Di Singapura, Israel Aircraft Industries memamerkan Pesawat Udara Nir-Awak (PUNA) Heron. Produsen lain juga melihat peluang ini. AS memamerkan juga PUNA Global Hawk, sementara produsen Eropa (EADS) juga punya PUNA Talarion dan Barracuda yang kini giat dipasarkan. AS kini memasok Pakistan dengan armada PUNA Shadow 200 untuk membantu militernya memerangi Taliban di Afganistan. Laporan di atas sekadar menggarisbawahi betapa jagat penerbangan terus berkembang meski ada krisis. Mengingat kawasan Asia Pasifik merupakan area pertumbuhan utama, semua industri kedirgantaraan dunia pun tak ragu berbondong hadir di sini. Indonesia yang pernah punya industri kedirgantaraan yang cukup disegani sekarang ini tampak puas sebagai penonton. Semoga hal ini tidak lama; kalau tidak ingin peluang itu lepas sama sekali dan wilayah Nusantara yang terbentang luas ini kelak se– penuhnya diterbangi oleh pesawat yang dibuat di benua nun jauh di sana.* (http://ardava.com/) Edisi April 2010
21
Iptek
Jembatan Canggih nan Murah Menuju Fighter Generasi Kelima Oleh Mayor Pnb Wastum/Kasi Lambangja, Disops Lanud Iswahjudi
Sebagaimana diketahui, bahwa sebelum mengawaki pesawat-pesawat tempur modern, seorang penerbang tempur harus melewati tahapantahapan latihan yang berlanjut dan berkesinambungan. Di sekolah penerbang, mula-mula dia terbang dengan pesawat latih berkecepatan rendah namun memiliki kemampuan manuver aerobatik secara penuh (full aerobatic performance). Untuk latih mula ini biasanya juga dipilih pesawat dengan desain tempat duduk side by side sehingga memudahkan pemantauan seorang instruktur terhadap apa-apa yang dikerjakan siswanya. Dalam fase ini tujuan utamanya adalah membentuk airmanship seorang calon penerbang. Lulus dari fase mula, seorang calon penerbang masih harus melaksanakan pelatihan
22
Edisi April 2010
dengan pesawat latih dasar sebelum menuntaskan pendidikan sekolah penerbangnya. Pesawat yang digunakan biasanya sudah memiliki kecepatan yang relatif lebih tinggi dibanding dengan pesawat latih mula dan mempunyai desain tempat duduk tandem yang memungkinkan dia dapat berimprovisasi dengan kemampuan awal yang didapat di latih mula. Begitu lulus dari sekolah penerbang, mereka tidak serta merta dapat mengoperasikan pesawat-pesawat operasional dengan tingkat kompleksitas yang sangat tinggi. Fase berikutnya yang harus ditempuh adalah terbang di suatu pesawat yang mampu mengantarkan dia menyesuai–kan dengan cepat dipesawatpesawat operasional yang akan diawaki. Untuk penerbang
tempur, kondisi ini menjadi lebih kompleks mengingat adanya perbedaan yang sangat signifikan antara pesawat propeller yang digunakan di sekolah penerbang dengan pesawat-pesawat jet yang ada di satuan udara. Oleh karena itu dibutuhkan kursus yang menjembatani kemampuan perwira lulusan sekolah penerbang (Sekbang) ini dengan requirement yang dibutuhkan untuk menerbangkan pesawat jet operasional. Pertanyaanya, mengapa fase ini harus ada? Apakah tidak bisa seorang penerbang lulusan Sekbang langsung mengikuti pendidikan di satuan masing-masing dengan pesawat operasional yang akan diawakinya? Bukankah yang demikian akan lebih efektif? Jawabanya pasti bisa, namun butuh berapa lama? Kal-
Iptek
kulasikan dengan biaya operasional per jam untuk pesawat-pesawat tempur; efektifkah itu? Tidak. Apalagi ditambah dengan tugas yang harus diemban oleh satuan udara yang selain melaksana– kan kaderisasi dengan mendidik para penerbang baru, juga melaksanakan operasi udara untuk menjaga kedaula– tan negara di udara. Kalau hanya mengurusi kaderisasi lalu kapan melaksanakan operasinya? Oleh karena itu keberadaan skadron udara yang bertugas mendidik perwira-perwira penerbang lulusan sekbang yang akan memasuki jenjang karier sebagai pilot pesawat tempur sangatlah vital dalam menjaga efektivitas kinerja skadron udara operasional dan mengantarkan mereka dari yang semula hanya memiliki “propellermanship” untuk memiliki “ jetmanship”. Lalu pesawat jenis apakah yang kira-kira mampu mengemban tugas ini? Ada beberapa jenis pesawat yang digadang mampu menjembatani para penerbang untuk me– ngawaki pesawat-pesawat tempur generasi keempat dan kelima, diantaranya adalah EADS Mako, Aermacchi M-346, Hawk dan T/A-50 Golden Eagle. Nama yang terakhir inilah yang sedang ramai dibicarakan karena performance yang dimilikinya diharapkan mampu mengantarkan pener– bang untuk menerbangkan pesawat-pesawat tempur canggih, sedangkan harga persatu-an di pasaran dibandrol dengan harga yang cukup bersaing yaitu hanya sekitar US $ 22 juta. Oleh karena itu sebagai bahan pertimbangan, maka akan dikupas lebih dalam
mengenai performance dari pesawat ini. Umum Sepintas T/A-50 Golden Eagle ini sangat mirip dengan F-16 dengan skala yang lebih kecil atau sekitar 80% dari ukuran aslinya. Hal ini tidak mengherankan mengingat dari awal pengembangannya pe– sawat ini dimaksudkan untuk melatih pilot-pilot RoKAF untuk menerbangkan F-16-nya. Beberapa desain sangat mirip dengan F-16 seperti bentuk sayap yang sweep back hanya dibagian depan (leading edge) lengkap dengan LERX (leading edge root extensions), missile launch rail di ujung-ujung sayap, bagian ekor, speed brakes dan roda pendaratan. Bagian yang berbeda dari F-16 adalah bentuk air intake yang berada di samping badan pesawat di bawah LERX yang kalau diperhatikan lebih mirip dengan air intake pesawat F/A18 Hornet. Golden Eagle ini merupakan pesawat latih lanjut supersonic buatan KAI (Korean Aerospace Industries) yang ber-
kolaborasi dengan Lockheed Martin, USA. Dari awal pem– buatanya, pesawat ini telah dirancang sebagai pesawat latih lanjut dan serang ringan yang mampu mencapai kecepatan supersonic untuk melatih dan mempersiapkan pilot-pilot yang mengawaki pesawat KF16 (F-16 versi Korea). Pesawat T-50 yang sudah dikembang– kan ada 2 jenis yaitu T-50A untuk latih lanjut dan T-50B untuk LIFT (lead-in fighter trainer) yang disebut juga A-50 oleh Republic of Korea Air Force (RoKAF). Karena pesawat ini dimaksudkan untuk menyiapkan pilot-pilot pesawat generasi ke-4 dan ke-5 seperti F-16, F-22 dan JSF (joint strike fighter) maka pesawat ini telah dilengkapi dengan fasilitas yang modern baik engine, avionic maupun persenjataannya. Sebagai kontraktor utama, KAI bertanggung jawab dalam desain badan pesawat (fuselage) dan bagian ekor (tail section). Sedangkan Lockheed Martin bertugas mendesain bagian sayap, avionic, electrical flight control system termasuk menyediakan konsultasi teknis
Edisi April 2010
23
Iptek
secara umum (supervisi). T/A-50 dikontrol dengan sistem fly-by-wire dan HOTAS (hand on throttle and stick) yang memungkinkan penerbang dapat dengan leluasa me– nggerakan bilah kemudi, power, pengoperasian radar, termasuk pengoperasian senjata hanya dengan tombol-tombol yang sudah ada di throttle dan stick. Desain kokpit juga mengadop dari kokpit F-16 yang menggunakan side stick. Untuk memudahkan penerbang dalam memantau instrumen pesawat, di kokpit terpasang 2 buah multi function displays (MFDs) berwarna ukuran 127 mm dan sebuah head up display (HUD) yang disuplai dari British Aerospace (BAe). Bagian digital flight control system dan komponen avionic pesawat ini dikerjakan oleh Lockheed Martin di Fort Worth yang meliputi bagian navigasi dan attack system, sebuah Honneywell H-764 G GPS/INS (global positioning system/inertial navigation system) dan HG 9550 radar altimeter, Rockwell Collins VIR-130 A integrated VOR/ILS (instrument landing system) dan ARN-153V advanced digital tactical aid to navigation, dan Raytheon ARC-232 VHF radio. Untuk pesawat jenis LIFT dilengkapi juga dengan radar canggih yaitu AN/APG-67 (V)4 multi-mode radar. Radar ini sudah compatible dengan beyond visual range (BVR) missiles dengan jangkauan tracking yang jauh (>40 NM/ 75 KM) meski dalam kondisi high-G manuver. Radar ini juga sangat baik untuk look-down engagement untuk mendeteksi target yang bersembunyi di high ground and sea clutter. Pesawat ini juga dilengkapi dengan onboard oxygen generating system
24
Edisi April 2010
(OBOGS) dan ejection seat dari Martin Baker, Uxbridge, UK. Persenjataan Persenjataan Golden Eagle dibawa pada 5 titik di sepanjang wing dan badan pesawat (hardpoints) yaitu satu di centerline (di bawah badan pesawat), di bawah wing kiri dan wing kanan, serta persenjataan udara ke udara terpasang di launch rail di ujung tiap-tiap sayap pesawat. Launch rail yang dipasang di ujung sayap ini mampu membawa AIM-9 Sidewinder dan telah diuji coba dengan berhasil menembakan AIM-9L pada bulan November 2005. Di bawah sayap dan di centerline mampu membawa rocket pods, rudal udara ke darat maupun rudal udara ke udara yang disesuaikan dengan kebutuhan misi penerbangan seperti Mk82/83/84 general purpose bomb, CBU-58 cluster bomb, Mk-20, AGM-65 Maverick dan rocket launchers jenis LAU-3 dan LAU68. Untuk pesawat tipe LIFT diperlengkapi dengan peluru kaliber 20 mm dengan 3-barrel M61 cannon dari General Dynamics armaments. Tipe LIFT juga diperlengkapi dengan electronic warfare pods sebagai pendukung perang elektronika dan radar warningreceiver (RWR) yang dapat memberikan informasi bagi pilot bila ada ancaman dari pesawat musuh. Mesin Pesawat ini didorong dengan sebuah mesin turbofan dari General Electric tipe F404GE-102 dengan full authority digital electronic control (FADEC) dan afterburner. Kompressor– nya terdiri dari 3 fan stage dan 7 axial stage. Sistem campuran aliran bahan bakar dan udara di
combustion chambaer dikontrol oleh FADEC dan menghasilkan daya dorong sebesar 79,1 kN dengan afterburner atau sebesar 53,07 kN tanpa afterburner. Pesawat ini memiliki 7 tanki bahan bakar yang tersebar di wing dan badan pesawat dengan kapasitas 2.655 liter ditambah bahan bakar cadangan yang dapat dibawa sebanyak 570 liter. Dengan kemampuannya ini, diharapkan para penerbang yang lulus menerbangkan pesawat ini nantinya tidak akan menemui banyak kendala dalam menerbangkan pesawatpesawat tempur operasional yang canggih dan hanya sebentar melaksanakan pen– didikan transisi di skadron sebelum melaksanakan misi operasi yang sebenarnya. Flying cost per hour yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pesawat-pesawat operasional juga membuat pelatihan di pesawat ini menjadi lebih efisien dibanding pelatihan di skadron operasional. Sehingga tidak aneh jika banyaK pengamat menilai pesawat ini merupakan pesawat latih lanjut yang sangat reliable sekaligus cost effective. Jika apa yang pernah disampaikan oleh Marsda TNI (Purn) I Gusti Made Oka dalam buku “Road to Zero Accident TNI AU 2006-2010” tentang perampingan jenis pesawat tempur TNI AU dari 5 tipe pesawat (tidak termasuk pesawat COIN) menjadi hanya 2 tipe pesawat multiguna seperti F-16 dan Sukhoi, maka keberadaan pesawat T/A-50 ini akan sangat membantu untuk menjembatani para penerbang tempur TNI AU dari pesawat latih ke pesawat-pesawat tempur canggih ini. Semoga.*
Hukum
Perjuangan Penegakan Hukum Kedaulatan Negara di Udara dari Bumi Merauke yang Kandas di Mahkamah Agung Oleh Kolonel Sus Sujono, S.H. MH Kakum Koopsau II
T
anggal 12 September 2008 pukul 11.21 WIT pesawat sipil asing jenis Partenavia P – 68 Viper dengan Pilot William Henry Scott Bloxam dan 4 (empat) orang penumpang terbang dari Horn Island Australia mendarat di Bandara Mopah Merauke tanpa memiliki dokemen flight approval dan security clearance. Atas pelanggaran wilayah udara tersebut Pengadilan Negeri Merauke pada tanggal 12 Januari 2009 menjatuhkan pidana penjara 3 (tiga) tahun dan denda Rp 50 juta atau pidana kurungan pengganti selama 3 (tiga) bulan kepada Pilot William Henry Scott Bloxam karena pilot tersebut terbukti telah mengoperasikan pesawat udara sipil asing memasuki wilayah RI tanpa perjanjian bilateral atau multilateral atau izin khusus sebagaimana diatur dan diancam pada Pasal 58 Jo. 13 Ayat 2 UU No 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (telah diganti UU No 1 Tahun 2009). Selanjutnya William Henry Scott Bloxam melalui kuasa hukumnya mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jayapura dan tanggal 5 Maret 2009 Pengadilan Tinggi Jayapura memutus lepas dari segala tuntutan hukum (onslag
Van alle rechts vervolging) terhadap William Henry Scott Bloxam dengan pertimbangan hukum Pasal 51 Ayat 1 KUHP yaitu “ orang yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tidak boleh dipidana “. Jadi Majelis Hakim PT Jayapura berpendapat pemberian izin mendarat yang diberilkan petugas ATC (Air Traffic Controlle) Bandara Mopah Merauke kepada Pilot William Henry Scott Bloxam diartikan sebagai perintah jabatan, sehingga William Henry Scott Bloxam dianggap melaksana– kan perintah jabatan/penguasa tersebut. Selanjutnya Jaksa Penuntut Umum mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dan tanggal 10 Juni 2009 memutus menguatkan putusan Pengadilan Tinggi Jayapura (menolak permohonan kasasi jaksa). Suatu perjuangan gigih penegak hukum khususnya jaksa penuntut umum dari Kejaksaan Negeri Merauke yang patut kita hargai meskipun akhirnya kandas di Mahkamah Agung. Atas putusan dan peristiwa tersebut muncul pertanyaan dimanakah keberadaan prinsip setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh (complete)
dan penuh (exclusive) atas ruang udara di atas wilayahnya sebagaimana diamanatkan Pasal 1 Konvensi Chicago 1944 ?. Apa yang salah dan bagaimana langkah hukum selanjutnya ? Hakikat Pelanggaran Wilayah Udara Jurisdiksi Nasional oleh Pesawat Udara Asing Pelanggaran wilayah udara jurisdiksi nasional oleh pesawat udara asing memang dapat diselesaikan melalui mekanis– me penegakan hukum pidana sebagai sebuah kejahatan penerbangan, akan tetapi peristiwa tersebut belum dilihat secara komprehensip dari aspek yang lain seperti keama– nan nasional (misal teroris) dan pertahanan misal pengamatan dan infiltrasi serta information exploitation oleh pihak asing dengan memanfaatkan luasnya wilayah negara RI sebagai negara kepulauan dan masih terbatasnya kemampuan RI untuk mengontrol wilayah udara tersebut. Cara pandang secara komprehensip perlu dilakukan berkaitan dengan sifat-sifat stretegisnya media udara berkaitan dengan penggunaan kekuatan udara asing untuk tujuan tertentu. Hal-hal demikian seharusnya sudah menjadi bahan per– timbangan dalam penegakan
Edisi April 2010
25
Hukum
hukum pelanggaran wilayah udara jurisdiksi nasional oleh peradilan pidana. Prinsip teritorial menurut hakim Lord Macmillan setiap negara harus memiliki jurisdiksi terhadap semua orang, benda dan perkara-perkara pidana dan perdata dalam batas-batas teritorialnya sebagai pertanda negara tersebut berdaulat. Prinsip tersebut juga dianut dan berlaku di Indonesia, sehingga terhadap pelanggaran wilayah udara jurisdiksi nasional oleh pesawat udara asing yaitu pesawat Partenavia P-68 Viper tersebut juga tunduk pada sistem hukum pidana Indonesia. Meskipun kewenangan ter– sebut telah diberikan, ter– kadang penegakan hukum– nya tidak efektif, kemungkinan disebabkan penerapan hukum– nya yang salah karena ke– terbatasan pemahaman para penegak hukum atas substansisubstansi operasional/teknis penerbangan dan sulitnya diperoleh alat bukti di persidangan karena keterbatasan teknologi yang mampu mencatat dan mendokumentasikan seluruh peristiwa pelanggaran wilayah udara tersebut. Ada 3 (tiga) komponen bekerjanya hukum yaitu struktur hukum (penegak hukum), substansi hukum (peraturan-perundangan) dan kultur hukum. Penegakan hukum pelanggaran wilayah udara jurisdiksi nasional tersebut tergantung 3 (tiga) komponen tersebut. Substansi hukumnya (Undang-Undang Penerbangan) sudah memadai, tapi mungkin struktur hukum (penegak hukum) yang belum memadai baik dari aspek profesionalitas dan atau aspek
26
Edisi April 2010
integritas sehingga penegakan hukum tidak efektif. Analisa Proses Hukum Pelanggaran Wilayah Udara Jurisdiksi Nasional Oleh Pesawat Udara Sipil Partenavia P- 68 Viper. Putusan Banding Pengadilan Tinggi Jayapura yang memutus lepas dari segala tuntutan hukum (onslag Van alle rechts vervolging) terhadap William Henry Scott Bloxam dengan pertimbangan hukum bahwa William Henry Scott Bloxam mendaratkan pesawat udara di Bandara Mopah Merauke karena perintah jabatan penguasa Bandara (petugas ATC). Selanjutnya putusan tersebut dikuatkan oleh putusan Mahkamah Agung (menolak kasasi Jaksa Penuntut Umum) dengan penambahan pertimbangan hukum bahwa pilot telah komunikasi sebelum mendarat yang isinya penegasan jika tidak boleh mendarat akan meninggalkan wilayah udara RI. Dengan diizinkan mendarat maka keberadaan pilot telah diketahui penguasa Bandara dan pemandu lalu lintas udara, padahal mereka dapat memerintahkan pesawat udara tersebut meninggalkan wilayah kedaulatan NKRI namun hal tersebut tidak dilakukan. Menurut kami pertimbangan putusan demikian adalah janggal dan kurang cermat dengan alasan: a. Tugas petugas ATC hanyalah melayani lalu lintas udara meliputi flight information service, alerting service, air traffic advisory service, air traffic control service yang bertujuan menyelenggarakan penerbangan dengan aman dan efisien. Berkaitan dengan pesawat Partenavia P-68 Viper petugas ATC tidak memiliki kewe-
nangan untuk menilai dan memutuskan substansi apakah penerbangan pesawat tersebut dan penumpangnya legal atau illegal karena hal tersebut diputuskan oleh petugas/ pejabat lain yang terkait setelah pesawat mendarat oleh petugas Bandara dan imigrasi. Dengan demikian pelayanan lalu lintas udara berupa ijin mendarat terhadap pesawat Partenavia P-68 Viper tidak dapat diartikan sebagai perintah jabatan yang dapat meng– hapuskan unsur pidananya. Justru jika tidak diberikan ijin mendarat dapat mengganggu atau berpotensi terjadinya ancaman keselamatan pener– bangan baik terhadap pesawat tersebut maupun pesawat lain. b. Petugas ATC mengijin– kan pesawat Partenavia P-68 mendarat karena pesawat tersebut pada saat komunikasi
Hukum
d. Jika petugas ATC mengizinkan pesawat Paterna– via P-68 mendarat tanpa dokumen dilakukan dengan sengaja dan untuk kepentingan pribadi dengan menyalah– gunakan wewenang maka seharusnya petugas ATC dapat dijerat pidana karena ”membantu” Pilot William Henry Scott Bloxam me– lakukan tindak pidana, bukan berarti pilot tersebut lepas dari segala tuntutan hukum.
terakhir sudah berada di wilayah udara jurisdiksi nasional. Dengan demikian status penerbangan pesawat tersebut (legal atau illegal) perlu diuji setelah mendarat di Bandara dalam rangka pe– negakan hukum. c. Penerbangan pesawat Partenavia P-68 Viper menuju Bandara Mopah Merauke bukanlah suatu kebetulan karena fakta hukum kesaksian di persidangan Pilot dan penumpangnya menerangkan 3 (tiga) hari sebelumnya telah pesan kamar sebuah hotel di Merauke. Dengan demikian unsur sengaja untuk mener– bangakan pesawat udara sipil asing (dari Horn Island) memasuki wilayah udara jurisdiksi nasional tanpa perjanjian bilateral atau multilateral atau izin khusus sebelumnya sudah terpenuhi.
Penegakan Hukum Udara Pada Masa Mendatang Tindak pidana berupa mengoperasikan pesawat udara sipil asing memasuki wilayah RI tanpa perjanjian bilateral atau multilateral atau izin khusus sebagaimana diatur dan diancam pada Pasal 58 Jo. 13 Ayat 2 UU No 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan yang telah diganti dengan Pasal 414 Undang-Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan tidak dapat dilihat dari aspek kejahatan saja tapi merupakan ancaman keamanan nasional dan pertahanan. Dengan demikian pertimbangan hu– kum dalam penyeleseaian perkara tersebut seharusnya juga menggunakan pendekatan aspek keamanan dan pertahanan, sehingga sistem peradilan pidana Indonesia khususnya dalam penegakan hukum kedaulatan wilayah negara memiliki daya tangkal (deterrent effect) dan tidak saja hanya melalui kemampuan penindakan dengan Alutsista udara. Peristiwa masuknya pe– sawat sipil Australia Partenavia P-68 tanggal 12 September 2008 pukul 11.21 WIT ke wilayah RI melalui Bandara Mopah Merauke tanpa izin dengan Pilot William Henry Scott Bloxam dan 4 (empat) orang
penumpang yang telah diputus lepas dari segala tuntutan hukum oleh PT Jayapura dan Mahkamah Agung lebih dominan disebabkan faktor komponen struktur hukum (penegak hukum), yaitu kurangnya pemahaman ter– hadap substansi-substansi operasional penerbangan ber– kaitan dengan tugas dan wewenang ATC sehingga salah dalam menerapkan pasal 51 Ayat 1 KUHP tentang perintah jabatan, dan kurang utuhnya melihat fakta hukum persidangan di Pengadilan Negeri Merauke. Penegakan hukum atas kejahatan penerbangan berupa pelanggaran wilayah udara jurisdiksi nasional oleh pesawat udara asing seharusnya mempertimbangkan beberapa aspek secara komprehensif dan perlu integritas serta komitmen yang tinggi khususnya para aparat penegak hukum yang terlibat, karena penegakan hukum demikian oleh lembaga peradilan pidana dapat mendatangkan daya tangkal dalam menjaga kedaulatan NKRI. Meskipun William Henry Scott Bloxam Cs. telah kembali ke Australia bersama barang bukti pesawat, bukan berarti perjuangan sudah selesai, Jaksa Penuntut Umum masih dapat mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung, bahkan putusan tersebut dapat dibawa ke Komisi Yudisial untuk dinilai apakah substansi putusan hakim tersebut sudah benar atau tidak, hasilnya untuk menilai tingkat profesionalitas para penegak hukum yang menangani perkara tersebut sejak penyidikan sampai putusan.*
Edisi April 2010
27
Kesehatan
Oleh Mayor Kes Tulus Widodo Kasubsiopsbinkesbangan Dukkes, Diskesau
Kecelakaan pesawat angkut memungkinkan timbulnya korban massal, mengingat kapasitas angkutnya yang cukup besar. Data statistik menunjukkan 60-80 % dari seluruh kecelakaan pesawat angkut terjadi pada tahap pendaratan dan lepas landas. Oleh karena itu Lanud harus mempunyai kemampuan dan kesiapan untuk menangani masalah tersebut. Sikap ini harus kita terapkan mengingat para korban kecelakaan pesawat biasanya membutuhkan pertolongan medis yang cepat dan tepat agar korban dapat diselamatkan. Dinas Kesehatan Angkatan Udara (Diskesau) dalam melaksanakan dukungan kesehatan menanggulangi korban massal berpedoman pada Skep Kasau Nomor Skep/72/VII/1998 tanggal 17 Juli 1998, tentang Buku Petunjuk Teknis TNI AU tentang Dukungan Medis Terhadap Penanggulangan Korban Massal Pada Kecelakaan Penerbangan di Pangkalan Udara. Pola Operasi Penanggulangan Kecelakaan Upaya penanggulangan kecelakaan di Lanud merupakan tugas dan tanggung jawab Danlanud. Dalam pelaksanaannya menerapkan pola operasi yang mengikutsertakan berbagai unsur di Lanud seperti pemadam kebakaran, kesehatan, POM, Korpaskhas, dan Pam (unsur pengamanan). Kesiagaan Lanud dalam menghadapi kemungkinan kecelakaan penerbangan diwujudkan melalui penyiapan satuan tugas khusus, yang siap bergerak dalam 24 jam. Satuan ini disebut crash team yang merupakan kesatuan utuh dari berbagai unsur. Crash team akan mendapatkan berbagai perkuatan dari masing-masing unsur termasuk kesehatan. Perintah perkuatan ini dikeluarkan oleh komandan/kepala satuan yang terlibat. Unsur kesehatan bertugas melaksanakan dukungan medis terhadap penanggulangan kecelakaan penerbangan, baik berupa penyelamatan dan pertolongan korban maupun upaya medis lain yang diperlukan. 28
Edisi April 2010
Kesehatan
Pola Pembinaan Kesiapan Sasaran pembinaan kesiapan unsur kesehatan dalam crash team ini meliputi bidang : 1. Personel Personel kesehatan harus disiapkan selama 24 jam penuh di base ops Lanud atau rumah sakit minimum satu orang dan satu orang pengemudi ambulan lapangan. Personel ini harus mampu bergerak setiap saat bila diperlukan, serta memahami jalan pintas menuju lokasi kecelakaan. Petugas kesehatan yang datang kemudian dan menjadi personel perkuatan terhadap personel inti, disiapkan agar menjadi kompak yang lengkap untuk ditugaskan pada setiap pos pertolongan medis yang ada. Penyelenggaraan latihan unsur kesehatan dalam crash team dilakukan secara teratur dan berkala. 2. Unsur logistik Unsur logistik kesehatan yang disiapkan untuk mendukung crash team adalah : - Perangkat kesehatan ambulance lapangan. - Perangkat kesehatan lapangan (untuk resusitasi, bedah lapangan, tandu, fiksasi patah tulang selimut dan lain-lain). - Tenda kesehatan lapangan. - Obat-obatan/ bekal kesehatan untuk penanganan kasus gawat darurat dan pertolongan pertama. - Ambulan lapangan. - Label-label (triase, bendera
bernomor, bendera merah / kuning / hijau / putih / hitam, radio komunikasi dan loud speaker). Peta Lanud dan sekitarnya, dengan petunjuk khusus tentang jalan pintas/jalur terdekat. Unsur logistik kesehatan harus selalu siaga selama 24 jam penuh di base ops Lanud atau rumah sakit lanud adalah ambulance lapangan dengan perangkat kesehatan standar yang lengkap. Tugas dan Tanggung Jawab Pada dasarnya tugas dan tanggung jawab unsur kesehatan dalam crash team adalah sebagai berikut : - Siaga untuk menghadapi segala kemungkinan kecelakaan penerbangan pada setiap saat. - Menyiapkan daerah pengumpulan korban, daerah triase daerah penanggulangan medis serta sarana lain yang diperlukan. - Mengadakan koordinasi dengan rumah sakit setempat. - Mengangkut para korban dari daerah pengumpulan ke daerah triase yang lebih aman. - Melakukan tindakan triase terhadap para korban, resusitasi tahap awal dan dilanjutkan dengan mengangkut ke daerah penangulangan medis lanjutan. - Melakukan pertolongan me-
dis terhadap korban kemudian mengangkutnya kerumah sakit yang ditetapkan. - Mengatur dan mengendalikan semua ambulan yang diperbantukan pada operasi penanggulangan kecelakaan penerbangan. - Membantu tim panitia penyelidik kecelakaan pesawat terbang dalam bidang kedokteran forensik (termasuk penyusunan berita acara, identifikasi, penyeleseian asuransi dan lain-lain). Pos Triase Pos triase ini dipimpin oleh dokter penerbangan atau dokter umum. Tugas dan tanggung jawab para personel kesehatan di pos triase adalah melaksanakan seleksi dan penggolongan korban serta penyelamatan medis dalam bentuk resusitasi tahap awal. Setelah itu mereka bertugas untuk mengangkut korban ke posko kesehatan. Urutan Tindakan Urutan tindakan crash team pada penanggulangan korban massal akibat kecelakaan penerbangan, adalah sebagai berikut : a. Petugas Pom dan Paskhas yang merupakan kelompok pendahulu (terdepan) melaksanakan tindakan pengamanan di daerah lokasi jatuhnya kecelakaan (misalnya memberi label), agar masyarakat umum tidak mendekati lokasi dan mengamankan harta benda penumpang serta barang
Edisi April 2010
29
Kesehatan
bukti bagi panitia penyelidik kecelakaan pesawat terbang (PPKPT). b. Petugas teknik pesawat terbang bertindak apabila pintu pesawat tidak dapat dibuka, atau awak pesawat dan penumpang tidak dapat keluar dari pesawat terbang. c. Unsur pemadam kebakaran (PK) menanggulangi kebakaran yang mungkin terjadi dan melakukan tindakan terhadap bahaya-bahaya ledakan. Petugas PK berusaha mengeluarkan awak pesawat dan penumpang keluar pesawat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Para awak pesawat dan penumpang di bawa ke daerah pengumpulan korban, atau disebut Daerah A. d. Unsur kesehatan yang telah siaga di Daerah A membawa para korban menuju daerah yang lebih aman atau disebut Daerah B. Selanjutnya para awak pesawat dan penumpang yang tidak mengalami cedera di bawa oleh para petugas Pom langsung menuju bus angkutan yang telah disiapkan. Sedangkan korban yang cidera diberikan pertolongan medis awal dan penggolongan (klasifikasi) korban. e. Unsur Pom mengawal para awak pesawat dan penumpang yang selamat menuju daerah penampungan sementara, atau disebut Daerah D. Sedangkan unsur kesehatan
30
Edisi April 2010
akan membawa para korban cedera yang telah diklasifikasi menuju daerah penanggulangan medis atau disebut Daerah C. Di daerah ini petugas kesehatan melakukan pertolongan medis lanjutan dan menyiapkan pengangkutan korban menggunakan ambulan darat atau ambulan udara. f. Unsur Disops melaksanakan pengaturan dan pengendalian terhadap seluruh unsur yang terkait dalam crash team ini, unsur dokumentasi melakukan pengambilan fotofoto yang diperlukan, sedangkan perwira rohani menyelengarakan perawatan jenazah. g. Seluruh unsur crash team mengamankan semua benda dan label-label di lapangan yang mungkin berguna bagi tim PPKPT. Klasifikasi Korban Klasifikasi atau seleksi korban berdasarkan berat ringannya luka-luka dan kelainan medis di sebut triase. Triase ini dilakukan oleh petugas kesehatan di daerah B dan menjadi pedoman dalam penetapan prioritas upaya penyelamatan medis selanjutnya. Prioritas penyelamatan ini dilabeli dengan memberikan label korban yang berbeda warnanya, yaitu merah, kuning, hijau, putih dan hitam. Penetapan prioitas penyelamatan korban dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu : 1.
Prioritas I label merah,
korban dengan label ini berarti bahwa penyelamatannya harus dilakukan segera, untuk menghindarkan penderita dari bahaya kematian. Misalnya asphyxia, obstruksi pernapasan, tension pneumotorax, perdarahan hebat dan patah tulang terbuka. Penanggulangan medis di daerah C dilaksanakan di dalam tenda berbendera merah. 2. Prioritas II label kuning, korban dengan label ini berarti bahwa penyelamatannya harus dilakukan secara cepat, untuk mencegah penderita menjadi gawat. Misalnya Laserasi dan perdarahan tingkat sedang, luka bakar derajat II dan III yang luasnya 20-30%, patah tulang tertutup dan trauma kepala yang tidak kritis. Penangulangan medis di daerah C dilaksanakan dalam tenda yang bewarna kuning. 3. Prioritas III label hijau, korban dengan label ini berarti bahwa penyelamatannya dapat ditunda, karena kelainan medis yang dideritanya tidak membahayakan. Misalnya luka-luka ringan, kontusio jaringan, perdarahan ringan dan patah tulang kecil yang tertutup. 4. Prioritas IV label putih, korban dengan label ini berarti bahwa penyelamatannya merupakan prioritas paling akhir, karena penderita sangat gawat sehingga harapan hidupnya sangat tipis. Misalnya luka bakar derajat II dan III yang ektensif, trauma abdo-
Kesehatan
men dengan eviscerasi, trauma kepala yang kritis dan lukaluka berat yang multiple. Penanganan medis di daerah C dilaksanakan dalam tenda yang berwarna putih. 5. Prioritas O label hitam, korban dengan label ini berarti bahwa korban telah meninggal dunia dan tidak dapat di prioritaskan untuk segera di angkut. Korban akan diangkut setelah korban luka telah ditanggulangi. Korban meninggal di bawa kekamar jenazah rumah sakit atau penampungan khusus yang di tentukan. Penanganan Terhadap Kasus Kematian
Awak pesawat atau penumpang yang meninggal di tempat kejadian (sebelum dilakukan pertolongan) tidak boleh langsung diangkat, karena akan diperlukan bagi penyelidikan kecelakaan pesawat. Untuk sementara posisi tiap-tiap jenazah diberi label dengan bendera kecil bernomor. a. Penanganan korban meninggal di tempat. Sebelum jenazah diangkut untuk dibawa ke kamar jenazah di rumah sakit, dilakukan tindakan seperti: pencatatan identifikasi awal, pencatatan posisi jenazah dan sketsa lokasi, pengambilan foto, pengum-
pulan bahan yang diperlukan untuk pencatatan identifikasi lanjutan di rumah sakit, serta pengamanan harta milik korban dan diberi label/catatan. b. Penanganan korban meninggal setelah pertolongan medis, baik di daerah B maupun di daerah C, selanjutnya dipisahkan ditempat sekitarnya, sebelum diangkut ke kamar jenazah rumah sakit. Tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: pencatatan identifikasi, waktu dan penyebab kematian, tindakan medis yang telah dilakukan, serta pengumpulan bahan yang diperlukan untuk pencatatan identifikasi lanjutan di rumah sakit, pengamanan harta miliknya dan diberi label/ catatan, dan p e m e r i k s a a n kedokteran forensik. Semua korban yang meninggal dalam suatu kecelakaan penerbangan, perlu dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik yang dilaksanakan di kamar jenajah rumah sakit. untuk menyimpulkan identifikasi serta penyebab kematian korban. Komando pengendalian terhadap seluruh kegiatan penanggulangan kecelakaan penerbangan di Lanud, berada di bawah Danlanud. Dalam hal pengoperasian crash team, maka Danlanud dibantu oleh pejabat Disops. Unsur kesehatan yang terlibat dalam crash team di lapangan dipimpin oleh Danposkokes, sedangkan penangulangan kesehatan secara keseluruhan berada di bawah komando dan pengendalian Karumkit Lanud.*
Edisi April 2010
31
Psikologi
Sekilas Tentang Produktivitas Kerja Pada saat seseorang memasuki dunia kerja atau mendaftar kan diri untuk menjadi prajurit TNI baik melalui jalur tamtama, bintara atau perwira (AAU atau Pa PK) sudah pasti dilandasi oleh motivasi tertentu. Motivasi kerja yang bersangkutan berkaitan erat dengan orientasi kerja. Ada orang melamar menjadi anggota TNI karena terdorong oleh motif ekonomi, artinya bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang cukup guna mengatasi ke– butuhan biaya hidup sementara untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi memiliki biaya yang terbatas (orientasi kerja ekonomi). Banyak juga remaja yang mendaftar ke AAU dilandasi oleh keinginan untuk mem– buktikan kemampuannya dengan mewujudkan prestasi pribadi yang membanggakan dengan bisa menjadi pe– nerbang, perwira teknik, anggota pasukan khas dan lain sebagainya (orientasi kerja psikologis). Ada pula orang yang bekerja untuk memperluas hubungan sosial bahkan membuat jalinan persahabatan serta pergaulan yang menyenangkan dirinya (orientasi kerja sosial). Ketiga orientasi ini kerapkali ditemukan pada setiap orang sekalipun berbeda kadarnya. Orientasi kerja ini dapat ikut mendorong yang bersangkutan untuk menjalankan tugas dan kewajibannya kelak di kemudian hari. Untuk itu setiap 32
Edisi April 2010
atasan/komandan atau manajer perlu mengetahui orientasi kerja para anggota atau bawahannya agar dapat memotivasi mereka berdasarkan kekhasan dan komposisi orientasi disamping kemampu– an masing-masing. Teori motivasi yang di– temukan oleh Abraham H. Maslow dikenal sebagai teori “hierarki kebutuhan”’ me– nerangkan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari lima, yaitu kebutuhan dari bahaya; kebutuhan aktivitas sosial (penyatuan diri dengan kelompok); kebutuhan akan penghargaan/status (esteem); dan kebutuhan akan pe– menuhan dan perwujudan diri (aktualisasi). Kebutuhankebutuhan itu dicapai secara hierarki sesuai urutan seperti tersebut di atas. Sementara itu David Mc. Clelland mengemukakan ada tiga motif yang berpengaruh pada diri seseorang yaitu motif berprestasi (achievement motive), motif bersahabat (affiliation motive) dan motif berkuasa (power motive). Bagi seseorang yang mempunyai motivasi tinggi, selalu ingin menghasilkan produk lebih baik. Berarti bahwa peningkatan produk– tivitas hanya dihasilkan oleh yang memiliki motivasi ber– prestasi tinggi. Biasanya orang seperti ini tidak akan puas bila tidak menghasilkan produk yang lebih baik. Jadi kepuasan– nya terletak pada prestasi yang lebih baik. Sementara orang yang
Psikologi dilandasi oleh motif bersahabat dan mengedepankan hubungan dan jalinan sosial sebagai sasarannya. Tidak menutup kemungkinan bahwa prestasi kerja diukur oleh sejauh mana ia dapat menjalin relasi sosial tanpa memperhitungkan produktivitasnya. Apalagi orang yang dilandasi oleh motif untuk berkuasa, kepuasan akan ditentukan sejauh mana ia bisa menguasai beberapa orang atau institusi atau menduduki jabatan tertentu. Bagi seorang politikus motif ini memang harus menonjol. Nampaknya di antara ketiga motif ini, dikaitkan dengan produktivitas, motif berprestasi yang lebih tepat. Namun demikian orang yang dilandasi oleh motif berprestasi seperti ini harus pula memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Masalah produktivitas memang sudah lama dibahas dan dipelajari oleh berbagai kalangan ahli. Kontribusi manusia pada produktivitas digambarkan secara sederhana sebagai berikut : performance = f (ability x motivation) artinya bahwa kinerja atau prduktivitas seseorang (performance) me– rupakan fungsi dari kemam– puan (ability) dikalikan dengan motivasi. Bila seseorang tidak memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melaksana– kan suatu tugas, sementara ia masih memiliki motivasi yang kuat, maka yang bersangkutan tidak dapat menghasilkan produk yang diharapkan. Demikian sebaliknya bila ia memiliki kemampuan tetapi tidak diimbangi dengan motivasi yang kuat, maka produktivitas kerja tidak akan terwujud. Yang ideal adalah bahwa individu memiliki kemampuan yang sesuai ke– butuhan dengan motivasi yang
kuat, sehingga produktivitas kerja yang dinilai sebagai performance dapat mencapai hasil yang tinggi. Memperhatikan rumusan seperti tersebut, seyogyanya para atasan maupun manajer perlu memperhatikan kedua variabel itu dalam rangka mendorong penampilan kenerja yang diharapkan. Satu hal yang perlu diperhatikan lagi di luar kedua variabel kemampuan dan motivasi adalah persoalan kepuasan kerja. Hampir semua orang sepakat bahwa seseorang ingin bekerja dengan puas sekaligus produktif atau bahkan efektif. Namun demikian tidaklah semua itu bisa terjadi, karena bila seseorang sudah mencapai taraf kepuasannya, bisa jadi tidak terdorong oleh motivasi yang kuat untuk bekerja lebih giat lagi dalam rangka meningkatkan produktivitasnya. Memperhatikan ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa orientasi kerja, motivasi kerja dan produktivitas satu dengan yang lainnya saling berhubungan erat. Bisa dicermati bahwa orientasi kerja seseorang akan dipengaruhi oleh motif apa yang mewarnai seseorang manakala seseorang memutus– kan untuk menentukan suatu pekerjaan tertentu. Bisa terjadi bahwa orientasi kerja seseorang dilandasi oleh beberapa motif sekaligus. Yang menjadi per– tanyaan adalah, akankah bila dilandasi beberapa motif sekaligus akan menjadikan orang tersebut lebih baik dan produktif. Sepanjang bisa mengarahkan motif-motif tersebut menjadi pendorong yang efektif jawabannya adalah “ya”. Tetapi bila tidak, akan menjadikan usaha orang tersebut dalam
berkarya menjadi tidak optimal dan hasilnya menjadi kurang baik. Diibaratkan bila seseorang dalam mencapai tujuan jalan– nya tidak terfokus pada satu sasaran yang telah ditetapkan akan membutuhkan banyak energi serta perhatian. Apa yang dikemukakan semuanya merupakan faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri. Perlu pula diperhatikan faktor eksternal atau di luar individu diantaranya kesempatan seseorang untuk bisa mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimilikinya (kemampuan, motivasi). Adakalanya seseorang yang mempunyai kemampuan tinggi serta motivasi berprestasi yang tinggi, tidak menghasil– kan performance yang tinggi pula karena yang bersangkutan tidak atau kurang memiliki kesempatan untuk berprestasi. Perlu diperhatikan pula bahwa adanya faktor keberuntungan kadangkala mempengaruhi hal tersebut di atas. Sekecil apapun faktor ini sekalipun tidak diduga perlu untuk dipertimbangkan, karena bisa berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas. Namun demikian rasanya tiap orang tidak selalu untuk menggantungkan segala upayanya pada faktor keberuntungan tersebut. Faktor eksternal lain yang bisa berpengaruh adalah lingkungan kerja secara fisik diantaranya adalah ruang kerja, peralatan atau tools, prosedur, peraturan dan sebagainya. Sementara lingkungan kerja secara psikologis yang akan berpengaruh diantaranya adalah gaya kepemimpinan, hubungan antar bawahan, imbalan atau intensif dan lain sebagainya.* (Buletin Psyche)
Edisi April 2010
33
Sejarah
(
) Pertumbuhan Angkatan Udara erat hubungannya dengan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia. Adalah suatu kenyataan bahwa Angkatan Udara pada masa`perang kemerdekaan ikut menoreh sejarah perjuangan bangsa dengan tinta emas. Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, perjuangan Angkatan Udara untuk tetap mempertahankan tegaknya negara RI yang dilandasi semangat kebangsaan dan jiwa juang yang rela berkorban demi Indonesia tercinta mewarnai sejarah perjuangan bangsa Indonesia hingga saat ini. Setelah proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan serta berusaha untuk melengkapi unsur-unsur kekuatan sebagai negara yang berdaulat. Sebagai kelengkapan kekuatan dan alat utama dalam menghadapi perjuangan fisik, dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945 termasuk lahirnya Badan Keamanan Rakyat Oedara (BKRO). Anggota-anggota BKRO terdiri dari anggota penerbangan Belanda, Jepang dan pemuda pejuang lainnya. Usaha pertama yang dilakukan para pemuda pejuang yang tergabung dalam BKRO adalah merebut pangkalan-pangkalan udara dari tangan tentara Jepang, termasuk unsur pesawat beserta fasilitas lainnya. Usaha perebutan pangkalan udara dari tentara Jepang terjadi di mana-mana antara lain di Maospati, Maguwo dan Bugis. Yang akhirnya berhasil dikuasai antara lain lapangan terbang, pesawat terbang beserta fasilitas lainnya. BKR Udara terbentuk di daerah-daerah pangkalan atau pusatpusat unsur penerbangan seperti Pangkalan Udara (PU) Maguwo di Yogyakarta, PU Bugis di Malang, PU Pandanwangi di Lumajang, PU Panasan di Solo, PU Kalibanteng di Semarang, PU
34
Edisi April 2010
Sejarah
Cibeureum di Tasikmalaya, PU Jatiwangi di Cibeureuem, PU Cililitan di Jakarta dan beberapa tempat di luar Jawa. Pada saat berlangsungnya perebutan senjata di seluruh pelosok tanah air, pemerintah RI pada tanggal 5 Oktober 1945 mengeluarkan maklumat yang isinya mengubah BKR menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pembentukan TKR Jawatan penerbangan saat itu masih pada situasi dalam rangka menegakkan kemerdekaan dan perebutan-perebutan senjata dari tangan Jepang. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1946 menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia), bersamaan dengan itu BKR Udara menjadi TRI AU dengan dikeluarkannya Pe– netapan Pemerintah (PP) nomor 6/SD Tahun 1946. Sejak saat itulah Angkatan Udara sejajar dengan Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Tanggal 9 April ditetapkan sebagai Hari Jadi TNI Angkatan Udara. Seiring dengan ditingkat– kannya BKR menjadi TKR sejak 5 Oktober 1945, maka BKR Udar pun otomatis menjadi TKR Udara (TKR Djawatan Penerbangan). TKR Djawatan Penerbangan kemudian berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia Oedara (TRIO) dalam perkembangan– nya berubah menjadi TNI Angkatan Udara sampai sekarang.
diteladani. Torehan emas tersebut antara lain mengangkasanya sebuah pesawat jenis Cureng peninggalan Jepang pada tanggal 27 Oktober 1945 di kota Yogyakarta. A. Adisutjipto menerbangkan pesawat yang sudah diberi identitas merah putih untuk membuktikan bahwa bangsa Indonesia khususnya Angkatan Udara sudah mampu berbuat sesuatu untuk negara. Dengan telah diterbang– kannya pesawat beridentitas merah putih tersebut muncul keinginan bagaimana me– lahirkan penerbang-penerbang baru. Menjawab persoalan ter– sebut, dibentuklah Sekolah Penerbang Maguwo dan A. Adisutjipto dipercaya untuk memimpinnya. Pesawat yang digunakan sebagai pesawat latih Cureng peninggalan Jepang yang sudah dikani– balisme oleh teknisi Angkatan Udara. Berkat kemauan dan
semangat serta keberanian yang sangat luar biasa dari para siswanya hingga para penerbang Royal Air Force (RAF) yang sedang berkunjung ke Yogyakarta memuji ke– beranian pada kadet Angkatan Udara tersebut. Meskipun sudah ada Sekolah Penerbang Maguwo, tetapi masih dirasa kurang dalam memenuhi kebutuhan penerbang. Untuk itu di– laksanakan pula pengiriman 20 kadet untuk mengikuti pendidikan penerbang di India. Selain itu juga dibuka sekolah sebagai pendukung penerbangan yaitu sekolah radio te– legrafis, pendidikan teknik, sekolah intelijen, dll. Di bidang teknik penerbangan, para teknisi Angkatan Udara sudah mampu menciptakan sebuat pesawat terbang layang jenis zogling di PU Maospati Madiun. Pesawat ini diberi nama NWG-1 (Nurtanio
Pesawat Merah Putih Sebagai sebuah angkatan yang lahir pada masa perjuangan telah banyak darma bakti yang diberikan kepada bangsa dan negara yang hingga saat ini selalu dikenang dan
Edisi April 2010
35
Sejarah
Wiweko Glider); pembuatan– nya dipelopori oleh Opsir Udara III Wiweko Soepono dan Opsir Muda Udara II Nurtanio Pringgoadisurjo. Pesawat tersebut digunakan untuk menarik minat dirgantara masyarakat saat itu yang masih sangat kurang. Memang hasil yang dicapai dari sisi teknologi tidak mempunyai arti apa-apa, namun ditinjau dari segi nilai kejuangan dan perjuangan mereka telah melakukan satu usaha perintisan tekad dalam pembuatan pesawat terbang. Operasi-Operasi Militer Usaha dan pengabdian Angkatan Udara untuk eksis di negeri sendiri terus dilaksana– kan. Bukti peran Angkatan Udara lainnya adalah ter– laksananya operasi penerjunan pasukan payung di belantara Kalimantan tanggal 17 Oktober 1947. Operasi penerjunan ini merupakan permintaan dari Gubernur Kalimantan Ir. Moh Noor kepada Kasau Surjadi 36
Edisi April 2010
Suryadarma. RI-002 yang dipiloti Robert Earl Freeberg lah yang digunakan untuk mengantar penerjun tesebut sampai di atas belantara Kalimantan untuk selanjutnya satu persatu melaksanakan penerjunan. Operasi ini bertujuan membuka jalur komunikasi antara Kalimantan dengan ibu kota RI, Yogyakarta, serta membentuk dan menyempurnakan daerah pendaratan untuk rencana operasi selanjutnya. Meskipun misi ini tidak berhasil seperti yang direncanakan tetapi nilai yang terkandung dalam operasi sangat penting artinya karena merupakan operasi lintas udara pertama yang dilakukan oleh Angkatan Udara yang masih muda. Untuk membantu membiayai perjuangan rakyat Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri, Angkatan Udara lagi-lagi mempunyai andil yang cukup besar. RI-001 Seulawah hasil sumbangan rakyat Aceh dioperasikan oleh penerbang-
penerbang andal Angkatan Udara di bawah pimpinan Wiweko Supono di Burma dengan nama Indonesian Airways. Hasil dari Burma tersebut digunakan untuk membiayai perjuangan di dalam negeri serta memberi bantuan pen– danaan bagi staf perwakilan RI di Burma, India dan Pakistan. Perjuangan diluar negeri tidak hanya dilakukan oleh RI-001 Seulawah tetapi juga dilaksana– kan personel Angkatan Udara seperti Petit Muharto, Dick Tamimi, Iswahjudi dan Halim Perdanakusuma dengan tujuan untuk membuka blokade udara Belanda. Memasuki tahun 1948 seorang tokoh PKI, Muso melakukan pemberontakan di Madiun yang akibatnya dirasa– kan juga oleh Pangkalan Udara Maospati. Lanud dikepung oleh simpatisan PKI yang memaksa Angkatan Udara menyerahkan seluruh senjata dan melarang semua pesawat melaksanakan terbang. Berkat
Sejarah
kegigihan personel Angkatan Udara, semua permasalahan dapat diatasi. Pemerintah juga menugaskan Angkatan Udara untuk melaksanakan penyebaran pamflet yang memuat pesan Presiden Sukarno yang isinya agar rakyat tidak termakan propaganda pemberontak. Tugas ini dilakukan oleh Imam Suwongso, Suharnoko Harbani dan Arjono menggunakan pesawat Cureng. Tak seberapa lama Belanda melancarkan agresinya yang ke-2 tanggal 19 Desember 1948. Seluruh wilayah RI diserang lewat darat, laut maupun udara. Serangan besar-besaran ditujukan ke Ibukota RI Yogyakarta terutama Pang– kalan Udara Maguwo. Prajurit Angkatan Udara yang ada di Maguwo melakukan perlawa– nan dengan gagah berani. Karena kalah persenjataan, perlawanan mengalami kegagalan yang mengakibatkan gugurnya parajurit terbaik Angkatan Udara termasuk Kadet Kasmiran. Naas juga menimpa dua prajurit Angkatan Udara di Pangkalan Udara Panasan dalam usaha membumihanguskan pangkalan supaya tidak bisa dimanfaatkan Belanda. Mereka adalah Kopral Udara Semi dan Kopral Udara Sarsono. Memasuki tahun 1960-an, konfrontasi dengan Belanda masih berlanjut yaitu masalah Irian Barat (sekarang Papua). Untuk merebut Irian Barat Presiden Sukarno menyerukan “Trikora” yang dikumandangkan tanggal 19
Desember 1961 di Yogyakarta dan selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembentukan Komando Mandala yang bersifat gabungan. Angkatan Udara masuk dalam Angkatan Udara Mandala dengan mengerahkan seluruh alutsista yang dimiliki seperti P-51 Mustang, B-25 Mitchel, B-26 Invander, C-130 Hercules, C-47 Dakota, MiG-15, MiG-17 yang didukung unsur dari PGT (sekarang Paskhas). Setelah masalah Irian Barat selesai, pengabdian Angkatan Udara bergeser ke wilayah barat yaitu di daerah perbatasan dengan Malaysia. Konfrontasi dengan Malaysia dimulai 3 Mei 1964 yang diberi nama Dwikora. Untuk mendukung operasi tersebut Angkatan Udara mengerahkan pesawat B-25 Mitchel, UF-1 Albatros, C-130 Hercules, TU16. Dalam operasi ini Angkatan Udara kehilangan satu
pesawat C-130 Hercules dengan nomor T-1307. Pesawat yang diterbangkan oleh Letkol Pnb Djalaludin Tantu membawa pasukan PGT yang akan diterjunkan di daerah perbatasan, pesawat kehilangan kontak dan dinyatakan hilang dan gugur bagi seluruh penumpangnya, termasuk Letkol Pnb Djalaludin Tantu dan Letkol Udara Sugiri Sukani. Pengabdian Angkatan Udara selanjutnya adalah keikutsertaannya dalam operasi penumpasan terhadap kelompok yang akan melepaskan diri dari negara kesatuan republik Indonesia seperti operasi Seroja di Timor Timur, OPM di Papua, serta yang terakhir GAM di Aceh. Dalam operasi ini tidak sedikit personel Angkatan Udara yang menjadi korban dan itulah perjuangan dan pengabdian Angkatan Udara untuk negara
Edisi April 2010
37
Sejarah
dan akan selalu dilaksanakan. Setelah itu, perjuangan Angkatan Udara beralih ke Operasi Militer Selain Perang. Operasi Militer Selain Perang (OMSP) Operasi militer selain perang merupakan bagian dari pengabdian Angkatan Udara pada bangsa dan negara dalam mengatasi kesulitan/bencana yang menimpa rakyatnya. Dimana ada bencana disitulah Angkatan Udara selalu ada dengan segala bentuk partisipasinya. Bencana alam yang pernah melanda bangsa Indonesia dengan korban jiwa maupun harta yang menuntut pengabdian TNI AU di antaranya tsunami yang melanda Aceh dan Sumatera Utara, Gempa Bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah serta gempa bumi di Sumatera Barat. Tsunami Aceh dan Sumatera Utara Angkatan Udara sebagai salah satu bagian dari kom-
38
Edisi April 2010
ponen bangsa Indonesia tidak tinggal diam dalam menyikapi musibah bencana gempa bumi dan tsunami di NAD dan Sumatera Utara. Pada masa tanggap darurat, yang pertama kali hadir untuk membawa bantuan kepada korban adalah Angkatan Udara. Sehari setelah terjadi musibah tepatnya tanggal 27 Desember 2004, pukul 05.00 Wib dan 09.00 WIB dua pesawat angkut C-130 Hercules A-1319 dengan pilot
Mayor Pnb Adhitya dan pesawat A-1327 dengan pilot Mayor Pnb Purwoko Adji telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Aceh. Selain mengirimkan bantuan kemanusiaan, kedua pesawat tersebut juga bertugas memantau kondisi landasan dan lokasi-lokasi yang terkena musibah, guna mengetahui kemungkinan dapat tidaknya dadarati pesawat atau dropping barang melalui udara serta memantau jalan darat yang dapat dilalui kendaraan membawa bantuan. Tugas ini sesuai yang diamanatkan UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI yaitu melaksanakan operasi militer selain perang. Untuk mendukung misi tersebut, Angkatan Udara mengerahkan lima pesawat C-130 Hercules, dua Cessna CN-256 dan satu Fokker F-27 yang disiagakan di Lanud Halim Perdanakusuma serta tiga helikopter Puma di Medan dan Banda Aceh. Emergency Airflight Operation yang digelar Angkatan Udara pascabencana di wilayah NAD dan Sumatera Utara sangat membantu korban,
Sejarah
keluaga korban, dan relawan pada masa tanggap darurat. Bantuan pesawat dan personel mampu mengatasi kesulitan dalam penyelesaian bantuan kemanusiaan, evakuasi korban dan pengiriman relawan serta bantuan alat berat bahkan truk Angkatan Udara mampu membuka jalur menuju Banda Aceh dan melakukan evakuasi mayat. Karsa dan peran Angkatan Udara dalam menangani bantuan untuk mengatasi benana alam di NAD dan Sumut melibatkan personil dan lautsista yang tidak sedikit Dalam menanggulangi musibah nasional tersebut Angkatan Udara melibatkan semua komponen yang dimiliki untuk mendukung kelancaran bantuan,mulai dari personil pesawat, komunikasi, dukungan operasi, gudang dan bahan bakar minyak.
Gempa Bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah Pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.55 WIB telah terjadi gempa tektonik dengan kekuatan 5,9 skala richter, kemudian yang kedua pukul 08.07 WIB dengan 5,2 skala richter, ketiga pukul 10.00 Wib dengan kekuatan 4,9 skala richter. Daerah yang terkena gempa adalah Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunung Kidul, Klaten dan Boyolali. Bencana alam di Yogyakarta dan jateng ini merupakan bencana alam terbesar setelah gempa tektonik dan tsunami yang menyapu NAD dan Sumatera Utara. Angkatan Udara pada siang hari setelah terjadi gempa, mengerahkan lima pesawat helikopter dan tiga pesawat angkut C-130 Hercules yang disiagakan di Lanud Adisutjipto. Pada pukul 13.20 WIB
pesawat CN-235 take off untuk melakukan foto udara di wilayah Yogyakarta dan sekitar Jawa tengah untuk mengetahui kondisi kerusakan yang ditimbulkan gempa tersebut. Kemudian pada hari yang sama diberangkatkan satu pesawat C-130 Hercules untuk mengangkut 53 personel satuan tugas kesehatan (Satgaskes) TNI beserta enam unit alat kesehatan untuk membangun rumah sakit lapangan di Yogyakarta serta mengangkut 10 ton bantuan dari Departemen Kesehatan. Gempa Bumi di Sumatera Barat Akhir September 2009 bangsa Indonesia dikejutkan kembali dengan terjadinya gempa bumi dengan kekuatan 7,6 skala richter di Sumatera Barat. Gempa ini menimbulkan
Edisi April 2010
39
Sejarah
begitu banyak korban jiwa maupun material. Seperti pada kejadian-kejadian sebelumnya, Angkatan Udara langsung tanggap dengan mengerahkan tiga pesawat angkut C-130 Hercules untuk mengangkut barang-baranga bantuan dari masyarakat, instansi untuk meringankan beban korban. C-130 Hercules A-1320 yang diterbangkan Mayor Pnb Rony dari Skadron Udara 31 merupakan pesawat pertama yang terbang ke Sumatera Barat, disusul A-1326 yang diterbangkan Mayor Pnb Wisoko serta disusul A-1310 yang diterbangkan Mayor Pnb Kusmayadi dari Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh. Ketiga pesawat tersebut membawa bantuan sosial seberat 26 ton, 294 kg. Ini semua dilaksanakan
40
Edisi April 2010
dengan tulus dari Angkatan Udara untuk membantu meringankan beban saudaranya yang baru terttimpa musibah dan memang mereka sanagat memutuhkan kecepatan. Angkatan Udaralah yang mampu melaksanakan misi tersebut dengan mengerahkan pesawat dengan dukungan personelnya yang sudah terlatih. Mereka bekerja siang malam tak mengenal lelah karena yang ada di benak mereka bagaimana dapat menyelamatkan dan mengurangi penderitaan yang dialami masyarakat Sumatera Barat. Untuk tugas mulia tersebut Lanud Padang dijadikan salah satu tempat untuk mengkoordinir bantuan gempa. Dengan menengok jauh kebelakang apa yang melatar belakangi kelahiran Angkatan
Udara di negeri tercinta Indonesia ini yaitu adanya semangat untuk mengabdi kepada negara dan bangsa. Kehadiran Angkatan Udara di kancah pejuangan memper– tahankan kemerdekaan dilak– sanakan dengan perjuangan senjata, tetapi saat ini per– juangan beralih pada operasi militer selain perang. Uluran tangan dari segenap kompo– nen Angkatan Udara akan sangat membantu meringan– kan beban saudara-saudara kita yang memerlukannya. Kehadiran Angkatan Udara dalam setiap musibah yang menimpa bangsa akan sema– kin mengharumkan Angkatan Udara di hati masyarakat. Semoga Angkatan Udara yang kita cintai akan semakin jaya.*
Koperasi
Koperasi TNI Merupakan Organisasi Nonstruktural Reformasi birokrasi di tubuh TNI terus berlanjut. Salah satunya yang masih berjalan adalah pengambilalihan bisnis TNI. Departemen Pertahanan sudah menerbitkan Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Pengalihan Aktivitas Bisnis TNI. Permenhan ini diterbitkan untuk menindaklanjuti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pengalihan Aktivitas Bisnis TNI. Salah satu “bisnis” TNI yang cukup berpengaruh terhadap kesejahteraan para prajurit pada umumnya adalah koperasi. Bagaimana nasib koperasi pascapengalihan
bisnis TNI ini. Berikut wawancara redaksi dengan Ketua Umum Inkopau Marsma TNI Yanuar Sugiadji. Bagaimana substansi Permenhan Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Pengambilalihan Aktivitas Bisnis (PAB) TNI yang terkait dengan koperasi? Substansi Permenhan Nomor 22 Tahun 2009 terkait dengan koperasi adalah: Pasal 2: Penataan organisasi koperasi yang semula struktural TNI AU menjadi nonstruktural TNI AU serta penataan pemanfaatan barang milik negara khususnya tanah dan bangunan yang ada di
Inkopau. Pasal 6: 1) Susunan organisasi koperasi di lingkungan TNI tidak berstatus struktural dalam organisasi TNI. 2) Perangkat organisasi koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas. 3) Pengurus dan pengawas dalam koperasi di lingkungan TNI diangkat berdasarkan rapat anggota sesuai anggaran dasar`dan anggaran rumah tangga koperasi.
Edisi April 2010
41
Koperasi
Pasal 7: 1) Kegiatan usaha koperasi di lingkungan TNI dilakukan untuk melayani kebutuhan anggota. 2) Koperasi dalam kegiatan usahanya tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disesuaikan dengan tujuan pendiriannya. Koperasi di lingkungan TNI AU tidak berstatus struktural, lantas bagaimana bentuk koperasi sekarang, struktur organisasi dan penataanya? Posisi organisasi koperasi TNI AU tetap dalam struktur organisasi TNI AU namun tidak terstruktural; dalam hal ini Kepala Staf Angkatan Udara sebagai komandan sandaran dan pembina Inkopau. Komandan satuan kerja setempat bertindak sebagai pembina dan komandan sandaran. Struktur organisasi
koperasi menjadi nonstruktural. Dengan demikian jabatan yang ada dalam organisasi koperasi selanjutnya bukan lagi merupakan jabatan promosi dan tidak mendapat tunjangan jabatan. Adapun penataan organisasinya akan dilakukan sesuai kebutuhan organisasi. Apakah dengan posisi tersebut berarti koperasi tidak diawaki oleh TNI maupun PNS TNI? Pada prinsipnya koperasi dapat diawaki oleh prajurit maupun PNS TNI, namun khusus untuk prajurit aktif TNI tidak dapat menjadi kepala unit usaha yang bersifat komersial. Unit usaha yang bersifat komersial (bisnis) dapat diawaki PNS ataupun profesional sebagai karyawan koperasi. Bagaimana dengan kegiatan usaha koperasi ke depan? Secara yuridis, usaha ko-
perasi ke depan akan menjadi lebih kondusif dan mempunyai daya saing yang lebih tinggi baik di dalam maupun di luar TNI AU. Namun kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan oleh prajurit aktif tetapi oleh PNS TNI atau profesional. Dalam hal ini Inkopau sedang mengevaluasi kemungkinan aktif terlibat dalam kegiatan dimaksud. Bagaimana dengan yayasanyayasan yang ada di TNI AU berdasarkan Permenhan tersebut? Pada prinsipnya yayasan yang ada di lingkungan TNI AU seperti Yasau dan Yasarini tetap dapat eksis sepanjang kegiatannya sesuai undangundang yang berlaku yaitu berorientasi bidang agama, sosial, dan pendidikan. Terkait dengan pemanfaatan aset Yasau, tetap dapat menggunakan aset negara sepanjang aset tersebut digunakan untuk kegiatan agama, sosial, dan pendidikan dengan tetap mengikuti ketentuan yang berlaku yang akan diterbitkan secara khusus oleh Departemen Keuangan. Untuk di lingkungan TNI AU, langkah apa yang sudah dilaksanakan khususnya dalam penataan koperasi? Untuk di TNI AU, Inkopau telah mengadakan rapat anggota khusus pada bulan Desembar yang intinya menyosialisasikan Permenhan Nomor 22 tanggal 20 Oktober 2009 dan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/93/XII/2009 tanggal 31 Desember 2009.*
42
Edisi April 2010
Koperasi
Koperasi
Wujud TNI di
Ideal Era Reformasi
Oleh Lettu Pnb Ageng Wahyudi Pengurus Primer Koperasi Skadron Udara 6 Lanud ATS
Masa reformasi yang telah dilakukan oleh segenap elemen bangsa tak terasa telah bergulir lebih dari satu dasawarsa dengan segala dinamika yang menyertainya. Platform perubahan yang diusung hari demi hari mulai terwujud seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilaksanakan oleh segenap elemen bangsa. Salah satu agenda perubahan itu adalah reformasi internal di tubuh TNI sebagai komponen bangsa yang selalu berkembang dinamis. Dari sekian banyak butir yang terdapat dalam pokok pokok agenda reformasi internal TNI salah satunya adalah dengan ditiadakannya bisnis di kalangan TNI sesuai UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI pasal 76 ayat (1) “dalam jangka waktu
5 (tahun) sejak berlakunya undang undang ini, pemerintah harus mengambil alih seluruh aktivitas bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh TNI baik secara langsung maupun tidak langsung.” Namun seiring dengan dinamika reformasi yang ada, bentuk bisnis TNI yang masih tetap akan dipertahankan adalah koperasi. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan perekonomian yang telah di amanatkan oleh konstitusi sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 ayat (1) yang berbunyi “ perekonomian disusun secara bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia menekankan, koperasi merupakan bentuk soko guru pereko–
nomian Indonesia yang pa ling ideal bagi bangsa Indonesia. Tujuan dari koperasi seperti termaktub dalam UU Perkoperasian No. 52 tahun 1992 yaitu menyejahterakan anggota pada khususnya serta masyarakat pada umumnya sangatlah relevan dengan misi TNI terhadap anggotanya. Secara historis koperasi TNI mulai tumbuh sejak era 19501960 dengan didirikannya Inkopad (Induk Koperasi Angkatan Darat), Inkopal (Induk Koperasi Angkatan Laut), Inkopau (Induk Koperasi Angkatan Udara) serta Inkopol (Induk Koperasi Polisi) yang dulu masih satu atap dalam wadah ABRI.
Edisi April 2010
43
Koperasi
Menjadi Primadona Dari segi struktur, koperasi TNI hampir sama dengan koperasi pada umumnya, namun pada bagian tertentu terdapat kemudahan berupa bantuan baik berupa infratruktur seperti gedung, kendaran serta fasilitas dinas lainnya. Selain itu koperasi TNI memiliki fasilitas kemudahan terutama pada lalu lintas pembayaran baik simpanan wajib, pokok maupun cicilan yang bermuara pada sistem penggajian. Keberadaan koperasi sangat membantu khususnya bagi prajurit strata menengah ke bawah. Dengan segala kemudahan yang diberikan, tidak jarang nasib perekonomi– an keluarga prajurit ditolong oleh adanya koperasi. Sebagai contoh seorang prajurit tamtama dengan satu istri dan dua orang anak, pada tanggal 20 ke atas mereka dengan terpaksa harus mengambil barang kebutuhan harian di
koperasi. Hal ini bukan tanpa alasan karena gaji yang diterima tidak bisa bertahan lama di tengah kebutuhan keluarga yang harganya terus beranjak naik. Dalam kasus ini koperasi menjadi “dewa penolong” bagi sebagaian besar kelangsungan hidup prajurit. Unit toko yang menyedia– kan kebutuhan harian serta unit simpan pinjam menjadi primadona tersendiri dalam perjalanan koperasi di lingkungan TNI. Walaupun sebenarnya masih banyak lagi wujud usaha koperasi TNI seperti perdagangan umum, importir, properti, perhotelan ataupun rekanan dinas. Tanpa Fasilitas Dinas Sesuai rekomendasi dari Tim Pelaksana Pengalihan Bisnis TNI bahwa segala bentuk usaha yang hanya menguntungkan sebagian pihak akan diambil alih atau di cabut izinnya. Timbul pertanyaan besar model koperasi bagai-
mana yang paling tepat di era reformasi sekarang ini. Mari, kita lihat sebagai bahan pertimbangan, koperasi di negara tetangga kita yaitu Malaysia. Mereka mempunyai sebuah wadah koperasi tentara yang sudah sangat maju dan diakui secara internasioanal oleh ICA (International Cooperative Alliance) serta menduduki peringkat ke-24 sebagai koperasi berprestasi di antara negaranegara berkembang. Koperasi di bawah naungan kementerian pertahanan ini mulai berdiri sejak tahun 1960 dan sekarang sudah memiliki anggota sebanyak 137.775 orang, bukan hanya tentara ataupun pegawai negeri sipil namun juga umum. Kegiatan utama simpan pinjam dan penyediaan kebutuhan anggota di samping juga bergerak dalam industri bangunan, agen penjualan motor, pelayanan taksi, asuransi dan yang lainya tanpa menggunakan sedikit– pun fasilitas dinas. Pada tahun
Kantin sebagai salah satu unit usaha koperasi
44
Edisi April 2010
Koperasi
Transaksi di minimarket 2005 tercatat mencapai turn over sebanyak US$ 20.944.000 dengan total aset US$ 233.144.000. Belajar dari koperasi milik tentara Malaysia, kita yakin tanpa fasilitas dinaspun koperasi TNI masih bisa tetap berkembang. Namun kendala yang sering muncul dari koperasi TNI adalah kepengu– rusan koperasi yang terkadang masih bersifat ganda dan kurang profesional karena pengurus masih dinomordua– kan, dinas sebagai prioritas utama. Kondisi inilah yang di satu pihak menghambat karena terkadang konsentrasi pe– ngurus terhadap koperasi tidak 100%, sehingga manajemen koperasi kurang maksimal. Efek domino yang lain adalah keengganan dari anggota ataupun para donator lain untuk menambah simpanan sukarela atau saham yang tentunya akan menambah modal koperasi. Beberapa
langkah yang bisa diambil untuk memajukan koperasi TNI antara lain: 1. Merombak kepengurusan koperasi menjadi lebih profesional dengan mengambil tenaga yang bisa berkonsentrasi 100% terhadap jalannya manajemen koperasi. 2. Membuka koperasi untuk go public dalam artian tidak hanya mencakup anggota dari dalam intern TNI namun juga dari kalangan umum. 3. Mampu membaca peluang dengan membuka usaha baru yang sifatnya langsung bersentuhan dengan anggota seperti mini market, angkutan umum ataupun jasa yang lain. 4. Sedikit demi sedikit meminimalisir penggunaan fasilitas dinas TNI sehingga di harapkan dalam jangka waktu tertentu mampu menjadi kekuatan ekonomi yang mandiri. 5. Bekerja sama dengan pihak swasta untuk lebih
mengembangkan usaha de– ngan cara menyederhanakan proses admistrasi maupun birokrasi yang sekarang mem– buat para investor mundur duluan sebelum berani menanamkam modalnya. 6. Mengubah image koperasi TNI sesuai dengan paradigma yang baru dari kesan “angker” menjadi koperasi yang membuka diri dan menebar “kehangatan” ke semua/dunia luar. Dengan berbagai langkah yang ada diharapkan di kemudian hari, koperasi TNI menjadi salah satu primadona baru. Selain menyejahterakan anggotanya khususnya anggota TNI, juga menjadi suatu bentuk soko guru perekonomian bangsa yang unggul serta mampu mendorong koperasi koperasi di elemen bangsa yang lain, untuk bersama membangun bangsa menjadi bangsa yang berdikari dan mandiri.* Edisi April 2010
45
46
Edisi April 2010
Terminal Building 1 st Floor No. 150/HT Halim Perdanakusuma Airport, Jakarta 13610, Indonesia. Telp. : +62 21 80899401; +62 21 80899227; Fax. : +62 21 8095770. Web : www.deraya.co.id ; e-mail :
[email protected]
Edisi April 2010
47
48
Edisi April 2010
Edisi April 2010
49
50
Edisi April 2010
Edisi April 2010
51
52
Edisi April 2010
SAPTA TUNGGAL KEBIJAKAN PANGLIMA TNI TAHUN 2010 1. Pembinaan Postur TNI Pembinaan postur TNI menuju terwujudnya kekuatan pokok minimum trimatra terpadu, dilaksanakan melalui pembenahan secara bertahap dan berlanjut di bidang organisasi, personel, logistik, doktrin, sistem, dan metode serta komando dan pengendalian. Pembangunan kekuatan dan pembinaan kemampuan serta sistem penggelaran, dilaksanakan , penanggulangan bencana alam dan misi perdamaian dunia. 2. Penggunaan Kekuatan TNI. Penggunaan kekuatan TNI, baik untuk operasi militer selain perang, dilaksanakan menggunakan kekuatan yang dapat disiapkan sesuai dukungan anggaran yang tersedia. Terutama untuk pengamanan daerah perbatasan dan rawan konflik serta pulau-pulau terluar, penanganan bencana alam dan misi perdamaian dunia. 3. Kesejahteraan Personel Kesejahteraan Personel sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari profesionalisme TNI, diupayakan dengan memperjuangkan kenaikan gaji, uang lauk pauk dan uang makan, rehabilitasi dan penambahan rumah dinas, serta pembangunan perumahan nondinas dalam jumlah yang memadai. Penerimaan hak-hak personel diusahakan untuk dipenuhi tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas. 4. Reformasi Internal TNI Reformasi internal TNI sebagai kegiatan berlanjut dan berkesinambungan, dilaksanakan sesuai pembidangan menyangkut netralitas TNI, pengambilalihan bisnis TNI, peradilan militer, profesionalisme TNI, dan kesejahteraan personel. Komitmen TNI mengenai netralitas dan pe–ngambilalihan bisnis pada dasarnya dapat diimplementasikan secara digunakan oleh TNI. 6. Pengawasan. Pengawasan dioptimalkan sebagai langkah penting guna meningkatkan akurasi pencapaian sasaran, dan mencegah terjadinya penyimpangan dan inefisiensi dalam setiap pengadaan, kegiatan operasi dan latihan, serta penggunaan ang– garan oleh aparat pengawasan fungsional dan pengawasan melekat oleh setiap pejabat atasan. 7. Optimalisasi Peran TNI Optimalisasi peran TNI dilandasi pemikiran bahwa sumberdaya manusia, alat peralatan, dan sarana prasarana yang dimiliki oleh TNI masih memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, disam– ping penggunaan untuk tugas pokok TNI. Kerjasama kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah selama ini dapat dirasakan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat, karena itu perlu dilanjutkan dan diperluas sepanjang dimungkinkan oleh peraturan perundangundangan.* Edisi April 2010 53 Edisi April 2010 53
Cerpen
Oleh Serda Etika Sari
Mawar Merah Jambu Aku berjalan tanpa tujuan. Hanya kakiku yang melangkah tak pasti menyusuri trotoar diantara bising lalu lalang kendaraan yang tiada henti. Pengap polusi knalpot tak mampu mengusir hatiku yang gundah untuk menyepi di rumah. Sumpek lalu lintas jalan yang macetpun tak terasa mengganggu fikiranku yang sedang kosong hingga panasnya terik matahari terasa membakar tiap helai rambutku yang terurai. Sendu rasa hatiku memandang hamparan bunga di pasar
54
Edisi April 2010
tanaman yang terletak tak jauh dari jalanan pusat kota. Tak terasa langkah kakiku terhenti seakan lemas tiada bertenaga saat seorang wanita paruh baya menawarkan setangkai mawar merah jambu yang sedang kuncup untuk dijual. Hatiku remuk redam mengingat saatsaat indah yang telah kulalui yang akhirnya hanya me– ninggalkan luka pedih. Tersadar ku tlah mengabaikan tawaran wanita itu dengan tatapan kosong, lalu ku lempar senyum kecil yang sebetulnya tak sesuai dengan
perasaanku yang gundah, kemudian berlalu. Langkah kakiku perlahan meninggalkan pasar tanaman yang penuh dengan bunga warna-warni nan indah itu. Lelah menyusuri jalanan kota, langkah kakiku berbelok mengikuti pandangan mataku yang tertuju pada warung kopi kecil tak jauh dari pasar bunga. Beberapa pasang mata me– mandangku dengan tatapan aneh karena melihat seorang gadis berwajah sendu sedang berjalan di jalanan kota seorang diri tanpa teman seolah sedang
Cerpen
kehilangan sesuatu. Salah seorang pemuda yang sedang menikmati teh di bangku panjang belakangku mencoba berbicara padaku, “sendirian aja mbak?”. Tak ingin terjebak dalam percakapan dengan pria asing ini aku hanya menjawab dengan senyum seadanya. Merasa risih dengan pria yang duduk dibelakangku, spontan aku berdiri kemudian pergi tanpa memesan apapun. Tak tahu lagi harus kemana aku pergi, akhirnya kuputuskan untuk menyetop angkot yang menuju ke arah rumahku. Sesampainya di rumah kubaringkan badan ditempat tidur, anganku mengembara diwaktu lampau yang telah berlalu meninggalkan mimpimimpiku yang telah pupus. Tak sanggup lagi menahan rasa haru butir-butir air bening bergulir membasahi pipiku yang pekat oleh polusi di jalanan kota. Rambutku yang panjang terurai menutup permukaan bantalku yang selalu setia menemaniku saat kutumpahkan perasaan sedihku. Tak mampu lagi kuben– dung, butiran-butiran itu mengalir semakin deras saat kata-kata terakhir pemuda bertubuh tegap yang telah sekian lama menghuni ruang dihati ini terlintas dibenak. Pemuda penggemar sepakbola itu adalah Andi yang selama tujuhbelas bulan menemani hari-hariku dalam suka maupun duka. Andi adalah pria romantis, meskipun seorang prajurit, namun ia orang yang berhati lembut dan sangat menghargai wanita karena ia sangat mengidolakan sosok ibunya yang telah membesarkannya meski sebagai single parent. Karena itu pernah suatu saat dihari ulang tahunku ia datang
kerumah dan membawakanku seikat bunga mawar merah jambu kemudian membacakan puisi yang sengaja dibuat untukku. Aku tersipu dibuat– nya, kenangan indah itu adalah momen tak terlupakan saat bersamanya. Tak mampu menghapus bayangnya, angankupun me– layang menembus dimensi waktu dimana saat-saat sedih ini bermula. Tak pernah terpisah jauh, Andi yang merupakan Perwira Angkatan Laut, saat itu bertugas dikota dimana aku dilahirkan dan menuntut ilmu. Hingga suatu saat tugas me–nantinya untuk menempati jabatan di satuan baru diluar pulau Jawa yaitu di Papua. Beberapa bulan pertama merupakan saat-saat yang berat untuk kulalui, hanya ko– munikasi lewat telefon selular yang kulakukan untuk mengobati rasa rindu untuk bertemu. Bahkan perbedaan waktu tak menghalangi aku dan dia untuk tetap bersua diudara. Karena aku sadar hanya dengan komunikasi yang baik maka long distance relationship ini bisa tetap berjalan. Posisi Andi yang berada di tempat baru b a n y a k menyita waktunya u n t u k cepat
beradaptasi dengan lingkungan dan situasi kerja disana, tugastugas barunya juga mem– butuhkan konsentrasi untuk dikerjakan agar selesai dengan baik hingga sedikit waktunya untuk bersua dengan ku tersita. Enam bulan telah berlalu, hubunganku masih terasa berat untuk dijalani. Enam bulan pula aku tak melihat senyum diwajah Andi yang selalu mampu untuk mencerahkan hari-hariku serta sentuhan tangan yang selalu membuatku merasa nyaman saat hatiku gundah. Kuliah perhotelan yang masih menyisakan tiga semester membuatku harus tetap bertahan di kota Malang dan mengabaikan keinginan pria berdarah Sunda itu untuk melamarku. Bahkan aku terus memikirkan kelanjutan hu– bungan ini karena aku adalah
Edisi April 2010
55
Cerpen
ragil dari tiga bersaudara yang merupakan tumpuan kedua orang tua saat mereka tua kelak karena kedua kakakku telah berkeluarga dan berdomisili di kota lain. Satu tahun lebih aku selalu berharap suatu saat Andi akan datang melamarku. Kini aku telah bekerja di salah satu hotel ternama dikota Malang, hal ini sangat membahagiakan dan membuat orang tuaku bangga. Meski telah tercapai cita-citaku, namun tidak demikian dengan perjalanan cintaku. “Aku tak bisa memenuhi keinginan pria yang pandai berpuisi itu untuk menikah dan mengikutinya ke Papua. Berat pula bagiku bila harus menjalani pernikahan dan berpisah rumah karena aku tak bisa meninggalkan pekerjaan dan orang tua yang aku cintai ini”, kenangku dalam hati. Berat untuk memutuskan, tapi Andi telah lebih dulu mengambil keputusan untuk berpisah. “Adik Zahra, seperti perang, cinta itu mudah untuk memulai namun begitu sulit untuk mengakhirinya “, kata Andi mengawali perbincangan lewat telefon. “ seperti yang adik tahu, mas sayang adik dan mas serius dengan hubungan ini “, lanjut Andi. Aku terdiam dengan berbagai fikiran berputar-putar di dalam otakku. “Adik tidak mengerti, maksud Mas Andi apa?” kataku penasaran. “Mas tidak bisa lagi menjalani hubungan ini tanpa masa depan yang jelas, berat untuk memutuskannya tapi mungkin ini yang terbaik untuk kita “, katanya dengan suara sedikit gemetar. Detak jantungku saat itu
56
Edisi April 2010
seakan berhenti mendengar apa yang telah diucapkan oleh mas Andi kekasihku. Bibirkupun seolah tak mampu lagi berkatakata hingga kakiku yang berdiri disamping jendela seakan tak berpijak di bumi. Sesaat badanku terasa melayang anti grafitasi, tangankupun lunglai sebelum akhirnya tersadar setelah terdengar suara memanggil-manggil namaku. “Adik, adik, dengar katakata mas?” tanya Andi sedikit bernada tinggi karena merasa tak kuhiraukan. “Iya adik dengar mas, trus sekarang adik harus bagaimana?“ tanyaku terduduk diatas tempat tidur sambil memeluk boneka beruang biru besar hadiah valentine pemberian Andi. Itulah inti dari percakapanku dengan mas Andi saat itu. Aku merasa kehilangan dan putus asa, namun aku sadar, hidup adalah pilihan dan aku harus bisa memutuskan mana yang harus kujalani karena kehidupan itu tidak ditentukan oleh orang lain. Aku telah melakukan yang terbaik yang harus kulakukan, menyelesaikan pendidikan dengan hasil memuaskan serta mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Aku telah bahagia, begitu pula dengan orang tuaku yang bangga atas apa yang telah aku capai. Mungkin inilah jalan yang terbaik. Tuhan telah menurunkan Andi untuk menjadi penyemangatku dalam mencapai cita-cita yang kini telah aku dapatkan. Mungkin aku tidak berjodoh, tapi yang terpenting hubunganku dan dia telah membawa kebaikan bersama. Kini Andi telah menemukan belahaan jiwanya, seorang gadis Jawa yang ia kenal di Papua dan bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil di kantornya. Berita bahagia ini ia sampaikan kepadaku, dengan penuh rasa haru aku menyampaikan turut berbahagia mendengarnya. “Cinta yang agung adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih perduli terhadapnya, ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata, aku turut bahagia untukmu”, sepenggal puisi Kahlil Gibran yang pernah Andi berikan padaku seakan menggambarkan apa yang sedang ku rasakan. Meski berat untuk menerima kenyataan, namun segala harapan dan kenangan indah yang pernah kulalui bersama Andi takkan terlupakan begitu saja. Selama ini beberapa teman laki-lakinya sempat menawarkan cinta untukku, namun butuh waktu untuk menyembuhkan kekecewaan hati ini. Aku tak mau menjalani hubungan tanpa cinta yang tulus, aku belum siap untuk merajut kembali jalinan kasih yang telah pupus. Hanya berdoa dan pasrah serta mendekatkan diri kepada Sang Khaliklah yang bisa menguatkan hatiku. Lelah menangis, aku yang merasa letih menyusuri jalanan tanpa arah, terlelap dalam tidur. Mimpiku pun mengembara melewati masa lampau, beralih dari kenangan pahit kasihnya yang tak sampai menuju impian terindah yang masih menanti di masa depan. Aku berharap mawar merah jambu itu tidak akan pernah mati dan terus mekar hingga membuat wangi kehidupanku yang terus berputar, merangkai mimpimimpi meski tanpa Andi di sampingku lagi. *
Bintal
Nikmatnya Mengingat Allah Saat Menyibak Awan di Laut Cina Selatan Oleh Lettu Pnb Wanda “Russell” Surijohansyah, Skadron Udara 1
Saat Tangan-Nya turun ke bumi, saat isak tangis hambaNya yang shaleh bermunajat kepada-Nya, saat yang tepat dimana doa-doa diijabah, tersadarlah saya dari lelapnya tidur, sembari melihat jam di hand phone menunjukkan pukul 01.30 pagi, rupanya Allah mengundang saya untuk hadir dalam limpahan Karunia-Nya. Suasana yang begitu teduh dan khusyuk membuat saya harus hanya pasrah kepada Allah yang tiada seorang makhluk pun yang dapat menanding , tiada sekutu bagi-Nya, tiada kekuatan dan kekuasaan melainkan hanya dari-Nya. Teng…teng… pukul 02.00 pagi, mata saya pun tertuju pada jam dinding yang berada
disudut ruang tamu. Suasana kepasrahan pun lambat-laun menimbulkan semangat yang luar biasa, semangat akan keyakinan bahwa Allah lah yang menetukan dan manusia hanya bisa berencana. Suasana inilah yang mengantar saya untuk segera mandi dan berpakaian overall. Dengan menggunakan motor Mio berwarna putih saya pun lekas menuju ruang briefing. Briefing pagipun di mulai tepat pukul 02.30. Satu persatu satuan mulai memaparkan rencana penerbangan yang akan dilaksanakan, muli unsur tempur, jun satpur, dallan, bekkul dan Kodal. Tampak suasana ruangan sedikit lain dari biasanya, cemas ber–
campur tegang menyelimuti briefing pada pagi hari itu. Maklum saat itu adalah Manlap Latihan PPRC TNI 2008 sebagai rangkaian sebelum Latgab TNI 2008 yang mengambil pangkalan aju salah satunya di Lanud Supadio. Briefing-pun berakhir pada pukul 04.00. Segera Elang Flight yang terdiri dari Mayor Pnb Radar Suharsono alumnus AAU 1995 ( Elang 1) sebagai leader, Lettu Pnb Wanda Surijohan– syah alumni AAU 2001 (Elang 2 ) sebagai wingman dan Kapten Pnb Supriyanto alumnus AAU 2000 (Elang 3) sebagai deputy lead bersiap-siap menuju ruang alkat untuk menggunakan Gsuit-ku (baju terbang). Terlintas dalam benakku, “ ya Allah Edisi April 2010
57
Bintal
suasana gelap gulita seperti ini siapakah yang dapat menuntunku jikalau bukan hanya Engkau seorang. “ “Wah pertempuran akan segera dimulai”. Sahut saya disela-sela menggunakan G-suit (baju terbang) dan disambut tawa dari Mayor Radar dan Kapten Supriyanto. Tak bisa saya hindari rasa gugup dan cemas mulai menyelimuti, gugup karena dihadapkan suatu misi penerbangan dan cemas bagaimana melaksana– kan shalat shubuh nanti jika berada terbang di pesawat. Ini adalah misi penembakan rocket yang mengambil lokasi target di Lanud Ranai yang berada sebelah utara Lanud Supadio sekitar berjarak 250 Nm. Selain itupun misi ini di-combain dengan air refuelling. Pelaksa– naan air refuelling ini dilakukan karena berdasarkan perhitungan fuel, pesawat Hawk tidak mampu melaksanakan pe– nembakan roket di Lanud Ranai dan segera kembali ke Lanud Supadio, sehingga dibutuhkan tambahan fuel. Hal ini me– rupakan tantangan tersendiri dalam misi tersebut walaupun perkenaan nanti hasilnya sangat bagus namun jika tidak dapat melaksanakan air refuelling dan mengharuskan mendarat di Lanud Ranai tentu akan ada kesan tersendiri yang muncul, kata orang “cemar.” He..he..he... Perlahan namun pasti para penerbang yang tergabung dalam Elang Flight berjalan menuju pesawat untuk melaksanakan persiapan pe– nerbangan. Satu-persatu bagian dari pengecekan eksterior pesawat diperiksa dengan lebih teliti oleh penerbang dengan menggunakan lampu senter. ”Elang Flight Cx in….. Elang2 ….3. Elang flight start 1
58
Edisi April 2010
go.” Deru 3 suara mesin jet Turbo fan Adour MK 871 memecah keheningan malam dan lampu-lampu pesawat ikut menghiasi gelapnya malam. “Alhamdulillah tadi saya sudah mengambil wudhu.” Hal ini lah yang dapat mengurangi perasaan cemas saya agar dapat melaksanakan shalat shubuh nanti. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa apapun yang ada di dunia ini tidak akan diridhoi oleh Allah jika kita tidak ingat kepada – Nya yaitu melalui shalat, karana shalat adalah ibadah yang paling utama dalam ajaran Islam. Saya teringat akan suatu riwayat di jaman Rasulullah SAW bahwa Beliau tetap melaksanakan ibadah shalat berjamaah di saat pasukan musuh berada di hadapan mereka yaitu dengan cara shalat berjamaah ber– gantian; satu pasukan melaksanakan shalat yang lain waspada terhadap serangan musuh. Hal inilah yang membuat saya begitu yakin bahwa sesulit apapun kondisi yang kita hadapi tetapi tetap harus melaksanakan shalat kecuali bagi mereka yang telah mati baik secara fisik maupun hatinya. ”Bismillahirrahmaanirrahiim”….. saya mulai melepaskan brake pesawat agar dapat melaju di atas landasan untuk segera air born menyusul pesawat Elang 1 yang air born terlebih dahulu dengan selisih 20 sec dan disusul dibelakang saya Elang 3 dengan selisih 20 sec juga. Sesaat setelah pesawat air born perasaan terkesimapun muncul. ”Ya Allah begitu mulianya Engkau , kota Pontianak yang begitu besar dengan taburan lampu-lampu jalan yang berkilauan terlihat begitu kecil apalagi manusia yang lebih
kecil lagi bahkan tak terlihat sama sekali; namun kesombongan manusia dapat menggetarkan seisi jagat raya karena secara hakiki seluruh benda dan makhluk di buka bumi ini bertasbih dan memuji kepada Allah kecuali manusia dan jin yang ingkar kepadaMu”. Ya, Illahi ampunilah hambamu yang nista ini.” Sambung saya dalam ke– takjuban melihat keindahan ciptaan Allah. Semakin tinggi altitude yang dicapai, maka semakin kecil dan tak terlihat pemandangan di bumi. Sesekali kami berkomunikasi dengan santai untuk menghilangi rasa sepi saat penerbangan dan kantuk yang mungkin akan muncul. ”Astaghfirullah …” tanpa disadari mata saya terpaku melihat jam di pesawat “sudah jam 5 “. Saya terperanjat karena belum melaksanakan ibadah shalat subuh. Akhirnya saya pun berniat melaksanakan shalat di atas pesawat , ”Allahu Akbar …” dengan kedua tangan tetap pada posisi Hotas, saya mulai melaksanakan gerakan shalat dengan isyarat anggukan kepala. Gerakan demi gerakan dapat saya selesaikan hingga akhirnya sampai pada tasyahud akhir. Rupanya Elang 1 melaksanakan pengecekan sistem pesawat semua member dan hal ini harus dilaporkan kondisi pesawat kita agar dapat tetap termonitor. Saya sempat bingung menyelesaikan shalat atau melaporkan kondisi pesawat. Elang 1 akhirnya memanggilku kedua kalinya melalui radio UHF antar pesawat. Akhirnya saya membatalkan shalat. “ Wah ... kan tinggal dikit lagi selesai , jadi batal deh, “ gumamku. Rupanya Elang 1 yang diawaki oleh
Bintal
Mayor Pnb Radar Suharsono tidak hanya mengecek kondisi pesawat member tetapi memberikan kesempatan shalat secara bergantian kepada kami ”Alhamdulillah” akhirnya saya pun mendapat giliran pertama untuk melaksanakan shalat dengan tenang tanpa harus khawatir akan diganggu lagi. Setelah selesai mengerja– kan shalat saya melaporkan kepada Elang 1 bahwa saya sudah selesai shalat. Elang 1 pun bergantian melaksanakan shalat subuh begitu pun Elang 3. Alhamdulillah kali pertama dalam sejarah penerbangan saya dapat melaksanakan shalat shubuh di pesawat tempur dan lebih mengesankan lagi adalah seluruh member dapat melaksanakan shalat. Ternyata perasaan ini bukan hanya saya sendiri rasakan karena setelah diketahui bahwa Mayor Radar dan Kapten Supri pun baru kali ini melaksanakan shalat subuh di pesawat. tempur. ”Apakah seluruh penerbang tempur pernah mengerjakannya?” Sesaat terlintas di benak
saya jika saja kami menyepelekan shalat subuh waktu itu pasti Allah akan sangat murka kepada kami dan mungkin akan diberikan cobaan di luar kemampuan kami sebagai peringatan saat itu. Perasaan cemas pun hilang setelah kami dapat menyelesaikan shalat dan berganti dengan perasaan tenang. ”Subhanallah” memang benar firman Allah dalam Al Quran bahwa hanya dengan mengingat Allah lah hati akan menjadi tenang. Perjalanan yang berawal gelap gulita, hanya radar mapping dan kepasrahan kepada Allah sajalah yang menjadi acuan ditambah kondisi cuaca yang berawan pada jarak 100 Nm sebelum memasuki Pulau Ranai. Dengan keyakinan dan informasi yang diberikan oleh Letkol Pnb Kustono sebagai RSO yang berada di sekitar target penembakan, kondisi suasana di target penembakan sedikit demi sedikit mulai terang dan kami pun menjadi tenang . Sesampainya di holding point pada pukul 05.20’ ternyata kami masuk ke dalam awan,
timbul kekhawatiran kami akan sulitnya untuk melihat pesawat yang lain. Akhirnya kami pun turun ke bawah awan dan Alhamdulillah kondisi perawanan lebih baik meskipun masih belum bisa melihat permukaan air laut pada ketinggian 1500 ft. Sesuai dengan perhitungan waktu kami meninggalkan holding point satu persatu mulai dari Elang 1 kemudian Elang 2 dan disusul oleh Elang 3 dengan separasi 1.8 Nm. Kamipun turun ke ketinggian 500 Ft AGL. Saat-saat genting akan mendekati initial point tiba-tiba pesawat Hawk 209 yang saya awaki mengeluarkan asap putih melalui air conditioning (AC) yang menyebabkan kondisi kokpit penuh dengan asap. Kondisi ini mengakibatkan HUD berembun sehingga saya tidak dapat melihat penunjukan HUD, pesawat di depan, juga ketinggian yang ada disekitar rute . Dalam keadaan demikian saya matikan AC, sebelum me– mutuskan untuk segera naik pada ketinggian 1500 Ft karena
Edisi April 2010
59
Bintal
sepanjang rute holding point menuju initial point banyak terdapat ketinggian dan saya tidak dapat melihat apa-apa di depan kecuali asap putih di dalam kokpit. Dalam kondisi yang ”stress” tersebut keluar dari mulut saya istighfar dan memohon pertolongan Allah. ” Ya Allah tidak sulit bagi-Mu menghilangkan asap putih ini jika Engkau mengatakan Jadi maka Terjadilah.” Hanya itu yang terlintas dalam benak saya waktu itu; perasaan menyerah– kan segala urusan kepada Allah. Kondisi ini terus berlanjut hingga meninggalkan initial point menuju pop up point (PUP). Saat meninggalkan PUP saya yang hanya mempercayai penunjukan head down instrument dan MPD yakin posisi pesawat saya sudah bebas dari ketinggian dari map reading yang telah di-briefing-kan sebelumnya. Saya pun turun ke 500 ft sambil menyapu kondisi HUD dengan gloves dengan harapan embunnya akan hilang. Detik-detik menjelang PUP, saya pun mulai panik jika saat akan final penembakan masih kondisi seperti ini, maka saya pun akan membatalkan penembakan. Tetapi tiba-tiba entah apa dan siapa yang berbuat kecuali atas kehendak Allah, asap yang berwarna putih yang keluar dari AC pun hilang dan embun yang berada di HUD pun menjadi jelas. Seingat saya, yang dapat saya lihat pertama setelah kondisi kembali normal adalah Elang 1 sudah pada posisi climb/PUP menuju ke ketinggian yang diinginkan. Akhirnya saya pun mengikutinya, dengan berulangulang kali mengucap syukur saya dapat melihat target yang
60
Edisi April 2010
akan dihancurkan dan yang membuat saya tenang lagi adalah kondisi target sudah terbakar alias Elang 1 sudah menghancurkannya pada time over target ( TOT ) 05.35’ sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan. Sayapun menem– bak ke arah kobaran api tersebut. Disusul oleh Elang 3. Alhamdulillah tugas penembakan dapat terlaksana dengan baik. Kami yakin sekali bahwa tidak sulit bagi Allah membuat kami tidak dapat melihat target ataupun mem– buat kami tidak konsentrasi ataupun membelokkan arah roket kejadian ini hanyalah atas karuniaNya. Saya yakin bahwa hal ini terjadi karena karuniaNya pada saat kami me– laksanakan shalat subuh di pesawat. “Alhamdulillah Allah Ridho “ kata saya kepada Elang 1 dan disambut dengan hangat “Betul Wan. Allah ridho dengan kita ,“ kata Elang 1. Perasaan senang dan bangga waktu itu tiba-tiba berubah menjadi kecemasan kembali setelah Elang 1 menyampaikan agar tiap member mempersiapakan diri untuk melaksanakan air refuelling. Wah bagi saya misi ini lebih ”menyeramkan” dibandingkan misi penembakan, karena risiko jika salah satu member saja tidak dapat melaksanakannya karena sesuatu hal, maka mau tidak mau seluruh member mendarat di Lanud Ranai.....” Cemar.... dong..” Komunikasi pun dapat kami lakukan dengan pesawat tanker yang mengambil air refuelling control point (ARCP) berjarak 30 Nm dari target. ”Oke, Elang flight sekarang tanker berpindah ARCP karena ARCP yang semula direncanakan terdapat awan CB yang berpotensi hujan,” info
dari tanker yang diawaki oleh Mayor Pnb Aji lulusan AAU 1993. Otomatis hal tersebut menambah beban bagi Elang 1 yang segera mencari posisi tanker dengan bantuan radar dan info dari navigator tanker. ”Ya Allah ku serahkan segala urusan hanya kepada–Mu.” Doaku waktu itu khawatir jika tidak dapat bertemu dengan tanker. Syukur kami dapat visual contact dengan tanker yang memakan waktu 2 kali lebih lama dari budgeting. Hal ini berimbas kami pun harus menambah fuel yang lebih pula dari semula yang kami ren– canakan. Saat menegangkan pun tiba saat Elang1 dan 2 menuju stabilise position untuk melaksanakan engage. Berulang kali kami berusaha untuk engage namun semakin susah yang kami rasakan padahal fuel terus terbakar di engine Hawk. ”Relaks....relaks....” kata Elang1 yang tidak kalah stresnya karena tidak dapat engage dengan segera. ”Elang 2 ... engage, ” kata saya dan segera disusul Elang 1. Akhirnya kamipun berhasil melaksanakan air refuelling dengan sukses. Hal ini pun diikuti oleh Elang 3 yang tidak begitu susah melaksanakan engage dan air refuelling. Alhamdulillah, misi penembakan dan air refuelling pun dapat kami laksanakan dengan sukses dan selamat. Dengan canda dan tawa Mayor Radar mengatakan, ayo .. kita makan pecel yuk... ha ha ha ... disambut dengan tawa oleh Kapten Supriyanto, juga saya yang diakhiri ucapan ”Insya Allah ” dari leader dalam mengiringi perjalanan kami kembali ke home base dengan selamat. Selamat dan sukses Elang Khatulistiwa! ”LITTLE BUT LETHAL ”.*
Profil Satuan
Kosekhanudnas IV Perisai Negara di Wilayah Udara Timur NKRI sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki wilayah darat, laut dan udara yang sangat luas dan berdampak terhadap upaya-upaya kegiatan pertahanan dan keamanan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu dilaksanakan kegiatan pertahanan berupa tindakan pencegahan, penangkalan, penggagalan dan penanggulangan setiap agresi dari negara lain guna mempertahankan integritas, penegakan kedaulatan dan hukum di wilayah NKRI baik darat, laut dan udara.
Kehadiran Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) IV di wilayah Timur Indonesia adalah salah satu jawaban pengamanan wilayah udara nasional dari berbagai pelanggaran dan ancaman. Keputusan Menhankam/ Panglima TNI Nomor: Kep/14/ P/X/1999 tanggal 14 Oktober 1999 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Kohanudnas serta tindak lanjut instruksi Kasau Nomor: Ins/2/ III/04, tanggal 24 Maret 2004 tentang Pembentukan Kosekhanudnas IV sebagai Komando
Pelaksana Operasi Pertahanan Udara di wilayah Timur Indonesia di bawah kendali Kohanudnas maka pemerintah berinisiatif mendirikan perisai negara di tanah Papua tersebut. Tanggal 24 Maret kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kosekhanudnas IV dan secara resmi, tanggal 25 Maret 2004, Kasau yang saat itu dijabat oleh Masekal TNI Chappy Hakim meresmikan berdirinya Kosekhanudnas IV sekaligus melantik Panglima Kosekhanudnas Pertama Kolonel Pnb Rodi Suprasodjo S.IP. serta penyerahan Pataka
Edisi April 2010
61
Profil Satuan
Kosekhanudnas IV kepada Pangkosekhanudnas bertempat di Mabesau, Cilangkap. Sebagi awal pengoperasian Kosekhanudnas IV ditandai dengan pengalihan Satrad 251 Buraen dari Pangkohanudnas II kepada Pangkosekhanudnas IV di Buraen, Kupang tanggal 10 Mei 2004 dan berubah nama menjadi Satrad 241. Kemudian Satrad 242 di Biak dan Satrad 245 di Timika serta Satrad 243 Merauke yang saat ini dalam tahap pembangunan. Direncanakan Kosekhanudnas IV akan membawahi sembilan satuan radar termasuk radar di Jayapura, Sorong, Ambon, Morotai dan Saumlaki (dalam tahap perencanaan). Sebagai satuan pelaksana operasi pertahanan udara di bawah Kohanudnas, Kosekhanudnas IV bertugas pokok menyelenggarakan dan mengendalikan operasi pertahanan udara di wilayah dalam rangka mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI dan kepentingan negara lainnya serta membina kesiapan dan kemampuan unsurunsur di wilayahnya. Guna mendukung tugas pokok tersebut di atas maka Kosekhanudnas melaksanakan tugas sebagai berikut: melaksanakan Sishanudnas baik Hanud aktif /pasif; melaksanakan kegiatan operasional unsur siap maupun cadangan yang ditempatkan di bawah di bawah Komando Operasi Kosekhanudnas IV ; memonitor kesiapan kekuatan pertahanan udara lainnya yang mungkin melibatkan dalam upaya Hanudnas; meningkatkan kemampuan integrasi satuan radar di bawah jajaran Kosekhanudnas IV dengan
62
Edisi April 2010
Posek Hanudnas IV; meningkatkan kemampuan K3I dengan satuan bawah jajaran, satuan atas serta satuan samping; meningkatkan kemampuan masing-masing personel Kosekhnanudnas IV dan satuan bawah jajaran sesuai dengan profesi tugasnya; meningkatkan kesiapan operasional dan satuan dibawah jajaran. Selain itu keberadaan Kosekhanudnas IV juga diproyeksikan untuk mengawal dan mengamankan Alur Laut Kepulauan Indonesia - III (ALKI-III) yang sering dilintasi oleh armada laut dan pesawat terbang. Dalam usaha menegakkan kedaulatan NKRI di udara wilayah Indonesia Timur khususnya ALKI III serta menunjukkan eksistensi kemampuan TNI AU kepada negara lain, dipandang perlu adanya peningkatan pada setiap komponen yang ada di Kosekhanudnas IV seperti Posek, penggelaran unsur radar yang sesuai dengan luas wilayah, unsur tempur sergap, unsur pangkalan udara, unsur rudal, komponen TNI AD dan AL
serta unsur sipil yang berkemampuan hanud. Wilayah Kosekhanudnas IV meliputi lima provinsi yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT) serta berbatasan langsung dengan beberapa negara dengan batasbatas: sebelah Barat Kosekhanudnas II, sebelah Selatan Australia, sebelah Timur Papua New Guinea dan sebelah Utara Guam (USA) Micronesia dan Palau. Obyek vital yang berada di bawah wilayah Kosek Hanudnas IV adalah PT. Free Port Indonesia di Timika, Proyek LNG di Babo Teluk Bintuni dan proyek pertambangan lainnya serta pusat pemerintahan dari provinsiprovinsi yang berada dijajaran Kosek Hanudnas IV. Potensi ancaman mencakup semua wahana asing yang menggunakan media udara sebagai lintasannya dapat berupa: wahana udara berawak/tidak berawak yang melanggar wilayah udara nasional; wahana udara berawak/tidak berawak yang mengancam kedaulatan NKRI; pesawat udara yang melangga
Profil Satuan
zona pertahanan udara (air defence identification zone) dan pesawat udara yang melanggar ketentuan penerbangan di wilayah udara nasional. Selain itu potensi ancaman juga bisa dikalukan oleh Negara tetangga seperti: Australia, Amerika Serikat, Philipina, Papua New Guinea dan Timor Leste. Secara bertahap pengoperasian Kosekhanudnas IV terus meningkat. Hal tersebut telah dibuktikan dengan setia pelaksanaan latihan maupun operasi, baik yang dilaksanakan Kosekhanudnas maupun latihan bersama dengan satuansatuan lain. Berpegang kepada semboyan “Labda Yudha Gegana” yang berarti kemampuan untuk
melakukan perang di wahana dirgantara dan dalam usianya yang relatif masih muda, Kosekhanudnas IV terus berusaha mengasah dan meningkatkan kualitas SDMnya agar mampu melaksanakan perannya demi terciptanya ruang udara wilayah NKRI yang aman melalui pengendalian dan keunggulan udara. Dalam rangka meningkatkan kualitas operasional dan profesionalisme personel, Kosekhanudnas IV melaksanakan latihan mulai dari latihan perorangan sampai dengan latihan puncak seperti “Kilat D”, “Cakra D”, Tutuka dan Angkasa Yudha serta latihan lainnya. Kekuatan Kosekhanudas
IV dengan sembilan satuan radar yang akan digelar nantinya, harus merupakan resultan dari kekuatan alutsista plus kekuatan rakyat di wilayah Timur Indonesia ini, menyatu dalam sinergi yang kompak dan solid untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Agar berperan maksimal sebagai mata, telinga, dan tangan pertahanan udara, maka kerja sama dengan otoritas sipil di bidang penerbangan harus dapat dioptimalkan melalui penyamaan visi dan persepsi sehingga tercapai simbiosis mutualisma dan saling menopang dalam mengelola ruang udara di wilayah Timur Indonesia.* (Sumber: “Kerling Mata Elang di Timur Nusantara”, 2010)
Edisi April 2010
63
Manajemen
Mewujudkan TNI AU Menjadi “The First Class Air Force” Oleh Lettu Pnb Oktoberandi “Kekuatan udara merupakan unsur penting dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terluas di dunia” (Pernyataan Presiden RI-1 Ir. Soekarno pada saat bertemu dengan para saudagar di Banda Aceh pada tahun 1946 ). Tanggal 9 April 2010 ini, TNI AU merayakan Hari Jadi-nya yang ke-64 tahun. Peringatan, seharusnya menjadi momen berharga untuk merenung dan mengevaluasi semua kegiatan dan kejadian yang telah dilaksanakan, memperbaiki semua kekurangan dan melanjutkan semua keberhasilan yang sudah dicapai, untuk mewujudkan “hari ini yang lebih baik dari hari kemarin, hari esok yang lebih baik dari hari ini.” Sejarah mencatat, TNI AU lahir dari “rahim perjuangan” bangsa Indonesia, serta tidak terlepas dari sejarah kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kumandang Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 menandai lahirnya NKRI sebagai negara berdaulat, merdeka dari penjajahan Kolonial HindiaBelanda, Jepang dan Sekutu yang telah menguasai
64
Edisi April 2010
wilayah Indonesia hampir tiga setengah abad lamanya. TNI AU tumbuh dan berkembang melanjutkan pengabdian kepada ibu pertiwi, bersama-sama dan manunggal dengan rakyat. Sejak kelahirannya, TNI Angkatan Udara terus berupaya mewujudkan Indonesia menjadi negara yang besar dan berdaulat penuh di wilayah udara. Terwujudnya Indonesia yang terhormat dan bermartabat merupakan salah satu manisfestasi dan aktualisasi dari tugas-tugas TNI AU dalam menegakkan kedaulatan di wilayah udara nasional, baik di masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Sebagai salah satu komponen bangsa yang besar, TNI AU gigih berupaya dan bekerja keras, untuk mengatasi semua persoalan yang dihadapi, sebagaimana yang sedang
dilakukan untuk memulihkan diri dari krisis yang lalu. Dengan optimisme kebersamaan dan bekerja keras, Insya Allah TNI AU akan mampu membangun masa depan yang lebih baik. Tidak pernah ada jalan yang lunak untuk mencapai cita-cita dan tujuan yang besar. Oleh karena itu, pada momen ulang tahun ini marilah kita merenung sejenak, apa dan dimana kurangnya TNI AU dari segala segi. Faktor-faktor penting apa saja yang dapat menyokong terwujudnya TNI AU menjadi ”The First Class Air Force.” Banyak pemikiran menuju arah ke sana. Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan sebuah mimpi besar dari salah seorang mantan petinggi TNI AU, Marsekal Muda TNI (Purn) Mardjono SW dalam bukunya yang berjudul “TNI AU yang Handal dan Ideal”. Dalam
Manajemen
hal ini, penulis sangat sependapat bahwa hanya dengan kekuatan udara yang handal dan kuatlah negeri ini akan terjamin keutuhannya. Kawan dan lawan pun akan segan dan menghormati serta memberikan peluang bagi terciptanya kejayaan tanah air seperti harapan Bapak AURI Rd. Suryadi Suryadarma. Alat Pengindera Menurut Marsda TNI (Purn) Mardjono SW, untuk menciptakan stabilitas di kawasan maupun stabilitas nasional NKRI, maka komponen dan kapabilitas kekuatan udara yang perlu dimiliki adalah mencakup peralatan/persenjataan yang dapat digunakan sebagai alat pengindera, pemukul dan pengendali. TNI AU membutuhkan alutsista yang berfungsi sebagai pengindera. Karakter geografis NKRI dengan luasnya wilayah perairan, dan terpecah-pecahnya wilayah daratan, menyebabkan Indonesia sangat rawan terhadap berbagai ancaman, baik yang menyangkut ancaman kekerasan (pembajakan udara/laut, sabotase/teror obyek vital), ancaman pelanggaran wilayah (penerbangan gelap) dan pengintaian terhadap wilayah Indonesia, ancaman sumber daya (pemanfaatan
wilayah udara oleh negara lain, perusakan/pencemaran laut, dan ekosistemnya), ancaman pelanggaran hukum (migrasi ilegal, penyelundupan manusia, eksplorasi dan eksploitasi sumber kekayaan laut, serta berbagai jenis penyelundupan). Mengingat keamanan wilayah, baik udara maupun laut, disamping dapat merugikan secara ekonomi, politik, dan keamanan nasional, juga memiliki dimensi gangguan terhadap berbagai bentuk ancaman. Keterbatasan sarana dan prasarana yang diperlukan harus segera diatasi, melalui penyiapan peralatan pengindera yang mampu melakukan pengintaian dan pengamatan terhadap berbagai ancaman yang akan/ telah masuk melalui wahana udara dan laut, ke seluruh wilayah kedaulatan NKRI. Karena itu, cukup relevan bagi Indonesia apabila dilihat dari kondisi geografisnya, dapat meningkatkan peralatan pengindera untuk tugas pengintaian dan pengamatan udara TNI AU. Saat ini, TNI AU memiliki 3 buah pesawat Boeing B-737 Intai Strategis, dan CN-235 Intai Taktis. Sehingga ke depan, untuk penambahan kekuatan diperlukan pengadaan 4 pesawat intai strategis setingkat B-737 dan
4 Hawkeye E-2C atau sejenisnya, 1 Skadron Intai Taktis minimal setingkat CN-235, serta 1 Skadron UAV (Unmanned Aircraft Vehicles). Selain itu, mengingat perkembangan teknologi senjata strategis, khususnya peluru kendali, baik yang berupa ballistic atau cruiser, maka sudah saatnya dipikirkan untuk pemanfaatan satelit pengindera yang mampu mendeteksi setiap pergerakan di permukaan, maupun di atas permukaan, baik yang berada atau yang menuju wilayah NKRI. Alutsista Pemukul Situasi dan perkembangan hubungan antarbangsa secara global mulai memasuki era baru. Era baru ini dapat dirasakan dan dicermati berupa adanya penurunan rasa aman dan meningkatnya gejala ancaman akibat adanya hubungan antarnegara yang semakin kurang kondusif dan semakin tidak seimbang dengan timbulnya berbagai kondisi dan isu keamanan internasional. Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di kawasan Asia Tenggara maupun di Pasifik Selatan berupa masalah keamanan regional yang berkaitan dengan berbagai konflik yang bersumber dari klaim
Edisi April 2010
65
Manajemen
teritorial, pelanggaran wilayah udara, keamanan jalur komunikasi laut, dan jalur perdagangan melalui laut, sampai kepada masalah keamanan tradisional seperti terorisme, perampokan, dan pembajakan, penyelundupan senjata, migrasi ilegal, ataupun penangkapan ikan ilegal. Berbagai aspek akan dipengaruhi oleh kekuatan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang dan sebagainya, karena adanya kepentingan mereka di Asia Tenggara. Oleh karena itu, sesuai peran TNI AU dalam bidang pertahanan, yaitu melaksanakan tugas penegakan hukum dan menjaga keamanan di wilayah
66
Edisi April 2010
yuridiksi nasional, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa, perlu meningkatkan kemampuan pemukul yang bersumber pada alutsista udara, sebagai kekuatan penangkal untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman. Kekuatan pemukul digunakan untuk menghancurkan kekuatan musuh dengan penyerangan udara ke udara, udara ke darat, udara ke permukaan dan bawah air serta untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan di udara. Saat ini kekuatan pemukul yang dimiliki TNI AU bertumpu pada 2
Skadron Hawk 100/200 (Skadron Udara 1 dan Skadron Udara 12) dan 6 pesawat Su-27/30 (Skadron Udara 11) serta didukung oleh 1 pesawat tanker C-130 BT (Skadron Udara 32), dan pesawat Kodal jenis Fokker F-27 (Skadron Udara 2) atau C-130 Hercules (Skadron Udara 31 dan 32). Dalam upaya menyiapkan perangkat pemukul agar memiliki daya tangkal yang tinggi, maka untuk mengaplikasikan doktrin TNI AU yang berkaitan dengan pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan, ke depan perlu adanya penambahan 2 skadron sekelas F-18 multirole, 2 skadron tempur SU-27/30 atau yang setingkat untuk menggantikan 1 skadron A-4 yang telah di-grounded tahun 2004. Satu skadron sekelas A-10 untuk menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang juga telah di-grounded pada tahun 2007. Selain itu, mengingat dalam setiap penyelesaian konflik secara politis akan dipengaruhi oleh kemampuan militer negara yang bersangkutan, maka sudah saatnya dipikirkan untuk penggunaan persenjataan strategis berupa rudal balistik, yang ditempatkan ke arah sasaran strategis atau “centre of gravity” kekuatan musuh.
Manajemen
Alutsista Pengendali Luasnya wilayah udara nasional yang harus mendapat perlindungan dan mengacu pada perang modern, dimana wahana udara menjadi alat yang efektif dalam penyiapan perencanaan dan pelaksanaan perang, menuntut peran unit-unit komando dan pengendalian kekuatan udara untuk mampu mengendalikannya. Pengendalian udara dalam rangka mempertahankan kedaulatan wilayah udara nasional dari setiap gangguan dan ancaman udara, diselenggarakan dalam suatu sistem pertahanan udara yang memadukan setiap unsur pertahanan udara. Oleh karena itu, kekuatan udara yang diharapkan adalah yang memiliki kemampuan untuk menggunakan dimensi ketiga atau udara, sehingga musuh tidak dapat menggunakan kekuatannya secara efektif, dan sekaligus mampu meniadakan faktor ancaman udara musuh. Saat ini kekuatan pertahanan udara untuk mengendalikan dan menguasai ruang udara nasional bertumpu pada 16 radar EW / GCI (10 EW dan 6 GCI), 1 skadron pesawat F-16, dan 1 skadron pesawat F-5 dan 1 skadron pesawat
Sukhoi 27/30. TNI AU ke depan juga perlu penambahan kekuatan dengan 15 radar EW/GCI, 2 pesawat AWACS atau sejenisnya yang dapat berfungsi sebagai “gap filler” dan pesawat Kodal, 2 skadron buru sergap setingkat F-16, serta memungkinkan untuk penggunaan satelit surveillance, pertahanan udara, serangan udara, intelijen, dan dukungan operasi udara. Ancaman terhadap keutuhan wilayah NKRI yang datang dari luar negeri, sasaran akhirnya adalah penguasaan wilayah darat, penguasaan wilayah laut; dan wilayah udara merupakan sasaran antara dari suatu sasaran pembantu. Antisipasi terhadap skenario dari ancaman bagi keutuhan wilayah NKRI dari dalam negeri sasarannya adalah penguasaan wilayah darat. Setelah berhasil, kemudian mengembangkan penguasaan wilayah laut dan wilayah udara, pada semua tingkatan konflik (low and high intensity operation). Berdasarkan karakteristik air power dan relevansinya dengan konstelasi geografis Indonesia, serta mengingat bahwa perang udara
tidak bisa dipisahkan menjadi bagian yang kecil, dan dipahami bahwa tidak ada batasan di daratan maupun di lautan selain radius aksi dari kemampuan air power sendiri, maka kesemuanya itu menjadi satu kesatuan dan mutlak membutuhkan kesatuan komando. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan air power membutuhkan organisasi dan doktrin yang dapat dipedomani secara berdaya guna dan tepat guna oleh pelaksana operasi udara, baik di tingkat Markas Besar, Kotama maupun di tingkat pelaksana bawah.* Referensi : Buku TNI AU yang handal dan ideal, Mardjono SW. -
Majalah suara angkasa, Dispenau, edisi Januari 2010.
-
http://www.kaskus.us/
-
http://www.tni-au.mil.id/
-
Dan literatur-literatur lainnya.
Edisi April 2010
67
Berita Daerah
Marsma TNI Ida Bagus Putu Dunia Jabat Pangkosekhanudnas IV Pangkohanudnas Marsda TNI Dradjad Rahardjo, S.IP melantik Marsma TNI Ida Bagus Putu Dunia sebagai Panglima (Pangkosekha-nudnas) IV Biak, Papua menggantikan Marsma TNI Hadiyan Sumintaatmadja dalam suatu upacara militer yang diikuti seluruh Perwira, Bintara, Tamtama dan PNS
Kosekhanudnas IV di lapangan apel Makosek hanudnas IV Biak, Papua, akhir Februari. Dalam sambutannya Pangkohanudnas mengingatkan tugas dan tanggung jawab jabatan Pangkosek Hanudnas IV Biak sangat penting dan berat, mengingat luas wilayah Kosekhanudnas IV di Indonesia Timur dan berkaitan
Mayor Pasukan Ari Ismanto Danyon 464 Paskhas yang Baru
Komandan Wing II Paskhas Kolonel Psk T. Seto Purnomo melantik Mayor Psk Ari Ismanto sebagai Komandan Batalyon 464 Paskhas yang baru meng– gantikan Letnan Kolonel Psk Deny Muis di lapangan Batalyon 464 Paskhas, per– tenganhan Februari lalu. Dalam sambutannya Ko-
68
Edisi April 2010
mandan Wing II Paskhas mengatakan Batalyon 464 Paskhas yang b e r k e dudukan di Lanud Abdulrahman Saleh me– rupakan salah satu satuan pelaksana Wing II Paskhas, yang bertugas menyeleng– garakan pembinaan dan penyiapan satuan, disam– ping melaksanakan tugas operasi dalam pertahanan pangkalan/alutsista/ instalasi TNI AU, pengen– dalian tempur, pengenda– lian pangkalan udara de–
dengan masih terbatasnya kemampuan alutsista Hanud. Marsma TNI Hadiyan Sumintaatmaja selanjutnya menjabat sebagai Danlanud Adisutjipto menggantikan Marsma TNI R. Agus Munandar; sedangkan Marsma TNI Ida Bagus Dunia sebelumnya menjabat sebagai Danlanud Sultan Hasanuddin.*
pan, SAR tempur serta operasi lain sesuai kebijakan Panglima TNI. Kepada Mayor Psk Ari Ismanto sebagai Komandan Batalyon 464 Paskhas yang baru Danwing II Paskhas meng– harapkan dapat melaksana– kan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab untuk memimpin dan membina satuan yang menjadi tang– gung jawabnya dengan sebaik-baiknya. Sertijab dimeriahkan dengan demo karate yang dilakukan oleh anggota Batalyon 464 Paskhas serta demo pembebasan sandra, terjun payung yang membawa bendera Wing II Paskhas, bendera Batalyon 464 Paskhas dan bendera ucapan selamat datang kepada komandan yang baru. * (Pentak Lanud Abd Saleh)
Berita Daerah
Lanud Sjamsudin Noor Promosikan Karbol
Kapentak Lanud Sjamsudin Noor Lettu Sus Sundoko memberikan penjelasan tentang Karbol Sejenak materi pelajaran di SMUN 1 dan SMUN 2 Banjarbaru serta SMUN 1 Banjarmasin diambil alih oleh sejumlah anggota dari Lanud Sjamsudin Noor. Siswa-siswi SMU tersebut berkerumun menyambut kedatangan tim kampanye Karbol dari Lanud Sjam– sudin Noor ini, pada awal Maret. Kedatangan tim anggota Lanud bukan untuk mengajar materi pelajaran sekolah melainkan ingin mempromosikan dan men– gajak para siswa bergabung menjadi taruna Akademi Angkatan Udara atau biasa disebut dengan Karbol.
Menurut Komandan Lanud Sjamsudin Noor Letkol Pnb Singgih Hadi, kegiatan promosi ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini dilaksanakan agar para siswa-siswa diwilayah Kalsel ini men– dapat informasi tentang keberadaan Akademi Ang– katan Udara sehingga diharapkan TNI AU secara umum mendapatkan putraputra daerah yang ber– potensi untuk dapat ber– gabung menjadi taruna AAU. Promo yang dilak–
sanakan ini berupa pen– jelasan singkat tentang TNI AU, pemutaran video sekilas tentang kehidupan karbol dalam melaksanakan perkuliahan dan kegiatan sehari-harinya diluar per– kuliahan dilanjutkan ten– tang informasi serta tata cara pendaftaran dan tahapantahapan dalam melaksana– kan tes-tes untuk masuk menjadi Karbol. Antusiasme para siswa sangat tinggi terlihat banyaknya per– tanyaan yang disampaikan untuk mendapat kejelasan lebih lengkap tentang Karbol.* (Pentak Lanud Sam)
Edisi April 2010
69
Berita Daerah
Tim Bulu Tangkis Lanud Manuhua Juara HUT Kosekhanudnas IV Tim bulu tangkis Lanud Manuhua keluar sebagai juara pertama dalam rangka pertan– dingan bulutangkis untuk memperingati HUT ke-6 Kosekhanudnas IV Biak yang jatuh pada tanggal 23 Maret. Pertandingan yang digelar di gedung serbaguna Farsyos Kosekhanudnas IV ini diikuti oleh 4 tim yaitu Kosek IV, tim Lanud Manuhua, tim Paskhas dan tim Satrad 242. Sedangkan tim bulutangkis Lanud Manuhua akhirnya keluar sebagai juara setelah pada pertandingan terakhir mengalahkan tim tuan rumah Kosek IV dengan skor 3:0. Tim bulutangkis Lanud Manuhua yang dimotori Kapten Tek Rusbiyanto tampil cukup bagus
Lanud Surabaya. Guna mewujudkan satuan kerja yang sehat dan bersih warga Lanud Surabaya melaksanakan korve ber– sama secara rutin. Korve semakin diintensifkan terutama pada musim penghujan ini karena rumput - rumput liar cepat sekali tumbuh, sekaligus untuk mencegah ber– kembangnya jentik nyamuk.* (Pentak Lanud Sby)
70 70Edisi Edisi AprilApril 2010 2010
Tim bulutangkis Lanud Manuhua saat bertanding melawan tim Kosekhanudnas IV.
sehingga bisa mengalahkan lawan-lawannya. Sebelumnya tim bulutangkis Lanud Manu-
hua mengalahkan Paskhas BS Biak dengan skor 2:1 dan satrad 242.* (Pentak Lanud Mna)
Berita Daerah
Latihan Pertahanan Pangkalan di Lanud Timika
Lanud Timika pada akhir Februari silam menggelar Latihan Pertahanan Pangkalan
yang dilaksanakan di areal hutan sekitar perumahan Lanud. Latihan ini diikuti oleh 64 personel, dan bertindak sebagai komandan latihan Kadisops Lanud Timika, Kapten Lek Mohyil Umam. Fokus latihan ini terbatas pada pertahanan horizontal, karena untuk melaksanakan pertahanan vertikal komponen
pendukung masih dirasa kurang. Tujuan dilaksanakannya latihan ini untuk melatih personel Lanud Timika dalam mengamankan areal sekitar Mako Lanud dan areal satrad 243. Latihan menggunakan senjata organik SS-1 Pindad sejumlah 25 pucuk, pistol P-1 Pindad sebanyak 8 pucuk, peluru hampa sebanyak 20 butir dan beberapa peralatan kebersihan seperti parang dan sabit untuk membuka jalan. Berkat dukungan dari seluruh pihak, latihan ini terlaksana sesuai harapan.* (Pentak Lanud Tmi)
Sertijab Dan Wing I. Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Bagus Puruhito memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma dari Kolonel Pnb Umar Sri Mulyo Handoko kepada Kolonel Pnb Djoko Senoputro, di Jakarta, pertengahan Maret. Pejabat baru adalah penerbang Hercules C-130, alumnus AAU tahun 1987 dan sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Operasi Lanud Halim Perdana– kusuma. Sedangkan pejabat lama Kolonel Pnb Sri Mulyo Handoko, penerbang pesawat Fokker-27 juga alumnus AAU tahun 1987, selanjutnya mengikuti Sekolah Komando TNI di Bandung. Usai serah terima jabatan Danlanud Halim Perdanakusuma melakukan salam komando dengan pejabat lama dan pejabat baru.* (Pentak Lanud Hlm)
Edisi Edisi AprilApril 2010 201071 71
Berita Daerah
Commanding General of The Philippenes Air Force Lieutenant General Oscar H Rabena dan rombongan dalam rangkaian kunjungan ke Indonesia mengunjungi Lanud Ngurah Rai, Bali, beberapa waktu lalu. Rombongan diterima oleh Danlanud Ngurah Rai Letkol Pnb Aldrin Petrus Mongan beserta Ibu dan perwiraperwira lainnya. Kasau Philipina dan rombongan ini mengunjungi beberapa obyek wisata di sana termasuk pasar seni.* (Pentak Lanud Rai)
Danlanud Ranai Resmikan Gapura dan Tugu Jam Danlanud Ranai Letkol Pnb Bambang Somantri meresmikan gapura gerbang utara dan tugu jam siaga perbatasan di Lanud Ranai akhir Februari. Menurut Danlanud, tujuan dibangunnya gapura yang juga sebagai pintu utama untuk memasuki Lanud Ranai ini untuk memberikan kebanggaan kepada Lanud Ranai terhadap simbol/ monumen yang megah agar lebih mencintai eksistensi Lanud Ranai, dan Angkatan Udara pada umumnya. Gapura gerbang utara berbentuk menjulang ke atasnya, dengan lambang Swa Bhuwana Paksa di atasnya, serta di kanan lambang Koopsau I dan di sebelah kanan lambang Lanud. Secara garis besar, gapura ini mempunyai arti Lanud Ranai senantiasa siap menjaga kedaulatan NKRI. Sedangkan tugu jam
72 72Edisi Edisi AprilApril 2010 2010
siaga perbatasan dibuat, agar Lanud Ranai sebagai daerah perbatasan Utara Indonesia, secara geopolitik dan geostrategi sebagai beranda atau daerah terdepan, mempunyai simbol/ monumen yang diperlukan sebagai delimitasi (tanda perbatasan) NKRI. Tugu jam siaga perbatasan dilengkapi burung elang mencengkeram bola dunia, dengan maksud sebagai
prajurit TNI AU, Lanud Ranai siap dan tidak mengenal waktu menjaga dan mempertahankan NKRI Gerbang utara ini menjadi salah satu akses tercepat untuk memasuki wilayah kedaulatan NKRI sehingga gerbang ini akan menjadi simbol kebanggaan bagi Lanud Ranai dalam keikutsertaan mendorong kemajuan Kepulauan Natuna khususnya serta NKRI umumnya.* (Pentak Lanud Rni)
Berita Daerah
Latihan Menembak Untuk menambah kecakapan dan keterampilan agar selalu siap menghadapi tugas dalam situasi apapun, Lanud Rembiga mengadakan latihan menembak di AWR rambang, beberapa waktu lalu. Kegiatan ini merupakan program kerja Lanud Rembiga untuk mem– bina kemampuan dan profesi– onalime prajurit. Latihan diikuti oleh seluruh anggota Lanud Rembiga, untuk bintara dan tamtama latihan menem– bak menggunakan senjata G3 dengan peluru kal 7,62. Sedangkan untuk perwira latihan menembak mengguna– kan pistol jenis colt dengan peluru kal 38 spc, FN 46, taurus dan llama dengan peluru kal 9 mm. Berbeda dengan latihan menembak sebelumnya, pada latihan kali ini Danlanud
Danlanud Rembiga beserta pejabat TNI/Polri Kab. Lombok Timur dan pejabat Lanud Rembiga sedanglatihan menembak.
Rembiga Letkol Pnb Antariksa Anondo mengundang pejabat daerah serta pejabat TNI/Polri Kab Lombok Timur. Perolehan nilai terbaik dari latihan menembak ini, perwira adalah Letda Kes Sarjono dan bintara, Serma Zulkarnaen. Masing-
masing petembak mendapat hadiah dari Komandan Lanud Rembiga. Latihan diakhiri dengan latihan Hanlan yang menyusuri aset-aset yang dimiliki TNI AU dan mengontrol patok-patok batas tanah.* (Pentak Lanud Rbg)
Lanud Sultan Hasanuddin. Pangkopsau II Marsma TNI R. Agus Munandar melantik Kolonel Pnb Agus Supriatna menjadi Danlanud Sultan Hasanuddin, Makassar, ditandai dengan penyematan tanda pangkat komandan kepadanya, di Markas Lanud Sultan Hasanuddin, awal Maret. Kolonel Pnb Agus Supriatna menggantikan Marsma TNI IB Putu Dunia. Kolonel Pnb Agus Supriatna, putra kelahiran Bandung, Jawa Barat dan alumnus AAU tahun 1983, sebelumnya berdinas di BAIS TNI. Sementara Marsma TNI IB Putu Dunia yang putra kelahiran Bali, dan alumnus AAU tahun 1981, selanjutnya menempati pos baru sebagai Panglima Komando Sektor (Pangkosek) Hanudnas IV, di Biak, Papua.* (Pen Koopsau II)
Edisi Edisi AprilApril 2010 201073 73
Berita Daerah
Asops Panglima TNI Tinjau Kesiapan Den Bravo
Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Supiadin AS melakukan peninjauan kesiapan Detasemen Bravo Paskhas 90 di Skadron Udara 17 Lanud Halim
Perdanakusuma, beberapa waktu lalu. Kedatangan Asisten Operasi Panglima TNI dan rombongan disambut Komandan Korp Paskhas Marsma TNI Hary Budiono serta Danlanud Ha-
lim Perdanakusuma Marsma TNI Bagus Puruhito. Sebelum memberikan pengarahan Asops Panglima TNI menyaksikan simulasi pembebasan sandera dari pesawat Fokker 28 yang dibajak, dilanjutkan peme– riksaan kendaraan tempur dan alat komunikasi serta pemeriksa pasukan dari Den Bravo Paskhas 90. Dalam pengarahannya Asops Panglima TNI menekankan kepada pasukan Den Bravo Paskhas 90 yang tidak lama lagi akan mengikuti latihan Dasarsa Malindo di Malaysia, agar siap kapan saja untuk menjalankan tugas yang diembankan dan harus tanggap, tanggon dan trengginas.* (Pentak Lanud Hlm)
HATI-HATI PENIPUAN MELALUI TELEPON GELAP Akhir-akhir ini penipuan melalui telepon gelap dengan modus mengatasnamakan pejabat kembali marak terjadi. Para penelepon gelap tersebut pada umumnya bertujuan meminta sesuatu atau memerintahkan pihak tertentu demi kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Korban aksi penipuan bukan hanya menimpa masyarakat umum saja, tetapi juga instansi dan pimpinan satuan jajaran TNI. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Jawa Timur. Seorang penelepon gelap melalui hand phone mengatas namakan Kaspri Kodam V/Brawijaya menghubungi Kepala Staf Brigade Infanteri (Brigif) 09/Kostrad memerintahkan agar Brigif 09/Kostrad berpartisipasi untuk mengikuti tarian kolosal dengan berpakaian adat Papua dalam rangka HUT Kodam V/Brawijaya. Aksi penipuan dengan telepon gelap ini selain telah mencoreng nama baik juga telah merugikan satuan jajaran TNI baik dalam bentuk tenaga maupun materi. Untuk menghindari terulangnya peristiwa penipuan dengan modus telepon gelap tersebut diharapkan seluruh prajurit TNI bersikap waspada dan hati-hati setiap menerima informasi maupun perintah melalui telepon genggam, terutama yang mengatasnamakan pejabat. Lakukan konfirmasi atau pengecekan kepada pejabat terkait dengan menghubungi nomor telepon kantor/instansi pejabat tersebut.*
74
Edisi April 2010
Berita Daerah
Gelar PPRC di Lanud Abdulrahman Saleh
Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang merupakan suatu komando tugas operasional TNI yang berkedudukan di bawah Panglima TNI, awal Februari lalu digelar di Taxy Way Lanud Abdulrahman Saleh, Malang. Kepala Staf Divisi (Kasdiv) II Kostrad Malang Mayjen TNI Harry, selaku Inspektur upacara menjelaskan tentang tugas dari PPRC diantaranya untuk memelihara dan meningkatkan kesiagaan operasional dari segenap kekuatannya. Selain itu menyelenggarakan operasi serbuan lintas udara atau
operasi tempur lain secara mandiri serta membantu operasi tempur korps TNI lainnya, yang kesemuanya itu untuk melaksanakan operasi TNI di seluruh wilayah RI. “Karena PPRC TNI merupakan tugas gabungan TNI yang dibentuk untuk melaksanakan tindakan cepat dalam menghadapi ancaman nyata di wilayah darat tertentu dalam rangka menangkal, menyanggah awal serta untuk meng– hancurkan musuh yang mengganggu kedaulatan wilayah RI maka para anggota TNI yang terlibat
dalam PPRC ini harus me– laksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sehing ga wilayah RI tetap aman dan terkendali dan bebas dari segala macam ancaman yang akan merongrong negara yang kita cintai ini,” jelasnya. Selanjutnya Kasdiv di dampingi Komandan Satgasud Kolonel Pnb Ismet Ismaya Saleh serta para pejabat TNI lainnya me– lakukan pemeriksaan pa– sukan dan alat utama sistem senjata dari masing-masing angkatan. PPRC melibatkan pasukan Kostrad, Marinir, air crew dan Paskhas.* (Pentak Lanud Abd Saleh)
Edisi April 2010
75
Berita Daerah
Prajurit Yon 463 & Kompi “ E “ BS Paskhas Laksanakan Jungar Dengan menggunakan pesawat C-130 Hercules A-1305 dari Skadron Udara 32 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, selama dua hari Batalyon 463 Paskhas/ Trisula dan Kompi “ E “ BS Paskhas Lanud Adisutjipto mengadakan terjun payung penyegaran (Jungar) di Lanud Iswahjudi, beberapa waktu lalu. Sebanyak 336 prajurit “Baret Jingga” ini melaku– kan penerjunan mengguna– kan parasut statis jenis MC11C yang merupakan model parasut terbaru, dilengkapi dengan panel buka tutup dan kemudi sehingga para
penerjun setelah keluar dari pesawat, dapat mengatur letak posisi jatuhnya. Para penerjun tersebut dimun– tahkan dari pesawat pada ketinggian 1200 feet. Untuk hari pertama dilaksanakan 3 sortie penerjunan sebanyak 173 peterjun, selanjutnya dihari kedua menerjunkan 163 prajurit dalam 3 sorti. Terjun penyegaran rutin dimaksudkan untuk melatih kesiapan hal dropping pasukan melalui udara. “Diharapkan terjun pe– nyegaran ini dapat dilaksanakan secara rutin sehingga dapat diwujudkan prajurit Paskhas yang profesional
dan andal. Untuk itu latihan ini dilaksanakan secara rutin agar ketangguhan prajurit Paskhas dalam penerjunan semakin mantap meski medan dan cuaca yang dihadapi selalu berubah-ubah,” jelas Danyon 463 Paskhas Letkol Psk M.A. Silaban. Latihan terjun ini sekaligus menjadi tontonan menarik bagi para siswa SMPN 1 Maospati, siswasiswi yayasan Pendidikan Muslimat NU Bina Bhakti Wanita Cabang Ponorogo dan TK Kemala Bayangkari Magetan yang mengadakan kunjungan ke Lanud Iswahjudi.* (Pentak Lanud Iwj)
Danyon 463 Paskhas Lanud Iswahjudi Letkol Psk M.A. Silaban sebagai peterjun pertama sedang mengamati dropping zone saat pelaksanaan terjun penyegaran.
76
Edisi April 2010
Berita Daerah
Kolonel Pnb Kusworo Jabat Komandan Wing Karbol AAU Jabatan Komandan Wing Karbol (Danwingkar) AAU diserahterimakan dari Kolonel Pnb Dedy Permadi, SE.MMDS kepada Kolonel Pnb Kusworo, SE. MM, pertengahan Maret lalu di Yogyakarta. Upacara serah terima jabatan dipimpin oleh Gubernur AAU Marsda TNI Sru A Andreas. Kolonel Pnb Kusworo, SE, MM, alumnus AAU tahun 1988 B adalah penerbang tempur pesawat F-16. Jabatan yang pernah disandang Kadisops Lanud Adi Soemarmo, Komandan Lanud Palembang, dan terakhir sebagai Kadispers Lanud Iswahyudi. Sedangkan Kolonel Pnb Dedy Permadi, SE.MMDS dipercaya untuk mengikuti pendidikan Sesko TNI. Gubernur AAU dalam amanatnya meminta kepada
Gubernur AAU Marsda TNI Sru A Andreas menyerahkan tongkat komando kepada Kolonel Pnb Kusworo sebagai Danwingkar yang baru.
Danwing yang baru untuk segera menyesuaikan diri dan segera merencanakan program yang akan dilaksanakan di Wingkar AAU. Gubernur juga menekankan, jabatan Koman– dan Wing merupakan kehormatan bagi pejabat yang bersangkutan, karena secara moral akan terlibat langsung
dalam menyiapkan pemimpin TNI AU ke depan. Sedangkan kepada pejabat yang lama Gubernur AAU mengucapkan terima kasih atas darma bakti yang telah diberikan demi kemajuan AAU dan lebih khusus lagi kepada para Karbol. * (Kapen AAU)
Sertijab Danlanud Sulaiman. Dankodikau melakukan salam komando dengan pejabat lama dan pejabat baru, usai memimpin serah terima jabatan Danlanud Sulaiman, beberapa waktu lalu. Jabatan Danlanud Sulaiman diserahterimakan dari Kolonel Pnb Wahyu A. Djaja kepada Letkol Pnb Gutomo, yang sebelumnya menjabat sebagai Asren Kodikau Sedangkan Kolonel Pnb Wahyu A. Djaya selanjutnya mengikuti Sesko TNI.* (Pentak Lanud Slm)
Edisi April 2010
77
Berita Daerah
Mayor Pnb Wastum Juara English Speech Contest
Angkatan Udara untuk pertama kalinya menggelar Lomba Pidato Berbahasa Inggris, sebagai rangkaian kegiatan memperingati ke-64 Hari TNI AU. Lomba yang dibagi dalam katagori perwira pertama (Letda sampai kapten) dan perwira menengah (mayor dan Letkol) tersebut berlangsung dua hari, babak penyisihan di GOR Ganesha Makodikau, 23 Maret dan final di Auditorium Denma Ma–besau, tanggal 25 Maret. Setiap peserta menye-
78
Edisi April 2010
rahkan naskah pidato bahasa Inggris sebanyak 4–5 halaman kwarto dengan topik “Keberadaan dan Peranan TNI Angkatan Udara Dalam Mengemban Tugas Pokok”. Selain berpidato, peserta juga diberi pertanyaan oleh dewan juri yang dua diantaranya dari Australia, Captain Jon Couper (Royal Australian Army) dan Group Captain Nick Bricknell (The Australian Air Attache). Berhasil keluar sebagai juara untuk kategori perwira
menengah adalah: juara I Mayor Pnb Wastum (Lanud Iswahjudi), juara II Letkol Lek H Rujito D Asmoro (Kosekhanudnas I) dan Juara III Mayor Pnb Destianto Nugroho (Skadud 2 Lanud Halim Perdanakusuma). Sedangkan kategori perwira pertama juara I Kapten Tek Herdian L Tobing (Skadud 15 Lanud Iswahjudi), Lettu Pnb Agus Dwi Aryanto (Skadud 3 Lanud Iswahjudi) dan Lettu Kal Indra Aditya (Koopsau II).*
Berita Daerah
Kolonel Pnb Ismono Wijayanto Gantikan Marsma TNI Bambang Samoedro
Pangkoopsau II Marsma TNI R. Agus Munandar memasang pangkat jabatan kepada Kolnel Pnb Ismono Wijayanto.
Jabatan Komandan Lanud Iswahjudi diserah terimakan dari Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro kepada Kolonel Pnb Ismono Wijayanto. Upacara serah terima jabatan (Sertijab) dipimpin oleh Pangkoopsau II Marsma TNI R. Agus Munandar, di apron base ops Lanud Iswahjudi, pertengahan Maret. Kolonel Pnb Ismono Wijayanto putra kelahiran Plaosan Magetan merupa-
kan alumnus AAU tahun 1983 yang sebelumnya menjabat sebagai Asisten Operasi Kas Koopsau I di Jakarta, Sementara Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro merupakan alumnus AAU tahun 1982, selanjutnya menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Jakarta. Dalam amanatnya Pangkoopsau II menekankan kepada seluruh personel Lanud Iswahjudi agar
senatiasa memegang teguh aspek keselamatan terbang dan kerja, menanamkan “Lambangja minded” dalam setiap pelaksanaan tugas, terutama para prajurit yang mengawaki langsung peralatan khusus, agar tugas yang dipercayakan dapat dilaksanakan dengan aman tanpa menimbulkan accident maupun incident, sehingga kerugian personel maupun materiil yang lebih besar dapat dihindari.* (Pen Koopsau II)
Edisi April 2010
79
Berita Daerah
Navek dan Static Show di Lanud Wiriadinata
Kegiatan Navek dan Static Show yang dihadiri ratusan masyarakat di apron base ops Lanud Wiriadinata.
Pukul 10.00 WIB, pada pertengahan Februari lalu sebanyak 7 pesawat helikopter terdiri 3 Colibri dan 4 Soloy secara berurutan mendarat di
apron base ops Lanud Wiriadinata. Kedatangan pesawatpesawat tersebut dalam rangka navigasi ekstra (navek) jarak jauh dan pembinaan teritorial
bagi siswa-siswa penerbang. Rombongan yang dipimpin Komandan Skadron Udara 7 Letkol Pnb Sri Duto Daniswara terdiri dari 7 siswa penerbang, 5 instruktur dan 21 crew disambut oleh Komandan Lanud Wiriadinata Letkol Pnb Tata Budi Pratama dan seluruh perwira. Bersamaan kegiatan terbang navigasi ini juga, digelar acara static show pesawat dan dihadiri ratusan generasi muda yang terdiri dari TK Angkasa, TK Al-Mujahid, SMA Angkasa, SMK Angkasa dan masyarakat umum. Tujuannya untuk menarik minat cinta dirgantara khususnya bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya.* (Pentak Lanud Wir)
Informasi Pagi Lewat Coffee Morning Lanud El Tari, Kupang menyelenggarakan acara coffee morning untuk seluruh perwira, setiap bulan sekali di Briefing Room. Tujuan diadakannya acara ini untuk melatih para perwira berbicara efektif di depan audience sekaligus ber– bagi informasi dan pengetahu– an kepada seluruh perwira. Selain itu juga untuk lebih mengintensifkan interaksi seluruh perwira dalam suasana informal sehingga perwira tidak merasa sungkan untuk menyampaikan pendapat baik secara pribadi maupun untuk kepentingan dinas.
80 80Edisi Edisi AprilApril 2010 2010
Bertepatan pada coffee morning, bulan Februari, dilaksanakan morning brief yang berlangsung sekitar 30 menit yang diisi oleh perwira pemegang kas (Pekas) yang memberikan informasi tentang tugastugas pekas, alur pengurusan keuangan dan PJK, proses penyelesaian gaji serta DPK (dana pemeliharaan kesehatan). Pada
kesempatan tersebut juga di paparkan hasil Rapim TNI AU dan Apel Dansat oleh Dan– lanud El Tari Letkol Pnb Joko Sugeng Suryanto.* (Pentak Lanud Eli)
Berita Daerah
Pesawat Hawk 200 TT 0223 Kembali ke Sarangnya
Kapten Pnb Supriyanto dan Kapten Pnb I Gusti Ngurah Adi Brata usai latihan terbang.
Setelah menjalani major servicing di Depo Pemeliharaan 30 Malang, pesawat tempur Hawk 200 TT 0223 kembali ke home base-nya di Lanud Supadio. Pesawat diperiksa baik air frame maupun engine-nya secara keseluruhan dengan menggunakan X-ray (sinar X) sehingga kerusakan-kerusakan sekecil apapun dapat diketahui dan ditindaklanjuti dengan benar dan tepat. Tahap selanjutnya, pesawat yang telah selesai pemeliharaan tingkat berat harus
menjalani test flight untuk pengecekan sesuai dengan parameter dan limitasi yang telah ditentukan. Pada akhir Januari selama tiga hari, Kapten Pnb Supriyanto dan Kapten Pnb I Gusti Ngurah Adi Brata melaksanakan test flight pesawat yang telah selesai pemeliharaan tingkat berat itu. Dalam test flight tersebut, dilaksanakan pengecekan mulai dari ground check hingga in flight check. Setelah diterbangkan beberapa kali sesuai
dengan prosedur test flight maka pesawat dinyatakan serviceable dan siap dioperasikan kembali. Tanggal 11 Februari 2010 pesawat Hawk 200 TT0223 diterbangkan oleh Kapten Pnb Supriyanto didampingi pesawat Hawk 100 lainnya yang diawaki oleh Kapten Pnb Bagus Hariyadi dari Malang menuju ke sarangnya Skadron Udara 1 Pontianak. Tepat pukul 10.30 WIB pesawat mendarat di landasan Lanud Supadio dengan selamat dan langsung disambut oleh Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Tjahya Elang Migdiawan. Sejak saat itu pesawat Hawk 200 TT-0223 yang warnanya berbeda dengan pesawat Hawk lainnya mulai mengudara di langit Khatulistiwa dan siap menjaga keutuhan NKRI.* (Pentak Lanud Spo)
Edisi Edisi AprilApril 2010 201081 81
Berita Daerah
Mengecat Pesawat Tempur Bersejarah
Anggota Lanud Pekanbaru mengecat ulang monumen pesawat tempur F-86 Sabre
Lanud Pekanbaru melakukan pengecatan ulang tugu pesawat tempur jenis F-86 Sabre, yang berada di bundaran Jalan Sudirman dan Jalan Gajah Mada, Kota Pekanbaru, beberapa waktu lalu. Menurut Danlanud Pekanbaru, Kolonel Pnb Nanang Santoso pengecatan tugu pesawat tersebut untuk mengembalikan warna pesawat F-86 Sabre ke warna asal yaitu silver dengan strip merah/ orange. Tujuannya untuk membangkitkan kembali nilai sejarah bahwa Pekanbaru merupakan salah satu
82 82Edisi Edisi AprilApril 2010 2010
kota perjuangan yang menjadi sarangnya pesawat tempur yang ada di Indonesia, khusus di Pulau Sumatra, di samping juga untuk memperindah kawasan kota. Keberadaan tugu pesawat tempur jenis F-86 Sabre ini juga menjadi andil yang sangat besar terbentuknya Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru yang saat ini mengawaki pesawat jet tempur Hawk 100/200 yang merupakan tulang punggung kekuatan udara wilayah barat Indonesia. Ditem-
patkannya skadron udara tempur di Lanud Pekanbaru merupakan suatu kehormatan bagi masyarakat Provinsi Riau, karena pada awalnya di Lanud Pekanbaru tidak ada skadron udara, pesawat-pesawat tempur jenis A4 Skyhawk yang ada pada saat itu hanya stand by operasi saja. Pengecatan yang dilaksanakan oleh anggota Skadron Teknik 045 Lanud Pekanbaru atas seijin dari Gubernur Riau dalam hal ini melalui Sekda Provinsi Riau.* (Pentak Lanud Pbr)
Berita Daerah
kan tugas belajar di Lemhannas, sedangkan Kolonel Pnb Yuyu Sutisna alumnus AAU 1986 sebelumnya bertugas sebagai Atase Pertahanan di Amerika Serikat. Dalam sambutannya, Pangkohanudnas mengatakan, Asops Kaskohanudnas memPangkohanudnas Marsda TNI Dradjad Rahardjo, S.IP. punyai tugas dan tangmemasang tanda jabatan kepada pejabat baru Asops gung jawab menye– lenggarakan tugas Hanud dan pembinaan latihanlatihan yang diprogramkan oleh Kohanudnas, serta evaluasi dalam jangka pendek maupun jangka P a n g k o h a n u d n a s kohanudnas) menggantikan panjang guna pengemMarsda TNI Dradjad Ra- Kol Pnb Barhim dalam bangan sistem pertahanan hardjo, S.IP. melantik Kol upacara militer di Jakarta, udara nasional. Untuk itu Pnb Yuyu Sutisna menjadi Februari lalu. Kolonel Pnb Asops dalam pembinaan Asisten Operasi Kepala Staf Barhim alumnus AAU tahun latihan harus bekerja lebih Kohanudnas (Asops Kas- 1984 selanjutnya melaksana- kritis, dan kreatif yang disesuaikan dengan perkembangan kemampuan kekuatan Alutsista udara, Walikota Palembang Kunjungi khususnya untuk mengawasi maupun menindak Lanud Palembang penerbangan gelap maupun Walikota Palembang Ir. Eddy Santana Putra, MH. Laza X. “Tugas dan tangmengadakan kegiatan penanaman pohon buah-buahan dan gung jawab Asops ini penyebaran bibit ikan di wilayah Mako Lanud Palembang, memang cukup berat, nabeberapa waktu lalu. Kegiatan ini diikuti oleh unsur mun bila dikerjakan secara Muspida Kota Palembang, Saka Dirgantara, dan ibu-ibu PIA profesional dan pemikiran Ardhya Garini Cab. 10 Palembang. yang cermat dan tepat serta Komandan Lanud Palembang Letkol Pnb Rudy dilandasi keinginan untuk Iskandar menerima secara simbolis pohon buah yang bekerja keras, beban tugas diserahkan langsung oleh Walikota Palembang selanjutnya tersebut akan dapat dilakditanam di areal sekitar Mako Lanud. Dalam kesempatan sanakan dengan sebaikitu diberikan pula 1000 bibit ikan patin dan lele yang baiknya”, tegas Pangkodisebarkan di kolam Lanud.* (Pentak Lanud Plg) hanudnas.* (Pen Kohanudnas)
Kolonel Pnb Yuyu Sutisna Jabat Asops Kaskohanudnas
Edisi April 2010
83
Berita Daerah
Hanya 16 Jam Terbang, Letda Pnb Kurniadi Lulus Terbang Solo
Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Tatang Harlyansyah,S.E., menyiram air kembang diatas kepala Letda Pnb Kurniadi Sukmo Djatmiko disaksikan Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Irwan Pramudya di Skadron Udara 15.
Satu lagi kebahagiaan yang dirasakan oleh keluarga besar Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, salah satu penerbangnya, Letda Pnb Kurniadi Sukmo Djatmiko lulus terbang solo dengan menggunakan pesawat tempur Hawk MK-53, akhir Februari. Hanya dengan 16 jam terbang, Letda Pnb Kurniadi Sukmo berhasil terbang solo menggunakan pesawat Hawk MK-53. Keberhasilan ini ditandai
84 84Edisi Edisi AprilApril 2010 2010
dengan penyiraman air kembang dan pemecahan telor di atas kepala yang dilakukan oleh Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Tatang Harlyansyah, S.E., di Skadron Udara 15. Letda Pnb Kurniadi Sukmo Djatmiko lulusan AAU tahun 2007; sebelum melaksanakan tes terbang solo selalu mengikuti prosedur dan mendapat petunjuk dari para instruktur agar pelaksanaan
terbang solo tidak menemui kendala. Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Tatang Harlyansyah, S.E., menekankan agar jangan cepat berbangga diri dengan keberhasilan tersebut, karena ini baru permulaan, selanjutnya ikuti tahap-tahap berikutnya dengan penuh semangat agar menjadi penerbang yang profesional.*
(Pentak Lanud Iwj)
Berita Daerah
Festival Layang-Layang Internasional di Balikpapan Sebagai salah satu pelopor olahraga kedirgantaraan Lanud Balikpapan mendapat kehor– matan untuk turut berparti– sipasi dalam festival layanglayang berskala internasional yang diadakan di Pantai Manggar Segara, Balikpapan, selama tiga hari pada perte–
ngahan Februari. Dalam kesempatan tersebut Lanud Balikpapan menyumbang 2 buah layang-layang masingmasing berbentuk Swa Bhu– wana Paksa dan helikopter sebagai trade mark Angkatan Udara. Sebagai acara tambahan digelar pertunjukan tim para–
motor dari Lanud Balikpapan untuk menambah kemeriahan acara tersebut. Festival ini diikuti 15 negara di antaranya Amerika Serikat, Australia, Tiongkok, India, Spanyol, Jerman, Perancis, Belanda, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sementara 25 peserta nasional berasal dari Museum Layanglayang Indonesia. David Gom– berg, Presiden Organisasi Layang-Layang Internasional menyampaikan pesan penting dari layang-layang terkait iklim dan lingkungan. “Jika angin mampu menerbangkan layanglayang, itu berasal dari kekuat– an alam. Jadi, selalu jaga kon– disi lingkungan.” Selain lomba layang-layang festival diisi juga dengan bebe– rapa lomba, di antaranya menggambar di atas layanglayang bagi murid SD, serta adu kreatif pembuatan layanglayang.* (Pentak Lanud Bpp)
Lanud Pekanbaru. Pada pertengahan Februari, Lanud Pekanbaru menerima kunjungan sekitar 400 murid TK An-Namiroh beserta 25 guru pembimbingnya. Mereka mengunjungi Skadron Teknik 045 dan Skadron Udara 12. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada murid-murid TK AnAnamiroh mengenai pesawat tempur Hawk 100/200, yang ada di Lanud. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menarik/menumbuhkan minat kedirgantaraan kepada mereka sejak dini.* (Pentak Lanud Pbr)
Edisi Edisi AprilApril 2010 201085 85
In Memoriam
86
Edisi April 2010
In Memoriam
TNI Angkatan Udara kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Mantan Kasau Marsekal TNI Purn. Saleh Basarah tutup usia dalam usia 82 tahun. Beliau meninggal pada hari Kamis tanggal 11 Maret 2010 di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC) Kuningan, Jakarta sekitar pukul 03.00 Wib. Jenazah almarhum dibawa ke rumah duka di Jl. Berlian I/B-6 Buntu Cilandak Barat, Jakarta Selatan dan untuk selanjutnya dibawa ke hanggar Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma untuk men– dapatkan penghormatan terakhir dari Angkatan Udara sebelum di semayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara militer. Marsekal TNI Purn. Saleh Basarah dilahirkan di desa Manonjaya, Tasikmalaya tanggal 14 Agustus 1928 dari pasangan R. Basarah S yang berasal dari Ciamis dengan Nyi R. Siti Suhaeri, yang masih keturunan menak atau ber– darah “biru”. Saleh Basarah menyelesai– kan pendidikan SD tahun 1942, Sekolah Menengah Pertama tamat tahun 1945. Pendidikan SMA diselesaikan di kota Bandung, dan di kota inilah pemuda Saleh Basarah bergabung dengan Tentara Pelajar. Setelah menamatkan SMA, Saleh muda bekerja sebagai kurir pengantar surat di Pangkalan Udara Husein Sastranegara. Atas rekomen– dasi Ashadi Tjahjadi, Saleh mendaftar ke Kalijati, untuk mengikuti tes sebagai calon penerbang yang akan dikirim ke Sekolah Penerbang Taloa di Amerika Serikat. Saleh Basarah lulus dan tahun 1950 bersama 59 orang calon lainnya dikirim
ke Amerika. Dalam pen– didikan di Taloa ini, Saleh dijuruskan sebagai navigator. Setelah lulus kemudian mengikuti pendidikan ke– militeran lanjutan, termasuk Latihan Dasar Kemiliteran, teknik baris berbaris dan lainlain. Setelah Latihan Dasar Kemiliteran selesai, diangkat menjadi Letnan Muda Udara I (LMU I) dengan Surat Perintah No. 0880/PR/M/SA terhitung sejak tanggal 27 Desember 1951. Dengan pangkat LMU I ditempatkan di Staf Umum II MBAU denga gaji pokok Rp. 255. Tak lama berdinas di MBAU karena tahun 1952 dimutasikan ke Pangkalan Udara Cililitan sebagai navigator Skadron Udara 2 (Transport) dan Skadron Udara 1 (Pem– bom). Pendidikan militer lainnya yang pernah diikuti adalah Sekolah Ilmu Siasat lulus tahun 1952, Kursus Instruktur militer lulus tahun 1953, Sekolah Pembom Udara lulus tahun 1953, Sekolah Pnenerbang Lanjutan lulus tahun 1957, Sekolah Jet Transition Training pesawat IL-28 di Mesir tahun 1958, Kursus Staf Pertama tahun 1962 dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara lulus tahun 1962. Pengalaman jabatan yang pernah dijabat adalah Sebagai navigator Skadron Udara 2 dan Skadron 1 tahun 1952, navigator DAUM tahun 1952, sebagai instruktur di staf Komando Pendidikan AU di Halim Perdanakusuma tahun 1957, penerbang Skadron Udara 1 di Lanud Abdulrachman Saleh tahun 1959, instruktur pe– nerbang Wingdik 1 Adisutjipto tahun 1960, Komandan Skadron “D” Wingdik 1 Adisutjipto tahun 1960, Pejabat
sementara Dan Wingdik 1 tahun 1962, Direktur Operasi MBAU tahun 1966, Pangkowilu V Jakarta tahun 1966, Panglima Kopasgat tahun 1968, Asisten Operasi MBAU tahun 1969, Kepala Staf Departemental Hankam tahun 1969, Sebagai kepala Staf Angkatan Udara tahun 1973, Pati pada Menhankam tahun 1977, Dubes RI untuk Kerajaan Inggris tahun 1978, Pati Dp Hankam tahun 1981, Anggota Dewan Pertimbangan Agung tahun 1983. Diluar TNI Angkatan Udara beliau juga aktif di Persatuan Tinju Amatir Nasional (Pertina) dengan menjabat sebagai Ketua Umum PB Pertina selama empat periode mulai tahun 1971 hingga 1988. Tanda kehormatan yang dimiliki Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama, Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Jalasena Utama, Bintang Jalasena Pratama, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Bhayangkara Pratama, Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma, Bintang Yudha Dharma Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Maha Putera Adi Pradana, Satyalencana Kesetiaan VIII, XVI, XXIV tahun, Satyalencana Sapta Marga, Satyalencana Dwidya Sistha, Satyalencana Dwidya Sistha I, Satyalencana GOM II, VII, VIII, medali peringatan 10 tahun AURI, Order of National Security Merit dari Korsel, Groot Officer in De Leopold’s Orde dari Belgia. Selamat jalan Marsekal, semoga arwah dan amal baktimu diterima Tuhan Yang Maha Esa.*
Edisi April 2010
87
Berita Daerah
Lanud Suryadarma. Dankodikau Marsda TNI Daryatmo beserta pejabat di lingkungan Kodik dalam kunjungan kerja ke Lanud Sur– yadarma, beberapa waktu lalu, meninjau cell briefing , ruang simulator Colibri dan hanggar Solloy. Pada kesempatan itu Danlanud Suryadarma didampingi Komandan Skadron Udara 7 beserta para kadis Lanud Suryadarma memaparkan kesiapan pesawat, awak pesawat dan ruang fasilitas belajar bagi awak pesawat yang ada di Skadron Udara 7.* (Pentak Lanud Sdm)
Wajib Baca di Perpustakaan Lanud Suryadarma Lanud Suryadarma, Subang melaksanakan program wajib baca di perpustakan Lanud, mulai bulan Februari 2010. Kegiatan ini merupakan salah satu cara peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi seluruh anggota Lanud dalam menghadapi perkembangan ilmu dan teknologi yang makin hari makin pesat. Perpustakaan Lanud Surya darma yang diresmikan oleh Bupati Subang Drs. Eep Hidayat, Msi ini memiliki kurang lebih sekitar 2350 buku. Ruangannya di lengkapi dengan fasilitas free hotspot area sehingga anggota Lanud dan pengunjung dapat secara mudah mengakses internet dan mencari data yang dibutuhkan. Jam buka dari pukul 07.00 hingga 21.00 WIB, sehingga bagi anggota yang tidak sempat
88
Edisi April 2010
membaca di siang hari dapat datang di malam harinya. Program wajib baca yang dicanangkan setiap hari ini dilaksanakan bergantian antara lain hari senin Dinas Operasi, selasa Dinas Personel dan Skadron Udara 7, Rabu Dinas Logistik, dan seterusnya.
Dengan adanya program ini diharapkan seluruh anggota Lanud dapat meningkatkan pengetahuannya terhadap kemajuan yang ada baik di dalam tubuh TNI maupun pengetahuan dan kemajuan teknologi di luar.* (Pentak Lanud Sdm)
Berita Daerah
Marsma TNI R Agus Munandar Jabat Pangkoopsau II
Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat melakukan salam komando dengan pejabat lama dan baru Jabatan Pangkoopsau II diserahterimakan dari Marsda TNI Yushan Sayuti kepada Marsma TNI R. Agus Munandar, pada akhir Februari di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar. Bertindak sebagai inspektur upacara Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat. Marsma TNI R. Agus Munandar, lulusan Akabri Bagian Udara tahun 1980, sebelumnya menjabat sebagai Komandan Lanud Adisutjipto Yogyakarta. Upacara serah terima jabatan ditandai dengan penyerahan tongkat komando oleh Kasau kepada pejabat baru.
Dalam sambutannya Kasau menekankan kepada seluruh jajaran Koopsau II, bahwa zero accident merupakan niat dan tekad bersama. Oleh Karena itu kepedulian dan kepekaan dari setiap personel jajaran Koopsau II terhadap potensi sumber penyebab kecelakaan merupakan salah jalan dan kunci sukses menuju pembangunan budaya safety di lingkungan penugasan. Berkaitan dengan kondisi saat ini, maka peran, tugas dan fungsi Koopsau II sebagai Kotama pembinaan maupun Kotama operasi
TNI Angkatan Udara, menjadi sangat krusial keberadaanya. Koopsau II dan seluruh jajarannya merupakan ujung tombak pelaksanaan tugas TNI Angkatan Udara, yang senantiasa berhadapan langsung dengan kondisi nyata “geostrategi” dan potensi sumber konflik di wilayah penugasan. Oleh karena itu, Kasau berharap Koopsau II dapat senantiasa meningkatkan kesiapsiagaan operasional satuan jajaran, dan menjalin koordinasi serta kerjasama yang harmonis dengan unsur kekuatan lainnya.*
Edisi April 2010
89
Profil
Marsma TNI Bambang Samoedro,
Kadispenau Tantangan Tersendiri Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat melantik empat pejabat di lingkungan Mabesau, pada akhir Februari. Mereka adalah Marsda TNI Rodi Suprasodjo, Aspers Kasau menggantikan Marsdya TNI Sukirno, Marsma TNI Bam-
90
Edisi April 2010
bang Samoedro, Kadispenau menggantikan Marsma TNI FHB. Soelistyo, Marsma TNI dr Maryono Reksoprojo Kadiskesau menggantikan Marsma TNI dr Hartono, dan Kolonel Kes dr Bambang Yudadi sebagai Kalakespra menggantikan Marsma TNI dr
Maryono Reksoprojo. Sebagai Kadispen yang baru Marsma TNI Bambang Samoedro langsung mengadakan entry briefing bagi seluruh anggota Dispen usai dilantik oleh Kasau. Penerbang pesawat
Profil
tempur F-16 ini mengatakan, menjadi Kadispen merupakan tantangan tersendiri. “Saya senang dengan tantangantantangan baru dan yakin kalau orang lain bisa, kita juga akan bisa melaksanakan tugas tersebut,” tegasnya. Tak hanya di lingkungan Angkatan Udara saja nama Bambang Samoedro dikenal. Di kalangan media nama ini sudah dikenal sejak penampilannya sebagai anggota tim penerbang aerobatik Elang Biru di beberapa even besar seperti ulang tahun emas ABRI dan Indonesia Air Show tahun 1996. Menurut ayah tiga putri dan suami dari Crisanti Poeri ini, sukses hidup seseorang itu dilihat dari berapa banyak orang yang tahu dia, berapa orang yang mengenal, dan berapa orang yang jadi teman dia. Kalau kita punya teman banyak, saya yakin akan semakin sukses. Begitu konsep kesuksesan Kadispen yang baru yang redaksi kutip dari buku Elang Biru. Memimpin Dispenau ke
depan, Marsma TNI Bambang Samoedro mengemukakan visinya: Pertama, Dispenau akan berupaya meningkatkan jumlah personel yang memiliki kualifikasi humas untuk ditempatkan pada satuan-satuan yang berhadapan langsung dengan masyarakat, seperti rumah sakit Angkatan Udara, Litbang, Lembaga Psikologi, Lakespra, Koharmatau dan jajarannya. Diharapkan dengan ditempatkannya personel penerangan yang memiliki kualifikasi humas, akan lebih meningkatkan citra TNI Angkatan Udara di mata masyarakat. Kedua, melihat perkembangan ke depan kebutuhan pembangunan jaringan internet dan radio terutama untuk satuan-satuan yang daerahnya disinyalir rawan konflik serta perbatasan dengan negara tetangga dirasa sangat perlu. Oleh sebab itu Dispenau akan memprioritaskan program ini guna mem-
Menandatangani berita acara sertijab Kadispenau
bangun kekuatan informasi yang lebih maksimal. Baik Marsma TNI FHB Soelistyo maupun Marsma TNI Bambang Samoedro sama-sama berpengalaman sebagai penerbang aerobatik. Yang membedakan Marsma TNI FHB Soelistyo bergabung dalam Tim Aerobatik Yupiter dengan pesawat Hawk MK 53, sedangkan Marsma TNI Bambang Samoedro dalam Tim Aerobatik Elang Biru dengan pesawat F-16. Penampilan Tim Aerobatik Elang Biru pada ulang tahun emas ABRI tahun 1995 mengundang decak kagum masyarakat penontonnya. Berbagai media/surat kabar menyoroti penampilan tim aerobatik Angkatan Udara ini. Bahkan penampilannya pada saat Indonesia Air Show tahun 1996 bukan hanya media yang mengabarkan kesuksesannya, para pengagumnya yang melihat langsung berebut menyalami dan minta tanda tangan. Selamat dan Sukses Kadis!*
Bersama istri, Ny. Crisanti Poeri Samoedro
Edisi April 2010
91
Berita Daerah
Kasau Naik Pangkat Menjadi Marsekal TNI Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 04/TNI/Tahun 2010 tanggal 5 Februari 2010, tentang Kenaikan Pangkat Setingkat Lebih Tinggi para Perwira Tinggi dan Perwira Menengah TNI, sebanyak empat belas perwira TNI AU mendapat kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, diantaranya Kasau Marsdya TNI Imam Sufaat, S.IP., menjadi Marsekal TNI dan Wakasau Marsda TNI Sukirno KS, S.IP. M.M., menjadi Marsdya TNI.Lima orang menjadi Marsda TNI yaitu Marsda TNI Ir. A. Chafid H, M.SEE., M.Sc., (TA Pengkaji Bid. Demografi Lemhannas RI), Marsda TNI Dikdik Amir Hasan, S.IP, M.M., (TA Pengkaji Bid. SKA Lemhannas RI), Marsda TNI Daryatmo, S.IP., (Dankodikau), Marsda TNI Ferdinand A. Myne, (Dankoharmatau) dan Marsda TNI Sru Astjarjo Andreas, S.IP., (Gubernur AAU). Sedangkan tujuh orang menjadi Marsma TNI yaitu Marsma TNI Waska, S.E., M.M., (Pa Sahli Tk. II Sosbud HAM Panglima TNI), Marsma TNI Bambang Iswahyudi, (Kapusdatin Kemhan), Marsma TNI Mahandono, S.E, (Pati Sahli Kasau Bid. Polhukam), Marsma TNI Ir. Winarto, (Pati Sahli Kasau Bid. Sumdanas), Marsma TNI Waliyo, M.Sc., (Bandep Urusan politik Nasional Setjen Wantannas), Marsma TNI Zulhasmi, S.Sos., (Kadispamsanau) dan Marsma TNI Mawardi, S.E., (Kadisminpersau).*
92 92Edisi Edisi AprilApril 2010 2010
TamuBerita KasauDaerah
Kasau dan Para Tamu. Selama bulan Februari sedikitnya Kasau Marsdya TNI (sek. Marsekal TNI) Imam Sufaat menerima tiga tamu luar negeri, dari negara-negara sahabat, di Mabesau, Jakarta. Pertama dari Slovakia, Duta Besar Republik Slovakia untuk Indonesia H. E. MR. Stefan Rozkopal, kedua Chief of Air Force Royal Singapore Air Force (CAF RSAF) Brigadir General Ng Chee Meng, dan ketiga Commanding General PAF (Philippines Air Force) Lieutenant General Oscar H. Rabena. Kunjungan kehormatan ini dimaksudkan untuk mempererat tali persahabatan kedua Angkatan Udara serta menjajaki kemungkinan kerjasama yang lebih luas, di samping juga memberikan ucapan selamat kepada Kasau.*
Edisi April 2010
93
P I A Ardhya Garini
Ny. Dra Maya Imam Sufaat, Banyak Sukanya Karena Menikmati Setiap Peran Pembawaannya yang ramah, ditunjang dengan busana yang selalu rapi dan serasi membuat ibu dengan satu putra dan satu putri ini tampak selalu ceria dan optimis menghadapi likaliku kehidupan. Ny. Dra. Maya Andayani Imam Sufaat, begitu nama lengkapnya. Perempuan yang lahir di Malang ini sudah 25 tahun mendampingi Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga. Pagi itu Ny. Maya Imam Sufaat menerima redaksi Suara Angkasa, dalam balutan busana warna biru, kesayangannya. Redaksi diterima dengan ramah, di ruang kerja beliau, sebagai Ketua Umum PIA Ardhya Garini. Tak lama kemudian mengalir kata-kata yang tertata menjawab pertanyaan-pertanyaan redaksi yang ingin lebih jauh mengenal pendamping orang nomor satu di TNI Angkatan Udara ini. Kapan dan dalam kesempatan apa pertama kali bertemu dengan Bapak? Bertemu dengan Bapak pertama kali di Malang
94
Edisi April 2010 Edisi April 2010
94
P I A Ardhya Garini
(Lanud Abdulrahman Saleh), di rumah. Ketika itu Bapak dinas di Skadron Udara 1 Malang (OV-10). Setelah lulus dari Sekbang, transisi di OV-10. Tiga bulan kemudian pindah ke Skadron Udara 14, Madiun. Apa yang menarik dari Bapak? Kesabarannya, ya. Bapak itu orangnya sabar menghadapi berbagai situa– si. Itu yang saya rasakan selama ini, bahkan ketika masih pacaran dulu. Bapak tidak pernah sampai meledak-ledak,selalu sabar dan akhirnya bijaksana. Itu yang saya suka. Bagaimana perasaan dan harapan Ibu setelah Bapak
menjadi pucuk pimpinan di Angkatan Udara? Bangga dan terharu. Tetapi semua ini adalah amanah, titipan Tuhan yang harus dijalankan sebaik mungkin. Harapan saya Bapak tetap bijaksana, sehingga ke depannya dalam memimpin TNI AU lebih sukses lagi dan selalu dalam lindungan-Nya; se– moga Bapak dapat menjadi pemimpin yang amanah yang bisa diteladani dan diandalkan oleh TNI AU. Sekian lama mendampingi Bapak, apa suka duka yang Ibu rasakan sebagai istri prajurit? Yang saya rasakan lebih banyak sukanya dari
pada dukanya. Mengapa? Karena sejak dulu saya selalu menikmati setiap pekerjaan/ peran saya, baik sebagai istri, ibu rumah tangga, anggota di organisasi PIA, maupun sebagai anggota masyarakat. Bagaimana konsep dalam membina keutuhan rumah tangga? Setelah menjalani kehidupan berumah tangga bersama Bapak selama 25 tahun (menikah, pada 13 Oktober 1984), banyak hal yang kami peroleh yang sifatnya saling melengkapi, dan menutupi kekurangan masing-masing. Konsep kami adalah saling percaya satu dengan lainnya. Itu kunci utamanya. Selain itu juga selalu membuat suasana seperti masih muda dahulu; apalagi saat-saat sekarang kesibukan yang menumpuk dan kegiatan yang padat, harus pandai-pandai me– manfaatkan waktu untuk kepentingan keluarga. Ketika seorang pria mencapai kesuksesan, maka ada perempuan kuat di sampingnya. Bagaimana Ibu men-support Bapak? Saya selalu memberi semangat, saling percaya, menghargai, menghormati dan menerima kekurangan maupun kelebihan masingmasing. Saya selalu katakan, saya bangga menjadi istri
Edisi April 2010
95
P I A Ardhya Garini
Bapak, dengan harapan keluarga yang kami bangun bisa menjadi inspirator yang membantu Bapak melak– sanakan tugas-tugasnya. Rumah dan keluarga adalah tempat kembali setelah seharian kerja untuk kembali mengumpulkan energi. Bagaimana mendidik anakanak? Saya memperlakukan anak-anak sebagai sahabat, tidak memusuhi jika mereka bersalah, tapi ditegur atas kesalahan yang mereka lakukan. Dari kecil ditanamkan dasar-dasar agama dan budi pekerti, selalu berkomunikasi, mendengarkan dan mengikuti perkembangan maupun kegiatannya. Sekarang mereka
96
Edisi April 2010
sudah dewasa; anak pertama Sari Dumayanti sudah menikah dengan perwira Kopassus dan tinggal di Serang, kedua Wira Primasatya masih kuliah di Yogya. Kami tetap jaga hubungan keluarga dengan berkomunikasi setiap hari, meski tinggal terpisah. Kalau ada kesempatan, kami kunjungi mereka dan sebaliknya. Dinamika hidup seperti ini sudah sangat biasa, karena memang demikian kehidupan prajurit kan. Apa pesan-pesan Ibu untuk para istri dan keluarga prajurit TNI AU khususnya? Sebagai pendamping suami harus mampu memberikan support bagi suami dalam menjalankan tugasnya, dan sebagai ibu rumah tangga harus berperan aktif mendidik putra-putrinya. Istri juga ha– rus mengikuti perkembangan yang ada dan menambah wawasan agar dapat berperan secara aktif dalam kehidupan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan organisasi, PIA Ardhya Garini khus u s n y a . Jadikan organi-
sasi PIA Ardhya Garini sebagai wadah untuk pelatihan dan pengembangan diri. Seringkali seorang istri ingin tahu/ikut campur urusan kedinasan suami, bagaimana pendapat Ibu dalam hal ini? Ingin tahu urusan kedinasan suami adalah bolehboleh saja, selama tidak ada kerahasiaan dinas yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh istri. Jadi dalam hal ini ingin tahu yang sifatnya positif, mungkin bisa menambah wawasan kita juga sebagai keluarga besar Angkatan Udara. Yang tidak boleh adalah sebagai istri ikut campur tangan dalam kedinasan suami. Apa yang Ibu harapkan bagi kemajuan kaum perempuan Indonesia pada umumnya? Kaum perempuan Indonesia harus sejajar kedudukannya dengan kaum laki-laki, tapi jangan dilupakan pula kaum perempuan juga kodratnya adalah sebagai ibu rumah tangga. Bagaimana menurut Ibu, menjadi pemimpin yang baik? Pemimpin yang baik adalah oang yang patut diteladani, yang berarti ia adalah orang yang berbudi luhur, berakhlak baik, mudah menolong dan selalu menyenangkan orang lain, rendah hati juga sederhana.*
Edisi April 2010
97
98
Edisi April 2010